Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 6

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Ilustrasi Novel[edit]

Di bawah ini adalah ilustrasi novel yang ada di jilid 6.


Bab 7[edit]

“Kakak~!”

Hari ini minggu yang cerah. Aku sedang duduk di meja makan memakan makan siang ku, tiba-tiba aku mendapat perasaan yang tidak menyenangkan naik di antara alisku ketika melihat adik kesayanganku memberikan senyuman terbaiknya. Ini adalah bukti bahwa aku, Kirigaya Kazuto, adalah orang yang tidak baik.

Aku berhenti menyuapkan tomat ceri kedalam mulutku dan berkata,

“A…ada apa, Sugu?”

Setelah aku selesai berkata, aku melihat adikku—atau lebih tepatnya, sepupuku, Kirigaya Suguha duduk di depanku. Dia mengambil sesuatu yang telah ditaruhnya di kursi ke sebelahnya, dan pada saat itu, aku segera tahu bahwa dugaanku benar.

“Erm…apa kamu sudah lihat berita di net pagi ini?”

Saat dia mengatakannya, selembar kertas cetak berukuran A4 disodorkan kepada ku. Sepertinya dia mencetak siaran berita dari website info gaming terbesar «MMO Tomorrow», atau disingkat ‘M Tomo’. Pokok berita tersebut bertuliskan ‘Daftar 30 peserta yang mengikuti «Bullet of Bullets» ketiga, pertarungan untuk gelar terkuat di ‘Gun Gale Online’ telah diumumkan’ dalam cetakan tebal. Di bawahnya, juga terdapat laporan singkat daftar nama dari semua peserta.

Jari Suguha, yang kukunya dipotong dengan rapi, menunjuk ke kalimat ‘Peringkat pertama di grup F: Kirito ‘Pertama’’ aku sekilas membaca kalimat tersebut dan mencoba menutupi banyak hal.

“Heh, heh—jadi ada yang punya nama yang mirip dengan ku—“

“Apa maksudmu mirip? Ini benar-benar sama.”

Dibawah poni tersebut, Suguha menunjukkan sebuah senyuman di wajah bersihnya yang pantas untuk atlit.

Di dunia nyata ini, dia bisa mengikuti turnamen kendo nasional tingkat SMA dan turnamen kendo grup Gyokuryuuki. Orang lemah seperti ku yang hanya bisa bersembunyi di rumah tidak bisa menandinginya secara fisik. Juga, Suguha yang mengendalikan pendekar peri «Lyfa» di VRMMO yang benar-benar teknis «ALfheim Online». Teknik pedang yang tepat dan kuat itu jauh melampaui kemampuan pedangku dimana aku hanya mengayunkan pedangku secara liar.

Tak peduli apakah itu dunia nyata atau dunia virtual, aku hanya bisa minta maaf ketika bertengkar dengan suguha, tapi biasanya, aku tidak perlu cemas tentang itu. Itu karena saat tahun sebelumya setelah aku kembali ke dunia nyata, kami telah menghilangkan semua perasaan asing yang kami punya saat muda, dan bahkan hubungan kami cukup baik. Bahkan ayah akan merasa cemburu setelah pulang dari amerika saat liburan musim panas.

Hari ini—Hari minggu, tanggal 14 desember 2025. Karena Ibu ada di departemen redaksi seperti biasa, Suguha dan aku harus membeli sendiri bahan-bahan untuk makan siang. Kami makan salad Caesar dengan telur rebus dan seafood paella, dan jadi kami makan berhadapan di meja dan mulai menyatapnya dengan senang…sampai Suguha mengambil kertas itu.

“…Ya, yah, itu sama, hm.”

Aku sedikit memalingkan mukaku dari kertas yang bertuliskan nama Kirito and memasukkan tomat ceri tersebut ke dalam mulutku. Aku mengunyahnya dan berkata dengan suara yang samar,

“Ta, tapi, itu nama yang cukup umum, kan? Aku hanya menyingkat namaku. Kirito ini di GGO bisa saja, Kiri… Kirigamine Tougorou. Itu bisa jadi nama aslinya, un.”

Alasan kenapa aku merasakan sakit yang perih setelah terang-terangan berbohong pasti karena aku telah membuat kebohongan yang besar pada adik kesayanganku. Ya, Kirito yang dibicarakan Suguha adalah karakterku didalam game.

Alasan kenapa aku berbohong, itu karena aku harus «transfer» avatar Kirito dari ALO ke MMO penembak «Gun Gale Online», game dengan banyak masalah, sehingga aku dapat mengikuti turnamen «Bullet of Bullets».

Convert ini menggunakan fungsi VRMMO yang sama seperti yang digunakan platform «The Seed». Dengan begitu bisa mengubah sebuah karakter dari suatu game ke game yang lainnya dengan «menyimpan kekuatan yang sama». Ini adalah sebuah sistem yang tidak bisa dibayangkan beberapa tahun lalu. Tentu saja, ada beberapa batasan di sistem ini, dan yang paling bermasalah adalah aku hanya bisa memindahkan karakter, dan tidak bisa memindahkan uang and perlengkapan ke game yang baru. Dengan begitu, pemindahannya bukan sementara, tapi permanen.

Jika aku mengatakan aku mau pindah dari ALO ke game lainnya, Suguha, yang menyukai kerajaan peri tersebut, akan terkena dampak yang sangat buruk. Di sisi lain, aku ragu apakah aku harus menjelaskan pada Suguha kenapa aku memindahkan «Kirito» ke GGO. Itu karena hal ini ada hubungannya dengan rahasia paling kelam dari VRMMO.

Pria yang meminta aku untuk menyelidiki dunia GGO itu adalah Kikuoka Seijirou. Dia dulunya adalah anggota dari «Satuan Petugas Insiden SAO» dari pemerintah, dan sekarang, dia adalah anggota Kementrian Urusan Dalam dan Divisi dunia VR, seorang petugas pemerintah dari apa yang disebut «Divisi Virtual».

Di hari Minggu seminggu yang lalu, Kikuoka memanggilku dan memberitahuku sesuatu yang aneh. Dia berkata bahwa di antara jalan di dunia GGO, ada sebuah avatar yang mengatakan pada avatar lainnya «pembalasan» dan menembakkan peluru ke arah mereka. Itu hanya akan dianggap lelucon atau gangguan. Namun, di dunia nyata, telah ada dua pemain yang meninggal segera setelah mereka ditembak—itulah alasannya.

Aku merasa bahwa ada kemungkinan bahwa 90% semuanya adalah kebetulan.

Namun, aku tidak bisa menyepelekan sisa 10% kemungkinan dari «suatu hal»…jadi aku menerima permintaan berbahaya Kikuoka dan memasuki dunia GGO, berharap dapat bertemu dengan penembak yang telah menyebabkan keributan ini.

Karena tidak ada waktu untuk melatih karakter ku, aku hanya bisa mengubah karakter Kirito ku dari ALO dan mengikuti babak pendahuluan BoB di hari Sabtu kemarin untuk menarik perhatiannya. Pertarungan tembak-menembak dasar saja membuatku pusing, tapi untungnya, pemain pertama yang kutemui menjelaskan isi game ini pada ku, membuatku lolos babak penyisihan dan bertemu dengan orang yang bisa jadi adalah penembak itu.

Hingga sekarang, aku masih belum tahu apakah orang yang memanggil dirinya sendiri «Death Gun» itu benar-benar mempunyai kemampuan untuk membunuh pemain di dunia nyata melalui game itu sendiri. Namun, itulah yang membuat ku ingin mencari sesuatu.

Si «Death Gun» dan aku punya hubungan yang tidak terduga.

Seperti aku, si «Death Gun» adalah salah satu «orang yang selamat» dari game kematian itu—Sword Art Online. Juga, aku mungkin pernah bertarung dengannya dan bahkan berniat untuk mengakhiri hidupnya—…

“Kakak, kau membuat ekspresi yang menakutkan itu lagi.”

Setelah mendengar itu, tubuhku tiba-tiba tersentak. Mataku yang memandangi langit-langit dengan kosong langsung melihat Suguha yang sedang mengerutkan dahinya terlihat khawatir. Dia menaruh kertas cetakan yang disodorkan pada ku di meja, memegang tanganku dan melihat lurus ke arah ku.

“…Baiklah, erm, sebenarnya, aku tahu kalau kakak… «Kirito» pindah dari ALO ke GGO.” Kata-kata tersebut hampir membuat mataku loncat. Melihat itu, adik ku yang lebih muda satu tahun dariku memberikan senyuman dewasa yang menunjukkan bahwa dia telah mengetahui segalanya.

“Bagaimana mungkin aku tidak menyadari kalau Kirito telah menghilang dari daftar temanku?”

“…Tidak, tapi, aku berniat untuk kembali setelah akhir minggu ini…dan kamu tidak perlu mengecek daftar temanmu setiap saat…”

“Aku bisa merasakan tanpa melihat”

Ujar Suguha dengan mantap. Mata yang lebar itu bersinar dengan aura misteri, dan pada saat itu, aku benar-benar berpikir kalau orang ini adalah seorang perempuan. Pikiran ini benar-benar membuatku kikuk, lagi pula, rasa bersalah karena berpindah tanpa mengabari adik ku membuat ku berpaling. Namun, Suguha mengatakan dengan yakin padaku.

“…Saat aku sadar kalau Kirito telah menghilang kemarin, aku segera memutuskan sambungan dan bersiap mendobrak kamar kakak. Tapi, kakak pasti tidak akan punya alasan untuk bersembunyi dariku dan meninggalkan ALO. Aku berpikir pasti ada yang salah, jadi aku menghubungi kak Asuna.”

“Begitukah…”

Leherku turun setelah aku menjawab dengan singkat.

Aku hanya memberitahu Asuna—Yuuki Asuna dan «putri» kami, Yui si AI, kalau aku pindah dari ALO ke GGO. Bahkan jika aku hilang hanya untuk dua detik, atau mungkin berhari-hari, Yui, yang punya sebagian wewenang sistem login pasti akan segera tahu.

Dan Yui tidak suka jika aku menyembunyikan sesuatu dari Asuna. Tentu saja, dia akan mengerti jika aku memberitahu padanya kalau aku punya masalah, tapi aku tidak bisa melakukannya setelah mengingat kalau penjelasanku dapat membebani program utama Yui.

Jadi, aku hanya memberitahu Asuna dan Yui kalau ’Aku harus pergi ke GGO karena Kikuoka Seijirou memintaku’, dan menjelaskan bahwa tujuannya adalah untuk ‘menyelidiki jaringan di The Seed’. Namun, aku tidak bisa menjelaskan alasan utamanya pada mereka. Sebenarnya, hal itu tentang tembakan «Death Gun» di dalam game dan 2 kematian di dunia nyata—

Ini terdengar sangat aneh, tapi karena merasa terlalu unik, aku merasa ada yang janggal. Juga, ini adalah alasan terbesar kenapa aku tidak bisa memberitahu Suguha atau temanku yang lain kalau aku memindahkan dataku.

Aku melihat ke bawah dan bergumam, lalu, aku mendengar sesuatu bergerak.

Lalu, terdengar suara langkah kaki dan aku merasakan bahuku disentuh.

“Kakak.”

Suguha menyandarkan tubuhnya di punggungku dan berbisik di kupingku.

“Kak Asuna bilang kalau ‘dia akan kembali seperti biasa setelah membuat kekacauan di GGO’, tapi aku rasa dia pasti merasa sedikit khawatir. Aku seperti dia juga, karena…karena, kakak, kamu pulang sangat larut tadi malam, dan mukamu sangat menakutkan.”

“Be…narkah.”

Aku hanya bisa menjawab itu. Rambut pendek Suguha itu membelai leherku, dan suara dengan semburat napas dekat dengan telinga kiriku bersuara,

“Itu…tidak akan berbahaya, kan…? Aku tidak ingin kamu pergi ke tempat yang jauh…”

“…Aku tidak akan pergi.”

Kali ini, aku mengatakannya dengan jelas, dan menaruh tangan kananku di tangan kecil yang ada di bahu kiriku.

“Aku berjanji. Malam ini, setelah acara GGO selesai, aku akan kembali ke ALO…dan rumah ini.”

“…Un.”

Suguha nampaknya menganggukkan kepalanya, dan menyandarkan bagian atas tubuhnya padaku saat dia diam disitu.

Adik ku sudah putus asa saat dua tahun aku terjebak didalam SAO, dan aku harusnya tidak membuatnya sangat khawatir.

Sebenarnya, aku bisa saja mengirimkan pesan ke Kikuoka Seijirou kalau ‘Aku tidak mau melakukannya’, dan melupakan segalanya—Tapi setelah apa yang terjadi di babak penyelisihan kemarin, tenyata ada dua alasan yang membuatku sulit untuk melakukannya.

Salah satu alasannya adalah aku telah berjanji untuk bertarung melawan gadis itu «Sinon», yang memegang Sniper Rifle yang sangat besar, salah mengira aku sebagai pemain wanita, dan mengajariku semua jenis trik.

Dan alasan lainnya adalah dendamku pada «Death Gun».

Aku harus bertemu dengan pria berjubah abu-abu itu lagi, menegaskan «nama lama»nya—dan kedua temannya yang telah kubunuh dengan pedangku. Ini harusnya menjadi tanggung jawab yang ku lakukan ketika aku kembali ke dunia nyata…

Aku menepuk tangan Suguha yang ada di bahuku, dan berkata lagi,

Sword Art Online Vol 06 -019.jpeg

“Jangan khawatir, aku pasti kembali. Ayo cepat habiskan makanannya. Makanannya akan dingin.”

“…Un.”

Suara Suguha terdengar lebih kuat saat dia menganggukkan kepalanya, memeluk diriku di bahu dan melepaskannya setelah sesaat.

Setelah dia berlari kembali ke kursinya dengan langkah kecil, adik ku mempunyai senyuman yang cemerlang. Dia mengambil sesuap besar Paella, memasukkannya ke mulutnya, dan lalu memutar sendoknya dengan ringan.

“Omong-omong, kak.”

“…hm?”

“Aku dengar dari kak Asuna kalau kamu dapat banyak dari «pekerjaan» ini, kan?”

“Ugh!”

Pikiranku segera mengingat hadiah 300.000 yen yang aku setujui dengan Kikuoka dan katalog bagian-bagian PC yang sudah ku persiapkan untuk digunakan uang ini…Kurasa aku harus menghapus kapasitas penyimpanan dan menepuk dadaku dengan rasa percaya diri

“O, oh, aku akan membelikan apapun untukmu, jadi tunggu saja kepulanganku.”

“Bagus! Aku selalu ingin membeli sebuah nanocarbon shinai.”

…Sepertinya aku harus membetulkan kapasitas memori utama juga.


Aku berangkat lebih awal dari jam 3 sore untuk menghindari kemacetan, dan meloncat ke sepeda lamaku sebelum meninggalkan rumah.

Kendaraan itu bergerak melalui jalanan Kawegoe menuju arah timur, melewati Ikebukuro, dan bergerak melalui jalan Kasuga. Setelah itu, aku berputar ke arah selatan di Hongo, melalui Kota Bunkyou sebelum sampai di rumah sakit umum, yang adalah tujuanku.

Aku datang kemari kemarin, tapi ingatanku nampak sangat jauh.

Sebenarnya, alasannya sederhana. Aku tidak bisa tidur tak peduli berapa lama aku berbaring di tempat tidurku, dan aku hanya bisa tetap membuka mataku di dalam kegelapan saat aku mencoba mengingat masa lalu yang telah lama dilupakan di dalam diriku, seluruh proses penghancuran guild pembunuh «Laughing Coffin» saat masa SAO.

Pada akhirnya, aku akhirnya menyerah mencoba untuk tidur dan saat jam 4 di pagi hari, memakai AmuSphere, masuk ke dunia VR, memakai local area network untuk memanggil «putri» ku Yui dari PC di rumahku dan membuatnya berbicara denganku sampai «modus tidur» diaktifkan. Tapi, aku tidak dapat mimpi indah yang panjang karena tidurku tidak nyenyak.

Untungnya, aku tidak terlalu ingat isinya, tapi sebuah suara selalu terdengar di telingaku sejak aku bangun.

--Apakah kau Kirito?

Itu mungkin gumaman pemain yang dipanggil «Death Gun» katakan padaku di babak penyelisihan kemarin.

Dan ini juga sebuah pertanyaan untukku, orang yang menggunakan kata-katanya untuk membunuh dua—bukan tiga anggota «Laughing Coffin», termasuk pengawal Asuna itu.

Apakah itu kau? Kau kirito yang membunuh kami?

Aku tidak bisa langsung menjawab ‘itu benar’ ketika menghadapi pertanyaan ini, tidak peduli di babak penyisihan BoB atau mimpi.

Saat final jam 8 sore hari ini, Kurasa aku akan bertemu dengan orang yang terlihat seperti mayat hidup itu. Jika aku ditanyai pertanyaan itu lagi, aku harus mengakuinya tidak peduli apapun.

Tapi aku tidak punya rasa percaya diri kalau aku dapat melakukannya.

Merendahkan harga diriku aku tertawa tentang pikiran yang memalukan seperti itu, aku memarkirkan sepeda dan berjalan ke gedung bangsal.

Karena aku telah mengirim pesan sebelum aku pergi, perawat Aki telah menungguku di ruangan rumah sakit itu. Seperti kemarin, dia mempunyai kepang yang diikat dengan longgar di rambutnya, tapi hari ini, dia memakai kacamata tanpa bingkai di hidungnya. Dia sedang duduk di kursi di samping tempat tidur, menyilangkan kakinya yang panjang dan ramping sambil mengangkat salah satunya, dan membaca buku kertas yang tampaknya sedikit ketinggalan jaman. Namun, dia menutup bukunya dengan cepat dan tersenyum ketika melihatku.

“Ya, kamu datang lebih awal, nak.”

“Maaf sudah mengganggumu lagi hari ini, Aki-san.”

Setelah mengangguk padanya, aku melihat kearah jam dan menemukan bahwa sekarang belum jam 4. Masih ada lebih dari 4 jam sebelum final BoB dimulai, tapi aku tidak bisa belajar banyak jika aku khawatir terlalu banyak hingga melewatkan pendaftaran, kurasa lebih baik muncul lebih awal dan melakukan beberapa latihan tembak.

Aku menaruh jaketku di gantungan dan berkata pada perawat Aki.

“Baiklah, karena turnamen dimulai jam 8, kamu boleh mengambil ECG ku”

Pada akhirnya, perawat putih ini mengangkat bahunya sedikit.

“Tidak perlu. Aku sudah menyelesaikan tugas malam. Aku tidak ada tugas hari ini, jadi aku bisa menemanimu untuk beberapa jam.”

“Eh…erm, bukankah itu terlalu canggung…”

“Benarkah? Aku akan meminjam tempat tidurmu jika aku mau tidur”

Dia mengatakan kata-kata itu dan berkedip sedikit. Sebagai seorang pecandu berat VRMMO yang punya pengalaman BGR yang sangat kecil, aku hanya bisa berpaling. Perawat Aki tertawa kecil ketika melihat ku seperti ini. Saat orang ini melihat ku dalam posisi yang memalukan saat rehabku, aku tidak bisa menaikkan kepalaku untuk melihatnya.

Aku duduk di tempat tidur untuk menyembunyikan kecanggungan ini, dan dengan segera memindai melalui peralatan layar di sampingku dan dua helm bercincin tumpang tindih perak—«AmuSphere» yang telah disiapkan untuk ku.

Kikuoka dengan khusus menyiapkan mesin yang baru untuk ku, dan tidak ada satupun noda di kedua baja stainless maupun di kulit buat manusia. Desainnya yang trendi dan perasaan yang jauh melebihi NervGear yang dasar, dan lebih tepat untuk menyebutnya sebuah hiasan daripada peralatan elektronik.

Mesin ini harusnya tidak bisa menyebabkan gelombang mikro fatal seperti yang dikatakan iklan tagline-nya «pasti aman». Tidak, itu lebih seperti dirancang ketat untuk dapat menciptakan sinyal elektrik lemah.

Jadi biasanya, tidak perlu pergi ke rumah sakit dan menghubungkan diriku ke ECG dan meminta perawat untuk berdiri di sampingku untuk menjaga keamananku. Tidak peduli apa yang dia lakukan, dia tidak bisa melukaiku melalui AmuSphere ini.

Namun,

Pemain terkenal di GGO «Zexceed» dan «Usujio Tarako» benar-benar meninggal di kehidupan nyata.

Dan «Death Gun» avatar yang menembakkan peluru khayalan ke arah mereka adalah seseorang yang mem-PK dengan keinginannya sendiri di SAO…pemain pembunuh.

Jika aku menggunakan teknologi siluman, akankah ada bahaya yang akan kutemui?

Untuk contoh, para pemain yang dibunuh di dunia SAO akan mendapat suatu jenis «keinginan membunuh» atau «kebencian» digital yang akan cocok di lingkungan VR. Kekuatan ini dapat diubah oleh AmuSphere menjadi data, dan mengirim suatu jenis sinyal melalui jaringan ke tubuh mereka yang ditembak…menyebabkan jantungnya berhenti.

Jika dugaan ini benar, «Death Gun» dapat membunuh semua pemain di dunia nyata melalui game.

Juga, «Kirito» yang memegang pedang khayalan bisa berakhir membunuh «Death Gun» atau orang lain.

Aku telah membunuh pemain lain di Aincrad sebelumnya, mungkin lebih dari seluruh PKer.

Hingga sekarang, aku akan dengan sengaja melupakan mereka yang jatuh di pedangku. Namun, segel dari semua ingatan itu telah terbuka kemarin.

Tidak, itu lebih seperti aku tidak bisa melupakan mereka semua. Selama tahun yang lalu, aku hidup sambil berpura-pura bahwa tidak ada apapun yang terjadi, dan terus berlari dari dosa yang telah kuperbuat…

“Ada apa denganmu, nak? Kamu tidak terlihat baik.”

Ujung dari selop putih itu tiba-tiba mengetuk lututku.

Aku terkejut hingga bahuku kaku. Melihat ke atas, aku menemukan bahwa Perewat Aki melihat ke arahku melalui kacamata tanpa bingkai itu.

“…Ah…itu bukan apa-apa…”

Aku sedikit menggelengkan kepalaku, tapi tetap menggigit bibirku dengan keras pada akhirnya. Beberapa jam lalu, aku membuat Suguha khawatir untuk alasan yang sama. Terlalu memalukan bagiku untuk membiarkan Perawat Aki khawatir tentang aku bahkan setelah menyetujui permintaan macam itu.

Namun, Perawat Aki memberi ku senyum yang membesarkan hati yang di tunjukkannya saat aku melakukan rehab. Dia berdiri dari kursi, bergerak ke arahku dan mengatakan,

“Ini adalah kesempatan yang langka untuk seorang perawat yang cantik memberikan nasihat. Katakanlah apa yang ada di hatimu.”

“…Sepertinya aku akan mendapat ganjaran jika aku menolak.”

Fuu…setelah mengeluarkan nafas dengan keras, aku melihat ke lantai, ragu untuk sesaat, dan berkata,

“…Baiklah, perawat Aki. Kamu ada di bagian pembedahan sebelum pindah ke rehab, kan?”

“Un, itu benar.”

“Tolong maafkan pertanyaanku yang lancang dan langsung ini…”

Aku menengok ke kiri dan berkata dengan suara yang lebih lembut.

“…Seberapa lama pasien yang meninggal tinggal di pikiran anda…?”

Ini adalah pertanyaan yang akan membuatku ditegur atau bahkan tatapan kosong. Jika aku seorang perawat, aku akan bertanya-tanya apa yang akan bocah yang tidak tahu apapun tentang pembedahan bertanya sesuatu seperti dia tahu apa yang terjadi.

Namun, Perawat Aki tetap memberiku senyuman dan menjawab,

“Baiklah…”

Dia melihat ke arah langit-langit dari ruang pasien untuk sesaat, dan dengan lambat membuka mulutnya sebelum berkata,

“Jika aku mencoba mengingat, aku dapat mengingat nama dan wajah mereka. Bahkan jika itu seorang pasien yang bersamaku selama satu jam di ruang operasi yang sama…hm, aku masih bisa mengingat. Aku hanya melihat mereka tidur karena obat bius. Itu benar-benar tidak bisa dipercaya, kan?”

Dengan kata lain, ada beberapa kematian di operasi yang dilakukan Perawat Aki sebelumnya…Aku tahu ini bukan sesuatu yang bisa kusentuh secara asal, tapi aku terpaksa harus bertanya,

“Bukankah anda ingin melupakan mereka?”

Perawat Aki berkedip dua kali, mungkin karena melihat ekspresiku yang tidak aku ketahui setelah aku mengatakannya. Namun, bibir yang mempunyai lipstick tipis tetap menjaga senyumnya.

“Hmm, baiklah…Aku tidak tahu jika aku bisa menjawab pertanyaanmu ini…”

Perawat Aki mengatakan itu, dan lalu melanjutkan dengan suara yang sangat serak.

“Manusia akan benar-benar lupa ketika mereka merasa kalau ada sesuatu yang perlu dilupakan. Mereka tidak akan punya pikiran untuk ingin melupakan. Semakin kamu ingin melupakan, semakin kuat ingatan itu tinggal di dalammu, yang membuatnya lebih jelas, kan? Untuk hal itu, aku rasa…didalam hatimu, ketidaksadaranmu, kamu tidak ingin melupakan tentang itu, kan?”

Jawaban yang tidak diduga-duga membuatku menghembuskan nafas.

Semakin ingin kulupakan, semakin ku ingat…?”

Kata-kata ini masuk langsung ke hatiku, meninggalkan rasa yang sangat pahit dimulutku. Setelah aku mengubahnya menjadi senyuman yang merendahkan diri sendiri, aku mengatakan kata-kata ini,

“…Kalau begitu, aku benar-benar orang yang jahat…”

Menghindari tatapan ‘kenapa’ yang diberikan Perawat Aki, aku melihat diantara kakiku di lantai, mengepalkan tanganku dan menaruhnya di lututku, dan menggunakan tekanan ini untuk melepaskan kata-kata ini dari dadaku.

“…Aku membunuh 3 pemain…di SAO…”

Suara yang kering itu mengetuk dinding putih dari kamar pasien dan kembali sebagai gema yang menakjubkan. Tidak, kurasa hanya otakku yang terpengaruh.

Aku datang ke rumah sakit ini saat November dan Desember tahun lalu untuk penyembuhan, dan Perawat Aki adalah orang yang mengurusku. Begitulah dia tahu kalau aku terkurung didalam dunia virtual selama dua tahun. Namun, aku tidak memberi tahu apa yang terjadi di dunia itu.

Siapapun yang bekerja di bidang penanganan medis pasti akan merasa tidak bahagia setelah mendengar bahwa aku telah mengambil nyawa. Namun, aku tidak bisa berhenti bicara seperti itu. Aku hanya bisa merendahkan kepalaku dan berkata dengan suara serak.

“Mereka semua pemain merah…semuanya «pembunuh», tapi aku bisa memilih untuk tidak membunuh mereka dan membuat mereka tidak bisa bertarung. Tapi aku tetap membunuh mereka, karena kemarahanku, amarah…dan nafsu ingin balas dendam. Aku bahkan telah melupakan mereka selama tahun lalu. Tidak, aku masih belum bisa mengingat nama dan wajah mereka bahkan saat mengatakan ini sekarang. Dengan kata lain…Aku adalah macam orang yang bahkan melupakan orang yang aku bunuh sendiri.”

Saat aku menutup mulutku, ruangan pasien menjadi sunyi senyap.

Setelah sesaat, suara pakaian yang bergesekan dan guncangan dari kasur terdengar olehku. Aku rasa Perawat Aki yang duduk di samping kiri diriku akan meninggalkan ruangan ini.

Namun, aku salah. Sebuah tangan menjangkau dari belakang punggungku dan ditaruh di pundak kananku sebelum menarik aku dengan kuat. Saat ini, tubuh bagian kiriku menempel dengan erat ke seragam putih itu. Aku yang tegang ini mendengar suara lembut dengan nafas ringan di posisi yang sangat dekat dariku.

“Maafkan aku, Kirigaya-kun. Aku mengatakan dengan percaya diri kalau aku bisa meringankan masalah emosimu, tapi aku masih belum bisa menghilangkan beban di dirimu. Tentu saja, aku tidak bisa menanggungnya bersamamu.”

Tangan yang ada di pundak kananku mulai membelai tanganku.

“Aku belum pernah bermain VR game apapun, maupun «Sword Art Online»…jadi aku tidak bisa merasakan beban dari kata «membunuh». Namun…satu hal yang aku tahu hingga kamu harus berakhir melakukan itu karena kamu harus menolong seseorang, kan?”

“Eh…”

Kata-katanya mengejutkanku.

Untuk menolong orang lain. Unsur ini memang ada, ta, tapi, aku tidak bisa begitu saja…

“Dalam pengobatan, ada juga situasi dimana kami harus memilih siapa yang ingin kamu selamatkan, seperti membiarkan janin untuk menyelamatkan sang ibu, untuk membiarkan sebuah sayuran untuk menyelamatkan seseorang yang membutuhkan sebuah organ dan lain-lain. Didalam skenario skala besar atau bencana, ada standar untuk menangani ‘tingkat luka’ dan memprioritaskan yang memerlukan pertolongan. Tentu saja…itu bukannya kita bisa membunuh tanpa alasan yang bagus. Nyawa yang hilang tidak bisa diambil kembali tidak peduli berapa harga yang dibayar. Tapi…seseorang sepertimu juga harus punya hak untuk memikirkan seseorang yang telah diselamatkan karena dirimu. Kamu memiliki hak untuk memaafkan dirimu sendiri dengan memikirkan orang-orang yang telah kamu selamatkan.”

“Membiarkan diriku…untuk memaafkan diriku sendiri.”

Setelah aku mengatakannya dengan suara yang serak, aku menggelengkan kepalaku saat tangan Perawat Aki masih ada di diriku.

“Ta, tapi…Aku melupakan tentang orang-orang yang kubunuh, membuang tanggungjawab dan tugas, jadi aku harusnya tidak perlu dimaafkan…”

“Itu tidak akan menyakitkan jika kamu benar-benar lupa tentang itu.”

Setelah mengatakan itu dengan suara yang mantap, Perawat Aki menaruh tangan kirinya di tanganku dan menghadapkanku padanya. Mata panjang sipit dibelakang kacamata tanpa bingkai itu mempunyai sinar yang kuat didalamnya. Aku mengetahui kalau ada air mata yang mengalir dari mataku ketika dia menggunakan ibu jari dengan kuku jari yang pendek untuk mengelap mataku.

“Kamu masih mengingatnya dengan jelas. Tentu saja, kamu akan mengingat semuanya ketika waktunya untukmu mengingat. Itulah kenapa, kamu harus mengingat mereka yang kamu tolong dan selamatkan pada saat itu juga.”

Setelah mengatakannya, Perawat Aki menempatkan dahinya dekat dahiku.

Sentuhan dingin itu menyebabkan putaran di otakku yang berat reda. Pundakku juga mulai kendur, dan dengan lambat aku menutup mataku.


Beberapa menit kemudian, aku telah telanjang dada dan mendapat elektroda untuk ECG menempel padaku saat aku menaikkan tanganku untuk mengangkat AmuSphere.

Sejak kemarin malam, aku selalu mempunyai ketakutan yang berat dan dingin dan tanggungjawab menggangguku, dan sekarang beban ini akhirnya telah meninggalkan diriku. Tapi bagimana ketika aku bertemu orang itu di «Gun Gale Online» lagi? «Death Gun», beban ini akan menekanku lagi.

Layar VR yang berat seperti batang besi ditempatkan di wajahku. Aku menyalakannya, dan dengan segera, ada bunyi genta elektronik yang menandakan hitung mundur sebelum memulai. Aku memindahkan pandanganku dan berkata pada Perawat Aki yang duduk disamping peralatan layar,

“Aku akan meninggalkan pengawasan padamu kalau begitu. Dan, juga…untuk yang tadi…terima kasih.”

“Tidak, tidak perlu berterima kasih untuk itu.”

Setelah mengatakan itu dengan nada yang seperti pendeta, perawat itu mengenakan selimut tipis padaku. Aku menutup mataku dengan kuat diantara bau harum sabun bersih.

“Tidak akan ada apa-apa sebelum jam 8…Aku akan kembali dalam 10 menit. Aku akan pergi. LINK START!”

Ketika indraku mulai diputus, suara Perawat Aki dapat terdengar.

“Aku mengerti. Pergilah tanpa cemas, «Pahlawan Kirito».”

Apa…?

Sebelum aku bisa berpikir, kesadaranku telah meninggalkan kenyataan dan memasuki gurun tandus yang penuh dengan debu dan asap.


Bab 8[edit]

“Orang itu…”

KRAK!

“…BENAR-BENAR MEMBUATKU MARAH!”

Menyerukan kata-kata ini dari mulutnya, Asada Shino menggunakan jari-jari dari sepatu sneaker yang dipakainya untuk menendang ayunan.

Ini adalah pojok di taman kecil dekat rumah Shino. Langit sudah gelap, dan taman ini adalah tempat sederhana hanya dengan 2 peralatan rekreasi dan setumpuk kerikil, jadi, tidak anak yang akan bermain disini saat hari Minggu.

Duduk disamping Shino di ayunan adalah Shinkawa Kyouji, yang melebarkan matanya.

“Jarang sekali, Asada-san…untukmu mengkritik seseorang secara langsung.”

“Karena dia benar-benar…”

Shino memasukkan tangannya kedalam rok denimnya, menyandarkan punggungnya di tiang miring, menekuk bibirnya dan melanjutkan,

“…Sangat berkulit tebal, suka melakukan pelecehan seksual, suka bertindak keren…omong-omong, siapa yang menggunakan pedang untuk bertarung di GGO!”

Setiap kali Shino akan berbicara tentang betapa menjengkelkan «orang itu» baginya, dia akan menendang kerikil kecil disebelah kakinya.

“Juga, orang itu bahkan menyamar menjadi seorang perempuan tepat di awal, dan bahkan dia memintaku memilihkan pakaian untuknya! Aku hampir meminjamkan dia uang juga!, AAAAHHHHHH!! SIALAN, APANYA ‘BISAKAH KAU MENYERAH!’!”

Gerutuan ini berlangsung hingga tidak ada lagi batu yang berukuran sesuai disekitar. Shino merendahkan kepalanya, melihat kesampingnya, dan menemukan kalau Kyouji sangat terkejut saat dia menggunakan ekspresi lembut untuk menatapnya.

“…Ada apa, Shinkawa-san?”

“Tidak…itu tidak jarang, tapi kurasa ini pertama kalinya kamu menghina orang sebanyak itu…”

“Eh…benarkah?”

“Un, karena kamu biasanya tidak nampak tertarik pada orang lain…”

“…”

Ketika mendengarkan lelaki itu mengatakan ini, dia baru menyadari,

Biasanya, dia tidak akan begaul dengan orang lain dengan antusias. Bahkan jika seseorang mengerjainya?seperti Endou dan yang lainnya, dia hanya akan merasa terganggu karena dia merasa kalau tidak perlu menghabiskan terlalu banyak tenaga untuk marah pada mereka.

Jika dia perlu mengatakannya, Shino bahkan tidak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Siapa yang punya waktu untuk berurusan dengan orang lain? Walaupun begitu, «orang itu» benar-benar membuatnya marah sekali untuk alasan yang tidak dapat dipahami. Kurang dari 24 jam sejak mereka bergaul untuk pertama kalinya di hari Sabtu siang, dan orang itu tetap tinggal di ingatannya, dan dia tidak dapat menghapusnya.

Tapi tidak aneh kalau dia akan semarah ini.

Sudah satu setengah tahun sejak Shino mulai bermain VRMMORPG «GGO». Namun, dia belum pernah bertemu pemain yang telah melanggar privasinya seperti ini. Dan juga, dia sangat terkejut ketika dia menyentuh tangannya saat periode istirahat setelah ronde pertama di babak penyelisihan, dan juga sangat terguncang ketika dia melewatkan dua tembakan dari jarak sedang di ronde kedua setelahnya.

“…Ja, jangan melihatku seperti ini. Aku jadi mudah marah.”

Shino dengan mudah menyeret batu yang jauh dengan jari kakinya dan menendangnya dengan keras ke arah semak-semak ketika dia mengatakan itu.

“Fufu~ benarkah begitu.”

Kyouji terus menatap Shino, tapi dia nampak mengingat sesuatu ketika dia dengan tiba-tiba meloncat dari ayunan dan berkata dengan antusias,

“Lalu…apakah kamu mau menjebaknya dia di arena latihan? Jika kamu mau menembak, Aku akan menjadi umpan…tapi lebih bagus balas dendam dari depan kan? Aku bisa mengumpulkan 2, 3 penembak mesin hebat untuk menolong. Menggunakan materi sinar untuk men-stun dia lalu melakukan MPK juga tidak buruk.”

Shino yang terkejut mengedipkan matanya pada Kyouji, yang merencanakan seluruh jenis PK, lalu mengangkat tangan kanannya untuk memotongnya.

“Erm, baiklah…Aku tidak bermaksud begitu. Bagaimana harus kukatakan…meskipun dia membuatku marah, cara bertarungnya cukup jujur. Aku ingin bertarung dengannya secara adil. Aku kalah kemarin…Tapi Aku tahu cara bertarung dengannya, dan ada kesempatan untuk balas dendam juga.”

Shino mendorong ke atas kacamata sederhana, dan lalu mengeluarkan handphone-nya dari kantung roknya untuk memeriksa waktu.

“3 setengah jam lagi sebelum final BoB mulai. Aku akan membuat lubang besar padanya saat event besar itu.”

Shino mengacungkan jari telunjuk kanannya ke arah langit di barat, dan tepat dimana dia menunjuk, bulan merah terlihat terbit.


Kemarin malam, di malam Desember ketiga belas, diadakan turnamen penyisihan untuk yang terkuat di GGO?«Bullet of Bullets ke-3».

Shino di grup K berhasil memenangkan jalannya, tapi pada akhirnya, yang muncul didepannya, adalah orang yang seharusnya adalah seorang pemula?bahkan dia merasa bahwa dia akan bertemu dengannya, «orang itu».

Namanya adalah «Kirito», seorang gamer yang memindahkan semua data uniknya menggunakan platform «The Seed» dari VRMMO yang tidak diketahui Shino ke GGO.

Shino yang sedang dalam perjalanan ke ibukota GGO, «SBC Gurokken» menara presidensil dimana dia bertemu Kirito, yang baru saja masuk dalam permainan. Dia bertanya pada Shino dimana letak toko senjata, dan Shino, yang biasanya akan menunjukkan jalan dengan dinginnya dan pergi, berinisiatif untuk membimbingnya.

Dan alasannya adalah—avatar Kirito terlihat seperti perempuan bagaimanapun orang melihatnya.

Shino baru mengetahui kalau model M ini dalam GGO disebut «seri 9000», sebuah avatar yang tidak beda dari model F. Karena model ini sangat jarang, akun tersebut akan sangat mahal jika dijual. Secara logis, penampilan Kirito pantas dianggap cantik untuk harga itu. Rambut lurus panjang, mata lebar yang nampak memancarkan cahaya kegelapan, kulit putih seperti salju dan tubuh yang mungil. Jujur saja, itu lebih feminim dari model asli yang dimiliki Shino.

Setelah bermain GGO selama satu setengah tahun, Shino belum pernah bertemu «pemain perempuan pemula».Tentu saja, Shino mengenal sedikit gamer perempuan, tapi mereka semua lebih berpengalaman dari Shino—semuanya pemain lama. Waktu yang mereka habiskan untuk saling tembak-menembak akan lebih lama dari waktu yang dihabiskan untuk berbincang-bincang.

Jadi, Shino melihat gadis berambut hitam—yang sebenarnya adalah seorang laki-laki—yang tersesat, dan langsung mengingat masa lalunya, dan lalu tertarik padanya dan menjadi pemandunya.

Mereka berdua memilih perlengkapan mereka di sebuah toko besar, dan Shino lalu mengajarinya sistem pertarungan unik yang dimiliki GGO, «jalur peluru», dan bahkan memberitahunya cara mendaftar di menara presidensil. Setelah itu, mereka pergi ke kubah tunggu dibawah menara tersebut dan kedalam tempat istirahat untuk berganti perlengkapan jalanan mereka ke perlengkapan bertarung. Shino lalu melepaskan semua perlengkapannya kecuali untuk pakaian dalamnya—dan pada saat itu, Kirito memberi tahu nama aslinya dan jenis kelaminnya.

Shino dengan sangat malu, menamparnya dengan keras dan lalu berkata,

Kau harus masuk ke babak final. Untuk pelajaran terakhir, Aku akan mengajarimu rasanya menjadi pecundang dengan sebuah peluru.

Tapi jujur saja, dia tidak berpikir kalau dia akan punya kesempatan.

Kirito hanya seorang pemula yang baru saja berpindah ke GGO, dan dia tidak tahu apa yang orang ini pikirkan karena senjata utamanya bukan sebuah senapan ataupun senapan mesin, tapi sebuah «pedang photon» yang digunakan untuk pertarungan jarak dekat.

Itu adalah sebuah mimpi menggunakan pedang untuk mengalahkan pengguna senapan, Shino pikir dan akan melupakan Kirito—

Tapi, Kirito dengan tidak terduga memenuhi janjinya dengan Shino, dan dalam babak penyisihan grup F dimana 64 orang bertarung, dia berhasil memenangkan jalannya dari ronde 1 hingga ronde 5 menggunakan pedang laser dan pistol kaliber kecil sebagai senjata sampingan saat dia menerjang ke babak final dimana Shino menunggu.

Di jalan raya di bawah matahari tenggelam yang menjadi panggung dari final babak penyelisihan, Shino menyaksikan kemampuan bertarung Kirito yang hebat. Dia menggunakan pisau energi dari pedang photon untuk menangkis peluru kaliber 50 yang ditembakkan Shino dari «Ultima Ratio Hecate II» kesayangannya—atau lebih tepat, memotongnya.

Kirito berlari dengan agresif diantara peluru yang dipotong menjadi dua, mendekati Shino, mengarahkan pedangnya ke arah lehernya, dan bergumam di jarak dekat,

“Bisakah kau menyerah? Aku tidak terlalu suka membunuh perempuan.”

“~~~~~~~~~~!”

Hanya mengingat itu saja membuatnya merasakan penghinaan yang dialaminya lagi. Lalu Shino dengan kasar menurunkan tangan kanan yang diarahkan ke bulan.Dia mencari kerikil di sekitarnya yang bisa dia tendang, tapi sayangnya, mereka semua sudah ditendang ke rumput. Jadi, dia hanya bisa menggunakan sol sepatu sneakernya untuk menendang tiang logam tersebut.

“…Kau lebih baik bersiap. Akan kubayar penghinaan itu beserta dua kali bunganya…”

Karena dia terengah-engah, Kyouji bangun dari ayunan dan terlihat terganggu karena dia mengerutkan dahinya pada wajah Shino.

“…A, ada apa?”

“Erm…apakah kamu baik-baik saja? Apakah tidak apa-apa kamu melakukannya…”

Kyouji melihat kearah tangan kanan Shino. Tanpa sepengetahuannya, tangannya yang dikepalkan sekarang mengacungkan ibu jari dan jari telunjuknya membentuk sebuah pistol.

“Ah…”

Dia dengan gelisah menggoyangkan tangannya. Memang benar tindakan ini membuat orang memikirkan sebuah «senapan», dan jantung Shino akan berdebar-debar setiap saat. Namun, tidak adanya perasaan seperti itu saat ini, bisa dijelaskan.

“U, un, itu tidak apa-apa…mungkin karena aku marah, tapi itu tidak seberapa.”

“Aku mengerti…”

Kyouji merendahkan kepalanya dan terus melihat kearah mata Shino. Dia tiba-tiba mengulurkan tangannya dan menyentuh tangan kanan Shino.Perasaan hangat dan agak berkeringat dari telapak tangan membuat Shino melihat kebawah secara insting.

“A…ada apa, Shinkawa-kun?”

“Aku sering merasa…sangat khawatir…Asada-san berbeda dari biasanya…Ya…jika, jika ada yang bisa aku bantu, Aku mau melakukannya. Aku hanya bisa mendukungmu dari layar…tapi, jika ada hal lain yang bisa kulakukan…Aku…”

Shino melihat Kyouji untuk sesaat. Wajah lembut itu hanya memiliki mata yang memancarkan emosi dari dalam dan memberikan kehangatan dan cahaya.

“Se…seperti apa aku yang biasa…”

Dia tidak bisa mengingat bagaimana dia biasanya terlihat dan berbicara. Lalu, tangan Kyouji mulai memberikan tekanan, dan dia membuka mulutnya untuk berbicara,

“Asada-san biasanya terlihat keren…selalu terlihat seperti tidak ada yang bisa mengganggumu…kamu mendapat perlakuan sama sepertiku di sekolah, tapi kamu tidak lari dari sekolah sepertiku…Kamu sangat kuat, sangat hebat. Aku selalu mengagumi kepribadian Asada-san…ini bisa dianggap mimpiku.”

Tertekan oleh kehadiran Kyouji, Shino ingin mundur, tapi tiang ayunan tidak akan membiarkannya.

“Ta, tapi…Aku tidak kuat sedikit pun. Aku, kamu tahu…ketika aku melihat senapan aku akan bereaksi…”

“Tapi Sinon berbeda.”

Kyouji melangkah ke depan.

“Dia bisa menggunakan menggunakan senjata yang kuat sesuka hati…dan dia adalah salah satu pemain terkuat di GGO. Aku pikir dia adalah Asada-san yang asli. Asada-san di dunia nyata akan menjadi menjadi seperti itu, jadi kamu tidak perlu khawatir…melihatmu ragu dan marah karena itu, Aku…Aku benar-benar ingin menolong…”

--Tapi, Shinkawa-san.

Berpaling sedikit untuk sesaat, Shino berkata didalam hatinya.

--Dulu, Aku akan menangis dan tertawa seperti orang biasa. Aku tidak menjadi «aku yang sekarang» atas keinginanku.

Memang benar Shino ingin menjadi sekuat Sinon yang sekarang.Tapi, dia ingin menghadapi ketakutannya atas senapan, dan bukan meninggalkan semua perasaannya.

Mungkin didalam hatinya, dia masih ingin tertawa dan berbicara dengan temannya seperti orang biasa, itulah mengapa dia menolong orang itu tidak seperti biasanya ketika dia melihat gadis pemula yang tersesat di jalan Glockenspiel, dan dia marah setelah dia mengetahui bahwa orang itu adalah seorang laki-laki.

Shino senang karena Kyouji sangat mengkhawatirkannya, tapi walaupun begitu, dia merasa kalau perasaan ini disalah tempatkan.

--Aku...Aku, apa yang aku mau...

“Asada-san…”

Suara lembut tiba-tiba terdengar di sebelah telinga Shino, menyebabkan matanya terbelalak. Tanpa diketahui, lengan Kyouji sedang memeluknya besama dengan tiang logam.


Meskipun taman kosong itu gelap, tapi, masih banyak orang lewat berjalan dijalan berlawanan arah dari trotoar dengan trotoar dengan pohon yang telah menggugurkan daunnya. Saat ini, jika seseorang melihat Shino atau Kyouji sekarang, mereka akan mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih.

Memikirkan ini, Shino lalu mendorong tubuh Kyouji secara insting.

“…”

Kyouji melihat ke arah Shino dengan ekspersi terluka. Shino terkejut dan cepat-cepat menjelaskan,

“Ma, maaf. Aku senang kalau kamu mengatakan itu…Hanya kamu temanku disini, tapi…Aku tidak punya perasaan seperti itu saat ini, karena aku hanya bisa menyelesaikan masalahku dengan bertarung…”

“…Aku mengerti…”

Melihat Kyouji menundukkan kepalanya kesepian, gadis itu mempunyai perasaan bersalah.

Kyouji harusnya sudah tahu tentang masa lalu Shino?Kejadian itu. Sebelum dia menolak untuk datang ke sekolah, Endou dan temannya menyebarkan berita ini ke seluruh sekolah, tapi bahkan setelah mengetahui itu, dia masih mau berteman dengannya. Haruskah dia menyatakan perasaannya sekarang? Tentu saja, bukannya Shino tidak mengetahui hal itu. Dia tahu kalau dia akan sangat kesepian jika Kyouji meninggalkannya dengan sedih.

Tapi, di suatu sudut di lubuk hatinya tidak akan membiarkannya melupakan tentang orang itu, wajah Kirito. Dia terlalu percaya diri pada kemampuannya sendiri. Shino ingin melawannya jadi dia bisa bertarung dengan sekuat tenaga.

Ya?saat ini, keinginan Shino satu-satunya adalah untuk menghancurkan cangkang yang menyelimuti hatinya dan melepaskan dirinya dari ingatannya yang menakutkan. Untuk melakukannya, dia ingin bertarung di matahari terbenam gurun dan menang.

“Jadi…bisakah kamu menunggu?”

Dia berkata dengan suara yang lembut. Kyouji melihat Shino dengan mata yang mempunyai banyak perasaan, dan setelah beberapa saat, tersenyum. Dia menunjukkan ‘terima kasih’ dengan bibirnya, dan Shino tersenyum juga.


Setelah meninggalkan taman dan berpamitan dengan Kyouji, Shino cepat-cepat pulang dan membeli beberapa air mineral dan yogurt lidah buaya untuk makan malam. Dia biasanya akan memasak makanan dengan gizi seimbang untuknya, tapi setelah lebih dari 3 jam bermain, akan ada banyak alasan kenapa banyak gamer tidak boleh makan terlalu banyak.

Kaki kaki gadis yang memegang tas yang bersuara itu, berlari menaiki tangga, melangkah ke rumahnya, cepat-cepat menyalakan gembok listrik, pergi melalui dapur, lalu sampai di kamar 6 tatami didalam dan melirik kearah jam di dinding.

Masih ada waktu sebelum babak final BoB dimulai, jam 8.30 malam, tapi Shino ingin log in awal dan menghabiskan waktu untuk mengumpulkan perlengkapan, amunisi, dan berkonsentrasi.

Dia dengan cepat melepaskan rok jumper denim tebal dan kemeja katun dibawahnya, menggantung mereka di gantungan pakaian, dan melepas pakaian dalam bagian atasnya dan melemparnya kedalam keranjang di pojok. Dia menggulungkan badannya karena udara dingin di lantai ketika dia memakai trainer dan celana pendek untuk membuatnya terasa nyaman.

Setelah mengatur pendingin udara sehingga udaranya tidak terlalu panas, dan menyalakan pelembab, Shino mengambil nafas yang dalam dan duduk di kasur. Dia mengeluarkan botol PET dari tas plastik, membuka tutupnya dan meminumnya sedikit.

Fungsi penyela sensor AmuSphere bisa memotong 99% dari seluruh fungsi ketika diving. Namun, Shino telah mengetahui banyak cara untuk membuat lingkungan bermain yang nyaman. Makan sedikit sebelum diving dan menggunakan toilet adalah hal yang sangat dipentingkan. Juga, kau harus mencatat temperatur, kelembaban, dan juga memakai pakaian yang tidak memberatkannya. Dia pernah log in saat libur musim panas setelah minum banyak air es, dan merasakan sakit perut luar biasa di tengah pertarungan sebelum diganggu oleh AmuSphere yang mendeteksi kalau ada yang salah. Tentu saja, saat sakit perutnya membaik dan dia mencoba untuk menyambung lagi, karakternya sudah mati dan respawn kembali ke jalanan.

Gamer VRMMO setia yang punya banyak uang akan mencari penyela sensor penuh dan memasuki tempat bernama «tangki isolasi». Sekarang ini, kafe internet berkelas yang juga berfungsi sebagai tempat istirahat mulai mempunyai tangki ini, dan Kyouji telah mengundang Shino ke toko semacam itu sebulan yang lalu.

Ruangan untuk satu orang. Setelah mandi didalam kamar mandi yang tersedia di kamar, pengguna akan benar-benar telanjang dan berbaring didalam sebuah kapsul yang memakai setengah ruangan kamar. Bagian dalam kapsul itu benar-benar luas, cairan kental yang sudah diatur, sedalam 40cm.

Saat berbaring didalam, tubuh akan mengambang, dan pengguna tidak akan merasakan bantal yang menopang leher. Ketika pengguna memakai AmuSphere yang bergantung didalam kapsul dan menutupnya, tangki tersebut akan dengan segera dikellingi oleh kegelapan dan kesunyian.

Sebenarnya, perasaan mengambang didalam ruangan itu adalah pengalaman yang cukup menarik, tapi karena dia telah setuju untuk menemui Kyouji di GGO, Shino memasuki dunia VR.

Saat me-log in, informasi yang diproses ke lima indra dari dunia virtual benar-benar jernih. Kyouji mengatakan ini karena indra tubuh telah mencapai minimum, dan jadi, tidak suara apapun yang muncul dari «kebocoran penyela sensor» sama sekali. Mengabaikan kegunaan ini, perasaan macam itu dimana dia bahkan dapat mendengar langkah kaki musuh di pasir menunjukkan nilainya padanya.

Tapi, dia merasakan perasaan cemas yang tidak bisa jelaskan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Atau mungkin, itu lebih seperti dia khawatir akan tubuhnya ketika dia dipindahkan dari dunia nyata. Saat dia masuk ke dunia VR, dia akan berbaring di kasur di dunia nyata seperti sebuah boneka, dan kekhawatiran ini yang disebabkan oleh fakta ini akan diperkuat oleh kapsul.

Tentu saja, dibandingkan dengan «Mesin Iblis» NervGear, peralatan keamanan di AmuSphere terlalu banyak. Tidak hanya mencegah penyela sensor untuk berkerja—itulah kenapa sebuah kapsul dibutuhkan—tapi juga suara, cahaya, getaran dan rangsangan lain untuk aktif dengan mudah sebagai bagian dari system keamanan dan membawa pengguna kembali ke kenyataan.

Walaupun begitu, tubuh yang telah masuk benar-benar tanpa pertahanan. Dalam suatu hal, ini lebih mirip tidur, tapi Shino tidak bisa menghilangkan rasa sakit yang menyengat dilehernya ketika dia me-log in melalui kapsul isolasi. Pada akhirnya, dia membuat sebuah kesimpulan—kamar kecilnya adalah tempat teraman dimana dia bisa log in dengan aman meskipun akan ada suara dari luar.

Shino berpikir saat sendok di tangannya masuk ke mulutnya. Yogurt itu akhirnya habis dimakan. Setelah menaruh wadah tersebut ke bak cuci piring dan mencucinya, dia membuangnya ke tas daur ulang. Dia lalu pergi ke kamar mandi menggosok gigi, menggunakan toilet, mencuci tangan dan muka sebelum kembali ke kamar.

“—Oke!”

Pitan. Dia menampar pipinya dan berbaring di kasur. Handphonenya telah diubah ke mode diam, dan pintu juga jendela alumuniun telah benar-benar terkunci. Dia telah menyelesaikan PR yang akan diserahkan pada hari Senin saat siang, dan semua hal sepele yang dia khawatirkan di dunia nyata telah teratasi.

Dia memakai AmuSphere dan menekan saklar untuk mematikan lampu. Saat ini, wajah pemain yang ingin dia kalahkan terus muncul di langit-langit itu menjadi gelap sebelum menghilang.

Akhirnya, apa yang muncul di hadapannya adalah pendekar cahaya yang mempunyai rambut hitam mempesona dan bibir merah segar—Kirito. Tangan kirinya menggenggam pistol, dan pedang photon di tangan kanannya diarahkan kebawah. Dia tersenyum senang sambil menatap lurus pada Shino.

Semangat bertarung dengan segera menyala di dalam Shino karena orang ini mungkin saja musuh terkuat yang bisa dia temukan di belantara keras yang luas itu. Dia bisa menolong Shino menghancurkan kekuatan masa lalu, dan dalam suatu hal—dia adalah harapan terakhirnya.

Aku akan melawannya dengan seluruh kekuatanku, dan aku akan menang.

Mengambil nafas yang dalam dan menghembuskannya, Shino menutup matanya dan bersiap untuk mengatakan kata kunci yang akan memindahkan jiwanya. Selanjutnya, kamar itu dengan jelas memantulkan suaranya yang cukup kencang.

“LINK START!”

Gravitasi horizontal yang tubuh itu rasakan tiba-tiba menghilang, dan perasaan melayang menggantikannya.

Selanjutnya, langit dan bumi nampak berputar 90 derajat. Jari kaki Sinon menyentuh lantai keras seperti tergelincir sedikit, dan hanya membuka matanya saat indra dari tubuh palsunya sepenuhnya tersambung.

Pertama, apa yang muncul di depan matanya adalah hologram neon merah besar yang melayang sambil menyeret ekornya melintasi langit malam tanpa bintang. Kata-kata merah ‘Bullet of Bullets 3’ bersinar di menara.

Sinon muncul di tengah jalan Glockenspiel bagian utara plaza didepan kompleks presidensial. Biasanya, tempat ini jarang dikunjungi orang, tapi hari ini, tempat ini penuh akan pemain, dan mereka semua memegang makanan dan minuman dan sedang berpesta ria. Sebenarnya, ini sudah dipastikan. Sekarang, pertaruhan untuk babak final BoB yang akan dilaksanakan telah dimulai, dan lebih dari setengah uang yang ada di GGO berkumpul di plaza ini.

Nilai bayaran ditunjukkan di hologram di udara, dan juru taruh yang berpakaian bagus—apa yang menakutkan adalah bahwa mereka bukan pemain, tapi «juru taruh NPC resmi» yang diciptakan oleh perusahaan pengoperasian—dan penjual informasi yang menjual informasi mencurigakan yang berkeliaran. Sinon tiba-tiba mengingat sesuatu dan pergi ke dekat seorang juru taruh NPC, dan lalu melihat ke atas kearah jendela, untuk menemukan kalau bayarannya cukup tinggi. Ini pasti karena bagaimana dia kalah kemarin. Memikirkan ini, dia mencari nama Kirito, untuk menemukan kalau dia adalah salah satu orang dengan bayaran tinggi juga.

Fu, Sinon mendengus dan berpikir mau mempertaruhkan seluruh hartanya pada dirinya sendiri. Tapi setelah berpikir kalau ini akan melemahkan tujuan utamanya, gadis itu berputar untuk meninggalkan kerumunan. Karena penampilannya dikenal oleh semuanya, dan sebagai seorang pelanggan di babak final GGO, ada banyak pandangan dari seluruh penjuru saat mereka melihatnya pergi. Namun, tidak ada yang berani mendekatinya karena semua orang tahu kalau Sinon adalah «seorang gadis tipe kucing liar yang akan beraksi tanpa belas kasih saat dia mengetahui seseorang sebagai musuh».

Dia ingin memasuki kubah tempat menunggu untuk mengumpulkan konsentrasinya, dan jadi bergerak ke arah menara presidensil. Setelah berjalan untuk beberapa saat, seseorang tiba-tiba memanggil namanya dari belakang.

“Sinon!”

Hanya ada satu pemain di dunia GGO yang akan memanggilnya seperti itu. Saat dia berputar, dia melihat Shinkawa Kyouji, yang dia tinggalkan beberapa menit lalu di dunia nyata, mengendalikan avatarnya «Spiegel» sambil melambaikan tangannya padanya dan berlari. Sebuah avatar model M yang tinggi dan kurus yang memakai pakaian kota nampak sedikit merah karena senang.

“Sinon, kenapa kamu lambat sekali? Aku mengkhawatirkan kamu—ada apa?”

Spiegel merasa aneh setelah melihat Sinon tersenyum.

“Bukan apa-apa. Hanya saja rasanya mengagumkan kalau aku bertemu seseorang di sebuah game setelah bertemu dengannya di dunia nyata.”

“…Aku pikir, aku tidak terlihat keren di dunia nyata daripada aku di dunia virtual. Bagaimana denganmu? Bagaimana kesempatanmu untuk menang? Apakah kamu punya taktik?”

“Jika aku harus mengatakan kesempatan menangku…Aku hanya bisa mengatakan kalau aku akan berusaha sebaik mungkin. Pada dasarnya, aku akan mencari lawan terus-menerus, menembak dan bergerak.”

“Itu benar, itu benar. Tapi…Aku percaya kalau Sinon pasti akan menang.”

“Un, terima kasih. Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?”

“Baiklah…Aku hanya bisa melihat siaran langsung dari suatu hotel…”

“Oke, saat sudah selesai, Aku akan menemuimu di hotel. Apakah kita akan merayakannya untukku, atau apakah kamu akan minum anggur denganku untuk menenangkan diri.”

Sinon tersenyum lagi saat dia mengatakan ini, dan Spiegel menunduk lagi sebelum melihat ke atas lagi. Dia tiba-tiba mengambil tangan kanan Sinon dan menyeretnya ke suatu pojok di plaza. Spiegel tidak mempedulikan apakah pemain lain dapat melihat mereka ketika dia memutar kepalanya dengan cepat melihat Sinon yang terlihat sedikit gugup, yang hanya bisa mengedipkan matanya.

“Sinon….bukan, Asada-san.”

Spiegel harusnya tahu betapa kasarnya memanggil orang dengan nama aslinya di VRMMO, dan ini benar-benar mengejutkan Sinon.

“A…apa…?”

“Bisakah aku percaya kata-katamu tadi?”

“Kata-kataku tadi…”

“Kamu bilang kamu mau aku menunggu, kan…? Asada-san, kamu bilang setelah kamu menentukan kemampuanmu, kamu dan aku…”

“Kenapa, kenapa kamu tiba-tiba berkata seperti itu!?”

Merasakan pipinya memanas, Sinon menyembunyikan wajahnya kedalam syal, tapi Spiegel melangkah ke depan dan lagi menggenggam tangan kanan Sinon.

“Aku…Aku, aku benar-benar menyukaimu Asada-san…”

“Maaf, bisakah kamu tidak membahas ini sekarang?”

Setelah mengatakan itu dengan mode sedikit tegas, Sinon menggelengkan kepalanya.

“Aku harus berkonsentrasi di turnamen ini sekarang…Aku harus bertarung dengan seluruh kemampuanku agar bisa menang…”

“…Aku mengerti, kamu benar…”

Spiegel melepaskan tangannya.

“Tapi aku, aku akan percaya padamu. Aku akan percaya, dan menunggumu.”

“U, un…kalau begitu, aku, aku pikir sudah waktunya bersiap…aku harus pergi.”

Sinon mungkin akan masuk turnamen dengan hati yang bimbang jika dia terus berbicara dengan Spiegel, dan jadi dia mundur.

“Lakukan yang terbaik. Aku akan mendukungmu.”

Dia mengganggukkan kepalanya pada Spiegel, yang suaranya penuh dengan semangat, dan memberikan senyum kaku sebelum pergi. Saat dia keluar dari pojok gelap suatu bangunan dan dengan cepat menuju pintu masuk bangunan presidensial, Sinon merasakan tatapan itu yang nampak membakar punggungnya.

Setelah melewati pintu kaca dan sampai didalam gedung dengan sedikit orang, gadis itu akhirnya mengendurkan bahunya.

Memikirkan apakah sikapnya membuat dia salah paham, dia bersandar di tiang batu.

Rasa sayang Kyouji untuknya diungkapkan dengan terang-terangan, tapi jujur saja, sudah sulit untuknya mengurus masalahnya sendiri.

Sinon tidak bisa mengingat wajah almarhum ayahnya sama sekali. Baginya, wajah laki-laki yang paling berkesan adalah penjahat yang merampok kantor pos hari itu. Saat masalah terjadi, phobianya akan muncul, dan wajah orang itu akan muncul dikepalanya. Kedalaman yang tanpa akhir dalam ekspresi bengis seperti bersembunyi dalam kegelapan disekitar Sinon, melihatnya.

Seperti mendapatkan pacar seperti gadis-gadis lain, mengobrol ditelepon, berkencan saat akhir pekan, hal-hal ini bukanlah hal yang belum pernah dia pikirkan sebelumnya. Tapi, jika dia berpacaran dengan Kyouji seperti ini, suatu hari, dia akan melihat «mata itu» di dirinya. Inilah yang paling dia takuti.

Jika penyebab phobianya bukan hanya «senapan», tapi kalau dia akan merasa takut saat melihat seorang «pria»—akan sangat sulit untuknya bertahan.

Dia hanya bisa bertarung. Hanya itu yang bisa dia lakukan sekarang.

Gash! Sinon dengan kencang menghentakkan solnya pada lantai dan menuju lift yang ada didalam atrium.

Tapi, seseorang lagi memanggilnya dari belakang. Suara ini yang memanggil namanya terdengar jernih dan sedikit serak, berbeda dari suara Spiegel yang dalam. Sinon hanya bisa menutup matanya mendengar suara ini memanggilnya.

Ketika dia berbalik dengan perasaan jengkel, orang yang berdiri didepannya tentu—«orang itu» yang sangat dia benci.


Bab 9[edit]

Sekarang aku berada di daerah paling utara ibukota GGO itu, «SBC Gurroken», di sudut dekat menara presidensial.

Di bawah langit senja, kulihat lampu neon yang terus bergerak menuju keramaian. Diatasnya tampak sebuah iklan perusahaan. Jika ini ALO,beberapa player mungkin akan mengeluh bahwa ini ‘mengganggu’ penglihatan mereka, tapi penampilan menyedihkan ini cocok dengan tema kota gurun futuristic dan tentu saja yang paling mencolok dari 3 iklan disana ialah turnamen «Bullet of Bullets». Tubuhku mulai gemetar saat aku melihat kata-kata merah cerah. Tentu saja, ini bukan karena takut, tapi karena semangat-atau setidaknya aku berharap dapat mempercayainya.

Aku menghela napas dan berbalik, dan menyibak rambut hitam di pundakku. Sepertinya rambut itu kembali berada di pundakku, aku merasa menyesal melakukannya, tapi aku berhasil meyakinkan diri bahwa pada akhirnya, ini adalah bukti bahwa aku sudah siap untuk menggunakan avatar ini.

Aku memutuskan untuk melanjutkan pendaftaran ke di turnamen dan kemudian sedikit menjauh dari vila presidensil , tapi ada beberapa orang menatapku dari kedua sisi jalan. Entah mengapa aku merasa tidak tahan lagi. Aku ingin menatap mereka balik, tetapi aku memutuskan untuk tidak melakukannya pada akhirnya.

Sebenarnya, mereka tidak benar-benar memperhatikan aku. Hanya saja avatar ku di sini tampak seperti seorang gadis cantik pada jaman sekarang. Jika kami bertukar posisi, mungkin aku akan melihatnya juga.

Biasanya, mereka tidak hanya menatapku, kadang-kadang dua atau tiga pemain datang untuk berbicara denganku. Namun, orang-orang akan segera menjaga jarak mereka setelah mereka melihatku mendekat. Aku kira alasannya adalah karena semua orang melihatku bertarung seperti pengamuk dengan Photon Sword dan menyerang musuh kemarin selama penyisihan dari BoB.

Turnamen hanya mengungkapkan nama dan jumlah peserta yang berpartisipasi di turnamen dari data peserta, dan «Kirito» adalah nama netral. Itulah mengapa semua orang di GGO merasa bahwa aku adalah «seorang gadis yang juga seorang psikopat, pembunuh buas yang sengaja memilih untuk mengayunkan pedang, bukannya pistol».

Aku tidak benar-benar ingin dianggap sebagai orang yang seperti itu, tetapi kesalahpahaman itu akan sia-sia jika aku bisa membiarkan pemain lain di final BoB ragu. Selain itu, tujuanku bukan untuk menang, tapi untuk bertemu orang yang berjubah itu -«Death Gun».

«Death Gun», nama itu tidak ada di antara 30 finalis, tetapi dia pasti berpartisipasi di final. Jika tujuannya adalah untuk memamerkan kekuasaannya di dunia GGO, BoB akan menjadi panggung terbaik agar semua orang bisa menyaksikannya . Death Gun itu nama aslinya meskipun itu terdengar aneh, seharusnya merupakan nama dari karakter lain dalam sistem.

Pertama, aku harus menemukan namanya, dan kemudian berbicara dengannya lagi di turnamen. Setelah aku mengetahui nama yang digunakan di SAO, aku dapat menggunakan informasi tersebut untuk mengetahui namanya di dunia nyata. Kikuoka Seijirou mengatakan bahwa ia dapat mengakses data akun pemain yang telah menjadi rahasia. Setelah kita mengenal nama asli orang itu, kita harus bisa mencari tahu apakah ia benar-benar membunuh «Zexceed» dan «Usujio Tarako», tidak, jika ia benar-benar bisa membunuh.

Namun, selama proses ini, aku harus mengingat kejahatan di masa laluku.

Rasa takut ini masih belum hilang.

Tapi ini adalah emosi yang diperlukan untuk mencegah diriku melarikan diri dan melupakannya. Aku mengepalkan kedua tanganku, menginjak keras di tanah dengan sepatu tempurku, dan menuju ke menara besar dari Presidensial Estate yang berada di depanku.

Sebagai turnamen melawan orang lain, aku akan merasa senang selama berada di ALO, dan bahkan selama SAO.

Tanpa diduga meskipun, aku mengikuti turnamen ini dengan rasa takut.

Sepertinya aku menunjukan senyum wajah depresi, aku menaiki tangga lebar yang mengarah ke menara, dan melihat syal berwarna familiar melambai di lorong pintu masuk di depanku.

Bahkan tanpa melihat rambut pendek biru dan kaki panjang yang memanjang dari bawah jaket, aku tahu bahwa itu adalah avatar lawan terakhirku di babak penyisihan kemarin-penembak jitu «Sinon». Dia adalah satu-satunya orang aku tahu di GGO, tapi aku masih ragu apa aku harus berjalan ke depan untuk menyapanya.

Sepertinya aku dengan cepat kehilangan beberapa moment yang telah aku gali sejak berada di dunia ini kemarin , aku harus menguatkan diri dan meminta Sinon, dan hanya bertemu, dan pada saat itu, aku tidak segera menyadari bahwa ia mengira aku sebagai pemain wanita karena penampilanku dan entah bagaimana akhirnya aku berperilaku sebagai «seorang gadis pemula yang tidak tahu apa yang harus dilakukan pada semua». Selain memintanya untuk menjelaskan mekanisme permainan dan membantuku untuk memilih equipmentku, aku bahkan pergi ke ruang ganti bersamanya dan menyaksikan avatarnya hanya mengenakan pakaian dalamnya di rest area.

Tidak- bukan itu saja.

Saat turnamen, aku tiba-tiba bertemu player «Death Gun» dan dia mendekatiku. Aku tahu dia «selamat dari SAO» dan juga anggota dari guild merah «Laughin Coffin», yang benar-benar mengejutkanku. Dengan demikian, dalam final melawan Sinon setelah itu, aku hampir menyerah. Pada dasarnya, aku lemah selama awal pertempuran, aku berharap Sinon menembakku pada fatal round sehingga aku bisa kalah dalam battle.

Namun, Sinon tidak melakukan hal tersebut.

Dia menembak 6 kali yang menimbulkan percikan berwarna putih kebiruan karena marah, lalu membuang kesempatannya, dan menghampiriku dan berteriak.

Dia mengatakan, berhenti bersikap seperti itu, aku harus mati sendiri jika aku ingin, dan mengatakan bahwa itu hak ku untuk berpikir bahwa ini hanya pertandingan dalam permainan, tapi aku tidak perlu memaksakan kehendakku pada orang lain.

Sejujurnya, kata-kata ini sangat menyakitkan.

Sebenarnya, aku mengatakan hal yang sama kepada orang lain beberapa waktu yang lalu. Hal itu terjadi empat tahun lalu. Pada waktu itu, aku hanya dipromosikan saat tahun kedua sekolah menengah, dan sangat beruntung, atau lebih tepatnya, beruntung untuk dipilih sebagai pemain dari «Sword Art Online Beta Tester», dan sehari-hari, aku dive ke dalam hal yang aku tidak sadari bahwa itu permainan kematian, kota terapung Aincrad sampai keesokan paginya.

Ini benar-benar sedikit memalukan bagiku untuk mengatakannya , tetapi «Kirito» yang kemudian menjadi seorang prajurit legendaris yang tidak akan berinteraksi dengan orang-orang kembali kemudian dibandingkan dengan sekarang meskipun aku menjadi sedikit terkenal karena berada di antara bagian atas dalam PvP event, jadi aku tidak punya orang yang bisa kuhubungi dalam permainan. Namun, di antara orang-orang yang aku tahu, masih ada beberapa pemain yang aku pikir bahwa aku bisa berteman dengan mereka. Salah satunya adalah berwatak halus, swordsman berambut teh aku sering bertemu dengannya di acara duel. Dia terampil dalam menggunakan pedang satu tangan.

Orang ini sering bertarung dengan logika yang bagus dan indera yang tajam, dan aku selalu berharap untuk bertemu dengannya di final turnamen. Aku diam-diam berharap melawan dia di final, tetapi ketika tahap itu akhirnya tiba-aku menerima kejutan besar. Pada saat-saat terakhir dari pertempuran hebat ini, ia sengaja berpikir bahwa ia harus mampu menghindari. Aku menduga bahwa dia sengaja kalah untuk memperoleh uang dari perjudian, dan pada dasarnya aku mengecam dia dengan kata-kata yang Sinon ucapkan padaku.

Aku diomeli sebagaimana aku memarahi orang itu, selama tahap akhir dari turnamen BoB, jadi aku tulus meminta maaf kepada Sinon. Meskipun kita berhadapan dengan orang lain, itu seharusnya sulit bagi Sinon untuk menerimanya. Tidak peduli walau dia penembak jitu, dan senjata terbesarnya adalah untuk menembak jarak jauh dan dia yakin dapat membunuh dengan pelurunya. Selama pertempuran turnamen hari ini, aku kira dia akan mencoba untuk menembak peluru balas dendam yang mengarah tepat diantara dahiku.

Karena alasan yang disebutkan di atas- atau lebih tepatnya, karena aku penyebab semuanya, aku ragu apakah aku harus menyapa Sinon, yang berada beberapa langkah di depanku.

Tapi setelah beberapa detik, aku menepis keraguanku dan mengambil langkah-langkah besar menaiki tangga sebelum memanggilnya dengan namanya. "Yo, Sinon, tolong bimbing aku hari ini juga."

Syal miliknya yang tampak seperti ekor yang berhenti, dan rambut aqua blue tampak seperti kucing yang menunjuk ke atas. Gadis sniper yang berputar dengan kaki kanan sebagai sumbu nya memberikan ekspresi jengkel yang menunjukkan bahwa dia sangat membenciku, dan kemudian dengan dingin berkata. "... Tolong bimbing aku. Apa yang kamu maksud dengan itu?"

Kemarahan di mata birunya membuat aku segera menyesalinya, tapi aku tidak memanggilnya hanya untuk sia-sia. Ini akan menjadi buruk jika aku mengatakan sesuatu yang salah dan membuatnya mengabaikanku. Jadi, aku berkata dengan ekspresi agak serius, "Tentu saja ... Aku berharap kita berdua bisa bertarung dengan semua yang kita punya."

"Berhentilah bersikap menjijikkan."

- Sepertinya aku melakukan kesalahan fatal. Namun, aku tidak menyerah karena aku melanjutkan, "Omong-omong, mengapa kamu login begitu cepat? Masih ada 3 jam sebelum turnamen. "

"Bukankah itu karena seseorang tertentu menyebabkanku hampir kehilangan pendaftaran kemarin."

Sinon melihat jauh dan menggerutu sebelum melirik padaku, yang membuatku keringat dingin. "... Omong-omong, kamu tidak masuk sekarang juga? Kenapa kamu bicara seperti aku orang yang tidak ada hubungannya? "

"La-Lalu, mari kita gunakan waktu ini dengan efektif! Bagaimana kalau kita minum sebelum pertempuran dimulai ... tidak, pertukaran informasi ... "

Aku benar-benar tidak berani mengatakan ini dengan seseorang yang nyata di dunia nyata. Tidak, mengingat aku sudah punya pacar yaitu Asuna, itu tidak dapat dimaafkan bahkan di dunia maya. Namun, aku berani bersumpah kepada Tuhan bahwa ini bukan tentang mencoba untuk meluangkan waktu di dunia VR, namun untuk memenuhi tugas dan misiku, dan juga langkah yang diperlukan untuk memastikan keselamatan diri Sinon.

- Pada akhirnya, Sinon sepertinya dia tidak menyadari kesulitanku seperti saat dia memelototiku selama beberapa detik sebelum menghela nafas dan mengangguk-angguk dengan tindakan minimal. "Baiklah kalau begitu, aku akan menjadi orang yang memberitahumu semua informasi lagi."

"Ii, Yah... Itu bukan berarti aku tidak mau..."

Aku berhasil bergumam dengan samar-samar dan harus berlari untuk tetap dengan Sinon, yang berjalan jauh di depanku.


Setelah menyelesaikan pendaftaran kami di aula presidensial estate melalui mesin yang ada disana, Sinon membawaku ke daerah bawah tanah yang besar yang luas. Seperti lampu yang diredupkan seminimal mungkin diseluruh tempat, aku hampir tidak bisa melihat wajah para pemain yang berkumpul di meja yang berbeda. Beberapa layar panel monitor besar di langit-langit yang mempesona dengan warna aslinya.

Sinon masuk ke tempat yang jauh ke dalam dan kemudian melihat menu yang ditampilkan sebuah mesin minuman. Dia kemudian menekan tombol kecil di samping label es kopi. Segera, ia membuka lubangnya , dan gelas yang diisi dengan cairan hitam muncul dari dalam. Dibandingkan dengan harus memesan makanan kita dengan NPC dan menunggu mereka untuk melayani di Aincrad, metode ini agak sederhana, tetapi juga tidak sesuai dengan atmosfer permainan GGO.

Aku menekan tombol untuk ginger ale dan meraih gelas yang muncul sebelum meneguk setengahnya. Sambil menunggu haus yang menghilang dari tenggorokanku, aku memutuskan untuk memulai pembicaraan. "... Battle royale final menempatkan 30 pemain di peta yang sama, dan memulai tembak-menembak sekali kita bertemu lawan, dan pemenangnya adalah orang yang bertahan sampai akhir ... apakah aku benar?"

Pada akhirnya, Sinon memelototiku melalui kaca kopi, dan berkata, "Lihat, kamu berniat untuk membiarkanku menjelaskannya, kan? Omong-omong, informasi ini ditulis pada e-mail perusahaan pengoperasian dan dikirim ke peserta. "

"Aku-aku melihatnya ..."

Sebenarnya, aku melihat-lihatnya sebentar tadi. Aku ingin membaca spesifik setelah login ke dalam permainan, tapi sebelum itu, aku bertemu Sinon yang veteran, jadi aku kira itu akan lebih cepat baginya untuk mengajarkanku secara langsung ... Aku tidak akan berani mengatakannya, jadi aku hanya berpura-pura batuk untuk melanjutkan. "Yah ... Aku hanya ingin memeriksa apakah ada sesuatu yang salah dengan pemahamanku ..."

"Kamu benar-benar berani untuk mengatakannya."

Bahwa suara yang sangat dingin miliknya menyebabkan hatiku membeku setengahnya. Untungnya, Sinon menempatkan kembali gelas di meja dan dengan cepat mulai menjelaskan aturan ronde ini. "... Pada dasarnya, itu seperti apa yang kamu katakan, babak final benar-benar diadakan dengan semua 30 pemain bertarung satu sama lain pada peta yang sama. Posisi awal yang acak, tapi setiap pemain akan setidaknya berjarak 1.000m dari satu sama lain, sehingga tidak akan ada kasus musuh muncul tepat di depanmu tiba-tiba. "

"1 ... 1.000 meter? Itu berarti bahwa peta ini cukup besar ...? "

Aku tidak bisa membantu tetapi itu mengganggu, dan laser-seperti mata biru menembak ke arahku. "Apakah kamu benar-benar melihat e-mailnya? Hal ini ditulis dalam paragraf pertama .. Peta babak final adalah lingkaran dengan diameter 10 km. Ini memiliki bukit, hutan dan padang pasir, sehingga tak seorang pun akan memiliki peralatan atau kemampuan yang unggul. "

"10-10km!? Itu benar-benar besar ... "

Ini seperti ukuran lantai pertama Aincrad kota terapung. Namun, itu berarti bahwa di daerah yang cukup besar ini bahkan untuk 10.000 orang berburu, hanya ada 30 orang yang akan dipisahkan dari satu sama lain dengan jarak 1.000m.

"... Tapi, apakah bisa kita benar-benar bertemu dengan musuh kita seperti ini? Ada kemungkinan kita bahkan tidak bisa melihat siapa pun sampai saat waktu turnamen habis ... "

"Ini adalah permainan di mana kita saling bertarung dengan menggunakan senjata, sehingga ada kebutuhan seperti peta yang luas. Senapan sniper memiliki lapangan tembak 1km, dan senapan serbu memiliki sekitar 500 m. Jika 30 orang yang semuanya berada dalam sebuah peta kecil, setiap orang dapat menembak dengan liar, bang bang, ketika mulai, dan lebih dari setengah peserta akan sudah mati. "

"Hahaa, aku mengerti ..."

Aku mengangguk-angguk setuju, dan Sinon dilanjutkan dengan penjelasan rinci nya. Mungkin di balik avatar tajam dan dingin ini adalah seorang gadis baik dan lembut- jika dia tahu bahwa ini adalah apa yang aku pikirkan, dia pasti akan berjalan pergi tanpa menyelesaikannya terlebih dahulu, jadi aku masih terus mendengarkan penjelasannya. "Yah, hanya seperti yang kamu katakan, kamu tidak bisa bertempur jika kamu tidak bertemu musuh. Beberapa orang juga akan memanfaatkannya untuk bersembunyi sampai orang terakhir hidup. Oleh karena itu, para peserta secara otomatis diberikan alat yang disebut «Satellite Scan Terminal». "

"Satelit ... itu beberapa satelit mata-mata atau apa?"

"Itu benar. Setiap 15 menit, satelit di udara akan diatur untuk memindai. Pada saat ini, terminal setiap orang akan menerima lokasi dari semua pemain. Dan nama pemain akan ditunjukkan jika kamu menyentuh kedipan di peta. "

"Mmm... jadi, hanya ada 15 menit untuk bersembunyi di suatu tempat? Lalu kita mungkin akan disergap ketika lokasi kita ditampilkan pada peta, kan? "

"Itulah yang terjadi."

Aku tersenyum dan bertanya Sinon, yang mengangguk-angguk pergi. "Tapi bukankah aturan ini buruk bagi snipers? Bukankah kamu kira untuk menyembunyikan dan menutupi seperti taro dan snipe pada musuh? "

"Menggambarkanku sebagai taro terlalu berlebihan."

Sinon memelototiku dengan mata biru berkilaunya, dan kemudian dengan dingin mendengus dan tersenyum bangga. "15 menit sudah cukup bagiku untuk menembakkan satu peluru, membunuh satu orang, dan pindah 1km."

"Apakah ... apakah begitu ..?"

Aku tidak berpikir bahwa akan menjadi berlebihan. Jika aku mencoba untuk menyergap Sinon melalui informasi satelit, kemungkinan bahwa dia akan menembakku dari kejauh lebih dulu. Aku sangat ingat dalam hatiku, tenggorokanku kering beberapa saat, dan kemudian memikirkan informasi yang ku terima. "Eh-ini berarti bahwa aku harus terus bergerak dan mencatat pergerakan musuh sekali ronde dimulai, dan kemudian bertahan sampai menjadi yang terakhir ... sesuatu seperti itu. Dan setiap 15 menit, terminal peta di tanganku akan menunjukkan lokasi dari semua pemain, jadi aku dapat memberitahu mana yang masih hidup dan yang tidak, apa pemahamanku benar? "

"Pada dasarnya iya."

Sinon mengangguk kepalanya dan menghabiskan es kopinya sebelum dengan meletakkan gelas ke meja dan bersiap-siap untuk bangun.

"Lalu, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi kan? Aku akan menembakmu tanpa belas kasihan jika aku bertemu denganmu ."

"Waa, tunggu tunggu, aku hanya tahu intinya saja."

Yang benar-benar terdengar seperti baris dari PNS tertentu, aku buru-buru mengulurkan tangan untuk menarik jaket Sinon. "... Apa lagi yang kamu inginkan?"

Meskipun dia menunjukkan ekspresi yang sangat kesal lalu dia menatap jam militer di pergelangan tangan kirinya, aku lalu mengangguk tanpa terlihat sedih, dan Sinon mendesah dengan keras sebelum duduk lagi. Dia menempatkan kedua siku di atas meja, dan kemudian menekan dagu yang kecil melawan jari-jari yang terjalin bersama-sama, memberitahuku untuk melanjutkan dengan isyarat gerakan alisnya.

"Eh, itu, aku ... Aku sedang berpikir tentang meminta sesuatu yang sedikit aneh ..." Aku tergagap saat aku selesai berbicara dan cepat melambaikan tangan kiriku untuk memanggil jendela menu.

VRMMO yang berada di spesifikasi «The Seed» mempunyai jendela menu yang hampir sama, jadi aku merubahnya menjadi mode di mana orang lain bisa melihatnya dan dengan cepat menggerakan tab ke bawah. Aku menunjukkan halaman dengan nama-nama dari 30 pemain yang perusahaan pengoperasian kirimkan ke peserta final BoB. Tentu saja, kita bisa melihat nama-nama final kelompok F, tempat pertama 'Kirito' dan 'Sinon' tempat kedua.

Setelah melirik ke layar yang kutunjukkan padanya sejenak, suatu ekspresi marah muncul di wajah Sinon saat ia mengerutkan dahi seperti kucing-tidak, seperti jaguar. "... Apa, kau ingin sombong dengan kemenangan atas pertarungan di final kemarin?"

Mendengar bahwa geraman rendah iri miliknya, aku buru-buru tersentak dan menggeleng dengan ekspresi serius.

"Bukan, bukan itu maksudku."

Mungkin dia melihat perubahan sikapku? Sinon mengerutkan alisnya yang indah dan berkata, "... Lalu apa yang kamu maksud? Menampilkan daftar peserta ini tiba-tiba. "

"Di antara 30 orang pada daftar nama, berapa banyak yang kamu tidak tahu?"

"Haa ...?"

Aku mengabaikan Sinon, yang memberikan ekspresi terkejut karena aku memindahkan jariku ke dalam daftar nama yang tidak benar-benar panjang. "Tolong beritahu padaku. Hal ini sangat penting bagiku. "

"... Yah, itu tidak seperti hal aku tidak bisa kuberitahukan ..."

Meskipun dia masih memiliki sedikit kecurigaan, Sinon masih terus melihat jendela holografik ungu di atas meja, dan mata birunya dengan cepat memindai melalui dari kiri ke kanan. "Mm ... ini adalah BoB yang ke-3 , jadi aku tahu hampir semua orang di sana. Mereka adalah yang pertama-kali masuk final ... selain pengguna light saber yang menyebalkan, ada 3 orang lain yang aku tidak tahu. "

"3 dari mereka? Nama mereka? "

"Nn ...«Jyuushi X» dan «Rider Pale», dan ... ini «Sterben» pria, kan?"

Sinon kaku membaca beberapa nama, dan aku membaca nama-nama pada jendela untuk memeriksa secara pribadi. Kecuali untuk «Jyuushi X», nama-nama lain yang ditulis dalam abjad Inggris. Aku memejamkan mata dan mengulang tiga nama tadi beberapa kali.

Pada saat ini, Sinon tampak setengah kaget dan cemas saat ia mengatakan kepadaku. "Oi, apa yang terjadi? Kamu telah mengajukan pertanyaan sampai sekarang, namun kamu belum menjelaskan apa-apa kepadaku. "

"Ahh ... ya ..."

Aku menggunakan sebuah jawaban yang meragukan untuk mengulur waktu sebelum kupikirkan sebuah jawaban .

3 nama yang Sinon bilang- Salah satu dari mereka mungkin menjadi alasan mengapa aku datang ke dunia ini. Dia berhubungan dengan dua kematian misterius, dan juga selamat dari SAO dan menjadi anggota guild merah «Laughin Coffin» -karakternya umum dikenal sebagai «Death Gun».

Alasan mengapa aku menyimpulkan ini karena sampai sekarang, Death Gun tetap memakai nama aslinya bukan asal-asalan. Jika memungkinkan, dia benar-benar ingin menggunakan «Death Gun» sebagai nama karakter, tetapi dalam kasus itu, dia akan mendapatkan banyak spam e-mail, dan bahkan akan menimbulkan banyak masalah. Juga, jika karakter yang sebenarnya menjadi sangat terkenal, rumor «Death Gun» dia akan susah payah untuk menghilang. Dengan demikian, dia harus menyembunyikan nama aslinya sampai sekarang, dan Sinon pasti tidak akan tahu keberadaan orang ini.

Sekarang, yang jadi masalahnya , manakah dari salah satunya adalah «Death Gun» ... Ketika aku merenungkannya, aku melihat tangan ramping putih. Tangan itu berada di atas meja dengan jempol.

Mendongak, aku melihat Sinon mempersempit matanya saat dia melotot padaku. "... Aku benar-benar akan marah. Apa sih yang kamu lakukan? Apakah ini beberapa strategi untuk membuatku marah dan membuatku melakukan kesalahan di final? "

"Tidak ... bukan itu, aku tidak bermaksud begitu ..."

Ketika merasa bahwa tatapan panas yang tajam seperti api itu, aku menggigit bibirku dengan erat. Aku benar-benar tidak bisa memutuskan dengan segera apakah aku harus menjelaskan kebenaran kepadanya. Aku percaya rumor bahwa 'Ada pemain di GGO yang menyebut dirinya «Death Gun» dan telah menembak di jalan dan di bar, dan pemain yang ditembak olehnya tidak pernah login lagi' akan lebih luas, tapi masih tidak ada pemain yang akan percaya bahwa mereka dibunuh. Tentu saja, Sinon di depanku mungkin juga sama.

Sejujurnya, aku tidak benar-benar percaya dengan hal ini. Untuk pemain yang menembakkan peluru dalam permainan dan membunuh seseorang di kehidupan nyata -benar-benar mustahil tidak peduli apa alasan Kikuoka dan aku disuruh ketika kita membahas hal ini beberapa hari lalu.

Tapi sekarang, aku bahkan tidak bisa menertawakan kemampuan Death Gun. Jika orang itu benar-benar merupakan anggota penting dari «Laughin Coffin», dia pasti salah satu pemain pembunuh yang antusias menghilangkan nyawa banyak pemain di Aincrad. Mungkin dia mengembangkan cara tertentu untuk membunuh yang jauh melampaui imajinasiku dan Kikouka dan selama pengalaman menakutkan itu. Masih ada kemungkinan.

Jika aku mengatakan semua yang aku tahu kepada Sinon dan juga bahwa kekuatan Death Gun mungkin nyata -kamu mungkin akan mati, kamu tidak harus mengambil bagian dalam turnamen kali ini, akankah dia mendengarkanku? Tidak, sama sekali tidak. Bahwa citra Sinon saat ia menunjukkan sisi wajah putus asa karena dia hampir ketinggalan pendaftaran setelah berbelanja denganku. Gadis ini harus memiliki beberapa alasan penting mengapa dia harus ambil bagian dalam turnamen BoB ... Mata biru yang melotot ini yang diam melihatku -tiba-tiba melunak.

Berwarna terang bibirnya mengatakan tanpa bergerak terlalu banyak, "... Jangan bilang bahwa alasan mengapa wajahmu tiba-tiba menjadi aneh selama penyisihan kemarin juga karena itu?"

"Eh ..."

Sinon dan aku saling bertatap muka, dan untuk sesaat, kita tidak bisa mengatakan apa-apa. Namun, aku lupa semua alasan dan pikiranku karena aku mengangguk pergi seperti diminta. Sebuah suara amat kecil keluar dari mulutku sendiri, "... Ahhh ... itu benar. Kemarin, aku tiba-tiba dipanggil oleh seseorang yang memainkan VRMMO serupa di kubah bawah tanah ... Aku berpikir bahwa ia akan mengambil bagian dalam pertempuran saat ini. Aku takut bahwa salah satu dari tiga orang itu dia ... "

"Apakah itu teman-temanmu?"

Aku menggeleng keras mendengar pertanyaan itu Sinon, mengacaukan rambutku. "Tidak, justru sebaliknya ... kita musuh. Aku dan dia, kita serius mencoba untuk membunuh satu sama lain sebelumnya. Tapi ... Aku tidak ingat nama laki-laki itu saat itu. Aku harus ingat itu. Aku ingin bertemu pemain ini di final ... mencari tahu mengapa dia ada di sini, dan apa yang dia lakukan ... "

Setelah menjelaskan sampai di sini, aku menyadari bahwa kata-kataku mungkin membingungkan Sinon. Dalam permainan VRMMO normal, bahkan pemain di guild lawan secara teknis masih saingan bermain di game yang sama. Ini akan terlalu berlebihan untuk menggunakan judul «musuh».

Namun- Sniper dengan rambut biru aqua tidak tertawa mendengar kata-kataku, tapi melebarkan mata kecilnya, dan kemudian bergumam dengan suara lemah yang sistem hampir tidak bisa identifikasi. "... Kamu mencoba membunuh satu sama lain ... musuh ...?"

Kemudian, ia menggunakan volume lembut yang sama untuk meningkatkan pertanyaan lain yang cukup untuk menembus kesadaranku. "... Apakah karena gaya bermain kamu yang tidak cocok, atau hubunganmu antara satu sama lain memburuk ketika kamu berada di sebuah pesta karena beberapa masalah? Atau ... "

Mendengar sampai ini, aku menggeleng dengan refleks.

"Tidak, kami benar-benar mempertaruhkan hidup kita dan berusaha untuk membunuh satu sama lain. Orang itu ... guild laki-laki itu melakukan sesuatu yang tak bisa dimaafkan, dan kedua belah pihak tidak bisa menuju ke sebuah solusi damai. Kami tidak punya pilihan selain untuk menyelesaikan ini dengan pedang. Aku tidak menyesal melakukan hal ini, tapi ... "

Aku tahu ini hanya akan mengganggu Sinon, tapi mulutku tidak bisa berhenti. Aku memegang tangan yang ditempatkan di atas meja, berusaha melihat jauh ke dalam mata biru, dan mencoba untuk memaksa keluar suaraku dari tenggorokanku yang telah mengering. "... Tapi, a-aku hanya terus melarikan diri dari tanggung jawab yang harus aku tanggung, dan belum pernah aku memikirkan makna di balik tindakan ini. Sampai hari ini, aku memaksa diriku untuk melupakannya ... tapi sekarang, aku tidak dapat terus untuk melarikan diri. Aku harus memecahkan masalah dengan kepala di depan. "

Kata-kata ini tampaknya dikatakan untuk diriku sendiri. Tentu saja, Sinon tidak harus bisa mengerti sama sekali. Saat aku menutup mulutku, Sinon menunduk juga. Pikiran bahwa ia merasakan hal aneh jauh di dalam hatinya bertambah besar sekarang, pikirku. "... Maaf untuk kata-kata konyol seperti itu. Hanya berpura-puralah kamu tidak pernah mendengarnya. Lagi pula, itu hanya dendam masa lalu ... "

Aku memaksa tersenyum dan siap untuk menyederhanakan hal.

Tapi Sinon bergumam mengganggu kata-kataku.

"-Jika peluru yang kau tembakkan bisa membunuh pemain di dunia nyata, Kamu bisa menekan pelatuk tanpa ragu-ragu."

"...!"

Aku segera tersentak.

Ini adalah pertanyaanku dari dalam diriku untuk Sinon selama final turnamen penyisihan kemarin. Sebenarnya, aku masih tidak mengerti mengapa aku menanyakan hal ini, tapi pada saat itu, aku bertanya balik langsung, secepat percikan, saat mendengar Sinon bertanya 'bagaimana aku bisa menjadi kuat seperti dirimu'.

Serangan di dunia game virtual membunuh seorang pemain di dunia nyata. Dari asalnya tidak ada yang mungkin percaya pada rumor «Death Gun» itu, kemungkinan bahwa hal ini tidak mungkin dalam teori. Namun, aturan ini terjadi di dunia yang tidak ada sekarang.

Pada saat ini, aku hanya bisa berdiam diri, dan Sinon menatap mataku dengan tatapan tajam, dan membuka bibir kecilnya mengatakan, "Kamu ... Kirito, mungkin kamu, dari permainan itu ..."

Pertanyaan ini yang tampaknya tak bersuara langsung sirna karena meleleh di udara kering bar. Mata biru bimbang melihat ke bawah sebelum gemetar diam-diam. "... Maaf, aku tidak harus bertanya tentang hal ini."

"... Tidak, tidak apa-apa."

Aku hanya bisa menjawab ini berkaitan dengan permintaan maaf yang tak terduga, dan kami terus melihat satu sama lain dalam keheningan yang menegangkan ini.

Aku tidak bermaksud untuk mengatakan pada Sinon bahwa aku mantan pemain «Sword Art Online», «yang selamat dari SAO». Tapi kalau aku tidak berkata begitu, dia tidak akan pernah bisa memahami penjelasanku yang barusan.

Sinon sekarang mungkin mampu memahami arti dari kata «musuh» yang kugunakan, dan dia akan mampu memahami arti rinci «saling membunuh».

Aku hanya menunggu dengan diam untuk gadis ini menunjukkan bahwa ada perasaan jijik dan gangguan baginya di matanya.

Namun- Sinon tidak berpaling, dan dia tidak meninggalkan tempat duduknya. Dia membungkuk ke depan dan menatapku. Mata sapphire miliknya, karena alasan tertentu, tampaknya akan memberikan semacam ... mungkin kilatan, permohonan bantuan, ataukah mungkin itu hanya imajinasiku.

Saat berikutnya, Sinon memejamkan mata erat-erat, dan kemudian menggigit bibirnya dengan erat. Aku bahkan tidak punya waktu untuk terkejut ketika suasana tegang antara kami menghilang. Setelah menghembuskan napas dalam-dalam, gadis sniper ini memberikan senyuman dan berbisik lembut kepadaku, "... Yah, sudah waktunya untuk kembali ke kubah dan menunggu, atau kita tidak akan punya waktu untuk memeriksa peralatan kita dan melakukan pemanasan."

"Ah ... ahh, itu benar."

Aku mengangguk, dan Sinon berdiri. Aku melihat jam digital sederhana di pergelangan tangan kiriku, dan melihat bahwa hampir jam 7 pm. Masih ada satu jam sebelum dimulainya turnamen final. Ketika kami tiba di lift sederhana di sudut bar besar, Sinon menekan tombol bawah, gerbang besi itu mengeluarkan suara berderit yang meluncur ke samping, dan lift muncul. Saat kami masuk, aku adalah orang yang menekan tombol paling bawah.

Dalam ruang sempit yang memiliki perasaan imajinasi turun dan suara mesin, suara lembut berdering. "Aku tahu kamu memiliki kesulitan sendiri."

Di belakangku, Sinon tampaknya berjalan ke arahku, dan ada sesuatu yang menunjuk pada tengah punggungku. Itu bukan moncong-tapi jari. Katanya dengan nada sedikit kuat.

Sword Art Online Vol 06 -075.jpeg

"Namun, janjimu denganku adalah salah satu alasan lain. Aku pasti akan mengembalikan hinaan selama pertempuran kemarin dengan menarik, jadi kamu tidak boleh membiarkan orang lain selain aku menembakmu. "

"... Aku mengerti."

Aku mengangguk sedikit.

Tujuan terbesarku ketika aku dive ke GGO adalah untuk berinteraksi dengan «Death Gun» dan memecahkan misteri di balik pembunuhan itu, tapi insiden ini sekarang bukan hanya tentang permintaan Kikuoka Seijirou, tetapi juga terkait denganku. Berpikir dengan tenang, aku harus menghindari duel ini dengan Sinon sniper menakutkan dan mencapai tujuanku.

Tapi aku bertemu Sinon di dunia ini, berbicara dengannya, dan membangun sebuah hubungan baru dalam pertempuran ini. Aku benar-benar tidak bisa mengabaikan atau meremehkan tindakannya. Itu karena, bahkan di dunia maya yang lain, bahkan jika hal yang menempel di pinggangku adalah pedang cahaya tanpa fisik pedang asli, «Kirito» masih swordsman. "... Aku akan bertahan sampai saat aku melawanmu."

Pada saat aku mengatakan hal ini, jari di belakang punggungku meninggalkan tubuhku, dan suara lembut terdengar lagi. "Terima kasih."

Sebelum aku bisa bertanya mengapa dia mengatakan terima kasih, lift berhenti mendadak. Setelah pintu terbuka, hal yang ada di depan lift yang gelap itu adalah bau besi dan asap-bau pertempuran datang ke arahku dan menelanku.


Bab 10[edit]

Sinon menghela napas sebentar, dan menghabiskan waktu yang sama untuk mencoba menghembuskan udara dingin keluar dari paru-paru virtualnya.

Ia perlahan mencoba untuk menyesuaikan napasnya dengan detak jantungnya, dan reticle[1] hijaunya mulai membesar dan menyusut.

Ia melihat tepat di tengah-tengah layar. Seorang pemain sedang bergerak di antara semak-semak. Ia membawa sebuah senapan serbu «Yatei» kecil, dan meskipun senjata lainnya tidak dapat terlihat, ada beberapa bagian yang seperti menonjol padanya. Mungkin, ia mengurangi senapannya sebanyak mungkin, dan menggunakan perisai optik berteknologi tinggi dan armor multi lapis untuk mengatasi peluru, untuk mengisi kekurangannya. Selain itu, ia memakai helm dengan pelindung wajah, dan terlihat seperti babi jantan raksasa. Namanya adalah «Shishigane», dan data menunjukkan bahwa ia adalah pemain bertahan yang fokus pada VIT. Meskipun ia mengambil bagian di final terakhir, Sinon tidak menghadapinya secara langsung.

Dengan jarak lebih dari 1.200m, bahkan senapan sniper anti-tank «Ultima Ratio Hecate II» tidak bisa menyebabkan tembakan fatal terhadap armor tebal itu. Tentu saja, akan berbeda jika dia mampu menembak dua kali berturut-turut, tetapi sang musuh bukanlah orang bodoh. Sekali dia tertembak, dia akan segera menghilang dalam kegelapan dan tidak akan muncul lagi. Jika Sinon menunggunya untuk muncul pada posisi tersebut, pemain-pemain lain yang mendengar tembakan pertama itu pasti akan berkumpul, dan akan ada sekumpulan senapan mesin berkerumun di sekitarnya seperti sarang lebah.

Sembari Sinon berbaring tengkurap di antara batu-batu besar dan semak-semak, pelatuk di jarinya diam-diam bersuara,

“…Datanglah kemari.”

Ketika jarak antara musuh dan dirinya sekitar 800m, ia percaya bahwa ia dapat menembus bagian tipis dari armor, wajah, dan memberi jumlah kerusakan lebih besar untuk menyingkirkan pemain ini.

Namun, harapan Sinon tidak terjadi karena musuh berbalik dan menjauh darinya. Ia juga cukup berhati-hati untuk meletakkan armor yang berat di punggungnya, dan dapat dikatakan bahwa tidak ada celah untuk menyerangnya. Hal ini sangat disayangkan, tetapi sepertinya pilihan terbaik adalah Sinon harus menyerah pada buruannya kali ini dan menunggu musuh selanjutnya. Hanya sesaat ketika Sinon hendak menggerakan mata kanannya dari teropongnya, ia menyadari adanya sebuah benda bulat pada pinggang kanan si musuh.

Itu adalah granat plasma besar, ada dua. Mungkin ia menggunakannya untuk maksud perlindungan karena dia tidak membawa senjata dukungan. Tetapi, di permainan ini, «barang-barang murah tetapi efektif seperti itu» biasanya memiliki unsur bahaya baginya. Sinon membuat dirinya tegang dan menyipitkan matanya pada teropong. Ia memindahkan teropongnya turun dari punggung musuh ke bagian kanan bawah, dan akhirnya membidik crosshair[2]nya ke arah bola logam yang bergetar (granat). Menghirup napas, menghembuskan. Ia menghirup—dan berhenti.

Ketika bayangan untuk sukses menghapus semua pikiran acaknya, tubuh dan tangannya pada senapan sniper akan menyatu untuk sesaat, dan menentukan titik yang tepat. Gadis itu tentunya akan menarik pelatuk.

Kemudian, ada benturan mengenai tubuhnya. Matanya dengan segera berwarna putih karena percikan yang dihasilkan oleh moncong senjatanya. Tetapi, penglihatan Sinon segera kembali saat dia memeriksa teropongnya, dan melalui penglihatannya, ia dapat melihat granat yang ada di pinggang kanan lelaki itu meledak ‘bam’, dan ia memalingkan wajahnya dari senjata.

“Bingo.”

Ketika dia bergumam, sebuah ledakan biru terjadi di tengah bukit jauh di sana, dan semua pohon di sekitarnya rubuh. Sekian detik kemudian, suara petir terdengar, dan ia tidak perlu memeriksa untuk mengetahui bahwa HP dari lelaki itu berkurang menjadi nol.

Pada saat itu, Sinon berdiri, meluruskan kakinya, dan membawa Hecate[3]nya. Karena suara tembakan dan percikan dari moncong senjata mengungkap posisinya, beberapa menit setelah penembakan akan menjadi momen paling berbahaya untuk seorang sniper. Ia dengan cepat mengamati sekitar dan kemudian menentukan rute yang akan dituju.

Jalan ini banyak semak-semaknya di sekitar, sehingga ia tidak akan ditemukan dengan mudah. Selain itu, musuh-musuh yang ada di dekatnya akan tertarik pada ledakan besar si laki-laki mirip babi jantan tadi. Tetapi, meskipun mengetahui ini, Sinon tidak berhenti, malah melanjutkan berlari lebih dari satu menit sebelum berlutut di bawah pohon besar yang mati dan menghela napas. Ketika dia melihat ke atas, melalui celah di antara lapisan awan yang tebal, ia dapat melihat matahari yang berwarna merah darah tenggelam di barat. Sudah kira-kira 30 menit berlalu sejak turnamen “Bullet of Bullets” akhirnya dimulai.

Laki-laki tadi adalah yang kedua Sinon tembak dan singkirkan, tetapi para pemain tidak dapat mengetahui seberapa banyak yang selamat sampai satelit melakukan scan setiap 15 menit. Gadis itu mengeluarkan «Satellite Scanner»[4] nya yang pipih, mengaktifkannya untuk menunjukkan peta seluruh area dan dengan diam menunggu intel membaharui data.

Waktu di kiri layar menunjukkan bahwa waktu di dunia nyata adalah 8:30pm, dan peta yang sangat mendetail menunjukkan banyak sekali cahaya berkedip. Ada 21 buah, atau dengan kata lain, 9 orang telah disingkirkan. Sinon terus mengamati layar sambil mencoba memeriksa strateginya saat itu.

Tempat yang menjadi lahan turnamen adalah 10km pulau melingkar yang terisolasi. Utara pulau tersebut adalah padang gurun, dan selatannya semua adalah hutan-hutan dan bukit-bukit. Selain itu, ada sebuah kota terabaikan di tengah pulau. Sekarang ini, Sinon berada pada perbukitan paling selatan. Sedikit ke utara, ada sebuah sungai mengalir, memisahkan perbukitan dari hutan-hutan.

Sekarang ini, ada 3 titik cahaya dalam radius 1 km. Sinon menggunakan ujung jarinya untuk menandai nama-nama pada cahaya tersebut. Yang terdekat adalah «Dyne», yang bergerak menjauh 600m ke timur laut. Sedikit jauh ke timur adalah «Pale Rider» yang sedang mengejar «Dyne». Dan terakhir, titik cahaya terakhir yang berjarak 800m dari situ adalah «Lion King Richie».

Richie dilengkapi dengan senjata senapan mesin berat berteknologi tinggi «Vickers». Mungkin ia ingin mendapatkan poin tertinggi di area itu dan menyingkirkan semua pemain yang mendekatinya. Ia menggunakan strategi yang sama saat turnamen terakhir, dan harus mengundurkan diri karena kehabisan peluru. Tetapi, ia seharusnya memiliki strategi melawan saat ini. Yang manapun itu, ia dapat meninggalkan musuh ini, yang tidak bergerak sendiri.

Masalahnya adalah titik cahaya «Dyne», yang kelihatannya sedang berlari untuk menyelamatkan dirinya, dan «Pale Rider», yang sedang mengejarnya. Dyne bukan hanya pemimpin pasukan di mana Sinon mengikut, tetapi juga seorang veteran yang masuk ke final BoB 3 kali. Ia memiliki senapan serbu «SG550» dengannya, dan spesialisasinya di pertarungan semi dekat. Orang ini memang tidak layak dihormati dalam sisi karakteristik, tetapi dia bukan musuh yang bisa diremehkan.

Dan untuk Pale Rider, yang mengejar Dyne, juga bukan seseorang yang layak diremehkan. Sejujurnya, Sinon belum pernah bertemu dengannya, dan tentu saja tidak pernah melawannya. Apakah ia benar-benar kuat? Apakah hanya karena senjatanya sesuai dengan keadaan sekitar? Baru saja Sinon merasa curiga, satelit di langit terlihat akan hilang, dan semua titik cahaya yang ada di peta berkedip-kedip. Intel akan segera menghilang dalam waktu 10 detik.

Sinon mengangkat tangannya secara reflek, siap untuk menghitung 18 titik yang jauh. Tetapi, baru saja ketika telunjuknya akan menyentuh layar, tangannya mengepal tinju. Itu karena ia menyadari bahwa ia mencari sebuah nama khusus tertentu.

“…Mengapa aku harus terganggu, oleh seorang lelaki seperti dia.”

Sinon bergumam perlahan. Tidak perlu baginya untuk mengkhawatirkan laki-laki seperti itu—apakah pengguna pedang cahaya yang keji «Kirito» masih hidup atau tidak. Sekarang ini, ia harus fokus pada mangsa yang memasuki jangkauan Hecatenya. Jika Kirito memasuki jangkauan itu, ia hanya perlu membidik, menembak, dan mengakhiri hidupnya dengan segera tanpa perasaan apapun.

Cahaya-cahaya yang berkedip akhirnya menghilang diam-diam. Sinon menempatkan alat scannernya ke dalam kantongnya dan berlari lagi menembus hutan.

Di bawahnya adalah sebuah bukit bertingkat, dan berlawanan dengan itu adalah sebuah hutan lebat. Sekarang ini, Dyne dan Pale Rider ada di bagian hutan terdalam, bergerak dari kanan Sinon ke kiri. Seharusnya, keduanya menuju sungai yang membagi area menjadi dua dan jembatan yang terbentang di sungai. Dyne yang berhati-hati pasti berusaha menghindari pertarungan di hutan yang memiliki risiko tinggi dan memilih untuk bertarung di jembatan di mana jangkauan penglihatannya bagus untuk menghadapi sang pengejar, Pale Rider.

Sinon lebih dekat dengan jembatan dibandingkan mereka. Jika dia lari sekarang, ia mungkin dapat mencapai posisi menembak pertama kali. Ia ingin melihat pertarungan mereka dari sana dan menembak pemenangnya ketika ia lengah.

Menyiapkan Hecate di bahu kanannya, Sinon merendahkan tubuhnya dan lari menembus hutan lagi.

Gadis itu berhasil melewati daerah perbukitan berwarna merah teh dengan selamat, dan sebuah pantulan cahaya merah tua terlintas di penglihatan Sinon, tepat ketika ia menukik ke bawah semak-semak terakhir di sana.

Itu adalah sebuah sungai. Mengalir dari perbukitan selatan, dengan megah berkelok-kelok melalui tengah dari keseluruhan peta menuju utara sebelum menghilang dari pandangan berkabut dari reruntuhan kota yang terabaikan yang jauh. Di seberang sungai ada sebuah hutan yang memiliki banyak pepohonan tua, dan sedikit ke bawah pohon-pohon itu, ia dapat melihat jalan berbatu yang meliuk-meliuk. Jalan itu mencapai sungai 200m ke utara di mana Sinon bersembunyi, dan terhubung ke sebuah jembatan logam sederhana. Saat ini, kedua pemain seharusnya sedang berlari menuruni jalan—

Intuisinya sepertinya benar karena, sesosok wajah datang berlari dari kegelapan pepohonan tua yang tumbuh di antara jalan dan jembatan logam. Sinon dengan segera menyiapkan Hecate nya di tanah dan mengatur matanya sebelum dia bahkan menyejajarkan matanya pada teropong.

Badannya mengenakan pakaian bermotif woodland[5], dan dagunya dapat terlihat dari bawah helmnya. Selain itu, dari senapan SIGnya memastikan bahwa laki-laki itu adalah Dyne. Ia berlari dengan mulus menuruni jalanan seperti seorang veteran, dan setelah meninggalkan hutan beberapa detik. Ia dengan cepat berlari 50m ke bawah menuju jembatan logam, ke samping di mana Sinon bersembunyi dan segera menunduk ke tanah, tiarap.

“…Jadi begitu.”

Sinon bergumam dengan rasa hormat. Dalam situasi ini, ia dapat menyerang musuh yang akan menyeberangi jembatan logam. Tetapi, ia masih tetap terlalu ceroboh. Untuk seorang musuh yang mungkin bersembunyi di seberang sungai, ia menunjukkan punggungnya dalam keadaan tidak terlindung sama sekali.

“Kau harus melindungi punggungmu tidak peduli kapan itu, Dyne.”

Sinon bergumam sembari crosshair nya menyejajarkan dan menangkap sebuah wajah yang kasar. Sekarang ia dapat mengambil langkah langsung tanpa harus menunggu Dyne dan Pale Rider untuk bertarung. Meskipun Pale Rider akan mengetahui keberadaan Sinon, ia harus menyeberangi jembatan kalau dia ingin mendatanginya. Sinon hanya 200m jauhnya dari jembatan logam itu, dan bahkan jika musuh berlari dengan seluruh kekuatannya, ia yakin kalau itu akan menjadi tembakan pasti-mati.

--Tentu saja, aku hanya akan berkata maaf untuk mereka yang menonton dari galeri..

Sinon berpikir sembari diam-diam menempatkan jarinya ke pelatuk Hecate, tetapi pada detik selanjutnya…

Ada hawa dingin di belakangnya.

Juga ada seseorang di belakangnya.

--Bodoh! Aku lupa mengawasi belakangku karena fokus menembak!

Ketika Sinon berteriak di kepalanya, ia dengan cepat memindahkan tangan kanannya dari Hecate. Ia berbalik 180 derajat seperti badannya adalah pegas dan menggunakan tangan kanannya untuk mengeluarkan senjata lainnya, «MP7» senjata sub-mesin. Ketika melakukan itu, pikirannya melepaskan lintasan-lintasan pikiran yang terganggu.

--Tapi bagaimana bisa ada seseorang di belakangku? Hanya ada Lion King Richie ketika kuperiksa di «Satellite Scanner» beberapa menit lalu, ya kan? Orang itu tidak mungkin berlari menuruni gunung. Dan aku tidak mungkin tidak menyadari jejak kaki musuh jika ia berlari dengan sebuah senjata mesin berat. Berbicara tentang itu, hampir mustahil untuk musuk selain Richie untuk berada di belakangku di waktu yang singkat. Apa yang terjadi—siapa itu—

Meskipun dia sangat terkejut, Sinon meraih MP7 di belakangnya dan menempatkan moncongnya di depannya. Tentu saja, dia tidak terlalu memperhatikannya, ia tidak dapat mempercayai kalau seseorang telah mendahuluinya.

Sekarang ini, dia tidak bisa menghindari penyerangan itu. Mereka akan segera menggunakan semua peluru pada magasin untuk mengurangi HP yang lain—Sinon menyiapkan diri untuk menekan pelatuk setelah menyiapkan dirinya untuk ini. Tetapi hanya ketika dia akan menekan pelatuk dan menembakkan peluru…

Penyerangnya bergumam perlahan sambil mengangkat tangan kanannya, seperti ingin menghentikan Sinon,

“Tunggu!”

“Uehh…!?”

Sinon membuka matanya lebih lebar dan berbalik dari moncong senjata ke wajah musuh untuk melihat.

Ia segera melihat rambut hitam sepanjang pinggang, dan kulit lembut putih bahkan di bawah matahari terbenam, dan sepasang mata sipit yang berkilau. Musuhnya, Kirito terlihat setengah tergeletak, membawa FiveSeven pistol dengan tangan kirinya dan membidik ke arahnya.

Setelah menyadari situasi itu, Sinon merasakan beberapa perasaan sekaligus, semua menyatu menjadi satu dalam suasana. Ia melupakan moncong senjata di depan matanya dan secara tidak sadar menggertakkan giginya, melemparkan pandangan gusar, dan bergerak untuk menembakkan MP7 di tangan kanannya.

Tetapi Kirito sekali lagi berkata dengan suara tenang yang membuat Sinon berhenti mengerahkan kekuatan pada jarinya.

“Tunggu. Aku punya penawaran.”

“…Apa yang bisa ditawarkan pada situasi seperti ini…”

Sinon membalas argumennya dengan nada halus tetapi penuh dengan niat membunuh.

“Apa yang bisa ditawarkan dan dikompromikan pada situasi ini!? Kita hanya menunggu untuk melihat siapa yang mati duluan!”

“Aku dapat saja menembakmu duluan kalau aku ingin menembak!”

Kata-kata Kirito menjadi tegang tiba-tiba, menyebabkan Sinon terdiam. Sepertinya ada sesuatu yang lebih menyusahkannya daripada ditodong ujung laras senapan.

Dan meskipun ia tidak senang dengannya, apa yang Kirito katakan benar. Kalau dia dapat mendekatinya dengan mudah, ia dapat menyerangnya dari belakang dengan menembakkan peluru atau menggunakan pedang cahaya.

“…”

Menghadapi Sinon, yang terpaksa diam, Kirito sekali lagi melanjutkan berbicara halus,

“Aku tidak ingin kedua orang itu mendengar kita menembak satu sama lain.”

Mata Kirito tiba-tiba melihat ke belakang Sinon, di jembatan logam di mana pertarungan lain akan segera dimulai.

“Uehh…? Apa maksudmu…”

“Aku ingin melihat pertarungan di jembatan sampai pemenangnya ditentukan. Tolong jangan melakukan apapun sampai saat itu.”

“…Melihat? Dan apa yang akan kamu lakukan setelah itu? Apakah kamu akan berkata sesuatu yang bodoh seperti, "ayo mulai menyerang satu sama lain" setelah itu?”

“Kita harus mengamati keadaan…tetapi aku akan pergi, jadi aku tidak akan menyerangmu.”

“Tetapi aku bisa menembakmu dari belakang, kau tahu?”

“Itu tidak bisa dipungkiri. Tolong bertahanlah denganku. Pertarungan dimulai!”

Ketika Kirito dengan gelisah berpaling untuk melihat ke arah jembatan logam, ia benar-benar menurunkan FiveSeven di tangan kirinya. Meskipun musuh mengarahkan senjata sub-mesin tepat di dahinya, ia tetap menempatkan pistol kembali ke dalam sarungnya.

Meskipun ia marah, Sinon merasa itu tidak bisa tertolong, dan bahunya menjadi rileks.

Jika ia mengerahkan sedikit lagi kekuatan pada jarinya yang ada pada pelatuk, 24 buah peluru 4.6mm Mp7 dapat menembak dan menghabisi semua HP Kirito. Tetapi, Sinon sudah terlanjur melihat Kirito sebagai musuh terbesarnya, sehingga ia sangat tidak ingin untuk menyudahi pertarungan melawan dia dengan cara yang tidak karuan seperti itu.

Kalo itu Kirito, mungkin ia dapat menghindari tembakan dari Hecate bahkan lintasannya. Sinon sudah merencanakan ini dan memikirkan semua cara agar ia dapat melawannya satu lawan satu. Jika mereka harus bertarung, tentu saja ia berharap agar Kirito dan dirinya adalah dua orang terakhir yang bertahan dari 30 pemain dan kemudian bertarung di sebuah pertarungan deadmatch yang akan menggunakan semua hati dan jiwa mereka.

“…Maukah kau melawanku dengan sebagaimana mestinya setelah ini selesai?”

“Ya.”

Kirito menganggukan kepala, dan Sinon meletakkan senjata sub-mesinnya setelah melihat mata Kirito untuk setengah detik. Ia tahu kalau ini tidak menyenangkan, tetapi untuk mencegah Kirito dari tiba-tiba menyerangnya, ia tetap tidak memindahkan jarinya dari pelatuk. Tetapi, Kirito sendiri segera merilekskan seluruh tubuhnya dan menelungkupkan badannya di semak-semak sebelah Sinon. Ia mengambil teropong kecil dari sabuk sarung pistolnya dan mulai menonton pertarungan.

Tindakan ini, yang sama sekali tidak memperhatikan untuk mempertimbangkan Sinon sebagai potensi ancaman membuatnya marah dan segan di saat yang sama. Mengapa orang ini harus menyaksikan orang lain bertarung? Berbicara tentang itu, kapan dia muncul? Tidak ada nama Kirito dalam jangkauan 1km sekitarnya ketika dia memeriksa «Satellite Scanner» beberapa menit yang lalu.

Tetapi, Sinon tetap menelan keraguannya kembali dan meletakkan MP7 di pinggang kanannya. Ia kemudian membawa Hecate dengan dua tangan dan menggunakan teropong untuk menyaksikan kedua orang yang sedang bertarung.

Di jembatan logam, Sinon masih dapat melihat Dyne dalam posisi telungkup di dekatnya. SG550 yang menempel di wajahnya tidak bergerak sama sekali, dan konsentrasi yang tidak terbuyarkan ini menunjukkan bahwa dia bukanlah seseorang yang patut diremehkan. Tentu saja, Pale Rider yang mendesar Dyne ke situasi sulit seperti ini tidak mungkin muncul dengan mudah dari hutan melewatinya.

“…Pertarungan yang kau cari mungkin tidak akan terjadi.”

Sinon bergumam pada Kirito, yang ada di sebelahnya, dengan nada mengejek.

“Dyne tidak akan terus-menerus telungkup di sana. Sekali laki-laki itu bersiap untuk bergerak, aku akan menembaknya dulu.”

“Dalam hal itu, kau boleh mengambil tindakan…tidak, tunggu.”

Jawaban Kirito tiba-tiba menjadi tegang. Sinon memindah matanya dari teleskop secara reflek dan melihat ke arah jembatan logam dengan mata telanjang. Pada waktu itu, sebuah sosok tiba-tiba muncul dari jalan yang ada di dalam hutan lebat.

Sosok itu adalah seorang pemain yang tinggi dan kurus, menggunakan baju kamuflase biru dan putih misterius. Karena dia memakai sebuah helm hitam, mereka tidak dapat melihat wajahnya. Orang itu hanya dipersenjatai dengan senapan «ArmaLite AR 17» ringan. Orang ini seharusnya— tidak, ia tentunya adalah «Pale Rider» yang mengejar Dyne.

Dyne yang berbaring di sisi seberang jembatan, segera menegang di bagian bahu, dan atmosfir tidak biasa ini menyebar sampai ke Sinon yang jauh. Sebaliknya, ia tidak merasakan adanya tekanan dari sikap berdiri Pale Rider. Ia tidak terlihat takut akan SIG di tangan Dyne karena ia hanya menyeberangi jembatan dengan mudah.

“…Orang itu kuat…”

Sinon tidak dapat memungkiri dan mengatakan hal itu, dan di sebelahnya, Kirito tiba-tiba menggerakkan badannya sedikit. Sinon melihat sekilas ke arahnya dan menemukan bagian samping wajahnya yang mirip seperti seorang gadis menunjukkan ketegangan yang sangat. Dengan kata lain, Kirito sedang memperhatikan Pale Rider? Meskipun itu adalah pertama kali Sinon melihat nama dan penampilan pemain itu, tindakannya menunjukkan kalau dia memang memiliki kemampuan tertentu.

GGO memiliki kemampuan membantu prediksi «Bullet Line» yang tidak ada di kehidupan nyata. Tidaklah mudah mendekati musuh dengan sebuah senjata mesin otomatis. Biasanya, ada penghalang-penghalang untuk seseorang bersembunyi di belakang, sehingga ia dapat lari dari satu tempat ke tempat lainnya, menggunakan pergerakan menyamping untuk mendekati musuh.

Tetapi, Pale Rider hanya melangkah menuju jembatan logam tanpa perlindungan dengan santai. Tidak ada apapun, tidak ada bentang alam ataupun benda untuk menghalangi peluru. Bahkan Dyne, yang melarikan diri untuk menciptakan situasi ini hanya dapat terus telungkup di tanah, dan sedikit keraguan dapat terlihat di belakangnya.

Tetapi, Dyne adalah pemimpin pasukan dalam waktu yang cukup lama, sehingga pengalamannya membuatnya mengabaikan keraguannya. Sedetik kemudian, senapan serbu SG550 nya menembak dengan suara kuat yang menyerupai mesin Swiss, dan segera menyebar ke seluruh permukaan sungai.

Tetapi, Pale Rider sendiri menghindari peluru-peluru 5.5mm yang banyak sekali yang ditembakkan dengan cara yang tidak disangka oleh Sinon. Ia kemudian berlari ke kawat yang menyangga jembatan dan menggunakan tangan kirinya untuk memanjat. Dyne dengan terburu-buru mencoba membidikkan senjata padanya, tetapi sulit untuk seseorang dalam keadaan telungkup untuk menembak ke musuh yang ada di atas, sebagai akibat tembakan keduanya tidak mengenainya, Pale Rider menggunakan hentakan tali untuk melompat ke jembatan pada posisi yang lebih dekat dengan Dyne. “Pengguna STR, menggunakan peralatan cahaya dan mempercepat gerakan 3 dimensi…poin skillnya lumayan tinggi juga.”

Saat Sinon bergumam, Dyne berdiri untuk menunjukkan kalau dia tidak akan dibodohi untuk kedua kalinya dan menekan pelatuk untuk ketiga kalinya. Tetapi, serangan ini telah diantisipasi oleh Pale Rider. Dengan demikian ada celah kecil pada jalur penembakan dan tanah, sosok biru dan putih itu bergegas menyerbu masuk tanpa jatuh menggunakan tangan kirinya untuk menyangga tanah dan berguling ke depan. Ia hanya berjarak 20 cm dari Dyne ketika bangun.

“Sialan kau…!”

Dyne mengeluarkan makian yang biasa digunakan dan mencoba mengganti dengan cepat 30-peluru magasin yang kosong. Tetapi…

ArmaLite di tangan kanan Pale Rider mengeluarkan kilasan diam.

Pada jarak sedekat itu, peluru-peluru senapan tidak akan sepenuhnya meleset. Dyne seketika terjatuh ke belakang ketika spesial efek kilat tersebar di seluruh badannya. Tetapi, bukan main, ia tidak berhenti malah mengisi dan menyiapkan senjatanya di depan wajahnya—tetapi, ada suara tembakan kedua.

Pale Rider sekali lagi mendekat dan menembak untuk kedua kalinya yang menyebabkan Dyne kehilangan keseimbangan. Ini adalah bagian paling menakutkan dari senapan, menyebabkan efek yang lama di samping damage yang biasa, memperbolehkan seseorang untuk terus-menerus diserang tanpa daya.

--Tidak perlu untuk membawa SIG ke depannya karena kilatan dari moncong senjata, yang ditembakkan dari pinggang, sangatlah kuat.

Tetapi, pikiran Sinon tidak dapat tersalurkan ke otak Dyne, dan sudah terlambat. Pale Rider terus mendekat dan perlahan mengisi AR17 sebelum menekan pelatuk di depan Dyne untuk ketiga kalinya. 12 gauge shell[6] meledak, meluncurkan hujan peluru dan membuat sisa HP Dyne menjadi nol.

Dyne, yang berada di tanah dengan lemas, mendapat sebuah kata [Dead] yang besar berwarna merah yang perlahan berputar. Sekarang ia tersingkir dari final. Ia tidak akan bisa log out selama itu untuk mencegah para pemain untuk bertukar informasi di dunia nyata. «Jenazah» ini hanya dapat menonton siaran langsung dengan sadar sampai turnamen selesai.

“Pemain berbaju biru itu luar biasa...”

Di sebelahnya, Kirito berbicara dengan perlahan. Sinon dengan tidak sadar hampir menganggukkan kepala sebagai respon, dan segera mengerutkan alisnya mendengar apa yang dikatakannya selanjutnya,

“…Apakah orang itu…salah satu orang yang kita bicarakan dalam daftar…?”

Sinon merasa sangat curiga, tetapi segera mengingat bahwa «Pale Rider» adalah satu dari tiga pemain yang Kirito khawatirkan. Dengan kata lain, Pale Rider dapat menjadi target. Keduanya mencoba saling membunuh di sebuah game VRMMO yang Kirito mainkan sebelumnya, dan nama game itu adalah—tidak, mungkin game itu adalah yang namanya menjadi terkenal…

Saat ini, Sinon memaksa dirinya untuk berhenti berpikir.

Kirito seharusnya memiliki masalah sendiri, tetapi itu adalah masalahnya. Tidak seorang pun seharusnya menghalangi, tidak seorang pun seharusnya menanggung tanggung jawab itu.

Sinon terlihat seperti ingin menghilangkan sedikit keraguan ini dan melepas pengaman Hecate nya sebelum berkata perlahan dan santai,

“Aku akan menembak orang itu.”

Tanpa menunggu respon dari Kirito, ia menempatkan jarinya pada pelatuk. Setelah Pale Rider menyingkirkan Dyne dengan serangan mengagumkan, ia meninggalkan jembatan dan siap untuk menuju ke utara. Crosshair Sinon segera menangkap penglihatan punggung kurusnya, dan mempertimbangkan arah angin dan jarak sebelum mempersiapkan dirinya.

Pada saat ini, Kirito akhirnya menjawab dengan suara parau,

“Ahh…Aku mengerti. Tetapi, jika dia adalah orang itu…”

--Lalu, mengapa kalau dia adalah orang itu? Apa kau berusaha memberitahuku kalau dalam jarak kurang dari 300m dengan memunggungi, ia dapat menghindari tembakan spesialku «tembakan pertama tanpa jalur peluru»?

“…Berhenti bercanda.”

Sinon hanya menggerakkan bibirnya untuk menjawab Kirito dan mulai menarik pelatuk tanpa keraguan—

Tetapi pada saat itu…

Sinon melihat sebuah penglihatan yang tidak dapat dipercaya dari teropongnya. Sebuah peluru kecil keluar dari bahu kanan baju kamuflase biru putih Pale Rider, dan orang tinggi dan kurus ini rubuh ke kanan, lebih seperti ia terpukul daripada terkena peluru.

““Ahh…!””

Sinon dan Kirito, yang melihat adegan itu dengan teropongnya dari kiri, berteriak pada waktu yang sama.

Meskipun terkejut, Sinon tetap fokus pada pendengarannya secara naluri. Tentu saja, ini untuk memeriksa suara tembakan yang mengenai Pale Rider, dari mana itu berasal dan kualitas suaranya. Tetapi…

Tidak peduli seberapa tajam telinganya, yang dapat didengarnya hanyalah angin kering dan air mengalir di sungai.

“…Apakah aku melewatkannya…?”

Sinon bergumam, dan Kirito, yang terlihat berpikir tentang itu, dengan perlahan menjawab,

“Tidak, aku tidak mendengar apapun juga. Apa yang terjadi…?"

“Satu-satunya hal yang dapat kupikirkan…adalah bahwa itu merupakan senapan laser yang mengeluarkan suara sangat pelan…atau senjata dengan peredam. Tetapi…”

“Ap..apa?…?”

Sinon melihat sekilas ke samping dan menatap ke arah Kirito yang kebingungan, memikirkan berapa banyak yang harus diajarkan kepadanya dan mulai menjelaskan. “Itu adalah muffler[7]. Sebuah peralatan yang diletakkan di depan senjata untuk meredam suara tembakan.”

“Jadi, jadi itu adalah peredam…”

“Kau bisa menyebutnya seperti itu. Namun demikian, sebuah senapan yang dilengkapi dengan ini dapat meredam suara tembakan hanya sampai batas tertentu. Tetapi alat ini akan mempengaruhi ketepatan, jangkauan tembak, dan cukup mahal.”

“Aku mengerti…”

Kirito menganggukkan kepalanya saat matanya melihat sekilas ke ujung Hecate II milik Sinon. Bagian depannya hanyalah sebuah muzzle brake[8], dan bahkan seorang pemula seperti Kirito tahu bahwa itu bukanlah peredam. Sinon menambahkan sebelum Kirito berkata sesuatu,

“Ini bukan untuk menghemat uang, tetapi karena alat-alat seperti itu bukanlah gayaku.”

Menyenangkaaan.

Ia mendengus dan sekali lagi melihat melalui teropong. Pale Rider, yang rubuh ke tanah, tidak seperti akan berdiri, tetapi itu bukanlah tembakan yang fatal. Kalau iya, akan ada tulisan merah ‘dead’ seperti yang ada pada Dyne, yang tidak jauh darinya. ‘’Ia masih hidup, lalu kenapa dia tidak lari atau melawan balik’—

Selain itu, ada keraguan yang lain juga. 10 menit lalu, di peta «Satellite Scan», Sinon memeriksa kalau tidak ada siapapun dalam jarak 1km. Dengan kata lain, penembak misterius itu menembak dari jarak yang cukup jauh. Tapi jika itu benar, musuh akan menggunakan caliber yang lebih besar untuk menembak. Di GGO, semakin besar gunbarrel[9], semakin lemah efek peredam, dan ketepatan serta jangkauan tembak akan lebih terpengaruh. Tetapi, tidak ada suara tembakan terdengar, dan ia tidak dapat memahami mengapa.

Ketika ia berpikir, Sinon tiba-tiba teringat kalau ia juga bertanya-tanya tentang hal yang sama tentang pemain yang ada di sebelahnya saat ini, dan merasa kalau ini adalah waktu yang tepat untuk bertanya. Ia berbalik dan berkata dengan halus,

“…Ngomong-ngomong, Kirito, dari mana kamu muncul? Kamu tidak ada di sekitar perbukitan ini 10 menit lalu di satellite scan.”

“Eh…? Aku mengikuti Pale Rider sekitar 500m jauhnya, jadi seharusnya aku muncul di layar…tidak, ahh, aku tahu.”

“Tahu apa?”

“Ngomong-ngomong, aku seharusnya sedang mengarungi sungai 10 menit yang lalu. Mungkin itu karena aku bersembunyi di bawah air sehingga satelit tidak menemukan aku…”

—KAU, KAU BERENANG MELEWATI SUNGAI!?

Sinon mencoba menahan suaranya sebisanya, dan tidak berteriak.

Telah diketahui bahwa sungai-sungai dan danau-danau di game ini bukanlah area terlarang, dan tidak akan menyebabkan pemain mati jika masuk ke dalam. Tetapi, HP akan terus turun di air, dan pemain tidak akan bisa berenang karena beratnya perlengkapan yang ada di badan. Jadi, hampir tidak mungkin untuk pemain manapun berenang di sungai lebar itu kecuali untuk pasukan katak-tipe pemain dengan peralatan bernapas.

“Bagaimana, bagaimana kau melakukannya…?”

Setelah akhirnya ia menanyakan pertanyaannya dengan kesusahan, Kirito hanya mengangkat bahunya dan menjawab,

“Tentu saja aku melepas semua perlengkapanku untuk waktu itu. Semua VRMMO yang menggunakan rincian dari «The Seed» dapat melepas perlengkapannya dari window back pribadi ke kotak item. Jadi, tidak perlu membawanya kan?”

“…”

Mungkin ini bisa dikatakan sebagai contoh yang cocok untuk mendeskripsikan seseorang yang sangat kaget sampai-sampai tidak bisa memberi respon. Lupakan tentang berenang, keberanian untuk melepas semua senjata dan perisai di tengah-tengah medan perang sangatlah tidak bisa dipercaya.

“…Orang-orang akan senang tentunya melihat karaktermu memakai pakaian dalam seperti itu.”

“Arr, bukankah siaran langsung hanya menunjukkan adegan pertarungan?”

Melihat Kirito menjawab dengan kalimat jangan-coba-dan-bodohi-aku, Sinon hanya mendengus dengan dingin dan menjawab,

“…Ngomong-ngomong, jadi «Satellite Scanner» tidak bisa mendeteksi orang yang ada di dalam air. Akan kuingat itu. Tetapi, Pale Rider yang kau ikuti dengan mengarungi sungai cukup kuat, tetapi bukan pemain terhebat. Ia tidak sanggup bangun setelah tertembak sebuah peluru, sepertinya ia…”

Baru saja Sinon akan berkata ‘tidak akan bertahan hidup’, ia disela oleh Kirito, yang menaikkan teropongnya kembali.

“Tidak…Aku tidak berpikir dia terlalu takut sampai tidak sanggup bangun…lihatlah dia, bukankah ada cahaya terang aneh di avatarnya…?”

“Eh…”

Sinon segera membesarkan jangkauan teropongnya. Meskipun susah ditebak karena matahari tenggelam begitu terik, baju kamuflase biru putih Pale Rider memang bercahaya biru di sekujur tubuhnya. Sinon tidak melihat efek itu sebelumnya, dan itu adalah—

“Sebuah…sebuah peluru setrum elektrik…!?”

“Ap, apa itu?”

“Seperti namanya, itu adalah sebuah peluru unik yang dapat menyebabkan tegangan listrik tinggi begitu mengenai target. Tetapi memerlukan senapan caliber cukup besar untuk mengisinya, dan bahkan sebutir peluru sangatlah mahal, sehingga jarang digunakan di PvP. Itu adalah perluru yang digunakan ketika suatu kelompok memburu Mob besar.”

Kenyataannya, ketika Sinon menjelaskan, cahaya yang melumpuhkan Pale Rider mulai meredup. Beberapa detik kemudian, dan efeknya akan hilang. HP nya seharusnya tidak akan turun, tetapi sekarang ia sama sekali tidak mengerti mengapa musuh mau melakukan tembakan yang sangat sulit seperti—

“—!”

Sinon tidak dapat menebak apakah rasa gemetar itu datang darinya atau dari Kirito di sebelahnya.

200m ke utara dari di mana mereka berdua bersembunyi adalah jembatan logam besar yang terbentang ke arah timur dan selatan. Di bagian barat jembatan ada Dyne, yang telah mati. Pale Rider rubuh oleh sebuah peluru setrum yang datang dari hutan bagian timur, dan sekarang 5m ke utara darinya. Tetapi, ia sudah siap bangun.

Tepat di antara badan Pale Rider dan Dyne, sesosok hitam keluar dari bayang-bayang sebuah tiang logam penyangga.

Sekilas, tidak Nampak seperti seseorang (pemain). Avatarnya benar-benar tertutup dengan kehadiran misterius. Setelah mencoba melihat dengan jelas, Sinon akhirnya mengerti mengapa ia tidak bisa melihatnya. Orang itu berkerudung mantel abu-abu, dan tudungnya berkibar-kibar tidak karuan seperti bahan yang tipis dan kecil karena angin. Itu adalah sebuah Ghillie Suit yang seorang sniper kenakan. Tidak, itu seharusnya disebut «Ghillie Mantle». Tetapi—

“…Sejak kapan dia menunggu di sana…?”

Sinon bergumam tidak sadar. Orang bermantel itu pastinya adalah orang yang menembak Pale Rider. Tetapi, sejak kapan dia berpindah dari hutan dan menyeberangi jembatan? Meskipun dia memakai Ghillie Mantle yang memiliki kemampuan menyamar yang tinggi, ia tentu akan ketahuan kalau dia melewati jembatan logam tanpa seorang pun memperhatikan. Atau dia berenang di sungai seperti Kirito? Tetapi kalau itu benar, ia yakin tidak pernah melihatnya membuka window dan mengatur perlengkapan badannya.

Tetapi pada detik selanjutnya, terungkapnya rahasia dengan mengejutkan yang mengguncang seluruh keraguan Sinon terjadi.

Mantel yang tersobek itu melangkah ke depan, dan mengungkapkan senjata utama yang tersembunyi di badannya di tangan kanannya.

“—«Silent Assasin».”

Ia mengeluarkan suara seperti terengah-engah.

Itu adalah sebuah senapan sniper besar yang kira-kira sepanjang Hecate nya. Meskipun senjatanya sendiri lebih pipih dibandingkan Hecate, beberapa lubang baut yang melewati rakitan mesin, cengkeraman yang sangat canggih yang memiliki pegangan untuk ibu jari dan body senjata yang abu-abu tua mengkilap semuanya memberi rasa merinding pada tulang. Tetapi, spesialisasi yang paling unik darinya adalah peredam besar yang terpasang dengan moncong senjata. Tidak, tidak tepat mengatakannya terpasang, lebih cocok dikatakan, itu adalah senjata sniper yang didesign untuk tujuan menggunakan peredam.

Nama sebenarnya adalah «Accuracy International L115A3», dan senjata itu menggunakan peluru Lapua Magnum .338 inci. Meskipun peluru itu jauh lebih rendah mutunya dibanding .50 BMG yang Hecate II gunakan, L 115 bukanlah senjata anti-tank[10]. Dapat dikatakan bahwa senjata ini awalnya memang dilengkapi dengan peredam untuk menembak orang. Karena jangkauan terbesarnya lebih dari 2.000m, mereka yang tertembak peluru tidak bisa melihat penembaknya, dan tidak bisa mendengar suara tembakan sebelum mati. Sehingga, orang menyebutnya—«Silent Assassin».

Sinon memang pernah mendengar tentang senjata ini di GGO, tetapi ia belum pernah melihatnya. Berbicara tentang itu, ia belum pernah mendengar seorang sniper yang mampu bekerja sendiri selain dirinya. Tetapi, orang bermantel itu mampu menembak dari kedalaman hutan menyeberangi sungai dan menembak Pale Rider. Tidak mungkin melakukannya tanpa skill yang cukup, konsentrasi, pengaturan dan detak jantung.

—Siapa orang itu?

Sinon secara naluri memeriksa jam tangan di tangan kirinya. Sekarang pukul 8.40pm. Masih ada 5 menit sebelum «Satellite Scan» yang ketiga, dan pada situasi ini, waktu terasa sangat lama.

Orang bermantel misterius yang ada di teropongnya itu memberi kehadiran kematian dengan mengikatkan L115 nya ke bahu kanannya. Sinon membuka matanya lebih lebar untuk melihat apakah ada tanda pengenal atau anggota suatu kelompok, tetapi tidak ada yang aneh selain mulut senjata dan tudung abu-abu tuanya. Ketika Sinon memperhatikannya, orang bermantel itu terlihat meluncur sambil berjalan menuju Pale Rider yang terjatuh ke tanah.

Sword Art Online Vol 06 -103.jpeg

Pale Rider, yang mampu mengalahkan Dyne tanpa mendapat luka satupun, adalah seorang pemain yang mengeluarkan tanda kehadiran yang kuat. Sinon tidak pernah mendengar namanya sebelumnya, tetapi di daratan utara yang jauh, ia sepertinya terkenal seperti «Behemoth» yang menggunakan minigun. Tetapi, melihat keduanya seperti ini, keberadaan orang bermantel adalah yang paling mengejutkan. Ketika ia mendapat Hecate nya pertama kali, Sinon mengalahkan monster mirip boss sendirian, dan orang bermantel itu membuat Sinon merinding yang lebih hebat dibandingkan ketika menghadapi monster itu—tidak, orang itu memberi rasa takut yang lebih hebat daripada monster itu.

Tetapi ketika dia menyadari kemampuan orang bermantel itu, Sinon memiliki sebuah pertanyaan yang tidak bisa dia pahami.

Meskipun dia mempunyai sebuah senjata langka dan teknik sniper yang sangat tinggi, mengapa ia menggunakan peluru setrum dan bukannya peluru sungguhan. Pale Rider memiliki perlengkapan sedikit, jadi sebuah Laqua .338 seharusnya dapat membunuhnya kalau mengenai kepala atau jantung. Tetapi, strategi kalau ia ingin menginginkan seseorang lumpuh sebelum menembak dengan lebih tepat, tidak bisa dimengerti. Tetapi, orang bermantel itu muncul dari hutan, menembakkan peluru setrum yang pertama dan berjalan menuju Pale Rider yang HP nya masih banyak, mengungkapkan posisinya. Bukankah tembakan sulit itu akan menjadi tidak berguna? Kegelisahan yang datang karena tidak berhasil menebak maksud musuh membuat Sinon menggigit bibirnya.

Ngomong-ngomong, Kirito, yang ada di sebelahnya menjadi diam. Meskipun Sinon ingin memeriksa keadaan dengannya, ia bingung haruskah ia memalingkan matanya dari orang bermantel itu dan melihat hanya lewat teropong di Hecate nya. Orang bermantel itu bergerak ke depan Pale Rider dan memasukkan tangan kanannya ke dalam tudung sambil membawa L115. Apakah ia akan menghabisinya dengan senjata lain? Sinon berpikir. Bahkan senapan mini pun dapat membuat HP Pale Rider menjadi nol jika jaraknya sangat dekat—

“…Eh…”

Tetapi Sinon sekali lagi mengeluarkan suara terkejut.

Yang dikeluarkan orang bermantel adalah sebuah pistol. Karena bayang-bayang akibat matahari tenggelam terlalu mengganggu dan segera pistol itu tertutup badan, Sinon tidak bisa menebak jenis apakah itu, tetapi siluetnya sudah cukup untuk menunjukkan kalau itu adalah sebuah pistol otomatis biasa.

Sebuah tembakan dari pistol tidak akan menyebabkan damage lebih banyak dari sebuah senapan, tetapi bahkan setelah menekan pelatuk berturut-turut, ia tidak dapat menembak secara otomatis, dan akan membutuhkan waktu lebih banyak sebelum HP musuh dapat turun. Sekarang ini, Pale Rider sedang terbaring di tanah, dan akan segera pulih dari kelumpuhan. Di saat ia dapat bergerak, tentunya ia akan menembakkan senapan di tangan kanannya. Pada waktu itu, satu-satunya yang akan mati adalah orang bermantel itu.

Meskipun demikian, pemain misterius ini hanya berdiri di sana, menunggu angin malam untuk meniup Ghillie mantle nya. Tidak ada rasa gelisah maupun keraguan di benak nya. Ia terus mengarahkan tangan kanannya ke arah Pale Rider, yang terbaring di tanah, dan kemudian mengangkat tangannya dari dalam mantel. Tangannya tidak memegang apapun. Tidak jelas apa yang orang bermantel itu akan lakukan tetapi ia meletakkan jari kirinya di dahinya. Kemudian ke dada, akhirnya kiri kemudian kanan.

Tindakan ini disebut Cross-sign[11]— apakah ia berencana mendoakan musuh yang akan segera mati? Tetapi dia tidak punya waktu untuk ini. Apakah dia berpikir dapat menghindari tembakan pada jarak sedekat itu? Ataukah, ia hanya orang sombong yang beruntung mendapatkan senjata langka…?

Pertanyaan-pertanyaan tidak perlu itu membuat Sinon menggigit bibirnya dengan gelisah. Tiba-tiba, sebuah suara halus terdengar di telinga kanannya.

“…Cepatlah dan tembak dia, Sinon.”

Itu adalah suara Kirito. Kalimat pendek itu memiliki unsur mendesak yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Sinon tidak bisa menahan diri untuk bertanya,

“Eh? Menembak siapa?”

“Tembak orang bermantel itu!! Tolong, tembaklah! Tembak sebelum ia melakukan sesuatu!!”

Suara gelisah yang tidak biasa itu sesungguhnya menyebabkan Sinon mengerahkan kekuatan pada jari telunjuk kanannya yang ada pada pelatuk Hecate nya. Sinon biasanya akan menggerutu, tetapi saat ini, dia membidik melalui crosshairnya punggung orang bermantel itu. Ia memprediksi arah angin dan kelembaban dari efek debu sekitar dan sedikit bergeser menyesuaikan sudut tembaknya. Ketika dia menekan jarinya yang ada di pelatuk, lintasan peluru hijau segera mengarah ke musuh.

Logisnya, Sinon akan menunggu pemenang di antara keduanya. Kalau ia menyerang orang bermantel itu sekarang, Pale Rider akan pulih dari kelumpuhan dan kabur ke semak-semak di kiri, dan Sinon tidak akan punya kesempatan untuk menembaknya. Tetapi bahkan setelah mengetahui hal itu, Sinon tidak mengurangi kekuatan yang diberikannya pada jarinya. Untuk alasan tertentu, ia merasa ia harus menembak tidak peduli apapun. Ia berhenti bernapas, membiarkan dinginnya udara berhenti di dadanya. Rasa dingin itu dapat membuatnya lebih rileks. *Bekun*…*bekun*…hanya ketika reticlenya menyusut dan detak jantungnya seperti berkumpul di sebuah lingkaran kecil—

Sebuah suara tembakan.

Muzzled brake yang besar mengeluarkan sebuah api besar yang terlihat seperti api naga.

Jaraknya hanya 300m antara ia dan targetnya, jadi tidak mungkin ia meleset. Sinon bahkan dapat melihat sebuah ilusi di mana avatar itu memiliki lubang besar di sana.

—Tetapi,

Kenyataannya, pada saat Sinon menekan pelatuknya, badan bagian atas orang bermantel itu membungkuk mundur seperti hantu yang tidak berwujud. Peluru pasti-mati menyerempet dadanya dan membuat lubang besar di kejauhan.

“Ap…”

Sinon tidak mampu berkata-kata dan merasakan perasaan tidak yakin. Ia mengetahui bahwa orang itu memalingkan kepalanya menuju lokasinya, dan melihatnya dari dalam mantelnya. Wajah keji itu memberi senyuman, dan Sinon terengah-engah secara tidak sadar.

“Or…orang itu, ia tahu kita di sini…dari awal…”

“Bagaimana mungkin…! Ia tidak pernah melihat kita sekalipun!”

Mendengar suara Kirito yang sama terkejutnya, Sinon menggelengkan kepalanya sedikit dan berkata,

“Tidak mungkin untuk menghindari ini tanpa melihat arah peluru. Dengan kata lain, ia mulai mengetahui keberadaanku dari waktu tertentu dan memeriksanya lewat sistem…”

Ketika dia mengatakan ini, tangan kanannya secara otomatis mengisi peluru ke dalam Hecate. Sinon sekali lagi siap untuk menembak, tetapi mulai ragu-ragu. Menghadapi musuh yang memiliki kecepatan respon seperti itu, ada kemungkinan 99% kalau peluru ini akan dihindari. Ia dapat menembakkan 4 peluru dari magasinnya, tapi kalau ia menggunakan semuanya, akan mudah bagi musuh untuk menyerang balik. Apa yang harus aku lakukan…apa yang harus aku lakukan.

Orang bermantel itu membalikkan badannya ke depan seperti ia mengetahui keragu-raguan Sinon yang singkat.

Ia sekali lagi mengarahkan pistol otomatis di tangan kanannya ke arah Pale Rider, dan menjentikkan pengaman dengan ibu jarinya. Tangan kirinya yang menyangga, dan ia dengan santai menekan pelatuk.

Sebuah kilatan muncul. Setelah beberapa detik, Sinon dapat mendengar tembakan di telinganya.

“Ahh…!”

Kirito merintih, terlihat seperti ketakutan akan sesuatu.

Tentu saja, peluru itu mengenai Pale Rider. Itu ada damage fisik, tetapi siapapun di dunia ini tidak akan segera mati karena sebuah peluru bundar 9mm tidak peduli di manapun ia tertembak. Selain itu, Pale Rider juga memiliki HP kurang lebih 90%. Tapi untuk alasan tertentu, orang bermantel itu berhenti menembak. Ia hanya memegang pistol dan diam di sana. Ia tahu kalau Sinon membidiknya, tetapi ia tidak pernah berpikir untuk berlindung. Ia mungkin percaya kalau ia dapat menghindari peluru manapun.

1 detik, 2 detik, 3 detik—

Pada waktu itu, efek peluru setrum yang melumpuhkan Pale Rider menghilang. Lelaki yang berbaju kamuflase biru putih kemudian melompat dan dengan cepat mengangkat senjata AR17 nya dengan kecepatan kilat dan meletakkannya di dada orang bermantel. Jaraknya nol, dan semua pelurunya dapat menembus jantung orang itu. Kekuatannya berbeda dari pistol, dan orang bermantel itu dapat terbunuh hanya dengan sekali tembak.

Sinon dan Kirito, yang berbaring di sebelahnya, dan semua penonton di seluruh dunia GGO dan dunia nyata yang menyaksikan siaran langsung ini pastinya menonton dengan mata lebar-lebar.

Tembakan serangannya—tidak pernah terdengar.

Yang menggantikannya adalah sekilas suara sebuah benda berat jatuh. Itu adalah suara AR17 di tangan kanan Pale Rider yang jatuh ke tanah berpasir berwarna coklat gelap.

Kemudian, Pale Rider terjatuh dengan posisi berlutut seperti sendi-sendinya telah dihancurkan layaknya sebuah boneka dan miring ke kanan perlahan sebelum akhirnya terjatuh di tanah.

Dari posisi Sinon, ia dapat melihat bibir di bawah helm Pale Rider. Ia membuka mulutnya, seperti membuat suara menangis perlahan dan seperti kesulitan menghirup napas.

Ia tiba-tiba mengangkat tangan kirinya dengan tenaga lemah, memegang dada tengahnya. Dan sesaat kemudian—

Badan yang memakai baju kamuflase biru putih itu terlihat dikelilingi cahaya yang statis dan tiba-tiba menghilang.

Akhirnya, yang tersisa darinya hanyalah sebaris kecil cahaya menunjukkan tulisan [PUTUS KONEKSI], tetapi segera tulisan itu memudar dan menghilang. “…Apa, apa itu?”

Beberapa detik kemudian, Sinon akhirnya berhasil mengatakan kata-kata itu. Orang bermantel itu hanya menembakkan pistol ke Pale Rider. Pada saat ini, seharusnya Pale Rider masih memiliki sisa HP. Kemudian, Pale Rider terbebas dari kelumpuhan dan siap untuk melawan balik dengan senapan. Tetapi hanya ketika ia akan menembak, sayangnya sambungan nya terputus , dan membuatnya ditendang keluar dari game. Jika diperlukan penjelasan akan apa yang baru saja terjadi di hadapannya, ini adalah penjelasan paling masuk akal.

Tetapi bagaimana bisa putus koneksi di saat yang benar-benar tepat? Dan, kebetulan nya, orang bermantel yang hampir kalah itu kelihatannya tahu kalau putus koneksi ini akan terjadi. Tidak, ini lebih dari itu—

Ini serasa dia mampu menendang Pale Rider keluar dari game semaunya. Tapi itu tidak mungkin. Tidak mungkin untuk ikut campur jaringan koneksi pemain lain dalam game.

Bagaimanapun, orang bermantel itu tidak terlihat kaget dengan hilangnya Pale Rider sama sekali, malahan ia hanya memasukkan tangan kirinya ke dalam mantelnya. Kemudian, ia mengangkat pistol di tangan kanannya dan membidik ke satu titik tertentu. Sinon segera mengetahui apa itu. Itu adalah kamera video yang menyiarkan siaran langsung turnamen. Turnamen itu menyiapkan sebuah benda berwarna terang di langit untuk menunjukkan kepada pemain kalau mereka sedang direkam. Dengan kata lain, itu adalah pernyataan kemenangan kepada semua penonton. Tetapi, apa yang ia nyatakan? Baru saja, pertarungannya dengan Pale Rider tidak berlaku karena terjadinya putus koneksi, jadi itu bukanlah sesuatu yang pantas untuk dibualkan. Atau—hilangnya pemain baru saja adalah kemenangan sesungguhnya untuk orang bermantel itu? Dengan kata lain…

“Orang itu…dapat memutus koneksi pemain lain dari server…?”

Sinon bergumam dengan suara parau.

Dan di sebelahnya, Kirito terlihat melamun sambil menjawab,

“Salah…bukan itu. Itu bukan hanya kekuatan biasa.”

“Apanya yang bukan kekuatan biasa? Itu adalah masalah besar! Bagaimana caranya dia bisa memakai cara curang seperti itu? Apa yang dilakukan perusahaan Zasker…?”

“SALAH!”

Kirito tiba-tiba menggenggam bahu kiri Sinon dengan kuat. Sinon ingin melepaskannya secara naluri, tetapi kata-kata selanjutnya membuatnya membeku.

“Orang itu tidak menendang pemain keluar dari server. Ia membunuhnya. Pale Rider baru saja…Pale Rider yang asli sudah meninggal!!”

“…Kau…”

Apa yang kau katakan?

Sinon baru akan mengatakannya, tetapi apa yang Kirito katakan selanjutnya membuat Sinon menelan kata-katanya kembali.

“Jadi aku benar. Orang itu…orang itu adalah «Death Gun»—«Death Gun»!”

Sinon pernah mendengar namanya sebelumnya. Setelah pengetahuan samar-samar muncul dari ingatannya, ia kemudian berkata.

“…Death…Gun. Apakah ini tentang rumor aneh…? Tentang seseorang yang menembak pemenang turnamen terakhir «Zexceed», dan «Usujio Tarako» yang mendapat posisi tertinggi, di bar di jalan dan di alun-alun, dan mereka tidak pernah log in lagi setelah itu…”

“Ya, itu benar…”

Kirito menganggukkan kepalanya dan kemudian melihat ke wajah Sinon. Matanya yang besar dan hitam menunjukkan dampak yang kuat dan ketakutan yang belum pernah Sinon lihat sebelumnya. Selain itu, ia juga gemetar karena suatu perasaan.

“Aku merasa…itu tidak mungkin. Kemarin, saat menunggu di kubah, aku bertemu dengannya dan masih terus menyangkal kemungkinan ini. Tetapi aku tidak perlu meragukannya lagi…orang itu jelas menggunakan suatu cara untuk membunuh pemain di dunia nyata. Bahkan, jenazah «Zexceed» dan «Usujio Tarako» baru saja ditemukan baru-baru ini…”

“…”

—Bagaimana kau tahu mengenai ini? Siapa kau? Apa hubunganmu dengan orang bermantel itu…?

Tentu saja, Sinon masih tidak dapat mempercayai ini sejujurnya. Membunuh seseorang di dunia nyata dari game? Itu terlalu jauh untuk dikaitkan…dan bukankah ini berlawanan? Jika sesuatu di dalam game mempengaruhi kehidupan di dunia nyata, maka itu bukanlah game lagi. Tetapi, melihat Kirito yang serius, suara dan tatapan yang tidak seperti virtual avatar dapat lakukan, ia hanya merasa ini bukan sesuatu untuk ditertawakan. Siapa—siapa sebenarnya kamu ini…

Pikiran Sinon campur aduk dan hanya bisa terdiam. Saat ini, Kirito yang terus menatap dengan tajam akhirnya berhasil mengalihkan pandangan darinya ke jembatan logam, dan Sinon melihat ke sana juga seperti ia dibimbing untuk melihat ke arah sana.

Orang bermantel misterius yang membuat Pale Rider «log out» menurunkan pistol yang terarah pada kamera dan berbalik melihat Dyne yang ada di selatan. Dyne, yang memiliki tanda [Mati] di perutnya, masih log in, tetapi tidak bisa berbicara, dan tidak bisa membuat ekspresi apapun, sehingga tidak ada yang bisa mengetahui hal-hal seperti apa yang dipikirkannya tentang pertandingan yang aneh ini.

Orang bermantel itu meletakkan pistolnya kembali ke sarungnya, menali L115 nya di bahunya dengan suara shyari, dan mulai berjalan menuju Dyne. Apakah ia akan menyerang «jenazah» Dyne? Sinon tidak bisa menghindari tetapi terkesiap memikirkan hal itu, dan Kirito sepertinya berpikir hal yang sama karena badan rampingnya mengejang sedikit, seperti ia akan bergegas keluar dari hutan.

Tetapi mungkin Dyne—sangat beruntung karena orang bermantel itu tidak mengeluarkan pistol otomatisnya, tetapi berjalan melalui Dyne dan bergerak ke arah jembatan logam. Ia tidak menyeberanginya tetapi menghilang di balik tiang besar dan tebal seperti pertama ia muncul. Ia tentunya berjalan di sungai yang sedikit dangkal. Meskipun mereka tidak bisa melihatnya sekarang, kemungkinan posisi orang itu adalah menuju utara atau turun ke selatan sungai. Jika ia mulai bergerak sekarang, ia akan melihat orang itu lagi—…

“…Masih belum muncul…”

Kirito bergumam. Sinon masih menganggukkan kepalanya. Bahkan setelah 10 detik, orang bermantel itu tidak muncul. Ini berarti dia masih sembunyi di bayang-bayang di belakang jembatan. Sepertinya ia khawatir dengan senapan Sinon.

Sekarang ini, sekilas suara getaran dering yang dirasakan dari pergelangan tangan kirinya, dan Sinon memeriksa jam tangannya. 8.44pm 50 detik. Ada 10 detik tersisa sebelum «Satellite Scanner» yang ketiga. Sinon menarik peralatannya keluar dari kantong pinggangnya dan melihat ke layar.

“Kirito, perhatikan jembatannya. Aku akan menggunakan kesempatan ini untuk memeriksa nama orang itu.”

“Mengerti”

Mendengar jawaban singkat itu, Sinon menunggu peta untuk memperbaharui data. Masih ada 3 detik…2, 1, scan dimulai. Satelit mata-mata seusia perang galaksi terbang di langit, dan melakukan scan ke semua permukaan tanpa melewatkan satu titik pun. Mata elektroniknya dapat dengan mudah membaca melalui penutup mini. Tidak ada cara untuk bersembunyi kecuali bersembunyi di gua atau berenang di air seperti Kirito.

"PaPaPaPaa"….Setelah beberapa kali ketukan, cahaya-cahaya baru muncul di layar. Lion King Richie masih berkemah di puncak perbukitan jauh di selatan. Ia tidak akan bisa menuruni perbukitan sebelum turnamen usai.

Sekitar 800m di utaranya, ada dua titik berkelap-kelip bersembunyi antara hutan dan perbukitan adalah Kirito dan Sinon. Untuk pemain-pemain yang jauh dari mereka, mereka tentu berpikir kalau mereka sedang bertarung dalam jarak dekat. Mereka seharusnya tidak akan menyangka kalau mereka terdorong sedikit demi sedikit, bersembunyi di semak-semak. Tentu saja, Sinon berdoa agar pemain lainnya tidak mengetahuinya.

Dan 200m ke utara, ada kerlipan cahaya agak terang, menunjukkan Dyne, yang sudah mati. Sedikit ke utara, dan itu adalah titik cahaya Pale Rider, tetapi petanya tidak menunjukkan itu. Dan di sisi kiri Dyne, adalah titik cahaya orang bermantel yang ada di bawah jembatan—

“Eh…Eh, tidak ada di sana?”

Sinon berkata dengan kaget sehingga dia memandang dengan tajam ke layar itu. Tetapi tidak peduli seberapa lama dia melihat, di sekitar jembatan logam hanya menunjukkan titik cahaya Dyne. Orang bermantel itu sudah pindah ke suatu tempat. Tetapi jika ia berpindah dari sungai, ia pasti mengetahuinya. Sinon kemudian panik karena berpikir apa yang terjadi, tetapi kemudian ia segera berpikir lagi. Hanya ada satu kemungkinan yang dapat ia pikirkan. Ia menggunakan cara yang sama yang dilakukan Kirito dan mengarungi sungai untuk menghindari satellite scanner. Jika benar, itu artinya…

“…Ada kemungkinan.”

Mendengar Sinon menggumam, Kirito memberengut. Sinon memandangnya sekilas dan kemudian dengan cepat menjelaskan situasinya.

“Orang bermantel itu tidak muncul di layar, jadi sudah pasti ia sembunyi di dalam sungai. Jika itu benar, ia pastinya melepas semua perlengkapannya. Bahkan jika ia ingin keluar dari sungai, akan dibutuhkan waktu paling sedikit 10 detik untuknya membuka window dan melengkapi dirinya. Kita hanya perlu menyerangnya…”

“Bagaimana jika itu hanyalah sebuah pistol? Ia pasti bisa bergerak jika hanya membawa senjata ringan seperti itu, kan?”

Sebelum ia selesai, Kirito menanyakan keraguan yang sama. Sinon hanya dapat menjawab dengan malas,

“Aku belum pernah mencoba ini sebelumnya, tetapi nilai STR dan VIT cukup tinggi, jadi seharusnya…tapi meskipun begitu, kita seharusnya bisa mengalahkan seseorang yang berpistol dengan mudah…”

“TIDAK!”

Kirito mendadak berhenti meredam suaranya dan berteriak, dengan paksa menggenggam tangan kiri Sinon.

“Kau juga melihatnya, kan? Pistol orang itu membuat Pale Rider menghilang! Kamu mungkin akan benar-benar mati jika tertembak!”

Sinon tidak bisa mengalihkan wajahnya dari mata hitam bersinar Kirito. Ia memaksa dirinya untuk tidak melihatnya, menggelengkan kepalanya, dan menjawab,

“…Tetapi aku tetap saja tidak bisa percaya kalau akan ada kematian nyata yang diakibatkan penembakan di game…Uun, atau lebih ke, kalau ini benar-benar nyata, orang bermantel itu dapat membunuh siapa saja sesukanya, kan? Bagaimana itu mungkin…Aku benar-benar tidak bisa mempercayainya. Bagaimana bisa seseorang seperti dia ada di GGO…di VRMMO…”

Itu benar. Bahkan di dunia «Gun Gale Online» yang kejam, di mana keinginan membunuh ada di mana-mana, itu tetaplah «dunia damai» untuk Sinon/Shino.

Dunia ini tidak memiliki niat yang benar-benar jahat atau niat membunuh. Alasan mengapa mereka menggantikan komunikasi dengan peluru dan asap semata-mata karena mereka ingin mengungguli teman-temannya, untuk lebih kuat dari siapapun. Di dunia ini, tidak peduli berapa kali mereka tertembak atau berapa banyak peluru yang mengenai, mereka tidak akan kehilangan setetes darah pun. Selain itu, mereka pasti juga tidak merasakan rasa sakit, luka, atau kerusakan yang nyata. Jadi, meskipun mereka merasa menyesal setelah kalah dalam suatu pertarungan, mereka tidak akan mendendam terhadap musuh. Seperti pertarungan berat sebelumnya. Sekujur kaki kiri Sinon tertembak oleh minigun milik Behemoth, dan Behemoth tertembak oleh Hecate milik Sinon. Tetapi setelah pertarungan itu, Sinon merasa percaya diri, cerminan dan rasa hormat untuk Behemoth yang kuat. Ia percaya bahwa Behemoth juga merasakan hal yang sama tentangnya. Karena itulah Sinon memutuskan memilih dunia GGO ini, suatu bantalan yang melindunginya dari dirinya yang lemah dan ingatan mengerikan di dunia nyata. Ia percaya bahwa jika ia terus bertarung di sini, kepercayaan diri yang dibuatnya di dunia virtual suatu hari akan melampaui dendam yang sangat dideritanya di dunia nyata.

Tidak akan ada kebencian apapun di sebuah dunia virtual. Tidak akan menjadi suatu kenyataan pahit yang selalu ditakutkan dan dihindari Sinon…

“Aku…benar-benar tidak bisa percaya kalau benar ada seorang pemain VRMMO yang membunuh seseorang selain PKing.”

Mendengar Sinon berbisik—

Kirito menjawab dengan suara benar-benar sedih,

“Tetapi mereka memang ada. Orang bermantel itu……«Death Gun», ia terbiasa membunuh banyak orang yang ada di VRMMO yang kumainkan sebelumnya. Bahkan setelah mengetahui musuh akan benar-benar meninggal, ia tetap mengayunkan pedangnya. Sama seperti bagaimana ia menembak Pale Rider baru saja, dan…aku…”

Saat ini, Kirito berhenti berbicara, melihat ke bawah dan melepaskan tangan Sinon. Namun, dengan menyatukan kata-kata berat itu dan percakapan yang dilakukannya dengan Kirito sebelumnya, mudah untuk mengetahui apa yang tidak ia katakan.

Tiga tahun yang lalu—di akhir AD 2022, «insiden itu» mengejutkan seluruh Jepang. Bahkan Sinon, yang tidak tertarik pada VRMMO pada saat itu mengetahui kejadian ini dengan jelas karena laporan panjang dari media setiap hari. Ada lebih dari 10.000 orang muda yang terperangkap hidup di dunia virtual; dan dua tahun kemudian, mereka yang dibebaskan dan kembali ke dunia nyata adalah sekitar 6.000. Dengan kata lain, 4.000 nyawa melayang karena insiden itu.

Tanpa diragukan, Kirito adalah salah satu dari «orang yang selamat» dari dunia itu. Dan meskipun ia tidak berbohong, «Death Gun» seharusnya sama dengannya. Tidak, bukan itu. Ada suatu kebenaran yang lebih mengerikan di balik pengakuan Kirito.

Mereka yang mati di game itu pada dasarnya meninggal di dunia nyata. «Death Gun» mengetahui kalau mereka akan meninggal dan membunuh banyak pemain semaunya. Ia adalah «pemain yang benar-benar membunuh seseorang di VRMMO» Sinon berkata. Orang itu di GGO…pada saat ini, ia ada di medan «final BoB ke-3», dan bahkan mengambil nyawa pemain-pemain di dunia nyata tanpa alasan yang diketahui. Itu adalah yang dimaksud Kirito.

Sinon akhirnya berhasil memahami sesuatu dari pikirannya yang campur aduk, dan segera merinding di sekujur tubuhnya.

Pandangannya mulai menggelap dari pusatnya. Sepertinya ada sesuatu mengawasinya dari kegelapan. Tatapan itu—tatapan tak bernyawa, lemah, dan seperti tatapan lekat itu adalah…

“…-non. Sinon!”

Tiba-tiba, Sinon mendengar seseorang memanggil namanya, menyebabkan ia bangun dengan terpaksa. Di belakang bayangan hitam yang bergerak, Kirito melihatnya dengan tatapan khawatir. Melihat kemurnian dan rupanya yang indah mempesona, gadis itu merasa terganggu karena itu melawan norma yang ada, menyebabkan ketakutannya teredam.

Sinon menghela napas perlahan dan menjawab,

“…Jangan khawatir, aku hanya sedikit terkejut. Sejujurnya…Aku benar-benar tidak bisa mempercayai kata-katamu secara langsung…tapi aku tidak merasa ini semua adalah kebohongan atau cerita buatan.”

“Terima kasih. Itu saja sudah cukup.”

Kirito menganggukan kepalanya sedikit. Pada saat yang sama, titik-titik cahaya pada alat di tangan kanan Sinon berkedip-kedip. Satelit di langit akan segera menghilang. Sinon dengan cepat mengubah peta menjadi keseluruhan medan dan mulai menghitung jumlah titik. Sekarang ini, ada 17 titik-titik cahaya, yang berarti ada 11 titik cahaya mati, 28 seluruhnya. “Jumlahnya tidak pas bagaimanapun juga…”

Ada 30 orang pada awalnya. Dikurangi menghilangnya Pale Rider yang putus koneksi, masih ada satu orang. Yang seharusnya adalah «Death Gun» yang menyelam untuk menghindari scan. Tidak, mungkin dia hanya menunggu diam di bawah air. Tetapi, sulit untuk mengatakan apakah ia berniat untuk bergerak ke sini atau menjauh dari kita. Jika ia mendekat, ia akan segera keluar dari sungai di bagian timur semak-semak di mana Sinon dan Kirito bersembunyi dan melancarkan serangan dengan tegas…

Ketika Sinon berpikir tentang hal itu, seluruh cahaya pada layar menghilang. Sekarang, mereka hanya bisa mencari musuh dengan kelima inderanya untuk 15 menit ke depan.

Sinon melihat ke arah timur sekilas, tetapi tidak bisa mendeteksi adanya pergerakan. Orang bermantel itu seharusnya bergerak dari dasar sungai ke utara. Meskipun senjata utamanya L115A3 «Silent Assassin» adalah senjata yang menakutkan, itu adalah senapan yang dioperasikan dengan tangan seperti Hecate II, sehingga tidak cocok untuk pertarungan jarak menengah atau jarak dekat. Kemungkinan besar, ia tidak akan menyerang, tetapi mundur untuk menyembunyikan keberadaannya.

Memikirkan hal itu, Sinon menghembuskan napas, dan bergumam,

“Pertama-tama kita harus pergi dari sini dulu… mereka yang jauh akan berpikir kita berdua bertarung dan akan datang kemari untuk mengumpulkan penghasilan dari seorang penangkap ikan.”

“…Ya, kau benar…”

Kirito seketika itu juga melihat ke bawah, tetapi segera berpaling melihat ke arah Sinon dan berkata,

“Kalau aku memberitahumu untuk mencari satu tempat bersembunyi sampai turnamen selesai…kau tidak akan mendengarkanku, kan?”

“TENTU…TENTU SAJA TIDAK!”

Sinon segera berteriak dengan suaranya yang paling keras.

“Bagaimana bisa aku melakukan hal bodoh seperti yang «Tukang Kemah Richie» lakukan! Selain itu, tidak ada tempat yang benar-benar aman di pulau ini. Ada gua-gua di gurun utara di mana satelit tidak bisa melacak, tetapi aku jelas akan mati jika seseorang melemparkan granat ke dalam.”

“…Aku mengerti. Kalau begitu, mari berpisah di sini.”

“Eh…”

Kata-kata yang tidak terduga ini menyebabkan Sinon tidak bisa berkata-kata. Ia berkedip selama beberapa detik dan akhirnya berkata dengan tenang,

“La-Lalu apa yang akan kau lakukan?”

“Aku, Aku ingin…melanjutkan mengejar «Death Gun». Tidak bisa membiarkannya menggunakan pistol itu untuk menembak orang lain. Dan…aku akan menghadapi nya satu lawan satu, dan dengan ini aku pasti akan bisa mengingat namanya. ” Saat ini, bibir bercahaya Kirito tertutup rapat. Ia mengambil napas dalam-dalam dan memandang Sinon tepat di wajahnya.

“…Sinon, tolong jauh-jauh dari orang bermantel itu. Aku akan menepati janjiku. Aku akan bertarung dengan semua yang kupunya jika kita bertemu lagi di suatu tempat di pulau ini…Hanya sekarang, terima kasih untuk tidak menembakku dan telah mendengarkanku.”

Setelah menganggukkan kepalanya, pemegang pedang cahaya berbaju hitam itu menyelinap keluar dari semak-semak.

“Ah…tunggu…”

Baru saja Sinon akan memanggilnya, ia mendarat di tanah berwarna teh tua dan bangun lalu berjalan menuju jembatan logam di utara tanpa berbalik. Setelah memandangi sosok ramping itu yang perlahan-lahan meninggalkan tempat itu, Sinon memaksa menutup matanya.

“…”

Udara yang terpaksa untuk dihirup dihembuskan dengan keras dengan perkataan ‘sudah cukup!’ yang pelan, dan Sinon segera bangun. Semak-semak yang rusak karena tindakan kasarnya meninggalkan daun-daun tersebar sebelum menghilang.

“TUNGGU!”

Gadis itu berteriak dengan lantang, dan orang yang berada 20m jauhnya itu berhenti. Ia segera mengambil Hecate nya dan membawanya di pundak kanannya sebelum berlari menuju Kirito. Tidak peduli jika orang itu memberikan ekspresi yang benar-benar terkejut, Sinon memandang ke arah lain dan berkata,

“…Aku ikut denganmu juga.”

“Eh…?”

“Kau berniat untuk melawan «Death Gun», kan? Orang itu adalah seorang ahli bahkan tanpa senjata sekalipun. Bagaimana kamu bisa menepati janjimu jika kamu kalah duluan sebelum menghadapiku? Aku tidak benar-benar ingin, tapi aku rasa kita perlu bekerja sama untuk menyingkirkan orang itu dari pulau ini…dan turnamen final BoB ini.”

Setelah mengatakan semua kata-kata yang terlintas di benaknya, Sinon melihat sekilas ke arah Kirito. Akhirnya, meskipun pembawa pedang cahaya itu tidak setuju, ia menggulung bibirnya, dan terlihat aneh. Kirito bergumul sebentar, kelihatannya masih khawatir dengan keselamatan Sinon, kemudian menggoyangkan rambutnya yang hitam dan berkata,

“Tidak…kau baru saja menyaksikan pertarungan itu juga, kan? Orang itu sangat berbahaya. Sekali kamu tertembak, badanmu di dunia nyata mungkin…”

“Kita tidak tahu ke mana «Death Gun» berlari, tetaplah berbahaya baik aku denganmu atau tidak. Ngomong-ngomong, pemula sepertimu yang akan terus berlari tanpa menyadari hal yang berada sekitarmu tidak punya hak untuk mengkhawatirkanku!”

“…Ya, yang kau katakan masuk akal…”

Kirito sekali lagi ragu-ragu untuk sekian detik, tetapi akhirnya melepaskan ketegangan di bahunya dan menganggukkan kepalanya, tepat sebelum mengayunkan tangan kanannya dengan kecepatan kilat. Saat Sinon menyadari pedang cahaya telah dikeluarkan dari pinggangnya, pedang energi biru dan ungu muncul dari gagang di tangan Kirito.

Ah, apakah orang ini akan menyerangku sekarang untuk memenuhi janjinya? Sinon tidak bisa berpikir selain berhenti bernapas, tetapi Kirito kemudian melihat ke arah barat. Sinon melihat ke arah itu, dan saat itu, sekitar 100m jauhnya, di bawah bayang-bayang sebuah batu besar, ada beberapa garis merah muncul—lintasan jalur peluru yang ditujukan.

Senjata mesin sepenuhnya otomatis milik musuh tidak dikenal menderu, dan pedang cahaya Kirito meninggalkan beberapa afterimage[12] sambil menjatuhkan semua peluru pada badai peluru yang tidak membiarkan adanya kesempatan untuk melarikan diri sama sekali. Sinon terperangah dengan adegan yang tidak pernah ia lihat di GGO sebelumnya ini, dan hanya dapat berdiri di sana seperti sepotong kayu, tetapi setelah satu detik, ia segera memulihkan kemampuan berpikirnya dan menunduk. Ia mengeluarkan Hecate nya di udara, dan sambil berbaring dalam posisi telungkup, ia menyiapkan pijakannya di tanah.

Pada titik ini, mereka dapat memastikan bahwa musuh menggunakan sebuah senjata mesin yang sepenuhnya otomatis, tetapi hasil meneropong tidak menunjukkan adanya Ghillie mantle milik «Death Gun». Musuh memiliki sebuah helm terbuka dengan tutup, dan mata kanannya memiliki lensa mata untuk menepatkan bidikan. Sinon mengingat kalau ia pernah bertemu orang ini sebelumnya. Ia adalah pemburu yang mengikuti turnamen terakhir, bernama «Xiahou Dun». Senjata di tangannya adalah «Norinco CQ». Meskipun dia adalah seorang veteran dengan skill luar biasa, ia terkejut sampai-sampai dagunya yang kokoh tidak mampu merapat. Tidak dapat disalahkan jika ia bereaksi seperti itu, karena semua peluru pada magasin yang ditembakkannya dibelokkan oleh pedang cahaya, sebuah senjata yang semua orang pikir hanya untuk pertunjukkan.

“Tidak mungkin~!”

Wajah Xiahou Dun yang tegas seperti jenderal Cina pada zaman dahulu yang berjenggot mengeluarkan suara yang tidak tepat dan kembali bersembunyi di bayang-bayang batu. Kirito merendahkan kepalanya, melihat sekilas ke arah Sinon, mengangkat bahu dan berkata,

“Kita akan mengurus orang itu. Aku akan menyerbu. Kamu melindungiku dengan menembak.”

“…Aku paham.”

Sekarang semuanya menjadi menarik. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Meskipun Sinon berpikir seperti ini, ia tetap menempelkan pipinya ke bahan kayu dari senjata kesayangannya.


Bab 11[edit]

“Mereka belum benar-benar menangkap onii-chan di kamera—”

Lyfa berkata sambil menggoyangkan poni pirangnya yang tampak berwana kehijauan, dan di sebelahnya, Silica menggerakkan telinga kucingnya yang keluar dari rambut coklat terangnya sebagai tanda respon.

“Itu benar-benar tidak terduga…Aku kira Kirito-san pasti akan masuk dan menunjukkan semua skill nya.”

“Tidak tidak tidak. Jangan berpikir dia seperti itu. Orang itu sangat perhitungan. Mungkin ia bersembunyi di suatu tempat dan menunggu jumlah peserta turun sebelum keluar.”

Klein, yang ada di meja bar di pojok ruangan, berkata dengan santai. Asuna, yang duduk di tengah ruangan dengan Lyfa dan Silica, memberi senyuman masam mendengarnya.

“Aku pikir… Kirito-kun tidak mungkin melakukan hal seperti itu…”

Asuna berkata dengan halus. Pada saat itu, pixie kecil yang duduk di bahu kiri Asuna mulai mengepakkan membrane sayapnya yang tipis. Ini adalah AI Yui, yang mana «putri» dari Asuna dan Kirito.

“Ya itu benar. Papa pasti akan bergerak di belakang musuh dengan kecepatan yang kamera bahkan tidak bisa tangkap dan melancarkan serangan kilat!”

Mendengar kesimpulan yang masuk akal dari Yui itu, Lisbeth yang duduk di sebelah kiri mulai tertawa.

“Ahaha, itu juga mungkin. Dan lagi, ia menggunakan pedang dibanding senjata di game penuh dengan senjata tembak.”

Saat itu, semua membayangkan keadaan Kirito, dan kemudian seisi ruangan tertawa terbahak-bahak. Naga kecil 'Pina' melingkar di pangkuan Silica.

Sudah lama sejak kelima orang dan pixie ini berkumpul bersama, dan sekarang ini, mereka tidak ada di dunia nyata, tetapi di VRMMO RPG «ALfheim Online» di mana semuanya telah bergabung. Dunia virtual yang luas di dalam ALO berisi sebuah «World Tree» raksasa di peta, dan bahkan ada sebuah kota di langit disebut «Yggdrasil City». Kirito dan Asuna menyewa sebuah kamar bersama di sudut kota itu, dan tempat itu menjadi tempat berkumpul malam ini.

Seperti yang diharapkan dari sebuah ruangan berharga 2.000 Yurudo per bulan, dalamnya cukup luas. Lantai tanah dipoles cemerlang, dan satu set sofa ditempatkan di tengah ruangan. Ada juga sebuah meja bar private menghadap ke dinding. Beraneka botol wine terpampang rapi di rak. Botol-botol itu ditemukan bersama setumpuk benda-benda yang didapatkan Klein di dunia virtual dari tanah dengan 9 roh dan bawah tanah Jötunheimr. Dikatakan ada sebuah barang fantastic yang ‘tidak akan membuat siapapun mabuk tetapi rasanya lebih nikmat dari Scotts Whiskey berusia 30 tahun’. Tentu saja Asuna yang di bawah umur masih tidak mengerti nilai dari wine-wine ini.

Sisi selatan dari ruangan adalah dinding yang sepenuhnya terbuat dari kaca, dan biasanya, ini akan memperlihatkan indahnya pemandangan Yggdrasil city. Tetapi hari ini, mereka tidak bisa menikmati pemandangan malam kota itu. Itu karena dinding kaca itu juga bisa menjadi sebuah layar besar yang menyiarkan kejadian dari dunia lain. Itu adalah—TV jaringan «MMO Stream» menyiarkan keadaan live dari turnamen «Bullet of Bullets ke-3» di «Gun Gale Online».

Tujuan utama mereka berkumpul hari ini adalah untuk menyemangati Kirito, yang mengikuti turnamen ini tanpa mengatakan apapun, dan mengkritik kebiasaannya di luar. Kurang beruntungnya, sekutu mereka, pejuang berkapak Agil tidak hadir karena café nya yang ada di dunia nyata sedang ramai-ramainya. Meskipun demikian, Asuna sendiri tidak di rumah, ia log in dari lantai 2 tokonya, «Dicey Café». Ini memperbolehkannya mengomeli Kirito yang ada di tengah kota di suatu tempat dan menceramahinya untuk kebaikan.

“Tetapi mengapa Kirito memindahkan avatarnya dari ALO ke GGO hanya untuk mengikuti turnamen?”

Lisbeth memegang secangkir gelas yang penuh dengan wine anggur berwarna giok saat ia mengatakannya dengan nada bingung. Di kirinya, Lyfa kemudian melihat Asuna. Sekarang ini, hanya Asuna, Lyfa, dan Yui yang mengetahui kalau Kirito menerima permintaan seorang teman di ALO, penyihir Undine «Chrysheight»—sebenarnya, orang yang mengontrol avatar adalah seorang pejabat dari ‘Virtual Division’, Kikuoke Seijirou—untuk menyelidiki GGO. Dari cara Lyfa memberikan pandangan ‘Aku serahkan semuanya kepadamu’, Asuna merenung beberapa saat sebelum menjawab,

“Yah…kelihatannya ia menerima pekerjaan yang aneh. Aku mendengar ia harus menyelidiki suatu VRMMO, atau lebih tepatnya keadaan «The Seed Nexus». GGO adalah satu-satunya game dengan Money Trading System», sehingga dipilih untuk diinvestigasi.”

Itu adalah kata-kata persis yang diucapkan Kirito, tetapi Asuna tidak berpikir itu adalah kebenarannya. Tentu saja, ia tidak merasa Kirito akan berbohong kepadanya, tetapi itu tidak berarti ia tidak menyembunyikan sesuatu yang penting darinya. Beberapa hari lalu, setelah mereka selesai berkencan dan akan pulang ke rumah, Kirito menjelaskan alasan mengapa ia harus berpindah game, dan pada saat itu, Asuna dapat mengetahui dari ekspresi, nada, dan tingkah Kirito jika sesuatu sedang terjadi.

Saat itu, ia memberitahu dirinya sendiri untuk tidak menanyakan banyak pertanyaan karena pasti ada alasan tertentu mengapa Kirito tidak mengatakannya. Selain itu, Asuna percaya kalau alasan itu pasti tidak mengkhianati kepercayaannya.

Jadi, Asuna hanya mengatakan ‘lakukan yang terbaik’ sebelum melihat Kirito pergi. Saat ini, ia hanya dapat berjalan-jalan dengan sedikit teman, menunggu di dunia yang jauh, dan menonton siaran langsung—

Tetapi ia tidak bisa menyangkal kalau ia terus merasakan perasaan sangat gelisah untuk beberapa alasan selama beberapa hari terakhir.

Bukannya ia tidak mempercayai Kirito, tetapi lebih ke firasat samar-samar. Sesuatu akan terjadi, tidak itu benar-benar terjadi. Ini seperti tempat berliku-liku di Aincrad di masa lalu, dikelilingi oleh banyak monster di luar jangkauan pencarian dan semakin mereka mendekat—

Suara Asuna dan ekspresinya seharusnya tidak menunjukkan kekhawatirannya, tetapi sebagai teman baiknya, Lisbeth mungkin merasakan ada sesuatu yang tidak benar melalui indera ke enamnya karena ia mengangguk dengan ekspresi tidak pasti.

“Aku mengerti… Orang itu adalah tipe orang yang akan segera terbiasa dengan game apapun dan lebih cocok dengan pekerjaan seperti ini…”

“Tetapi bukankah tidak perlu juga untuk mendadak ikut turnamen PvP, kan? Kalau itu hanya untuk menyelidiki, ia seharusnya berbicara kepada pemain-pemain yang lain.”

Mendengar Klein, yang menunggu di dinding, bertanya, keempatnya, termasuk Asuna dan Lyfa merasa kebingungan juga. Beberapa saat kemudian, Silica berbicara dengan gagap dan berkata,

“Mungkin ia…bermaksud untuk menghasilkan uang yang banyak dengan memenangkan turnamen ini dan mengetes sistem penukaran uangnya? Aku dengar kalau rate penukaran terendahnya cukup tinggi…”

Mendengar kata-kata ini, Yui, yang ada di bahu Asuna, segera menyindir,

“Situs resminya tidak mempunyai data apapun, tetapi berdasarkan berita dari situs lain, nilai penukaran terendahnya adalah 100.000 poin di GGO, dan rate penukarannya ke yen adalah 100 banding 1, sehingga itu dapat ditukar dengan 1.000 yen. Perusahaan yang mengoperasikan kelihatannya akan mengirimkan nilai tambahan uang digital ke email para pemain yang log in. Hadiah kemenangan untuk tropi ini adalah 3 juta poin, sehingga itu adalah 30.000 yen.”

Yui mengatakannya dengan singkat, tetapi itu adalah hasil setelah ia mencari informasi melalui jaringan data yang luas. Kemampuan pencarian dan keakuratan informasinya adalah sesuatu yang bahkan «ahli pencari» tidak mampu menandingi. Tidak mengherankan jika Kirito sering memintanya mengerjakan tugas laporannya, dan sebenarnya, Asuna dan yang lain kadang-kadang mengerjakannya.

“Terima kasih, Yui-chan.”

Asuna menepuk kepala pixie itu dengan jarinya dan termenung sambil berkata,

“Sepertinya sistem penukaran uangnya tidak terlalu rumit…kita juga mengirimkan uang digital yang sudah dienkripsi[13] melalui e-mail. Kirito-kun tidak harus menyelidikinya sendiri...”

“Mungkin ia tertarik dengan hadiah uang 30.000 itu.”

Mendengar Klein mengatakan komentar langsung itu, semua tersenyum masam. Lisbeth segera memberinya tatapan ‘Kirito tidak sepertimu’ dan kembali bersikap biasa.

“Tetapi dalam kasus turnamen PvP, biasanya tidak mungkin untuk keluar sebagai juara pertama dengan bersembunyi di suatu tempat. Aku ingat ALO memiliki turnamen seperti ini, dan jika mereka bersembunyi di tempat yang sama, akan ada sihir pencari yang otomatis aktif dan tidak akan membiarkan mereka bersembunyi, benar kan?”

“…Dan sejujurnya, kepribadian onii-chan tidak akan membiarkannya melakukan hal semacam itu. Jika ia mendengar seseorang bertarung, ia kemungkinan tidak akan cukup sabar untuk menunggu dan bersembunyi di tempat tertentu.”

Seperti yang diharapkan dari Lyfa yang hidup bersama Kirito dalam jangka waktu yang lama, kata-katanya benar-benar meyakinkan. Semua merasa bahwa Kirito adalah tipe orang yang seperti ini.

Saat mereka sedang berpikir, di layar besar yang kira-kira 300 inci lebarnya, ada banyak siaran langsung berkedip-kedip. Kalau itu adalah game penembakan, mereka biasanya merekam siaran langsung dari suatu tempat di belakang pemain. Saat kamera mengikuti pemain, bagian bawah layar akan menunjukkan nama pemain. Tetapi, layar itu dibagi menjadi 16 siaran yang berbeda dan tidak pernah menunjukkan ‘nama Kirito’. Kamera biasanya menunjukkan pemain bertarung, dan selama 30 menit sampai sekarang, Kirito belum bertarung.

Apakah dia menjadi berhati-hati setelah pindah dari dunia penuh pedang dan sihir ke dunia senjata yang tidak ia kenal? Tetapi Kirito yang ia tahu adalah seseorang yang akan menerima sebuah tantangan tidak peduli keadaannya. Seperti yang Lyfa katakan, mengikuti sebuah turnamen besar itu jarang, sehingga tidak mungkin untuknya tidak bertemu pemain lain selama 30 menit dan bersembunyi. Kalau ia pergi untuk melawan pemain favorit di turnamen dan dikalahkan dengan baik—itu akan cocok dengan kepribadiannya, tetapi daftar peserta di kanan layar menunjukkan kalau Kirito masih ‘HIDUP’.

“…Yang berarti ada sesuatu yang lebih penting daripada terlibat dalam sebuah turnamen?”

Saat Asuna bergumam, pusat dari 16 layar itu menunjukkan pertarungan yang seru-serunya.

Pemain utama yang terlibat bernama ‘Dyne’. Ia menyiapkan sebuah senjata mesin di akhir jembatan yang sudah berkarat dan terus menembak. Tetapi, musuh yang berbaju biru dan putih dengan mudah melompat ke jembatan seperti sesosok Cait Sith sebelum mendekatinya. Kemudian, sang musuh menembakkan senjata besar yang penjahat-penjahat di film Hollywood biasa gunakan dan membunuh Dyne.

Saat ini, Lisbeth nampaknya menyaksikan gambar yang sama, dan bersiul.

“Wow, orang itu benar-benar luar biasa. Sepertinya GGO cukup menarik juga. Aku tidak tahu apakah aku bisa membuat senjataku sendiri…”

Seperti dia di SAO, avatar Lisbeth adalah seorang Leprechaun pandai besi. Ini terdengar persis seperti dia, menyebabkan Asuna tergelak,

“Hey, hey, jangan berpikir untuk pindah ke GGO. Masih ada banyak level di New Aincrad untuk dijelajahi!”

“Itu benar, Liz-san! Mereka membuka update di atas level 20!”

Bahkan Silica, yang duduk disebelah Lyfa, ikut menyela pembicaraan nya. Lisbeth hanya dapat mengangkat tangannya dan menyerah.

“Aku tahu, aku tahu. Aku hanya berpikir kalau ‘mereka adalah orang hebat tidak peduli game apapun itu~’. Orang berbaju biru itu sekarang harusnya menjadi salah satu favorit di turnamen ini…”

Hanya setelah ia mengatakannya, «orang berbaju biru» di layar yang sama itu rubuh. Kamera segera terfokus ke pemain berbaju biru yang rubuh ke lantai ini. Terdapat nama ‘Pale Rider’ di sana.

Meskipun ia terjatuh, ia tidak terlihat mati. Sekarang ini, sekilas percikan terlihat keluar dari lubang peluru di bahu kanannya. Sepertinya pemain ini telah dilumpuhkan.

“Itu seperti sihir angin «Lightning Curtain Seal»...”

Mendengar penyihir dan petarung Slyph, Lyfa mengatakan hal ini, ahli pedang Salamander Klein segera menyibak rambut merahnya yang dibuat tegak lurus oleh ikat kepala kualitas buruknya, dan berkata,

“Aku paling benci hal-hal itu. Lagipula, kemampuan untuk melacak sudah terlalu bagus, ya kan!?”

“Kau membenci semua jenis mantra pelumpuh! Tingkatkan kemampuan anti-sihirmu sedikit, dong!”

“Lucuu, siapa yang peduli? Pejuang sepertiku tidak akan memilih sebuah skill dengan kata ‘sihir’. Aku tidak akan memilih meskipun kau membunuhku!”

“Aku bilang, banyak pejuang di RPG lama adalah pejuang-pejuang yang tahu sihir hitam!”

Asuna hanya bisa memberi senyum kecut melihat Klein dan Lisbeth bertengkar. Ia meraihkan tangannya ke arah gambar yang pantas diperhatikan sebelum membesarkannya dengan dua jari. Gambar Pale Rider di tanah segera menjadi lebih besar dari gambar-gambar lain yang tersisih ke samping.

Sudah lebih dari 10 detik sejak ia tiba-tiba lumpuh, tetapi tidak ada seorang pun muncul di kamera. Mereka hanya dapat melihat tanah berwarna teh, jembatan logam, sungai yang mengalir di bawah, dan hutan yang jauh di sisi sebaliknya yang samar oleh debu—

‘PAM!’

Suara ini tiba-tiba berdering menyebabkan 5 orang tersentak kaget. Saat ini, sebuah kain hitam memasuki layar kamera dari kiri. Kamera menyorot ke belakang, dan pemain baru akhirnya muncul di layar terakhir.

“…Hantu…?”

Apakah suara parau itu dari Lisbeth, Silica—atau Asuna sendiri?

Itu adalah seorang lelaki dengan mantel abu-abu tua terkoyak yang tertiup angin. Bagian kepalanya benar-benar tertutup bayangan, yang membuatnya susah ditebak. Mereka hanya bisa melihat dua will-o-wisp[14] seperti mata merah jauh di dalam. Penampakan ini terlalu mirip dengan monster tipe-hantu yang semua terkena masalah karenanya di masa lalu di Aincrad.

Asuna berkedip dan kemudian melihat lagi ke layar. Tentu saja, orang yang berdiri di sana bukanlah hantu, tetapi pemain yang mengikuti turnamen. Orang bermantel koyak ini seharusnya salah satu yang menggunakan peluru elektrik untuk melumpuhkan Pale Rider. ALO punya banyak petarung yang menggunakan sihir mengikat untuk waktu yang lama untuk menghentikan musuh dan membunuhnya dari jarak dekat. Ini adalah skillset yang cukup terkenal di sebuah game.

Orang bermantel koyak itu nampaknya memastikan pemikiran Asuna karena ia menjulurkan tangan kanannya ke mantel dekat dadanya dan mengeluarkan sebuah pistol hitam. Tetapi, kalau itu adalah senjata utamanya yang mampu menyebabkan damage besar pada lawan, itu kecil…apa…

“…Terlalu menyakitkan, kan?”

Di sudut ruangan, Klein terlihat merasakan hal yang sama dan menimbulkan keraguan. Ia mengusap jenggotnya di dagunya, dan berkata,

“Melihat dari sisi manapun, senjata sniper yang ada di bahunya terlihat jauh lebih kuat. Bukankah menyelesaikan musuh akan lebih mudah dengan senjata itu…?”

“Mungkin pelurunya mahal? Bukankah ALO seperti ini? Ada banyak katalis yang dibutuhkan untuk sihir yang lebih ampuh.”

Saat semuanya mempertimbangkan apa yang Lyfa katakan, orang bermantel itu menyentil pengaman yang ada di belakang pistol hitam itu dan mengarahkannya ke arah Pale Rider, yang masih berada di tanah.

Tetapi, ia terlihat mempermainkan musuhnya—atau mood penonton karena ia masih belum menekan pelatuknya. Ia mengangkat tangan kirinya, melakukan sesuatu yang tidak terduga. Ia menempelkan ibu jarinya ke dahi, dada, bahu kiri dan bahu kanan berurutan.

Sekarang ini—

Asuna merasakan sedikit kebingungan di dalam pikirannya.

Itu bukanlah simbol tangan yang khusus. Itu hanyalah sebuah «Tanda Salib». Selain melihatnya di film-film Barat, ada banyak pemain penyembuh profesional di VRMMO yang sering melakukan ini sebelum mengucapkan mantra. Tentu saja, seorang Kristiani sungguhan yang melihat ini tidak akan senang, tetapi Asuna bukanlah seorang Kristiani, dan perasaan saat ini bukanlah kemarahan akan ketidaksukaan. Kalau ia harus mengatakannya—itu terasa seperti jari-jarinya melepaskan simpul yang seharusnya tidak ia lepaskan…

Tubuh Asuna menegang secara tidak sadar melebarkan matanya. Ia melihat orang bermantel di layar selesai membuat tanda salib dan kemudian meletakkan tangan kirinya pada pistol. Ia mundur setengah langkah dengan kaki kanannya, berpindah ke arah Pale Rider, dan menekan pelatuknya—

“Ah…?”

Seseorang tiba-tiba mengeluarkan suara terkejut.

Orang bermantel itu terlihat berpikir tentang sesuatu karena ia mendadak membungkuk mundur.

Tetapi, 0,1 detik kemudian, Asuna dan yang lainnya segera mengetahui mengapa ia melakukan hal itu. Ada sebuah peluru besar oranye yang terbang dari luar layar. Peluru itu menyerempet mantel terbukanya melewati tempat di mana jantung avatar seharusnya berada tetapi malah mengenai udara yang kosong…

Seseorang pasti sudah menembak ke arah orang bermantel itu dari jauh. Selain itu, Asuna juga melihat peluru itu terlihat datang dari sisi kirinya. Ia benar-benar menghindar dari serangan itu dengan sudut dan kecepatan yang luar biasa, dan bahkan dunia game nya berbeda, ia tau bahwa itu adalah teknik yang cukup luar biasa.

Orang bermantel itu menghindari peluru yang tiba-tiba ditembakkan ke arahnya dan kemudian dengan lemas membawa badannya tegap kembali. Kemudian ia menatap ke arah kirinya. Meskipun wajahnya tidak bisa terlihat dari dalam tudungnya karena bayangan, Asuna dapat merasakan kalau ia memberikan senyuman remeh.

Saat itu, rasa sakit yang tajam terasa di dalam pikiran Asuna.

—Apa yang terjadi? Apakah perasaan ini? Ini…ingatan? Tapi bagaimana mungkin…Aku belum pernah ke GGO sebelumnya. Aku bahkan belum melihat screencap[15] nya…

Orang bermantel itu nampaknya ingin mematahkan keraguan Asuna karena ia mengangkat pistolnya lagi.

Saat ini, ia akhirnya menekan pelatuk ke arah pemain yang rubuh karena kelumpuhan. Suara tembakan. Catridge[16] kosong perunggu terlempar dan terjatuh di tanah tandus sebelahnya.

Peluru yang ditembakkan mengenai Pale Rider yang ada di tanah tepat di tengah, menciptakan sebuah percikan kecil di tubuhnya. Tetapi, ini tidak terlihat seperti tembakan kuat yang bisa menghilangkan HP sepenuhnya.

Satu detik kemudian, Pale Rider sendiri membuktikan kalau Asuna tidak salah karena ia akhirnya pulih dari keadaan lumpuhnya dan berbalik, meletakkan senjata besar di tangan kanannya tepat ke arah dada orang bermantel itu.

“Woah, suatu kemunculan kembali yang hebat…”

Asuna juga memprediksi kalau semua akan berjalan seperti Lisbeth katakan. Tetapi…

Jangankan suara tembakan atau percikan, bahkan tidak ada suara pelatuk ditekan. Senjata Pale Rider jatuh ke tanah.

Kemudian, pemilik senjata itu perlahan jatuh ke kanan—sebelum rubuh ke tanah lagi.

Di bawah helm silver-abu-abu, mereka dapat melihat hidung ramping Pale Rider dan bibirnya yang tertutup rapat. Bibirnya bergetar, dan tiba-tiba ia membuka mulutnya. Kemudian, ada emosi terdiam yang hebat dari dalam tenggorokannya. Insting Asuna memberitahunya bahwa pemain yang mengontrol avatar itu sedang shock dan ketakutan.

“Ap…Apa yang terjadi…?”

Saat Lyfa membisikkan[17] sesuatu dan mengatakannya, sesuatu yang lebih tidak terduga terjadi. Pale Rider, yang berbaring rata di tanah, membeku seperti ada sebuah tombol pause yang ditekan dan hilang dengan sebuah efek spesial statis yang putih.

Efek spesial itu masih berada di udara bahkan setelah avatarnya menghilang sebelum membentuk sebuah kata. Tetapi, kata yang menunjukkan tulisan ‘putus koneksi’ diinjak oleh sebuah sepatu boot gelap. Orang bermantel itu mengembalikan tangan kirinya ke mantel dan maju.

Sepertinya ia tahu di mana kamera berada karena ia mengangkat pistol di tangan kanannya dan menunjuk kearah layar. Ini membuat Asuna merasa kalau dinding antara dunia GGO dan ALO—tidak, dunia nyata dan dunia virtual telah dihancurkan, bahwa tubuh aslinya ditodong pistol, menyebabkan gemetar di punggungnya. Dalam kegelapan jauh di dalam tudungnya, mata merah bercahaya berkedip. Saat itu, sebuah suara seperti robot berbicara tergagap melalui layar.

“…Namaku, dan nama senjata ini, adalah «Death Gun»...«Death Pistol»!”

Suara seperti robot itu memiliki suara tidak beraturan tetapi mengandung emosi yang kuat. Mendengar suara itu, suatu celah terbentuk dalam ingatan Asuna. Hal itu menghentikan napasnya dan menaikkan detak jantungnya. Matanya mengamati wajah tersembunyi yang tidak dapat terlihat di layar, dan wajah itu menurunkan dagunya. Suara itu berbunyi lagi,

“Suatu saat, aku akan, muncul di depan kalian, lagi. Dan kemudian, menggunakan senjata ini, untuk membawa kematian yang nyata untuk kalian. Aku memiliki, sebuah kekuatan, seperti itu.”

Pistol hitam itu mengeluarkan suara perlahan. Kalau ia menekan pelatuknya sekarang, peluru itu akan serasa benar-benar melayang melalui layar imajinasi itu. Ini membuat Asuna waspada. Orang bermantel itu seperti sudah membaca ketakutannya dan memberi sebuah senyum dari dalam tudungnya. Dan kemudian, ia berkata—

“Jangan lupa. Tidak ada, yang selesai. Tidak ada, yang, selesai—ini adalah pertunjukkan—“

Mendengar kata-kata Inggris gagap itu, Asuna seperti menghadapi serangan terakhir atau semacamnya.

—Aku tahu orang itu.

Aku tidak mungkin salah. Aku pernah bertemu dengannya di suatu tempat. Aku bahkan pernah berbicara dengannya. Tetapi di mana…

Tidak, aku sudah tahu jawabannya. Di kota terapung itu…Aincrad. Bukan dunia duplikat yang aman yang melayang di langit ALO sekarang ini, tetapi dunia nyata unik yang aku habiskan waktu di dalamnya. «Sword Art Online» belumlah selesai. Terutama, orang itu mengatakan kata-kata seperti apa yang baru saja dikatakannya.

—Siapa dia? Siapa pemain yang mengontrol avatar bermantel itu…?

Asuna terlihat lupa, tetapi ia berpikir dengan cepat. Ia hampir melompat dari sofa saat dia mendengar sesuatu jatuh ke lantai.

Melihat ke belakang, ia melihat kalau Klein, yang duduk di bangku bar membiarkan cangkir kristal di tangan kanannya terjatuh ke lantai. Cangkir yang ia jatuhkan ke lantai pecah menjadi banyak fragmen segi enam dan menghilang. Tetapi, ia tidak memikirkan kalau set mahal buatan pemain itu hancur sama sekali karena ia membuka matanya lebih lebar di bawah ikat kepalanya.

“Oi, apa yang kau lakukan…”

Klein menghentikan Lisbeth yang menggerutu dengan suara rendah dan parau.

“Tid…tidak mungkin…orang itu…mana mungkin…”

Mendengar ini, Asuna benar-benar melompat dari sofa. Ia berbalik dan berteriak pada Klein,

“Klein, kau tau dia? Siapa sebenarnya orang itu?”

“Tidak, tidak terlalu…Aku tidak bisa mengingat nama lamanya…tapi…aku yakin…”

Ahli pedang ini memiliki rasa takut yang dalam di matanya saat ia melihat ke arah Asuna, dan kemudian berkata,

“Orang itu…seorang anggota «Laughing Coffin».”

“...!”

Kali ini, Asuna, dan bahkan Lisbeth dan Silica terkejut. Bahkan untuk kedua gadis yang tinggal di level tengah ini, kekejaman pembunuhan yang dilakukan red guild «Laughing Coffin» ini meninggalkan kesan mendalam.

Asuna secara tidak sadar meletakkan tangannya di bahu mereka dan dengan takut bertanya pada Klein,

“Mung…mungkinkah..pemimpin orang-orang itu, adalah yang memakai sebuah pisau jagal…?”

“Tidak…itu «PoH». Cara berbicara mereka benar-benar berbeda. Tetapi… kata-kata ‘ini adalah pertunjukan’ adalah frasa yang suka dikatakan oleh ‘PoH’. Orang ini pastinya seorang yang berlevel tinggi selain dia…”

Klein terlihat mengeluh tentang suatu dan berhenti berbicara kemudian melihat ke layar. Asuna dan ketiga lainnya melihat ke sana juga.

Tepat di tengah layar besar itu, orang bermantel itu menyimpan pistol hitamnya dan mulai berjalan menjauh. Ia berjalan dengan pergerakan meluncur seperti hantu dan tiba di jembatan yang ada di ujung jauh layar. Tetapi, ia tidak menyeberang secara langsung, tetapi pergi ke batas jembatan sebelum mencapai sungai. Kontras dengan bayangan tajam yang disebabkan oleh matahari terbenam yang merah, mantel abu-abu gelap itu segera menghilang ke bayang-bayang jembatan logam itu dan menghilang.

Saat ini, suara Lyfa yang lemah memecah atmosfir berat di ruangan.

“Err…Apa itu «Laughing Coffin»...?”

“Itu…”

Silica, yang duduk di sebelahnya, menjelaskan ke Lyfa, karena Lyfa satu-satunya bukan pemain SAO, kekejaman pembunuhan yang dilakukan oleh red guild itu dan bagaimana mereka dikalahkan.

Mendengar itu, Lyfa segera menggigit bibirnya dan melihat lurus kearah Asuna dengan mata jade hijaunya.

“Asuna-san, Aku rasa onii-chan mungkin tahu kalau orang itu ada di GGO.”

“Eh…?”

“Ia kembali sangat malam kemarin malam, dan aku merasa ada sesuatu yang aneh tentangnya ketika aku sampai rumah…mungkin…ia pergi ke GGO untuk menyelesaikan sebuah rasa dendam…”

Mendengar kata-kata itu, Asuna tiba-tiba terdiam, dan saat ini, Lisbeth perlahan meraih tangannya. Gadis itu dengan paksa meraih tangan temannya itu untuk menenangkannya dan menyentakkan rambut pendek pink nya untuk menanyakan suatu pertanyaan,

“Tapi kalau itu masalahnya…bagaimana dengan pekerjaannya? Bukankah Kirito pergi untuk menyelidiki GGO karena permintaan?”

Ya itu benar. Yang meminta Kirito melakukan ini adalah Kikuoka Seijirou dari Virtual Division. Bahkan jika ia adalah orang yang bertugas di «SAO Case Victims Rescue Force», ia seharusnya mengetahui hubungan antara Laughing Coffin dengan bermacam-macam guild.

Tetapi pada saat yang sama, pemindahan Kirito dan keberadaan orang bermantel itu tidak mungkin hanyalah sebuah kebetulan. Pasti ada suatu hubungan khusus, sesuatu yang membuat Kikuoka menyadari GGO dan meminta Kirito untuk membantu.

Asuna dengan paksa menarik napas dalam-dalam, masih memegang tangan Lisbeth yang memegangnya dan berkata,

“Aku pergi duluan untuk mengetahui apakah aku bisa menghubungi orang yang meminta Kirito-kun.”

“Eh? Asuna-chan, kau tau orangnya?”

“Yeah. Semua mengetahui dia…Aku akan memanggilnya untuk mengaku. Ia pasti tahu alasan di balik ini. Yui-chan, saat aku pergi, bisakah kau memeriksa catatan yang relevan dari GGO untuk melihat kalau ada data tentang pemain bermantel itu?”

“Oke, mama!”

Pixie berambut hitam yang ada di bahunya itu terbang ke arah meja dan menutup matanya untuk memulai mencari melalui informasi penting lewat aliran jaringan yang luas.

“…Oke, tunggu aku, semuanya!”

Setelah Asuna selesai berteriak, ia menggoyangkan rambut berwarna aquamarine[18] nya, melompat dari sofa dan dengan cepat membuka window. Ia sekali lagi mengangguk ke arah semuanya, dan segera menekan tombol log out. Warna pelangi segera menyelimuti tubuh Asuna, membuat jiwanya terbang dari World Tree di dunia virtual ke dunia nyata yang jauh.


Bab 12[edit]

Gun Gale online. Sistem untuk permainan ini tidak memiliki kelas «Warrior» atau «Mage» seperti RPG lainnya.

Setiap pemain bisa memilih untuk meningkatkan 6 dari «Stats» seperti kekuatan 'STR', kelincahan 'AGI', vitalitas 'VIT' dan ketangkasan 'DEX'. Juga, ada ratusan «keterampilan» yang mencakup 'penguasaan', 'penyaranan', 'first aid' dan 'akrobatik', yang terbentuk dari diri sendiri. Dalam arti, banyak kelas berdasarkan jumlah yang membangunnya.

Namun di sisi lain, membangun yang tidak direncanakan-seperti memiliki STR rendah dan tidak mampu untuk melengkapi large machine gun dan belum meningkatkan penguasaan heavy machine gun akan melemahkan kemampuan sendiri. Karena itu, ada pola yang tetap di mana orang harus mencapai stats tertentu dan keterampilan sebelum dapat menggunakan senjata tertentu. Berdasarkan perbedaan keterampilan, semua orang akan mengklasifikasikan pemain yang sama seperti «Attacker», «Tanker», «Medic», «Scout» dan bermacam nama dalam setiap kelas yang berbeda.

Meskipun kelas Sinon sebagai «Sniper» sangat langka, itu adalah salah satunya. Untuk melengkapi senapan sniper berukuran besar, mereka harus memperkuat stats STR mereka, dan kemudian mereka harus meningkatkan DEX untuk meningkatkan akurasi mereka, dan akhirnya jumlah sesuai AGI untuk menjauh dengan cepat setelah menembak target. Namun, mereka akan gagal jika mereka ditemukan, sehingga mereka menyerah pada VIT mereka. Sebagai skill, mereka membutuhkan penguasaan senjata yang diperlukan dan juga keterampilan lain yang bisa meningkatkan akurasi mereka. Tentu saja, mereka menyerah sepenuhnya pada pertahanan. Namun, ada juga kemungkinan menembak gagal karena «sistem hitungan detak jantung» bahkan jika mereka mempunyai stat yang sempurna, dan ini akan menjadi bagian yang tersulit dalam kelas ini.

Sepertinya kelas ini tidak benar-benar cocok untuk battle royal. Sementara «Sniper» bertujuan untuk menembak musuh yang jauh, tetapi mereka dapat dengan mudah diserang oleh orang lain. Seorang penembak jitu hanya bisa pasrah setelah pemain tipe-penyerang dengan senapan mesin atau senapan serbu mengetahui keberadaan mereka. Bahkan jika penembak jitu nyaris berhasil menembak musuh dan tanpa membidik terlebih dahulu-yang biasanya tidak dapat menghit target-penembak jitu akan berakhir menjadi sasaran peluru sebelum mereka bisa mengeluarkan tembakan kedua.

Karena alasan tersebut, jika Sinon bertindak sendiri, ia akan tidak memiliki kesempatan untuk menang jika player yang memakai senjata jarak dekat seperti attacker «Xiahou Dun» mencapai jarak di mana Norinco CQ akan menyerangnya.

Namun, beda halnya dengan sekarang. Karena beruntung, di sampingnya ada «lightsaber warrior» yang mana tidak ada orang lain di GGO memilikinya. Orang ini tampak seperti gadis berambut hitam yang cantik, meskipun begitu-tapi dia sebenarnya seorang laki-laki.

'lightsaber' adalah senjata yang diprogram oleh 'Zasker', diciptakan karena keinginannya sendiri, dan jangkauannya jauh berbeda dari senapan sniper.

Jarak serangannya sama dengan panjang pedang itu sendiri, sekitar 1,2 meter. Senjata api di dunia GGO terkecil «Remington derringer» memiliki jarak hanya 5m, tetapi jangkauan serangan lightsaber itu jauh lebih kecil dari itu. Namun, pedang bersinar biru dan putih ini tampaknya memiliki kekuatan yang jauh melebihi harapan. Fakta bahwa itu mampu untuk mengiris .50 BMG yang Hecate tembakkan dari jarak dekat adalah buktinya.

Dalam arti lain, karena bisa mengiris peluru apapun, itu berarti bahwa ini bisa jadi senjata defensif terkuat di dunia. Tetapi bahkan dengan «Jalur Peluru», itu tidak mudah untuk menggunakan pedang selebar 3cm untuk membelahnya dalam hujan peluru yang datang dengan kecepatan supersonik.

Ini membutuhkan prediksi garis peluru, urutan, dan kemampuan respon yang sempurna untuk menggunakan pedang. Juga, hal yang paling penting adalah untuk tidak menunjukkan rasa takut ketika menghadapi -senapan otomatis-

Latihan macam apa yang memungkinkan dia untuk belajar keterampilan tersebut? Sinon benar-benar tidak bisa membayangkan hal itu. Tidak, ini tidak mungkin hanya teknik permainan VR. Justru ketika pemain bergabung dengan avatar sendiri melalui keyakinannya, pengalaman dan kekuatan jiwanya.

Setelah ia mengisi senjatanya, Xiahou Dun kembali meraih CQ dan mulai menembak liar. Namun, lightsaber di tangan Kirito telah menciptakan afterimages banyak di udara dan akurat memilih semua peluru yang akan mengenai kotak grid dan membelokkannya. Sinon hanya bisa merasakan seperti itu saat melihat dari balik punggungnya.

Kemampuan nyata yang jauh melampaui batas dari dunia maya dan dunia nyata adalah persis seperti apa yang Sinon cari. Dia belajar ketenangan dari penembak jitu, tidak, dingin-kekejaman, dan kemudian ingin menggunakannya untuk menghancurkan kelemahan Asada Shino. Dia telah bergerak melalui daerah kritis selama setengah tahun terakhir, mencari lawan yang akan memberikan kekuatan sebenarnya.

Sejak ia bertemu Kirito kemarin, Sinon punya pikiran bahwa dia ingin bertarung dengan musuh yang kuat ini dengan segala yang dia punya, dan bahkan dia akan mendapatkan kekuatan jika dia bisa menang.

Tetapi pada saat yang sama, ia melihat bahwa emosi yang lain tumbuh dalam dirinya.

Aku ingin lebih mengenalnya, aku ingin berbicara dengannya lagi. Apa yang terjadi di dunia itu sebelum Kirito tiba di GGO? Kehidupan macam apa yang dia miliki di dunia itu, apa yang dia pelajari, dan bagaimana ia berjuang melewatinya? Tidak- Aku ingin tahu orang macam apa dia di dunia nyata. Aku tidak pernah punya pikiran seperti itu tentang orang lain ketika tumbuh dewasa ...

"Sinon, SEKARANG!"

Kirito membersihkan hujan peluru kedua yang Xiahou Dun tembak dan berteriak, dan pikiran Sinon terbawa kembali ke pertempuran karena itu.

Jari telunjuk kanannya bergerak setengah sadar, meremas pemicu Hecate. Itu adalah tembakan pelumpuh nya . Walau ia kurang berkonsentrasi , tapi jarak kurang dari 100 meter untuk orang seperti Sinon tidak mungkin meleset dengan stats akurasinya. Peluru menembus langsung ke tengah armor besi Xiahou Dun .

Dalam pertempuran normal, pemain yang HP turun ke nol pecah seperti kaca dan menghilang. Namun, aturan khusus turnamen BoB menetapkan bahwa tubuhnya itu akan berada di tempat matinya. Xiahou Dun telah mati setelah dia menyerang balik, dan helm muncul dan terbang di udara. Saat ia mendarat di tanah di posisi lebar, tulisan merah [Mati] mulai berputar pada dirinya.

"Fuu ~ ', Sinon menghela napas dan bangkit, mengubah magazine Hecatenya yang biasanya bisa menampung 7 peluru, tetapi ia tidak memiliki banyak yang tersisa. Lalu, ia meletakkan senapan di bahu kanannya dan melirik partner sementaranya.

Kirito terampil memutar lightsaber di tangannya dan meletakkannya kembali di gesper pinggang. Sisi wajahnya samar-samar terang dibawah sinar matahari yang terbenam memerah, dan tampak misterius seperti biasa. Setelah mengambil napas dalam-dalam untuk menahan keinginan awal untuk tahu tentang dia, Sinon cepat berkata,

"Pertempuran ini mungkin menarik banyak musuh, Kita harus bergerak cepat.."

"Ok."

Kirito menganggukan kepalanya dan berbalik ke permukaan sungai terdekat.

"«Death Gun» seharusnya menuju ke utara menyusuri sungai ini. Dia mungkin ingin bersembunyi di suatu tempat sampai «Satellite Scanner» bekerja pada 9pm dan kemudian memilih sasaran berikutnya.. Aku ingin menghentikannya sebelum dia membunu-...menembak seseorang. Dapatkah kamu memikirkan rencana, Sinon? "

Mendengar permintaan mendadak ini, Sinon berkedip beberapa kali dan kemudian panik memikirkan apa yang harus dia lakukan. Meskipun dia benar-benar tidak bisa memikirkan beberapa ide yang baik karena dia tidak benar-benar mengerti apa yang sedang terjadi, tapi dia langsung membuka mulutnya dan berkata,

"... Tidak peduli seberapa besar kekuatan misteriusnya, «Death Gun» masih hanya penembak jitu, sehingga ia tidak bisa bertempur di tempat yang terbuka. Tetapi jika kita terus bergerak ke utara dari sini, kita akan meninggalkan kawasan hutan di sisi lain dari sungai. Kita akan terus bergerak sampai ke tengah pulau, menuju abandoned city, dan tempat itu adalah sebuah padang rumput dengan garis penglihatan yang jelas. "

"Dengan kata lain, dia bisa memilih tempat itu sebagai tempat berburu berikutnya ... benar?"

Kirito bergumam dan kemudian menatap 2 bangunan yang jauh di utara. Meskipun efek jarak yang membuatnya tampak sangat jauh, itu hanya 3km lurus. Tanpa statistik dan AGI yang buruk, mereka dapat mencapai sana di sekitar 10 menit jika mereka berlari dan mengawasi sekitar mereka.

"Baiklah kalau begitu kita akan menuju ke arah kota itu juga.. Jika kita lari ke bawah sungai, kita tidak boleh terlihat dari sisi kiri dan kanan."

"... Aku mengerti."

Setelah Kirito mengangguk dan mengatakannya, Sinon melihat kebelakang sedikit.

«Mayat» Dyne itu masih tergeletak di ujung jembatan agak jauh, tetapi keberadaan tag red [Mati] menunjukkan bahwa ia masih hidup. Orang yang benar-benar mati- meskipun ada kemungkinan lain- adalah «Pale Rider» yang menghilang sama sekali.

Sejujurnya, Sinon masih tidak bisa percaya ini, tetapi pada saat yang sama, dia tidak bisa merasakan bahwa ini semua bohong.

Namun, ada perasaan yang pasti dalam dirinya, bahwa selama turnamen BoB 3, sesuatu dalam dirinya akan berubah. Hanya saja dia tidak tahu perubahan apa yang terjadi- dan dia tidak tahu apakah lawan yang mungkin mengubah dirinya baik dari Kirito atau pria mantel misterius.

Saat ini, dia hanya bisa bertindak atas naluri sendiri. Itu karena 'insting' adalah keterampilan yang tidak dapat ditingkatkan dengan membuild stats.

Meskipun Sinon tidak meningkatkan AGI seperti Spiegel, tetapi AGI nya tidak terlalu rendah, dan setidaknya sudah hampir sama dengan yang Kirito punya.

Tapi akhirnya setelah berlari bersama-sama seperti ini untuk beberapa waktu, Sinon harus berlari dengan semua yang dia punya sebelum meraih rambut hitam yang ada di depannya. Untuk Singkatnya, «gerakan dasar» mereka benar-benar berbeda. Ada celah-celah yang muncul tiba-tiba pada banyak bebatuan di tepi sungai, dan Kirito tampaknya telah hafal karena ia bisa dengan cepat menghindari dan melompatinya. Dia sering menengok kebelakang untuk menyesuaikan kecepatan dengan Sinon, yang membuatnya lebih tidak senang lagi, Sinon adalah seorang perempuan.

Meski begitu, karena bantuan Kirito, yang berjalan di depannya dan menunjukkan jalan yang mudah untuk dilewati, dia mampu melewati mid-south area, padang rumput. Tanpa sadar, sungai di bawah kakinya menjadi beton, dan ketika dia mendongak, dia bisa melihat kerumunan gedung pencakar langit. Mereka akan memasuki medan perang utama dari pulau ini, abandoned city.

"Kita tidak bisa menangkapnya."

Kirito melambat dan berkata lembut kepada Sinon. Dia agak berharap untuk bertemu «Death Gun» yang pergi ke bawah air dan menuju kota, dan menyerangnya saat ia tidak bersenjata.

"... Mungkin kita melewatinya di suatu tempat ..."

Setelah Sinon menjawab, Kirito diam, berpikir dengan keras, menyaksikan aliran sungai di belakangnya, dan berkata,

"Tidak, itu tidak mungkin, aku sudah memeriksa sungai waktu kita berlari.."

"Jadi begitu....."

Omong-omong, seseorang tidak bisa tinggal di bawah air selama lebih dari satu menit tanpa Aqualung . Sniper besar Death Gun yang dia bawa tidak memungkinkan untuk lebih banyak tempat untuk membawa Aqualung. Kemudian, ia harus masuk ke sungai di bawah jembatan logam, berenang ke utara bersama dengan aliran air yang menuju ke sana, dan kemudian berdiri sebelum berlari ke abandoned city.

"-Itu berarti dia tidak mengincar seseorang di kota ini. Aliran sungai berhenti disini."

Sungai di depan Sinon menjadi air terjun yang mengalir ke kota bawah tanah, dan pintu masuk dari saluran bawah tanah memiliki bar logam yang kokoh di sana, yang setiap pemain pikirkan bahwa itu tidak dapat dimasuki. Itu memiliki penghalang yang tidak bisa dimusnahkan bahkan jika ratusan plasma granat dilemparkan.

"Aku mengerti ... masih ada 3 menit sampai scan. Kita tidak bisa menghindari pemindaian satelit jika kita tinggal di dump ini, kan?."

Sinon mempertimbangkan pertanyaan Kirito dan kemudian menganggukkan kepalanya dengan tegas.

"Tepat. Selama turnamen terakhir, Peta akan menunjukkan bahkan tingkat pertama dari menara. Jika ada tempat yang benar-benar bisa digunakan untuk bersembunyi, itu adalah dibawah air yang sangat berbahaya atau gua. Selain itu, tidak ada cara lain untuk menghindari scan. "

"Oke. Setelah scan menunjukkan posisi Death Gun, kita bisa langsung menyerang untuk menghentikan tembakkannya aku akan berjalan lurus ke arahnya.. Mohon berikan tembakan pelindung."

"... Aku bisa melakukannya ..."

Sinon mengangkat bahu, tapi setelah itu, meraih Kirito yang telah menunggu kesempatan ini dan berkata,

"Tapi ada masalah kecil. Tidakkah kamu lupa bahwa «Death Gun» bukan nama karakter aslinya. Jika kamu tidak tahu namanya, kamu tidak dapat melacak posisinya melalui radar.."

"U. .. I-itu benar."

Prajurit lightsaber mengusutkan alis indahnya dan tenggelam ke dalam pemikiran yang mendalam.

"Bahkan ... di antara 30 peserta, kamu tidak tahu tiga dari mereka, benarkan Sinon? Antara tiga orang itu, «Pale Rider» aku telah melacaknya, dia bukan Death Gun. Yang berarti bahwa dua orang yang tersisa ... «Jyuushi X» dan «Sterben», salah satunya adalah Death Gun ... jika hanya ada satu orang di kota, itu pasti dia ... "

"Jika keduanya hadir, kita tidak punya waktu untuk ragu. Sekarang kita harus memutuskan sisi mana kita ingin menyerang. Yah- Aku baru memikirkan sesuatu ...."

Sinon terbatuk datar beberapa kali dan melanjutkan,

"... Jika kamu membaca «Jyuushi» dari belakang, tidakkah itu menjadi «Death Gun», dan «X» dapat dibaca sebagai «Cross», yang merupakan Salib yang ia lakukan ... tidak, seharusnya tidak sesederhana itu ... "

"Hm ... tapi sebagian besar nama-nama karakter di VRMMO secara acak dibuat seseorang seperti aku memodifikasi nama asliku sendiri ... bagaimana denganmu?."

"... Aku juga."

Mereka saling menatap dengan ekspresi yang aneh, dan kemudian terbatuk datar beberapa kali.

Kirito tampaknya ragu-ragu saat ia mendesah dan berkata,

"Jika orang itu disebut «Sterben» benar-benar seperti orang asing, namanya menunjukannya. Apakah ada pemain dari luar negeri di BoB?"

"Yah ..."

Sinon melihat arlojinya. Ada kurang dari dua menit sebelum scan berikutnya, jadi dia mencoba yang terbaik untuk menjelaskan secepat mungkin.

"Selama turnamen pertama, kita bisa memilih server Amerika (AS) atau server Jepang (JP), namun masih ada beberapa orang asing yang bermain versi Jepang. Saat itu aku belum bermain GGO , tapi dari apa yang aku dengar dari Shi .. Spiegel,. pemenang dari BoB pertama adalah orang asing, orang itu tampaknya benar-benar kuat.. Ia berhasil membunuh semua player Jepang dengan pisau dan pistol ... "

"Aku mengerti... siapa namanya?"

"Seingatku, Sato ... Satori atau sesuatu yang aneh seperti itu. Tapi ketika aku mulai bermain, server Jepang hanya memperbolehkan orang di Jepang, Sehingga pemain dari babak 2 dan 3 putaran kali ini adalah semua orang Jepang ... atau setidaknya, yang tinggal di Jepang meskipun itu «Sterben» ditulis abjad, ia seharusnya orang Jepang.. "

"Jadi begitu ..."

Kirito berkedip keras dan tampak seperti dia akhirnya memutuskan saat ia mengatakan hal ini,

"Oke, jika keduanya berada di tempat pembuangan sampah, kita akan menuju ke «Jyuushi X». Kamu tidak perlu panik ketika aku terkena peluru setrum seperti Pale Rider, kau hanya harus bersiap-siap untuk menembak. Death Gun pasti akan menggunakan pistol hitam untuk tembakan terakhir, jadi gunakan kesempatan itu untuk mengenainya. "

"Eh ..."

Mendengar kata-kata itu, Sinon lupa bahwa ada kurang dari 1 menit tersisa saat ia melebarkan matanya. Dia menatap mata hitam di sampingnya dan bertanya,

"... Kenapa kau begitu ..."

Mempercayaiku? Namun, Sinon tidak bisa membiarkan suaranya keluar di ujung-

"... aku bisa tidak menyerang Death Gun dan menyerangmu dari belakang, kau tahu ..."

Kirito mengangkat alis secara tak terduga dan tersenyum

"Aku tahu bahwa kamu tidak akan melakukan itu ... Ayo. Sudah saatnya. Aku akan menyerahkan sisanya padamu, partner."

Karakter berjubah hitam pengguna lightsaber kemudian menepuk Sinon di sisi kiri dan kemudian berjalan menuju tangga untuk berpindah dari sungai ke jalan.

Tempat yang terasa misterius dan menyakitkan seperti jari-jarinya dari kemarin, tapi Sinon mengejar karakter didepannya dengan diam. Meskipun ia mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa ia adalah musuhnya sejak kemarin, dia tidak memiliki perasaan itu lagi.

Di tingkat yang lebih tinggi dari bangunan itu mereka berjalan , lalu Sinon dan Kirito berjongkok di posisi yang tidak bisa dilihat dari jalan dan menunggu untuk «Scanner Satellite».

Tangan kanannya memegang alat scan saat dia melihat arloji di tangan kirinya. Sekarang waktunya 8:59 55 detik ... 56, jika pertandingan di final secepat tahun lalu, tinggal menunggu waktu untuk memasuki babak kedua, yang berarti bahwa hanya ada setengah jumlah pemain tersisa. Bahkan, ia bisa mendengar suara tembakan dan ledakan dari abandoned city. Namun, suara akhirnya berhenti untuk saat ini, sehingga setiap orang harus bersembunyi dalam bayang-bayang dan menonton alat scan mereka.

58 detik, 59 detik, 9 pm tajam.

Peta perangkat menunjukkan titik putih dan abu-abu banyak.

"Kirito, periksa utara!"

Setelah mengatakan dengan lembut, Sinon kemudian menyentuh dua tempat berkumpul yang berada di bagian Soutern-sebagian besar jalan. Nama-nama yang pada mereka tertera [Kirito] dan [Sinon]. Jika itu sebuah pertempuran tidak mungkin berlangsung selama lebih dari 15 menit, para pemain lain mungkin tahu bahwa keduanya tidak melawan, tetapi bekerjasama sebagai mitra. Meskipun ini tidak melanggar aturan dan ada banyak contoh pemain yang bekerja dengan satu sama lain, sisanya akan memiliki pemikiran bahwa 'Sinon ini akan benar-benar bekerja sama dengan orang lain'. Dia tidak bisa membantu tetapi berharap bahwa mereka tidak akan tertangkap kamera bersama-sama.

-Dia meninggalkan pikiran-pikiran yang tidak perlu dan cepat memeriksa melalui nama. «No-No», «Yamikaze», «Huuka», «Maaku» ... ini adalah semua pemain terkenal yang Sinon tahu. Nama-nama yang dia cari tidak di kota ini, sehingga itu berarti bahwa hipotesis mereka salah-

Tidak.

"... Aku mendapatkannya!"

Seperti Sinon berteriak ini, suara Kirito itu menjawab serentak yang sempurna.

Bagian tengah jalan memiliki perimeter bangunan bundar yang tampak seperti stadion. Sebuah titik cahaya tetap dalam posisi sniping yang sempurna. Lalu Sinon menyentuhnya dengan jarinya, nama karakter muncul-«Jyuushi X».

Dia segera bertukar pandang dengan Kirito, namun dengan cepat kembali melihat ke alat scan nya. Untuk memeriksa melalui informasi lagi, Sinon terus menggerakkan jari-jarinya keutara, dan Kirito pindah ke selatan pada saat yang sama. 5 detik kemudian, mereka mengangkat kepala pada saat yang sama.

"«Jyuushi X»adalah satu-satunya di kota ini untuk saat ini."

Kirito kemudian menjawab Sinon dengan suara gugup,

"Ya, sepertinya «Sterben» tidak ada di sini. Dengan kata lain,«Jyuushi X» adalah «Death Gun», dan mangsanya adalah ..."

Kirito menggunakan jarinya untuk menunjuk alatnya sendiri, menunjukkan sebuah bangunan yang sedikit kebarat dari stadion di pusat-nama itu «Ricolo». Sendirian, jika dia ingin pindah ke tempat persembunyiannya di tempat lain, ia harus menempatkan dirinya dalam jangkauan penembakan «Jyuushi X».

Begitu Sinon menganggukan kepalanya, cahaya yang mewakili Ricolo mulai bergerak ke pintu keluar gedung. Begitu ia melangkah ke jalan, ia akan segera terkena peluru senapan sniper L115 setrum. Mereka harus menghentikan Death Gun tidak peduli apa sebelum ia menembakkan pistol hitam itu.

Kirito lalu menyimpan perangkatnya dan memandangi Sinon. Dia tampak seperti memiliki sesuatu untuk dikatakan, tapi dia hanya mengatakan,

"Tolong lindungi aku."

"Mengerti."

Sinon menjawab sederhana dan bangkit. Dia kemudian pindah menaiki tangga di mana Kirito berada di depan, mengamati lingkungan, dan pindah ke tangan kanannya untuk menunjukkan bahwa mereka harus bergegas bergerak sebelum menaiki tangga.

Nama resmi dari pulau ini satu-satunya yang menjadi tahap grand final turnamen adalah «ISL Ragnarok» .. Saat ini, Old City berada tepat di tengah-tengahnya, dan berdasarkan kota-kota terkenal dari dunia seperti New York City. Ada begitu banyak pencakar langit yang dicampur segala macam fungsi dengan kecantikan tradisional, dan ada iklan bahasa Inggris banyak dan buletin. Tentu saja, hal ini telah menjadi tua dan ditutupi oleh gulma dan pasir.

Usaha Sinon dan Kirito untuk berlari sampai ke sungai menjadi sia-sia. Saat ini, selain mereka berdua, Death Gun dan targetnya, ada juga 5 atau 6 pemain di kota ini. Namun, mereka tidak akan peduli tentang hal itu. Untungnya, scan sekarang tidak menunjukkan siapa yang segera bisa pindah ke posisi mereka. Juga, ada taksi kuning rusak dan bus besar di jalan bisa menjadi penutup yang sempurna. Keduanya bergerak seperti ini dan terus ke utara.

Abandoned City ini beradius sekitar 700 m, dan dengan bantuan dorongan AGI, keduanya mencapai jarak ini dalam waktu kurang dari satu menit. Mereka bisa melihat bangunan bundar besar, dan itu tujuan mereka. Stadion ini berada di pusat kota. Sinon memberikan isyarat tangan, dan mereka berlari ke dalam bayangan bus sebelum mengamati sekitar melalui kaca depan yang rusak.

Dinding stadion sekitar 3 tingkat tingginya, dan ada jalan keluar di utara, selatan, timur dan barat. Jika Jyuushi X tidak menjauh setelah menggunakan Scanner Satellite, ia harus menunggu di atas pintu keluar barat. Sinon melebarkan matanya dan menatap bagian atas dinding luar. Dengan 'Hawk Eye' keterampilan penglihatan ditingkatkan, efek jarak obyek akan berkurang, dan tingkat identifikasi visual akan meningkat. Dia menemukan bahwa ada sesuatu seperti moncong pistol di lubang segitiga pada dinding beton yang rusak, dan di belakang lubang-

"Ketemu... Di sana.."

Tidak diragukan lagi, laras senapan sniper berada di bawah tempat di mana matahari bersinar. Pada saat ini, Kirito tampaknya mengetahui apa yang Sinon pikirkan dan berbisik lembut kepadanya,

"Sepertinya dia masih menunggu «Ricolo». Oke... aku akan menggunakan kesempatan ini untuk menyerang dari belakang.. Sinon, bersiap-siap untuk membidik di gedung seberang jalan ini."

"Eh ... Aku bisa pergi ke stadion juga ... '

Meskipun Sinon keberatan, ia segera terganggu oleh ekspresi Kirito yang kuat dan tajam.

"Ini adalah pertempuran di mana kau dapat menggunakan kekuatanmu secara maksimal aku percaya bahwa kamu pasti akan menggunakan senjatamu untuk melindungiku ketika aku dalam kesulitan., Jadi aku bisa bertarung dengan orang itu. Inilah gunanya partner. "

"..."

Setelah kata-kata itu keluar, Sinon hanya bisa mengangguk kepalanya dan setuju dengan rencana Kirito itu. Dia tersenyum, melirik jam tangannya dan melanjutkan,

"Kita akan memulai rencana 30 detik setelah aku pergi. Apakah itu cukup?"

"... Ya, itu sudah cukup. Aku siap."

"Oke, aku akan menyerahkan sisanya padamu."

Kemudian, pendekar pedang berambut hitam menjauh dari bus tanpa ragu-ragu.

Dia menatap lurus ke arah Sinon dari depan, dan kemudian berlari ke pintu keluar selatan stadion berusaha untuk tidak meninggalkan jejak.

Sinon melihat badan ramping yang secara bertahap menjauh, dan merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Kegelisahan apa ini? Atau kecemasan? Keduanya serupa, namun berbeda. Ini adalah- benar, itu takut ...

Bagaimana mungkin! Apa yang aku takutkan!?

Sinon mengertakkan giginya dan tegas menegur dirinya.

Dalam rangka untuk menang di turnamen ini BoB dan menjadi pemain terkuat di dunia, hal ini harus dilakukan. Aku perlu menghilangkan Death Gun orang yang menggunakan kekuatan yang tidak diketahui di luar sistem untuk main-main dengan turnamen, jadi aku harus bekerja sama dengan Kirito untuk saat ini. Saat kita berhasil, pengguna lightsaber itu akan menjadi musuhku lagi. Setelah aku bertemu dengannya lagi setelah itu, aku akan menekan pelatuk ini tanpa ragu-ragu, membawanya turun dan melupakannya. Itu karena aku tidak akan bertemu dengannya lagi.

Sementara memaksakan rasa sakit yang kuat di hatinya, Sinon mulai berlari. Di antara bangunan di jalan-jalan ada dua alternatif, yang dapat diakses dan yang tidak dapat diakses. Gedung-gedung yang bisa dimasuki pasti akan memiliki tempat di mana orang bisa mengatakan bahwa itu adalah sebuah pintu masuk. Ini bangunan di posisi barat daya dari stadion, dipisahkan oleh jalan melingkar, memiliki lubang besar di dinding yang roboh. Begitu dia masuk, dia akan naik ke lantai 3, dan dia seharusnya dapat melihat jalan di dinding stadion. Posisi dua bangunan tersebut benar-benar terlalu dekat, dan normalnya, kemungkinan dia akan terlihat jika dia membidik dari sini. Tetapi bahkan untuk orang sekuat Death Gun, ia harus memperhatikan sekitar ketika ia bertarung melawan Kirito. Begitu dia menemukan celah, dia akan menembak tanpa ragu-ragu. Kemudian, dia akan meninggalkan bangunan dan bertemu dengan Kirito ditempat lain. Ini seharusnya cukup ...

Meskipun Sinon mencoba untuk mengambil tindakan dingin seperti biasa ...

Hatinya sudah terpengaruh oleh emosi yang berbeda dari biasanya.

Saat ia hendak bergerak melalui lubang reruntuhan di dinding menara, ia merasakan hawa dingin yang tajam di belakang punggungnya. Saat dia hendak berbalik, Sinon menemukan bahwa ia telah roboh ke jalan.

-Apa yang terjadi ... mengapa aku jatuh ...?

Dia tidak bisa pulih dengan segera.

Ada perasaan merinding di punggungnya ... tampaknya ada sesuatu yang bersinar di sisi kiri penglihatannya ... ia mengangkat tangan kirinya dengan refleks, dan eksterior lengan menerima serangan yang kuat. Setelah Sinon menyadari bahwa dia tertembak, dia bermaksud untuk berlari kembali ke menara. Namun, kakinya tidak bisa bergerak untuk beberapa alasan dan ia segera jatuh kembali.

Setelah akhirnya menyadari situasi saat ini, Sinon mencoba bangkit dengan segera, tapi tubuhnya tidak bisa menanggapi perintah sama sekali. Tampaknya ia hanya bisa menggerakkan matanya. Dia mencoba melihat lengan kirinya untuk memeriksa bahu depan yang terkena.

Ada sesuatu yang menembus lengan jaket gurun berwarna dan telah menembus ke lengan- itu lebih seperti jarum perak daripada peluru. Itu hanya berdiameter 5mm dan sekitar 50mm panjangnya. Basis menciptakan percikan seperti benang yang datang dengan getaran tajam yang mengeluarkan percikan biru dan putih, dan percikan ini menyebar dari bahu Sinon menuju seluruh tubuhnya. Ini adalah-

Sebuah peluru setrum.

Ini adalah peluru khusus yang Pale Rider terima. Assault rifles, machine guns atau handguns tidak dapat menembakkan itu, dan hanya beberapa senapan sniper besar yang bisa menggunakannya. Namun, Sinon tidak mendengar suara tembakannya. Seharusnya hanya ada beberapa pemain di GGO yang memiliki senapan sniper besar yang bisa menggunakan peluru setrum.

Bahkan jika Sinon memikirkan hal ini, dia masih tidak bisa percaya bahwa orang yang menembaknya adalah 'orang itu'. Peluru setrum datang dari arah selatan jalan, tetapi orang itu harusnya berada di perimeter utara dari stadion. Dia seharusnya tidak mengetahui keberadaan Sinon dan seharusnya menembak ke target lain. Berdasarkan Scanner Satellite pada 9pm, Sinon bisa menyimpulkan bahwa tidak ada pemain lain yang bisa menyerangnya dari selatan. Apakah itu «No-no», «Huuka» atau «Yamikaze», mereka akan membutuhkan banyak waktu untuk menerobos daerah reruntuhan ini .

Ini benar-benar tidak bisa dijelaskan. Mengapa- siapa- bagaimana dia melakukannya? ...

Apa yang menjawab pertanyaan Sinon itu bukanlah kata-kata, tapi adegan yang muncul di depan matanya setelah itu.

Sekitar 20m selatan, ada percikan api dengan sedikit cahaya di ruang yang tidak seharusnya. Dan kemudian, seseorang tiba-tiba muncul di depannya seperti ia merobek dunia terpisah.

Tenggorokan Sinon tidak bisa membiarkan suaranya keluar dan menjerit diam-diam.

-Metamaterial Optical Camouflage!

Benda ini bisa menyembunyikan diri dengan pembiasan cahaya yang bersinar di permukaan, dan itu dikatakan kemampuan kamuflase yang terhebat. Tapi skill itu hanya dimiliki beberapa boss monster level tinggi. Apakah mereka memiliki sebuah reka monster di tengah pertempuran ini dari turnamen BoB 3? Tapi dia tidak pernah mendengar berita ini sebelumnya.

  • Swoosh! *

Kain abu-abu gelap yang tertiup angin mengganggu pikiran Sinon yang sedang sangat bingung.

Itu adalah mantel yang tampak agak compang-camping dan usang, dan ada juga warna abu-abu yang sama menutupi kepala. Sinon hanya bisa tetap seperti ini dan menonton penyerang yang menghilangkan optical camouflagenya dan menunjukkan identitasnya. Orang ini adalah pria bermantel yang tidak seharusnya berada di sini.

- «Death Gun»

'Silent Assassin' yang beberapa menit lalu menyebabkan Pale Rider menghilang, dan bisa juga membunuh pemenang turnamen sebelumnya «Zexceed» dan pemimpin skuadron besar «Usujio Tarako».

Dari bawah mantel yang berkibar, Sinon bisa melihat senapan sniper besar mengarah dekat sepatunya dan dilengkapi peredam di depannya. Jika itu mantel besar memiliki kemampuan kamuflase optik, ia bisa menyembunyikan seluruh senapannya setelah mempersiapkannya, sehingga memungkinkan baginya untuk menembak sambil tak terlihat. Tidak, tidak hanya itu. Dia bisa menghindari bahkan Scanner Satellite ketika sedang menyamar. Jika tidak, akan ada cahaya yang ditampilkan di sekitar daerah ini selama pemindaian sebelumnya.

Itu berarti bahwa pria bermantel-«Death Gun» bukan «Jyuushi X» ...?

Kirito ...

Sinon menyebut prajurit lightsaber yang seharusnya di stadion belakangnya, siap untuk menyerang Jyuushi X. Tentu saja, dia tidak akan mendapatkan respon apapun.

  • Paa .. Paa .. * suara kaki terngiang di telinganya. Orang bermantel itu tampaknya meluncur ke atas seperti saat ia muncul. Jauh di dalam kegelapan, ia bisa melihat dua sinar merah gelap berkedip.

«Death Gun», berhenti sekitar 2m di depan Sinon, dan berdiri di sana seperti hantu.

Peluru setrum itu seperti logam bergesekan satu sama lain datang dari wajah yang tidak bisa dilihat.

"... Kirito, sekarang, aku bisa mengatakan, jika kamu, yang asli, atau, palsu."

Tampaknya bahwa pria mantel sudah tahu bahwa Kirito berada di stadion. Kata-kata yang ia katakan bukan kepada Sinon yang berbaring di depannya. Suara monoton terus secara terputus, dan meskipun itu datar, orang bisa merasakan emosi yang kuat tersembunyi di dalamnya.

"Aku ingat, ketika kamu, mengamuk. Setelah aku membunuh wanita ini ... teman kamu, setelah kamu pergi mengamuk seperti itu lagi, kamu akan menjadi, Kirito yang asli. Ayo ... biarkan aku melihatnya, biarkan aku menyaksikan bahwa pedangmu, yang penuh amarah, niat membunuh dan kegilaan. "

Sinon sepertinya dia tidak bisa memahami makna di balik kata-katanya.

Namun deklarasi menakutkan dari orang bermantel itu membuat gadis itu pulih dari shock dan bingung.

-Dia ingin membunuhku? Orang berjubah yang menggunakan kamuflase optik ini ingin membunuhku?

Sinon memiliki api kemarahan membakar dalam dirinya, dan panasnya bahkan mulai membanjiri mati rasanya.

Peluru setrum itu masih memiliki banyak percikan api di kiri, tapi mungkin itu karena bagian yang terkena adalah lengan kiri. Jika dia mencoba sedikit lebih keras, mungkin lengan kanannya dapat bergerak sedikit. Untungnya, senjata sampingannya telah berada di pinggangnya, submachine gun MP7 berada di dekat tangan kanannya, jadi mungkin dia masih punya kesempatan untuk memegang dan meremas pelatuk. Dalam jarak pendek, ia harus mampu mengalahkannya hingga seluruh pelurunya habis.

Bergerak, bergerak!

Mungkin frekuensi gerakan Sinon berpindah dari otak ke AmuSphere dan melampaui mati rasanya. Dan hasilnya lengan kanannya mulai bergerak sedikit. Jari-jarinya sudah menyentuh pegangan MP7.

Tetapi pada saat ini, Death Gun perlahan mengangkat tangan kiri yang dengan tangan kosong dari bawah mantel, menggunakan dua jari untuk menyentuh dahi di bawah kerudungyna. Sinon kemudian melihat bahwa ada cahaya biru 3-lapis lingkaran perangkat mengambang di atas Death Gun, dan merah [REC] garis terus berkedip. Itu adalah pakan kamera secara langsung. Para penonton banyak dari dalam dan luar GGO sedang menonton Death Gun menggambar Salib kemenangan dan Sinon yang runtuh secara memalukan.

Tangan kiri kurus yang memiliki sarung tangan kulit hitam melewati dada dan meraih bahu kiri.

Selama waktu ini, Sinon akhirnya meraih pegangan dari MP7.

Tentu saja, ada safeties pada senjata di GGO, tapi itu jauh lebih umum untuk melihat serangan yang cepat, sehingga hampir semua orang terus meng-offkan safeties mereka. Tentu saja, Sinon sama. Sekarang, dia hanya perlu untuk mengarahkan dan menekan pelatuk. Masih ada waktu. Aku bisa melakukannya.

Death Gun, yang akhirnya selesai menggambar lambang salib, menempatkan tangan kanannya kembali ke dalam mantel dan bersiap-siap untuk menarik keluar. Sinon juga menggunakan tangan kanan yang mati rasa untuk mencoba mengambil MP7 tersebut. Dia hampir menjatuhkan senjatanya beberapa kali sambil mengangkat keluar, tapi hampir berhasil memegangnya. Kali ini, SMG mini- yang hampir 1.4kg merasa berat seperti gunung. Namun, Death Gun mungkin harus mengokang pistolnya. Setelah dia melihat itu dan menembak.

Namun-

Pada saat ini, Death Gun menarik tangan kanannya dari mantel. Momen saat Sinon melihat bahwa pistol otomatis hitam di tangannya, tubuhnya dan lengan kanan segera membeku seperti es.

Kenapa? Itu hanya sebuah pistol biasa. Aku telah menghadapi pistol yang lebih kuat dari ini, mengarah padaku, seperti «Desert Eagle» dan «M500». Tidak ada yang perlu ditakutkan. Memegang MP7 itu lagi, menodongkan senjata itu pada musuh dan menekan pelatuk.

Sinon mencoba meyakinkan dirinya sendiri seperti ini dan mencoba lagi untuk memindahkan lengan kanannya-

Tetapi hanya ketika dia hendak mengambil tindakan ...

Death Gun meletakkan tangan kirinya, dan gerakan ini hanya mengungkapkan sisi kiri pistol ke Sinon. Lebih tepatnya, pegangan logam yang bergerigi dan ukiran kecil di tengah cengkeraman terungkap.

Ukiran berbentuk lingkaran, dan ada sebuah bintang di tengah.

Sebuah bintang hitam.

The Blackstar, tipe 54- pistol itu.

Mengapa ... Me-Mengapa-Mengapa-Mengapa-Mengapa pistol itu di sini?

Sword Art Online Vol 06 -169.jpeg

Dia kehilangan kekuatannya dan melepaskan smg yang merupakan harapan terakhirnya dari tangan kanannya. Namun, Sinon bahkan tidak bisa mendengar suara senjatanya jatuh.

  • Gachink *. Pistol itu dikokang. Tangan kiri pria mantel memegang pegangannya seperti ini, dan kemudian menunjuk pistol dari sisi di Sinon dalam Posisi Weaver. Tiba-tiba, ada distorsi aneh dari kegelapan di dalam mantel dan kerudung. Ruang gelap tampak bergoyang seperti lem, menetes dan akhirnya menampilkan dua mata.

Bagian putih mata yang merah, dan pupil yang kecil. Mata membesar tampak seperti jurang maut.

Itu, orang itu. Bahwa pria, yang 5 tahun yang lalu, membawa pistol Type-54 menerobos ke kantor pos kecil di kota, di utara, untuk menembak ibu Shino. Pada saat itu, Shino muda kehilangan semua kesadaran diri dan melompat ke pistol, menyambar dan meremas pelatuk untuk membunuh orang itu- mata itu seperti pria tersebut.

-Dia di sini. Dia ada di sini. Dia bersembunyi di dunia ini, menunggu kesempatan untuk membalas dendam.

Bukan hanya tangan kanan nya yang mati rasa bahkan lebih dari semua indranya. Matahari terbenam dan abu-abu merah reruntuhan secara bertahap menghilang, meninggalkan hanya mata dan pistol dalam kegelapan.

Hati gadis itu tampaknya melemah bahkan lebih lemah. Jika ia pingsan sekarang, fungsi keamanan AmuSphere akan menyebabkan Sinon untuk log out otomatis. Namun, kesadarannya jelas saat ia menunggu memicu Blackstar untuk ditekan. Pistol itu mengeluarkan suara, * Kiriri *. Setelah jari yang bergerak beberapa inci, palu akan memukul pin penembak, dan menembak peluru kaliber .30 logam. Itu bukan kerusakan dari segi nilai, namun peluru nyata. Ini akan menembak hati Sinon / Shino di dalam dan di luar permainan, menghentikannya, membunuh dia.

Sama seperti apa yang Shino lakukan pada seseorang di hari itu.

Itu adalah fakta yang tidak bisa dihindari. Bahkan jika dia tidak bermain GGO, dia akan tertangkap oleh pria ini di beberapa tempat. Itu semua tidak berarti.

Tepat ketika kesadarannya sedang menyerah-

Sebuah kedipan perasaan, sekecil pasir halus, masih tersisa.

Aku tidak mau menyerah. Aku tidak ingin semuanya berakhir di sini. Aku akhirnya berhasil memahami arti «kekuatan» dan pertempuran. Jika aku bisa tetap dengan orang itu dan melihatnya, suatu hari, aku akan ...

Pikiran Sinon itu akhirnya terganggu oleh tembakan yang mengguncang langit.

Dia tidak tahu di mana itu ditembak, tapi dia masih menutup matanya, menunggu kesadarannya memudar.

Namun-

Orang bermantel di depannya terguncang.

«Mata itu» dalam tudungnya menghilang, menjadi titik merah lagi. Bahu kanan dari mantel itu berkedip-kedip dengan beberapa efek kerusakan oranye khusus. Jadi seseorang menembak «Death Gun», hanya ketika Sinon bertanya-tanya siapa itu, suara tembakan kedua diikuti. Peluru yang terbang saat ini melewati bahu kiri pria mantel itu. Dari suara itu, kaliber senjata harus cukup besar. Orang bermantel itu segera berjongkok dan bersembunyi ke dalam lubang besar menara.

Sinon bisa melihat tindakan Death Gun dari posisinya. Dia menempatkan Blackstar kembali ke sarung senjatanya, mengeluarkan L115 di punggungnya dan dengan cepat mengisi magazinenya. Tampaknya ia ingin beralih dari peluru setrum- ke peluru pembunuh 0,338 Lapua. Gerakan musuh dalam menyiapkan senapan sniper besar yang membuat Sinon, sesama penembak jitu, merasa agak terkesan. Setelah membidik, ia menarik pelatuknya tanpa ragu-ragu.

  • wusss * suara serangan ketiga terjadi pada waktu yang sama. Tapi kali ini, musuh tidak menyerang dengan senjata. Sesuatu yang tampak seperti bisa berguling ke jalan antara Sinon dan Death Gun. Ya itu granat. Death Gun segera berpindah ke dalam gedung begitu ia melihatnya.

Sinon hanya bisa menutup matanya. Jika granat meledak di sini dalam jarak ini, ia akan menderita luka agak serius. Namun, akan lebih baik daripada ditembak oleh Blackstar Death Gun. Itu benar, dia mungkin juga mati seperti ini. Untuk mundur dari turnamen ini, dan kemudian mundur dari GGO, tidak, VRMMO, dan hidup low-profile di dunia nyata, selalu merasa takut tertangkap oleh orang itu di suatu hari ...

Namun, perkembangan saat ini melampaui harapan Sinon.

Granat yang meledak setengah detik lalu, bukanlah granat plasma yang pemain kuat biasa gunakan, baik itu yang normal atau napalm pembakar tapi itu akan menyemburkan keluar asap berbahaya.

"...!"

Asap putih langsung menutupi penglihatan Sinon, dan dia tidak bisa melakukan apapun selain menahan napas.

Ini kemungkinan akan menjadi kesempatan terakhirnya untuk melarikan diri. Namun, efek mati rasa belum lenyap. Meskipun ia seharusnya dapat bergerak setelah dia mengeluarkan peluru yang bersarang di bahu kirinya, Sinon tidak bisa menggerakkan tangan kanannya untuk melakukan hal ini. Dan pada saat ini, dia bahkan tidak punya keinginan untuk berdiri dan melawan.

Sinon tidak mampu untuk tetap tenang dan hanya bisa berbaring di lantai dengan matanya melebar sampai lengan kirinya itu dicengkram oleh seseorang.

Orang ini hanya menarik tubuhnya kira-kira seperti itu. Orang itu melempar kesamping senapan besar milik Sinon yang tidak bisa ia lihat dan meletakkan tangannya di punggungnya. Gadis itu bahkan tidak memiliki kesempatan untuk sempoyongan sebelum dia diangkat ke dalam pelukan orang itu bersama dengan Hecate di bahu kanannya.

Percepatan yang tampak seperti itu akan membawa tubuhnya ke arah yang diikuti nya. Hiuu! Udara terdengar di sampingnya, dan asap sekitarnya mulai meniipis. Waktu saat penglihatan Sinon pulih kembali, dia melihat pemain lain yang sedang menggendong dia di depannya, berlari ke depan.

Orang itu terlihat samar-samar dari dekat memiliki kulit putih, pupil dan rambut hitam mengalir.

Kiri ..., to.

Sinon ingin memanggilnya, tapi tidak mampu untuk membuat suara. Dia adalah gadis cantik -yang wajahnya seperti menunjukkan pandangan serius -tidak, itu lebih seperti dia benar-benar putus asa. Dia mengerti bahwa ia menyuruh sistem saraf untuk mengerahkan perintah gerakan fisik untuk avatar-nya.

Ia membayangkan bahwa ia akan mengalami begitu banyak kesulitan. Bahkan jika Kirito adalah STR pemain first-type, dan ia hanya memiliki lightsaber ringan dan pistol, ia akan mecapai batasnya dengan membawa Sinon dan Hecatenya. Itu sebuah keajaiban baginya untuk berlari bahkan pada saat ini. Juga, Sinon mencermati, bahwa Kirito sendiri tidak sepenuhnya tanpa cedera. Luka-luka baru di pundak kanan dan kirinya yang memberi efek merah khusus. Dari intensitas cahaya, kaliber peluru yang mengenainya seharusnya agak besar. GGO adalah VRMMO yang berasal dari Amerika, sehingga tingkat penyerapan nyeri harus nya agak rendah. Dengan tingkat kerusakan, bahkan jika ia tidak merasa sakit, harus ada beberapa bentuk mati rasa pada dirinya.

... Itu sudah cukup. Turunkan aku dan tinggalkan aku.

Meskipun ia berpikir begitu, gadis itu masih belum bisa mengatakan itu pada akhirnya. Seluruh tubuhnya, tidak, bahkan kesadarannya benar-benar mati rasa.

Dengan demikian, Sinon hanya bisa berkedip meskipun ia melihat peluru kaliber besar terbang keluar dari belakang. Pikiran nya berpikir. Dia tidak mendengar suara tembakan tadi, yang berarti bahwa peluru itu ditembakkan dari L115 milik Death Gun. Dengan efek smoke screen, tembakan ini sangat akurat, yang menandakan bahwa ia berada tepat dibelakang mereka. Dia tidak tahu seperti apa karakter musuh itu, tapi dia tidak bisa lebih lambat dari Kirito yang membawa Sinon, dan itu hanya akan menjadi masalah waktu sebelum mereka terjebak.

Kirito sendiri harus memahami hal ini juga. Namun, prajurit lightsaber ini tidak pernah mau untuk menghentikan atau menurunkan Sinon . Dia hanya mengertakkan giginya, sulit bernapas, dan terus berlari ke depan.

Keduanya berlari ke sisi timur stadion bundar, siap untuk meninggalkan sisi utara dari reruntuhan. Seperti sisi selatan, ada jalan utama yang membentang di depan. Ada sedikit mobil rusak dan bus yang tersebar di seluruh jalan, tapi itu tidak cukup bagi mereka untuk meninggalkan reruntuhan ketika sedang benar-benar bersembunyi. Kemanakah Kirito akan berlari?

Yang menjawab keraguan Sinon adalah lampu neon papan iklan yang setengah rusak.

Kata-kata yang berkedip-kedip lemah di bawah matahari terbenam menunjukkan kata-kata [Rent-a-Buggy & Horse]. Ini adalah wilayah sewa transportasi berawak dan ibukota Gurroken juga memilikinya. Di antara 3 kendaraan di motorpool, dua dari mereka hampir benar-benar rusak, dan hanya satu tampak seperti itu masih bisa beroperasi.

Namun, itu bukan alat transportasi yang untuk mereka sewa. Seperti suatu iklan mengatakan, bahkan ada beberapa hewan berkaki empat yang besar di samping kereta kuda. Tapi tentu saja, kuda-kuda itu bukan binatang nyata, tetapi kuda mekanik dengan bingkai logam dan gigi menunjuk keluar. Juga, tampaknya hanya ada satu yang masih bekerja.

Kirito bergegas ke atas motor dan ragu-ragu mengenai apakah mereka harus memilih motor 3-roda atau kuda mekanik. Sinon memaksa mengeluarkan suara lembutnya dari mulut kakunya,

"Seekor kuda akan ... terlalu sulit. Kemampuannya untuk dapat menerobos hambatan besar .... Tapi itu benar-benar sulit untuk mengendalikannya."

Meskipun tampaknya hampir tidak ada yang mampu mengendalikan motor dengan 3 roda, kuda mekanik yang berkepribadian keras akan membuat sulit untuk mengendalikannya . Karena ini tidak menggunakan relevansi dengan keterampilan avatar, tapi menggunakan keterampilan sendiri dari sang pemain. Butuh banyak waktu, kerja keras dan praktek yang diperlukan bagi mereka yang ingin menggunakan alat-alat transportasi mereka sendiri. Untuk GGO itu hanya beroperasi selama kurang dari satu tahun, tidak ada banyak orang yang memiliki begitu banyak waktu untuk berlatih.

Mendengar kata-kata Sinon, Kirito tampak ragu, tapi ia segera menganggukkan kepalanya dan berlari menuju motor beroda tiga yang masih bisa bekerja. Dia menyentuh layar panel dan menyalakan mesin, membiarkan Sinon duduk di panel belakang, dan begitu ia naik ke kursi sendiri, ia memukul percepatan pada motor beroda tiga. Roda belakang yang besar segera mengeluarkan suara menggosok tajam, mengibarkan asap putih dan mulai berputar.

Saat kendaraan berjalan ke arah jalan utara, Kirito segera berhenti dan berteriak,

"Sinon, apakah senapan snipermu bisa menghancurkan kuda itu?"

"Ya ..."

Sinon mengeluarkan peluru setrum dengan tangan kanan dan akhirnya berhasil melepaskan diri dari mati rasa dan mengedipkan matanya. Dia melihat kuda mekanik belakang dan segera mengerti maksud Kirito itu. Dia khawatir bahwa pria bermantel -Death Gun akan menggunakan kuda itu untuk mengejar ketinggalan. Sinon benar-benar merasa bahwa itu tidak benar-benar mungkin, tapi dia masih menganggukan kepalanya.

"Baik ... akan ku coba ...."

Dia menggunakan tangannya yang masih gemetar untuk membawa Hecate yang telah dilepaskan talinya, dan membidik senapannya pada itu kuda logam yang berdiri 20m jauhnya. Ini adalah jarak di mana dia bisa mengenainya tanpa melalui lingkaran dan menggunakan keterampilan. Lalu Sinon menaruh tangannya di atas pelatuk, reticle hijau muda segera muncul. Dia mengumpulkan titik di sisi kuda, dan jarinya bersiap-siap untuk mengerahkan kekuatan-...

  • Kachink! *

Ketakutan ini membuat Sinon melebarkan matanya.

Dia tidak bisa menekan pelatuknya. Sinon bertanya-tanya apakah dia sengaja untuk melakukannya, Lalu dia berbalik untuk kembali memeriksa sisi senapannya. Namun, itu tidak ada apa-apa. Penembak jitu itu kemudian mencobanya lagi, tapi memicunya serasa seperti tangan yang sedang dilas dan pada akhirnya tangan kanan nya malah mengetuk ke samping,

"Eh ... kenapa ..."

  • Gachink *, * gachink *

Tidak peduli berapa kali ia mencoba, itu adalah hasil yang sama. Dia menatap kosong pada jarinya, dan apa yang muncul di depannya adalah adegan yang luar biasa. Jarinya bahkan tidak menyentuh pelatuk. Ujung jari putih dan logam halus memiliki kesenjangan antara mereka, beberapa milimeter lebarnya. Dan tidak peduli seberapa keras ia diberikan kekuatan, dia hanya tidak dapat menghapus jarak itu ...

"... Aku tidak bisa menekannya ... mengapa ... MENGAPA AKU TIDAK BISA MENARIK PELATUK? ...!"

Suara yang berasal dari tenggorokannya sendiri keluar dengan lembut dan serak.

Tampaknya orang yang menjerit itu bukan seperti sniper sedingin es yang biasanya, tapi terlihat seperti Asada Shino yang berada di dunia nyata.

Pada saat ini ...

Seseorang muncul di balik asap tipis di sisi timur stadion.

Mantel musuh mengguncang, dan dia masih memegang senapan sniper besar. Tentu saja, dia «Death Gun» -atau mungkin ia bisa «orang lain» yang terlihat sama penampilan nya .

Mata Sinon menjadi gelap. Kakinya kehilangan kekuatan. Tubuhnya mulai menjadi dingin.

Ahh ... bagaimana ini bisa terjadi? Sinon, yang memiliki kepribadian yang berbeda dari Shino kehidupan nyata, tidak pernah berpikir ini akan terjadi sebelumnya. Hal itu bahkan tidak terjadi ketika ia pertama kali login dan langsung dipaksa untuk menggunakan pistol ...

"Sinon, pegangan!"

Tiba-tiba, suara kuat terdengar bersamaan dengan tangan yang meraih lengan kirinya dengan keras. Sinon berpegangan pada tubuh Kirito begitu saja. Kemudian, mesin fosil tua itu segera mengeluarkan geraman. Roda depan kereta terangkat dan kemudian terbang seolah-olah itu melesat ke jalan.

Setiap kali Kirito menggunakan kakinya untuk menginjak pedal, Sinon merasa bahwa percepatan itu membuat dia terdorong ke belakang. Sementara dikelilingi oleh rasa takut, ia terus mempertahankan kesadarannya dan meraih ke tubuh kurus di depannya dengan semua yang dia punya. Sebuah kekuatan gelap terus mencoba menelan dirinya, dan kehangatan tubuh Kirito adalah senjata yang bisa ia gunakan untuk melawannya.

Motor itu mencapai top speednya dan mengeluarkan raungan tajam di dalam kota dan mulai melaju di jalan.

-Bisakah kita ... melarikan diri dengan aman ...?

Meskipun dia merasa cemas, Sinon tidak memiliki keberanian untuk berputar. Sekarang yang dia tahu adalah bahwa tubuhnya masih gemetar.

Gadis sniper itu menggerakkan jarinya dengan kaku, siap untuk memindahkan Hecate nya lalu membawaya ke tangan kanannya lalu ke bahunya. Pada saat ini, suara cemas Kirito terdengar lagi,

"SIAL-, INI MASIH BELUM CUKUP! JANGAN SANTAI DULU!"

Saat dia melihat kebelakang-

Dia melihat kuda mekanik yang tidak berhasil dihancurkan keluar dari lapangan motor dan secara berangsur-angsur mendekat. Gadis itu melebarkan matanya tak percaya, tapi ia tidak perlu memberi tahu siapa yang mengendarai benda itu.

Mantel pengendara nya berkibar seperti sayap gagak hitam. Dia membawa L115 di punggungnya dan memegang tali logam dengan kedua tangan. Dia menginjakkan kaki dipedalnya dan bergerak naik turun saat kuda berlari, dia seperti pengendara yang sudah ahli.

Clak, clak.

Langkah-langkah yang berat menyebabkan Sinon kebingungan.

"Kenapa? ..."

Dia benar-benar bisa naik kuda. Dia mendengar bahwa mereka dengan pengalaman berkuda di kehidupan nyata akan mengalami kesulitan mengendalikan kuda mekanik di dunia ini. Namun, kuda hitam itu berlari dan melompati kendaraan yang sudah ditinggalkan, mengejar dengan kecepatan yang sama dengan buggy yang mereka berdua kendarai.

Penampilannya membuatnya tampak bukan pemain biasa seperti Sinon, melainkan, konsentrasi ketakutan dalam hati gadis itu mengalir keluar. Meskipun ia mencoba untuk berpaling, tetapi dia tidak bisa berpaling dari wajah sang pengendara yang berada 200m di belakang mereka. Sinon jelas tidak bisa memberitahu jaraknya dengan jelas, tapi dia merasa bahwa dia bisa melihat mata yang jauh di dalam kegelapan dalam tudung kepalanya dan mulut berdarah yang tersenyum.

"Dia mengejar ... ! Lebih cepat ...menjauh ... menjauh ...!"

Sinon berteriak dengan suara yang lembut.

Dan Kirito tampaknya merespon permintaannya sambil mempercepat kereta beroda tiga itu hingga kecepatan penuh. Tetapi saat ini, roda belakang buggy mengenai tanjakan dan melompat, menyebabkan bagian belakang bergeser ke kanan.

Sinon menjerit dan langsung bergeser ke kiri, berharap bisa menyeimbangkan buggy. Jika mereka jatuh saat ini, Death Gun akan menangkap mereka dalam 10 detik. Kirito sedang menggerutu sementara ia mengontrol kendaraan yang terguncang itu.

Buggy ini mengeluarkan suara gesekan yang tajam miring dari kiri ke kanan, dan beberapa detik kemudian, akhirnya buggy ini kembali seimbang dan bergerak lebih cepat. Namun, Death Gun menggunakan kesalahan kecil ini untuk mengurangi jarak di antara mereka.

Saat mereka melewati jalan raya dari reruntuhan, hambatan terus muncul seolah-olah seseorang sedang bermain lelucon dengan mereka, menyebabkan buggy untuk terus gemetar dari sisi ke sisi ketika dikendarai dengan cepat. Juga, ada lapisan debu tipis di seluruh permukaan jalan, dan roda akan bergetar jika melewatinya. Setiap kali itu terjadi, kereta tersebut akan miring sedikit ke samping, dan Sinon menjadi tegang.

Meskipun pengejar mereka berada di kondisi yang serupa, jalan yang penuh rintangan ini lebih menguntungkan bagi kuda mekanik. Dengan demikian, orang bermantel di belakang terus dengan mudah menghindari mobil-mobil rongsokan dan mendekati kendaraan Sinon dan Kirito. Juga, musuh memiliki keuntungan lain.

Meskipun motor beroda tiga dan kuda mekanik adalah alat transportasi yang bisa menampung dua orang pada motor, dan satu pada kuda mekanik. Tentu saja, motor akan lebih lambat dalam percepatannya.

Setiap kali kuda itu melewati sebuah hambatan, sosok dibelakang semakin mendekat dan terlihat lebih besar. Meskipun terdapat jarak diantara mereka, Sinon masih merasa ada suara logam yang membuat bagian belakang lehernya sakit.

Hanya ketika kedua pihak berada 100m satu sama lain,

Tangan kanan Death Gun melepaskan tali dan mengarahkan sesuatu pada mereka berdua. Yang dia pegang adalah -pistol hitam, «Type-54 Blackstar».

Sinon, yang merasa seperti seluruh tubuhnya jatuh ke dalam freezer, tidak bisa bergerak ke buggy untuk berlindung dan hanya bisa menonton sebuah pistol yang diarahkan pada mereka. Giginya gemetar, membiarkan keluar suara yang tidak teratur. *Fuu*, garis merah peluru mengarah ke pipi kanan Sinon. Dia menoleh ke kiri tanpa ragu-ragu.

Lalu, pistol itu mengeluarkan suatu cahaya oranye seperti setan dengan mulut berdarah-

  • BAM! *

Peluru yang fatal mengeluarkan suara tajam dan terbang ke arahnya sebelum meluncur 10cm melewati pipi kanannya.

Meskipun peluru bergerak melewati buggy dan menghantam kendaraan bekas di depan, partikel yang melayang di udara masih membekas di wajah Sinon . Saat ini, ia merasakan nyeri yang tajam seolah-olah seseorang menyebarkan es kering pada dirinya.

"Tidaaak!!"

Kali ini, Sinon berteriak keras dalam kesedihannya. Dia berbalik, menjauhkan matanya dari Death Gun di belakangnya dan wajahnya mengarah ke punggung Kirito. Setelah itu, peluru kedua tampaknya mengenai bemper belakang motor, dan mereka bisa merasakan sentakan kuat pada kaki mereka.

"Tidak .. selamatkan aku ... selamatkan aku ..."

Sinon merengek seperti bayi dan terus mengulang kata-kata yang sama berulang kali. Dia tidak bisa mendengar suara tembakan, tapi suara langkah kuda di belakang semakin mendekat, dan tampaknya bahwa Death Gun ingin mengejar kereta dahulu sebelum menembak.

"Sinon ... bisakah kau mendengarku, Sinon!"

Kirito memanggil nama Sinon lagi, tapi tidak mendapatkan respon apapun. Dia hanya tetap duduk di belakang punggungnya, mengeluarkan suara rintihan yang lembut.

"SINON!"

Setelah dia kaget karena suara tajam yang dia dengar , Sinon akhirnya berhasil menghentikan rengekannya. Dia memutar lehernya sedikit dan memandangi profil belakang Kirito yang memiliki rambut hitam yang melambai. Kirito melihat ke depan, mendorong kereta beroda tiga sampai batasnya dan berkata dengan suara kaku namun tenang,

"Sinon, kita akan tertangkap bila kita terus begini—bergegaslah dan tembak dia!"

"A .. Aku tidak bisa melakukan itu ..."

Sinon dengan tegas menggeleng untuk menolak. Meskipun ia merasakan beban berat dari Hecate II, beban ini biasanya akan memberatkan tubuhnya meskipun ia tidak merasakannya.

"Tidak apa-apa jika tidak mengenainya! Ulurlah waktu!"

Kirito bersikeras berteriak, tapi Sinon hanya bisa terus menggeleng.

"... Aku tidak bisa melakukannya ... orang itu ... orang itu, dia ..."

Orang itu adalah jiwa yang terbangun dari kenangan masa lalunya, dan bahkan jika dia menggunakan dua belas peluru 7mm untuk menembaknya tepat di jantungnya, dia tidak bisa menghentikannya -itulah yang diyakini Sinon. Tembakan langsung saja sudah tidak efektif, apalagi menahannya.

Namun, Kirito berbalik, dengan mata hitam yang bersinar cerah. Dia mengatakan,

"Kalau begitu kamu yang menyetir, maka aku akan menggunakan senjata itu untuk menembaknya dia!!"

Mendengar kata-kata itu, kebanggaan kecil yang tetap dalam hati Sinon membuat tubuhnya bergetar-

-Hecate adalah ... identitasku. Selain aku ... tidak ada orang lain yang bisa menggunakannya ...

Pikiran-pikiran mengganggu ini menyebabkan gelombang listrik kecil dari otaknya mengirim sinyal pada tangan kanannya untuk bergerak.

Dia perlahan-lahan menggerakkan senapan sniper besar itu dari bahunya dan kemudian menempatkannya di atas bagasi di bagian belakang kereta, dengan takut ia memaksa tubuhnya untuk bergerak lalu ia melihat lewat scope ke depan.

Kaca pembesar berada dititik minimalnya, tetapi pada jarak kurang dari 100 meter, sosok kuda mekanik yang membawa Death Gun mengambil lebih dari 30% dari penglihatan di scopenya. Sinon awalnya ingin memperbesar lensanya untuk menembak lurus ke tengah Death Gun, tetapi tangan yang menambah perbesarannya berhenti.

Jika dia terus memperbesar, dia akan melihat wajah di bawah tudung itu dengan jelas. Saat berpikir sampai di sini, jari-jarinya tidak bisa bergerak. Sinon kemudian memindah tangan kanannya ke pegangan senjata dan masuk ke posisi sniping.

Death Gun seharusnya melihat apa yang Sinon lakukan, tapi ia tidak berniat menghindar, apalagi berhenti. Tangannya memegang tali sambil terus mengejar. Sinon tahu bahwa ia sedang diremehkan, tetapi dia berpikir bahwa Death Gun dapat mengambil pistol yang terkutuk Type-54 -pistol yang Sinon gunakan saat kejadian hari itu, dia tidak bisa merasakan kemarahan apapun, semua ketakutannya pun lengkap.

Satu tembakan. Hanya satu tembakan akan cukup. Dalam jarak dekat, bahkan jika musuh bisa melihat garis peluru, ada kemungkinan dia bisa gagal. Sinon menghilangkan pikiran-pikiran pesimis dalam dirinya dan berkonsentrasi, siap untuk membiarkan jari telunjuknya untuk menyentuh pelatuk.

Namun ...

Gelombang kecemasan misterius menyerang, sekali lagi ia mencegah tindakannya.

Tidak peduli seberapa keras ia mencoba, jarinya tidak bisa menyentuh pelatuk. Rasanya seperti dia dan pasangan satu-satunya, Hecate, menolak Sinon untuk melakukannya-

"Aku tidak bisa menembaknya ..."

Sinon/Shino bergumam dengan suara serak,

"Aku tidak bisa menembak, jariku tidak mau bergerak.. Aku tidak bisa ... tidak bisa melawan lagi."

"Tidak, kamu pasti bisa!"

Suara yang kuat berdering dari belakangnya.

"TIADA SATUPUN YANG TIDAK BISA BERTARUNG HANYA KARENA MEREKA MEMILIH MENYERAH DALAM PERTARUNGAN!!"

Meskipun dia dicaci oleh Kirito saingan terbesar nya, api yang akan hilang dalam diri Sinon hanya berkedip-kedip.

Memilih? Aku hanya akan memilih menyerah pada pertempuran ini. Aku tidak ingin menghidupkan kembali kenangan yang menyakitkan. Aku sudah cukup melihat harapanku diambil dan dihancurkan. Itu hanya khayalan untukku berpikir bahwa aku bisa bertahan hidup di dunia ini jika aku memiliki kemampuan. Aku akan selalu membawa rasa takut dan dendam dari orang itu dan pistolnya. Aku hanya bisa menunduk, menahan napas, tidak melihat, dan tidak memedulikan hal ini ...

Tiba-tiba, terasa sepercik api menghangatkan tangan kanan Sinon yang beku.

Gadis itu membuka matanya yang pada awalnya ditutup.

Kirito awalnya duduk di kursi motor, tapi saat ini, dia berbalik, dan ia berjongkok di belakang Sinon sambil berdiri di pedal. Dia meraih tangan kanannya, menggenggam tangan kanan Sinon yang hendak jatuh dari genggaman Hecate dan memegangnya dengan tegas.

Tampaknya ia mampu mengatur pedal gas motor beroda tiga seperti saat motor itu masih bergerak ke depan. Namun, mereka akan segera menabrak hambatan. Kirito sendiri tampak seperti dia tidak peduli karena dia berteriak di telinga Sinon.

"Aku akan menembak juga! Jadi, hanya untuk kali ini, tolong gerakkan jari ini!"

Sinon tidak tau apakah sistem memungkinkan dua orang untuk menembak satu senjata. Namun, panas api yang terpancar dari sentuhan tangan Kirito itu membuatnya merasa bahwa jari-jari bekunya mulai mencair.

Jari Sinon dengan sedikit gugup menyentuh logam yang berbentuk pelatuk itu.

Di matanya, dia bisa melihat garis peluru. Namun, lingkaran tembak itu begitu besar melebihi tubuh Death Gun yang menyebar ke daerah di sekitarnya dengan ketidakteraturan gerak. Jantung Sinon sedang dalam kekacauan, dan motor yang terlalu banyak berguncang. Jika seperti ini terus, tidak perlu untuk mempertimbangkan bagaimana musuh akan menghindar, karena peluru tidak akan melesat lurus.

"Tidak- tidak mungkin ... Aku tidak bisa membidik jika motor ini terus berguncang ..."

Sinon dengan lemah mengerang, tapi suara yang tenang segera berdering di samping telinganya,

"Jangan khawatir, itu akan berhenti gemetar dalam 5 detik. Dengarkan ... 2,. 1, SEKARANG!"

  • BAM! *

Kejutan yang kuat datang dengan suara yang tiba-tiba, dan motor berhenti gemetar dengan cara yang ajaib. Tampaknya bahwa mereka terbang di udara setelah dihantam oleh sesuatu. Sinon melirik tanah dari sudut matanya, dan menemukan bahwa ada mobil sport yang membentuk tanjakan. Kirito membiarkan kepala motor ke arah ini sebelum ia berbalik.

... Kenapa dia begitu tenang bahkan dalam situasi seperti ini?

Segera, Sinon bertanya dalam hatinya, tapi dia membantah pertanyaannya sendiri lagi.

Tidak ... ini tidak ada hubungannya dengan menjadi tenang. Orang ini hanya melakukan apa yang bisa dilakukannya. Dia tidak pernah mencoba mencari alasan untuk dirinya sendiri dan memilih untuk bertarung dengan semua yang dia punya. Itu -itu kemampuan nyata orang ini.

Selama final pendahuluan kemarin, Sinon pernah bertanya pada Kirito -dengan kemampuan seperti itu, apa dia masih takut.

Namun, pertanyaan ini sendiri adalah kesalahan besarnya. Tidak peduli seberapa takut, bermasalah, atau sedih dirinya, dia masih bisa bergerak. Itu adalah «kekuatan» nyata. Dia hanya bisa memilih apakah ia harus melakukan hal dengan lebih baik atau tidak, apakah akan menembak atau tidak.

Tentu saja, dia tidak bisa sekuat Kirito. Tapi setidaknya untuk saat ini, dia ingin memberikan semua yang dia punya.

Sinon bertaruh dengan detak jantungya, untuk menekan jarinya yang ia tempatkan di pemicu senjata yang dicintainya.

Sedikit penyesuaian hanya akan memicu perasaan yang sangat berat. Namun, dengan dukungan dari tangan yang hangat, jari Sinon itu akhirnya meremasnya perlahan-lahan. Arah peluru yang muncul dalam pengelihatannya mulai menyusut, tetapi setengah dari musuh masih di luar lingkaran.

Dia mungkin, tidak, pasti tidak akan mampu mencapai target.

Setelah begitu lama menjadi penembak jitu, ini adalah pertama kalinya Sinon memiliki pikiran semacam itu saat ia menekan pelatuknya.

Seperti perasaan mual yang tidak menyenangkan dan hendak muntah, senjata tercintanya Hecate II menembakkan sinar merah, menembak mengeluarkan ledakan keras yang dia tidak pernah dengar sebelumnya.

Masih dalam keadaan tidak stabil, Sinon tidak bisa menahan rasa takutnya saat ia tersentak kembali, namun Kirito memeganginya terus. Buggy melompat ke atas dan mulai jatuh, dan Sinon hanya bisa menatap dengan mata terbelalak pada kendaraan dan menonton peluru yang melesat itu. Di bawah matahari terbenam, sebuah garis peluru menyerempet Death Gun meleset sedikit keatas dan pergi kearah kanannya.

-Aku meleset...

Masih ada peluru di dalam magazine, namun Sinon bahkan tidak memiliki kekuatan untuk mengeluarkan magazinenya dan hanya bisa bergumam.

Namun, mungkin kebanggaan ini «Dewi Duna Bawah» tidak akan membiarkan peluru ini meleset sebagai senapan sniper anti-tank yang tidak meninggalkan lubang dalam aspal, tapi meleset ke truk yang berada di jalan.

Dalam GGO, semua benda buatan yang ditempatkan di zona pertempuran tampaknya berada di sana untuk pemain gunakan sebagai penutup. Tapi seperti yang diharapkan dari sebuah permainan yang bergenre MMORPG dan elemen FPS, setiap objek buatan memiliki sedikit perangkap. Seperti bagaimana tangki bensin atau mesin yang besar dapat menyebabkan api atau bahkan meledak setelah terkena tembakan. Dengan kesempatan ini, kendaraan rongsokan yang berada di jalan mungkin memiliki beberapa gas di dalam tangki bahan bakar. Setelah tertembak oleh peluru-

Lalu truk besar itu mulai mengeluarkan percikan api kecil.

Death Gun, yang berada di samping truk itu, dengan segera membelokkan kuda mekaniknya ke sisi lain setelah melihatnya.

Tapi sebelum ia bisa melakukan itu, bola api besar meledak, dan cahaya oranye segera menelan bus dan kuda.

Motor beroda tiga yang telah selesai melompat dan mendarat pada saat ini, dan saat mendarat berguncang dengan luar biasa diikuti guncangan di seluruh jalan utama yang terjadi pada waktu yang sama. Meskipun adegan ledakan ini tidak bisa dilihat karena mobil sport yang menutupi pandangan, Kirito dan Sinon masih menyaksikan pancaran kuda mekanik menjadi bagian dalam api.

-Apakah aku mengalahkannya...?

Sinon memiliki pikiran ini sejenak namun langsung menghilangkan pikiran tersebut. Bagaimana mungkin ledakan itu dapat membunuh Death Gun? Yang memungkinkan adalah hanya mengulur waktu, tetapi untuk mereka, ini benar-benar sebuah keajaiban besar.

Kirito, yang berpaling lagi untuk melihat kedepan, lalu mencoba untuk memantapkan posisi motor yang hendak miring ke samping, dan kemudian melanjutkan untuk mempercepat motor itu.

Sinon jatuh ke kursi dan menyaksikan asap melayang ke matahari ungu yang terbenam. Dia tidak bisa berpikir lagi, dan hanya bisa membiarkan tubuhnya terbawa kereta balap itu.

Jumlah bangunan dan kendaraan yang ditinggalkan di kedua sisi kiri dan kanan mulai menurun, dan batu-batu alam dan tanaman aneh mulai terlihat. Setelah dia bangun, ia menyadari bahwa kereta beroda tiga itu sudah melewati tengah pulau tunggal itu dan tiba di padang pasir di utara.

Setelah pergi dari jalan aspal yang rusak ke jalan kerikil yang dikompres menjadi butiran pasir.Kereta beroda tiga itu mulai berguncang lebih dan lebih, dan Kirito hanya bisa memperlambat kecepatannya dan dengan hati-hati membawa motor melewati bukit pasir.

Sinon hanya bisa menghitung jumlah kaktus di sekitar mereka, namun tampaknya menyadari sesuatu saat ia menatap tangan kirinya. Jarum panjang dan tipis menunjukkan bahwa waktu saat ini adalah 21:12. Hal yang mengejutkannya ialah bahwa mereka hanya menghabiskan 10 menit untuk bergerak dari tepi sungai di selatan dan bergerak ke reruntuhan di sini.

Tetapi selama waktu yang singkat ini, final BoB -tidak, game yang disebut GGO ini memiliki perubahan besar dalam definisi Sinon.

Saat ia berpikir dengan kepala dingin, ia tahu bahwa pemain yang disebut «Death Gun» tidak mungkin pria yang ia tembak dalam insiden perampokan kantor pos dahulu. Pistol «Type-54 Blackstar» yang menyebabkan Sinon berpikir seperti itu bukanlah pistol yang benar-benar populer, tapi senjata itu juga bukan senjata yang langka dan harganya agak murah. Mungkin Death Gun hanya kebetulan memilihnya.

Masalahnya adalah bahwa ia dengan segera bisa merasa takut, gemetaran dan bahkan bisa menimbulkan fobia begitu ia melihat pistol itu.

Sinon telah memperlakukan musuh-musuh di dunia ini yang menggunakan Blackstar sebagai salah satu tujuan nya. Dia percaya bahwa dia bisa dengan tenang melawan mereka, meskipun senjata itu mengarah padanya, dan akhirnya menguburnya bersama dengan banyak target yang pernah ia kalahkan sejak dulu .

Tapi dia pernah merasa gugup ketika dia bertemu dengannya secara nyata. Efek dari peluru setrumnya benar-benar hilang, tapi dia hanya merasa seluruh tubuhnya melambat, dan tangannya tidak bisa bergerak tetapi terus gemetar. Bahkan berat normal Hecate yang sering dia bawa menjadi sebuah beban untuknya.

-Semuanya itu bohong, aku hanya menipu diriku sendiri. Sejumlah besar pemain yang telah kukalahkan, aku berpikir itu dapat membuktikan kemampuanku, mereka benar-benar berarti...

Seperti perasaan Sinon yang merasa putus asa, tiba-tiba roda tergelincir, dan kereta kemudian berhenti. Suara Kirito terdengar dari belakangnya,

"Ahh ... bagaimana kita bisa menemukan tempat persembunyian di tengah-tengah padang pasir yang luas ini? ..."

Mendengar kata-kata itu, Sinon mulai berpikir. Kirito sudah terluka parah setelah datang untuk menyelamatkan Sinon sementara dia diam saja. Sekarang ia harus berpikir untuk bersembunyi di padang pasir dan menggunakan paket pertolongan pertama yang diberikan kepada semua pemain untuk memulihkan HP mereka. Namun, efek penyembuhan peralatan itu agak lambat. Jika ia memulihkan Hpnya dengan aman, itu tidak akan cukup untuk bersembunyi di balik bukit pasir atau kaktus.

Sinon mengangkat kepalanya namun pandangannya masih buram dan melihat sekeliling. Saat ia melihat ada batu berwana coklat kemerahan sedikit lebih jauh dari bukit. Dia perlahan-lahan menunjuk ke sana,

"... Mungkin ada sebuah gua di sana."

"Ah, mungkin kamu benar. Bahwa ada gua untuk menghindari Scanner satelit di gurun."

Kirito dengan cepat menjawab dan memutar motor dari jalan. Beberapa saat kemudian mereka mencapai bukit berbatu dan berputar di sekitar situ. Seperti yang Sinon harapkan, mereka menemukan lubang besar di sisi utara. Kirito melambat dan membawa buggy itu kedalam.

Lubang itu agak besar, dan masih ada banyak ruang meskipun mereka melaju dengan kendaraan ke tempat yang tidak bisa dilihat dari pintu masuk. Meskipun di dalam gelap, matahari terbenam yang memantul di dinding masih memungkinkan mereka untuk melihat jari-jari mereka.

Kirito mematikan mesin, mengulurkan tubuhnya di lantai berpasir dan berbalik untuk melihat ke arah Sinon.

"Kita akan bersembunyi dari scan berikutnya di sini ya, tanpa alat scanner kita tidak bisa menerima informasi satelit, kan?"

Mendengar pertanyaan yang tidak perlu itu, Sinon tidak menjawabnya namun memberikan senyum kecut. Dia turun dari kereta dengan kaki yang lemah, tiba di dekat dinding granit, duduk dan berkata,

"... Tentu saja. Jika pemain lain ada dekat di kita. Mereka akan mencoba keberuntungan mereka dengan melemparkan granat, dan kita berdua akan mati di dalam."

"Aku mengerti. Tapi setidaknya itu lebih baik daripada melepas semua equipmentku dan berenang di dalam air .... Dan ngomong-ngomong soal air ..."

Kirito meninggalkan motor dan melirik pintu masuk gua sebelum berkata,

"«Orang itu» tiba-tiba muncul disampingmu, kan? Apakah mantel itu yang memiliki semacam kemampuan untuk membuatnya tidak terlihat? Dia menghilang di jembatan. Satelit tidak bisa mendeteksi dirinya. Mungkin itu bukan karena ia berenang tetapi menggunakan kemampuan itu... "

"... Aku kira begitu. Kemampuan unik itu disebut «Metamaterial Optical Camouflage». Ini biasanya disediakan untuk monster boss ... tapi tidak aneh juga untuk memiliki suatu peralatan dengan efek seperti itu."

Pada saat itu, Sinon akhirnya mengerti apa yang Kirito khawatirkan. Dia melihat ke dalam gua pintu masuk dan kemudian dengan lembut berkata,

"... Aku pikir akan aman di sini, karena ada pasir di seluruh tanah, sehingga seseorang yang tak terlihat tidak bisa menyembunyikan jejak mereka, dan juga akan meninggalkan jejak kaki.. Dia tidak bisa muncul tiba-tiba sekarang."

"Aku paham, tapi kita lebih baik memasang telinga kita."

Kirito akhirnya tampak santai dan kemudian duduk agak jauh di sisi kanan Sinon. Dia mengambil kit pertolongan pertama dari kantong sabuk dan menaikkannya di depan lehernya dengan gerakan kaku sebelum menekan tombol di sisi lain. 'Zzz' suara Lampu pun terdengar, dan lampu merah yang menunjukkan efek pemulihan menutupi tubuh Kirito. Sebuah kit pertolongan pertama bisa memulihkan HP 30%, namun akan memakan waktu 180 detik, sehingga itu berarti tidak berguna melakukan hal ini dalam pertempuran.

Setelah memutar matanya dari sisi kanan, Sinon sekali lagi melihat arlojinya. Waktu sekarang adalah 9:15 pm, yang merupakan Scan satelit kelima. Namun, seperti apa yang Kirito katakan tadi, sebagai sinyal listrik yang dikirim oleh satelit. Satelit penerima tidak bisa mencapai bagian dalam lubang ini, peta penerima tidak akan menunjukkan data apapun.

Turnamen battle royale yang lalu di mulai pada 8pm, dan berakhir dengan orang yang selamat di akhir «Zexceed» mengalahkan «Yamikaze» dan menang untuk mengakhirnya. Waktu keseluruhannya kurang lebih sekitar 2 jam. Dengan asumsi bahwa tingkat kemajuan adalah akan sama kali ini, harusnya ada sekitar 10 pemain tersisa. Dalam turnamen terakhir, Sinon menjadi korban ke-8 setelah 20 menit, jadi ini akan jauh melebihi rekor sebelumnya. Namun, dia tidak senang sama sekali.

Sinon meletakkan tangan kirinya ke bawah, menyandarkan punggungnya di dinding gua dan bergumam,

"... Apakah kamu berpikir bahwa ...«Death Gun» sudah mati dalam ledakan itu?"

Sinon tahu bahwa kemungkinannya kecil, tetapi dia ingin meminta pendapat Kirito. Setelah beberapa saat, Kirito menjawab pelan,

"Tidak .. Aku melihatnya melompat dari kuda mekanik sebelum truk meledak. Meskipun ia tidak bisa selamat .... aku tidak berpikir dia akan mati ..."

Setiap pemain yang akan terkena ledakan tersebut harusnya mengalami banyak kerusakan.

Setiap pemain biasa mungkin.

Tapi orang itu pasti tidak biasa. Orang bermantel yang menggunakan «Blackstar» untuk membunuh Zexceed dan Usujio Tarako, dan Pale Rider yang kemungkinan besar mati. Mungkin dia sekarang adalah roh berkeliaran di network. Namun, Sinon jelas tidak mengatakan ini dengan keras. Dia hanya menjawab, "Aku mengerti", dan kemudian menempatkan Hecate ke lantai berpasir di sampingnya, menyatukan kedua lututnya bersama-sama.

Sinon menunduk dan mengajukan pertanyaan lain,

"Bagaimana kau bisa datang dan menyelamatkanku saat di stadion dengan begitu cepat? Bukankah kamu berada di atas dinding luar?"

Kirito tampaknya memberikan senyum kecut. Sinon melihatnya di sampingnya, dan mengetahui bahwa prajurit lightsaber itu masih bersandar di dinding, dengan kedua tangan di belakang kepala.

"... Aku tahu kita keliru saat aku melihat «Jyuushi X» yang kita kira adalah Death Gun..."

"... Kenapa?"

"Karena orang itu tampak seperti gadis yang nyata, tidak seperti karakter laki-lakiku,dia terlihat feminim."

Mendengar jawaban tak terduga itu, Sinon bergumam "Aku mengerti". Kirito menganggukan kepalanya sedikit dan memberikan ekspresi agak pahit.

"Pada saat itu, aku tahu bahwa kita meninggalkan sesuatu yang sangat penting ... Pada pemikiran bahwa Death Gun bisa menyerangmu, aku memaksa diriku untuk menyerangnya ketika dia memperkenalkan dirinya. Aku harus minta maaf padanya nanti ... Di sisi catatan, namanya harus diucapkan sebagai «Musketeer X». "

"Oh ..."

Sinon menjawab lagi, dan kemudian menebak apakah Kirito akan meminta maaf karena metode pertempurannya terlalu kuat atau karena pihak lain adalah seorang gadis. Tetapi hanya ketika dia hendak bertanya, Kirito berkata,

"Aku tertembak, namun masih bisa mengalahkannya. Ketika melihat ke selatan dari atas stadion, aku menemukanmu tergeletak di lantai ... Setelah aku melihat bahwa hal-hal yang buruk terjadi, aku langsung meraih sniper rifle dan bom asap milik Musketeer lalu melompat dari perimeterku. Lalu aku menembak dan melemparkan granat dan kemudian berlari ke arahmu .... "

Kirito kemudian mengangkat bahu pada saat itu, tampaknya menunjukkan 'kamu mengetahui sisanya'.

Dengan kata lain, 2 bekas luka peluru pada Kirito berasal dari serangan Musketeer X dan L115 dari Death Gun. Meskipun ia mengatakan itu dengan mudahnya, prajurit lightsaber itu telah ditembak dua kali setelah menangkis semua serangan saat melawan Xiahou Dun, yang menunjukkan bahwa ia bahkan tidak peduli keselamatan dirinya sendiri ketika ia pergi untuk menyelamatkan Sinon.

Di lain sisi -melihat kembali situasi ini, Sinon jelas-jelas mendorong Kirito ke bawah. Meskipun Death Gun memiliki peralatan yang unik dan tak terduga «Metamaterial Optical Camouflage», Sinon bisa menghindar dari peluru setrum jika dia melihat gerakan di belakangnya. Jika dia bertemu dengan Kirito tanpa lumpuh, mereka bahkan bisa menggunakan kesempatan ini untuk mengalahkan Death Gun.

Tentu saja, jika Death Gun bukanlah jiwa mati tetapi pemain biasa.

Merasa bersalah dan lemah, Sinon dengan ekspresi sedih mengistirahatkan dahinya pada tempurung lutut nya. Dia merasa Kirito mendekat dan mengatakan sesuatu dengan suara lembut,

"Kamu tidak harus begitu keras pada diri sendiri."

"..."

Sinon mendesah dan menunggu Kirito untuk melanjutkan.

"Aku juga tidak menyadari bahwa orang itu bersembunyi di dekat situ. Jika peran kita terbalik, aku akan menjadi orang yang terkena setrum peluru itu. Kamu akan menyelamatkanku pada saat itu juga kan, Sinon?."

Suara yang terdengar begitu stabil.

Namun, itu membuat Sinon merasa sangat terluka. Dia menutup matanya dan bergumam pada dirinya sendiri.

Orang ini awalnya ia pandang sebagai saingannya. Musuh yang dia pikir bisa dijadikan lawan bertarung. Namun, ia mengucapkan kata-kata untuk memotivasi dirinya. Kegagalan, kelemahan semua terlihat olehnya... Saat ini, ia hanya tampak seperti sedang menghibur anak-anak.

Dan apa yang membuat Sinon tak tahan atau bahkan memaafkan dirinya sendiri adalah bahwa saat dia merasa sangat terhina, dia punya keinginan yang sangat besar untuk menerima kenyataannya.

Dia ingin mengatakan ketakutannya dan nyeri yang menyiksanya, dan menggapai tangannya pada laki-laki yang berada satu meter didekatnya. Bahwa prajurit lightsaber misterius yang memiliki ketulusan dalam seperti itu, bisa membuat Sinon nyaman dalam permainan ini. Shino yang sebenarnya dengan semua usaha dan kata-katanya. Mungkin Shino bisa mendapatkan «penebusan» dari kejadian perampokan kantor pos 5 tahun yang lalu.

Jika dia melakukan itu, Sinon yang dingin seperti sniper sepenuhnya bisa lenyap. Tapi berbicara tentang itu, bagaimana mungkin dia mengatakan pikiran yang sebenarnya kepada seseorang yang hanya kemarin bertemu- dan bahkan tidak tahu penampilan aslinya. Sinon tidak pernah mengatakan pemikiran yang sebenarnya bahkan pada Shinkawa Kyouji, temannya selama lebih dari setengah tahun.

Saat ia lemas, tak berdaya, bingung dan kacau, gadis itu hanya bisa terus memeluk lutut sendiri.

Ketika ia begitu, setelah beberapa detik ...

Suara Kirito itu akhirnya terdengar lagi.

"...Kalau begitu aku akan pergi. Beristirahatlah di sini saja dulu, Sinon. Sebenarnya, aku benar-benar berharap bahwa kamu bisa log out .... Tetapi kamu tidak bisa melakukannya selama turnamen ...."

"Eh ..."

Sinon mengangkat wajahnya dengan cepat. Kirito lalu menggunakan dinding batu untuk membantu tubuhnya untuk berdiri dan memeriksa sisa energi di lightsaber tersebut.

"... Kamu berniat untuk melawan ... Death Gun ... sendiri...?"

Setelah Sinon selesai bertanya dengan suara serak, Kirito mengangguk sedikit tapi tegas.

"Ya. Orang itu benar-benar kuat. Bahkan tanpa kekuatan pistol hitam itu, peralatan dan statistiknya sudah membuatku sakit kepala. Dan yang paling penting, kemampuan dari pemainnya sendiri agak unik juga. Sejujurnya, itu sulit untuk mengalahkannya sebelum pistol hitam ditembakkan. Kita hanya mampu untuk melarikan diri sekarang, tetapi setengah dari itu karena sebuah keajaiban. Jika kita menjadi sasarannya ... Aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk menghadapinya dengan berani. Aku bahkan mungkin meninggalkanmu dan melarikan diri ... Jadi aku tidak bisa mengambil risiko jika kamu mengikutiku. "

"..."

Sinon awalnya berpikir bahwa prajurit lightsaber ini benar-benar percaya diri dengan kemampuannya sendiri, jadi dia tidak bisa membantu, tetapi melihat wajahnya setelah mendengar ucapan yang tak terduga ini. Pada saat itu, muncul kilatan di mata hitamnya, menunjukkan rasa tidak aman yang ia tidak pernah miliki.

"... Meskipun kamu takut pria itu?"

Mendengar pertanyaan Sinon, Kirito menempatkan kembali lightsaber ke sabuknya dan tersenyum pahit.

"Ya, tentu saja. Jika itu aku yang lama ... bahkan jika aku tahu bahwa aku bisa mati, aku akan melawan dia dengan semua yang aku punya. Tapi... Aku punya banyak hal yang ingin aku lindungi. Jadi aku tidak bisa mati sekarang, aku benar-benar tidak ingin mati."

"Sesuatu .. untuk dilindungi...?"

"Ya. Tidak peduli apakah itu dunia maya ... atau dunia nyata."

Dia mungkin berbicara tentang hubungannya dengan beberapa orang. Kirito berbeda dari Sinon. Dia punya banyak teman-teman yang merasakan hal yang sama seperti dia. Gadis itu merasakan sakit yang tajam di dalam hatinya, dan kata-katanya bergegas keluar,

"... Maka kamu mungkin juga hanya bersembunyi di sini, kan? Kita tidak dapat secara otomatis log out di BoB, Tapi kita dapat pergi ketika itu hanya kita dan seseorang lainnya. Kita bisa melakukan bunuh diri untuk membiarkan orang itu memenangkan turnamen BoB ke-3, dan turnamen akan berakhir. "

Mendengar itu, Kirito membelalakkan matanya, namun segera tersenyum, berkata 'Aku mengerti', dan menggelengkan kepalanya. Sinon sudah memprediksi bahwa ia akan merespon begitu.

"Ada suatu metode. Tapi.... Aku tidak bisa melakukannya. Death Gun seharusnya bersembunyi di suatu tempat dan memulihkan HP nya. Jika kita membiarkan dia pergi sampai berakhirnya turnamen, siapa yang tahu berapa banyak orang yang akan dia bunuh ..."

"... Aku mengerti."

—Kau benar-benar kuat.

Meskipun ia mengatakan bahwa ia memiliki sesuatu yang ia ingin lindungi, dia tidak kehilangan keberaniannya mempertaruhkan hidupnya untuk melawan Death Gun. Dan aku tidak memiliki keduanya.

Sinon hanya bisa tersenyum lemah, memikirkan apa yang akan terjadi padanya setelah dia meninggalkan medan perang ini.

Sinon sudah kehilangan semua keberaniannya setelah ia menghadapi pistol hitam yang Death Gun keluarkan di jalan reruntuhan. Dia menangis berkali-kali saat ia melarikan diri dan bahkan tidak bisa mengendalikan identitas sebenarnya, Hecate. Sniper Es Sinon berada di ambang kehilangan.

Jika ia terus bersembunyi di gua seperti ini, dia tidak akan pernah percaya pada kemampuannya sendiri lagi. Hatinya akan menyusut, jari-jarinya akan kaku, dan tidak mungkin ia bisa menembak sesuatu lagi.

Melupakan memori yang dia ingat, dia yang nyata di dunia nyata akan selalu khawatir tentang pria yang muncul dari bayang-bayang jalan-jalan malam atau dari balik pintu itu. Itu akan menjadi dunia maya dan nyata yang menunggu Sinon / Shino.

"... Aku..."

Sinon berpaling dari Kirito dan berkata lembut,

"Aku ... tidak akan melarikan diri."

"Eh...?"

"Aku tidak akan melarikan diri. aku sudah memutuskan untuk tidak bersembunyi terus. Aku ingin pergi keluar dan melawan orang itu."

Kirito mengerutkan dahi, bagian atas tubuhnya membungkuk ke Sinon dan berbisik,

"Kamu tidak boleh Sinon. Setelah kamu tertembak oleh orang itu.... kamu benar-benar akan mati. Aku bukan hanya punya skill bertarung pedang, aku juga memiliki keterampilan defensif. Dan kau berbeda. Keadaanmu akan jauh lebih berbahaya daripadaku jika orang tak terlihat itu menyerang. "

Sinon menutup mulutnya untuk saat ini, tetapi segera setelah itu, berbicara dan menyimpulkan.

"Aku tidak peduli bahkan jika aku mati."

"... Eh..."

Mata Kirito melebar lagi, dan Sinon berkata pelan,

"... Tadi... Aku benar-benar takut, benar-benar takut kalau aku akan berakhir mati seperti itu. Aku lebih lemah daripada aku yang 5 tahun yang lalu. Aku bahkan mempermalukan diriku dengan berteriak, aku tidak biasa melakukannya. Jika aku tetap bersembunyi, aku mungkin juga akan mati!"

"... Itu hal normal. Siapapun pasti takut mati kan?."

"Aku muak merasa takut, Aku muak hidup dalam ketakutan. Aku muak akan hal itu dan aku tidak akan memintamu untuk menemaniku, aku bisa berjuang sendiri."

Setelah mengatakan itu, lengan lemah Sinon itu mulai mengerahkan kekuatan dan bersiap-siap untuk bangun. Namun, lengannya diraih oleh Kirito yang berada sampingnya. Dia bertanya lembut dengan suara gugup.

"Kau mengatakan bahwa kamu ingin melawannya sendirian dan mati sendiri...?"

"... Ya. Itu mungkin nasibku..."

Dia telah membuat dosa besar, tapi tidak ada yang bisa menghukumnya. Seharusnya, aku harus kembali untuk memberinya hukuman. Death Gun bukanlah seorang pemain biasa, tapi dia seorang pembunuh. Baiklah, ini sudah diputuskan.

"Lepaskan aku... Aku harus pergi..."

Sinon mencoba melepaskan tangan Kirito lagi, tapi ia menggenggamnya lebih erat.

Mata hitamnya bersinar. Bibir kecil yang indah itu mengeluarkan kata-kata yang intens sehingga tidak sesuai dengan penampilan nya sama sekali,

"... Kau salah. Tidak ada seorangpun yang akan mati sendirian. Setelah seseorang meninggal, posisinya dalam hati seseorang akan lenyap juga. Hatiku sudah memiliki keberadaanmu, Sinon!"

"Aku tidak menyuruhmu mengingatku... Aku, aku tidak pernah berharap untuk memiliki hubungan dengan siapa pun!"

"Tapi bukankah kita telah berhubungan satu sama lain?"

Kirito mengangkat tangan Sinon dan menggerakkannya di depannya.

Pada saat ini, emosi yang kuat yang menekan di hati Sinon tiba-tiba meledak. Dia mengertakkan gigi dan menggunakan tangan yang lain untuk meraih kerah Kirito.

"Lalu..."

Kelemahan dari ingin dihibur dan dorongan untuk dimusnahkan menciptakan perasaan yang dia tidak pernah rasakan sebelumnya, menyebabkan dia untuk membuat kata-kata ini keluar dari dalam dirinya. Tatapan berapi-api Sinon itu menatap wajah Kirito dan berteriak,

"—LALU LINDUNGI AKU DENGAN SEGENAP HIDUPMU !"

Matanya tiba-tiba berputar, dan ada sesuatu yang panas mengalir di wajahnya. Sinon kemudian menyadari bahwa air matanya sudah mengalir keluar dari matanya,lalu menetes.

Sword Art Online Vol 06 -203.jpeg

Dia menjabat tangan kanan yang digenggam Kirito dan dengan tegas mengepalkan tinjunya untuk membantingnya ke dada Kirito. Dua kali, tiga kali, dia mengerahkan semua kekuatannya memukul tubuh Kirito itu.

"Kau tidak tahu apa-apa sama sekali ... tidak bisa berbuat apa-apa, jadi berhenti bertindak seperti kamu tahu apa yang terjadi! Ini ... ini adalah pertempuranku, hanya aku! Bahkan jika aku kalah, bahkan jika aku mati, kau tidak memiliki hak untuk menasehatiku! Kalau begitu, dapatkah kamu memikul tanggung jawab ini denganku?...! "

Tangan kanan Sinon berpindah ke depan Kirito. Tangan ini pernah meremas pemicu pistol yang dicelup dalam darah dan mengambil hidup seseorang. Melihat kulit tangannya , dia hanya bisa melihat bahwa tangan ini pernah membunuh sesorang sebelumnya dan masih memiliki titik hitam kecil yang disebabkan oleh partikel mesiu.

"Bisa ... BISAKAH MEMEGANG TANGAN INI YANG DULUNYA PERNAH MEMBUNUH SESEORANG SEBELUMNYA!?"

Garis kutukan itu terbangun dari dalam kenangan masa lalu Sinon. Di dalam kelas, dia seakan selalu mendengar 'Jangan menyentuhnya, kamu pembunuh! Kamu akan menodainya dengan darah' ketika dia tidak sengaja menyentuh barang-barang pribadi orang lain. Sejak kejadian itu, Sinon tidak pernah membiarkan dirinya menyentuh barang pribadi orang lain, sekalipun.

Sinon menggunakan kekuatan terakhirnya untuk mengayunkan pukulan. Seperti seluruh pulau berada di medan perang yang tidak dilindungi, setiap kali Kirito mendapat pukulan, HP nya akan berkurang sedikit demi sedikit. Namun, dia tidak melakukan apa-apa untuk menghindar.

"U... uu..."

Air mata Sinon jatuh seperti hujan, dan dia tidak bisa mengendalikan nya lagi. Dia segera menunduk untuk menutupi tangisannya, dan pada akhirnya, dahinya mengarah ke dada Kirito.

Tangan kirinya masih berada di kerah Kirito, menyandarkan dahinya di dada Kirito dengan semua yang dia punya, membiarkan keluar suara tangisan di antara gigi nya yang terkatup-katup. Sinon menangis seperti anak kecil, tapi dia merasa bahwa dia bisa melakukan hal ini. Dia tidak bisa ingat kapan terakhir kali dia menangis di depan seseorang.

Setelah itu, Kirito menempatkan tangannya di bahu kanannya. Namun, Sinon segera mengepalkan tinjunya dan mengayunkan tangannya ke samping.

"AKU MEMBENCIMU .... AKU SANGAT MEMBENCIMU!!"

Saat ia berteriak, air mata virtual terus menetes, dan akhirnya diserap oleh baju tipis Kirito.


Itu terlihat dari berapa lama mereka mempertahankan posisi ini-

Air mata Sinon itu akhirnya mengering, dan dia merasa seluruh tubuhnya menjadi lemas seakan jiwanya menyebar, dan hanya bisa mengistirahatkan seluruh tubuhnya pada tubuh ramping prajurit lightsaber di depannya.

Setelah menunjukkan perasaannya dia pasti tidak akan membiarkan dirinya untuk mengungkapkannya lagi, sedikit rasa sakit yang datang itu terasa sangat menenangkan. Dia kemudian melanjutkan untuk meletakkan kepala di bahu kirito dan terus terengah-engah.

Setelah beberapa saat, Sinon memecah keheningan.

"... Kau benar-benar menjengkelkan ... Tapi setidaknya biarkan aku besandar padamu."

Setelah dia mengatakan itu, Kirito hanya menjawab 'Uhm'. Sinon kemudian memindahkan tubuhnya dan berbaring horizontal pada kaki Kirito yang berselanjar. Ketika dia masih malu ketika Kirito melihat wajahnya, Sinon memutar badannya dari Kirito dan melihat bekas luka peluru yang masih tersisa di sisi kanan belakang roda belakang motor beroda tiga itu, dan jejak roda yang terlihat dari matahari terbenam yang berasal dari luar gua.

Pikirannya masih bingung, tapi itu berbeda seperti saat pikirannya berhenti ketika ia diserang oleh Death Gun, ini adalah perasaan yang santai. Tanpa sadar, dia mengeluarkan kalimat,

"A... Aku pernah membunuh orang sebelumnya."

Sinon melanjutkannya tanpa menunggu jawaban Kirito,

"Bukan dalam permainan... tapi dalam dunia nyata. Aku benar-benar membunuh seseorang. Pada saat itu ada perampokan yang terjadi di pinggiran di sebelah timur laut 5 tahun yang lalu. Berita melaporkan bahwa pelakunya menembak tukang pos dan meninggal setelah pistolnya meledak. Namun pada kenyataannya, itu tidak benar.. Aku berada di tempat kejadian. Aku mengambil pistol pelakunya dan menembaknya. "

"... 5 tahun yang lalu...?"

Mendengar Kirito bergumam, Sinon mengangguk kepalanya.

"Ya . Aku berumur 11 tahun saat itu... Mungkin aku melakukan itu karena aku masih kecil. Jadi saat itu dua gigi patah, kedua lenganku keseleo, cedera di punggung dan bahu kananku patah. Cedera itu memang bisa disembuhkan. Tapi ada yang tidak bisa disembuhkan. "

"..."

"Setelah itu, aku akan muntah atau pingsan setelah melihat pistol. Bahkan di TV, di manga, atau pistol palsu yang tidak bisa menembak. Setelah aku melihat seorang pria, mataku mengingat wajah dari pria yang pernah kubunuh... Itu menakutkan. Benar-benar menakutkan. "

"... Tapi.."

"Ya. Tapi itu baik-baik saja di dunia ini. Ketakutanku tidak akan muncul... dan aku bahkan menyukainya..."

Sinon memindahkan matanya, dan melihat sosok elegan Hecate II yang tergeletak di pasir,

"Sebuah senjata langka. Jadi aku merasa bahwa jika aku bisa menjadi yang terkuat di dunia ini, aku akan menjadi kuat di dunia nyata dan bisa melupakan kenangan itu... tapi... ketika Death Gun menyerang barusan, ketakutanku... itu muncul kembali... itu benar-benar menakutkan . Tanpa sadar, aku bukan «Sinon» dalam permainan ini tapi terlihat seperti aku yang berada di dunia nyata. Jadi aku harus bertarung dengan pria itu. Jika aku tidak bisa mengalahkan dia... Aku akan hanyut dalam ketakutan. "

Dia memeluk tubuhnya sendiri dengan erat.

"Tentu saja aku takut mati.Tapi.... Tapi jika aku terus hidup dalam ketakutan, aku akan terus merasa ketakutan bahkan saat ketika aku mati kelak. Jika aku lari tanpa melawan Death Gun dan kenangan itu, aku pasti menjadi lebih lemah dari sebelumnya, dan aku tidak akan pernah bisa menjalani kehidupan seperti biasanya lagi. Jadi... jadi... "

Tiba-tiba, udara dingin menyerang, menyebabkan Sinon gemetar dengan keras. Pada saat ini...

"Aku..."

Tanpa sadar, Kirito mulai terbata-bata seperti anak kecil yang tidak tahu apa yang harus dilakukan,

"Aku. .. Aku juga pernah membunuh orang sebelumnya."

"Eh ..."

Sinon, yang memeluk tubuh Kirito, merasakan tubuhnya gemetar sejenak.

"... Aku sudah menyebutkan sebelumnya, kan? Bahwa pria bermantel itu dan aku... Death Gun itu, kami bertemu di game lain sebelumnya."

"... Y-Ya."

"Game itu disebut... «Sword Art Online», pernahkah kamu mendengar sebelumnya?."

"..."

Sinon sudah menduga nama permainan itu, tapi itu tak membantunya dan ia langsung menatap wajah Kirito. Prajurit lightsaber menyandarkan punggungnya ke dinding gua, dan matanya yang kehilangan cahayanya sedang melihat ke atas.

Tentu saja, Sinon tahu nama dari permainan itu. Atau lebih tepatnya, tidak ada pemain VRMMO di seluruh Jepang yang tidak tahu tentang permainan itu. Permainan yang menakutkan menjebak kesadaran 10.000 orang di dalam dunia game selama lebih dari 2 tahun, dan bahkan memakan korban 4.000 orang.

"... Jadi, kau..."

"Ya, dalam internet mengatakan, aku disebut «SAO Survivor», Death Gun juga sama denganku. Baik dia dan aku saling berperang, dan kami mencoba untuk membunuh satu sama lain."

Mata Kirito itu tampak seperti seseorang yang sedang melihat jauh ke masa lalu, bergerak di udara.

"Orang itu adalah bagian dari Guild Merah yang disebut «Laughin Coffin». Di SAO, kami menetapkan warna dan sebutan untuk penjahatnya yaitu «Orange Players», dan Guild mereka akan disebut «Orange Guild». Di antara mereka, mereka bersenang-senang dalam membunuh disebut «Red Guilds». Guild mereka... Memiliki banyak orang yang menikmati saat sedang membunuh orang lain."

"Ta-Tapi... dalam permainan itu, bukankah artinya mati didunia nyata jika HPmu menjadi nol...?"

"Itu benar, tapi mereka membunuh karena alasan yang... Untuk pemain tertentu, membunuh adalah kesenangan terbesar mereka. Laughin Coffin adalah sebuah kelompok. Mereka membunuh pemain lain di area yang tidak terlindungi, mengambil uang mereka dan peralatannya sebelum membunuh mereka tanpa ampun. Tentu saja, para pemain biasa harus waspada terhadap mereka, tetapi orang-orang itu masih terus memikirkan cara-cara baru untuk membunuh, menyebabkan jumlah korban terus meningkat."

"..."

"Dengan demikian, para pemain normal akhirnya membentuk kelompok untuk perang melawan mereka... Dan aku adalah salah satu dari mereka. Dalam perang itu, kami tidak benar-benar perlu untuk membunuh mereka. Kami hanya ingin mereka menyerah sebelum mengirim mereka ke penjara. Kami mencoba semua yang kita bisa untuk menemukan markas mereka, mengumpulkan beberapa pemain level tinggi yang tidak keberatan dengan itu dan meluncurkan serangan kami di tengah malam. Namun... Aku tidak tahu bagaimana informasi itu bocor. Musuh sudah memasang perangkap di dasar dan menunggu kami untuk masuk... Kami akhirnya berhasil untuk berkumpul, tapi dalam pertempuran yang tidak normal ini... aku... "

Tubuh Kirito gemetar dengan keras lagi. Ia membelalakkan matanya, dan napasnya menjadi lebih keras.

"Aku secara pribadi membunuh dua anggota Laughin Coffin. Satu dengan menebas kepalanya dengan pedang... yang lain adalah tusukan di jantung. Aku hanya berencana untuk mengunci mereka di dalam penjara, tapi aku lupa semua tentang itu dan kehilangan kendali diriku sendiri... tidak, itu hanya alasan. Jika aku ingin, aku pasti bisa mengehentikan pedangku... Tapi aku terus mengayunkan pedangku dalam ketakutan dan kemarahan, dan jujur, aku tidak berbeda dari orang-orang itu, artinya, kesalahanku lebih besar dari mereka karena... "

Kirito dengan paksa mengambil napas dalam-dalam sebelum menghembuskan napasnya, dan diam-diam melanjutkan,

"Karena aku memaksakan diriku untuk melupakan apa yang kulakukan itu. Aku membunuh anggota lain beberapa waktu setelah aku membunuh dua orang itu... dan setelah aku kembali kembali ke dunia nyata, aku tidak pernah memikirkan mereka. Sampai aku bertemu Death Gun di area tunggu di gedung presidensial."

"... Jadi, Death Gun adalah bagian dari kelompok yang kau lawan...« Laughin Coffin »."

"Ya. Seharusnya dia menjadi salah satu anggota yang selamat dalam serangan itu dan terpenjarakan oleh kami. Aku masih ingat kehadirannya dan bagaimana ia berbicara. Hanya sedikit... Sedikit lagi, dan aku bisa ingat namanya kembali."

Kali ini, ia langsung menutup matanya dan menggunakan kepalan tangan kanannya untuk menekan dahinya. Sinon, yang sedang berbaring di lutut Kirito itu, menatapnya selama beberapa waktu.

Anak ini pernah menjadi pemain «Sword Art Online».

Dia mempertaruhkan kehidupan nyata nya di dunia itu dan terus berjuang selama dua tahun.

Sinon pernah menebak hal ini sebelumnya, namun itu masih aneh dan berat untuk mendengar apa yang dikatakannya itu. Dia masih bisa mengingat pertanyaan Kirito itu kemarin dari dalam telinganya.

-Jika pelurumu bisa membunuh pemain di dunia nyata... Dan ia akan membunuhmu atau orang lain didekatmu jika kamu tidak membunuhnya, masihkah kamu menekan pelatuk tanpa ragu-ragu dalam situasi seperti ini?

Kirito adalah orang yang pernah mengalaminya. Dalam arti tertentu, ini sangat mirip dengan insiden perampokan kantor pos di mana Shino diserang 5 tahun yang lalu-

"... Kirito."

Sinon mendukung tubuhnya dan dengan tegas menggenggam bahu Kirito. Mata anak itu tampak agak hilang seolah-olah ia sedang mencari tempat jauh di masa lalu. Namun, Sinon masih mendekatkan wajahnya untuk memaksanya melihatnya, dan berkata dengan suara serak,

"... Aku tidak bisa menilai apa yang kamu lakukan di masa lalu... dan aku tidak punya hak. Jadi sebenarnya, aku tidak punya hak untuk mengatakan ini... Tapi tolong katakan padaku... bagaimana kamu mengatasi kenangan itu? Bagaimana kamu mengatasinya? Bagaimana kamu menjadi begitu kuat...? ".

Ini benar-benar hal yang agak kejam dan egois untuk mengatakan kepada seseorang yang hanya mengungkapkan kesalahannya sendiri. Namun, Sinon benar-benar tidak bisa menahan diri untuk bertanya. Meskipun Kirito begitu membenci diri sendiri bahwa dia 'memaksa dirinya untuk melupakan', dia tidak bisa melakukan itu.

Namun-

Kirito berkedip dua kali, tiga kali, beberapa kali dan menatap mata Sinon, dan ia kemudian menggelengkan kepalanya dan berkata,

"... Aku tidak mengatasi hal itu."

"Eh..."

"Tadi malam, aku terus mengingat pertempuranku melawan Laughin Coffin dan 3 orang yang meninggal yang terhunus pedangku, dan aku hampir tidak bisa tidur sama sekali. Orang-orang itu, ketika mereka akan menghilang... ekspresi mereka, suara mereka, kata-kata terakhir mereka, aku kira aku tidak akan bisa melupakan mereka. "

"Bagaimana ... bagaimana bisa begitu..."

Sinon hanya bisa bergumam kosong,

"Lalu ... ap ... apa yang harus aku lakukan ... aku. .. aku. .."

'-Apakah aku akan menjadi seperti ini selama sisa hidupku?

Ucapan ini benar-benar terlalu kejam untuknya.

Apakah semua kerja kerasnya sia-sia? Bukankah itu berarti, jikalau mereka sudah meninggalkan gua ini, mengalahkan Death Gun dan menang, Shino di dunia nyata harus terus hidup dalam rasa sakit yang seperti itu ...?

"Namun, Sinon-"

Kirito memindahkan tangan kanannya dan menutupi salah satu dari tangan Sinon yang telah meraih bahunya.

"Aku merasa bahwa itu normal. Aku kehilangan kesadaranku dan membunuh dengan kedua tanganku sendiri, tapi aku mendapat pujian bukannya dihukum. Tak seorang pun ingin menghukumku, dan tidak ada yang mengajari aku cara untuk menyelamatkan diri. Sampai sekarang, aku tidak pernah melihat apa yang aku pernah lakukan, dan memaksa diriku untuk melupakannya. Tapi aku salah. Faktanya bahwa aku melakukannya, aku telah membunuh mereka secara langsung dengan tangan ini... aku harus menerima hal itu, mempertimbangkan kepentingan dan situasinya. Sekarang, aku merasa bahwa hanya hal ini yang bisa kulakukan untuk menyeimbangkan kemampuanku."

"... Memikirkannya... dan menerimanya... Aku tidak bisa melakukan itu."

"Tidak peduli bagaimanapun kamu mencoba untuk melarikan diri dari itu, masa lalu tidak akan pernah hilang, dan kenangan kita tidak akan pernah benar-benar hilang. Meskipun begitu... kita hanya bisa menghadapinya dan berusaha agar suatu hari kita bisa menerimanya. "

"..."

Lengan Sinon melemah dan ia menjatuhkan diri ke Kirito, yang sedang berbaring. Dia menyandarkan punggungnya dan kepalanya ke Kirito dan menatap langit-langit gua.

Untuk menghadapi ingatan yang ada di kepalanya dan melawan, Sinon tidak berpikir bahwa dia bisa melakukannya. Jalan yang Kirito temukan hanya bisa Kirito lewati sendiri , dan ia harus menemukan cara lain untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Meskipun Sinon memikirkan ini, kata-kata Kirito itu akhirnya berhasil menembus salah satu kesulitan miliknya. Gadis sniper ini membalik matanya ke wajah Kirito yang agak pucat ke tempat yang sedikit gelap, dan kemudian berkata,

"...« Death Gun»."

"Hm?"

"Jadi orang bermantel itu benar-benar manusia."

"Tentu saja. Dia pasti salah satu mantan player terbaik di «Laughin Coffin». Jika aku bisa ingat namanya di SAO, aku dapat menemukan nama aslinya dan alamatnya di dunia nyata. Sejujurnya, ini adalah alasan mengapa aku datang ke dunia ini. "

"... Jadi begitu..."

Setidaknya ia tahu bahwa pria bermantel bukanlah jiwa mati yang terbangun dari dalam kenangan Sinon. Dia mengerutkan dahi, berpikir dan melanjutkan,

"Jadi orang yang tidak bisa melupakan apa yang terjadi di SAO, ingin melakukan PK dan datang ke GGO...?"

"Aku tidak berpikir bahwa dia hanya mengincar seseorang... ia melakukannya ketika banyak orang melihatnya, tidak peduli apakah dia menembak «Zexceed», «Usujio Tarako» atau menghilangkan «Pale Rider». Lalu menggambar Salib didepan banyak penonton. Mungkin dia ingin menunjukkan... bahwa ia memiliki kemampuan untuk membunuh dalam game. "

"... Tapi bagaimana dia melakukannya... antara AmuSphere dan generasi pertama... Nerve Gear, bukan? AmuSphere itu berbeda dari generasi pertama, betulkan? dan dirancang untuk tidak mengeluarkan gelombang elektromaknetik berbahaya, kan? "

"Seharusnya begitu... Tapi, menurut orang yang memintaku untuk datang ke dunia ini, penyebab kematian pada Zexceed dan Usujio Tarako bukan karena kerusakan otak, tapi gagal jantung."

"Eh... Jantung...?"

Pada saat mengajukan pertanyaan ini, Sinon merasakan udara dingin yang berhembus, membuatnya sedikit gemetar. Meskipun ia merasa bahwa itu tidak mungkin, ia ingin mengatakan apa yang ada di pikirannya.

"... Kau mengatakan bahwa... ia menggunakan beberapa kutukan atau kekuatan supranatural... untuk membunuh mereka...?"

Sinon merasa bahwa ia akan ditertawakan jika dia mengatakan itu, tapi Kirito hanya melihat ke arahnya dengan ekspresi tegang.

"Sejujurnya... Aku tidak tahu bagaimana dia bisa membunuh mereka tanpa mengetahui karakter asli pemain di dunia nyata dan menyelidikinya. Aku tidak berpikir bahwa dia secara acak menembak di dunia virtual akan membuat jantung pemain dunia nyata... tidak, tunggu... ngomong-ngomong... "

Ini mungkin kebiasaan yang dimiliki Kirito saat ia menggunakan jari-jarinya untuk menopang dagu rampingnya dan menutup mulutnya. Saat melihat Sinon ia memberinya tatapan yang membingungkan sambil berbaring di lututnya, dia berbicara dengan ekspresi aneh,

"... Itu benar-benar aneh"

"Apa yang aneh?"

"Dalam reruntuhan tadi, mengapa Death Gun tidak menggunakan pistol hitam untuk menembakku dan menggunakan senapan snipernya? Padahal jarak kita berdekatan tadi, dan pistol lebih kuat, tepat di sampingnya. Itu bisa membunuh musuh dalam satu tembakan. Sejujurnya, aku bahkan tidak bisa mengelak tembakan snipernya. Jika pria itu menggunakan pistol hitam itu, aku seharusnya telah terbunuh olehnya. "

Meskipun itu agak mengejutkan untuk melihat dia memiliki keberanian untuk mempertimbangkan kemungkinan kematiannya sendiri, Sinon masih mengungkapkan pikirannya,

"Mungkin karena tidak ada waktu untuk menggambar simbol Salib... Sebelum menembak Blackstar itu... ah, pistol itu disebut «Type-54 Blackstar»."

Merasa tercekik saat dia mengatakan nama ini, Sinon melanjutkan.

"... Apakah dia harus mensalib terlebih dahulu sebelum menembak menggunakan Blackstar, atau itu karena ia tidak bisa membunuh jika ia tidak menyelesaikan simbol Salib?"

"Ya... Tapi ketika kita melarikan diri, pria itu menggunakan Blackstar untuk menembak, kan. Bagaimana dia bisa menggambar Salib di atas kuda?"

Saat Kirito mengatakan itu, Sinon melirik motor beroda tiga di sampingnya. Bekas luka peluru di spatbor belakang bukanlah 0,338 Lapua Magnum, tapi peluru 7.62mm yang lebih kecil. Omong-omong, Sinon sendiri memang melihat Death Gun menarik Blackstar dan menembak tanpa menggambar simbol salib.

"Itu benar... dia melakukannya."

"Dengan kata lain, Death Gun memang memiliki kesempatan untuk membunuhku, tetapi ia tidak menembak ke arahku. Tidak, dia tidak mempunyai alasan untuk membiarkanku lari. Aku menang dalam pendahuluan... sejujurnya, mungkin akulah sasaran utamanya."

"Maaf karena bukan tontonan yang begitu menarik."

Sinon memberikan pukulan siku kirinya di perut Kirito dan membuatnya batuk kecil.

"Kalau begitu, mari kita membuat kita berdua menjadi sasarannya. Tapi bagaimanapun, itu tidak seperti orang itu tidak menembakku, tapi mungkin ada alasan mengapa dia tidak melakukannya."

"Hmm..."

Sinon memindahkan tubuhnya dan merosot pada kaki Kirito, menempatkan tangannya ditangkupkan di kepalanya. Meskipun jengkel dengan anak yang tidak pernah lelah itu, sekarang, ia membutuhkan sesuatu yang berkobar dari avatar di depannya untuk mengejar rasa takut darinya. Merasa agak aman sekarang, ia perlahan-lahan mendapatkan kembali pikiran yang tenang dan terus berpikir.

"... Omong-omong, ada sesuatu yang aneh saat ini."

"Saat ini?"

"Pada saat di jembatan logam. Orang itu menggunakan Blackstar untuk menembak Pale Rider, lalu mengabaikan Dyne yang ada disampingnya, kan? Aku pikir Dyne akan ditembak juga."

"Ya... Tapi dia sudah mati waktu itu, kan?"

"Dia sudah mati, tetapi sebenarnya, hanya HP nya yang nol dan ia tidak bisa bergerak namun avatar nya masih ada, sehingga kesadarannya sendiri masih ada.. Jika itu adalah kekuatan yang melebihi permainan, itu tidak masalah jika HP ada di sana atau tidak, kan? "

Mendengar hal yang disebutkan Sinon, Kirito merenung sejenak dan kemudian berkata,

"Itu benar. Ini hal yang aneh seperti yang kau katakan itu. Seperti di jembatan tadi, Death Gun hanya menyerang Pale Rider dan tidak menyerang Dyne yang berada di jembatan."

"Dengan kata lain... kamu dan Dyne, Pale Rider dan aku, kami ini memiliki titik yang sama dan harus memilih satu di antara mereka yang bisa dia serang, dan kemungkinannya adalah orang-orang yang tidak bisa menyerang."

Sinon merenung dan bergumam. Kirito menganggukkan kepala, dan dengan gemetar mengguncang tubuhnya.

"Ya, kamu bisa mengatakan seperti itu. Jika kita memikirkan hal itu, Zexceed dan Usujio Tarako seharusnya memiliki kondisi serupa denganmu dan Pale Rider .... Mungkin itu kemampuan atau peringkat."

"Pale Rider kuat, tapi ia tidak mengambil bagian dalam turnamen terakhir. Kalau peringkat BoB, Dyne berada di atasku."

"Lalu... mungkin karena hal spesifik lainnya?"

"Aku tidak berpikir begitu kepada Dyne. Aku berada di skuadron yang sama dengannya, jadi kita berlatih bersama-sama beberapa kali. Tapi aku belum pernah mendengar nama Pale Rider, apalagi bertemu dengannya."

"Bagaimana Zexceed dan Usujio Tarako?"

Mendengar pertanyaan Kirito itu, Sinon hanya bisa memutar tubuhnya ke atas dan memberikan senyum kecut. Dia melihat ekspresi serius di wajah cantik itu, mengangkat bahu dan menjawab,

"Mereka dua orang yang terkenal, pada tingkat yang sama sekali berbeda dari Dyne dan aku. Zexceed adalah pemenang dari turnamen terakhir, sehingga Usujio Tarako adalah 5th atau 6th, tapi dia adalah pemimpin skuadron terbesar dalam permainan ini. Aku hanya berbicara dengannya sekali atau dua kali. "

"Uum... Lantas, seharusnya peralatan atau statistik."

"Peralatan kami semua berbeda. Kau tahu aku menggunakan senapan sniper. Pale Rider menggunakan rifle jarak dekat. Zexceed mungkin menggunakan senapan XM29 serbu yang sangat langka, dan Usujio Tarako menggunakan senapan mesin ringan Enfield. Adapun statistiknya... ah."

"Hm?"

Sepertinya Sinon ingin menjelaskan kepada Kirito yang sedang bingung saat ia menyentuh alisnya, sebelum ia akhirnya kembali melanjutkan.

"Ini seperti bukan berada pada titik yang sama. Jika aku harus mengatakannya, «mereka semua tidak memfokuskan pada AGI nya». Tapi sebenarnya ini agak terlalu mengada-ada, sebagian dari kita fokus pada STR, dan beberapa fokus pada VIT."

"Hmm..."

Kirito mencibirkan bibir indahnya dan terus menggarukan kepala.

"Jadi dia hanya memilih secara acak target tanpa alasan. Uhm... untuk beberapa alasan, aku merasa bahwa ada alasan tertentu... Kamu mengatakan bahwa kamu pernah berbicara dengan Usujio Tarako? Apa yang kamu katakan padanya?"

"Yah..."

Sinon memeras ingatannya yang menipis saat ia menangkupkan tangan antara kepala dan kakinya Kirito untuk bertindak sebagai bantal. Ini seharusnya pangkuan, kan? Berpikiran begitu, ia mulai merasa malu. Tapi tetap saja, dia mengkesampingkan rasa malunya dengan alasan yang 'mendesak sekarang'.

Memikirkan dalam-dalam tentang hal ini, ia menyadari bahwa sebelumnya dia tidak pernah menyentuh orang lain seperti ini begitu lama. Rasanya seperti ia meletakkan beban di hati bersama-sama dengan beban berat yang ditanggung olehnya, dan hatinya merasa luar biasa nyaman. Hanya ketika Sinon diam-diam berharap bahwa ini bisa berlanjut, senyum yang tampaknya lemah dari Shinkawa Kyouji tiba-tiba muncul dalam pikirannya, yang membuatnya agak menyesal. Kalau dia bisa kembali dengan selamat ke dunia nyata, dia akan membuka hatinya dan berbicara kepadanya ...

"Oi-, Sinon, apa yang terjadi antara kamu dan Usujio Tarako ..."

"Ah, um... ya."

Sinon berkedip dan mengguncang pikiran yang sekilas pergi sebelum mencari ingatan miliknya lagi.

"... Kami hanya berbicara sedikit. Yang aku ingat... Setelah turnamen terakhir, setelah kami kembali ke tingkat pertama dari bangunan presidensial, aku bertemu dengannya di pintu masuk. Kami mulai berbicara selama sekitar 2, 3 menit , tentang apa hadiah yang kita inginkan. Aku tidak pernah bertemu dengannya secara langsung di medan perang, sehingga itu hanya kebetulan. "

"Aku melihat Death Gun tidak pernah muncul dalam turnamen terakhir. Apakah dia marah karena dia tidak mendapatkan hadiah? Ini tampaknya tidak berguna untuk berspekulasi tentang hal-hal yang tak berdasar."

Kirito mendesah. Dia memejamkan matanya beberapa kali untuk mengubah suasana hatinya dan kemudian menundukkan kepala untuk melihat Sinon.

"Omong-omong, aku tidak pernah memeriksa hadiahnya. Apa yang kamu dapatkan pada akhirnya?"

Mendengar Kirito tiba-tiba mengubah topik, Sinon agak terkesan bahwa ia ingin tahu tentang hadiahnya pada saat ini dan menjawab,

"Ah ~ yang bisa dipilih. Kita bisa memilih sesuai dengan peringkat kita. Peringkat kita seharusnya cukup tinggi saat ini, jadi kita seharusnya bisa mendapatkan sesuatu yang bagus. Tentu saja, kita harus kembali dengan selamat."

"Seperti apa?"

"Tentu saja, senjata dan peralatan pertahanan. Atau yang lain seperti pewarna berwarna unik atau pakaian yang orang tidak bisa beli. Namun, sebenarnya itu tidak benar-benar bagus, hanya tampak menarik. Mereka bahkan akan mengirimkan model senjata dari permainan."

"Model senjata? Dengan kata lain, bukan peralatan dalam permainan, tetapi sesuatu yang kamu bisa dapatkan di dunia nyata?"

"Ya, aku punya. Peringkat sangat rendah selama turnamen terakhir, jadi aku tidak bisa mendapatkan peralatan besar. Aku memilih model pistol yang... Omong-omong, Usujio Tarako mengatakan bahwa ia memilih model pistol juga. Itu hanya mainan, tapi menggunakan logam, dan finishing yang sangat baik. Shin... Spiegel mengatakan ini kepadaku tapi ak.... "

Pada saat mengingat dengan sedih model pistol yang pernah ia pegang di tangannya beberapa hari lalu, wajah Sinon langsung memberikan senyum kecut.

"Aku selalu terus menyimpannya di dalam laci dan tidak pernah melihatnya."

Namun Kirito sepertinya menyadari sesuatu yang lain dan tidak melihat ekspresi wajah Sinon itu.

"Mendapatkan hadiah... di dunia nyata...?"

Dia pertama kali berbisik kepada dirinya sendiri lembut, dan kemudian berkata dengan nada serius.

"Model pistol itu dikirim oleh perusahaan operasi dari Amerika, kan?"

"Ya, melalui EMS, sehingga banyak biaya pengiriman yang harus dilibatkan. Apakah Zasker benar-benar bisa mendapatkan uang jika seperti ini?"

Saat Sinon selesai mengatakannya, dia menatap wajah Kirito dan langsung berkedip. Dia melihat prajurit lightsaber menggigit bibirnya dan menatap titik tertentu. Rasanya bukan seperti dia sedang memikirkan apa hadiah yang ia bisa dapatkan.

"Ap... apa yang salah? Apa yang kamu pikirkan?"

"... EMS... Tapi, ketika aku login ke GGO beberapa waktu lalu, satu-satunya sistem yang diminta untuk pemain adalah memberikan email, jenis kelamin dan usia untuk keterangan kami. Bagaimana perusahaan pengelola tahu tentang alamat peserta? "

"Apakah kau lupa?"

Sinon, yang berbaring, mengangkat tangannya dalam cara yang agak tidak sabar.

"Selama pendahuluan BoB kemarin. Ketika kita harus mendaftar di mesin beroperasi pada tingkat pertama dari bangunan presidensial, ada juga baris kosong untuk mengisi alamat dan nama kita yang sebenarnya, kan? Harus ada syarat dan kondisi di sana. Kita bisa mendaftar tanpa mengisi alamat, tapi kita mungkin tidak dapat mendapatkan hadiah kita kalau kau tak mengisi itu, kan? Kamu tidak dapat mengisinya nanti, sehingga kamu tidak bisa mendapatkan model pistol- eh, eh ? "

Kirito tiba-tiba menempatkan tangannya di bahu kanan Sinon dan kemudian lebih mendekatkan wajahnya, membuatnya membentuk suara yang aneh. Gadis itu membeku saat ia berpikir bahwa orang ini hendak melakukan sesuatu yang memalukan, tapi tentu saja, itu bukan masalahnya-

Prajurit lightsaber memberikan ekspresi serius tidak seperti sebelumnya dan menimbulkan pertanyaan baru. Tapi Sinon tidak bisa memahami pentingnya pertanyaan ini.

"Apa Dyne masuk dalam turnamen terakhir?"

"Ya-Yahh... Aku ingat equipment itu dalam permainan. Dia pernah menunjukkannya kepadaku sebelumnya, mantel yang memiliki warna-warna konyol."

"Bagaimana Zexceed?"

"Siapa yang tahu... Dia tidak pernah berbicara kepadaku sebelumnya. Bagaimana aku bisa tahu? Tapi... Aku mendengar bahwa orang itu sendiri menuntut efisiensi, jadi seharusnya dia tidak peduli dengan penampilan dan barang-barang. Omong-omong, ia seharusnya memilih model pistol juga. Aku dengar bahwa juara 1 dan tempat ketiga bisa mendapatkan senapan sniper besar. Tapi... untuk apa kau bertanya? "

Namun, Kirito tidak menjawab pertanyaannya, dan hanya melihat mata Sinon sebelum tenggelam ke dalam pemikiran yang mendalam.

"Tidak peralatan di dunia maya... model pistol di dunia nyata... jika ini adalah titik umum antara Sinon, Pale Rider, Zexceed dan Usujio Tarako... EMS alamat asli... mesin di presidensial... tempat itu..."

Kirito tampak melamun sambil terus menggerutu,

"... Optical Camouflage... jika... itu bukan hanya di sini..."

Tangan yang Kirito letakkan di bahu kanan Sinon tiba-tiba menjadi kaku seperti batu. Ia membelalakkan matanya, dan mata hitam itu terus berputar. Ekspresi yang ditunjukkan pada matanya itu- shock? Ataukah itu rasa takut?

Sinon tidak bisa membantunya . Sigap, Kirito meluruskan punggung dan berteriak,

“APA ... APA YANG TERJADI APA YANG TERJADI?."

"Ahh... jadi seperti ini... jadi itu seperti ini!"

Sebuah suara serak yang dalam keluar di antara bibir merah cerah itu,

"Aku sudah... membuat kesalahan besar..."

"Ke-Kesalahan?"

"... Bahwa ketika bermain VRMMO... Kesadaran pemain dipindahkan dari dunia nyata ke dunia maya, dan pemain kemudian berbicara, berjalan, dan melakukan perkelahian di dalam... Jadi aku pikir Death Gun mungkin membunuh target di dunia ini"

"Itu... itu salah...?"

"Tidak, tubuh pemain dan jantung yang tidak bergerak. Apa yang berbeda tentang dunia maya dan dunia nyata adalah hanya pada otaklah yang menerima banyak informasi. Para pemain mengenakan AmuSphere hanya untuk melihat dan mendengar sinyal-sinyal listrik yang ditransfer ke gambar digital dan efek suara. "

"Jadi... Zexceed dan sisanya meninggal di mana tubuhnya berada, di dalam kamar mereka sendiri. Dan pembunuh yang sebenarnya ada di tempat itu"

"Ap... apa yang coba kamu katakan...?"

Kirito segera menutup bibirnya dan membukanya lagi. Suara dan kehadirannya mencerminkan ketakutan batinnya karena menjadikan udara dingin yang melewati wajah Sinon ini.

"«Ada dua pembunuh». Yang pertama... adalah pria bermantel yang menyerang sasarannya dalam permainan. Orang kedua sudah memasuki ruangan target di dunia nyata, dan akan menyerang pemain tak berdaya pada waktu yang sama.."

Sinon tidak bisa segera mengerti apa yang Kirito maksudkan ketika ia mengatakannya. Dia mengangkat bagian atas tubuhnya lemah, masuk ke fase bingung sebelum menggelengkan kepalanya dengan cara yang terganggu, dan kemudian melanjutkan,

"Tapi... bagaimana... bagaimana mungkin. Bagaimana mereka mengetahui alamat dari para pemain...??"

"Bukankah kamu bilang sebelumnya. Sebuah model pistol yang dikirim ke rumahmu?"

"Lalu... Maka pelakunya adalah perusahaan pengoperasi... atau Death Gun yang telah menyusup ke database."

"Tidak... kemungkinan nya terlalu kecil. Bahkan jika itu hanya pemain biasa, ia masih bisa mengetahui alamat target yang sebenarnya. Jika target itu adalah peserta dari turnamen BoB, dan memilih pistol model. "

"..."

"Bangunan presidensial. Para pemain berharap agar perusahaan pengoperasian untuk mengirim model senjata untuk mereka dengan masukan nama asli dan alamat di sana, kan? Aku sedikit khawatir ketika aku mendaftar... Bukankah itu ruangan tunggal, dengan ruang terbuka besar di belakang, kan?"

Sinon akhirnya mengerti apa yang Kirito katakan dan hanya bisa menahan napas dan menggelengkan kepalanya.

"Kamu mengatakan... bahwa ia melihat gambar pada layar dari belakang. Itu tidak mungkin. Dengan efek jarak, ia tidak akan dapat melihat kata-kata pada jarak tertentu, dan akan terlihat jika seseorang melihatnya dari jarak yang begitu dekat. "

"Tapi bagaimana kalau dia menggunakan teropong? Seseorang yang kutahu sebelumnya mengatakan bahwa dia menggunakan cermin untuk membaca kode tombol dalam permainan. Jika aku menggunakan beberapa item, aku dapat meniadakan efek jarak, kan?"

"Apa yang kamu katakan tidak mungkin. Jika begitu banyak orang menggunakan beberapa teropong seperti itu, mereka akan ditendang keluar oleh GM dan dilarang. Ini adalah permainan Amerika. Ini agak ketat seperti bagaimana hal itu berkaitan dengan pelecehan seksual."

Namun Kirito tampaknya tahu bahwa Sinon akan mengatakan itu. Prajurit lightsaber itu membawa wajahnya lebih dekat dan kemudian menggunakan suara lembut untuk menaikkan suaranya.

"Bagaimana jika, mantel Death Gun... bahwa «Metamaterial Optical Camouflage» juga dapat bekerja di dalam kota. Ruang tunggu di presidensial kan agak gelap.? Tak seorang pun akan mengetahui apakah mereka transparan dan bisa menyembunyikan bayanganya, tepat dalam situasi itu, jika seseorang menggunakan teropong untuk memata-matai gambar di layar, itu mungkin untuk menemukan alamat dan nama asli dalam data yang dimasukkan, kan?"

"...!"

Transparan-scope. Dengan dua hal ini,ada kemungkinan untuk melakukannya. Pada dasarnya, menu window default pada permainan tidak memungkinkan orang lain untuk melihatnya, tapi touchscreen-tipe terminal dalam permainan dapat digunakan oleh banyak orang, sehingga pada modus default siapa pun bisa melihat isinya. Sinon sendiri memasukkan alamat dan nama ketika dia mendaftar untuk turnamen terakhir dan turnamen ini dengan modus yang orang-bisa-lihat. Apakah seseorang... tidak, bukan, bahwa Death Gun mengenakan mantel bersembunyi di balik punggungnya? Hanya untuk menuliskan nama-nama orang lain dalam daftar sasarannya?

Sinon benar-benar tidak bisa menerima tebakan ini, dan dengan demikian ia terus mencoba dan berdebat kembali.

"... Bahkan jika mereka tahu alamat kita di dunia nyata... bagaimana bisa mereka memasuki kamar kami tanpa kunci? Dan bagaimana dengan keluarga mereka?"

"Jika hanya Zexceed dan Usujio Tarako, setahuku keduanya hidup sendiri... dan mereka tinggal di apartemen tua . Apa yang ditanamkan pada pintu mereka ialah kunci elektrik generasi pertama yang tidak benar-benar aman. Juga, ketika dive ke GGO, tubuh fisik yang nyata akan dalam keadaan tidak sadar, dengan demikian, tidak peduli berapa banyak usaha yang harus dilakukan untuk masuk, ia tidak akan khawatir akan ketahuan."

Kata-kata Kirito membuat Sinon menghembuskan nafas.

Rumah biasa hanya dipasang dengan kunci sensor electric keyless seperti pada mobil pada 7 sampai 8 tahun yang lalu. Meskipun tidak dapat dirusak secara fisik, electrowaves key generasi pertama dapat di crack dan diinstal ke dalam mekanisme pembuka, membuat perangkat ini tampak seperti beberapa kunci master yang dapat membuka segala macam pintu. Sinon ingat dari berita di masa lalu bahwa perangkat ini dapat dijual dengan harga tinggi di pasar gelap. Setelah itu, Sinon membeli kunci logam dan keypad pintu masuk disamping kunci listriknya, tapi hal itu masih tidak bisa menghapus kegelisahan dibenaknya.

«Death Gun» bukanlah jiwa mati yang dibangkitkan dari kenangan masa lalunya, dan dia bukanlah karakter permainan dengan kemampuan misterius, tapi seorang pembunuh yang sebenarnya.

Alasan ini terus berlanjut, kebenarannya pun datang, dan hati Sinon itu mulai merasakan ketakutan yang berbeda dari sekarang. Dia merasa tertekan oleh sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan, dan mengeluarkan argumen terakhirnya,

"La-Lalu... penyebab kematian? Kau bilang itu gagal jantung, kan? Apakah ada sesuatu yang dapat menyebabkan jantung untuk berhenti dan menipu polisi dan patolog?"

"Mungkin mereka diberi beberapa obat."

"Lalu... mereka bisa menginvestigasinya untuk mengeceknya, kan? Seperti sejumlah obat yang disuntikkan?"

"... Mayat-mayat hanya ditemukan setelah beberapa hari, sehingga membusuk agak serius dan... sialnya, ada banyak insiden di mana pemain hardcore VRMMO meninggal karena gagal jantung. Mereka sering tidak makan dan hanya akan berbaring di tempat tidur. Jika ruangan itu tidak rusak ke dalam atau jika tidak ada uang yang dicuri, akan ada kemungkinan besar bahwa itu menjadi kematian alami. Polisi tampaknya telah menyelidiki kepala almarhum, tetapi mereka mungkin tidak pernah berpikir bahwa beberapa obat akan diberikan. Jika mereka tidak menyelidiki hal ini dari awal, itu tidak mungkin bagi mereka untuk menemukan bukti ini. "

"... Bagaimana mungkin..."

Sinon menggunakan kedua tangannya untuk mengambil jaket Kirito, terus menggeleng seperti anak kecil yang tidak taat.

Perencanaan begitu matang hanya untuk membunuh orang dengan sia-sia, dia benar-benar tidak bisa memahami keadaan mental orang tersebut. Sinon hanya bisa merasakan niat jahat yang besar dalam kegelapan tak terbatas.

"Itu gila..."

Setelah mendengar Sinon bergumam, Kirito menganggukkan kepalanya juga.

"Ya... itu gila. Aku tidak bisa memahaminya, tapi kupikir aku bisa membayangkan mengapa ia ingin melakukan hal ini. Orang ini menghabiskan begitu banyak usaha untuk mempertahankan identitasnya sebagai «Pemain Merah ». A... aku juga. bisa merasakan bahwa aku masih «Pendekar» yang berjuang di garis depan Aincrad."

Sinon langsung membayangkan bahwa nama yang dia tidak pernah dengar sebelumnya seharusnya adalah pemain yang selamat dari kastil terapung «Sword Art Online». Segera dia lupa akan rasa takutnya dan menganggukkan kepalanya sendiri.

"... Aku bisa mengerti... Aku sering bisa melihat diriku sebagai penembak jitu... Tapi bagaimana jika bukan hanya pria bermantel itu saja, tetapi bagaimana dengan komplotannya terdahulu?"

"Ya, aku pikir ada kemungkinan besar bahwa orang itu kemungkinan besar «Survivor SAO» juga, ia mungkin sisa «Laughin Coffin». Keduanya seharusnya bekerja sama untuk mencapai kesempurnaan seperti rencana pembunuh. Ah, jangan katakan padaku."

Mata Sinon segera melihat ke arah Kirito yang tampaknya menyembunyikan sesuatu.

"Tidak, itu tidak apa-apa... Hanya saja, symbol salib yang pria bermantel lakukan menarik. Tidak hanya untuk pamer ke penonton, tetapi juga beberapa trik untuk memeriksa waktu pada jam tangannya. Dia harus merencanakan «saat kejahatan» bersama dengan komplotannya di dunia nyata, tapi itu akan terlalu tidak wajar untuk melihat jam sebelum penembakan."

"Aku tahu... jika jam mini berada di bagian dalam pergelangan tangan, itu pasti akan berada tepat di depan mata setelah menyentuh kepala."

Sinon akhirnya setuju dengan asumsi ini dan menganggukkan kepalanya-

Bahunya tiba-tiba disambar oleh Kirito di depannya. Dia perlahan membuka mulutnya dan memberikan ekspresi yang lebih serius,

"Sinon, kamu hidup sendiri?"

"Y. .. Ya."

"Apakah kamu mengunci pintu dan memasang rantai padanya?"

"Aku mengunci pintu tapi bukan kunci elektronik, tipe rumahku adalah rumah dulu yang kuncinya... seperti rantai..."

Sinon mengerutkan kening dan terus mencari memori sebelum ia menyelam masuk

"... Mungkin aku tidak menguncinya."

"Oke Aku mengerti... dengarkan aku!"

Sepertinya Sinon belum pernah melihat Kirito terlihat begitu khawatir, dia pun segera merasa seperti diisi dengan blok es yang serasa dingin jauh di dalam dirinya.

Tidak, aku tidak ingin dengar, meskupun dia ingin mendegarnya tetapi bibir di depannya tidak berniat berhenti dan mengatakan sesuatu yang mengejutkan,

"Pada reruntuhan, ketika kita berada di stadion, Death Gun sudah ingin menggunakan senjata ketika setelah kamu tercengang. Dan.. dia benar-benar menembak pistol padamu ketika ia menggunakan kuda mekanik. Dengan kata lain... mereka sudah siap."

"Siap... apa...?"

Sinon bertanya dengan suara yang hampir tidak bisa didengar. Kirito sendiri mengangguk dan menjawab lirih,

"... Saat ini, pada saat ini -mungkin, kaki tangan dari Death Gun di dunia nyata memasuki ruanganmu, dan sedang menunggu waktu ketika pistol mengenaimu."

Setelah waktu yang lama, kesadaran Sinon itu akhirnya memahami apa yang Kirito katakan.

Gambar sekelilingnya segera menjadi kabur. Adegan akrab kamarnya muncul dalam pikirannya. Dia sedang menatap kamar 6mat nya itu seperti ilusi.

Ubin lantai kayu yang sering dibersihkan, lantai tikar cahaya kuning, meja kayu kecil.

Tabel hitam berbaris bersama-sama dengan pipa tidur hitam, menghadap dinding di sebelah barat. Bedsheet warna putih, dengan dirinya sendiri, masih terbaring di tempat tidur dengan kaos dan celana pendeknya saja. Pada saat ini, matanya tertutup, dan ada mesin di dahi yang terbuat dari cincin logam berlapis. Selain itu-

Ada juga bayangan hitam kabur berdiri di sana, menonton Shino yang menyelam masuk. Orang yang terlihat dalam warna hitam benar-benar seperti siluet, tapi ada satu objek yang bisa dilihat dengan jelas, di tangan kanannya. Itu berbentuk silinder dan terbuat dari kaca tembus, dengan jarum perak di ujung- itu jarum suntik penuh cairan mematikan.

"Tidak.. tidak..."

Sinon membalik lehernya dan mengerang. Bahkan jika ilusi sudah pergi dan ia kembali kembali ke gua, kilatan jarum di tangannya masih menyusup matanya.

"Tidak.. itu..."

Ini bukan emosi 'ketakutan' yang sederhana. Emosi itu menyebar di seluruh tubuhnya, sehingga dia terus bergetar. Dia tidak bisa bergerak, dan tidak bisa melihat sekelilingnya. Dia lemah, namun ada seseorang yang dia tidak tahu wajahnya sedang mengawasinya di dalam kamarnya. Tidak -bukan hanya itu. Orang itu sedang menyentuh kulitnya... mencari tempat untuk menyuntikkan.

Ada perasaan menyumbat mendadak di dalam tenggorokan Sinon, menyebabkan dia menjadi tidak dapat bernafas. Dia menegakkan punggungnya dan terus menghirup udara.

"Ha... haa... haa... hhhaa..."

Cahaya itu meninggalkannya, semakin jauh dan jauh. Sebuah teriakan gemuruh terdengar di telinganya. 'Jiwa' nya tampak seperti ingin meninggalkan tubuhnya-

"Tidak, Sinon!"

Pergelangan tangannya tiba-tiba digerakkan dengan paksa, dan ada suara mengejutkan yang berdering di sampingnya.

"Ini berbahaya untuk auto log out sekarang! Ayo lakukan yang terbaik... tenanglah! Tidak apa-apa kamu tidak dalam bahaya lagi!"

"Ha... Hha..."

Sinon membuka matanya yang tampaknya tidak bisa berkonsentrasi, dan lengannya terus memukul. Akhirnya, dia bisa melihat orang yang mengeluarkan suara itu. Lengannya melingkari tubuh yang memiliki kehangatan, hanya ingin memeluk orang itu.

Dengan lengan kuatnya segera ia memegang punggungnya dengan erat, mengerahkan kekuatan bahkan lebih untuk menenangkan dirinya. Di sisi lain, Kirito mengulurkan tangannya dengan lembut membelai rambut Sinon .

Gumaman itu berdering lagi,

"Sebelum pistol Death Gun... «Blackstar» melukaimu, penyusup itu tidak dapat menyakitimu. Itulah batasan yang orang itu tetapkan. Tetapi jika kamu log out karena denyut jantung atau perubahan suhu tubuh, akan ada bahaya ketika kamu melihat wajah si penyusup. Jadi, kamu harus menenangkan diri dulu. "

"Tapi... tapi... itu menakutkan... benar-benar menakutkan..."

Sinon terus menangis seperti anak kecil dan membenamkan wajahnya ke dada Kirito.

Seperti gadis yang dengan terpaksa memeluk Kirito dengan erat, ada detak jantung yang lemah yang terlihat biasa dari orang itu.

Sinon terus mencoba yang terbaik untuk mendengarkan suara ini untuk mengusir gambaran menakutkan dari dalam benaknya. Deg, deg, hampir setiap detik seirama dengan detak jantung nya serasa memasuki tubuhnya. Jantung Sinon yang berdetak tidak karuan akhirnya kembali menjadi seperti biasa.

Saat ia pulih, dia menyadari bahwa dia tampaknya berada di posisi yang sama seperti Kirito, dan ketakutannya menghilang sedikit demi sedikit. Meskipun rasa takut dalam dirinya tidak hilang, kewarasan itu sudah cukup untuk menekan emosinya untuk mulai pulih.

"... Apakah kamu belum tenang?"

Di belakangnya, suara berat Kirito terdengar saat tangannya hendak meninggalkan punggung Sinon. Namun, Sinon menggelengkan kepalanya sedikit dan berkata lembut,

"Tolong biarkan seperti ini untuk sementara waktu... oke...?"

Meskipun ia tidak mendengar jawabannya, tubuh gadis itu merasa orang lain sedang memeluknya. Setiap kali tangan ramping menepuk kepalanya, ada perasaan hangat yang mencairkan hati beku miliknya sedikit demi sedikit. Sinon mengambil napas dalam-dalam, memejamkan mata dan merilekskan tubuhnya.

Setelah mempertahankan posisi itu selama beberapa detik, ia berseru,

"... Tanganmu, rasanya seperti ibuku."

"I-Ibu bukan seperti ayahmu?"

"Aku tidak punya kesan ayahku. Dia meninggal dalam kecelakaan ketika aku masih bayi."

"Baiklah..."

Jawaban Kirito agak pendek. Sinon dengan paksa membawa wajahnya ke dekat dada Kirito,

Sword Art Online Vol 06 -236.jpeg

"Katakan padaku- apa yang harus kita lakukan?"

Suaranya lebih kuat dari apa yang dia bayangkan. Kirito menghentikan tangan yang menepuk-nepuk rambut Sinon dan segera menjawab,

"Kita akan mengalahkan Death Gun. Dengan itu, kaki tangan yang siap untuk membunuhmu di dunia nyata tidak dapat berbuat apa-apa dan pergi. Tapi kamu hanya perlu tinggal di sini. Aku akan melawan. pistol pria itu tidak bisa membunuhku."

"Apakah itu benar-benar baik-baik saja?"

"Ya aku tidak menyebutkan nama dan alamatku ketika aku mendaftar, dan aku tidak dive di rumahku sendiri, dan bahkan ada seseorang di sampingku. Jadi, aku baik-baik saja. Aku hanya perlu untuk mengalahkan orang itu yang telah melanggar aturan."

"Tapi... bahkan tanpa «Blackstar» itu, pria bermantel itu sulit untuk dikalahkan. Kamu melihatnya menghindari Sniper Hecate bahkan dengan jarak 100m? Mungkin dia bisa menandingimu jika hanya kemampuan menghindari saja."

"Sejujurnya, aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengatakan bahwa aku pasti akan menang... tapi ini pilihan yang tersisa, seperti apa yang kamu katakan -kita bersembunyi di sini sepanjang waktu sampai ada 3 orang, dan kita berdua melakukan bunuh diri."

Pada saat ini, Kirito melirik jam dan Sinon melihat juga. Ini 9:40 pm. Tanpa sadar, scan pukul 9.30 pm telah terlewati. Sudah sekitar 25 menit sejak mereka melarikan diri ke lubang ini.

Sinon menatap wajah Kirito dan kemudian menggelengkan kepalanya sedikit,

"Aku mungkin tidak bisa bersembunyi di sini lagi. Para pemain lain seharusnya telah menyadari bahwa kita sedang bersembunyi di sebuah gua di padang pasir. Tidak banyak dari mereka, jadi kita mungkin bisa berakhir dengan satu serangan granat. Atau lebih tepatnya, kita sudah beruntung karena sudah aman selama 30 menit. "

"Aku mengerti."

Kirito menggigit bibir bawahnya dan menatap pintu masuk gua. Sinon menyaksikan sisi wajahnya diam-diam dan berkata,

"Karena kita berdua bekerja sama sampai sekarang, mari kita berjuang bersama-sama sampai akhir."

"... Tapi... jika kamu terkena pistol itu..."

"Benda itu hanyalah sebuah pistol tua."

Sinon terkejut kata-kata itu datang langsung dari mulutnya sendiri. Itu karena pistol «Type-54 Blackstar» -yang selalu menjadi pintu masuk bagi rasa takut yang menyiksanya.

Tidak, rasa takut itu tidak pernah lenyap. Jika itu hanya kebetulan bahwa Death Gun memilih Blackstar sebagai kepribadian lainnya, pistol itu akan menjadi kutukan yang tidak pernah bisa ia usir. Namun, setidaknya dalam permainan ini, pistol Type-54 itu bukan termasuk senjata yang ampuh. Itu adalah peningkatan ketakutan dalam hatinya sendiri yang membuatnya benar-benar takut, yang membuatnya kehilangan kemampuan pertempuran aslinya.

"Bahkan jika dia menembakku, kamu hanya akan menggunakan pedangmu untuk menjauhkan peluru dariku, benar kan? Selain itu, kecepatan menembaknya lebih kecil dari senapan serbu."

Melihat Sinon yang sedang menahan dirinya untuk gemetar dan menyelesaikan apa yang ingin dikatakannya, Kirito tersenyum dengan kekhawatiran dan kelegaan di dalamnya.

"Baiklah... Aku tidak akan membiarkannya melukaimu. Tapi untuk alasan keamanan, kamu lebih baik tidak muncul di depan Death Gun."

Setelah menggunakan tangannya untuk menghentikan Sinon yang hendak berdebat kembali, Kirito melanjutkan,

"Tidak, aku pasti bersedia untuk melawannya denganmu. Tapi Sinon, kamu penembak jitu. Bukankah kamu khusus untuk menembak dari jauh?"

"Itu benar."

"Kalau begitu ayo kita lakukan ini. Selama scan berikutnya, aku akan muncul di luar untuk memikat Death Gun. Orang itu seharusnya bersembunyi di suatu tempat untuk membidikku. Aku kemudian akan menggunakan peluru itu untuk menemukan tempat persembunyiannya, dan kamu menembaknya. Bagaimana tentang hal itu?"

"... Kamu berniat untuk menjadi umpan dan penonton pada saat yang sama?"

Sinon hanya bisa menggerutu dengan rencana yang terlalu berani itu, tetapi dalam hal kemampuan mereka, ini mungkin menjadi pilihan terbaik. Sebuah tipe jarak dekat bekerjasama dengan tipe jarak jauh pasti akan menimbulkan suatu kekuatan untuk mengalahkannya.

Sinon mengambil napas dalam-dalam dan menganggukkan kepalanya,

"Aku mengerti. Jadi ayo lakukan. Tapi sebelum itu, kamu sebaiknya tidak ditembak mati oleh Death Gun dalam satu tembakan."

"Aku, aku akan mencoba yang terbaik. Tapi senapan sniper laki-laki itu hampir benar-benar tidak terlihat, dan aku tidak bisa melihat garis pelurunya dari awal."

"Aku tidak tahu siapa yang mengatakan ia ingin aku mendengar 'prediksi garis peluru'."

Keduanya masih berdekatan satu sama lain. Dalam percakapan nya, Sinon merasa bahwa ketakutan yang menempel di punggungnya menghilang sedikit.

Mungkin ada seorang pembunuh yang memasuki kamarnya di dunia nyata -sejujurnya, sekarang ini dia hanya tidak berpikir tentang hal-hal menakutkan lagi. Saat ini, ia hanya bisa percaya pada apa yang Kirito katakan, bahwa orang tersebut tidak bisa melakukan apa-apa setelah mereka mengalahkan Death Gun. Tentu saja, selain kata-kata Kirito itu, kehangatan maya yang dia berikan kepada Sinon membawa beberapa kenyamanan padanya. Dia harus meninggalkan lubang, terpisah dari Kirito dan masuk ke mode snipingnya. Dia tidak tahu apakah dia bisa mempertahankan kondisi mentalnya saat ini. Dengan demikian, setidaknya dia harus mengambil lebih dari kehangatan avatar lain itu. Sinon menyandarkan tubuhnya lebih dekat untuk terakhir kalinya.

Pada saat ini, Kirito bergumam dengan terkejut.

"Erm... Kita lupakan tentang itu untuk saat ini. Sinon, ada beberapa titik merah berkedip di sudut kanan bawah sejak tadi."

"Eh...?"

Pada saat melihat ke atas, dia bisa menemukan bahwa itu adalah apa yang dikatakan Kirito. Sinon berpikir tentang apa sebenarnya yang ia bicarakan, tapi langsung menatap bulletspeed. Seperti yang diharapkan, benda itu di bagian atas gua. Dia ingin melompat jauh dari kaki Kirito, tapi itu tidak berarti untuk melakukannya sekarang ini, dan dia hanya bisa berteriak kaget. "AKHHH!"

"Ahh... sialan, aku benar-benar ceroboh..."

Apa yang mengambang di udara -adalah sesuatu yang misterius, putaran lingkaran konsentris aquamarine. Namun, itu bukan benda nyata, tetapi benda bersinar dalam permainan. Kirito, yang menemukan hal yang sama, mengangkat kepalanya dan bertanya,

"Eeh... apa itu...?"

Sinon mengangkat bahu dan kemudian menjawab,

"Sebuah kamera langsung, itu biasanya akan menunjukkan rekaman pertempuran, tapi sekarang karena tidak ada banyak orang yang tersisa, mereka akan datang ke sini."

"Eh... sialan. Apakah percakapan kita barusan..."

"Jangan khawatir. Ini tidak akan terdengar kecuali jika kita tidak berteriak atau terjadi sesuatu -Bagaimana kalau kita melambaikan tangan kita pada mereka?"

Kemudian, ia melanjutkan dengan suara dingin dan kejam,

"Atau kamu akan terganggu dengan membiarkan beberapa orang melihat rekaman ini?"

Mendengar hal ini, terlihat ketakutan melintas di wajah Kirito, tapi ia segera menyelinap dengan wajah kakunya.

"Ah- tidak... baik... aku kira kaulah yang harus khawatir. Omong-omong, mereka yang melihat hal ini kemungkinan besar akan berpikir bahwa kita perempuan, kan?"

"Uhmmm..."

Itu benar. Setelah itu, dia mungkin harus menjelaskan kepada orang lain apa yang sedang terjadi. Namun, itu adalah sesuatu yang harus dilakukan setelah mereka melewati krisis ini.

  • Fuun *, Sinon menggunakan hidung untuk mendengus dan berkata,

"Orang-orang mungkin panik setelah melihat gambar di kamera kita memiliki tampilan yang lebih buruk. Aku tidak benar-benar peduli. Nah... Ada beberapa rumor bahwa aku mempunyai selera yang aneh, setidaknya itu akan mengurangi banyak masalahku."

"Apakah aku harus bertindak sebagai seorang gadis sepanjang jalan?"

"Jangan katakan bahwa kamu lupa telah memintaku untuk mengajarimu dengan berpakaian seperti seorang gadis... Ah, itu menghilang!"

Para penonton di luar tidak bisa mengira bahwa kami sedang menusuk satu sama lain setelah melihat kita seperti itu, kan? Sepertinya Sinon memikirkan ini, objek yang mewakili kamera langsung menghilang karena mencari target baru.

Sinon mendesah dan kemudian mendorong bagian atas tubuhnya.

"Oke... Waktunya hampir tiba, masih ada dua menit sampai scan berikutnya lewat. Aku akan tinggal di dalam gua, dan kamu pergi ke luar untuk memeriksa perangkat, oke?"

Sinon mengatakan ini saat ia perlahan-lahan bangun dengan menarik Kirito yang membuatnya tertarik ke atas yang sebelumnya ia gunakan sebagai kursi sampai sekarang.

Segera setelah mengambil langkah mundur, udara dingin padang pasir segera menutupi seluruh tubuhnya, menyebabkannya untuk mengecilkan lehernya kembali. Dia mengambil senapan kesayangannya di samping kakinya dan kemudian membawa senapan logam yang memiliki tembakan hangat di udara yang dingin.

"Ah... ngomong-ngomong..."

Dia mendongak setelah mendengar suara Kirito, dan melihat lightsaber prajurit cemberut, tampak seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Ada apa lagi? Tidak ada waktu untuk mengubah rencana kita."

"Tidak. Ini bukan tentang rencana kita. Tapi yang ingin aku katakan adalah... nama asli Death Gun, atau lebih tepatnya, nama sebenarnya dari karakter seharusnya. Itu «Sterben»."

"Ya... itu benar, siapa yang tahu bagaimana ia memiliki nama itu."

"Aku akan bertanya jika aku mendapatkan kesempatan untuk melawan dia di jarak dekat, jadi aku yang pertama akan bergerak dahulu."

Prajurit lightsaber berambut hitam itu menganggukkan kepalanya saat ia melihat mata Sinon. Dia kemudian membalik tubuh rampingnya berputar dan berjalan menuju pintu keluar dari gua.

'Perasaan dingin ini tidak bisa pergi meskipun aku membawa Hecate, itu karena aku gugup menghadapi pertempuran terakhir, atau karena aku sedang dalam bahaya di dunia nyata -atau karena Kirito meninggalkanku?' pikir Sinon.

Dia membawa bahunya lebih dekat , menghirup udara padang pasir yang kering, dan kemudian berkata kepada Avatar yang secara bertahap bergerak menjauh,

"... Hati-hati."

Dengan punggung menghadap Sinon. Avatar itu memberikan acungan jempol dengan tangan kanannya untuk menjawab peringatannya.


Bab 13[edit]

Asuna berjuang melawan rasa gelisah yang teramat sangat saat menunggu waktu untuk kedatangan seseorang.

Tiga menit yang lalu, ia log out dari kamarnya di Yggdrasil City, pergi ke Dicey Café di dunia nyata dan menelepon nomor orang itu. Menanyainya dan memaksanya log in ke ALO, dan ia kembali ke tempat di mana semuanya telah berkumpul. Kurang dari satu menit sejak dia log in, tetapi setiap detiknya terasa begitu panjang.

“Tenanglah, lagi pula Asuna juga tidak mendengarkanku berbicara.”

Lisbeth duduk di sofa di sebelahnya, dan setelah ia mengucapkan kalimat itu, Asuna kemudian menghembuskan napas perlahan sebelum menjawab dengan suara berat,

“Yah... maaf. Tetapi... aku hanya punya perasaan yang tidak enak. Sesuatu yang besar pasti terjadi pada Kirito-kun sampai ia menyembunyikan masalah «Laughing Coffin[19]» dan masuk ke dunia lain. Ini pasti bukan karena dendam, mungkin ada sesuatu yang berbahaya di dunia nyata.”

“Setelah melihatnya barusan... Aku tidak akan bilang kalau kamu berpikir macam-macam...”

Yang dimaksud Lisbeth adalah kejadian aneh yang terjadi pada turnamen di dunia lain «Gun Gale Online», yang disiarkan di layar lebar pada dinding yang menghadap sofa.

Pemain bermantel itu menggunakan pistolnya yang menakutkan untuk menembakkan satu peluru kepada pemain lain. Kemudian, pemain yang tertembak itu tiba-tiba menghilang karena putus koneksi. Dan siaran televisi langsung yang mereka tonton itu menunjukkan orang bermantel itu menyatakan kepada seluruh pemain “Jangan lupa. Tidak ada yang, telah selesai. Tidak ada, yang telah selesai—ini adalah pertunjukan—“

Mendengar kata-kata itu, Klein, yang ada di depan meja bar terkejut, tetapi mengatakan dengan yakin kalau pemain itu adalah seorang anggota dari red guild[20] SAO «Laughing Coffin».

Selama dua tahun berkelana di kastil melayang, Asuna sendiri telah melewati banyak pertarungan besar, dan pertarungan Crusade Alliance melawan Laughing Coffin mungkin adalah satu yang paling berbahaya. Dalam pertarungan guild vs guild, belum pernah ada kasus di mana lebih dari 30 pemain mati.

Sejujurnya, Asuna sendiri sudah melupakan detail dari pertarungan itu. Tetapi, yang meninggalkan kesan mendalam untuknya adalah sosok «Black Swordsman» yang terus mengayunkan pedangnya seperti setan sambil berdiri tepat di depan anggota crusade yang akan jatuh. Kalau bukan karena Kirito yang melawan, kelompok crusade pasti akan dihabisi.

Lamanya pertarungan lebih pendek daripada yang dibutuhkan untuk melawan boss level. Setelah deathmatch[21], ada sekitar 10 korban dari crusade, dan 20 korban dari Laughing Coffin. Mereka membawa pemain-pemain yang selamat dari red guild ini ke penjara Black Iron Castle dan berkabung untuk mereka yang mati dalam pertarungan—setelah itu, tidak ada yang menyebutkan pertarungan itu lagi. Tidak peduli siapapun itu, Asuna, Klein, ataupun Kirito, semua telah melupakan hal ini dengan caranya masing-masing. Itu seharusnya yang terjadi.

... Tetapi, hal yang tidak terduga adalah sudah setahun setelah SAO ditamatkan dan semua pemain dibebaskan, pembunuh dari masa lalu sekarang muncul lagi di depan mereka dengan cara seperti itu.

Di ruangan, Asuna, Klein, Lisbeth, Silica, dan bahkan Lyfa, yang tidak punya hubungan langsung dengan ini terus diam dan menunggu, menunggu orang yang seharusnya tahu apa yang terjadi.

Beberapa menit setelah Asuna log in lagi, seseorang akhirnya mengetuk pintu. Orang itu kemungkinan mencoba yang terbaik untuk log in ke ALO setelah menerima kabar. Tetapi Lisbeth berteriak ‘terlalu lama!’ saat orang itu membuka pintu, yang memang mencerminkan pemikiran dari keempat yang lainnya.

“... Aku, aku terbang langsung ke sini dari tempat di mana aku log in. Kalau ALO punya batas kecepatan, aku akan kehilangan izin terbangku.”

Orang yang mengatakan lelucon seperti itu adalah penyihir Undine yang seperti Asuna. Badannya yang tinggi dan kurus memakai jubah sederhana, dan rambutnya yang biru tua disibakkan ke samping. Wajahnya yang sopan dan kurus menggunakan kaca mata silver bundar.

Nama avatarnya adalah «Chrysheight». Dan ia, yang dianggap sekutu oleh Asuna dan lainnya, telah bermain ALO selama 4 bulan. Tetapi, mereka yang tahu kalau namanya tersusun dari kata-kata Inggris yang bisa diterjemahkan dari namanya, «Chrysanthemum» dan «Height», hanyalah Asuna dan Kirito.

Nama aslinya di dunia nyata adalah Kikuoka Seijirou. Ia adalah anggota «Virtual Division» dan juga penyelidik di «SAO Incident Countermeasure Team». Ia membantu Kirito dalam segala hal setelah ia kembali ke dunia nyata, dan juga membantu menyelamatkan Asuna, jadi ia bisa dianggap sebagai penyelamat mereka. Dan untuk alasan apa, di situasi semacam ini, ingin datang ke ALO dan membuat karakter baru, adalah karena ia berkata ‘Aku berharap dengan bermain VRMMO bisa membuatku lebih dekat dengan kalian, dan Kirito’, hanya Kirito yang membalas dengan nada dingin ‘Aku bertaruh ini hanya untuk mengumpulkan informasi’. Asuna sendiri merasa kalau Kikuoka sedikit mencurigakan, tetapi tidak ada alasan yang bisa digunakan untuk menolaknya. Lagipula, ia, yang tidak sering log in, bertarung dengan anggota party yang lainnya sebagai sekutu. Sampai hari ini, waktu ini.

Chrysheight, tidak, Kikuoka Seijirou setelah menutup pintu, pergi ke tengah ruangan dengan wajah sama seperti 4 bulan yang lalu.

Asuna menggebrakkan sepatu boots nya dan tiba di depan Kikuoka, melihat matanya yang sama ramahnya seperti di dunia nyata, dan bertanya,

“Apa yang terjadi?”

Ia menelepon dari Dicey Café, dan berkata kalau dia ingin tahu mengapa Kirito pindah ke GGO, jadi ia mengundangnya datang ke rumahnya di Yggdrasil. Tetapi karena itu adalah Minggu malam, dan Kikuoka adalah pegawai negeri sipil yang masih bujang, permintaan itu terlalu memaksa kelihatannya. Untungnya, ia di rumah, sehingga Asuna tidak perlu mengatakan kata-kata yang lebih mendesaknya dan berhasil mengatasi masalah. Ia berkata dia ada di rumah, tetapi suaranya terdengar sangat pelan di telepon, dan latar belakang suaranya lebih halus lagi. Tetapi, Asuna tidak punya waktu untuk memikirkannya. Ngomong-ngomong, karena dia bergegas datang kurang dari 2 menit, seharusnya Asuna yang meminta maaf karena memintanya datang mendadak, tetapi kegelisahan di hatinya membuatnya mengabaikan kata-kata itu.

Mendengar Asuna berbicara langsung ke topik, mata-mata di belakang kacamata bundar yang menyenangkan milik Chrysheight segera berkedip beberapa kali. Asuna, yang sudah akrab dengan Kikuoka, tahu kalau dia tidak hanya terkejut, tetapi ia berpikir cepat karena ia menunjukkan ekspresi ini.

Penyihir ini yang terlihat seperti seorang guru, batuk beberapa kali sebelum berkata,

“Kalau aku harus menjelaskan detailnya, akan memakan waktu cukup lama. Tetapi sejujurnya, aku tidak tau bagaimana harus memulainya.”

Baru saja Asuna akan berkata ‘jangan main-main’, sesosok kecil muncul dari kegelapan cangkir-cangkir gelas dan cangkir-cangkir teh di meja. Sosok itu menatap Kikuoka dengan wajah bersikeras.

“Biarkan aku membantumu menjelaskan kalau begitu.”

Pemilik suara itu sudah jelas adalah Yui. Wajahnya yang biasanya imut, menunjukkan keseriusan seperti Kirito, dan kemudian berkata dengan suara seperti lonceng perak.

“Orang yang mengklaim sebagai «Death Gun», atau pemain «Death Gun» mulai muncul di dunia «Gun Gale Online» dari tahun 2025, 9 November. Ia menembak ke layar di wilayah bar di ibukota GGO, «SBC Gurokken».

Yui memulainya dengan berkata seperti itu dan kemudian menjelaskan keadaan yang mengerikan itu selama dua menit.

Di dalam «kode area anti kejahatan» yang membuat penyerangan tidak efektif, ada dua kejadian penembakan yang kelihatannya tidak berguna. Tetapi, apa yang terjadi kemudian adalah terjadinya putus koneksi yang nampaknya terjadi karena penembakan itu. Kedua pemain yang tertembak tidak pernah log in lagi. Dan—di dunia nyata, ada dua jenasah aneh yang mati pada waktu yang sama dengan waktu penembakan.

“... Karena berita hanya menyebutkan jika orang mati itu bermain sebuah VRMMO, aku tidak bisa mengetahui apakah game itu adalah GGO atau bukan. Tetapi karena kejadian kematiannya hampir sama, aku tidak perlu meng-hack ke dalam jaringan sistem rumah duka untuk menebak kalau kedua pemain yang mati adalah «Zexceed» dan «Usujio Tarako». Dan juga, aku mengira «Pale Rider», yang diputus koneksinya oleh «Death Gun» 6 menit 40 detik yang lalu juga mati di dunia nyata.”

Mengatakan hal itu, Yui menutup mulutnya dan bersandar pada cangkir di sebelahnya. Asuna dengan cepat meraih badan kecil si pixie dengan tangannya dan membawanya ke depan dadanya.

Dari bagaimana ia melakukan riset pada berita di internet, sampai berita personal mampu untuk membuat kesimpulan seperti itu dan kemampuan berbahasa Jepangnya benar-benar sempurna untuk diucapkan, kesempurnaan Yui sebagai AI sangat luar biasa. Ketika ia berada di «Mental health counseling program[22]», ia hampir rusak karena tidak mampu menahan beban ketakutan, keserakahan, dan niat jahat, serta pikiran negatif yang dihasilkan dari pemain yang tidak terhitung.

Untuknya, itu tentu saja adalah beban yang sangat berat untuk menemukan informasi tentang «Death Gun» dan mengolahnya. Meskipun keadaan genting yang Yui katakan mengakibatkan keterkejutan yang hebat, Asuna masih terdiam membawa bibirnya ke arah Yui dan berbisik ‘terima kasih’.

Sepertinya Lyfa, Lisbeth, Silica, dan Klein, yang ada di ruangan yang sama semuanya terkejut, jadi semuanya tetap diam.

Saat ini, yang pertama memecah keheningan adalah kata-kata Chrysheight yang tegas.

“... Itu mengejutkan. Aku rasa benda kecil ini adalah sistem pendukung ALO «Navagation Pixie»... tapi untuk mengumpulkan informasi sebanyak itu dan membuat kesimpulan di waktu yang singkat. Gadis kecil…apakah kau tertarik dengan ra(Katakana:?di versi Jepangnya)... tidak, apakah kamu ingin bekerja untuk «Virtual Division»?”

Penyihir berkacamata ini dipelototi oleh Asuna setelah membuat lelucon seperti itu. Ia kemudian mengangkat tangannya dan berkata dengan nada kalah,

“Maaf. Aku tidak akan menyembunyikan informasi[23] sekarang. Apa yang gadis kecil itu jelaskan- semuanya benar. «Zexceed» dan «Usujio Tarako» meninggal segera setelah mereka tertembak oleh «Death Gun» karena serangan Jantung.

“... Oi, Chrysheight-san. Apakah kau yang meminta Kirito untuk menyelidiki? Dengan kata lain kau tahu tentang insiden pembunuhan ini tetapi masih meminta Kirito untuk pergi ke sana?”

Chrysheight mengangkat tangannya untuk menghentikan Klein, yang melompat dari meja bar dan mendekatinya. Saat ini, kacamatanya memantulkan cahaya, menyembunyikan ekspresinya di bawahnya.

“Tunggu, Klein-shi. Kirito dan aku mengambil kesimpulan kalau itu bukan kasus pembunuhan setelah mendiskusikan dua kejadian ini.”

“Apa maksudmu?”

“Pikirkan sekarang, bagaimana kau membunuh orang di game? AmuSphere bukanlah Nerve Gear. Kalian semua pasti mengetahuinya, kan? AmuSphere didesain untuk mencegah kerusakan apapun, sehingga apapun cara yang digunakan, tidak bisa melukai kepala pengguna. Jadi tidak mungkin menghentikan detak jantung yang bahkan tidak tersambung ke mesin. Kirito dan aku mendiskusikan ini akhir pekan di dunia nyata dalam waktu yang lama, dan menyimpulkan kalau ‘Sebuah tembakan di game tidak bisa menyakiti badan nyata di dunia nyata’.”

Mendengar kata-kata Kikuoka seperti ia sedang menenangkan seorang murid yang mengamuk dengan logika yang tenang dan sempurna, Klein hanya dapat menggeram dan kembali ke kursi bundarnya.

Kemudian, suara parau Lyfa memecah keheningan.

“Chrys-san. Mengapa kau meminta onii-chan untuk memasuki GGO?”

Kaki-kaki ramping dari divided skirt[24] Lyfa yang hijau terang diregangkan saat ia menginjak lantai sebelum berdiri. Kemudian ahli pedang paling hebat di antara para Slyph ini perlahan mendekati Kikuoka seperti dalam sebuah pertarungan kendo.

“... Kau seharusnya sudah merasakan sebelumnya, tidak, kau harusnya sudah menyadari ada sesuatu yang salah sekarang ini seperti kita, kan? Pemain yang disebut Death Gun itu punya rahasia menakutkan.”

“…”

Sekarang ini, Kikuoka akhirnya diam, dan Asuna menyampaikan sebuah fakta yang tidak ia ketahui.

“... Chrys-san, «Death Gun» adalah seorang yang selamat dari SAO seperti kami. Dan ia juga seorang anggota red guild terparah, «Laughing Coffin».”

Badan penyihir yang tinggi dan kurus itu tersentak, dan bibirnya yang tipis terkesiap.

Bahkan pejabat dengan jabatan tinggi ini terkejut. Matanya yang biasanya sipit dan ramah mendadak terbuka lebar. Dua detik kemudian, Chrysheight dengan nada berat,

“... Apakah itu benar?”

“Ya. Aku tidak dapat mengingat namanya, tetapi Klein dan aku dapat membuktikan kalau kami telah ikut dalam perang «Laughing Coffin and Crusade». Dengan kata lain... ini bukan pertama kalinya Death Gun membunuh di game. Apakah kau bisa menyebutkannya kebetulan?”

“Ta.. tapi.. kemudian, Asuna-kun, apakah kau benar-benar berpikir kalau kekuatan supernatural atau kutukan itu memang ada? Apakah Death Gun menggunakan kekuatan supernatural dari SAO dan menggunakannya untuk membunuh?”

“Itu...”

Asuna tidak dapat menganggukkan kepalanya dengan segera dan hanya dapat menggigit bibirnya.

Saat itu, Lisbeth menggunakan kesempatan ini untuk berkata,

“Asuna... apakah Chrysheight tahu tentang SAO? Aku dengar dia adalah pejabat yang terlibat dengan internet di dunia nyata dan datang bermain ALO untuk penyelidikan pada VRMMO.”

Saat ini, Kikuoka sendiri secara tidak terduga menganggukkan kepalanya untuk mengakuinya. Mungkin ia tidak pernah berniat menyembunyikan identitasnya. Ia mulai menjelaskan posisinya.

“Kau benar, Lisbeth-kun. Walaupun aku biasa bekerja untuk pekerjaan lain. Aku dulu adalah anggota dari «SAO Case Victims Rescue Force[25]». Meskipun begitu, kami tidak memikirkan untuk menyerang, dan hanyalah sebuah kelompok tanpa kekuatan yang sebenarnya…”

Mendengar hal ini, Lisbeth membuka matanya sedikit, menunjukkan kebingungan di wajahnya.

Chrysheight bertingkah seperti ia tidak mengetahui apapun, tetapi yang dikatakannya benar. «Rescue Force» mengambil langkah aktif pada November 2022 setelah insiden SAO terjadi, dan dengan cepat memindahkan 10.000 korban ke rumah sakit di seluruh negara. Dikatakan bahwa sulit untuk mendapatkan kamar-kamar dan biayanya, tetapi kelompok ini terus menegosiasikan lewat cara halus maupun kasar yang menyebabkan departemen pemerintahan ikut terlibat. Asuna mendengarnya dari Kirito kalau Kikuoka adalah pimpinan dari kelompok ini. Sekarang ini, semua korban selamat dari SAO mengetahui kerasnya perjuangan yang dilakukan «Rescue Force», dan setiap korban berterima kasih atas apa yang sudah mereka lakukan.

Tertekan antara kemarahan karena meminta Kirito melakukan pekerjaan berbahaya seperti itu dan kenyataan kalau dia telah membantu sebelumnya, Lisbeth dan Klein hanya bisa diam. Asuna sendiri mewakili semua dan berkata perlahan kepada Kikuoka,

“Chrysheight... Aku tidak tahu bagaimana Death Gun membunuh. Tetapi, aku tidak bisa hanya membiarkan Kirito bertarung sendirian melawan musuh terkutuk ini. Kau bisa mencari alamat asli dan nama pemain yang disebut Death Gun ini, kan? Itu tidak mudah, tetapi kalau kita mendata semua korban selamat dari «Laughing Coffin» dan memeriksa apakah rumah mereka terhubung dengan server GGO, atau kalau kau bertanya ke jaringan server yang dikontrak untuk memberikan data...”

“Tu, tunggu. Harus ada surat perintah dari pengadilan sebelum kita bisa melakukan itu, tetapi itu akan menghabiskan waktu cukup lama untuk menjelaskan semua keadaannya.”

Kikuoka mengangkat lengannya untuk membuat Asuna nyaman, tetapi berkedip seperti ia menyadari sesuatu dan kemudian menggelengkan kepalanya dengan lemas.

“Tidak, ini tidak bisa dilakukan. Data yang dimiliki Virtual Division tentang para pemain SAO adalah nama asli, nama karakter, dan level akhir. Nama guild dan jumlah... pemain yang mereka bunuh tidak diketahui. Jadi, kita tidak bisa menemukan nama dan alamatnya di dunia nyata hanya dengan mengetahui kalau mereka sebelumnya adalah anggota dari «Laughing Coffin».”

“…”

Asuna menggigit bibirnya dengan keras. Ia memang punya kesan dari cara «Death Gun» berbicara dan tindakannya. Ia yakin melihatnya saat pertarungan crusade dan ketika mereka membunuh anggota crusade. Tetapi tidak peduli apapun itu, ia tidak bisa mengingat namanya. Tidak, dia tidak pernah sekalipun berpikir untuk mengetahui namanya karena ia ingin dengan cepat melupakan memori dari guild itu.

“—Onii-chan pasti sedang di medan pertempuran dan mencoba mengingat namanya.” Lyfa tiba-tiba mengatakan itu.

Dalam beberapa hal, gadis ini lebih dekat dengan Kirito dari siapapun—karena ia adalah keluarganya. Ia memegang tangannya erat-erat di depan dadanya dan melanjutkan,

“Onii-chan terlihat ketakutan saat ia kembali kemarin malam. Aku rasa aku harusnya menyadari kalau seorang anggota dari «Laughing Coffin» ada di dalam GGO selama persiapan kemarin. Dan ia mengetahui kalau orang itu bisa membunuh seseorang dengan suatu cara. Jadi untuk mengingat nama masa lalu orang itu dan membuatnya berhenti melakukan «PK»... onii-chan akan mengakhiri ini semua.”

Mendengar ini, Asuna sedikit terkesiap.

Meskipun ia sedikit tidak senang, tebakan Lyfa seharusnya benar. Tidak, Kirito bahkan akan berpikir kalau ini adalah «kewajibannya». Itu adalah kewajibannya untuk menghentikan anggota Laughing Coffin melakukan kejahatan lagi. —Kirito-kun, kau... kau selalu seperti ini tidak peduli kapan.

“ANAK INI... ANAK BODOH INI!”

Klein berteriak dan menggebrak meja bar. Dagunya yang penuh janggut memilin bibirnya dan terus berteriak,

“ITU TERLALU EGOIS! KALAU KAU BERKATA SESUATU. KALAUPUN KAU HANYA BERKATA SESUATU, BAHKAN JIKA AKU PUN HARUS PERGI KE NERAKA, AKU PASTI AKAN BERPINDAH KE SANA!”

“Yeah. Tapi Kirito-san tidak akan berkata seperti itu. Ia tidak akan membiarkan kita terlibat sekali ia tahu adanya bahaya. Dia tipe orang yang seperti itu...”

Mendengar Silica menangis dan tersenyum mengatakan hal itu, Lisbeth di sebelahnya tersenyum dan mengangguk.

“Itu benar. Dia seperti itu sebelumnya. Kalau memang begitu, maka sekarang ini di turnamen, dia mungkin melindungi seseorang dari musuh.”

Mendengar kata-kata itu, semua melihat ke arah layar besar di dinding seperti mereka tertarik akan sesuatu.

Ada adegan-adegan di mana efek khusus keluar dari senjata, tetapi tidak ada tanda-tanda nama Kirito, dan orang bermantel yang mengklaim sebagai «Death Gun» tidak pernah muncul.

Memikirkan hal itu dengan seksama, semua yang hadir tidak tahu bagaimana tampang Kirito di GGO. Tetapi kalau ia bukan pemain utama yang kamera fokuskan menunjukkan namanya, tetapi sebagai lawan yang bertarung di layar, Asuna dan yang lainnya tetap tidak akan menyadarinya. Tetapi, setidaknya di daftar pemain di sisi kanan layar masih tertulis nama Kirito, dan pemain lainnya dengan cepat tercatat [Dead], dan dia masih [Alive]. Ini artinya dia sedang bertarung sengit dengan «Death Gun» di pulau terpencil ini yang menjadi medan pertarungan. Asuna tidak dapat mengikuti turnamen ini meskipun ia berpindah ke GGO, jadi dia tidak dapat membantu Kirito. Tetapi dia ingin melakukan sesuatu untuk membantu, melindungi, dan menguatkan kekasihnya.

Asuna menahan semangatnya di dalam dirinya dan bertanya pada Lyfa,

“Lyfa-chan, Kirito-kun tidak melakukan dive dari kamarnya sendiri, kan?”

“Ya, itu benar. Aku hanya tahu kalau ia melakukan dive ke GGO dari suatu tempat di kota.”

Asuna sendiri mendengarnya dari Kirito. Alasan mengapa ia tidak log in ke ALO di rumah tetapi di Dicey Café di Okachimachi adalah karena ia ingin bertemu Kirito segera setelah turnamen selesai. Asuna menganggukkan kepalanya dan melihat ke arah Kikuoka.

“Chrysheight. Kau seharusnya tahu di mana Kirito-kun log in, kan?”

“Ah.. yah...”

Penyihir dengan jubah panjang itu menganggukkan kepala dan berbisik, dan rambutnya yang berwarna seperti laut itu terus bergoyang ke arah yang aneh. Tetapi baru saja Asuna akan melangkah, dia tiba-tiba menggelengkan kepala dan berkata,

Sword Art Online Vol 06 -259.jpeg

“—Ya, aku tahu. Aku mengatur tempatnya untuk log in, jadi ia aman. Ada CCTV, dan seseorang menemaninya setiap waktu. Aku dapat memastikan kalau tubuh Kirito di dunia nyata tidak akan terancam bahaya.”

“Di mana?"

“Yah... itu... di rumah sakit di Ochinomizu di Chiyoda. Tetapi jangan dianggap itu tidak aman hanya karena itu adalah rumah sakit. Aku memilih tempat yang memudahkan akses ke sebuah ECG[26]. Tentu saja, itu bukan berarti aku tahu akan ada sesuatu terjadi pada tubuhnya.”

Kikuoka melanjutkan berkata-kata yang terdengar seperti menghindar, tetapi Asuna melambaikan tangannya untuk menyelanya dan bertanya,

“Rumah sakit di Chiyoda? Di mana Kirito-kun menginap untuk pemulihan?”

“Ya, yang itu.”

—Itu dekat. Tepat antara Dicey Café di Okachimachi dan Ochimizu adalah Suehirochou. Tidak akan menghabiskan waktu 5 menit untuk ke sana dengan taksi. Memikirkan ini, Asuna berkata sungguh-sungguh,

“Aku ingin ke sana. Ke mana Kirito-kun di dunia nyata.”


Bab 14[edit]

Aku berpisah dengan Sinon dan berjalan keluar dari gua. Warna merah dari matahari terbenam di langit hampir hilang, hanya menyisakan langit ungu di malam hari.

Aku, yang selalu berpikir bahwa dunia GGO mataharinya selalu terbenam, sedikit terkejut bahwa dunia ini juga memiliki malam dan aku pun melihat ke langit. Tapi setelah berpikir tentang hal itu, seharusnya sudah 10 pm di dunia nyata, jadi jelas bahwa langit malam akan menjadi gelap.

Tampaknya tidak ada bintang di langit. Dikatakan bahwa ada beberapa perang galaksi dengan skala yang besar di dunia ini di masa lalu, dan peradaban mulai menurun. Saat ini, manusia hanya bisa mengumpulkan sisa-sisa teknologi masa lalu untuk bertahan hidup. Langit malam yang luas bahkan akan membuat orang bertanya-tanya jika planet di galaksi itu akan hancur.

Tiba-tiba, ada cahaya kecil yang bersinar dalam kegelapan tak berujung dari arah barat laut. Meteor?- tentu saja bukan. Itu adalah satelit buatan. Sejak peradaban terakhir, tidak ada yang pernah menggunakannya sekarang ini, dan itu terus mengirimkan sebuah informasi.

21:45 pm. Sudah waktunya untuk «Scanner Satellite» ke 7 sejak BoB yang ke-3 ini dimulai.

Aku membalikan mataku menjauh dari langit malam, mengambil alat terminal tipis keluar dari kantong sabukku dan menyentuh permukaannya. Layar segera menyala, dan peta lingkungan muncul di atasnya. Pulau ini menjadi medan perang untuk turnamen kali ini, tampaknya bagian utaranya benar-benar tertutup oleh gurun pasir. Ada sebuah bukit yang sedikit berbatu dan padang rumput hijau kecil dan juga tanah tandus datar yang tidak akan pernah berubah. Omong-omong, tempat ini tidak cocok untuk para sniper.

Setelah bersandar di dinding batu dekat lubang, aku mencari tempat persembunyian yang baik dan menonton perangkatku. Beberapa detik kemudian, pusat peta menunjukkan sebuah cahaya putih. Aku tidak perlu menyentuhnya untuk mengetahui bahwa cahaya ini mewakiliku-Kirito. Tentu saja, Sinon, yang sedang menunggu di gua di sampingku tidak akan muncul di peta.

Tanpa diduga, tidak ada pemain lain yang berada di gurun ini dalam radius 5 kilometer di sekitar ku. Bahkan jika «Death Gun» - «Sterben» akan menggunakan «Optical Camouflage» dan tidak tampil di peta, pemain lain yang menyadari Sinon dan aku bersembunyi di sebuah gua gurun seharusnya berkumpul di dekatnya dan akan siap untuk melempar granat ke dalam gua.

Ini tidak terdengar begitu bagus -tapi ada titik cahaya abu-abu yang tak terhitung jumlahnya ditampilkan di seluruh gurun. Ini seharus adalah pemain yang telah gugur, tapi ada begitu banyak «mayat», namun kami tidak mendengar suara pertempuran dari gua. Omong-omong, itu benar-benar luar biasa.

Aku buru-buru memperbesar gambarnya dan melihat ada titik terang 6km barat daya. Setelah menyentuhnya dengan ujung jari ku, nama yang ditampilkan adalah «Yamikaze». Nama ini tampak akrab. Melihat ke bagian bawah peta, aku menemukan ada beberapa titik gelap dan dua titik cahaya yang cukup dekat. Yang selamat adalah «No-no» dan «Fernil». Aku kemudian meningkatkan perbesaran untuk menampilkan seluruh pulau di layar. Namun tidak ada titik cahaya yang lain. Bahkan pemain yang Sinon panggil «CampeRichie», yang menduduki puncak bukit selatan sejak awal turnamen telah menjadi gelap. Juga, ada dua titik gelap di dekatnya. Tampaknya ia telah diserbu.

Dengan kata lain, termasuk Sinon dan Death Gun yang tidak tampil di peta, hanya ada 6 orang tersisa di medan perang yang luas ini.

Tentu saja, mungkin ada kemungkinan bahwa pemain lain bersembunyi di gua-gua atau di bawah air, tetapi tidak seperti kemampuan unik Death Gun, mereka tidak dapat menerima informasi dari satelit. Juga, pada saat ini di mana turnamen hampir berakhir, tidak mungkin ada yang sabar untuk tidak melihat klasemen saat ini.

"... Ah."

Tepat ketika aku berpikir tentang hal ini ketika aku melihat penerimaku, ada sebuah perubahan tiba-tiba di layar, dan aku mengerti tapi aku menahan teriakanku.

Hal ini bukan karena jumlah titik cahaya meningkat. Bahkan, sebaliknya. 2 titik cahaya di dekat reruntuhan tiba-tiba menjadi gelap.

Kedua orang mungkin tidak menyadari bahwa orang lain berada di dekatnya. Dan setelah melihat layar, mereka menyadari bahwa musuh mungkin berada di balik dinding di mana mereka berada. Mereka kemudian buru-buru melemparkan sebuah granat dan menyebabkan kedua belah pihak mati -atau begitulah yang sedang kupikirkan. Jika hal ini benar-benar terjadi, kedua player ahli yang bertarung seperti ini sampai sekarang mungkin akan depresi jika melihat mereka mati seperti ini. Aku harus menahan keinginanku untuk turut bersedih.

Pokoknya ---- seperti itu, battle royale itu awalnya dimulai dengan 30 pemain yang sekarang menjadi empat. Dan, yang ditampilkan di layar hanya Yamikaze dan aku.

Aku akhirnya menghitung jumlah titik terang dan gelap yang tersebar di seluruh pulau. Dan kemudian mengeluarkan sebuah desahan.

"Eh..."

Aku buru-buru menghitung lagi, tapi tidak peduli berapa kali aku menghitung, nomornya tidak pernah berubah. Layar penerima menunjukkan hanya 2 titik putih yang masih hidup. Dan juga, jumlah titik yang dihilangkan adalah 24.

Jumlahnya tidak pas. Selain Sinon dan Death Gun yang tidak muncul di layar, hanya ada 28 orang. Bahkan jika kita menghitung «Rider Pale» yang terputus dan hilang setelah ditembak oleh pistol tersebut, seharusnya hanya ada 29 orang. Masih tersisa satu orang lagi.

Apakah seseorang bersembunyi di dalam sebuah gua atau bawah air? Jika tidak ... Death Gun «menghapus» pemain lain.

Tidak, ini tidak mungkin. Death Gun, komplotannya di dunia nyata seharusnya menunggu di rumah Sinon atau di suatu tempat di dekatnya. Aku tidak berpikir menggunakan Sinon sebagai umpan, namun kaki Death Gun tak bisa pindah ke rumah target lain seperti itu.

-Tidak, mungkin... apakah aku meninggalkan sesuatu yang penting?

Tidak Sekarang bukan waktu untuk ragu-ragu. Aku memejamkan mata dengan keras dan merasakan udara dingin yang mengelilingiku.

Setelah aku membuka mataku, titik-titik cahaya yang ditampilkan pada layar mulai berkedip.

Tampaknya satelit itu akan segera pergi. Mungkin... tidak, aku tidak berpikir aku perlu melakukan scan yang lainnya. Aku diam-diam mengatakan selamat tinggal pada satelit itu dan segera melihat sekeliling. Di bawah gurun yang tertutup dalam kegelapan, tidak ada sesuatu yang bergerak atau bersinar. Aku meletakkan perangkat yang kehilangan informasinya kembali ke kantong sabukku sebelum berbalik dan berjalan kembali ke gua.

Gadis yang membawa senapan sniper besar tidak bersembunyi di bagian bawah motor, tapi menunggu di pojok kanan gua. "Jadi? Bagaimana?"

Sinon menggerakkan rambut aquamarine pendeknya yang diikat menjadi dua saat ia bertanya dengan cemas. Aku mencoba untuk menjelaskan dengan sederhana seluruh situasinya kepadanya. "Dua orang telah gugur satu sama lain selama scan, sehingga semua yang tersisa seharusnya 4 dari kita, yaitu aku, kamu ,«Yamikaze» dan «Death Gun» yang tidak muncul di layar. Yamikaze sedang 6km berada di barat daya, dan Death Gun seharusnya bergerak mendekat pada titik yang berada di gurun. Juga, mungkin ada seseorang yang bersembunyi di gua seperti kita. "

Aku benar-benar tidak bisa mengatakan kecurigaanku bahwa seseorang bisa saja meninggal oleh tembakan Death Gun. Sinon sendiri tampaknya tidak menyadari kekhawatiranku saat ia bergumam sambil melihat agak terkejut,

"... Hanya 4, eh... 5 orang yang tersisa..."

Tapi dia kemudian menganggukkan kepalanya dan berkata,

"Ini sudah lewat 1 jam dan 45 menit. Dalam 2 jam diperkirakan turnamen kemungkinan akan berakhir, hal ini dapat membuatnya begitu. Namun, itu benar-benar aneh bahwa tak seorang pun melemparkan granat ke sini ... "

"Ya... Orang-orang yang sedang mencari kita yang mungkin ditangani oleh Death Gun menggunakan senapan sniper. Ada banyak titik-titik abu-abu di seluruh gurun. "

"Jika seperti itu... Orang itu harusnya mendapatkan penghargaan Max Kill."

Setelah mengangkat bahu dengan tampilan yang rumit, Sinon tampaknya termotivasi lagi dan mengatakan hal ini,

"Lupakan itu. Masalahnya sekarang adalah «Yamikaze». Kamu satu-satunya yang selamat yang muncul di terminalnya, kan? Jadi dia pasti akan datang ke arahmu. "

"Aku pikir aku pernah mendengar nama itu sebelumnya... Apakah dia kuat?"

Setelah aku bertanya, Sinon memberikan pandangan tak percaya, "Dia berada di tempat kedua dalam turnamen terakhir. Dia mempunyai AGI yang super. Disebut «Devil Run and Gun». "

"Ru... Run and Gun?"

"«Run and Gun», berlari dan menembak saat ia terus bergerak. Senjatanya adalah senapan mesin ringan yang sangat ringan «Calico M900A». Dia kalah dari pistol langka dan peralatan Zexceed di waktu terakhir dan mendapatkan tempat kedua, tetapi beberapa orang mengatakan keterampilan Yamikaze itu lebih kuat. "

"Ini... ini berarti bahwa ia adalah pemain terkuat di server Jepang GGO..."

Aku pikir begitu, karena ia mampu bertahan sampai akhir pertempuran, ia seharusnya sangat kuat. Tepat ketika aku berpikir tentang hal ini, Sinon mengeluarkan suara yang sampai ke telingaku,

"Yah ... Kamu bilang pembunuh sebenarnya adalah «Death Gun» kaki tangannya di dunia nyata, kan? Jika tebakanmu benar, Death Gun hanya dapat membunuhku karena kaki tangannya ada di rumah ku. "

"..."

Aku sedikit, tidak, mungkin agak terkejut ketika aku melihat wajahnya yang mengingatkanku dengan hewan seperti kucing.

Pembunuh yang tidak diketahui itu sudah siap untuk menyakiti tubuhnya di dunia nyata. Rasa takut dalam situasi ini bahkan mungkin melampaui ikatanku dengan Nerve Gear dan aturan death game yang pernah kumainkan. Pada saat ini, mata biru Sinon itu menunjukkan rasa takut, tapi aku bisa melihat kilatan yang melawannya. Dia terus mengatakan dengan nada dingin padaku, yang tercengang.

"Pokoknya, ini berarti kita tidak perlu khawatir tentang Yamikaze dibunuh oleh Death Gun. Lalu, aku harus minta maaf pada Yamikaze, kita juga bisa menggunakan dia sebagai umpan, kan? Jika Death Gun menggunakan L115 untuk menembak Yamikaze, kita dapat menemukan lokasinya. Ini jauh lebih efektif daripada kamu sendiri yang dijadikan sebagai umpan. Dan pada dasarnya, aku melakukan sesuatu yang serupa."

Kata-kata terakhirnya mungkin ditujukan pada bagaimana dia menahan kaki tangan Death Gun di dunia nyata. Meskipun ia sedikit gemetar pada akhirnya, itu mengesankan karena ia bisa berkonsentrasi untuk menyelesaikannya.

"... Kau benar-benar kuat, Sinon."

Gadis sniper berkedip dan kemudian tersenyum,

"... Aku hanya tidak berpikir tentang hal itu. Aku selalu merasa baik dengan mengabaikan hal-hal yang ku takutkan. "

Kemudian, dia segera berkata sesuatu yang lain untuk menutupi itu.

"Lalu, bagaimana dengan strateginya? Aku pikir itu adalah situasi di mana kita harus menggunakannya. "

"Ya ... itu benar. Aku setuju dengan strategimu juga... tapi..."

Aku menggigit bibirku dan kemudian berkata dengan keraguan yang tersisa di hatiku beberapa menit kembali. "... Ada sesuatu yang aku khawatirkan. Selama scan satelit tadi, aku menghitung jumlah korban dan mereka yang dihilangkan. Ada 28 orang. Bahkan jika itu termasuk Pale Rider, masih ada satu pemain yang kurang. "

"... Jangan bilang, Death Gun membunuh orang lain?"

Mata Sinon melebar, tapi langsung menggeleng.

"I... itu tidak mungkin! Target kaki tangannya harusnya mengincar aku, kan? Di dunia nyata. Bagaimana dia bisa pindah ke tempat seperti itu begitu cepat? Apakah ada pemain lain di apartemen yang sama seperti aku? "

"Ya... kau benar... tapi berpikir tentang hal itu, ini benar-benar agak tidak wajar."

Aku melirik jam tanganku. Sudah dua menit sejak pemindaian selesai, sehingga aku dengan cepat menyebutkan semua keraguan di pikiranku jelas,

"Sekitar 30 menit berlalu sejak Death Gun menembak Pale Rider dan bersiap-siap untuk menembakmu dekat stadion. Dengan kata lain, Pale Rider di dunia nyata harusnya tinggal sekitar 30 menit dari tempatmu. Tentu saja, ini tidak mustahil, tapi apakah kamu berpikir bahwa ada terlalu banyak kebetulan di sini? "

"... Tapi, itu hanya kemungkinannya."

Aku mengatakan keraguanku yang berada di pikiranku selama pemindaian satelit ke Sinon yang mengerutkan keningnya. "Tidak, Dengar... mungkin tidak hanya satu orang yang berperan sebagai kaki tangan Death Gun. Jika ada beberapa «Pembagian Tugas», bahkan jika seseorang tinggal di belakangmu untuk menyerangmu, ia juga dapat membahayakan target lain. Dengan kata lain... Kita tidak dapat menyangkal kemungkinan bahwa Yamikaze adalah target Death Gun. "

"...!"

Sinon tersentak dan memeluk senapan sniper besar nya dengan keras. Dia mengguncang wajah yang menunjukkan cahaya putih kecil di ruang sedikit gelap.

"Ba, bagaimana itu mungkin...? Apakah Kamu mengatakan bahwa setidaknya ada 3 orang yang sedang mengambil bagian dalam rencana pembunuhan mengerikan ini?"

"... Ada setidaknya 10 orang yang selamat dari «Laughin Coffin». Juga, orang-orang yang terkunci di penjara yang sama selama hampir setengah tahun. Mungkin mereka saling kontak di dunia nyata. Menjadi sedikit ekstrem, mereka punya cukup waktu untuk benar-benar melakukan rencana ini. Tentu saja, tidak semua 10 orang dapat ambil bagian. Tapi kita tidak punya bukti untuk memutuskan bahwa hanya ada satu kaki tangan. "

"... Kenapa... kenapa mereka harus merencanakan begitu banyak hanya untuk melanjutkan «PK»? Mereka baru saja dilepaskan dari Permainan Kematian, jadi mengapa...?"

Mendengarnya gemetar, aku menggunakan tenggorokan keringku untuk memaksa jawaban keluar.

"... Mungkin itu adalah alasan yang sama mengapa aku ingin menjadi «Swordman» dan mengapa kamu ingin menjadi «sniper»."

"..."

Aku pikir Sinon akan marah, tapi dia hanya menggigit bibirnya. Kemudian, tubuh langsingnya berhenti gemetar, dan mata birunya memberi cahaya yang kuat.

"... Jika itu yang terjadi, kita memiliki sebuah alasan lagi untuk tidak kalah dari orang-orang ini. Aku hanya menggunakan kata «PK», dan aku ingin mengambilnya kembali. Banyak orang yang PKing dalam permainan ini, dan aku bergabung dengan skuadron yang didasarkan pada hal ini. Namun, PKing memiliki aturan dan realisasi. Membunuh sepenuhnya kesadaran pemain yang dive melalui obat bukanlah PKing. Ini kejahatan keji ini... ini adalah pembunuhan."

"Ya... itu benar. Kita tidak bisa membiarkan orang-orang ini terus berlanjut seperti ini. Kita harus mengalahkan «Death Gun» di sini dan membuatnya membayar kejahatannya dengan kaki tangannya di dunia nyata."

Bahkan, setengah dari kata-kata itu mengarah kepada diriku sendiri.

Itu benar-itu prioritas utamaku. Aku harus mulai dari awal di sini. Ini untuk menebus diriku yang telah membunuh dua orang dalam kegilaanku malam itu dan mengambil nyawa orang lain setelahnya.

Ini seharusnya menjadi pertempuran yang harus aku hadapi sendiri, namun gadis sniper ini tidak benar-benar terlibat. Aku hanya bisa mengawasinya diam-diam.

Jika keselamatan dirinya adalah prioritasku, kita dapat membuat Yamikaze melawan Death Gun dan segera bunuh diri setelah salah satu dari mereka menang. Namun, hal terburuk adalah bahwa turnamen akan tetap berjalan jika orang yang tidak muncul di peta itu bukan korban Death Gun, tapi bersembunyi di bawah air atau di gua. Dan Death Gun akan mencatat Yamikaze dan kemudian menembak Sinon yang tidak bisa bergerak sementara aku gugur dan menjadi mayat untuk sementara waktu. Juga, jika Yamikaze adalah target Death Gun, kita hanya akan berakhir menambahnya jumlah korban. Jadi, aku harus berjuang untuk melindungi Sinon, berurusan dengan Yamikaze, dan mengalahkan Death Gun. Ini tidak mudah, tapi aku harus menyelesaikan semua ini-

Ketika aku memikirkan hal ini, Sinon berkata dengan suara bersikeras,

"Serahkan Yamikaze padaku kalau begitu."

"Eh...?"

"Orang itu kuat. Bahkan kamu tidak bisa mengalahkannya dengan segera. Selain itu, Death Gun akan menggunakan kesempatan ini untuk muncul ketika kalian berdua bertarung. "

"Itu... itu benar, aku kira..."

Sinon melihatku memberikan ekspresi yang membingungkan, dikeluarkan senapan dari tangan kanannya dan kemudian menepuk dadaku.

"Selain itu, kamu harus berpikir tentang melindungiku."

Aku tidak dapat mengatakan apa-apa untuk menjawabnya setelah kata-kata itu mengenai targetnya. Mulut kecil penembak jitu itu langsung tersenyum, tapi kemudian cemberut lagi.

"Berhentilah bercanda. Aku penembak jitu. Kau support. Kau hanya membantuku menemukan posisi musuh'. Serahkan Yamikaze dan Death Gun kepadaku."

Aku tidak benar-benar memahami sebagian kecil dari kata-katanya, tapi aku hanya bisa memberikan senyum kecut dan mengangguk-angguk, "Aku mengerti. Kalau begitu aku akan menyerahkannya padamu. Aku kira berdua harusnya berdekatan. Aku akan naik motor tersebut. Kamu tinggalkan gua beberapa saat setelah itu dan temukan tempat untuk membidik."

Setelah kami mengkonfirmasi rencana kami beberapa saat , Sinon menganggukan kepalanya.

Kali ini, ekspresi serius kembali ke wajahnya. Gadis itu menatapku lurus dari depan dan kemudian hanya mengatakan,

"Aku bergantung padamu, partner."


Sinon mengatur scope Hecatenya ke dalam mode malam dan kemudian menempatkan mata kanannya di atasnya.

Dalam padang pasir yang luas, tidak ada sesuatu yang bergerak di sekitar pada saat itu. Namun, Yamikaze di sisi barat daya dan Death Gun, yang keberadaannya tidak diketahui, seharusnya mendekati tempat ini.

Sinon memilih puncak perbukitan sebagai daerah sniping, dan tepat di bawah bukit berbatu adalah gua mereka bersembunyi sebelumnya. Itu sulit untuk melihat tempat ini dari bawah tanah, dan ia bisa mendapatkan pengelihatan burung ke sekitar. Namun, ada risiko bahaya. Meskipun itu adalah puncak bukit yang pendek, jaraknya masih 10m tingginya dari atas tanah. Seseorang seperti Sinon, yang VITnya tidak tinggi, tidak bisa melompat turun begitu saja. Juga, hanya ada satu cara untuk sampai di sini. Jika musuh berada di dekatnya, dia bisa tertembak oleh peluru dari arah lain.

Namun, sekarang adalah waktu di mana ia harus mengghilangkan segala pikiran negatifnya. Penembak jitu itu terus mencoba dan menjaga dirinya tenang saat ia diam-diam mengarahkan senapannya ke kanan. Dengan demikian, dia melihat sosok tepat di tengah-tengah gundukan pasir yang besar.

Angin malam yang berhembus meniup rambut hitam panjang dipinggangnya beberapa kali. Dia mengenakan seragam tentara hitam di tubuh rampingnya, membuatnya terlihat seperti ia telah bercampur dengan kegelapan di sekitarnya. Profil itu lebih seperti elf swordman di tengah gurun fantasi daripada tentara dengan pistolnya.

Tepat di depan Kirito adalah alat transportasi mereka yang diambil dari reruntuhan ke sini, motor beroda tiga. Kendaraan Itu tidak memiliki banyak bahan bakar ketika ia berjalan keluar dari gua, jadi seharusnya tidak bisa bergerak lagi sekarang. Namun, motor itu telah memenuhi tugasnya sampai akhir. Sebuah bingkai besar digunakan sebagai pelindung Kirito. Sangat mudah untuk ditemukan, tetapi orang tidak bisa benar-benar menyerangnya dari arah utara dengan mudah.

Bukit berbatu tempat Sinon bersembunyi berada di sisi selatan di mana Kirito berdiri, dan ini adalah lokasi yang hanya memiliki beberapa arah serangan. Dengan kata lain, L115 Death Gun hanya bisa menyerang dari barat dan timur. Juga mempertimbangkan Yamikaze yang datang dari arah barat, Death Gun mungkin akan mengambil tindakan dari timur. Seharusnya itulah yang sedang Kirito pikirkan. Wajahnya yang tidak terlihat berbeda dari seorang gadis ketika dilihat dari kejauhan menghadapi bulan putih-kebiruan yang secara bertahap bergerak ke atas melewati lubang dalam kepulan awan tebal.

Death Gun mungkin tidak akan menggunakan peluru setrum ketika menembak Kirito, tetapi menggunakan 0,338 Lapua Magnum. Ini hampir akan menjamin kematian langsung ketika pelurunya mengenai bagian kepala atau jantung. Bahkan jika itu hanya mengenai anggota badan, dampak kerusakan akan menyebabkan setengah HP akan hilang. Juga, Kirito akan merasa sulit untuk menghindari serangan ini. Peluru pertama Death Gun tidak memiliki garis peluru, dan ia juga bisa menggunakan «Metamaterial Optical Camouflage» untuk menyembunyikan dan membidik. Tentu saja, akan ada jejak kaki di pasir, sehingga ia tidak bisa bergerak ke posisi di mana ia menembak targetnya. Tapi meskipun demikian, Death Gun memiliki keuntungan juga.

-Tapi, jika Kamu. Kamu, yang menyelesaikan «Untouchable Game» ketika kita pertama kali bertemu dan bahkan bisa mengiris peluru Hecate dari titik nol, Kamu pasti dapat menghindari tembakan itu, Kirito. Sinon mengatakan hal ini kepadanya dalam hatinya, dan kemudian membalik matanya kembali ke senapannya.

Tugasnya adalah untuk memungkinkan Kirito untuk memaksimalkan konsentrasinya. Dengan demikian, mereka harus cepat menangani Yamikaze pemilik AGI-terkuat, penyerang yang mendekat dari belakang.

Jika mereka memiliki waktu dan jika situasi sudah aman, mungkin Yamikaze pribadi akan menghindari masalah atau bahkan membantu jika mereka menjelaskan hal ini kepadanya. Namun, akan sangat mustahil untuk membuatnya percaya bahwa ada insiden pembunuhan nyata dalam tahap akhir dari BoB. Jika Sinon sendiri tidak menyaksikan Death Gun dan merasakan hawa dingin yang ditunjukan oleh Blackstar, dia hanya akan menertawakan apa yang dikatakan Kirito.

Dengan demikian, sekarang mereka hanya bisa mengalahkan Yamikaze. Zexceed tidak ambil bagian dalam turnamen ini, sehingga hampir semua orang akan berpikir bahwa dia adalah pemain dengan kesempatan tertinggi untuk menang. Dan ia harus membunuhnya dalam satu pukulan.

'... Dapatkah aku melakukan ini?'

Sinon menggunakan mata kanannya untuk melihat keseluruhan gurun pasir luas saat ia mencoba untuk melawan keraguan dan ketakutan yang perlahan merambat naik pada dirinya. Sebuah tembakan yang dia buat pada saat mereka menggunakan motor beroda tiga untuk melarikan diri dari reruntuhan yang menyedihkan. Dia bahkan tidak bisa mengenai pria bermantel itu, dan bahkan mengenai tangki bensin truk itu hanyalah kebetulan. Semua kebanggaan yang Sinon bangun sampai sekarang segera hancur... hancur seketika pada saat itu juga.

Sebagai penembak jitu, peran Sinon adalah untuk mengumpulkan jumlah membunuh dan mempraktekkan teknik halus snipingnya. Suatu hari, ketika dia bisa menang di turnamen BoB, Asada Shino di dunia nyata akan merasakan kekuatan yang nyata. Pada saat itu, dia kemudian bisa menghilangkan ketakutannya pada senjata, tidak lagi akan berpikir tentang hal itu dan bisa hidup normal. Dia selalu mempercayai itu sejak dia menerima undangan Shinkawa Kyouji untuk bermain GGO.

Namun, keinginan ini mungkin melenceng.

Tanpa sadar, ia sudah berpikir bahwa ia memisahkan hatinya menjadi dua keberadaan yang berbeda, «Sinon» dan «Shino», membentuk Sinon yang kuat dan Shino yang lemah. Tapi ini salah. Sinon dalam permainan ini masih memiliki kelemahan yang tersisa di dunia nyata, dia masih takut dengan pistol Blackstar dan itulah yang membuatnya meleset.

Lagi pula, apa yang sebenarnya dia cari adalah «dirinya». Setelah pertemuan dengan Kirito si lelaki misterius itu, dia akhirnya menemukannya. Mungkin dia adalah orang yang sama di dunia nyata. Memerangi kelemahan sendiri, berjuang sepanjang waktu, bahkan jika ia tidak memiliki lightsaber di pinggangnya.

Dalam hal ini, Shino di dunia nyata awalnya harus memiliki kepribadian yang tangguh seperti dirinya dalam permainan.

-Aku akan menembakkan peluru ini sebagai seorang Asada Shino. Sama seperti kejadian itu 5 tahun yang lalu. Aku terus melarikan diri saat itu, hanya ingin melupakannya, menghapusnya dan terus memejamkan mata, dia hanya ingin menulisnya kembali dengan pena.

Tapi aku tidak akan melakukannya lagi. Aku ingin melihat memoriku sendiri dan kejahatanku, kembali pada saat itu, dan membangun lagi dari sana. Mungkin ini adalah saat yang aku selalu tunggu-tunggu.

Dalam kasus ini- Pada saat ini. Mata kanan Sinon melihat profil hitam yang bergerak cepat dengan scopenya. «Yamikaze» ada di sana. Dia segera menempatkan jari-jarinya pada pelatuk. Namun, dia masih belum bisa mengerahkan kekuatannya. Hanya ada satu kesempatan untuk menembak. Tidak ada waktu untuk bergerak dan menyesuaikan kembali posisinya.

Jika dia meleset, Yamikaze pasti akan mengarah pada Kirito. Pada saat itu, tidak peduli seberapa kuat Kirito, ia tidak akan bisa menangani Death Gun dan Yamikaze. Dia pasti akan dikalahkan oleh salah satu dari mereka. Kemudian, Death Gun hanya akan perlu berurusan dengan Yamikaze dan dengan mudah menggunakan Blackstar untuk menyerang Sinon seperti rencananya. Peluru 7.62mm virtual itu akan mengenai Sinon, dan sekali gambar ini dikirim ke layar siaran langsung di dunia luar, kaki tangan di dunia nyata akan menyuntikkan obat racun ke dalam tubuh Shino dan membuat jantungnya berhenti berdetak.

Dengan kata lain, ini peluru yang bisa memutuskan nasib Shino di dunia nyata. Sama seperti waktu itu.

Namun, ia merasa luar biasa tenang. Mungkin dia hanya tidak bisa memahami seluruh situasinya, tapi pasti bukan hanya itu. Dia tidak sendirian. Seseorang, dengan kekuatannya yang mendukung dia. Ada sedikit rasa panas yang hangat mencair di jari-jari kakunya dan mati rasa. Apa ini- Hecate II. Ini setengah bagian dari dirinya yang menemaninya ke banyak medan perang, satu-satunya yang dapat mengubah ego-nya.

Ah... aku mengerti. Jadi kamu selalu menemaniku. Bukan hanya di tangan seorang penembak jitu... tetapi juga dengan seorang gadis biasa sepertiku. Kamu masih terus mendukungku meskipun aku tidak bisa melihatmu.

Tolong... Hilangkan kelemahanku ini. Berilah aku kekuatan untuk bergerak lagi sekarang.


Di Aincrad, kota terapung yang sudah menghilang, kami berjuang keras di sana, dan setiap hari, swordsman dari kelompok penyerang akan menemukan «Keterampilan di Luar Sistem» ketika mereka bertempur dan berlatih.

Misalnya, ketika duel, ada «Prerecognition» yang datang dengan posisi pedang dan pusat avatar yang berpusat pada gravitasi, «Insight» yang dapat memprediksi pola serangan monster dari jarak jauh dan menghindari pola serangannya, «Distinguish» yang memungkinkan pemain membedakan efek suara musuh dari suara latar belakang dan menemukan mereka, «Mislead» untuk memikat kapasitas belajar monster AI dan memberikannya pukulan, «Switch» yang memungkinkan pemain untuk beralih posisi dan memungkinkan mereka untuk memulihkan HP mereka.

Dan di antara keterampilan yang tidak tercantum dalam kolom kemampuan, keterampilan yang paling sulit untuk didapatkan, dan bahkan dianggap sebagai kemampuan supranatural adalah «Presence Sense» -juga disebut «HyperSense».

Yaitu merasakan kehadiran musuh sebelum melihatnya dan mendengar terlebih dahulu. Ini juga merupakan keterampilan untuk «Sense Killing Intent».

Ada beberapa kelompok orang yang menyangkal, bahwa keberadaan keterampilan ini tidak logis, tidak mungkin untuk mendeteksi aura pembunuh yang berada di dunia maya. Manusia yang dive hanya bisa menggunakan Data digital Gear yang dikirim melalui saraf untuk mengidentifikasi dunia, sehingga semua kode informasi dalam game ini bisa diubah menjadi sebuah proses. Tentu saja, itu berarti bahwa ada tidaknya kemampuan itu seperti indra keenam.

Alasan mereka sebenarnya logis. Bahkan aku tidak benar-benar setuju bahwa kemampuan «HyperSense» itu benar benar ada.

Namun, selama 2 tahun aku berjuang di Aincrad, aku mengalami apa yang bisa dikatakan sebagai «Sense Killing Intent» beberapa kali. Aku tidak melihat atau mendengar apa-apa, tapi aku hanya merasakan ketika seseorang sedang mengawasiku dan dengan diam ketika aku berada di dungeon. Pada akhirnya, aku berhasil menyelamatkan hidupku sendiri beberapa kali.

Awal tahun ini, aku menanyakan hal ini pada «Putriku» Yui. Yui pernah menjadi AI yang tergabung ke «Sistem Kardinal» yang beroperasi di SAO, dan dia pasti menunjukkan bahwa di SAO dan «The Seed» program yang berasal dari itu, tidak ada metode lain yang mengetahui keberadaan monster selain panca indera.

-Jadi, aku seharusnya tidak bisa melihat musuh jika dia bersembunyi diam-diam di tempat yang tidak bisa kulihat. Dengan demikian, aku menjelaskan pikiranku untuk waktu yang lama pada Yui.

Pemain yang dive ke VRMMO akan menggunakan sinyal server game yang jaraknya jauh dari mereka, untuk memeriksa status «mereka». Ketika bergerak sendirian di padang gurun atau penjara, mereka hanya bisa memeriksa data mereka sendiri. Namun, jika seseorang mencoba untuk menyergap pemain, akses sinyal statusnya akan menjadi dua kali atau lebih. Pada saat ini, proses sistem akan menjadi lebih lambat, dan akhirnya menyebabkan sedikit keterlambatan dalam transmisi, dan ini mungkin bisa menjadi «Killing Intent» kurasa-

Setelah mendengar pertanyaanku, Yui menunjukkan wajah ragu dan kemudian berkata jika server menjadi lambat karena tingkat pengolahan, hal itu akan dihilangkan. Namun, ia kemudian menambahkan dengan terus terang, dia tidak berani menyangkal kemungkinan ini sepenuhnya.

Pada akhirnya, mungkin itu lebih meyakinkan untuk mengatakan bahwa itu adalah beberapa kekuatan supranatural.

Tapi sekarang dalam situasi ini, aku tidak bisa peduli tentang penalaran tersebut.

Memiliki begitu banyak VRMMO yang pernah dimainkan, ini adalah pertama kalinya aku memaksakan keluar keterampilan «HyperSense»ku.


Jauh di langit yang memiliki cahaya yang tersisa di dalamnya, aku bisa melihat bentuk bulat putih-kebiruan menggantung tinggi di langit malam. Sekarang sedang bulan purnama, tapi mungkin itu karena awan tebal menutupinya dan rasanya lebih gelap dari Alfheim. Siluet dari padang pasir ini bergabung dengan pemandangan malam, dan itu sulit untuk memberitahu apakah siluet itu adalah kaktus atau batu.

Jika... Jika seseorang bersembunyi di balik benda-benda dan mengarahkan senjatanya yang memiliki kemampuan pasti-mati, aku mungkin tidak dapat melihat dia dengan mata telanjangku. Juga, musuh yang siap untuk menembakku juga memiliki keuntungan untuk menjadi benar-benar transparan. Satu-satunya hal yang aku bisa harapkan untuk melihatnya adalah jejak kaki yang akan tercap di pasir. Namun, bahkan aku tidak dapat melihat dari jarak lebih dari 1 km jauhnya jika aku ingin melihatnya. Juga, jejak yang dapat didengar ketika musuh bergerak akan terhapus oleh suara angin dan tidak akan mencapai telingaku.

-Lalu, aku menutup mata dan menutup telingaku. Aku menghilangkan ketakutanku dan menutup mataku pelan-pelan. Lalu, aku menghilangkan suara angin, dan udara dingin kering, gulir pasir di samping kakiku membangunkan kesadaranku. Lalu, ada gerakan tiba-tiba dari jauh. Seseorang bergerak sangat cepat. Arahnya adalah dari sisi barat daya, jadi ini adalah «Yamikaze».

Aku berusaha untuk menahan kakiku untuk mengejar karakter itu. Yamikaze adalah mangsa Sinon, jadi dia pasti akan menghentikannya. Dengan demikian, aku menghapus jejak di belakangku dengan sengaja dan mengumpulkan semua perasaan indraku di depan, meningkatkan konsentrasiku untuk merasakan «perubahan» yang mungkin.

Ah... itu benar. Aku ingat sekarang. Selama malam itu di mana kita di Laughin Coffin Crusade, aku tidak melihat mereka 'orang menyergapku dengan melihat atau dengan suara. Aku hanya mempunyai «firasat buruk». Aku kemudian secara naluriah berbalik dan menemukan ada beberapa bayangan bergerak melewati tikungan dungeon.

Siapa nama pria yang memimpin penyerangan pada kami? Itu bukan pemimpin Laughin Coffin, «PoH». Yang aku ingat dia tidak berada di sana waktu itu. Kemungkinan besar, itu adalah anggota tertentu. Senjata pria itu adalah «Estoc» yang tipis seperti jarum, senjata yang memperkuat kemampuan menusuk tanpa pisau. Benda itu bergetar ketika ujungnya yang tajam mengarah padaku, dan itu memberikanku kilatan cahaya kecil.

Apakah aku membunuh orang itu waktu itu? Tidak, aku tidak berpikir begitu. Setelah aku menguras HP nya turun menjadi kurang dari setengah, pria itu switch dengan pasangannya dan perlahan-lahan bergerak mundur.

Sebelum dia pergi, seingatku dia mengatakan sesuatu kepadaku. Itu bukan kata-kata yang menarik atau sesuatu, tetapi gagap, suara yang menusuk telinga itu terdengar seperti suara 'shuu shuu' di beberapa bagian kecil. "... Kirito. Setelah ini, aku pasti akan, membunuhmu."

-Cara bicaranya, kehadirannya, dan mata yang memungkinkan sinar merah di bawah tudungnya-

Tiba-tiba, ada perasaan yang menyakitkan tajam yang tepat berada antara alisku. Perasaan ini. Benda yang mengarah padaku, perasaan tanpa ampun yang dingin seperti es dan panas -keinginan membunuh.

Aku segera membuka mataku.

Jauh di padang gurun, di bawah sebuah kaktus yang sedikit ke arah tenggara, tiba-tiba cahaya terang keluar.

Apakah itu ujung pedang Estoc atau suar dari senapan sniper yang ditembakkan? Aku membalik tubuhku ke kanan. Tidak, setelah aku hendak miring ke kanan, kekuatan serangan yang memiliki intensitas mengejutkan itu berkumpul di dahiku. Aliran waktu mulai berubah. Perasaan yang sangat berat terasa bahkan bisa membekukan udara-

Peluru yang berputar dengan kecepatan tinggi, melewati pelipisku dan memotong sehelai rambutku dan melesat ke belakangku karena aku menghindar. "Oh... Astaga ooooo!!"

Aku meninggalkan jejak sisa rambut hitam yang ada di udara dan menendang tanah berpasir keras dengan suara gemuruh.


-Sangat Cepat!

Meskipun ini ruang lingkupnya akhirnya Sinon berhasil menangkap profil «Yamikaze», kecepatannya itu jauh melebihi harapan Sinon. Dengan stat AGI yang ditingkatkan sampai ke maks dan kecepatan berlarinya juga ditingkatkan ke maksimum, kecepatan yang menakjubkan itu membuatnya benar-benar terlihat seperti sebuah angin puyuh hitam.

Peralatan yang dikenakan pada tubuh kecil Yamikaze adalah seragam biru tua yang memiliki jumlah perlindungan terendah. Dia tidak membawa senjata dukungan, dan hanya sebuah granat plasma pinggangnya. Orang ini bahkan tidak memakai helm dan menunjukkan wajahnya yang kurus. Lengannya panjang dan tipis memegang M900A, dan bersama-sama dengan bagian atas tubuhnya yang miring ke depan, ia tidak goyang sama sekali bahkan ketika berlari. Kecepatan itu menampilkan afterimage membuatnya lebih seperti «Ninja» dari pada seorang tentara. Juga, dia tidak hanya cepat -dia tak pernah berhenti.

Bahkan pemain yang memiliki kecepatan ekstrim akan mencari tempat untuk berlindung setelah berlari beberapa saat, melihat sekeliling untuk mengamati daerah sekitarnya sebelum melanjutkan berlari. Untuk penembak jitu seperti Sinon, pada saat dia berhenti berlari adalah kesempatan terbaik untuk menembak. Namun, meskipun Yamikaze juga berlindung di tempat seperti kaktus dan batu, ia bahkan tidak pernah berhenti. Dia berpikir bahwa ketika dia berlari adalah pertahanan yang paling baik untuk karakter yang berfokus pada AGI.

... Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku memprediksi gerakannya dan menembak? Tapi Yamikaze tidak berjalan dalam garis lurus. Dia berjalan di atas pasir dan puncak, lintasan ini bahkan tidak bisa diprediksi. Atau mungkin aku harus menembak kakinya terlebih dahulu dan mengatasinya ketika ia kembali untuk berlindung? Untuk seorang veteran berpengalaman seperti dia, ini trik kuno dan mungkin tidak akan bekerja. Juga, dari peluru kedua, musuh bisa melihat «garis peluru». Haruskah aku menyerahkan hal ini untuk senjata sniper -tembakan pertama tidak meninggalkan garis peluru?

Sinon ragu-ragu. Namun, keragu-raguannya ini bukan dari rasa takut dan kebingungannya seperti saat berada di atas buggy. Pikirannya sudah agak mendingin dan lebih baik. Badan kayu dari Hecatenya membawa perasaan tenang di wajahnya, dan bersamaan dengan fakta bahwa laki-laki itu berdiri dengan percaya kepada Sinon yang ada di belakangnya, memberinya kekuatan. Dia tidak harus bertaruh dan menembak Yamikaze yang berjalan berputar-putar.

Setelah ragu-ragu untuk sementara waktu, gadis itu membuat kesimpulan dan sedikit meringankan jarinya.

Dia akan menekan pelatuknya setelah dia yakin bahwa dia akan mengenai targetnya, atau hal lainnya yang tidak bisa disebut sniping. Sepertinya Kirito masuk dalam jangkauan M900A, Yamikaze akan berhenti, dan sampai saat itu, dia harus menunggu saat itu untuk menembak.

Ninja biru itu berlari kurang dari 1 km dari Kirito. Meskipun begitu Kirito tidak bereaksi bahkan jika punggungnya menghadap ke arahnya, ia akan merasa bahwa Kirito tidak merasakan kehadirannya dan terus mendekati sampai jarak tembak 100m di mana pemain jenis AGI akan sangat mahir untuk menyerang.

-Aku juga akan menunggu sampai saat itu, jadi kamu juga harus sabar, Kirito. Percayalah.

Dalam Battle Royale di mana mereka tidak bisa menggunakan peralatan komunikasi, Sinon hanya bisa berdoa di dalam hatinya. Namun, dia punya pikiran bahwa ia melewati perasaannya padanya. Penembak jitu itu kemudian mulai berhenti berpikir dan membawa dirinya menjadi satu dengan Hecate, membiarkan pandangannya menyatu dengan scopenya, dan merasakan pelatuknya. Pada saat ini, ia bahkan berhenti bernapas. Satu-satunya hal yang dirasakannya adalah target yang terus berlari dan reticle crosshair yang terus-menerus berusaha untuk melacak hatinya. Dia bahkan tidak tahu berapa lama waktu berjalan.

Akhirnya, saat moment yang ia tunggu tiba.

Sebuah cahaya putih datang dari sudut kanan belakang matanya. Itu peluru, tapi tentu saja, itu tidak datang dari Hecate, tetapi 0,338 Lapua peluru Death Gun ditembak dari sisi timur padang pasir. Kirito menghindari serangan itu, dan garis peluru L115 itu mengarah ke Yamikaze yang mendekat dari arah barat.

Yamikaze tidak berpikir bahwa Kirito memperingatkannya, tapi ia juga tidak mengharapkan sebuah peluru besar untuk melesat dan menuju target. Kemudian, ia menunduk dan merangkak untuk berhenti dan bersiap-siap untuk menuju batu di dekatnya, tepat di belakangnya.

Ini akan menjadi kesempatan pertama dan terakhirnya untuk menembaknya.

Jari yang setengah mengikuti keinginannya untuk itu mulai menekan pelatuk Hecatenya. Sinar hijau muda «garis prediksi peluru» muncul di matanya, dan lingkaran segera mengecil dan menjadi titik titik. Sinon mengarahkan pada pusat dada. Setelah menekan pelatuk, pelatuk mendorong peluru keluar, dan bubuk mesiu dari .50 BMG di dalam hecatenya meledak, * CHANK *, dan sebuah peluru besar segera melesat dengan kecepatan supersonik-

Mata Yamikaze yang melihat titik cahaya yang berasal dari Hecatenya dan mata kanan Sinon yang melihat melalui scope. Matanya tampak menunjukkan kejutan, penyesalan dan kekaguman yang pasti. Lalu...

Ninja yang paling mungkin untuk menjadi juara memiliki efek cahaya menyilaukan pada dadanya. Avatar nya terpental jauh beberapa meter dan kemudian berguling-guling di pasir beberapa kali sebelum berhenti menghadap ke atas. Pada saat ini, M900A berada di tangan kanannya, dan granatnya berguling ke lantai. Tag [DEAD] muncul di atas perutnya dan berputar-putar diatasnya, Diri Sinon telah berubah 180 derajat bersama-sama dengan Hecate.

-Kirito!

Dia dengan bisu memanggil nama itu.

Swordsman berpakaian hitam itu berjalan di bawah sinar bulan putih-kebiruan yang mulai muncul di cakrawala.

Gerakan larinya benar-benar berbeda dengan Yamikaze. Sesaat Kirito mengarahkan dagunya ke bawah saat ia berlari maju seperti sedang menari. Tangan kanan Kirito bergerak untuk menarik lightsaber di pinggangnya. Pedang biru dan ungu yang memanjang menambahkan beberapa warna dengan kegelapan. Dari arah yang sedang Kirito tuju mengeluarkan percikan oranye. Itu adalah tembakan.

Lightsaber mengatur sudutnya dan menghalau ke samping peluru yang melesat ke arahnya, lagi dan lagi. Kirito dapat melihat garis peluru setelah ia menghindari peluru pertama. Tidak peduli berapa kali tembakan sniper ditembakkan dengan cepat, peluru itu tidak akan bisa menembusnya karena refleks yang luar biasa dari prajurit lightsaber itu. Sinon menghilangkan mode nightvision di scopenya dan meningkatkan perbesaran lensanya ke tingkat maksimum untuk mencari dan menemukan posisi peluru.

-Dapat. Di bawah kaktus yang tinggi. Senapan unik itu keluar dari bawah pakaian mantel dan membersihkan moncong senjatanya. Orang itu adalah pengguna «Silent Assassin» L115A3 dan pembunuh yang sebenarnya «Death Gun».

Sinon mencoba segala yang dia bisa untuk memperbesar mata kanannya dan melawan ketakutannya ketika melihat avatar itu.

... Kau bukan jiwa orang mati. Tidak peduli berapa banyak orang yang kau bunuh dalam «Sword Art Online», bagaimana orang gila sepertimu datang dengan tampilan yang menakutkan ketika kamu kembali ke dunia nyata. Kamu adalah manusia yang bisa bernapas melalui hidungmu dan memiliki jantung yang berdetak. Aku akan bertarung denganmu. Aku percaya bahwa aku, Hecate dan kemampuanku sudah cukup untuk bisa mengalahkanmu dan L115 mu.

Sinon meraih pegangan snipernya dan mengarahkan senjata tercintanya itu, yang telah ia reload, pada pria bermantel yang sedang berbaring di tanah itu.

Meskipun dia bisa melihat matanya berkedip-kedip merah melalui teropong, itu pasti bukanlah sinar dari hantu yang telah mati, tetapi lensa -berjenis kacamata. Wajah avatar itu tersembunyi di balik kacamata itu.

Jari Sinon menyentuh pelatuk dan ia memberikan sedikit kekuatan pada jarinya.

Kepala Death Gun segera mengelak. Dia bisa melihat garis peluru. Setelah ia menyerang Yamikaze, Sinon sudah mengetahui posisinya. Namun, hal ini hanya membuat kedua belah pihak memiliki keadaan yang sama. Sekarang-

Death Gun, yang telah ia bidik di scopenya, memindahkan L115 dan mengarahkan senapannya ke Sinon. Yang berada di atas rahang hitamnya adalah mata merah berdarah yang dengan dingin menatap dahi Sinon. Sinon segera menarik pelatuknya tanpa menunggu lingkaran reticle menyusut.

Senjata kesayangannya itu mengeluarkan ledakan besar, senapan sniper Death Gun mengeluarkan api kecil. Sinon menjauhkan wajahnya dari scope untuk menonton peluru yang ia tembakkan melesat dan peluru musuh yang melesat dengan mata telanjang. Lintasan dari kedua peluru kelihatannya sama.

Untuk sesaat, Sinon punya perasaan bahwa peluru akan berbenturan satu sama lain. Namun, seperti keajaiban yang tidak pernah ia alami. Dua peluru itu tampaknya menyerempet satu sama lain dengan celah kecil di antara keduanya.

  • KUWANG! * Sebuah bunyi benturan tajam berdering di samping kedua matanya. Kemudian, Scope besar yang dipasang pada Hecate menghilang tanpa jejak. Dia akan segera mati jika mata kanannya itu masih melihat melalui scopenya. Peluru Death Gun 0,338 Lapua menyerempet bahu kanan Sinon dan menghilang.

Dan peluru Hecate .50BMG tidak tanpa hasil, pelurunya langsung menghancurkan senapan L115 walaupun tak mengenai target utamanya.

Senjata di GGO memiliki durabilitya di setiap bagiannya. Biasanya, hanya senjata itu sendiri yang akan rusak, dan ini dapat dipulihkan melalui pemeliharaan. Tidak peduli bagian mana yang terkena, akan mengakibatkan banyak kerusakan, meskipun demikian, sulit untuk menurunkan durability menjadi nol. Juga, itu hanya bisa diperbaiki jika poin durabilitynya masih tersisa- tapi itu masalah yang berbeda jika bagian yang lemah dari senjata terkena kaliber yang besar. Seperti sekarang.

Sebuah bola api kecil terbentuk pada dada Death Gun. Pusat dari L115 menyebar menjadi pecahan dan segera menghilang. Juga, bagian seperti scope, gagang dan larasnya jatuh ke pasir. Bagian ini dapat digunakan, tetapi bagian intinya tidak dapat digunakan lagi. Dengan kata lain, «Silent Assassin» sudah mati saat ini.

-Maaf...

Sinon mengatakan permintaan maaf ini diam-diam dalam benaknya, tetapi permintaan maaf itu tentu saja bukan untuk Death Gun, tetapi untuk senjata langka yang mempunyai kemampuan hebat itu. Dia kembali menarik gagang snipernya. Meskipun suara logam itu berasal dari peluru yang sedang dimasukkan kedalam magazine, scopenya hancur, dan ia tidak bisa menggunakannya untuk menembak dari jauh.

"Aku akan menyerahkan sisanya padamu, Kirito."

Dia bergumam pada prajurit lightsaber yang sedang berlari itu.

Kirito dan Death Gun terpisah sekitar 200m. Bahkan jika ia mengaktifkan Optical Camouflage, ia tidak bisa melarikan diri dari situasi seperti ini karena akan ada jejak kaki yang dengan jelas tertinggal di pasir.

Orang bermantel ini perlahan bangkit dari bawah kaktus, mungkin ia menyerah. Laras besar yang tersisa dari L115 itu ia buang dari tangan kanannya, dan ia perlahan-lahan bergerak ke depan seperti sedang meluncur. Apakah dia akan menggunakan batangan besi untuk melawan? Lightsaber Kirito bahkan bisa mengiris peluru Hecate dalam satu pukulan. Keduanya dengan cepat berdekatan satu sama lain. Meskipun tanpa scope, Sinon yang memiliki long sight skill dengan jelas bisa melihat Kirito berlari ke depan sambil mengangkat sejumlah besar pasir dan Death Gun yang perlahan-lahan menyeret kakinya ke depan.

Kirito terus berlari dan dengan sigap mengangkat lightsaber di tangan kanannya keatas bahunya. Dia kemudian mengulurkan tangan kirinya ke depan pada waktu yang sama. Postur itu telah ia gunakan berkali-kali saat di Aincard.

Sebaliknya, Death Gun memindahkan laras senapan yang memberikan cahaya hitam ke tangan kiri dan meraih ujung depan senapan dengan tangan kanannya. Keduanya berjarak 5 detik dari satu sama lain. Ada kamera bersinar muncul di belakang mereka berdua. Saat ini, penonton menonton siaran televisi langsung dari bar dalam GGO atau dari multi-saluran MMO di luar, dan tentu saja, mereka tidak akan tahu tentang kejahatan Death Gun dan tujuan Kirito. Tapi mereka masih akan menonton layar untuk melihat pertempuran yang hebat ini. Sinon lupa semua tentang ini dan hanya melebarkan matanya untuk menonton deathmatch ini.

Death Gun kemudian mengangkat laras senapan horizontal dengan kedua tangannya.

Lalu tangannya mengeluarkan cahaya

"Astaga...!"

Sinon menajamkan penglihatannya.

Kedua tangan Death Gun bergerak menjauh. Laras senapan di tangan kirinya ia buang dan melompat ke belakang. Dan di tangan kanan -ada batang logam tipis yang diambil dari bawah senapan. Itu batang pembersih. Apakah itu senjata terakhirnya? Batang pembersih seharusnya hanya menjadi alat untuk merawat senjata. Ini tidak akan memiliki kekuatan serangan, dan bahkan jika ia menggunakannya untuk menyakiti seseorang, yang paling akan terjadi mungkin akan mengurangi sedikit HP musuh.

-Bukan.

Itu bukan batang yang digunakan untuk membersihkan pistol. Ujungnya harusnya setajam jarum. Apakah itu pedang? Tetapi bahkan tebalnya hanya 1mm. Mungkinkah itu benar-benar bisa menyakiti seseorang? Omong-omong, seharusnya tidak ada pedang logam di GGO selain pisau tempur.

Dengan terperangah, Sinon melihat punggung Kirito yang tampak membeku.

Namun, prajurit lightsaber itu tidak berhenti. Pedang energi yang bersinar di tangan kanannya ia dorong ke depan. Efek suara logam seperti mesin jet mencapai telinga Sinon sementara dia masih berada di bukit. Ujung tajam yang memiliki kemampuan pasti-membunuh tersedot oleh mantel. Kirito ingin menggunakan pedang untuk menusuk ke seluruh tubuhnya- tapi gagal karena tubuh bagian atas Death Gun membengkok ke belakang. Ia menghindar dengan sempurna tampak seperti dia tahu langkah Kirito dan timingnya.

Kekuatan tusukan satu tangan Kirito itu hanya meninggalkan bau gosong di udara dan lenyap bersamaan dengan saat Death Gun menghindar.

Mungkin karena langkah itu menghindar, prajurit lightsaber membeku dan menunjukkan pembukaan singkat. Meskipun ia segera bergerak dan bersiap-siap untuk melompat ke depan dan ke kanan, Death Gun, yang masih membungkuk ke belakang, memindahkan tangan kanannya seperti orang yang independen. Bahwa jarum dengan panjang sekitar 80cm-

Ditusuk langsung ke bahu kiri prajurit lightsaber dengan kejam.

"... Kirito!"

Ketika Sinon berteriak, efek khusus merah berdarah tersebar di kegelapan seperti darah yang nyata.


Yuuki Asuna menempatkan handphone nya di sensor. Setelah efek suara transaksi terdengar sedetik kemudian, ia kemudian berkata, 'terima kasih!' Dan berlari keluar dari taksi. Di depan bundaran, ada pintu besar yang sebagian menyala meskipun itu hampir 10 pm. Meskipun pintu otomatis telah di non-aktifkan, Asuna berlari ke palang yang menunjukkan bahwa itu adalah pintu masuk pada malam hari, tanpa berpikir.

Dia mendorong pintu dan pergi melewati udara dingin yang berbau disinfektan menuju ke meja pengunjung. Sepertinya Kikuoka Seijirou telah menghubungi rumah sakit sebelumnya, Asuna segera berkata apa dia sudah siap untuk yang dia katakan dari tadi kepada perawat yang melihatnya.

"Aku Yuuki yang barusan menelepon untuk mengunjungi kamar 7025!" Pada saat yang sama, ia menarik kartu mahasiswa keluar dari sakunya dan menyerahkannya ke konter. Perawat mengambil kartu identifikasi untuk membandingkannya dengan wajah Asuna, Asuna sendiri menggunakan waktu itu untuk menghafal denah yang ada di dinding seberangnya.

"Halo, Yuuki Asuna-san. Ini adalah kartu kunjungan kamu. Harap ingat untuk mengembalikan kartu ini ketika kamu pergi. Kamar pasien adalah dari lift di sebelah kanan."

"Aku mengerti. Terima kasih!"

Dia buru-buru membungkuk setelah dia mendapat kartu pass dan meninggalkan perawat yang terkejut dibelakangnya. Dia berlari ke lift. Dalam catatan rumah sakit, Kirito-Kirigaya Kazuto tidak di sini untuk berobat atau dirawat di rumah sakit ini, tetapi untuk diperiksa, sehingga kecemasan Asuna sedikit tidak wajar. Namun, tidak ada waktu untuk melihat orang lain sekarang.

Tampaknya ada beberapa gerbang yang tampak seperti pintu masuk di depan lift. Asuna menempatkan kartu pass nya di layar, membiarkannya memindai dan melewatinya sebelum pintu besi dibuka sepenuhnya. Dia menekan tombol up, berlari ke pintu lift yang terbuka dan akhirnya menghela napas lega.

-Kirito pasti merasa seperti ini ketika dia harus lari kepadaku setelah melepaskanku dari sangkar burung di ALO, kan? Dia pasti baik-baik saja. Dia tidak mungkin... Meskipun ia percaya itu, ia tidak bisa menahan perasaan cemas.

Setiap kali lift melewati tingkat, akan ada suara elektronik yang sama. Itu hanya tingkat 7, namun kecepatan di mana ia naik terasa benar-benar lambat.

"Jangan khawatir, mama."

Tiba-tiba, suara kecil keluar dari handphone yang ia genggam dengan kedua tangannya.

Itu «Putri» dari Kazuto dan Asuna, adalah AI Yui. Prosesor utamanya kini dalam terminal-tipe platform di kamar Kazuto. Jika ada keperluan, dia akan masuk ke permainan sebagai panduan pixie di ALO, dan mereka bisa berbicara melalui telepon dalam kehidupan nyata. Meskipun baterai yang terbatas membuatnya tidak dapat terus berbicara lama, mereka telah berbicara terus sejak Asuna meninggalkan Café Dicey.

"Papa tidak akan kalah dari lawan sekuat apapun. Karena dia papa."

"... Ya. Itu benar."

Asuna menempatkan mikrofon dekat bibirnya dan dengan lembut menanggapi. Jari-jari kakunya akhirnya bisa bergerak saat ini, tapi ketegangan masih di dalam hatinya. Kirito diminta oleh Kikuoka ke GGO untuk menyelidiki pemain misterius “Death Gun». Pada akhirnya, yang mengendalikan avatar ini adalah mantan anggota SAO serikat merah «Laughin Coffin». Juga- dua yang Death Gun tembak dalam permainan telah meninggal karena gagal jantung di dunia nyata.

Tanpa diragukan lagi, sesuatu yang aneh pasti telah terjadi. Meskipun Kikuoka yakin Kirito tidak akan memiliki bahaya saat dive, dia bisa melihat bahwa kedua kematian yang aneh itu bukan hanya kebetulan.

  • PAANN *

Dengan suara itu, lift pergi melalui tingkat 6 dan mulai melambat sebelum berhenti pada tingkat 7 dengan suara elektronik. Pada saat yang sama lift dibuka, Yui segera memberi arah 'di depan belok kanan 15m, berbelok ke kiri dan berjalan sekitar 8m'. Asuna segera mengikuti apa yang dia katakan dan berlari sepanjang jalan menyusuri koridor yang kosong. Ada set pintu elektronik di kedua sisi koridor, dan Asuna memeriksa doorplates logam dengan matanya saat ia berlari. 7023... 24.. 25! Dia menempatkan kartu akses nya di pintu, dan pintu segera terbuka setelah lampu di atasnya berubah dari merah ke biru.

Ini adalah bangsal kamar tunggal yang memiliki warna dasar abu-abu dan putih. Dekat di tengah ruangan adalah tempat dimana Asuna pernah tidur sebelumnya. Tirai di semua sisi ruangan terbuka, dan ada monitor yang terlihat canggih. Kabel yang melekat pada monitor terpisah dan menempel pada dada yang terbuka dari anak yang sedang berbaring di tempat tidur. Kepala anak itu juga memakai alat perak bundar yang agak familiar dengan Asuna- AmuSphere.

-Kirito-kun!

Asuna dengan tegas tersentak saat dia mengeluarkan udara hangat dan siap untuk berteriak-

"... Kirigaya-kun!?"

Sebuah suara terdengar sebelum Asuna melakukannya, menyebabkan dia hampir jatuh ke depan karena terkejut. Dia membalik lehernya ke kanan dan melihat bahwa monitor menghalangi kursi di samping tempat tidur, dan ada juga orang yang duduk di atasnya.

Orang itu mengenakan seragam putih, memakai topi perawat dan rambutnya diikat kepang. Wajahnya juga tampak agak trendi dengan kacamata. Dia adalah seorang perawat. Berpikir tentang hal itu, Kikuoka bilang bahwa seseorang berada di samping Kazuto.

Namun, orang itu sebenarnya cantik namun usianya tidak ia ketahui, dan ia bahkan membungkuk ke depan dan berada di depan Kazuto yang setengah telanjang. Asuna merasa agak tidak senang melihat hal tersebut, tetapi pikirannya hanya melintas. Perawat yang memperhatikan Asuna berjalan ke ruangan mengangkat kepalanya dan tampak agak gugup. "Ah, kau Yuuki-san? Aku mendengar bahwa kamu akan datang. Silakan ke sini."

Perawat itu berkata dengan suara agak serak dan kemudian menggunakan tangan kirinya memegang samping tempat tidur. Asuna berlari tanpa menjawabnya, mengangguk kembali dan menatap wajah Kazuto lagi.

Tentu saja, mata Kazuto itu ditutup. Namun, dia tidak tidur dan dia sadar. AmuSphere terisolasi 5 indra dari realitas dan membawanya ke suatu negeri unik yang jauh. AmuSphere akan menerima semua gerakan otot dari otak, wajah dan tubuhnya tidak akan bergerak. Logikanya, yang harusnya berjalan, tapi melihat wajah Kazuto, Asuna segera merasa bahwa hatinya agak tidak stabil.

"Bagaimana Ki... Kazuto-kun?"

Asuna mengangkat kepalanya dan bertanya pada perawat itu. Mendengar hal ini, perawat dengan nametag «Aki» mengerutkan kening dan menggelengkan kepalanya.

"Jangan khawatir, dia tidak dalam bahaya fisik. Namun denyut jantung hanya melompat ke 130 denyut per menit sekarang..."

"Denyut jantung..."

Asuna bergumam dan menatap layar di sampingnya. Layar kristal cair menunjukkan pola gelombang dan kata-kata [132 bpm]. Pola gelombang di depannya bergerak tak menentu. Ini tidak jarang untuk tingkat detak jantung meningkat saat bermain VRMMO . Sementara dive ke dalam lingkungan dan pertempuran melawan monster, banyak orang akan gugup sehingga detak jantung mereka akan mempercepat. Atau lebih tepatnya, ini dapat mengetahui bagaimana mereka menikmati gamenya.

Namun- Kazuto adalah Kirito. Di kastil melayang Aincrad, dia adalah seorang pemain solo di tim clearing dan akan menjadi orang yang paling sering dekat dengan kematian. Bagaimana dia bisa begitu gugup dalam pertandingan biasa?

Bahkan, ia tidak pernah melihat Kirito terlihat begitu panik selama tahun lalu ketika mereka sedang bermain ALO bersama-sama.

-Apa yang terjadi di dunia itu?

Asuna menggunakan jarinya untuk menyapu keringat yang muncul di dahi Kazuto dan menggigit bibirnya erat.

Pada saat ini, suara Yui yang berasal dari handphone di tangan kirinya terdengar.

"Mama, silakan menonton PC panel di dinding! Aku akan menghubungkannya ke saluran jaringan «MMO Streaming» siaran langsung! "

Mendengar hal ini, Asuna mendongak dan menemukan ada monitor 40 inci yang ada di dinding dekat tepi tempat tidur. Yui dapat menggunakan fungsi nirkabel handphone untuk terhubung ke komputer yang sebagai layar offed- awalnya menyala sendiri dan browser masuk ke modus layar penuh.

Gambar yang muncul adalah persis sama dengan yang ia lihat dari kamar di ALO.

Pada pojok kiri atas, kata-kata yang besar Gun Gale online yang tertulis di sana. Di samping, ada kata-kata yang panjang dan kecil 'Bullet of Bullets 3 pertempuran royale final sedang ditayangkan!'

Di sisi kanan layar adalah namelist dari para pemain. Salah satunya mengambil ruang terbesar dari layar adalah saluran split yang memiliki gambar perpecahan beberapa kamera. Tapi sekarang, hanya dua jendela besar yang berjajar bersama-sama.

Latar belakang keduanya adalah gurun di bawah bulan putih-kebiruan. Tampaknya bahwa dua pemain terlibat dalam pertarungan jarak dekat dan kamera sedang menyuting mereka dari belakang. Jendela di sebelah kiri digambarkan sebuah avatar mungil dengan seragam penuh hitam dan rambut mengalir. Dia memegang lightsaber ungu-biru yang bersinar, dan tangan kirinya hanya menggantung ke bawah. Juga, mereka bisa melihat hamburan darah segar merah dari bahu kirinya. Footer samping avatar memiliki kata-kata yang menunjukkan namanya, [Kirito]. "Itu Kirito-kun..."

Avatarnya memberikan kesan yang berbeda dengan «Black Swordsman» selama di SAO atau Spriggan di ALO, kerampingannya membuat ia tampak tidak berbeda dari seorang gadis. Namun, cara dia mengangkat pedang dan disesuaikan dengan pusat gravitasi menunjukkan bahwa ia Kirito.

Menonton visual yang sama dari sisi lain tempat tidur, perawat Aki berkata dengan suara bermasalah,

"Apakah itu avatar Kirigaya-kun di sana? Jadi Kirigaya-kun yang sedang tidak sadar mengendalikan itu sekarang, kan?"

"Ya. Dia sedang bertarung sekarang... sehingga denyut jantungnya meningkat."

Meskipun Asuna menjawab ini, ada sesuatu yang tampaknya tidak bisa ia jelaskan dengan jelas kepada perawat Aki. Bahu kiri Kirito itu mengalami luka- dan parah lawannya kemungkinan besar orang lain yang selamat dari SAO dan yang membunuh dua pemain di GGO.

Asuna dengan ragu-ragu berpaling untuk melihat jendela kanan.

Berdiri di sana dengan punggungnya menghadap layar adalah pemain yang mengenakan mantel, tepat seperti apa yang dia harapkan. Punggungnya tampak tak bernyawa dan penuh lubang, namun Asuna tahu bahwa mereka yang benar-benar terbiasa dengan dunia maya akan memiliki postur ini. Dia menahan napas dan menyaksikan benda tajam kecil di tangan kanan orang bermantel itu.

"Eh..."

Pada pandangan pertamanya, dia secara langsung berteriak.

Orang bermantel itu tidak memegang senapan sniper besar yang ia digunakan di jembatan logam atau pistol hitam, tapi logam tipis dan panjang yang biasa, batang- Tidak itu bukan hanya batang logam biasa. Dasarnya mulai menipis, dan sudah setebal jarum di akhir. Itu pedang. Sekilas , itu tampak agak mirip dengan Rapier yang Asuna gunakan untuk bertarung, namun pada kenyataannya, itu adalah senjata yang tidak memiliki pisau, yang hanya bisa digunakan untuk menusuk.

"Estoc...? Ah... ahhh..."

Asuna sendiri bahkan tidak menyadari bahwa dia membuat suara. Kenangan masa lalunya membuatnya sakit seperti bagaimana pedang yang pernah menikamnya dulu. Benar-benar ada anggota diantara «Laughin Coffin» yang terampil dalam menggunakan senjata ini. Namanya namanya itu-

Tentu saja, pria bermantel itu tidak menggunakan nama yang digunakan dalam SAO seperti Kirito. Namun, Asuna melihat ke kaki avatar itu.

Nama pemain ditampilkan, juga dalam abjad. [Sterben].

Asuna tidak bisa membacanya dengan segera dan hanya bisa mengatakan itu dalam cara yang terganggu,

"St ... ster ... ben? Apakah itu misspell Steven...? "

"Tidak... bukan itu, mama."

Yui menjawab hal ini, perawat Aki menambahkan 'bukan seperti itu'. Asuna menatapnya, dan perawat Aki mengerutkan alis yang ada di dahinya menyihir Asuna sebelum berkata dalam sebuah ekspresi yang sangat tegang,

"Ini adalah istilah medis Jerman. Ini dibaca sebagai... «Sterben»."

"Ster... ben."

Asuna belum pernah mendengar kata ini sebelumnya. Perawat Aki menatap ekspresinya yang bermasalah, sedikit ragu-ragu dan kemudian berkata dengan suara agak serak,

"Artinya... «kematian». Ini adalah istilah umum di rumah sakit... ketika pasien meninggal."

Mendengarnya membuat Asuna melepaskan rambut Kirito yang berada di lengannya dan segera berdiri. Kemudian membalikkan matanya melihat jauh dari layar ke wajah anak laki-laki yang tergeletak di sampingnya.

"Kirito... kun."

Pada saat ini, suara Asuna itu gemetar sehingga dia bahkan tidak bisa mengenalinya.


GGO adalah operasi permainan yang diciptakan dari paket dukungan VRMMO yang sepenuhnya gratis «The Seed».

The Seed adalah sistem yang sangat serbaguna, tetapi bahkan operator tidak bisa mengubah pengolahannya. Dengan kata lain, itu seperti keberadaan kotak hitam. Setelah 3 bulan beroperasi game ini memang sejak awal mampu men«convert» karakter dari semua game dengan mengubahnya pada pengaturan, «Pain Absorber» dan yang bisa mencegah pemain merasakan nyeri virtual atau menggunakannya untuk menghapus rasa sakit yang hanya bisa disesuaikan, dan tidak bisa dimatikan sepenuhnya.

Dengan kata lain, tidak peduli berapa kali seseorang tertembak di GGO -bahkan jika tangan atau kaki mendapat pukulan, pemain bahkan tidak akan merasakan sakit yang luar biasa atau mati rasa.

Dengan demikian, rasa sakit yang ada di bahu kiriku dan es-pick seperti sakit itu hanya imajinasi. Tidak, mekanisme mati rasa nyeri sudah dihapus dari imajinasi ini, jadi ini bukan sakit yang nyata. Hanya saja ingatanku, kebangkitan dari memori di dunia lain, di mana aku ditusuk oleh senjata yang sama di bagian yang sama.

5m dariku, pria bermantel- ”Death Gun» itu menunjukkan ujung tajam dari Estoc yang memberi cahaya hitam dan bergoyang seperti ritme. Orang itu bisa memulai menusuk tanpa gerakan persiapan dalam situasi seperti ini. Ini akan sulit untuk mengelak kalau aku melihatnya sebagai pedang biasa.

Itu benar. Aku pernah punya pikiran yang sama ketika aku masih di gua «Laughin Coffin». Saat itu, aku merasa bahwa senjata yang orang ini gunakan adalah agak jarang, tapi dalam pertempuran yang intens, aku benar-benar tidak pernah punya kesempatan untuk berbicara dengannya.

Sekitar satu setengah tahun kemudian, aku akhirnya bisa mengatakan kepadanya apa yang aku tidak bisa katakan waktu itu.

"... Itu benar-benar senjata langka. Atau harus aku katakan... Aku tidak tahu bahwa GGO mempunyai pedang logam."

Kemudian, Death Gun tertawa serak dari tudung yang menutupi kepalanya, dan kemudian berkata dengan cara yang terganggu,

"Untuk berpikir, bahwa kamu menjadi begitu malas, «Black Swordsman». Level tinggi, keterampilan «Penciptaan Pisau» dan keterampilan «Penciptaan Senjata» akan cukup. Panjang dan berat, sebagian besar seperti itu, itu batasnya."

"... Sial, aku tidak bisa membuat pedang yang kusuka."

Setelah aku selesai menjawab, musuh tertawa lagi,

"Seperti waktu itu. Kamu masih ingin pedang dengan STR tinggi, kan? Mainan itu, di tangan mu, tidak berguna lagi."

Lightsaber «Bayangan Cahaya» di tangan kananku mengeluarkan erangan rendah, dan pedangku tidak mungkin suka disebut mainan. Saat dia mengatakan itu, kemudian ada sedikit ledakan percikan keluar. Aku mengangkat bahu dan berkata itu pedang.

"Ini bukan hanya mainan. Aku sudah berpikir untuk menggunakan jenis senjata seperti ini sesekali. Juga..."

Aku mengayunkan lightsaber, membiarkannya memberikan suara bergetar dan kemudian menempatkan pedang itu di bawah ke tengah.

"Sebuah pedang, adalah sebuah pedang. Sudah cukup untukku bisa mengubah HPmu menjadi nol."

"Ku, ku, ku, betapa hebatnya, ya? Namun, jika kamu bisa melakukannya."

Mata merah yang jauh di dalam tenda yang berkelap-kelip tidak teratur. Tengkorak berwajah topeng logam tampak tertawa dingin.

"«Black Swordsman», kamu sudah, bernapas, terlalu banyak, dari udara, berkarat, dari, dunia nyata, yang bergerak sekarang, melambat «Vorpal Strike», hanya sekarang, kau akan kecewa, jika kamu yang lama, melihat itu."

"... Mungkin, tapi kamu seharusnya sama juga, kan? Atau lebih tepatnya, apakah kamu masih berpikir bahwa kamu masih menjadi anggota «Laughin Coffin»?"

"Oh? Jadi kau,ingat, begitu banyak hal?"

Death Gun mengeluarkan suara nafas seperti logam yang digosok satu sama lain dan memindahkan tangannya seolah-olah ia sedang bertepuk tangan. Perban busuk yang menutupi tangan kanannya samar-samar menunjukkan tato «Laughin Coffin» di bagian dalam pergelangan tangan.

"... Kemudian kamu, harus, harus tau, tentang perbedaan, antara, aku, dan kamu. Aku, pemain yang sebenarnya, red player, tapi kau tidak. Kau membunuh, hanya karena, kamu, didorong, rasa takut, untuk bertahan hidup .Kau, orang yang, hanya berpikir, tentang bertahan hidup hanyalah seorang pengecut, menjadi, pembunuh, dan hanya ingin, melupakan, semua hal yang telah terjadi."

"...!"

Aku segera mengolah kata-kata yang dia katakan.

-Kenapa? Mengapa dia bisa dengan akurat mengucapkan kondisi mentalku? Aku tidak pernah berinteraksi dengan orang ini sejak perang salib Laughin Coffin sampai kapan kita bertemu lagi di ruang tunggu presidensial.

-Jangan katakan padaku... orang ini benar-benar memiliki beberapa kekuatan supranatural? Aku berpikir bahwa aku melihat melalui metodenya membunuh. Apakah aku berpikir terlalu tinggi?

Aku memotivasi diriku dan memulihkan pandanganku yang mulai mendistorsi. Aku masih bisa mempertahankan ujung lightsaber dan mencegahnya dari gemetar, yang dengan sendirinya dapat dikatakan keajaiban. Jika ia melihat aku mengawalinya, tiba-tiba menusuk Death Gun yang tidak memiliki gerakan persiapan pasti dia akan balas menusukku melalui dadaku. Aku menarik nafas sedikit dengan gigi terkatupku dan kemudian menjawab lirih,

"... Mungkin. Tapi kau bukan seorang pemain merah lagi. Aku tahu bagaimana kau membunuh «Zexceed», «Usujio Tarako», «Rider Pale» dan pemain lain yang bisa mati di tanganmu. Itu bukan kekuatan pistol hitam, dan juga bukan kemampuanmu sendiri."

"Oh? Kemudian, katakan itu, katakan itu."

Sekarang adalah saat yang penting untuk menentukan pemenangnya.

Aku mengerahkan semua kekuatanku ke mataku dan menatap erat pada musuh dan kemudian berkata apa yang aku percaya adalah kebenaran.

"... Kamu menggunakan Metamaterial Optical Camouflage untuk membaca alamat dari semua pemain BoB dari monitor di gedung presidensial. Kamu kemudian menyuruh kaki tanganmu untuk memasuki kamar mereka dan membuat mereka menyuntikkan obat racun saat kamu menembak, membuat mereka terlihat seperti mereka meninggal karena gagal jantung. Itulah identitas sejati Death Gun."

Kali ini, Death Gun akhirnya terdiam.

Mata merah dalam kegelapan yang diletakkan di tengah-tengah kap mesin tiba-tiba menyempit. Aku tidak bisa benar-benar memutuskan apakah dugaanku itu benar dari responnya. Aku merasakan nafsu membunuh yang besar yang dia berikan dan kemudian melanjutkan,

"Kau mungkin tidak tahu, tetapi Departemen Dalam Negeri memiliki nama pemain di SAO. Setelah mereka tahu nama ex-karakter milikmu, mereka dapat melacak nama aslimu, alamatmu dan modus operasimu. Berhenti membuat kesalahan lagi. Log out dan bergegas ke kantor polisi terdekat untuk menyerah."

Meski begitu- dia diam saja.

Di bawah angin malam kering, permukaan pria bermantel tampak seperti beberapa organisme kecil yang berkumpul karena mereka terus bergerak. Pakan kamera secara langsung berkedip-kedip dengan tanda REC tampaknya tidak sabar karena semakin tinggi. Death Gun dan aku telah saling berhadapan selama sekitar 3 menit. Penonton tidak ada bisa mendengar percakapan kami, harapan mereka dan ketegangan harusnya pada puncaknya. Tapi sekarang, kami hanya bentrok dengan lidah kami. Setelah Death Gun mengkonfirmasi dugaanku, tidak akan ada artinya lagi untuk melanjutkan pertempuran.

Namun-

Beberapa detik kemudian, 'kukuku', apa yang datang dari bawah tudung itu adalah tawa dingin yang tidak berbeda dari sebelumnya.

"Aku mengerti... imajinasimu, benar-benar menarik. Namun, itu terlalu buruk, «Black Swordsman». Kamu tidak bisa, menghentikanku. Karena, kamu pasti, tidak bisa, mengingat, namaku!"

"Ap... apa, mengapa kau begitu percaya diri sekarang?"

"Ku, ku, Kamu mungkin, bahkan lupa, tentang alasan kamu melupakannya. Dengar... setelah pertempuran itu, hanya ketika kami hendak dikirim ke penjara, aku akan memberitahumu namaku, tapi kamu mengatakan 'Aku tidak ingin tahu namamu. Tidak perlu karena aku tidak ingin bertemu denganmu lagi'."

Aku segera mengingatnya dan hanya bisa memperlebar mataku. Dan Death Gun hanya bergumam seolah-olah ia mengejekku.

"Kau tidak tahu, namaku. Jadi, kamu tidak ingat. Kamu, tidak bisa berbuat apa-apa. Kamu hanya dapat menunggu di sini, sampai kamu kukalahkan, terbaring di sana dengan canggung -dan kemudian, menontonku, membunuh gadis itu."

Sebuah obyek tertentu meluncur melewati udara dan membiarkan keluar merobek suara, dan kemudian, kilatan perak dipotong dari masa kegelapan.

"Kamu tidak bisa, melakukan apa-apa!"

Tangan kanan Death Gun menusukku seperti dalang.

Aku sadar menggunakan lightsaberku untuk memblokir tusukan yang ditujukan ke jantungku.

Pisau energi mengeluarkan suara berdengung sebelum memasuki garis Estoc tersebut. Pisau putih kebiruan plasma memangkas langsung ke sisi logam.

Logikanya, setiap pedang logam akan diiris. Lightsaber bahkan bisa mengiris peluru sniper Sinon menjadi, jadi bagaimana bisa batang logam tipis ini memblok itu? Aku segera mengangkat pedang ke atas dan bersiap-siap untuk mengiris batang logam itu di bahu kiri Death Gun-

Pada akhirnya, suara menjengkelkan berdering di dalam avatarku.

Aku hanya bisa memperlebar mataku dengan kosong dan melihat bahwa batang logam yang bersinar ditusuk langsung dalam diriku.

Hanya sebagian dari Estoc Death Gun yang terbakar, dan tidak ada kerusakan lainnya. Ini benar-benar bisa memblokir pedang energi yang memiliki kekuatan luar biasa. Mengapa-mengapa ada hal seperti itu?

Death Gun terus melangkah maju dan menusuk Estoc yang lebih dalam. HPku berkurang drastis dengan pergerakan logam. Pada saat ini, aku hanya bisa mengertakkan gigiku dan menggunakan semua kekuatan di kaki kanan aku untuk melompat mundur. Pisau musuh berhasil mengenaiku, dan efek khusus dari kerusakan mengakibatkan HPku menuju garis merah.

Aku melompat kembali selama sekitar 2, 3 langkah dan lagi menarik jarakku jauh dari Death Gun. Pada akhirnya, dia menggerakkan mulutnya seperti dia ingin menjilat pisau.

"... Ku, ku. Orang ini, materi, adalah, kelas tertinggi, logam, yang bisa, didapat, dalam, game ini. Aku dengar, itu, itu, kapal perang galaksi, pelat baja. Ku ku, ku..."

Kemudian, Death Gun tidak tampak seperti ia ingin berbicara saat ia membalik mantelnya dan menyerangku. Tangan kanannya pergi pada kecepatan tak terlihat saat ia menyebabkan banyak afterimages di langit. Dia pernah menggunakan serangan ini terus menerus menusuk sampai sekarang. Tusukan ini adalah skill pedang tingkat tinggi «Star Splash», serangan-8 tusukan-lurus Lightsaber di tangan ku tidak bisa memblokir serangan, dan aku tidak bisa mengelak seperti pasir di bawah ku. Jarum tajam itu kemudian terus menusuk ke dalam tubuhku.


-Kirito!

Sinon mencoba yang terbaik untuk menekan teriakan yang hendak keluar dari tenggorokannya dan dorongan untuk menekan jari di pelatuk.

Di medan perang itu sekitar 700 m, efek khusus menunjukkan kerusakan yang berasal dari pendekar hitam. Meskipun Sinon tidak menyentuh senjata selain senjatanya, tapi dia bisa mengetahui bagaimana teknik pedang Death Gun yang terampil itu ketika ia mampu melukai Kirito. Dia menahan napas, berpikir apakah serangan barusan akan mengurangi HP nya. Untungnya, Kirito sendiri tidak memiliki tag [MATI] pada dirinya. Dia menendang pasir yang keras, melakukan backflip dan menggunakannya untuk membuat jarak yang agak besar dari Death Gun. Namun, Death Gun sendiri tampaknya tidak ingin membiarkan Kirito memiliki kesempatan untuk menyiapkan kembali dirinya. Dia membalik kap dan menutup jarak antara mereka berdua seperti seorang hantu. Kontrol otomatis dari kamera terus meningkat dalam jumlah seperti mereka tahu bahwa pemenang akan segera diputuskan. Segera, sekitar 10 kamera mengelilingi mereka dan mengambil sudut di padang gurun agar terlihat seperti sebuah arena.

Jika scope Hecatenya itu masih ada, dia bisa menembak untuk melindungi Kirito, tetapi dalam jarak ini, bahkan Sinon tidak bisa dengan mudah menggunakan mata telanjang untuk mengecilkan lingkaran reticle tersebut. Dia bahkan bisa meleset ke Kirito dengan tidak sengaja menyerang Death Gun secara mendadak.

-Bertahanlah di sana. Lakukan yang terbaik, Kirito!

Sinon lupa bahwa dia juga dalam bahaya di dunia nyata saat ia berada di posisi berlutut di atas bukit berbatu, mengepalkan tinjunya saat ia berdoa.

Kirito pernah membunuh beberapa pemain untuk melindungi dirinya dan beberapa orang lainnya dalam permainan kematian yang terkenal «Sword Art Online». Pengalaman ini bisa dikatakan agak mirip dengan beban Shino. Dengan demikian, masalah itu seharusnya mirip dengan Shino sampai batas tertentu.

Kirito mengatakan bahwa ia tidak bisa mengatasi kenangan menyakitkan dan menyegel mereka di sudut pikirannya, sebelum mengatakan bahwa ia hanya bisa menghadapi mereka pada hari ini dan seterusnya.

Dia mengikuti apa yang ia katakan saat bersiap-siap untuk secara pribadi menghentikan penjahat yang membawa kegelapan dari SAO- Death Gun.

Namun Kirito bisa melakukan itu bukan karena dia lemah. Dia hanya mengatakan pada dirinya sendiri untuk menjadi lebih kuat. Tidak peduli berapa banyak dia merasa bermasalah atau sedih, dia harus menerima kelemahannya. Itu karena dia adalah orang yang terus bertahan pada saat melihat ke depan di bawah situasi seperti ini. Kekuatan- bukan tentang hasilnya, tetapi tentang proses menuju tujuan itu.

-Aku ingin berbicara denganmu. Untuk memberitahumu apa yang aku rasakan dan apa yang aku temukan.

-Apakah ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk membantumu? Jika aku pergi mendekat ke mereka, itu akan menjadi efek sebaliknya. Setelah aku ditembak oleh Blackstar tersebut, Kirito tidak akan mampu berbuat apa-apa. Meski begitu, aku hanya mencoba keberuntunganku jika aku menembak tanpa scope. Jangkauan senjata MP7 nya tidak sepenuhnya cukup. Apakah ada... ada cara agar aku bisa membantu...

"...!"

Beberapa saat kemudian, seluruh tubuh Sinon bergetar.

Ada. Dalam situasi ini, ada cara baginya untuk mengambil inisiatif dan «serangan». Dia tidak tahu seberapa efektif itu- tapi ada nilai dalam usahanya. Sinon mengambil napas dalam-dalam, mengertakkan giginya dengan keras dan melihat pertempuran yang jauh.


-Kirito-kun!!

Asuna menutup mulutnya saat dia hendak berteriak.

Tidak ada efek pencahayaan kerusakan khusus, tetapi gerakan yang Death Gun gunakan adalah tak diragukan lagi 8-tusukan «Star Splash». Itu adalah keterampilan tingkat tinggi seperti yang Asuna kuasai di masa lalu. Pada dasarnya, ini adalah teknik pedang dari «Rapier», namun karena tidak termasuk hacking, bisa juga dilakukan dengan «Estoc» yang berasal dari Rapier tersebut.

Layar datar di dinding menunjukkan Kirito terus diserang seluruh tubuhnya dengan serangan tusukan terus menerus saat ia melompat kembali untuk membuat jarak. Namun, di sisi kanan layar, pria bermantel bergerak dan meluncur misterius seperti sebuah action dan mengejarnya. Kirito terus berjuang dengan Estoc yang mengelilinginya.

Perangkat monitoring samping Asuna mulai mengeluarkan suara elektronik yang mendesak, menyebabkan dia melirik ke samping. Denyut jantung Kazuto itu sudah meningkat menjadi 160 bpm. Asuna memaksa dirinya untuk berpaling dari layar dan memandang wajah Kazuto yang sedang berbaring di tempat tidur.

Dia berkeringat banyak, dan dia kelihatan kesakitan. Mulut yang sedikit terbuka terengah-engah. Perawat Aki melihat dia menjadi seperti ini, dan mata di balik kacamata menunjukkan ekspresi khawatir.

"... Aku katakan kepadanya untuk mengambil banyak air sebelum dia dive... tapi sekarang lebih dari 4 jam. Akan ada bahaya dehidrasi jika ini terus berlanjut. Tidak bisakah kita melog outnya dahulu...?"

Mendengar kata-kata perawat itu, Asuna hanya bisa menggigit bibirnya erat dan berkata,

"Kirito-kun tidak bisa mendengar apa pun yang kita katakan di sini... dan dia mengambil bagian dalam turnamen PvP. Aku tidak tahu bolehkah log out saat sedang bertarung..."

Dalam ALO, untuk mencegah pemain dari sengaja «disconnecting» ketika mereka berada dalam situasi yang buruk- jika situasi ini terjadi dalam sebuah turnamen VRMMO, dengan alasan akan beralih mereka akan dicegah untuk log out keluar untuk sementara waktu.

"... Tapi AmuSphere akan mencatat aliran darah di otak. Jika akhirnya merusak tubuh, seharusnya otomatis log out."

Setelah Asuna mengatakan itu, perawat menganggukan kepalanya dan mengatakan bahwa,

"Aku tahu. Kami hanya akan mengamati untuk sementara waktu. Dia bukan pasien, jadi aku tidak berpikir ada kebutuhan untuk menyuntikkan cairan ke dalam dirinya."

"Kau benar..."

Suara Asuna itu menjadi kaku. Bukankah akan seperti waktu selama di SAO jika ia harus menggunakan infus.

Tidak, ada- ada sesuatu yang sama sekali berbeda dari itu. Masalahnya adalah bahwa Kazuto tidak mengenakan Nerve Gear yang memiliki jebakan maut di dalamnya, tetapi AmuSphere dengan konfigurasi keamanan. Jadi, bahkan jika Asuna memaksa mencabut lingkaran perak dari kepala Kazuto itu, seharusnya tidak ada bahayanya. Kirito hanya akan menghilang dari padang pasir yang sedang ditayangkan di dinding dan kembali ke tempat tidur- dengan kata lain, kembali ke sisi Asuna.

Bahwa musuh menakutkan disebut «Sterben» tidak akan pernah menyentuh Kazuto lagi.

Asuna mencoba yang terbaik untuk menahan dorongan ini.

Kirito / Kazuto sekarang mempertaruhkan harga dirinya sebagai seorang pendekar pedang untuk berjuang keras, dan Asuna jelas tidak bisa menghentikannya.

Tapi, itu- tidak ada sesuatu yang bisa dia lakukan? Dia tepat di sampingnya, tapi tidak ada cara yang dia bisa untuk mengirimkan pesan kepadanya yang berjuang di dunia lainnya? "Mama, tanganmu"

Tiba-tiba, sebuah suara lembut berasal dari handphone. Itu Yui.

"Silakan memegang tangan papa itu. AmuSphere tidak dapat menghentikan indra dari dunia luar seperti Nerve Gear. Papa seharusnya dapat merasakan kehangatan mama. Aku tidak bisa menyentuh benda-benda fisik... tapi tolong... aku juga ingin menyentuh tangan papa..."

Suara Yui gemetar saat dia berbicara sampai akhir. Asuna terguncang keras dari dalam dirinya karena dia tegas menggelengkan kepala dan menjawab,

"Tidak... papa pasti akan merasakan tangan Yui. Mari kita bersorak untuk papa... bersorak untuk Kirito-kun!"

Saat ia mengatakannya, ia menempatkan handphonenya ke tangan kiri lemas Kazuto dan menggunakan kedua tangannya untuk menutupnya.

Ruangan pasien ini sedikit hangat, tapi tangan Kazuto itu sedingin es blok. Fungsi log-out otomatis mungkin terjadi jika ia memegangnya terlalu keras, sehingga Asuna menggenggam Kazuto dengan tangannya yang ringan, mengerahkan semua kehangatan dan berharap untuk membuat tangannya menjadi hangat.

Asuna tidak melihat siaran televisi langsung lagi karena dia hanya memejamkan matanya dan terus berdoa.

-Lakukan yang terbaik, Kirito-kun. Untuk semua yang kamu yakini. Aku akan berada di sisimu selalu. Selalu melindungimu dari belakang, mendukungmu.

Tangan kiri Kazuto yang sedingin es tersentak sedikit, tapi pasti.


Musuh benar-benar kuat.

Entah itu dalam hal kecepatan, keseimbangan atau momen menyerang, mereka semua sempurna. Ada beberapa swordsman yang begitu terampil di tim clearing.

Tetapi mengapa ia menjadi seperti ini? Ini adalah anggota «Laughin Coffin» yang mengendalikan karakter «Death Gun» tidak bisa melihat pedangku selama perang salib. Aku menghabisinya dengan cepat dan mengurangi HP nya setengah, menyebabkan dia untuk mundur ke garis belakang.

Melihat hal itu, aku kira setengah tahun di mana dia dipenjarakan di penjara Black Iron menyebabkan orang ini berubah secara drastis. Salah satu orang yang menghancurkan Laughin Coffin adalah salah satu anggota di tim clearing, dan ia menggunakan balas dendamnya kepada kami sebagai motivasi untuk meningkatkan keahlian pedangnya. Bahkan jika ia tidak bisa mendapatkan uang dan pengalaman, mengulang latihan dari keterampilan berpedangnya dapat meningkatkan kemampuan. Orang ini mungkin telah melatih ratusan kali gerakan yang sama atau bahkan ribuan kali dalam penjara yang gelap dan dingin. Teknik pedang Estoc yang biasa digunakan sudah tertanam keseluruh indera orang ini.

Aku tidak mungkin kalah darinya dalam hal mengayunkan pedang, tapi pedang di tanganku adalah lightsaber yang jauh lebih ringan dari pedang lamaku, dan sentuhannya terasa benar-benar berbeda dari sebelumnya. Sangat mudah untuk menggunakan salah satu serangan «Vorpal Strike», tapi akan sulit jika mengulang gerakan yang sama terus-menerus. Juga, Death Gun mungkin tidak akan membiarkanku untuk mengeluarkan serangan yang hebat. Dia terus mendekat dan terus menggunakan berbagai macam serangan menusuk. Aku berusaha untuk menghindarinya, tapi ujung tajam Estoc masih menembus bagian tubuhku dari waktu ke waktu dan perlahan-lahan mengurangi HPku. Aku kira aku hanya punya sekitar 30% HP yang tersisa.

Bahkan saat HPku berkurang karena pedang tajam itu, Death Gun tidak bisa membunuhku jika dia menggunakan pistol hitam itu untuk menembakku. Aku tidak memasukan nama dan alamatku di mesin di real presidensial, sehingga tak seorang pun bisa menemukan tempat tinggalku.

Apakah aku terlalu bergantung dalam «perasaan aman» ini? Mataku benar-benar tertutup oleh kekuatan pistol hitam, yang menyebabkanku tidak melihat kemampuan sejati penggunanya. Jika itu yang terjadi, sudah jelas bahwa aku akan berada di sebuah tempat yang ketat. Musuh itu masih merasa di dalam game kematian itu, dan aku meninggalkan tempat itu dalam waktu yang lama, apakah itu tubuhku atau hatiku.

Mungkin sudah terlambat bagiku untuk memperhatikan itu.

Namun, aku masih tidak akan membiarkan diriku kalah darinya seperti ini. Tubuhku di dunia nyata seharusnya tidak mengalami kerusakan apapun, tapi seperti apa yang orang itu bilang, Sinon, yang sedang menunggu di bukit berbatu di belakangku sudah menjadi sasaran pistol hitam itu. Jika aku kalah sekarang, Death Gun akan menyerang Sinon. Setelah dia tertembak peluru dari pistol hitam itu, kaki tangan Death Gun akan membunuh Sinon di dunia nyata.

Sebentar. Hanya sebentar.

Aku hanya ingin dia untuk menghentikan serangan beruntun ini untuk sementara waktu.

Jika itu kekuatan senjata, lightsaber jauh melebihi Estoc yang sangat tipis itu. Setelah aku bisa memukulnya dalam satu pukulan, aku yakin aku bisa mengubah HP Death Gun turun ke nol. Namun, aku tidak bisa membuat satu serangan pun. Usaha dengan tidak sepenuh hati pasti tidak akan bekerja, Estoc musuh bahkan bisa menembus pedang energi lightsaber, yang berarti aku tidak bisa membuat serangan dengan mengayunkan pedangku dalam duel pedang. Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan-

  • Kyu kyu kyu *. Bersama dengan suara itu, setelah serangan 3 hits berturut-turut estoc itu menyentuh sebelah kanan wajahku, dan HPku berada di posisi merah.

Efek khusus yang keluar membuat penglihatanku mulai memerah. Mungkin dia berpikir bahwa dia menang sebagai Death Gun yang mempunyai mata merah bersinar semakin memerah. Pengguna Estoc dari guild yang awalnya «Laughin Coffin» memiliki mata merah juga. Kesadaranku bergetar, dan retakan muncul di dinding tebal ingatanku.

Itu benar... aku menolak untuk mengetahui nama orang ini. Aku tidak ingin terlibat dengannya lagi. Aku hanya ingin secepatnya lupa dengan malam yang penuh kegilaan, darah, jeritan dan kutukan itu.

Tapi aku tidak bisa melakukannya.

Aku tidak melupakannya sama sekali. Aku hanya pura-pura lupa, hanya membohongi diriku sendiri. Aku menyegel memori itu dan membuangnya jauh-jauh, mencoba untuk meyakinkan otakku bahwa aku tidak pernah melihat hal itu.

Death Gun menarik kembali Estocnya untuk membuat serangan terakhir. Cahaya dingin di ujungnya menyebabkan bahwa memori yang tersegel itu muncul.

Sebelum kami pergi ke crusade, kami berkumpul di markas besar guild «Holly Dragon Alliance» untuk pertemuan terakhir kami.

Dalam pertemuan tersebut, kami kembali menjelaskan informasi mengenai anggota anggota «Laughin Coffin». Termasuk kemampuan bertempur dari pemimpin mereka «PoH» dan senjata-senjata kaki tangannya ', keterampilan, penampilan- dan nama.

Tentu saja, kami menyebutkan bahwa dua dari mereka suka menggunakan warna tertentu. Salah satunya adalah hitam, orang yang suka menggunakan belati beracun. Namanya... ya, «Johnny Black». Klein segera memberi pandangan yang serius setelah mendengar nama itu, dan dengan khusus mengatakan kepadaku 'jangan melawan orang ini. Atau lainnya yang kita tidak akan tahu siapa yang melindungi '.

Orang lainnya merah. Namun, ia tidak berpakaian serba merah. Pengguna Estoc hanya memiliki mata dan rambut merah, dan memiliki lambang salib terbalik yang berada pada helm abu-abunya. Warna dan gambar yang digunakan tampak seperti «Knights of the Blood», dan menyebabkan sub-leader KOB, Asuna the «flash» untuk memberikan tanggapan yang berbeda. Aku menghadapi orang ini dari awal. Saat ia bersiap-siap untuk mundur, dia meninggalkan kata-kata 'Aku pasti, pasti, membunuhmu nanti', dan ingin memberitahu namanya. Itu orang ini. Satu setengah tahun kemudian, orang ini mematahkan dinding dunia virtual dan muncul di depanku. Seperti apa yang dinyatakan sebelumnya, pria bermantel ini bersiap-siap untuk menusukku dengan Estoc-«Death Gun»- adalah orang itu. Namanya-

"«Xaxa»."

Kata yang berasal dari mulutku menyebabkan logam yang hendak menembus jantungku menyimpang saja.

Aku mengabaikan perasaan sedikit menusuk dari ujung pedang yang hendak ditarik kembali dan melanjutkan,

"«Red Eye Xaxa». Itulah namamu."

Selanjutnya sesuatu terjadi di depan mataku.

Sebuah garis merah tiba-tiba mengarah ke tengah kap Death Gun dari belakangku.

Itu bukan peluru itu hanya garis sederhana. Itu Sinon. Aku segera mengerti niatnya. Ini adalah serangan miliknya yang menggunakan garis peluru. Itu adalah serangan yang berdasarkan pada pengalamannya, inspirasinya dan semangat untuk terus bertarung. Sebuah peluru khayalan yang akan ditembakkannya.

Death Gun tampak seperti seekor binatang yang memiliki niat membunuh yang kuat dan langsung melompat ke belakang.

Sebuah geraman rendah datang dari bawah topeng tengkorak itu. Dia seharusnya menyadari Sinon yang tidak mungkin menembakku kecuali meleset, tapi dia menjadi goyah setelah aku memanggil namanya, menyebabkan pemikirannya melambat. Dengan demikian, ia otomatis menghindar seolah-olah ia bereaksi pada peluru bayangan tersebut.

Ini adalah kesempatan terakhir. Garis peluru tidak akan bekerja lagi. Aku tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan yang Sinon berikan padaku. Aku melangkah ke depan dan berlari ke arah Death Gun.

Ah- sialan. Profilnya menghilang. Itu adalah «Optical Camouflage». Aku masih bisa menemukannya dengan jejak kaki yang ditinggalkannya di tanah, tapi sekarang lightsaber tidak bisa membuat serangan fatal padanya. Jika aku tidak bisa membunuhnya dalam satu pukulan, HPku akan menjadi nol setelah aku membalasnya.

Pada saat ini, ada sesuatu yang lebih mengejutkan yang terjadi.

Tangan kiriku mulai bergerak seolah-olah itu dipandu oleh seseorang. Tangan dingin yang tegang karena gugup- dikelilingi oleh sepasang tangan yang hangatnya familiar yang membimbingku. Tangan kiriku segera berpindah dan kemudian mencengkeram sesuatu- senjata kedua yang bahkan kulupakan, «Pistol FiveSeven». Tanganku mulai merasakan beban yang ditarik keluar dari kantong pistolku, beberapa sirkuit dalam kesadaranku tiba-tiba menyala.


"U.. OOOOOHHH !!"

Aku meraung dan melangkah maju. Aku kemudian memutar sisi kiriku dan kembali maju seperti peluru.

Avatar Death Gun itu akan menghilang, dan aku menggerakkan tubuhku sebelum mengayunkan tangan kiriku.

Jika ini sebuah dual sword skill, biasanya pedang di tangan kiri diayunkan naik dari tanah untuk memecah pertahanan musuh. Namun, apa yang ada di tanganku itu bukanlah sebuah pedang tapi pistol. Namun, siapa yang mengatakan aku tidak bisa menggunakan teknik pedang dengan pistol? Aku menggunakan kesan yang kupunya dari mengayunkan pedang kiri lalu menekan pelatuknya.

Peluru yang melesat itu mengenai objek yang hampir hilang di depanku dan sinar percikan terpecah di udara. Tubuh Death Gun akhirnya terlihat di tengah-tengah kilatannya. Aku menghadapi avatar yang Optical Camouflage nya hancur itu-

Lalu mengayunkan lightsaber di tangan kananku searah jarum jam dengan gerakan dan beratnya.

Ini adalah «Double Circular» skill pedang dua tangan.

Pisau energi itu mengiris bahu kanan Death Gun dan kemudian bergerak diagonal sebelum mengarah perut kirinya. Pada saat ini, «pistol hitam» yang berada di kantong senjatanya dibelah menjadi dua oleh lightsaber itu, dan setelah mengeluarkan cahaya orange, benda itu meledak.

Avatar yang telah teriris menjadi setengah, mantel robek dan busur api melayang di bawah langit putih-kebiruan.

Setelah waktu yang lama-

  • Dodou *, dua suara berdering berturut-turut, dan badan atas dan bawah Death Gun mendarat di tanah berjauhan satu sama lain. Setelah beberapa saat, logam jarum mirip Estoc tertancap itu di tanah antara kedua bagian tubuh.

Pada saat ini, ketika aku sedang berlutut di tanah dengan satu kaki, aku mendengar suara yang meredup,

"... Ini tidak akan, berakhir... orang itu... tidak akan membiarkan... mu... mengakhiri ini..."

Namun, tag [MATI] yang muncul diantara tubuh yang terbagi itu menyebabkan Death Gun berhenti total dan tidak dapat mengatakan apa-apa. Aku perlahan-lahan bangkit, menundukkan kepalaku dan menyaksikan «mayat» di tanah.

Setelah kehilangan mantel yang akan mewakili dirinya sendiri, tak ada yang dapat mewakili Death Gun kecuali masker tengkorak itu. Aku menatap kacamata yang telah kehilangan cahayanya dan diam-diam menjawab,

"Tidak... itu sudah berakhir, Xaxa. Kaki tanganmu akan ditemukan. Tindakan pembunuhan «Laughin Coffin» telah berakhir."

Aku kemudian berbalik dan menyeret tubuh lemahku ke arah barat.

Setelah berjalan sekitar beberapa ratus langkah, ratusan meter jauhnya, penglihatanku menunjukkan ada sepasang kaki kecil memakai sepatu kecil, dan aku mendongak.

Gadis sniper berdiri di sana. Dia memegang senapan sniper besar yang kehilangan scope, memberikan senyum puas.

Sinon tampak seperti ada sesuatu untuk dikatakan saat ia membuka mulutnya, tapi untuk sesaat, dia tidak tahu harus berkata apa.

Bahkan dia tidak tahu seperti apa emosi di dalam hatinya sekarang. Yang ada hanyalah perasaan panas yang membakar dadanya yang menyebabkan dia memeluk Hecate dengan erat. Melihat Sinon berdiri diam di sana, Kirito menunjukkan senyum tenang untuk pertama kalinya. Dia meletakkan pistol FiveSeven di tangannya kembali ke sarungnya dan mengepalkan tinjunya sebelum mencapai Sinon.

Dan Sinon mengangkat kepalan kanannya untuk mengeluarkan tinju ringan.

"... Semuanya sudah berakhir."

Prajurit lightsaber itu bergumam singkat dan kemudian mendongak. Sinon kemudian mengikutinya dan mendongak juga.

Awan-awan telah terpisah, dan bintang-bintang di langit yang menunjukkan sinar mereka. Sinon kemudian teringat bahwa ini adalah pertama kalinya dia melihat bintang-bintang di dunia ini.

Langit di GGO sering tertutup oleh awan tebal karena perang di masa lalu. Siang hari di sini selalu dihiasi warna matahari terbenam yang menyedihkan, dan bahkan malam akan berlumuran warna merah seperti darah.

Tapi seperti diramalkan oleh NPC tua di jalanan, setelah racun di tanah dimurnikan dan kembali menjadi pasir putih, awan akan menghilang, bintang-bintang bersinar dan pesawat ruang angkasa akan kembali ke langit. Tentu saja, tidak ada orang yang akan percaya kata-kata seperti itu, tapi mungkin gurun ini tidak hanya gurun pasir bagi pemain untuk mengembara, tapi bahkan mungkin tanah suci jauh di masa depan yang jauh.

Sinon tidak bisa mengatakan apa-apa saat ia menatap kelompok bintang yang gemerlap di langit malam yang cerah, dan lampu-lampu yang tersisa dari ruang angkasa yang tampak seperti sungai.

Segera setelah itu, Kirito mengatakan,

"... Sudah waktunya untuk mengakhiri turnamen ini. Para penonton mungkin bosan menunggu."

"... Ya, itu benar."

Kamera biru yang menutupi seluruh langit yang berkelap-kelip dengan logo REC yang cemas. Kirito mungkin telah memperhatikan hal itu karena ia segera tersenyum kecut. Namun, ia segera kembali normal, mendekat dan berbisik,

"... Bahaya di turnamen ini akhirnya berakhir. Death Gun telah gugur, sehingga kaki tangannya yang bersiap-siap untuk membunuhmu seharusnya pergi. Tujuan mereka seharusnya membuat rumor bahwa «para pemain yang ditembak oleh pistol hitam itu di GGO akan mati di dunia nyata», sehingga mereka mungkin tidak akan membunuh orang secara acak. Logikanya, kamu harusnya tidak berada dalam bahaya ketika kamu log out... Tetapi kamu lebih baik memanggil polisi untuk alasan keamanan."

"... Bagaimana aku menjelaskan semuanya kepada [110]? Mereka mungkin tidak akan percaya kalau aku mengatakan bahwa seseorang berencana untuk membunuh dalam dan di luar VRMMO, kan?"

Setelah mendengar pertanyaan Sinon, Kirito bingung sebentar. Namun, dia langsung mengangguk dan berkata,

"Kau benar... rekanku adalah semacam pegeawai pemerintahan, sehingga kita bisa memintanya untuk membantu... tapi aku tidak bisa meminta alamatmu dan nama aslimu..."

Pada saat ini, prajurit lightsaber itu ragu-ragu dan memalingkan wajahnya. Tentu saja, ia tahu bagaimana kasarnya jika meminta identitas asli orang lain dalam suatu VRMMO.

Namun, Sinon berpikir sejenak dan kemudian berkata,

"Baiklah. Biarkan aku memberitahumu."

"Eh... ta, tapi..."

"Aku hanya merasa bahwa tidak perlu khawatir tentang ini lagi. Selain itu... Aku sudah pernah memberitahumu tentang masa laluku. Aku belum pernah melakukan hal itu sebelumnya..."

Setelah mendengarnya bergumam, Kirito membelalakkan matanya, tapi langsung menganggukkan kepalanya.

"Itu benar... omong-omong, aku juga sama..."

Jika mereka terus berlarut-larut seperti ini, Sinon mungkin berakhir mengatakan 'apalagi' karena sifat menakutkannya. Dengan demikian, ia menggendong Hecate di belakang bahunya dan segera melangkah maju. Dia menempatkan bibirnya di dekat telinga Kirito dan berkata dengan suara yang orang lain bisa mendengar,

"Namaku- Asada Shino. Alamatnya adalah Distrik Tokyo, Bunkyo, Yushima, Yonchome..."

Saat ia selesai mengucapkan nama apartemennya dan nomor kamar, Kirito segera menjawab pelan karena terkejut,

"Yushima? Itu kebetulan... Aku dive di Ochinomizu di Chiyoda. "

"Eh... ehhh!? Bukankah itu dekat?"

Sekarang bahkan Sinon terkejut dan hampir menjerit. Apartemen Ochinomizu dan Sinon itu hanya dipisahkan dari kereta bawah tanah dan kereta bawah tanah Kasuga Kuramae. Pada saat ini, tiba-tiba Kirito matanya melebar, mengeluarkan sebuah 'um...' sebelum melanjutkan,

"Lalu aku hanya akan log out dan pergi untuk menemukanmu..."

"Eh... Kamu..."

Sinon hampir mengatakan 'apakah kamu bersedia untuk datang', namun menutup mulutnya pada saat-saat terakhir, terbatuk datar beberapa kali dan mengoreksi dirinya sendiri,

"Nah... tidak perlu. Ada teman yang dapat dipercaya didekatku..."

Spiegel, yang juga dikenal sebagai Shinkawa Kyouji, yang mengundang Sinon ke dunia ini adalah anak kedua dari seorang praktisi. Rumahnya berada di samping kanan Hongoume. Dia akan datang setelah dia memberinya panggilan. Omong-omong, ia mungkin telah melihat rekaman dari turnamen ini dari awal sampai akhir, jadi dia harus menemukan alasan mengapa ia dekat dengan Kirito beberapa kali.

"... Dan pria itu anak dokter, sehingga ia dapat merawatku jika aku butuh."

Untuk menyembunyikan rasa malu apapun dan mengakhirinya, Kirito memberikan tampilan yang serius dan menjawab,

"Oi, akan buruk jika sesuatu yang tidak diinginkan benar-benar terjadi. Tapi kurasa tidak apa-apa jika kamu mengatakannya... Aku akan meminta rekanku setelah aku log out untuk memeriksanya dengan polisi. Tidak peduli seberapa terlambatnya itu, seharusnya 15... tidak, 10 menit. Polisi akan berada di rumahmu dalam waktu 10 menit."

"OK, aku mengerti. Akan bagus jika kita dapat menangkap kaki tangannya..."

"Ya..."

Melihat Kirito masih waspada menganggukkan kepalanya, Sinon menatapnya.

"Lupakan itu. Apakah kamu akan pergi begitu saja setelah mendengar informasi pribadiku?"

"Eh, ah... jadi, maaf. Namaku Kirigaya Kazuto. Aku dive di Ochinomizu, tapi rumahku ada di kota Kawagoe. "

Prajurit lightsaber tampak panik saat ia buru-buru melaporkan datanya. Sinon bergumam untuk sementara dan kemudian tertawa pada situasi tidak mendesak.

"Kirigaya Kazuto. Jadi itu sebabnya kamu dipanggil Kirito, kan? Itu penamaan yang sangat sederhana."

"Ka... kau tidak punya hak mengatakan itu padaku!?"

Keduanya tersenyum. Kirito menatap kamera di atas kepalanya dan kemudian mengubah nada suaranya,

"... Kita hanya dapat log out dengan mengakhiri BoB kali ini... bagaimana, Sinon? Apakah kita berkelahi habis-habisan seperti kemarin?"

Setelah mendengar pertanyaannya, Sinon menemukan bahwa keinginan yang kuat untuk memiliki pertandingan ulang dengan Kirito telah dilupakan sepenuhnya. Dia menatap wajah cantik ini di depannya dan kemudian berkata,

"... Kekuatan bukan suatu hasil... tapi sebuah proses kerja keras..."

"Eh? Apa yang kau katakan? "

"Un, bukan apa-apa-aku katakan, kamu benar-benar telah terluka sekarang, kan? Tidak ada yang bisa dibanggakan tentang menang melawanmu. Mari kita tinggalkan ini untuk turnamen BoB berikutnya."

Saat Sinon selesai, Kirito mengangkat alisnya shock, tapi langsung tersenyum kecut.

"Apakah Kamu mengatakan bahwa aku tidak dapat mengkonversi kembali ke permainan lamaku sebelum turnamen keempat?"

"Kamu dapat mengkonversi kembali dan kemudian dikonversi di sini lagi, tapi jangan berpikir bahwa kamu dapat mengalahkanku di waktu berikutnya... kemudian, saatnya untuk mengakhiri turnamen ketiga."

"Bagaimana kita melakukannya? Ini adalah battle royale, sehingga harus ada pemenang memutuskan ketika HP seseorang menjadi nol, kan? \"

"Ini jarang terjadi, tapi aku mendengar bahwa BoB pertama di Amerika Utara dimenangkan oleh dua orang. Alasannya adalah bahwa orang yang seharusnya menang sengaja menggunakan trik curang disebut «Gift Grenade»."

"Gift Grenade? Apa itu?"

"Pemain yang kalah akan melemparkan granat untuk membunuh musuhnya, ini, ini untukmu."

Sinon mengulurkan tangannya ke dalam kantong dan kemudian mengeluarkan objek bola hitam ke tangan kanan Kirito yang menerimanya dengan refleks. Dia kemudian mengatur hitungan mundur granat itu-menjadi 5 detik.

Ini adalah granat plasma dia mendapatkannya setelah ia memeriksa bahwa Kirito mengalahkan Death Gun dan berlari ke Yamikaze di sisi barat bukit berbatu. Pada saat itu, Sinon telah memutuskan untuk menggunakannya untuk mengakhiri turnamen ini.

Akhirnya menyadari apa yang ditempatkan di tangannya, Kirito membelalakkan matanya dan bersiap-siap untuk membuangnya secara naluriah.

Untuk mencegahnya melakukan hal ini, Sinon membungkus kedua lengan di belakang punggung Kirito dan memegang tangannya.

Segera setelah itu, lampu kilat menyilaukan muncul antara dua avatar, mengubah senyuman kecut Kirito dan senyuman Sinon menjadi putih.

Waktu yang dibutuhkan untuk turnamen adalah 2 jam, 4 menit dan 37 detik.

Battle Royale Bullet of Bullets 3rd berakhir.

Hasilnya- [Sinon] dan [Kirito] menang pada waktu yang sama.

Bab 15[edit]

Sejak ia dipindahkan dari pulau terpencil «ISL Ragnarok» ke tempat menunggu, Sinon terus melihat ke daftar urutan dan menghitung mundur sampai log out sambil mencoba menenangkan dirinya.

Meskipun turnamen telah selesai, konflik dengan «Death Gun» tidak, komplotan Death Gun mungkin masih ada di dekatnya di dunia nyata. Kirito mengatakan kalau polisi seharusnya akan datang segera, tetapi waktu log out nya akan sama dengan Sinon. Selain itu, ia perlu menghubungi rekannya, jadi itu akan membutuhkan waktu minimal 10 menit. Selama waktu ini, Sinon hanya dapat melindungi dirinya sendiri.

Pertama, ia harus memeriksa kalau kamarnya sendiri aman. Kemudian, ia akan meminta Shinkawa Kyouji untuk datang ke rumahnya. Meskipun ada kesempatan kalau ia akan bertemu dengan Death Gun, orang-orang ini tidak menggunakan senjata pistol atau pisau sebagai senjata, tetapi suntikan dengan racun—seperti yang Kirito kira—jadi mereka tidak akan secara acak menyuntikkan obat ke orang yang terbangun. Tentu saja, Sinon sudah siap untuk memberitahunya untuk berhati-hati. Timer penghitung mundur yang besar dengan cepat berlalu, dan hanya ada 10 detik tersisa untuk log out.

Ia melihat ke layar besar yang menunjukkan hasil turnamen untuk terakhir kalinya. Sinon dan Kirito, yang menang di waktu yang sama bersinar pada level tertinggi. Meskipun tujuan utamanya ketika bermain GGO adalah untuk membiarkan namanya muncul di sana, sayangnya hasilnya kali ini sepertinya tidak akan dihitung. Keadaan terlalu tidak biasa, jadi ia harus menunda harapannya di turnamen ke-4. Tidak ada tempat ke-2. Tempat ke-3 adalah Death Gun dengan nama log in «Sterben». Sinon sendiri tidak tahu bagaimana nama itu seharusnya dibaca, tetapi untuk orang bermantel itu, «Death Gun» adalah nama aslinya, jadi nama log in nya pasti digunakan untuk menutupi identitas sebenarnya.

Tempat ke-4 adalah «Yamikaze». Kebanyakan orang mempertaruhkan uangnya untuk dia seperti mereka merasa kalau dia akan menjadi pemenang, sehingga perusahaan pertaruhan resmi seharusnya sedang menghasilkan banyak uang sekarang. Mulai dari posisi ke-5, ada nama yang lebih familiar, tetapi setelah nama seperti «Dyne» dan «Xiahou Dun»—rankingnya berakhir di angka 28.

Posisi terbawah menunjukkan nama-nama dua pemain yang putus koneksi, «Pale Rider» dan «Garret».

Seperti yang diduga, ada 2 korban dari Death Gun di turnamen ini. Ini artinya dia memiliki 2 rekan. Organisasi macam apa yang ketiga orang itu ambil bagian di sebuah VRMMO, pengalaman macam apa yang mereka punya sehingga menyebabkan mereka mengambil bagian dalam suatu rencana yang begitu mengerikan…

Saat timer penghitung mundur mencapai angka nol, Sinon tidak merasakan kegembiraan kemenangan, tetapi merinding yang tidak biasa.

Perasaan yang mengambang menghinggapi Shino, dan saat perasaan ini menghilang, ia sudah terbaring di ranjangnya di kamarnya di dunia nyata.

Tidak—mungkin kalau ada lebih dari satu orang. Ia berkata pada dirinya sendiri untuk tidak segera membuka mata atau bergerak.

Shino tidak bergerak sama sekali tetapi hanya menutup mata dan mulai memperhatikan sekitarnya.

Sekarang ini, ada suara-suara kecil yang terdengar di telinganya. Pertama adalah napasnya sendiri, dan kedua, adalah suara detak jantung yang cukup cepat.

Di bawah dekat langit-langit adalah AC yang memberi udara hangat, dan juga ada pengatur kelembaban yang mengeluarkan suara mendengung. Ia dapat mendengar suara kendaraan dari kejauhan, dan ada juga suara berat dari sebuah stereo dari sebuah kamar di apartemen ini.

—Tetapi selain suara-suara ini, tidak ada suara aneh apapun.

Kali ini, Shino mencoba menarik napas dalam perlahan. Hidungnya menghirup partikel-partikel udara, dan ada sedikit aroma wangi. Shino tahu kalau itu adalah sabun berbau vanilla yang ia letakkan di atas kotak penyimpanan yang berfungsi sebagai penyegar udara.

Tidak ada orang lain di dalam kamar.

Meskipun ia berpikir seperti itu, Shino tetap tidak bisa membuka matanya segera. Mungkin seseorang sedang memperhatikannya di sebelah ranjangnya—ketakutan ini tetap ada di hatinya.

Tidak, bahkan jika orang itu tidak ada di kamar, ia mungkin bersembunyi di dapur atau kamar mandi... atau di balkon... bahkan di tempat kecil seperti ini, ada banyak tempat untuk seseorang bersembunyi kalau ia mau. Selain itu, ada kemungkinan besar kalau ia bersembunyi di bawah ranjang.

Tidak, aku tidak mau bangun.

Sekarang ini, Kirito— Kirigaya Kazuto seharusnya sudah menghubungi polisi lewat temannya, dan ia seharusnya dapat mendengar suara sirine mobil patrol polisi. Kalau begitu, mungkin ini adalah cara teraman untuk tidak bergerak.

Saat Shino memikirkan hal ini dan bersiap untuk memejamkan mata erat-erat—

AC yang sudah lama itu tiba-tiba turun suhunya, dan angin dingin yang ditiupkannya mengenai paha Shino yang terbuka. Udara dingin menyelimuti kulitnya, membuatnya gatal di hidung.

Shino sendiri kira-kira bertahan selama 2 detik. Kemudian, alis dan hidungnya naik ke atas, menghasilkan bersin yang keras. Shino terdiam, menunggu reaksi dari bersinnya dari sebuah tempat di kamarnya.

Tetapi, tetap tidak ada pergerakan di ruangan.

Shino kemudian dengan melirik membuka mata kanannya.

Di dalam kamar gelap yang lampunya mati, cahaya lampu jalanan dari celah di korden adalah satu-satunya yang menerangi. Shino memeriksa dulu untuk meyakinkan kalau ia bisa melihatnya dari matanya, dan kemudian perlahan menggerakkan kepalanya sedikit-sedikit untuk memeriksa kamarnya.

Tetapi, sepertinya tidak ada seorangpun di pandangannya. Meskipun ia hanya bersin, Shino berhati-hati melepas AmuSphere di kepalanya dan meletakkannya di sebelah bantalnya. Ia menggunakan kekuatan perutnya untuk bangun dan melihat seluruh bagian kamar dengan cepat.

—Sepertinya tidak ada perbedaan dari sebelum ia dive in.

Bukan air mineral yang ada di atas meja, bukan juga sound box besar di sebelah meja atau tas sekolah yang ditinggalkan di lantai, tidak ada yang berpindah sama sekali.

Shino meletakkan tangannya di kasur dan menggerakkannya ke sepanjang tempat tidur. Ia menelan ludah dan kemudian menjulurkan badannya untuk melihat ke bawah tempat tidur. Jelas-jelas kosong di bawah.

Ia melihat ke atas, dan memeriksa korden yang jendelanya terkunci. Kemudian, ia turun dari tempat tidur bertelanjang kaki, menjulurkan lehernya untuk melihat adakah pergerakan di dapur. Berbicara tentang itu, di tempat yang hanya muat 3 keset itu sepertinya tidak ada tempat untuk sembunyi.

Sekarang ini, Shino akhirnya bangun dan dengan tidak sadar berjalan ke arah dinding sebelum menekan tombol lampu. Kamar itu segera dipenuhi cahaya putih, dan bahkan koridor di belakang dapur menjadi terang.

Melihat dengan seksama, kunci di pintu sepertinya tidak ada yang menyentuh. Shino berdiri sebentar sebelum menyadari tidak adanya suara aneh apapun dari tempat di belakang dinding—kamar mandi. Kesimpulannya, tidak ada apapun yang aneh. Walaupun begitu, ia sekali lagi berjingkat ke arah dapur.

Pintu kamar mandi tertutup rapat, tetapi tidak terkunci, dan tidak ada cahaya di dalamnya.

Shino memegang kenop pintu aluminium dengan tangan kanannya yang penuh keringat dingin.

Ia mengambil napas dalam-dalam, menahannya, dan menarik pintu kamar mandi sambil tangan kirinya menyalakan lampu.

“…”

Shino tanpa berkata-kata memeriksa kamar mandi dalam waktu singkat.

“Mengapa aku menakuti diriku sendiri…”

Ia bergumam. Kamar mandi berwarna putih itu jelas-jelas kosong.

Kali ini, Shino akhirnya menurunkan leher dan bahunya di kedua sisi untuk merilekskan tubuhnya. Ia berputar setengah lingkaran dan menyandarkan seluruh tubuhnya di dinding sebelum duduk.

Tidak ada orang lain di kamar, dan ia tidak melihat adanya tanda-tanda orang lain telah masuk.

Tentu saja, ada kemungkinan jika—penyusup yang mendobrak kunci elektronik yang sudah tua, menggunakan handphone nya untuk memeriksa siaran langsung GGO lewat telepon, dan segera pergi setelah melihat Death Gun dikalahkan.

Kalau benar begitu, penyusupnya mungkin masih ada di sekitar apartemen. Karena ia tidak bisa menjamin kalau orang itu tidak akan kembali, ia harus bergegas, menelepon Shinkawa Kyouji dan mengundangnya ke rumahnya. Shino merasa harus melakukan itu, tetapi rasanya dia tidak bisa melakukannya.

Ia melihat sekilas ke arah timer yang diletakkan di kulkas. Itu juga berfungsi sebagai jam, dan angka-angkanya menunjukkan 10.07pm.

—Sudah tiga jam lamanya. Tempat yoghurt yang ada di kantong sampah di depannya baru saja dilemparkan ke sana sebelum ia dive in, tetapi seperti sudah lama sekali.

Dan perasaannya merasa sesuatu telah berubah, tetapi kenyataannya tidak. Tetapi, paling tidak kegelisahan dalam dirinya untuk waktu yang lama sudah hilang. Selama waktu yang lama ini, mungkin rasa gelisahnya yang hanya menyadari kalau ia harus bertambah kuat semuanya sia-sia. Ia harus meraihnya perlahan.

“Oke…!”

Shino perlahan menguatkan dirinya dan berdiri sebelum menyadari kalau ia sangat haus. Ia pergi ke dekat wastafel, menggunakan cangkir untuk menadahi air yang mengalir dari keran dan menelannya.

Dan baru saja ia akan meminum secangkir lagi—

DING DONG. Bel pintunya berbunyi…

Shino menegangkan tubuhnya secara insting dan berbalik untuk melihat ke arah pintu. Ia tiba-tiba berpikir kalau orang itu bisa membuka pintu sendiri dan tidak bisa bernapas sama sekali.

Setelah dipikirkan, mungkin saja itu polisi. Ia kemudian berbalik melihat jam, tetapi waktu sejak ia log out kurang dari 3 menit, dan itu terlalu cepat. Baru saja Shino berdiri di sana, bel berbunyi lagi. Shino menahan napasnya dan mengendap-endap ke arah pintu.

Lebih baik untuk mengaitkan rantai di pintunya. Baru saja ia memikirkannya, ia dengan ketakutan menjulurkan tangan kanannya, tetapi ketika ia akan menyentuh rantai pintu—

“Asada-san, kau di sana? Ini aku, Asada-san!”

Kunci elektronik yang punya fungsi speaker memberikan sekilas suara tajam seorang anak laki-laki. Shino agak akrab dengan suara itu.

Shino sendiri segera menghela napas lega. Ia menginjak sandal rumahnya dan membawa wajahnya mendekati pintu, dan kemudian melihat keluar pintu untuk alasan keamanan. Ia melihat seorang anak laki-laki berdiri di koridor, terlihat goyah karena efek kecembungan. Orang itu adalah teman yang siap ia telepon untuk datang—mantan teman sekelasnya yang mengajak Shino bermain GGO, Shinkawa Kyouji.

“Shinkawa-kun…?”

Shino memanggil nama orang itu melalui speaker, dan kemudian sebuah suara ragu-ragu terdengar.

“Yah... Aku tidak bisa menahan untuk berkata selamat untukmu... Aku membawa ini dari toko keperluan, tetapi ini hanya sedikit selamat...”

Setelah mendengar kata-kata ini, Shino sekali lagi melihat lewat lubang pengintip. Kyouji di luar membawa sebuah kotak kue kecil.

“Kau, kau benar-benar cepat...”

Shino tidak bisa menahan untuk bertanya. Bahkan setelah menghitung waktunya untuk log out, itu hanya sekitar 5 menit sejak turnamen selesai. Melihat hal-hal ini, ia mungkin tidak melihat siaran dari rumahnya, tetapi berada di sekitar taman di dekat sana dan menunggu untuk membeli kue dari toko keperluan yang sudah direncanakan sebelum menuju ke sini. Kelakuannya yang impulsif seperti apa yang tipe AGI- Spiegel mungkin lakukan.

Tetapi ini akan membuatnya tidak perlu menghubunginya sendiri. Shino menghembuskan napas dan menjulurkan tangannya ke pintu.

“Tunggu. Aku akan membuka pintu.”

Ia berkata sambil menurunkan kepalanya, dan menyadari kalau ia masih menggunakan tank top dan celana pendek yang menunjukkan pahanya. Gadis ini merasa kalau ini seperti buka-bukaan, tetapi ia tetap menggenggam dan membuka pintu. Setelah membuka pintu, Shinkawa Kyouji tersenyum berdiri di depan pintu. Ia menggunakan sepasang jeans dan jaket militer dengan bulu di atasnya. Memang kelihatan tebal, tetapi tidak perlu dipertanyakan kalau jaket itu mampu melawan dinginnya udara di luar.

Shino gemetar karena udara dingin di kakinya dan mulai berkata,

“Wah, ini dingin. Cepat masuk.”

“U, uh. Permisi kalau begitu.”

Kyouji menganggukkan kepalanya, mengangkat lehernya kembali dan memasuki koridor dengan lantai keras. Melihat Shino, ia menyipitkan matanya seperti matanya sakit.

“Apa, apa yang... cepat dan tutup pintunya, atau kamarmu akan dingin. Ah, ingat untuk menguncinya.”

Mata Kyouji membuat Shino semacam malu, dan ia berpura-pura marah untuk menyembunyikan perasaannya. Ia kemudian berbalik dan berjalan ke kamar. Di belakangnya, suara elektronik pintu dikunci dapat terdengar. Shino kembali ke ruangan sebesar 6 keset, mengambil remote control di meja dan menaikkan suhu udara. AC nya terbuka turun, dan menghembuskan udara hangat yang menggantikan udara dingin di kamar.

Shino dengan cepat duduk di tempat tidur, melihat ke sekitar, dan menemukan Kyouji berdiri di pintu seperti orang kebingungan.

“Silakan duduk. Ah... mau minuman?”

“Tidak usah. Tidak perlu kok.”

“Aku lelah sekarang. Kalau kau berkata begitu, ya sudah.”

Gadis itu bercanda, dan wajah Kyouji akhirnya menunjukkan sebuah senyuman. Ia meletakkan kuenya di meja dan duduk di bantal di sebelahnya.

“... Maaf untuk kedatanganku yang tiba-tiba, Asada-san. Tetapi... seperti yang aku katakan sebelumnya, aku benar-benar ingin merayakan ini denganmu secepatnya.”

Ia menutupi lututnya seperti anak-anak dan kemudian melihat ke arah Shino.

“Yah... selamat sudah menjadi pemenang BoB. Asada-san... Sinon benar-benar hebat. Kau akhirnya menjadi penembak terkuat di GGO. Tetapi... aku mengetahuinya. Asada-san suatu saat akan berhasil. Karena Asada-san memiliki kekuatan sesungguhnya tidak seperti yang lainnya...”

“Makasih...”

Shino merasa semacam malu, dan kemudian ia menggerakkan lehernya.

“Tetapi ada dua pemenang kali ini... Dan kalau kau melihatnya di siaran langsung, kau seharusnya melihat ada banyak hal-hal tidak biasa yang terjadi... mungkin, turnamennya akan dinyatakan gagal...”

“Eh...?”

“Itu... bagaimana aku mengatakannya...”

Untuk waktu singkat, Shino tidak bisa berpikir bagaimana untuk menjelaskan insiden «Death Gun» kepada Kyouji yang bingung. Ia benar-benar tidak mengetahui keseluruhan ceritanya juga, dan tidak bisa melanjutkan menjelaskan. Dan—sekarang, ia bahkan mulai bertanya-tanya apakah ini adalah ilusi.

Mungkin...

Semua ini hanyalah disebabkan oleh kebetulan? Mungkinkah menembak seseorang di dunia virtual benar-benar membunuh seorang pemain dengan racun di dunia nyata. Sejujurnya, Shino hanya melihat Pale Rider putus koneksi. Kalau ia dan pemain lainnya yang putus koneksi benar-benar meninggal, artinya kejahatan Death Gun adalah nyata, tetapi Shino tidak punya bukti apapun sampai ia mendengar berita kematian mereka.

Polisi seharusnya akan datang 10 menit lagi, dan kemudian aku harus menjelaskan semuanya ke Kyouji, kan? Shino memikirkan hal itu dan mengubah topic pembicaraan.

“Oh itu... bukan apa-apa. Hanya ada seorang pemain aneh. Tetapi kau benar-benar cepat. Turnamen baru saja selesai 5 menit lalu.”

“Ah, yaa... Aku berada di dekat rumahmu dan menggunakan handphone untuk melihat siaran langsungnya sehingga aku bisa langsung menyelamatimu...”

Kyouji segera mengatakannya, dan Shino tersenyum melihatnya.

“Aku sudah menduga kalau begitu kejadiannya. Dingin di luar. Kau akan terkena flu. Biarkan aku membuatkanmu teh.”

Tetapi Kyouji menggelengkan kepala untuk menghentikan Shino. Wajahnya perlahan kehilangan senyumannya, menunjukkan ekspresi gugup. Shino hanya dapat berkedip.

“Itu... Asada-san...”

“Ap, apa?”

“Aku... melihat jejak kaki di gua di padang pasir itu... dari siaran langsung.”

Shino dapat menebak dari kata-kata ini dan ekspresi Kyouji yang tidak dikatakannya. Memikirkan apa yang terjadi di gua itu, Shino tidak bisa menahan untuk tidak memerah.

“It... itu adalah...”

Shino melupakan semuanya—atau lebih tepatnya, ia dengan sengaja melupakannya. Tetapi ia berbaring di lutut Kirito ketika ia duduk menyandar di dinding, menangis dan berteriak. Kyouji melihat jejak itu. Ia hanya dapat berkata kalau ia terlalu ceroboh dan menyebabkan semuanya seperti ini. Shino menundukkan kepalanya seperti meminta maaf, tetapi Kyouji melanjutkan. Ia pikir ia akan menanyakan hubungannya dengan Kirito, tetapi apa yang dikatakannya selanjutnya mengejutkannya.

“Orang itu... pasti mengancammu, kan? Kau melakukan itu hanya karena ia memiliki sesuatu padamu, kan?”

“Ap, apa?”

Shino melihat dengan terkejut.

Mata Kyouji memberi cahaya aneh saat ia memajukan dirinya dengan posisi setengah berlutut. Suara parau muncul dari bibirnya yang bergerak tidak beraturan,

“Kau diancam olehnya, dan bahkan menembak pemain yang ia sedang lawan... tetapi kau membuat orang itu rileks dan kemudian membunuhnya dengan granat, kan? Tetapi... Aku tidak berpikir itu cukup, Asada-san. Aku sudah mengatakan sebelumnya... kau harus menunjukkan ke dia suatu etika.”

“Ah... itu...”

Shino tidak bisa berkata apapun, dan kemudian gelisah memikirkan bagaimana menjelaskannya.

“Tidak... aku tidak diancam. Aku tahu itu memang terlalu aneh di turnamen... tetapi aku hampir panik ketika melakukan diving... dan dalam kekacauan ini... aku mengarahkan kemarahanku ke Kirito... orang itu. Ngomong-ngomong, aku terlalu banyak berkata-kata.”

“…”

Kyouji membuka matanya lebih lebar dan dengan diam mendengarkan Shino.

“Tetapi... orang itu membuatku marah, tetapi ia seperti... seperti ibuku. Karena itu, aku menangis seperti anak kecil... benar-benar memalukan, kan?”

“... Asada-san... te... tetapi kau melakukannya karena tertekan, kan? Kau... tidak punya perasaan spesial ke orang itu, kan?”

“Eh...?”

“Asada-san, kau berkata kalau kau ingin aku menunggumu, kan?”

Berlutut dan mencondongkan badannya ke depan, Kyouji melihat dengan tatapan sangat gugup.

“Kau mengatakannya sebelumnya, kan? Kalau aku menunggu, kau akan menjadi milikku, kan? Itu... itu kenapa aku...”

“... Shinkawa-kun...”

“KATAKAN! KATAKAN KALAU KAU TIDAK ADA APA-APA DENGAN ORANG ITU. KATAKAN KALAU KAU MEMBENCINYA!”

“Ad... ada apa denganmu... tiba-tiba...”

Shino memang mengingat kalau ia meminta Kyouji ‘menunggunya’ ketika mereka ada di taman sebelum turnamen.

Tetapi, artinya bukanlah untuk ‘menunggu sampai akhirnya ia mengusir setannya’. Dan kemudian ia akan menjadi gadis biasa saat hari itu tiba.

“A... Asada-san, kau kuat sekarang karena kau telah menjadi pemenang, jadi kau tidak akan terjatuh lagi. Jadi kau tidak membutuhkan orang itu. Aku akan menemanimu selalu. Aku akan... melindungimu selamanya.”

Kyouji mulai bergumam seakan ia bermimpi dan berdiri sebelum melenggang ke arah Shino dan mengambil beberapa langkah—ia kemudian tiba-tiba membuka lengannya dan memeluk Shino tanpa menahan kekuatannya.

“Uu...?!”

Shino merasa sangat tegang karena ia sangat terkejut. Tulang-tulang di lengan dan perutnya mulai terasa sakit, dan udara di paru-parunya mulai habis.

“... Shin... kawa-ku... n...”

Akibat pelukan dan kekuatan itu menyebabkan Shino terengah-engah. Tetapi, Kyouji menggunakan paksaan dan menekankan berat badannya ke Shino seperti ia ingin membawanya ke ranjangnya.

“Asada-san... Aku mencintaimu kamu. Aku mencintaimu kamu. Asada-san ku... Sinon ku.”

Suara Kyouji yang parau dan memecah keheningan tidak terdengar seperti pengakuan cinta, tetapi mirip mengutuk.

“Henti... kan...!”

Shino mencoba sekuat tenaga menggunakan kedua tangannya untuk menyangga badannya di tempat tidur. Kemudian ia menambah kekuatan di kakinya dan menggunakan bahu kanannya untuk menjauhkan dada Kyouji—

“... Hentikan!”

Meskipun ia hanya dapat mengeluarkan suara parau, ia akhirnya berhasil mendorong badan Kyouji ke belakang, dan mengambil udara banyak-banyak seperti terengah-engah.

Kyouji sendiri terguling ke tempat duduknya dan terjatuh ke belakang. Ia kemudian menabrak set cangkir dan kotak yang berisi kue jatuh dan mengeluarkan suara kecil.

Tetapi, Kyouji sendiri tidak terlihat menyadarinya karena ia hanya terus memandang Shino. Ekspresi keterkejutan di wajahnya menunjukkan kalau ia tidak percaya Shino menolaknya.

Mata lebar itu kemudian kehilangan sinarnya—dan suara kosong keluar dari mulutnya yang bergetar,

“Ini tidak akan bisa, Asada-san. Kamu tidak bisa mengkhianatiku. Hanya aku yang dapat menyelamatkan Asada-san, jadi kamu tidak boleh memandang lelaki lain.” Setelah mengatakan hal itu, ia mendekati Shino.

“... Shin, Shinkawa-san...”

Shino masih kaget sehingga ia hanya dapat bergumam dengan kebingungan.

Benar kalau ia merasa niat berbahaya di mata Shinkawa ketika ia mengundangnya makan malam dan ketika ia dipeluk olehnya di taman. Tetapi, Shino merasa hal itu terjadi karena ia adalah seorang laki-laki, dan Shino tidak bisa membayangkan Shinkawa yang ramah dan lemah itu bisa melakukan sesuatu di luar batas.

Tetapi, untuk Shino, yang tidak bisa bergerak di tempat tidurnya, Shinkawa yang melihat ke arahnya, memiliki kilau misterius di matanya yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya.

Astaga, Apakah Shinkawa-kun akan memperkosaku...

Pikiran mengganggu itu terbesit di benak Shino, dan ketakutan yang dirasakannya merasuki seluruh tubuhnya yang melebihi akibat pelukan tadi.

Tetapi—

Meskipun Shino berpikir di arah yang benar, ini benar-benar bukan gayanya. Kyouji membuka mulutnya sedikit dan mengeluarkan suara napas yang berat. Ia kemudian memasukkan tangan kanannya ke dalam jaket militernya dan terlihat memegang sesuatu.

Tangan kanannya yang dikeluarkan menunjukkan sesuatu yang agak aneh. Benda itu panjangnya sekitar 20cm, terbuat dari plastic tembus pandang berwarna susu putih.

Ujungnya meruncing, dan ada silinder setebal 3 cm. Di belakangnya, ada sesuatu yang seperti pegangan yang menonjol keluar secara diagonal, dan tangan kanan Kyouji berada di sana. Juga, ibu jarinya diletakkan di tombol hijau yang ada di antara pegangan dan silinder.

Ujung silinder bundar itu memiliki bagian logam perak, dan sesuatu yang bisa disebut ujung runcing itu memiliki sedikit bukaan. Normalnya, itu terlihat seperti senjata laser anak-anak biasa mainkan, tetapi tidak menutupi fungsi tertentu meskipun terlihat sederhana.

Tangan kanan Kyouji gemetar sedikit, dan kemudian ia meletakkan silinder bundar itu dengan ceroboh ke leher Shino. Rasa dingin itu membuat seluruh rambut di kulit Shino berdiri.

“Shin... kawa... kun...?”

Shino dengan kesusahan berhasil mengatakan kata-kata itu dari bibirnya yang kaku, tetapi sebelum ia bisa menyelesaikannya, Kyouji berkata dengan suara berat,

“Jangan bergerak, Asada-san. Kamu tidak boleh berteriak juga. Ini... adalah sebuah needleless syringe[27]. Benda ini mengandung obat yang disebut «Succinylcholine[28]». Otot tidak bisa bergerak jika ini disuntikkan, dan jantung akan segera berhenti.”

Kalau otaknya benar-benar memiliki kerangka pelindung mental, kerangka Shino pasti akan memiliki beberapa lapisan kebocoran hari ini.

Udara dingin yang datang dari belakang lehernya membuat anggota tubuh Shino beku. Ia menyadari kalau anggota tubuhnya mulai kaku selagi ia memeras otaknya untuk memahami apa yang dimaksud oleh Kyouji.

Maksudnya adalah—Kyouji ingin membunuh Shino. Kalau ia tidak mendengarkannya, ia akan menggunakan suntikan seperti mainan di tangannya dan menyuntikkan obat yang nama Inggrisnya panjang sekali ke badan Shino untuk menghentikan jantungnya.

Memikirkan hal ini, sudut lain dari benak Shino sedang berpikir dan bertanya pada dirinya sendiri,

Apakah ini lelucon? Bagaimana mungkin Shinkawa-kun melakukan hal seperti itu?

Tetapi kenyataannya, bibir Shino tidak bergerak seperti terbebani berton-ton. Dan silinder logam keras yang dingin yang ditekankan pada lehernya—atau lebih tepatnya—itu 5cm di bawah telinga kirinya. Perasaan dingin ini terus menyangkal kemungkinan kalau Kyouji sedang bercanda.

Shino tidak bisa melihat ekspresi Kyouji karena ia menghadap cahaya, tetapi masih memandang ke wajahnya tanpa melihat apapun. Wajah bundarnya yang lembut mengejangkan dagunya sedikit, mengeluarkan suara yang tanpa ditahan.

“Tidak apa-apa, Asada-san. Kau tidak perlu takut. Tidak lama... kita akan bersama menjadi satu. Aku ingin menawarkan perasaan yang sudah terkumpul selama ini- kepadamu. Aku akan menyuntikannya ke dirimu perlahan... sehingga kamu tidak akan merasakan sakit sama sekali. Jangan khawatir, biarkan aku yang mengurusnya.”

Shino tidak dapat memahami apa yang dikatakannya sama sekali. Itu terdengar seperti bahasa Jepang, tetapi terdengar seperti bahasa Suriname atau Zimbabwe. Dua kalimat terus terngiang di telinganya.

Ini disebut needleless syringe... dan dapat menghentikan jantungmu.

Suntikan, jantung. Sepertinya... ia mendengar kata-kata ini di suatu tempat sebelumnya.

Di gurun di bawah langit malam, di dalam gua kecil, anak laki-laki yang terlihat seperti seorang perempuan mengatakannya sebelumnya. «Zexceed» dan «Usujio Tarako» mungkin disuntik suatu obat yang menyebabkan kegagalan jantung... tetapi itu seperti sesuatu yang terjadi di alam mimpi yang jauh.

Jika itu benar—ber—berarti...

Bibir Shino bergerak seperti kesemutan, dan kemudian, ia mendengar suara paraunya sendiri.

“Arti... artinya... kau... kau adalah «Death Gun» yang satu lagi?”

Suntikan yang diletakkan di lehernya tiba-tiba tersentak. Kyouji memberi senyuman kekaguman seperti yang ia akan lakukan ketika berbicara dengan Shino.

“... Heh, itu terlalu hebat. Seperti yang diharapkan dari Asada-san... kau menebak rahasia «Death Gun». Itu benar. Aku adalah «Death Gun» yang satu lagi. Meskipun begitu, aku yang mengontrol «Sterben» sebelum BoB. Aku sangat senang kau melihatku menembak Zexceed di bar Gurokken. Tetapi, untuk hari ini, aku ingin aktif di dunia nyata. Aku tidak bisa menerima lelaki lain menyentuh Asada-san. Bahkan bila kami adalah saudara.”

Keterkejutan yang kesekian kalinya menyebabkan tubuh Shino menegang lagi. Kyouji memang menyebutkan sebelumnya kalau ia memiliki seorang kakak laki-laki yang lebih tua, tetapi ia hanya menyebutkan bagaimana kakaknya selalu sakit sejak muda dan selalu dipindahkan dari rumah ke rumah sakit. Ia tidak pernah mengatakan apapun selain itu, sehingga Shino tidak pernah bertanya.

“K... Kakak... kakak laki-laki? Yang bergabung di red guild di SAO... adalah... kakak laki-lakimu?”

Kali ini, Kyouji lah yang membelalakkan mata karena kaget.

“Wow, jadi kau bahkan tahu tentang hal itu. Shoichi nii-san mengatakan hal sebanyak itu di turnamen? Mungkin nii-san benar-benar mengagumi Asada-san. Tetapi Asada-san, kau bisa rileks. Aku tidak akan membiarkan orang lain menyentuhmu. Sebenarnya... aku tidak berniat menyuntikkan ini ke Asada-san. Nii-san akan marah. Tetapi karena Asada-san, kau bilang kalau kau akan menjadi milikku di taman...”

Kyouji berhenti. Senyum seperti orang mabuk di wajahnya menghilang, dan ekspresinya kembali menjadi blank.

“... Tetapi... Asada-san, dan orang itu, sebenarnya... kau pasti sudah dikelabuhinya. Aku tidak tahu apa yang ia katakan, tetapi aku akan mengenyahkannya segera. Aku akan membuatmu melupakannya.”

Ketika suntikan masih dipegang di leher Shino, Kyouji memakai tangan kirinya untuk mencengkeram bahu kanan Shino dan mendorong Shino ke tempat tidur. Kemudian ia naik ke tempat tidur dan bergerak ke paha Shino. Ketika melakukannya, ia masih bergumam seperti melamun.

“Jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan Asada-san sendirian. Aku akan menemanimu segera setelahnya. Kita seharusnya dilahirkan kembali di GGO- tidak, di game yang lebih fantasi, dan kemudian kita akan menjadi suami dan istri dan memiliki hidup yang bahagia. Kita akan berpetualang... dan kemudian mempunyai anak. Itu akan sangat hebat!”

Meskipun Shino mendengar kata-kata tidak jelas yang tidak masuk akal dari Kyouji itu, bagian tubuhnya memang lumpuh tetapi kemampuan berpikirnya masih bisa berfungsi normal—

polisi akan berada di sini segera, sehingga aku harus berbicara dengannya lebih lama.

“Tetapi... kalau kau di sini tidak sebagai rekan, kakak laki-lakimu akan berada dalam masalah... da.. dan, aku tidak tertembak di game. Kalau aku meninggal, rumor tentang Death Gun yang kalian bangun susah payah itu akan diragukan.”

Shino terus menggerakkan lidahnya yang kelu saat mengatakan semua itu, dan Kyouji memindahkan suntikannya di tangan kanannya dan menekankannya ke tulang selangkangan Shino, menunjukkan senyum kaku.

“Jangan khawatir. Ada tiga target hari ini, sehingga nii-san membawa orang lain juga. Ia adalah anggota guild yang lain di SAO. Orang itu akan segera mengambil alih posisiku, dan... bagaimana aku bisa menyamakan Asada-san dengan sampah seperti Zexceed dan Usujio Tarako? Asada-san bukanlah milik Death Gun, tetapi adalah milikku. Setelah Asada-san meninggal... aku akan membawamu ke kedalaman tanpa batas, dan aku akan mengikutimu sesudahnya. Jadi, tolong tunggu aku di tengah perjalanan.”

Tangan kiri Kyouji dengan hati-hati bergerak ke perut Shino di balik tanktop dengan malu-malu. Ia menyentuh dengan ujung jarinya beberapa kali sebelum menggunakan semua bagian tangannya.

Ketakutan dan merasa terganggu membuat Shino merinding, tetapi ia benar-benar ingin berbicara terus. Kalau ia bergerak atau berteriak, anak laki-laki yang terlihat ramah di depannya pasti akan menekan suntikan itu. Celakanya, suara dan ekspresi Kyouji menunjukkan kalau ia pasti akan melakukannya. Meskipun begitu, Shino hanya dapat berpura-pura santai dan berkata,

“... I, itu... kau belum menggunakan suntikan ini di dunia nyata, kan...? Masih ada waktu. Kau bisa berpikir lagi. Jangan memikirkan untuk meninggal... kau masih harus mengikuti Tes Kemampuan Umum Skolastik setara SMA? Dan masih ada kelas remedi, kan? Tidakkah kau ingin menjadi seorang dokter...?”

“Tes Kemampuan Umum Skolastik...?”

Kyouji memiringkan kepalanya seperti ia baru saja mendengarnya untuk pertama kali. Ia mengulanginya beberapa kali sebelum akhirnya berkata ‘ahh...”. Tangan kanannya meninggalkan Shino dan masuk ke dalam jaketnya.

Ia mengeluarkan selembar kertas tipis dari kantongnya.

“Apa kau ingin melihatnya?”

Ia memberi senyum mengejek dirinya sendiri dan memberikan kertas itu ke Shino. Shino cukup familiar dengan kertas itu yang memiliki nomor-nomor tertentu—itu adalah lembar hasil tes percobaan sebelum tes sesungguhnya[29]. Tetapi, nilai dan bagian untuk tiap mata pelajaran dapat dikatakan sangat buruk sampai tidak ada yang mempercayainya.

“Sh... Shinkawa-kun... ini...”

“Lucu bukan? Kalau dipikir ada nilai seperti itu...”

“Te... tetapi, orang tuamu...”

Yang dimaksud Shino adalah ‘orang tuamu masih akan membiarkanmu bermain dengan AmuSphere setelah melihat nilai seperti itu’, dan Kyouji dengan segera menyadari apa yang ingin dikatakannya.

“Fufu, ini semacam kertas hasil... aku bisa membuatnya dengan printer. Selain itu, aku memberi tahu orang tuaku kalau aku memakai AmuSphere untuk belajar jarak jauh. Mereka tidak akan membantuku membayar biaya bulanan GGO, tetapi sedikit uang bisa dihasilkan dari game... seharusnya mudah untuk menghasilkannya, awalnya...” Senyum di wajah Kyouji tiba-tiba menghilang. Ia mengerutkan dahinya, dan giginya yang mengertak terlihat.

“Aku sudah muak dengan dunia membosankan ini. Entah itu orang tuaku, orang-orang di sekolah, mereka semua hina. Setelah aku menjadi yang terkuat di GGO, aku puas. Aw... awalnya, «Spiegel» seharusnya jadi yang terkuat...”

Shino merasakan tangan Kyouji gemetar dari suntikan yang diletakkan di lehernya, dan menahan napasnya karena ia khawatir kalau Kyouji akan menekannya.

“Tetapi... Zexceed, sampah itu... berbohong tentang tipe AGI adalah yang terkuat... Anak haram terkutuk itu menyebabkan Spiegel tidak bisa bahkan menggunakan sebuah M16, sialan... sialan!”

Kemarahan dari suara Kyouji sangat dalam sampai tidak ada orang yang akan mengira ia membicarakan tentang game.

“Sekarang... aku bahkan tidak bisa menghasilkan biaya untuk koneksi perbulan... GGO adalah segalanya bagiku. Aku menyerah pada semua yang ada di dunia nyata.”

“... Jadi itu mengapa... mengapa kau membunuh Zexceed...?”

Meskipun ia berpikir apakah Kyouji membunuhnya karena alasan ini atau tidak, Shino tetap menanyakannya. Kyouji berkedip cepat beberapa kali dan kemudian menunjukkan senyum seperti orang mabuk.

“Ya. Untuk menciptakan legenda «Death Gun» menjadi yang terkuat di GGO... Tidak, di semua VRMMO, orang itu akan menjadi korban terbaik! Setelah aku membunuh Zexceed dan Usujio Tarako, kemudian Pale Rider dan Garret yang muncul di turnamen ini, tidak peduli seberapa bodoh pemain lainnya, mereka tahu kalau Death Gun benar-benar punya kemampuan untuk membunuh. Yang terkuat... aku adalah yang terkuat!”

Mungkin tidak kuat menahan kegembiraan yang melonjak dalam dirinya, seluruh tubuh Kyouji mulai gemetar.

“... Sekarang tidak perlu membuang waktu di dunia membosankan seperti ini. Kemari... Asada-san. Mari melangkah ke «langkah selanjutnya».

“Shi... Shinkawa-kun...”

Shino dengan putus asa menggelengkan kepalanya dan memohon ke Kyouji.

“Tidak. Kau... masih bisa mundur. Kau masih bisa memulai yang baru. Ikut dan serahkan dirimu bersamaku...”

“...”

Tetapi Kyouji hanya melihat ke kejauhan dan menggelengkan kepalanya.

“... Tidak ada sesuatu yang layak dipertahankan di dunia nyata. Ayo, jadilah satu denganku, Asada-san...”

Tangan kiri itu mulai menepuk wajah Shino sambil menemani suaranya yang lemah, dan jari-jarinya memegang rambut Shino.

Ujung jari-jari Kyouji sangatlah kering. Saat kapal yang ada di jarinya membelai kulit halus Shino di sebelah telinganya, ia dapat merasakan sedikit rasa sakit. Tetapi, Kyouji terlihat tidak menyadari ekspresi Shino karena ia terus terlihat melamun.

“Asada-san... Asada-san ku... Aku selalu menyukaimu... sejak pertama aku... mendengar tentang situasi Asada-san... di sekolah... aku selalu...”

“... Eh...”

Shino ragu-ragu sedikit sebelum menyadari apa yang dikatakan Kyouji. Tetapi setelah memikirkan tentang itu, ia tidak bisa tidak membelalakkan matanya.

“Ap... apa... yang terjadi...”

“Aku selalu menyukaimu... selalu mengagumimu...”

“... Jadi kamu...”

Shino bergumam di kepalanya ‘tidak mungkin’, dan kemudian bertanya dengan suara yang hampir hilang,

“Kau... berbicara padaku... karena kau tahu tentang insiden itu...?”

“Tentu saja.”

Tangan kiri Kyouji membelai wajah Shino seperti menenangkan seorang anak kecil dan kemudian mengangguk dengan semangat.

“Aku rasa kalau ada seorang gadis yang pernah menggunakan sebuah senjata nyata untuk menembak dan membunuh seseorang, kau adalah satu-satunya orang di Jepang yang melakukannya. Itu sangat keren. Bukankah aku berkata kalau Asada-san punya kekuatan nyata? Itulah mengapa aku memilih «Pistol Tipe-54» untuk menciptakan senjata terhebat «Death Gun». Sebuah senjata yang Asada-san paling kagumi. Aku mencintaimu... aku mencintaimu... aku mencintaimu lebih dari siapapun...”

“... Bagaimana... mungkin...”

—Untuk berpikir kalau ada orang seaneh itu.

Shino pernah berpikir kalau anak laki-laki ini adalah teman satu-satunya yang bisa bergaul baik dengannya melebihi saudara-saudaranya. Tetapi—pikirannya sudah terlanjur ada di dunia lain. Dari awal, keduanya memiliki jarak begitu besar yang tidak bisa diukur.

Perasaan Shino akhirnya tenggelam dalam kedalaman keputusasaan. Pandangan, pendengaran, dan semua indranya kehilangan kegunaannya seperti dunia perlahan meninggalkannya.

Shino kehilangan semua kekuatan di tubuhnya.

Pada pandangannya yang kehilangan fokus, mata Kyouji di atasnya tidak jelas seperti lubang hitam. Mata itu terlihat seperti terowongan ke dunia yang jauh ke kegelapan—

Itu adalah mata dari orang itu.

Orang itu yang bersembunyi di bayang-bayang jalanan, jendela yang terbuka, topeng «Death Gun» dan semua kegelapan, mencari kesempatan, masih kembali pada akhirnya.

Jari-jari Shino mendadak menjadi dingin. Rasa di ujung jari-jarinya mulai meninggalkan tubuhnya

Di bagian terdalam dari cangkang yang disebut tubuh manusia ini, Shino yang terperangkap di kegelapan yang sempit dan mengekang kembali ke waktu di mana ia masih anak-anak, semua berbayang. Ia tidak ingin melihat atau merasakan apapun.

16 tahun di hidupnya sangatlah tidak ramah dan kejam. Ia telah mengambil ayahnya yang belum pernah dilihat Shino sebelumnya, mengambil jantung ibunya, dan bahkan mengambil sebagian jiwa Shino dengan kedengkian.

Orang dewasa di dunia ini yang melihatnya akan terlihat tertarik seperti mereka melihat seekor hewan aneh dan juga merasa sangat terganggu karenanya. Akan tetapi anak-anak seusianya mengejeknya dan mempermalukannya.

Tetapi dunia ini sendiri tidak terlihat puas karena ia ingin mengambil nyawa Shino di saat dia telah kehilangan semuanya. Ia tidak ingin mengakui kalau ini adalah «kebenaran» di dunia ini.

Tetapi, ini bukanlah kenyataan. Ini hanyalah beberapa hal tertentu yang terjadi di dunia yang tumpah tindih ini. Di dunia ini, seharusnya ada «sebuah dunia di mana tidak ada hal buruk terjadi».

Tidak pernah mengenal Shinkawa Kyouji, tidak pernah melewati insiden di kantor pos, ayahnya tidak meninggal di kecelakaan lalu lintas. Suatu dunia yang seharusnya membiarkan seorang Asada Shino yang biasa-biasa saja memiliki kehidupan yang damai. Shino melingkar di kegelapan dan perlahan menjadi benda tidak bernyawa, tetapi jiwanya terus mendorongnya untuk mencari sosok senyuman di matahari yang hangat.

Sekarang ini, Shino tiba-tiba merasakan keinginan untuk menyanggah dirinya dari keterpurukan.

Kalau ia tidak bisa menerima kenyataan yang kejam dan melarikan diri ke dunia fantasi, bukankah ia sama seperti Shinkawa Kyouji dalam beberapa hal.

Diganggu di sekolah, diperlakukan seperti itu oleh orang tuanya, tekanan berat dalam tes... Shinkawa Kyouji menyerah pada «kenyataan-kenyataan» ini dan pergi ke dunia virtual untuk terbebas. Kyouji percaya kalau ia bisa menjadi yang ‘terkuat’ di dunia virtual, dia akan bisa menutupi dirinya yang lemah di dunia nyata. Tetapi sekarang harapan itu menghilang, ia hancur juga.

Seperti Kyouji, Shino mendambakan untuk menjadi yang terkuat di dunia yang disebut Gun Gale Online, dan ia merasa kalau tujuan ini akan menciptakan suatu inspirasi, dan ia berpikir kalau ia menemukan sebuah cara untuk menyelesaikan masalahnya.

Tangan dingin beku yang datang dari kedalaman di dalam timbunan memori Shino akhirnya mencengkeramnya dan siap menariknya ke kedalaman yang gelap. Tetapi, ia tidak bisa melawan, dan bahkan tidak bisa membuka matanya. Semua usahanya sia-sia.

Shino hanya bisa berpikir dalam keadaan terganggu seperti gelembung-gelembung air mengambang dari palung sungai, tetapi, ia tiba-tiba teringat...

Kalau orang yang ada di posisiku adalah orang itu, apa yang akan dia lakukan?

Anak laki-laki yang terperangkap di penjara virtual selama 2 tahun, yang mengambil banyak nyawa di dalamnya, pasti telah kehilangan orang-orang penting dalam pertarungannya yang panjang. Ia seharusnya merasakan rasa bersalah, kan? Ia pasti akan membenci dunia virtual yang telah mengambil banyak hal darinya, benar kan?

Tidak, ia tidak akan melakukannya. Tidak peduli cobaan macam apa yang dihadapinya, ia tidak akan mengabaikan kewajiban yang dimilikinya. Itu karena dia adalah tipe orang yang mampu menang dalam pertarungan keputusasaan melawan Death Gun.

—Kau benar-benar sangat kuat, Kirito.

Shino bergumam di dalam kedalaman yang gelap.

—Kau akhirnya berhasil menyelamatkanku... tetapi aku mengkhianati maksud baikmu. Maaf...

Kirito berkata kalau ia akan memanggil polisi setelah ia log out. Ia tidak tau berapa lama waktu berjalan sejak dia log out, tetapi sepertinya sudah terlambat. Tidak bisa dibayangkan apa yang akan dipikirkannya kalau ia tahu Shino terbunuh. Ini akan membuatnya benar-benar khawatir.

Memikirkan hal itu, pikirannya mulai membuat sebuah reaksi berantai, dan suatu kekhawatiran memberi secercah cahaya terang dalam kegelapan di hati gadis itu seperti lampu yang lemah.

Kirito---akankah semua berakhir setelah pejuang yang menggunakan pedang cahaya itu menghubungi rekannya? Mungkin ia bahkan akan pergi ke apartemennya.

Tetapi dalam hal ini, mungkin sudah terlambat. Setelah Kirito bertemu Shinkawa Kyouji di kamar ini, Kyouji mungkin akan melakukan sesuatu. Ia mungkin akan berlari atau berhenti melawan... atau lebih mungkin, akankah ia menyerang Kirito dengan suntikan di tangannya? Dari cara Kyouji menunjukkan kebenciannya kepada Kirito, sepertinya itu akan dilakukannya.

Mungkin ia ditakdirkan untuk meninggal.

Tetapi—setelah memikirkan bagaimana ini semua melibatkan anak laki-laki itu—itu akan—

Itu akan menjadi sebuah kasus yang berbeda sama sekali.

Meskipun begitu, tidak ada cara lain.

Shino muda, yang terbaring di tengah kegelapan, melingkar dan menolak untuk menerima informasi apapun melalui mata maupun telinganya. Sekarang ini, gadis sniper dengan muffler berwarna seperti gurun, Sinon, berlutut di sebelahnya, meletakkan tangannya di bahunya yang ramping dan berkata dengan lembut,

... Sampai sekarang, kita hanya memikirkan diri kita sendiri, bertarung untuk kita sendiri, sehingga kita tidak bisa mendengar suara hati Shinkawa. Tetapi—itu mungkin sudah terlambat, tetapi setidaknya kita bisa bertarung untuk orang lain.

Shino membuka matanya perlahan ketika ia tenggelam di kegelapan. Sebuah tangan putih, ramping tetapi kuat meraihnya. Shino dengan penuh rasa takut menggapai tangan itu.

Sinon dari game tersenyum dan membantu Asada Shino keluar. Ia menggerakkan bibir pinknya dan berkata dengan jelas.

Ayo, kita pergi.

Keduanya menendang kegelapan dan mulai bergerak naik ke cahaya di permukaan air. Shino berkedip kesusahan dan sekali lagi kembali ke dunia nyata.

Kyouji masih memegang suntikan di tangan kanannya saat ia menekankannya ke leher Shino, dan tangan kirinya mencoba melepaskan tank top Shino. Tetapi, ia tidak bisa melepasnya dengan satu tangan, dan menunjukkan ekspresi kegelisahan. Segera sesudahnya, ia mulai menarik kain yang hampir sobek.

Shino berpura-pura tertarik olehnya dan mengarahkan tubuhnya ke kiri. Ujung suntikan itu meleset dari tubuh Shino dan menancap di tempat tidur.

Shino segera menggunakan kesempatan ini untuk mengambil silinder itu dengan tangan kirinya, dan kemudian menggunakan tangan kanannya untuk dengan kuat memukul rahang bawah Kyouji.

‘Gu!’, dengan suara akibat pukulan itu, Kyouji terhuyung-huyung ke belakang, dan beban yang menekan badan Shino menghilang. Ia kemudian menggunakan tangan kanannya untuk mendorong beberapa kali dan menarik suntikan itu dengan tangan kirinya. Kalau ia tidak menggunakan kesempatan ini, harapan terakhirnya akan menghilang.

Tetapi, Kyouji menggunakan tangannya yang paling kuat untuk mencengkeram pegangannya, dan Shino hanya memegang bagian silinder licin dengan tangan kirinya, sehingga Shino berada dalam situasi merugikan di tarik-tambang ini. Kyouji pulih dan menarik tangan kanannya, membuat suara aneh saat ia mengayunkan tangan kirinya.

“Gu...!”

Tinjunya mendarat dengan keras di bahu kanan Shino. Saat suntikan itu terlepas dari tangan kirinya, Shino menggelinding ke belakang dari tepi depan tempat tidur. Ia menabrak meja tulis dengan punggungnya, dan salah satu lacinya meluncur keluar, terjatuh, dan menyebarkan semua isinya ke semua tempat.

Terluka di punggung, Shino mendadak tidak bisa bernapas dan hanya bisa terengah-engah untuk menghirup udara. Kyouji menekankan rahang bawahnya di tempat tidur, kemudian ia segera mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Shino. Matanya membulat, dan bibirnya yang mengkilat karena air liurnya menjadi kaku. Dari melihat bibirnya yang berdarah, sepertinya ia menggigit lidahnya sendiri. Tidak lama kemudian, ia mengeluarkan suara parau,

“Mengapa...?”

Ia perlahan menggelengkan kepalanya, terlihat merasa tidak percaya.

“Meng, mengapa harus seperti ini...? Asada-san hanya punya aku! Aku satu-satunya yang mengerti Asada-san! Aku selalu membantumu... selalu melindungimu!”

Mendengar kata-kata ini, Shino mengingat beberapa hari lalu. Saat dia dalam perjalanan pulang dari sekolah, ia dikepung oleh Endo dan yang lain dan diperas, dan Kyouji tiba-tiba lewat dan menyelamatkannya—

Melihat hal ini sekarang, itu bukanlah kebetulan.

Lebih mungkinnya adalah Kyouji mengikuti Shino setiap hari setelah ia meninggalkan sekolah sampai ia masuk ke rumahnya, dan log ke GGO untuk menunggu Shino masuk ke game.

Itu hanya bisa disebut kegilaan. Shino sepertinya menyadari sedikit kalau ia memiliki beberapa aspek berbahaya tentangnya, tetapi tidak pernah menyadari sikap mengerikannya sama sekali. Apakah ini akibatnya tidak pernah terbuka dengan seseorang? Bahkan di situasi ini, Shino masih merasa pahit di dalam.

“Shinkawa-kun...”

Shino menggerakkan bibir kakunya dan berkata,

“... Segalanya menyakitkan... tetapi aku masih menyukai dunia ini. Aku rasa aku akan lebih menyukainya ke depannya. Jadi... aku tidak bisa pergi denganmu.”

Sambil mengatakannya, Shino siap untuk bangun. Ketika menyangga dirinya di lantai dengan tangan kanannya, ujung jarinya merasakan sesuatu yang berat dan dingin.

Ia dengan segera mengetahui benda apakah itu. Itu adalah sebuah benda yang selalu ia sembunyikan di dalam laci itu. Itu adalah simbol semua ketakutannya di dunia nyata. Itu adalah hadiah yang didapatkannya dari turnamen BoB kedua karena telah berpartisipasi—model senjata «Procyon SL».

Shino meraba-raba dengan jarinya sebelum mengambilnya, dan kemudian perlahan mengangkat senjata berat itu kearah Kyouji.

Senjata di tangan kanannya terasa sangatlah dingin seperti es. Tangan kanan Shino segera terasa melambat, dan kekakuan menjalar ke lengannya.

Ia tau ini bukanlah perasaan dingin di dunia nyata. Meskipun ia mengetahui kalau itu adalah sebuah penolakan mental, ia tidak bisa menghentikan perasaan ini. Ketakutan yang tidak bisa dijelaskan itu keluar dari dalam hatinya seperti cairan hitam.

Wallpaper putih yang bersih tanpa bercak terlihat bergelombang seperti air, dan retak abu-abu di belakang dinding itu mulai muncul di hadapannya. Lantai dari kayu luntur warnanya menjadi karpet lenan berwarna hijau. Jendela yang menonjol berubah menjadi meja pajangan juga. Saat Shino pulih, ia menemukan dirinya berdiri di tengah-tengah sebuah kantor pos tua.

Wajah Kyouji yang ditodong tiba-tiba meleleh. Kulitnya berubah menjadi seorang dengan kulit kuning berminyak, banyak kerutannya, dan satu set gigi kuning di mulut keringnya. Suntikan di tangan kanannya tanpa diketahui alasannya menjadi pistol tua otomatis yang memberi pendaran gelap—dan senjata di tangan Shino menjadi benda yang sama.

Menebak apa yang akan terjadi selanjutnya, Shino tenggelam dalam kepanikan yang hebat. Perutnya terasa ditekan, dan otot-ototnya menegang.

Tidak, aku tidak ingin melihat. Aku benar-benar ingin membuang Blackstar di tanganku ini dan pergi dari sini.

Tetapi jika ia kabur sekarang, semuanya akan sia-sia. Benda yang sama pentingnya dengan hidupnya juga akan menghilang.

Ia sedang melawan ketakutannya sebagai Asada Shino ketika ia kambuh, dan ia sedang melawan banyak lawan kuat seperti Sinon si sniper. Mungkin pengalaman-pengalaman ini tidak pernah memberi hasil. Tetapi—

Hal yang disebut kekuatan ini adalah proses untuk maju.

Shino mengertakkan giginya dan mengokang senjatanya dengan ibu jarinya. Bayang-bayang hantu yang muncul di depannya menghilang dengan suara keras dan berat. Kyouji, yang berlutut di tempat tidur, melihat Procyon SL yang diarahkan ke dia dan mundur perlahan. Mungkin merasa ketakutan, ia terus berkedip. Ia membuka mulutnya, dan suara parau kemudian terdengar.

“... Apa yang akan kau lakukan, Asada-san. It... itu hanyalah model senjata, kan? Apa kau benar-benar berpikir benda seperti itu bisa menghentikanku?”

Shino meletakkan tangan kirinya di atas meja, mengerahkan kekuatan ke kakinya yang tak bernyawa untuk berdiri dan menjawab Kyouji,

“Kau yang mengatakannya sebelumnya. Aku memiliki kekuatan nyata. Kau yang mengatakan sebelumnya kalau tidak ada gadis lain yang menggunakan sebuah pistol untuk menembak orang lain sebelumnya.”

“…”

Wajah Kyouji berubah seputih kertas dan menegang, mundur.

“Jadi ini bukanlah model senjata lagi. Sekali aku menekan pelatuknya, aku akan menembakkan peluru sungguhan untuk membunuhmu.”

Shino mengarahkan pistol itu ke arah Kyouji dan kemudian perlahan bergerak ke dapur.

“Ka... kau ingin... membunuh... ku?”

Kyouji bergumam seperti melamun dan perlahan menganggukkan kepalanya.

“Asada-san ingin... membunuhku...?”

“Ya. Kau akan menjadi satu-satunya yang pergi ke dunia itu.”

“TIDAK... TIDAK... AKU TIDAK INGIN... SENDIRI...!!!”

Mata Kyouji kehilangan semua tanda kesadaran. Ia melihat ke atas tanpa pandangan apapun dan jatuh berlutut di tempat tidur.

Melihat tangan kanannya melonggar dan suntikan hampir jatuh ke seprai, Shino ragu-ragu apakah ia harus menggunakan kesempatan ini untuk merebut benda itu. Tetapi, kalau ia telah menggoncangkan mental Kyouji, ia mungkin akan kehilangan akal sehatnya dan menyerang. Meskipun demikian, Shino terus bergerak perlahan ke dapur.

Ketika matanya tidak bisa melihat Kyouji, ia dengan segera menendang lantai dan berlari ke pintu.

Hanya jarak 5m terasa sangat jauh. Ia mencoba sebaik mungkin untuk tidak mengeluarkan suara langkah kaki ketika berjalan melewati dapur. Saat ia berlari ke koridor dan menjejakkan kaki di sana...

Keset itu meluncur ke belakang, dan Shino terjatuh. Ia mengayunkan tangan kanannya untuk mencari keseimbangan, dan model senjatanya terlempar dan jatuh di wastafel, membuat suara gaduh.

Meskipun ia tidak jadi jatuh, tempurung lutut kirinya mengenai lantai, membuat Shino kesakitan. Tetapi, ia terus mencoba dan mendorongkan badannya dan menggunakan tangan kanannya untuk mencengkeram pegangan pintu.

Tetapi, pintunya tidak mau terbuka. Saat ini, Shino menyadari kalau pintunya masih terkunci dan mengertakkan giginya ketika membukanya.

  • CLAK *. Hanya ketika suara pintu terbuka kuncinya sampai ke jari Shino—

Sebuah tangan dingin memegang pergelangan kaki kanannya dengan keras.

“…!”

Shino menahan napas dan melihat ke belakang, dan menemukan Kyouji yang kelimpungan berbaring di lantai dan memegang kakinya. Ia tidak tahu ke mana suntikannya hilang.

Shino mencoba mengenyahkannya dan menggerakkan kakinya dan tangannya sekuat tenaga, terjulur untuk mencoba dan menarik pintunya agar terbuka. Tetapi, jarinya memang menyentuh pegangan pintu, tetapi ia tidak memegangnya. Itu karena kekuatan Kyouji yang hebat menariknya ke belakang.

Bahkan setelah Kyouji menariknya ke dapur untuk beberapa centimeter, Shino masih menggunakan tangan kirinya untuk mencengkeram sisi koridor untuk melawan.

Kalau ia berteriak sekarang, suaranya mungkin terdengar dari luar. Tetapi baru saja Shino akan berteriak, tenggorokannya terjebak dan tidak bisa mengambil udara, menyebabkan hanya suara parau yang keluar.

Kekuatan Kyouji bisa dikatakan jauh lebih kuat dari biasanya. Badan kurusnya yang hampir setinggi Shino menunjukkan kekuatannya. Tangan kiri Shino akhirnya tertarik dari sisi koridor, dan tertarik jatuh ke arah dapur.

Wajah Kyouji segera tertekan ke bawah. Meskipun Shino memegang tangan kanannya dengan erat dan siap untuk mendorong dagu bawahnya, Kyouji mencengkeramnya dengan tangan kirinya saat ia menyentuh kulitnya. Pergelangan tangan itu terasa sangat kencang seperti jebakan untuk harimau, dan rasa sakit yang tajam meledak dalam otaknya.

“AsadasanAsadasanAsadasan...”

Setelah beberapa saat, Shino menyadari kalau suara aneh yang dibuat Kyouji sebenarnya adalah namanya. Wajah Kyouji kehilangan semua fokusnya dan mulutnya mengeluarkan buih putih saat ia perlahan mendekatkan mulutnya. Mulut itu sangat besar, menunjukkan dua baris gigi yang terlihat seperti siap mengoyak kulit Shino. Shino ingin mendorongnya menjauh dengan tangan kirinya, tetapi tangan kirinya segera dicengkeram oleh tangan kanan Kyouji.

Tangan Shino terkekang, tetapi ia berniat menunggu Kyouji untuk mendekat dan menggigit lehernya. Baru saja mulut Shino menegang saat itu— Udara dingin tiba-tiba berhembus melewati bahu Shino. Kyouji melihat ke belakang Shino, dan mata dan mulutnya terbuka lebar.

Baru saja Shino berpikir apa yang terjadi, sebuah kelebat hitam masuk di hadapannya dari pintu yang terbuka tidak tahu bagaimana caranya—itu seharusnya adalah seseorang, paling tidak, karena ia menggunakan lututnya untuk menendang wajah Kyouji.

  • Dodo *, dengan suara seperti itu, Shino hanya dapat melihat dengan takjub saat ia menyaksikan penyusup misterius yang menggelinding masuk dengan Kyouji.

Kyouji, yang rubuh ke lantai, berdarah dari hidung dan mulutnya, dan seorang pemuda yang ia tidak pernah jumpai sebelumnya ada di atasnya.

Orang itu memiliki rambut hitam yang sedikit panjang, dan memakai baju yang hampir sama dengan baju hitam pengendara. Shino berpikir ia mungkin adalah penghuni lain di apartemen tetapi ketika orang itu—atau anak laki-laki itu berbalik untuk berteriak, Shino segera tahu identitasnya yang sebenarnya.

“CEPATLAH DAN PERGI, SINON! MINTA TOLONG SESEORANG!”

“Kiri...”

Sword Art Online Vol 06 -371.jpeg

Saat ia bergumam tidak jelas, Shino segera bangun. Ia tahu ia harus pergi dari tempat ini secepatnya, tetapi kakinya tidak mau menurut.

Akhirnya, Shino mencengkeram ujung wastafel dan akhirnya berhasil berdiri. Jadi ia sendirian datang dari Ochinomizu. Ini artinya polisi akan segera tiba. Saat itu, Shino memaksa dirinya untuk menggerakkan kakinya yang lemas ke pintu masuk dan berlari beberapa langkah—

Shino teringat sesuatu yang penting.

Kyouji punya sebuah senjata fatal. Ia harus memperingatkan Kirito.

Baru saja ia berbalik dan akan berteriak,

Kyouji, yang tertekan ke bawah di lantai, benar-benar kehilangan akal sehatnya dan mengeluarkan raungan seperti binatang liar. Badan Kirito terdorong ke samping, dan keduanya bertukar tempat.

“JADI ITU ADALAH....... KKKKKKKKKKKAAAAAAAAAAAAUUUUUUUUUU!!!”

Raungan Kyouji terdengar seperti gema dari sebuah pengeras suara besar, dan volumenya begitu keras sampai hampir memecahkan gendang telinga orang-orang di sekitarnya.

“JANGAN DEKAT-DEKAT ASADA-SAN KUUUUUUU!!!”

Kyouji meraung.

Kirito siap untuk menyangga badannya, tetapi tinju kiri Kyouji menghantam wajahnya dan mengeluarkan suara keras. Kyouji kemudian meraih tangan kanannya ke kantong jaketnya dan mengeluarkan senjata berbentuk suntikan yang kejam.

“KIRITO—!”

Baru saja Shino berteriak…

“PERGIIIIIIII KEEEEEEE NERAKKKKKAAAAAA!!!!!!!!”

  • Byutsu * Suntikan bertekanan tinggi menancap di dada Kirito, di T-shirt yang terlihat di bawah jaket pengendara itu, dan mengeluarkan suara halus, tajam tapi tidak jelas.

Yang menakutkan adalah suara itu benar-benar mirip dengan peredam kemampuan tinggi yang ditaruh di senjata-senjata.

Tentu saja, Shino hanya tahu efek suara dari senjata khayalan di Gun Gale Online, dan kenyataannya, ia tidak tahu seperti apa suaranya kalau benar-benar diredam di kehidupan nyata. Tetapi, untuk Shino, yang familiar dengan suara ini, artinya ia harus bangkit dan menghadapi ancaman. Saat ia pulih, ia menemukan dirinya sedang berlari ke depan.

Ia mengambil beberapa langkah, berlari melewati dapur, dan dengan tidak sadar mencari senjata paling efektif. Akhirnya, ia memilih stereo di atas meja, dan mengambil pegangannya dengan tangan kanannya.

Mesin yang digunakan Shino untuk waktu yang lama cukup punya sejarah, dan bisa dikatakan sangat besar, hampir sebesar speaker dinding modern. Shino menggunakan pinggangnya untuk menyangga kotak yang beratnya kurang dari 3 kg dan dengan cepat mengayunkan ke belakangnya.

Dan kemudian ia menggunakan gaya berputar untuk memukul wajah Kyouji bagian kiri, yang menujukkan senyum yang terlihat seperti kehilangan senyumannya.

Shino hampir tidak merasa terkejut atau perasaan apapun ketika memukulnya, tetapi setelah Kyouji terlempar jauh, kepalanya menghantam sudut tepi bedframe, mengeluarkan suara berat yang masih jelas terngiang di telinganya.

Setelah setengah detik, Kyouji, yang ada di kedua sisi tempat tidur, mengerang saat dia rubuh ke lantai. Tangan kanannya melonggar, dan suntikan tekanan tingginya menggelinding keluar dari genggamannya.

Shino tidak tahu apakah benda itu dapat terus menyuntikkan obat atau tidak, tetapi ia tetap mengambilnya. Kyouji sudah menunjukkan mata putih dan mengerang. Kelihatannya ia tidak bisa bergerak untuk sementara waktu.

Shino berpikir untuk menggunakan sabuk atau sesuatu untuk mengikat tangan Kyouji, tetapi sebelumnya, ada sesuatu yang lebih penting untuk dilakukan. Ia kemudian berbalik...

“Kirito...!”

Ia menangis perlahan dan berlutut di samping anak laki-laki itu.

Anak laki-laki ini yang lembut sama seperti karakternya di game menyadari Shino dan berkata dengan suara parau,

“Aku sudah... berpikir... kalau ia punya sebuah suntikan...”

“Di mana? Di mana kamu tertikam?”

Membuang suntikan ke samping, Shino dengan segera membuka resleting jaket Kirito.

Aku harus menelepon rumah sakit. Tetapi sebelumnya, aku harus memberi pertolongan pertama dulu. Tetapi apa yang harus aku lakukan untuk menghilangkan racun dari dadanya—bentak Shino terus dipenuhi pikiran semrawut, dan jari-jarinya mulai gemetar.

Di bawah jaket adalah sebuah T-shirt biru luntur, dan apa yang tepat ada di jantungnya adalah bercak kegelisahan. Ia tidak tau seberapa kuat «kemampuan menikam» suntikan itu, tetapi itu bukanlah sesuatu yang bisa ditahan dengan T-shirt tipis.

“Kau tidak boleh mati…kau tidak boleh mati seperti ini!” Shino meratap dengan suaranya yang kecil saat ia menggulung T-shirt dari celana jeans Kirito.

Perut rata dan dada Kirito segera terlihat, dan kulitnya cukup putih untuk seorang laki-laki. Tetapi, sedikit ke kanan dari tengah dadanya, di mana ada bercak di T-shirt nya adalah—ada sesuatu tersangkut di sana.

“…?”

Shino terlihat bingung saat melihat benda itu.

Itu adalah benda bulat tebalnya sekitar 3cm. Piringan bundar silvernya memiliki alat untuk menghisap yang terbuat dari karet kuning. Juga, ada sesuatu di tepi alat bundar itu yang terlihat seperti stop kontak, tetapi tidak ada apapun di situ.

Logam bundar itu basah semua di permukaan, dan ada cairan mengalir turun. Cairan bening itu seharusnya adalah obat fatal «Succinylcholine» yang Kyouji katakan. Shino segera melihat ke lantai sekitar, dan menemukan sekotak tisu, ia menarik dua tisu keluar dan dengan hati-hati mengelap cairan itu. Ia membawa wajahnya beberapa centimeter dari dada Kirito, dan kemudian dengan seksama mengecek apakah ada cairan yang tersuntikkan di dekat alat misterius itu.

Tidak peduli bagaimanapun ia melihat, dada Kirito tidak terlihat ada luka. Suntikan tekanan tinggi itu kelihatannya tembus ke T-shirt nya dan mengenai alat logam bundar yang hanya beberapa centimeter lebarnya, dan cairan yang disuntikkan tertahan oleh benda keras di luar ini. Ia mencoba meletakkan tangannya di alat itu, dan kemudian merasakan sebuah detak jantung yang kuat dan tegas.

Shino berkedip dan menaikkan matanya, melihat wajah Kirito mengerang dan menutup matanya.

“Hey... dengarkan aku...”

“Uu... Aku tidak akan berhasil... aku tidak bisa bernapas...”

“Hey, dengarkan aku.”

“... Sialan... Aku tidak bisa memikirkan... kata-kata terakhir... saat ini... ”

“Apa sih yang kau pikirkan?”

“... Eh?”

Kirito sekali lagi membelalakkan matanya, menurunkan kepalanya dan melihat ke dadanya. Kemudian ia mengerutkan dahi terkejut dan menggunakan jari tangan kanannya untuk menyentuh alat logam bundar itu.

“... Jangan bilang... obatnya mengenai tempat ini?”

“Sepertinya begitu... apa yang terjadi?”

“.. Yah... ini adalah elektroda dari ECG...”

“Ap... Apa? Mengapa ada alat seperti itu... apakah jantungmu buruk?”

“Sebenarnya tidak... hanya jaga-jaga kalau aku bertemu «Death Gun»... Ya, ya itu benar, aku panik jadi kabelnya terlepas dan masih ada satu di badanku.”

Kirito menghela napas berat dan berkata dengan lembut,

“Beneran... aku benar-benar takut sampai mau mati.”

“Aku...”

Shino menggunakan kedua tangannya untuk mencengkeram kerah Kirito dan mengangkatnya.

“—AKU SEHARUSNYA YANG BERKATA SEPERTI ITU! AKU... AKU PIKIR KAMU MATI TADI!!”

Mungkin setelah berteriak, ketegangannya hilang karena Shino tiba-tiba merasakan kegelapan di depan matanya. Ia perlahan menggerakkan kepalanya dan melihat ke Kyouji yang rubuh di tempat agak jauh.

“Apakah... dia masih hidup?”

Saat Kirito bertanya padanya, Shino dengan takut-takut menjulurkan tangannya untuk memegang pergelangan tangan kanannya yang lemas. Untungnya, tangannya memberi detak yang jelas. Shino mempunyai pikiran untuk mengikat Kyouji, tetapi ia benar-benar tidak bisa melihat lurus ke arahnya karena matanya tertutup, dan hanya dapat melihat ke kejauhan. Shino tidak ingin memikirkan Kyouji lagi. Meskipun ia tidak menyimpan marah atau kesedihan, masih ada kekosongan yang hebat di dirinya.

Shino berlutut dan tanpa pandangan melihat ke suntikan bertekanan tinggi yang menggelinding ke lantai—ia harus memanggilnya «Death Gun» yang sebenarnya. Beberapa detik kemudian, ia akhirnya berkata,

“Ngomong-ngomong...terima kasih sudah datang untuk membantu...”

Kirito tersenyum seperti biasa dan menganggukkan kepalanya.

“Jangan khawatir... aku tidak banyak membantu... dan aku hampir terlambat, jadi maaf. Karena Kiku... rekanku tidak mengerti penjelasanku... kau tidak apa?”

Shino menganggukkan kepalanya.

Sekarang ini, setetes cairan mengalir dari matanya.

“Eh... ini aneh...”

Meskipun pikirannya kosong dan tidak bisa berpikir, air mata yang mengalir menuruni wajahnya terus turun dan sampai di lantai.

Shino terus terdiam, dan air mata hanya mengalir keluar dari matanya. Ia tahu kalau ia mulai berbicara, ia akan mulai menangis.

Dan Kirito tidak melakukan apapun dengan kata lain dia tetap diam juga.

Setelah beberapa saat, Shino menyadari sirine mobil polisi yang datang dari kejauhan, tetapi air matanya tidak punya niat untuk berhenti. Tetes air mata besar akhirnya mengalir, dan ia menyadari—kalau kekosongan di hatinya datang dari kehilangan yang begitu besar.


Bab 16[edit]

Pada saat ini, langit yang luas itu akan membuat orang berpikir tentang galaksi luas yang tersembunyi dibelakangnya.

Perasaan «Langit yang Luas» ini adalah perasaan yang tidak bisa dirasakan di dunia virtual. Kehangatan musim gugur yang telah lewat tampaknya telah dilupakan semua orang, dan di langit biru tampak awan tebal yang seperti kawanan domba yang sedang berkumpul di langit. Di atas kabel telepon itu terdapat dua ekor burung pipit yang sedang bersiul, dan pesawat militer yang terbang di udara dan memantulkan sinar matahari.

Shino menatap pemandangan luas dan tak berujung ini, dan dia tampak tidak terganggu oleh pemandangan itu.

Angin sekarang harusnya hangat pada pertengahan Desember, dan kebisingan dari siswa yang pulang sekolah tidak akan mencapai bagian belakang sekolah. Biasanya, langit di ibukota Tokyo akan ditutupi dengan abu-abu tipis, tapi hari ini, itu tampak seperti sebuah kota di utara. Shino duduk di hamparan bunga dan menempatkan tasnya di atas lututnya. Dan kemudian, ia membiarkan jiwanya bergerak menuju angkasa selama sekitar 10 menit.

Namun, beberapa saat kemudian, beberapa langkah disertai dengan tawa terdengar saat mereka tiba dekat Shino dan menariknya kembali dari langit ke bumi.

Dia memutar lehernya, menarik selendang putihnya dan menunggu orang-orang itu berjalan mendekat. Endou dan dua sahabatnya datang dari daerah barat laut dari gedung sekolah dan incinerator yang besar. Mereka menyeringai saat melihat Shino dan menunjukkan senyum kejam. Tangan kiri Shino mengambil tas dan berkata, "Karena kamu yang mengundangku, sebaiknya jangan terlambat."

Setelah mendengar Shino mengatakan hal itu, seorang teman Endou mengedipkan kelopak matanya, tetap tersenyum dan berteriak, "Asada, kau benar-benar jahat saat ini, kan!"

Pesuruh lainnya berkata dengan nada yang sama, "Ya ~ bukankah itu terlalu kejam untuk temanmu ini?"

3 orang, yang sekitar 2m dari Shino, tatapan mereka seperti sedang memberi ancaman pada Shino. Shino menatap tajam tajam -seperti mata predator pada Endou yang berdiri di tengah. Keduanya tetap diam selama beberapa detik. Endou kemudian tersenyum dan mengangkat dagu.

"Oh yahh, lagi pula kita teman. Oh ya, jika kita memiliki masalah, kamu harus membantu kami. Kami sedikit kesulitan di sini..."

Mendengar dia mengatakan itu, dua lainnya mulai tertawa.

"Jadi pinjami kami ¥ 20.000 terlebih dahulu."

Endou mengatakannya seperti orang yang meminjam penghapus.

Shino melepas kacamatanya NXT optik yang bahkan tidak berlensa, dan memasukkannya ke dalam saku roknya. Dia memberikan tatapan kasar pada trio Endou, dan mengatakan setiap kata dengan jelas.

"Aku mengatakan itu sebelumnya. Aku tidak punya uang untuk meminjamkanmu."

Pada saat ini, mata Endou menyipit seperti kabel. Dia memberikan pandangan keras dari wajahnya dan berkata dengan suara yang lebih dalam,

"... Jangan berpikir kamu bisa menyombongkan dirimu. Omong-omong, aku benar-benar membawa benda itu dari nii-san, jadi jangan lari dan menangis, Asada."

"... Terserah."

Shino berpikir bahwa orang-orang tidak akan begitu berani untuk mengeluarkan pistol dekat sekolah, namun Endou sebenarnya menyeringai dan mengulurkan tangannya ke dalam tas sekolahnya.

Sebuah pistol otomatis hitam yang ia keluarkan dari tas itu yang memiliki banyak boneka tergantung di atasnya. Adegan ini benar-benar memberi sedikit rasa komedi yang suram. Endou hati-hati mengeluarkan pistol model besar dan kemudian mengarahkannya pada Shino dengan tangan kanannya.

"Aku mendengar bahwa ini dapat melubangi karton tebal. Nii-san mengatakan kepadaku untuk tidak menggunakannya untuk menembak seseorang, tetapi kamu tidak akan mendengarkannya kan, Asada? Kamu terbiasa untuk itu."

Mata Shino langsung terpusat pada pistol hitam itu.

Mempercepat detak jantungnya. Suara di telinganya menyebabkan semua suara lainnya untuk menghilang. Dia mulai terengah-engah, dan perasaan dingin mulai beranjak naik di ujung jarinya.

Namun, Shino mengertakkan gigi dan mengerahkan kekuatan mentalnya untuk berpaling dari profil senjata itu. Matanya pindah dari tangan kanan Endou yang memegang pistol, kemudian mulai bergerak ke lengan, dan kemudian ke bahu, rambut dicat dan akhirnya wajah Endou.

Mata Endou yang sedang berdenyut dengan pembuluh darahnya menunjukkan kegembiraan, dan iris yang berubah menjadi hitam jelek. Pemilik pistol itu hanya cacing menyedihkan yang mabuk dalam kekerasan.

Teror yang sebenarnya bukanlah pistol itu sendiri, tetapi orang yang memegangnya. Mungkin karena Shino tidak memberikan respon yang diharapkan, Endou cemas mencibir dan mengatakan kata-kata ini.

"Menangislah, Asada. Berlutut dan meminta pengampunan. Atau aku benar-benar akan menembak."

Kemudian, dia mengarahkan pistol model di bahu kiri Shino sebelum tersenyum. Bahu dan lengannya tersentak sedikit, dan Shino segera tahu bahwa ia akan menekan pelatuk. Namun, pelurunya tidak keluar.

"Sialan, apa yang terjadi!?"

Meskipun dia meremas pelatuk beberapa kali lagi, dia hanya bisa mendengar suara menggosok plastik terhadap satu sama lain.

Shino mengambil napas dalam-dalam, mendapatkan kekuatan di seluruh tubuhnya, melemparkan tas ke lantai dan mengayunkan lengannya.

Dia menggunakan ibu jari kirinya untuk menekan keras pada pergelangan tangan kanan Endou, dan merampas pistol itu sementara cengkeramannya melemah. Dia kemudian meluncurkan jari telunjuk ke dalam pemicunya, dan pegangannya dengan mudah mendarat di tangannya. Pistol itu terasa seperti plastik, tapi itu berat.

"A 1911 Government? Kakakmu benar-benar menyukai desain tradisional sepertinya. Hanya saja tidak sesuai dengan seleraku."

Shino mengatakan itu dan menunjukkan sisi kiri pistol di Endou.

"Government memiliki hand safety dan grip safety, dan kamu tidak bisa menembak tanpa membuka kedua safeties."

  • Clak, clak *. Dengan dua suara, kedua safeties itu telah dihilangkan.

"Juga, itu adalah single action gun, sehingga kamu harus menarik pendorongnya dari awal."

Shino menjentikkan pendorongnya dengan ibu jari, dan pelatuknya bergerak sedikit dengan suara sedikit yang keras.

Dia mengarahkan matanya pada Endou yang tertegun mengikutinya dan melihat sekeliling, menemukan deretan sampah plastik biru sekitar 6m jauhnya di samping insinerator, dan kebetulan ada kaleng di atasnya.

Shino kemudian menempatkan tangan kirinya pada pegangan dan masuk ke posisi menembak senjata dengan satu tangan. Dia menyejajarkan mata kanannya dengan penglihatannya, mengarahkannya pada kaleng kosong, mempertimbangkannya untuk sementara, mengangkat senjata naik sedikit, menahan napas, dan menarik pelatuknya. 'PA'. Dengan suara lembut, recoil kecil itu dikirim ke tangan Shino. Government ini benar-benar mengeluarkan recoil, dan peluru oranye terbang keluar.

Sepertinya Shino tidak akrab dengan lintasan senjata ini, dia berpikir bahwa peluru pertama akan meleset. Namun, peluru untungnya menyerempet bagian atas kaleng kosong, yang mengejutkan Shino sendiri. Aluminium itu mengeluarkan suara 'Klang', berputar seperti gasing dan akhirnya jatuh dan turun dari tempat sampah.

  • Fuu *, Shino mendesah dan menempatkan pistolnya ke bawah. Arogansi Endou sudah lama pergi karena dia hanya bisa berdiri di sana shock. Saat Shino menatap matanya, dia ketakutan menutup mulutnya dan mengambil setengah langkah mundur.

"Tidak.. tidak..."

Setelah mendengar suara ketakutan nya, Shino dengan santai sekilas menegaskan.

"... Memang benar bahwa lebih baik tidak menggunakan ini untuk menembak orang lain."

Dia mengatakannya saat ia memiringkan pendorongnya kembali sebelum menutup 2 safeties. Saat Shino menyerahkan pistol itu, tubuh Endou tersentak, tapi masih mengulurkan tangan untuk mengambil pistol model dengan takut-takut.

Shino menyambar tas sekolahnya dan lagi menarik-narik kerudungnya. Dia mengucapkan selamat tinggal kepada 3 orang di belakangnya dan mulai berjalan ke depan. Namun, Endou dan pengikutnya tidak menanggapi sama sekali. Ketiganya hanya bisa berdiri di sana dengan tatapan kosong sampai Shino berjalan ke tikungan dan tak terlihat lagi.

Saat dia tidak bisa melihat Endou, kaki Shino segera kehilangan kekuatannya dan ia hampir jatuh ke lantai. Dia akhirnya berhasil berdiri dengan mendorong dirinya di gedung sekolah.

Sebuah petir berdering dalam telinga Shino, dan darah itu mengalir cepat melalui pelipisnya. Arus balik asam membuat tenggorokannya sedikit sakit. Jika ada orang yang memberitahunya untuk melakukan apa yang dia lakukan barusan, dia akan mengatakan bahwa dia tidak akan bisa melakukannya lagi. Meski begitu -hal ini dapat dianggap sebagai langkah pertama.

Shino memaksa dirinya untuk menggerakkan kaki yang lemah dan membuat dirinya menjauh. Berat pistol model yang dingin itu masih terikat di tangannya dan tidak bisa melepaskannya, tapi setelah meletakkan tangannya di bawah angin kering yang dingin, sentuhannya akhirnya mulai pulih. Dia mengeluarkan kacamatanya dengan jarinya yang sedang mati rasa dan memakainya.

Dia menyeberangi koridor yang menghubungkan tangga barat sekolah dan gedung olahraga, mencapai sisi lapangan setelah berjalan untuk beberapa saat, melewati anggota klub olahraga yang sedang berlari dan bersorak-sorai pada diri mereka sendiri, melewati hutan kecil di selatan jalan, dan gerbang utama muncul di depannya.

Siswa pulang dengan berkelompok, dan ketika Shino hendak melewati orang-orang itu dan saat pintu gerbang berada di depan matanya, dia merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Beberapa siswa perempuan yang berdiri di sisi dinding sekolah, melihat dari gerbang sekolah, dan sedang membicarakan sesuatu yang tidak ia ketahui.

Shino menyadari bahwa ada 2 anak perempuan dari kelas yang memiliki hubungan agak baik dengannya, dan dia berjalan ke mereka.

Seorang gadis dengan rambut panjang dan kacamata berbingkai hitam melihat Shino, tersenyum dan mengangkat tangannya.

"Asada-san, kau mau pulang sekarang?"

"Ya -apa yang kalian lakukan?"

Saat ia menjawabnya, gadis lain dengan rambut berwarna coklat yang diikat menjadi dua kepangan mengangkat bahu, tersenyum dan menjawab,

"Dengarkan aku. Ada seorang pria di gerbang sekolah dengan seragam yang bukan berasal dari sekolah terdekat. Ia memarkir motornya di sana dan bahkan memiliki dua helm. Sepertinya dia sedang menunggu seorang siswa dari sekolah kita. Ini sedikit seperti gosip, tapi kami hanya ingin tahu siapa yang begitu berani mengundang pacarnya ke pintu gerbang untuk menjemputnya?"

Saat dia mendengar jawaban ini, Shino segera menyadari bahwa wajahnya memucat. Dia melihat jam tangannya dan berteriak dalam hati 'tidak mungkin'.

Ia setuju untuk bertemu dengannya di gerbang sekolah saat ini, dan orang itu bahkan mengatakan bahwa 'tidak usah membuang ongkos transportasimu, aku akan menjemputmu'. Namun, ia tidak perlu terlalu jauh hingga memarkir kendaraannya di depan gerbang sekolah-

Tidak... orang itu pasti akan melakukan itu.

Shino dengan takut-takut mendekatkan tubuhnya di pagar dan mengintip ke luar dari gerbang sekolah. Segera setelah itu, ia merasa benar-benar lemah. Bahwa siswa laki-laki yang mengenakan seragam yang ia belum pernah lihat sebelumnya bersandar pada kendaraan kecil yang bersinar yang memiliki standar dibawah. Dia memegang dua helm dan melihat ke langit dengan bingung- tidak diragukan lagi, dia adalah anak laki-laki yang ia kenali dua hari yang lalu.

Ketika berpikir untuk menyapanya dan mengambil kursi belakang kendaraan dengan puluhan orang melihatnya, Shino tidak bisa menahan malu. Dia bergumam dalam hatinya 'Aku benar-benar ingin log out dari sini', dan mengumpulkan keberaniannya sebelum berbalik menghadap teman-teman sekelasnya di sampingnya.

"Eh... baik... dia... dia temanku..."

Dia berkata dengan suara lembut yang hampir tidak bisa didengar. Mata para gadis berkacamata melebar.

"Eh... Asada-san?"

"Teman seperti apa?"

Gadis lain berteriak seperti ini juga. Memperhatikan tatapan yang mengarah padanya karena suara keras ini, Shino hanya bisa memeluk tasnya dan mundur kebelakang...

"Ma ... maaf!"

Kemudian, dia mulai meminta maaf dan melarikan diri untuk beberapa alasan.

Shino sudah pergi melewati gerbang hijau perunggu itu dan mendengar suara dari belakang yang berteriak padanya.

"Jelaskan semuanya dengan jelas kepadaku besok! ~"

Meskipun ia tiba di sampingnya, orang ini masih tampak bingung seperti saat ia melihat ke langit tadi.

"Yah..."

Setelah berbicara dengannya, ia mengerjapkan matanya dan berbalik sebelum menunjukkan senyum malas di wajahnya.

"Ah, selamat siang, Sinon."

Pertemuan di bawah matahari cerah seperti ini lagi, rasanya seperti Kirito di dunia nyata memiliki transparansi yang membuat bayangannya hampir tak terlihat. Rambut hitamnya yang sedikit panjang membuat kulitnya terlihat lebih cerah, dan tubuh langsing yang tampak mengejutkan seperti gadis tampak mirip dengan avatar di dunia virtual.

Perasaan yang lemah ini, atau lebih tepatnya, perasaan yang membuat Shino ingat bahwa ia pernah menghabiskan dua tahun di penjara virtual, dan menyebabkannya untuk menjaga kata-kata pedas nya.

"... Selamat siang... maaf untuk membuatmu menunggu."

"Tidak apa-apa. Aku juga baru saja tiba—ngomong-ngomong... mengapa rasanya seperti..."

Pada saat ini, Kirito akhirnya melihat para siswa yang sedang menonton dari dekat gerbang sekolah. Dia melihat sekeliling dan berkata,

"... Semua orang memandangi kita..."

"To... tolong..."

Suara Shino seperti memiliki beberapa keengganan.

"Bukankah orang lain akan melihat jika kamu memarkir kendaraanmu di gerbang sekolah orang lain!?"

"B... begitukah? Lalu..."

Anak itu tiba-tiba menyemburkan senyum menggoda. Shino pernah melihat senyuman itu beberapa kali di dunia maya.

"Jika kita terus tinggal di sini, akankah guru BK kesini dan memarahi kita? Tampaknya menarik."

"Ja.. jangan bercanda!"

Bahkan, para guru benar-benar bisa datang. Shino secara naluriah berbalik untuk melihat gerbang sekolah dan kemudian berkata lembut,

"Hu, bergegas dan pergi!"

"Oke oke..."

Kirito menyerahkan helm hijau muda yang ia pegang untuk Shino sambil terus tersenyum.

Orang ini mengacaukan mentalku seperti setan nakal, seperti saat di GGO. Aku tidak bisa tertipu oleh penampilannya—Shino mengatakan pada dirinya jauh di dalam hatinya saat ia menerima helm pengaman. Dia memiringkan tasnya ke samping dan mengenakan helmnya. Setengah mengenakannya ia kemudian berhenti karena dia tidak tahu bagaimana cara memakainya. Pada saat ini...

"Permisi.. sedikit."

Kirito menggenggam lengannya dengan cepat dan memakaikan helmnya ke atas. Wajah Shino saat ini terasa panas saat ia buru-buru mengarahkan mukanya ke bawah. Dia sudah mulai bertanya-tanya bagaimana dia akan menjelaskan hal-hal kepada semua orang dihari berikutnya.

"... Sinon, emm... apakah rokmu baik-baik saja?"

"Aku memiliki celana pendek olahraga."

"Tidak, tidak masalah."

"Lagipula kamu tidak bisa melihatnya dari depan."

Setelah mengambil kesempatan balas dendam, Shino dengan cepat duduk di kursi belakang kendaraan. Seperti saat ia menumpang dibelakang kakek nya yang menunggangi Coyote Honda 90, "Hh... Kamu lebih baik pegangan erat-erat."

Kirito memutar kunci, dan mesin pembakaran internal yang langka ini mengeluarkan raungan keras. Shino menarik lehernya ke belakang. Namun, getaran yang mencapai pinggang dan bau gas yang mengingatkannya kembali yang membuatnya tidak bisa menahan senyum. Dia kemudian memeluk tubuh ramping Kirito itu.


Ini akan menjadi sedikit merepotkan baginya untuk pergi dari daerah Bunkyo dari Yushima ke tujuan mereka, daerah pusat Ginza, jika dia harus mengambil kereta bawah tanah. Akan lebih mudah untuk bergerak di atas tanah.

Mereka melaju dari Ochinomizu, ke Chiyoda raya sebelum mencapai Koukyo. Motor bergerak perlahan-lahan di sekitar parit untuk alasan keamanan, tapi untungnya, cuaca hari ini baik-baik saja, dan angin yang bertiup melewati wajahnya membuatnya merasa agak nyaman. Setelah bergerak melalui gerbang utama, mereka pergi melewati jalan raya Uchibori kemudian Harumi Avenue, berbelok ke kiri, melewati jembatan JR, dan kemudian tiba di Ginza Yonchome.

Meskipun kecepatan laju mereka memiliki perbedaan yang besar seperti saat naik motor beroda tiga dan lari dari Death Gun, mereka masih harus menghabiskan kurang dari 15 menit untuk mencapai tujuan. Setelah sampai, Kirito segera memarkir kendaraannya.

Shino memegang helm di tangannya saat ia mengikuti Kirito ke sebuah kafe kelas tinggi yang ia belum pernah datangi sebelumnya. Saat dia mendorong pintu ke samping, para pelayan dengan mengenakan kemeja putih dan dasi hitam membungkuk dalam-dalam untuk mereka. Shino agak panik dan tampak agak malu. Mendengar pelayan bertanya apakah itu untuk berdua, dia merasa apakah itu seperti... dan panik bahkan lebih. Namun, suara yang tanpa menahan diri tiba-tiba terdengar, memecahkan atmosfer dari suasana kelas tinggi. "Oi~ Kirito-kun, di sini!"

"Ah... kita punya janji dengan orang itu."

Seperti yang Kirito katakan, pelayan menunjukkan bahwa ia mengerti tanpa mengubah ekspresi wajahnya, membungkuk sambil berjalan ke depan. Toko itu penuh dengan ibu rumah tangga kaya yang pergi berbelanja, dan seragam sekolah mereka tampak sangat jelas. Shino hanya bisa meringkuk kembali dan hati-hati berjalan di lantai yang dipoles sehingga menjadi bersinar.

Seorang pria jangkung dan kurus, yang mengenakan jas kelas tinggi dengan gaya kebarat-baratan, dasi bermotif dan kacamata berbingkai hitam, bangkit dari meja yang keduanya tuju. Shino mendengar bahwa dia adalah seorang pegawai pemerintahan, namun ia mempunyai kerah berwarna putih yang membuatnya terlihat seperti seorang pelajar juga.

Ketika mereka duduk di meja yang orang itu tunjukkan, handuk hangat dan buku menu muncul di depan mereka.

"Silahan, nikmati."

Shino membuka menunya seperti yang diminta oleh suara orang itu, dan segera tidak bisa mengatakan apa-apa. Bukan hanya sandwich dan pasta, bahkan makanan penutup pun memiliki 4 digit angka di belakang nya.

Shino begitu terkejut dan dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya, di sampingnya, Kirito mendengus dingin dan berkata,

"Lebih baik jangan bersikap baik padanya. Kita menghabiskan uang dari warga negara pekerja keras."

Gadis itu melirik dan melihat pria berkacamata itu tersenyum dan mengangguk juga.

"Ja, jadi... Aku akan memesan kue keju istimewa ini dengan saus cranberry di atasnya... dan juga Earl Grey."

Shino mengatakan di hatinya 'Wow, 2200 yen [2]!' Hijau. Tanpa diduga, Kirito, yang di sampingnya, mengatakan-

"Aku ingin puding panggang apel, mont blanc dan espresso."

Itu adalah hal yang luar biasa. Shino bahkan tidak bisa membayangkan berapa banyak uang yang akan dikeluarkan.

Petugas membungkuk dan berjalan menjauhi pria berkacamata. Pria ini merogoh sakunya dan mengeluarkan tempat dari sejumlah kartu hitam. Dia mengambil kartu nama dari tempatnya dan kemudian menyerahkan kartu nama itu ke Shino. "Halo. Aku Kikuoka dari Kementerian Dalam Negeri dan Teknologi Komunikasi. "

Dia mengatakan namanya dengan suara mantap. Shino buru-buru mengambil kartu bisnis dan membungkuk kembali. "Ha, halo... aku Asada... Shino."

Setelah ia mengucapkan hal itu, orang yang disebut Kikuoka ini memberikan pandangan menyenangkan dan berkata,

"Ini karena kecerobohan kita dan menyebabkan Asada-san berada dalam situasi berbahaya seperti ini. Aku benar-benar minta maaf."

"Tidak.., tidak usah khawatir. Kau terlalu baik."

Saat Shino buru-buru menunduk lagi, Kirito menyela dari sampingnya.

"Lebih baik baginya untuk meminta maaf. Jika Kikuoka-san menyelidiki dengan lebih teliti, kita tidak akan menemui bahaya."

"... Yang kau katakan membuatku berkeringat."

Kikuoka menurunkan kepalanya seperti seorang anak yang sedang diceramahi, tapi kemudian mengangkat matanya dan melanjutkan.

"Tapi Kirito-kun, kamu tidak pernah berpikir bahwa «Death Gun» adalah sekelompok orang, kan?"

"Itu benar..."

Setelah mengatakan itu, Kirito bersandar di kursi yang tampak seperti sebuah benda antik, yang kemudian mengeluarkan suara berderit.

"Pokoknya... pertama ceritakan apa yang kamu ketahui sampai sekarang, Kikuoka-san."

"Tentu saja... tapi itu hanya 2 hari karena kita tahu dari kejahatan mereka. Ini akan memakan waktu untuk menjelaskan semuanya..."

Kikuoka mengambil cangkir kopi yang tepat di depannya, meneguk minuman, dan kemudian melanjutkan.

"Sementara aku mengatakan bahwa ada sebuah kelompok, sebenarnya hanya ada 3 anggota. Setidaknya dari apa yang pemimpin Shinkawa Shoichi katakan, mereka memiliki tiga orang."

"Pria yang bernama Shoichi adalah orang bermantel yang menyerang Sinon dan aku di BoB, kan?"

Kikuoka dengan lembut menganggukan kepalanya pada pertanyaan Kirito itu.

"Aku rasa itu benar. Dari catatan AmuSphere yang kami dapatkan dari rumahnya, kami mampu untuk memeriksa bahwa ia melakukan login ke Gun Gale online pada waktu itu."

"Rumah... pria bernama Shinkawa Shoichi, orang macam apa dia? Apakah dia dalangnya?"

"... Untuk menjelaskan semua itu, kita harus mulai dari insiden SAO pada tahun 2022. Tapi sebelum itu..."

Pelayan hanya begitu kebetulan tiba pada saat ini sambil mendorong troli dengan banyak piring makanan di atasnya. Setelah menunggu pelayan untuk mengatur piring ini ke meja dan meninggalkan mereka, Kikuoka kemudian memberi isyarat pada Shino untuk tidak menahannya.

Dia tidak benar-benar memiliki nafsu makan banyak, tapi dia masih harus bisa memakannya. Setelah mengatakan 'Terima kasih atas makanan nya' dengan Kirito, Shino mengambil garpu emas.

Dia mengiris sedikit dari blok putih susu yang dicelup dalam saus merah terang dan meletakkannya di dalam mulutnya. Selain rasa berat keju tebal menyebar di mulutnya, kue itu sendiri meleleh dalam. Terkejut, Shino segera memiliki pemikiran untuk meminta resep, tapi berpikir tentang hal itu, ia tahu bahkan jika dia bertanya kepada kokinya, mereka tidak akan mengungkapkannya.

Tanpa sadar, dia makan sekitar setengah dari kue sebelum meletakkan garpu ke bawah dan mengambil cangkir teh merah. Dia meneguk cairan hangat yang memiliki tang orange kecil di dalamnya, dan perasaan tegang jauh di dalam dirinya itu mereda.

"Ini benar-benar enak..."

Shino bergumam. Mendengar itu, Kikuoka dengan gembira mengatakan,

"Biasanya, makanan harus diiringi dengan topik bahagia. Tapi itu baik-baik saja. Kita bisa datang di lain waktu."

"Aku- aku mengerti..."

Kirito terus memakan makanan cokelat keemasan mont blanc di depannya, dan pada titik ini, tertawa dan menghancurkan suasana hati Kikuoka.

"Aku akan menyarankanmu untuk tidak melakukannya. «Topik yang menarik» yang orang ini bicarakan adalah hal kotor atau menjijikkan."

"Itu- itu terlalu berlebihan. Aku agak percaya diri dalam pengalaman perjalananku di Asia Tenggara... oh ya, mari kita bicara tentang ini dulu."

Kikuoka mengeluarkan tablet PC dari tas kantornya, dan kemudian menyentuh layar dengan jari-jari yang panjang.

Tubuh Shino tegang sedikit ketika dia bersiap-siap untuk mendengar apa yang orang ini katakan, yang tampak seperti guru, jika harus kukatakan.

Tentu saja, ia ingin tahu semua tentang insiden «Death Gun». Namun, di lubuk hatinya, ada sedikit suara bergumam bahwa dia tidak ingin memiliki hubungan apa-apa lagi dengan hal ini.

Mungkin bagian tertentu jauh di dalam dirinya masih percaya dengan Shinkawa Kyouji. Bahkan ketika jarum suntik yang menakutkan ditempatkan di lehernya, Shino masih belum bisa membenci Kyouji sepenuhnya, dan tidak bisa melepaskan semua perasaannya untuk dia. Orang itu bukan dirinya yang sebenarnya, sesuatu yang menyusup ke pikirannya menyebabkan dia melakukan ini- Shino masih percaya pada kata-kata ini.

Sudah sekitar 40 jam sejak apa yang terjadi pada hari Minggu malam.

Malam itu Kirito pergi ke kamar mandinya untuk mencuci wajahnya dan ganti baju, lalu polisi pun tiba di rumahnya.

Shinkawa Kyouji, yang kepalanya mengalami trauma berat dan setengan tersadar, segera diangkat dan dibawa ke rumah sakit dengan ambulans.

Untuk alasan keamanan, Shino dan Kirito dibawa ke rumah sakit lain dan dibuat untuk mengambil pemeriksaan wajib. Dokter yang bertugas mengatakan bahwa Shino tidak memiliki apa-apa selain beberapa memar. Segera setelah itu, polisi memulai investigasi mereka di rumah sakit, dan dia mencoba untuk menjernihkan pikirannya yang masih kabur oleh lapisan kebingungan, dan mengatakan kepada polisi persis seperti apa yang terjadi di dalam ruangan.

Dia sendiri tidak menyadarinya, tetapi dokter mendiagnosis dirinya bahwa tingkat stres emosionalnya berada pada batasnya, sehingga penyelidikan polisi berhenti sekitar jam 2 pagi. Shino kemudian menghabiskan malam di kamar rumah sakit, dan setelah bangun pukul 6 pagi, ia menolak untuk menerima usulan dokter untuk kembali ke apartemennya dan bukannya pergi ke sekolah.

Sama seperti itu, dia grogi ketika pergi pada hari Senin, kemarin. Meskipun Kyouji terus bolos sekolah, ia masih harus didaftarkan ke sekolah, sehingga Shino berpikir bahwa sekolah akan tahu tentang hal itu. Pada akhirnya, tidak ada yang berbicara tentang hal itu di sekolah.

Saat Shino mengabaikan Endou dan menenangkan pikirannya dan kembali ke apartemennya, polisi sudah menunggunya di pintu. Setelah ganti baju, Shino dan polisi pergi ke rumah sakit itu kemarin, dan Shino mengambil diagnosis kedua dari dokter. Kali ini, Shino mengajukan banyak pertanyaan tentang Kyouji, tetapi polisi mengatakan kepadanya bahwa Kyouji baik-baik saja, tapi dia diam saja saat sedang diinterogasi.

Karena «alasan keamanan», polisi ingin Shino untuk tetap berada di rumah sakit. Setelah makan malam dan mandi, dia membuat panggilan singkat untuk kakek dan ibunya di rumah lamanya sebelum tidur di kamar rumah sakit yang telah disiapkan untuknya. Saat ia berbaring di tempat tidur, Shino segera tenggelam ke dalam tidur nyenyak, dan ingatannya terputus dari sana. Rasanya seperti dia bermimpi panjang, tapi ia tidak bisa mengingat apa-apa sama sekali.


Pada hari Selasa, pagi ini, polisi kembali mengantarnya ke apartemennya. Saat dia turun, polisi mengatakan kepadanya bahwa interogasinya akan selesai. Meskipun itu adalah hal yang baik, bagaimana dia tahu tentang perkembangannya dari sekarang... Shino pikir dia harus bersiap-siap untuk sekolah. Tepat ketika ia sedang memotong tomat untuk sarapan, telepon tiba-tiba berdering. Itu dari Kirito. Hal pertama yang dia tanyakan adalah apakah Shino bebas setelah sekolah, dan Shino dengan reflek menjawab ”ya”.

Itulah yang terjadi, sekarang Shino duduk di samping Kirito dan menunggu «associate» -pria pegawai pemerintahan itu untuk berbicara.


Kikuoka berpaling untuk mencari tablet Vandroidnya dan kemudian menurunkan volumenya, mungkin ia takut orang lain mendengar ucapannya.

"Direktur Rumah Sakit Umum yang menangani kakak Shinkawa Kyouji mengatakan bahwa Shoichi sudah sakit-sakitan sejak ia masih muda, dan sering berpindah antara rumah sakit satu dengan rumah sakit lainnya sejak dia lulus dari sekolah menengah. Dia bahkan terdaftar di SMA terlambat 1 tahun... Dengan demikian, ayahnya sudah menyerah membiarkan Shoichi mengambil alih bisnis keluarga dan menyerahkan beban ini kepada Kyouji, yang 3 tahun lebih muda darinya. Direktur kemudian mulai memberikan pembelajaran di rumah untuk Kyouji dan bahkan mengajarinya sendiri, dan akan meninggalkan Shoichi sendirian. Shoichi memang tidak memiliki harapan lagi, tapi adiknya merasa telah terdorong dalam keputusasaan karena memiliki harapan yang besar... itulah yang ayah mereka katakan ketika ia diinterogasi."

Kikuoka berhenti sebentar dan membasahi bibirnya dengan kopi.

Shino menatap permukaan meja dan mencoba membayangkan seperti apakah «harapan orang tua» mereka. Meskipun begitu, dia tidak dapat membayangkan hal itu.

Meskipun keduanya begitu dekat, ia tidak pernah menyadari bahwa Kyouji berada pada begitu banyak tekanan. Aku hanya mempedulikan masalahku sendiri dan tidak pernah benar-benar berpikir untuk berinteraksi dengan orang lain dengan sesungguhnya -ketika Shino menyadari hal ini lagi, dadanya merasakan nyeri yang tajam.

Kikuoka melanjutkan,

"Tapi-bahkan dalam situasi ini, saudara-saudaranya cukup akrab. Setelah Shoichi drop out dari SMA, ia berpaling ke internet sebagai surga bagi dirinya dan mulai bermain MMORPG, dan ini membuat saudaranya ikut tertarik. Setelah itu, sang kakak akhirnya menjadi tawanan «Sword Art Online» dalam keadaan koma di rumah sakit ayahnya selama 2 tahun. Setelah ia selamat dan kembali, Kyouji melihat kakaknya sebagai seorang idola... atau bahkan memperlakukannya bak pahlawan."

Pada saat ini, Shino menyadari orang yang berada disampingnya, Kirito terdengar agak tegang saat ia bernapas. Namun, suara Kikuoka yang dalam dan tenang kemudian berlanjut.

"Setelah Shoichi selamat, dia tidak menyebutkan tentang apa yang terjadi di SAO untuk sementara waktu, tetapi setelah dia mengakhiri penyembuhan dan kembali ke rumah, dia mulai membual tentang bagaimana dia membunuh banyak pemain di dunia itu, berapa banyak orang yang takut padanya, ini pembunuhan nyata... Bagi Kyouji yang sedang mengalami masa buruk di sekolah dan dalam ancaman kakak kelasnya, apa yang Shoichi katakan tidak mengganggunya, tapi bahkan membuatnya merasa lega dan puas."

"Jadi..."

Shino berbicara pelan. Kikuoka mengangkat kepalanya dan memiringkan lehernya seolah-olah untuk meminta nya untuk melanjutkan.

"Hal-hal ini... dikatakan oleh Shinkawa-kun, tidak, Kyouji, kan?"

"Tidak, ini berdasarkan kesimpulan yang dibuat dari kesaksian kakaknya. Shoichi terus berbicara selama investigasi polisi, dan bahkan ia mengatakan tentang isi hati adiknya. Namun, Kyouji benar-benar berbeda dari saudaranya dan tetap bungkam bahkan sampai sekarang."

"Jadi begitu..."

Shino benar-benar tidak bisa membayangkan seperti apa jiwa Kyouji yang sedang melayang. Dia bahkan merasa bahwa jika dia masuk ke GGO, dia bisa melihat Spiegel yang sedang menunggunya di sana di bar tempat di mana mereka bertemu... meskipun itu tidak mungkin.

"Ah, silakan lanjutkan ..."

Kikuoka menganggukkan kepalanya setelah mendengar kata-kata Shino dan sekali lagi melirik tablet Vandroidnya.

"Kami tidak tahu faktor kunci apa yang membuat dua bersaudara itu turun ke «road of no return», jadi kami hanya bisa menebak... tapi Shoichi seharusnya mulai bermain Gun Gale Online atas saran Kyouji. Shoichi tidak memiliki fobia tentang dunia VR yang dimiliki banyak mantan pemain SAO, tapi ia tidak antusias ketika ia mulai bermain. Dia mengatakan bahwa daripada berlatih keterampilan dengan melawan monster, mungkin dipikirannya lebih baik menunggu di jalanan untuk mengamati pemain lain dan membayangkan cara membunuh mereka. Namun, sejak ia mendapat «mantel tak terlihat» dari sistem RMT, segalanya berubah."

"RMT..."

Shino tidak bisa menahan ucapannya. Mantel yang Death Gun miliki, «Camouflage Optical metamaterial», seharusnya item yang benar-benar langka yang bos-seperti monster jatuhkan dengan persentase yang sangat rendah. Harganya seharusnya jauh lebih mahal daripada Hecate II.

"Yah... Aku rasa itu benar-benar mahal..."

Setelah dia mengatakan itu, Kikuoka menganggukan kepalanya, kemudian menggeleng dengan ekspresi tak percaya.

"Diperkirakan harganya lebih dari 300.000 yen. Namun, Shoichi akan mendapatkan 500.000 yen [3] dari ayahnya setiap bulan."

"Itu berarti... senapan sniper besar dan Estoc yang terbuat dari bahan langka itu dibeli melalui uang tunai... hal terbaik dari SAO adalah sistemnya tidak memiliki kawasan perdagangan atau RMT..."

Saat Kirito bergumam, dia tidak terlihat seperti sedang bercanda sama sekali. Juga, Kikuoka mengangguk serius dan meneruskan.

"Itu benar -sejak Shoichi bisa membuat dirinya menghilang dengan mantel itu, dia telah berlatih cara untuk mengaburkan dirinya dari orang lain. Pada saat ini, dia hanya merasa bahwa itu menarik untuk menguntit seseorang dari belakang... Namun, pada hari tertentu, ia menemukan bahwa orang yang dia ikuti masuk ke gedung presidensial untuk mengoperasikan terminal permainan. Shoichi punya ide dan mengeluarkan teropongnya untuk mencoba dan melihat layar dari balik pilar. Dan kemudian, ia segera menemukan nama asli orang tersebut dan alamat dan data pribadi lainnya di dunia nyata... "

"Dengan kata lain... dia tidak membeli mantel tak terlihat itu untuk mendapatkan informasi, tetapi sebaliknya... dia sudah mempunyai mantelnya sebelum melakukan hal seperti itu..."

Kirito mendesah dan kemudian menyandarkan punggungnya di kursi.

"... Dari yang sebelumnya, setiap MMO akan memiliki semacam keterampilan «Hiding», dan jarang untuk melihat mereka tidak memilikinya. Tapi... Aku merasa bahwa invisible di VRMMO dapat digunakan untuk melakukan banyak hal buruk. Seharusnya itu dilarang untuk digunakan di jalanan... Kamu harus menyampaikan ini pada Zasker, Sinon."

Topik tiba-tiba bergeser kepadanya, Shino hanya bisa buru-buru menjawab.

"K, kamu saja yang melakukannya... tapi, itu berarti mantel itu adalah alasan «Death Gun» muncul."

Bagian terakhir dari kata-kata itu jelas dikatakan Kikuoka. Pegawai pemerintah berkacamata itu menganggukkan kepalanya dan kemudian memutar matanya untuk melihat tablet Vandroid-nya lagi. Setelah melihat senyum kecilnya, Shino tiba-tiba memiliki perasaan yang aneh, tapi itu tidak penting sekarang, sehingga Shino tidak mengatakannya. Kikuoka terus berbicara seperti matahari tenggelam yang bersinar di permukaan meja.

"... Aku kira kamu bisa mengatakannya seperti itu. Shoichi segera menghafalkan informasi pribadi di otaknya dan menuliskannya setelah ia log out. Pada saat ini, ia tidak benar-benar memiliki beberapa rencana untuk melakukan kejahatan ini, namun mampu mendapatkan informasi nyata dari pemain membuatnya bahagia. Setelah itu, ia akan menghabiskan berjam-jam di gedung presidensial dan menunggu pemain untuk datang dan menulis alamat yang mereka cantumkan. Akhirnya, ia mendapat total 16 nama asli pemain dan alamatnya. Di antara mereka... Asada Shino-san, kamu disertakan."

"..."

Shino mengangguk. Sejak dimulai sebelum September, sebelum turnamen BoB 2. Ada sekitar 500 pemain yang terdaftar. Bahkan jika hanya setengah dari mereka didata nama asli mereka dan alamat untuk mendapatkan pistol model, itu tidak akan mungkin untuk mencuri informasi kehidupan nyata 16 pemain'.

Kikuoka terus menjelaskan. "Pada hari tertentu pada bulan Oktober, Kyouji muda menunjukkan kepada Shoichi bahwa ia punya masalah dengan perkembangan karakternya. Pada saat itu, ia tampaknya marah 'karena informasi palsu tentang «Zexceed» menyebar', dan Shoichi ingat bahwa ia memiliki nama asli Zexceed dan alamatnya lalu mengatakannya kepada Kyouji."

Itu benar. Mungkin pada saat itu dinding antara imajinasi Kyouji dan dunia nyata mulai pecah.

"Shoichi mengatakan bahwa itu bukanlah rencana yang hanya dilakukan satu orang saja."

Suara tenang Kikuoka meluncur ke telinga Shino.

"Dikatakan bahwa dua dari mereka membahas tentang bagaimana menangani informasi pribadi Zexceed itu, rencana untuk membuat karakter «Death Gun» pun mulai terbentuk. Namun, Shoichi menyebutkan bahwa mereka hanya bercanda pada awalnya. Menembak dalam permainan dan membunuh pemain di dunia nyata... ini terdengar mudah, namun sebenarnya ada beberapa kesulitan ketika melakukannya. Setelah berdiskusi, mereka perlahan-lahan mulai mengatasi satu demi satu kendalanya. Dan kendala terbesar yang mereka hadapi adalah kunci master yang bisa mematahkan kunci elektronik dan cara untuk menyuntikkan obat itu..."

"Sebuah Rumah Sakit Umum seharusnya memiliki kunci master yang legal untuk membuka rumah pasien ketika dalam keadaan darurat. Aku kira rumah sakit ayah mereka..."

Setelah mendengarnya dari Kirito, Kikuoka tampak seperti sedang meniup peluit dengan pelan saat ia menutup bibirnya.

"Seperti yang dikatakan oleh Kirito. Sebenarnya, pemerintah mempromosikan pintu sensor keyless kunci untuk menambahkan kontrol ke tempat tinggal pribadi yang mungkin tidak mudah rusak... tapi informasi itu diklasifikasikan. Pokoknya, mereka berdua bekerja keras untuk mencuri mekanisme pembuka itu, dan mencuri jarum suntik tekanan tinggi succinylcholine dari rumah sakit ayah mereka. Menurut Shoichi, melaksanakan rencana itu sendiri adalah seperti permainan. Dia mengatakan bahwa ini adalah benar-benar sama dengan mengumpulkan intel pada target di SAO, mempersiapkan peralatan mereka dan melakukan serangan. Ia menambahkan itu kepada polisi yang sedang mengintrogasinya 'Bukankah sama?'. Tampaknya ia berbicara tentang permainan tentang petualangan yang berbicara dengan NPC di mana-mana, mengumpulkan informasi, menangkap buronan dan menyerahkannya untuk mengumpulkan uang, dan bahwa apa yang polisi lakukan itu tidak ada bedanya."

"Aku berpikir bahwa kamu lebih baik tidak percaya kata-katanya sepenuhnya."

Saat Kirito tiba-tiba berbicara, Kikuoka mengerutkan kening dan bertanya,

"Sungguh?"

"Ya. Shoichi mungkin memiliki beberapa bagian dari dirinya yang benar-benar merasa seperti itu, tetapi sebagai «Red-Eyed XaXa», meskipun ia terus memberitahu orang-orang di sekelilingnya bahwa ini hanya permainan, ia tahu bahwa pemain benar-benar akan mati dan seperti telah kecanduan membunuh. Baginya, apakah itu dunia maya atau dunia nyata, hal-hal yang hanya bermanfaat bagi dirinya yang nyata. Dia hanya mempunyai sedikit perasaan realita... ini mungkin sisi gelap VRMMO."

"Aku paham. Lalu... bagaimana dengan realitasmu?"

Shino berpikir bahwa Kirito akan memberikan senyum nakal yang biasanya akan diberikan saat ia mendengar pertanyaan Kikuoka itu. Namun, ia memberikan ekspresi yang serius saat ia menatap tempat tertentu.

"... Memang benar bahwa aku meninggalkan bagian dari diriku di dunia itu. Saat ini, nilai pribadiku telah menurun."

"Tidakkah kau ingin kembali?"

"Tolong jangan tanya itu, bisakah? Itu privasi pribadiku."

Kali ini, Kirito benar-benar tertawa kecut, dan kemudian melirik Shino.

"-tentang hal ini, apa yang kamu pikirkan, Sinon?"

"Err..."

Setelah diminta dengan tiba-tiba, Shino menahannya tetapi merasa agak ada yang janggal. Dia membalik pikirannya dalam kata-kata, yang dia tidak benar-benar kenal, tapi dia akhirnya mencoba untuk mengungkapkan pikiran sendiri.

"Yah ... Kirito, apa yang kamu katakan tadi itu berbeda dari apa yang kamu katakan sebelumnya."

"Eh...?"

"Kau pernah berkata bahwa 'tidak ada dunia maya'. Dan mengatakan bahwa di mana pun orang itu berada itulah kenyataannya. Meskipun sudah ada banyak game VRMMO, gamer tidak dapat merubah sifatnya setelah pergi ke dunia nyata, kan? Saat ini, aku..."

Shino mengulurkan tangan kanannya dan menyentuh pergelangan tangan kiri Kirito dengan ujung jarinya.

"Dunia ini adalah dunia nyata. Bahkan jika ini adalah dunia maya yang diciptakan oleh AmuSphere, itu masih sebuah dunia nyata bagiku... itulah yang kupikirkan. "

Kirito membelalakkan matanya dan menatap Shino untuk sementara waktu, yang membuat Shino malu. Kemudian, dia menunjukkan senyum yang tidak memiliki kerusakan di dalamnya.

"... Aku mengerti. Kau benar."

Setelah mengatakan nya, Kirito berpaling untuk melihat Kikuoka dan berkata,

"Kamu lebih baik mendengarkan apa yang Sinon katakan. Itu mungkin salah satu kebenaran dalam insiden ini."

" -Jangan bercanda denganku."

Tangan kanan Shino menepuk bahu Kirito dengan lembut sebelum berbalik ke depan. Pada saat ini, Kikuoka menatap Shino untuk beberapa alasan, dan mungkin merasa canggung ia langsung memindahkan matanya ke piring kue yang kosong.

"Ya, kau benar. Dan kondisi Shoichi ini—benar-benar berbeda dari Asada-san. Ia berakhir di tempat yang tidak memiliki realita sama sekali..."

"Orang itu terus mengulang kata-kata 'ini belum berakhir'. Mungkin orang yang masih belum sepenuhnya kembali dari Aincrad... tujuan ini 'dunia baru yang telah diciptakan' yang Akihiko Kayaba buat- mungkin dapat membuktikan bahwa kastil melayang itu sudah sepenuhnya runtuh..."

"Jangan mengatakan hal-hal menakutkan seperti itu. Kematiannya masih memiliki banyak misteri di balik itu... tapi itu tidak ada hubungannya dengan hal ini. Mari kita meringkas ini... Shoichi tidak memiliki hambatan psikologis pada tahap perencanaan ketika ia ingin masuk ke rumah target dan menyuntikkan obat. Pada saat itu, korban pertama adalah «Zexceed»... Shigemura Tamotsu, dan orang yang membunuhnya adalah Shoichi. Pada sekitar pukul 11 pada tanggal 9 November, ia menggunakan kunci pembuka untuk membuka ruang target dan memasukinya. Sekitar 11:30 pm, dia menggunakan jarum suntik tekanan tinggi pada Shigemura yang mengenakan AmuSphere saat ia mengambil bagian dalam wawancara di «MMO Streaming», ia mendapat suntikkan di rahang bawah. Obat yang digunakan adalah Klorida suksametonium, juga dikenal sebagai succinylcholine, relaksan otot, dan pernapasan. Detak jantung korban Shigemura berhenti dan mati. Dengan kata lain, orang yang menembak Zexceed di GGO adalah saudaranya- Kyouji muda..."

Mendengar nama Kyouji itu, bahu Shino bergidik. Pada malam dua hari yang lalu, saat Kyouji di tempatnya, dia menyebutkan Zexceed, dan suara raungannya masih berdering di telinganya. Karena informasi palsu Zexceed tersebar yang menyebabkan kesalahan dalam status Kyouji, dia tidak bisa mendapatkan gelar «Yang Terkuat» -meskipun «Yamikaze» adalah tipe AGI-super yang benar-benar kuat, yang sebenarnya dapat menghentikan pikiran Kyouji, tapi kebenciannya pada Zexceed jauh lebih kuat daripada kakak kelasnya di dunia nyata yang menyiksanya dan mengintimidasinya.

Tidak- aku salah... pada saat itu, bagi Kyouji, dunia nyata sudah...

"Korban kedua adalah Usujio Tarako, dan Shoichi lah yang membunuhnya di dunia nyata. Metode itu hampir sepenuhnya sama. Mereka memilih 7 orang sebagai target, dan kondisi umum di antara target ini adalah bahwa mereka semua tinggal di Tokyo dan memiliki kunci model lama yang tidak akan meninggalkan jejak ketika dibuka, atau di mana ada kunci cadangan di dekat pintu..."

"Ini mungkin membutuhkan beberapa waktu untuk mengumpulkan informasi sebanyak ini."

Setelah mendengar Kirito mengatakannya dengan takjub, wajah Kikuoka menegang dan menganggukkan kepala.

"Ini akan menyita banyak waktu dan usaha. Tapi—setelah mengambil kehidupan dua orang, tampaknya tidak ada yang percaya dengan legenda «Death Gun»."

"Ya... semua orang hanya merasa bahwa itu hanya laporan bodoh— aku adalah salah satu dari mereka."

Shino bergumam, dan Kikuoka setuju dengan pandangannya sepenuhnya.

"Ya. Kirito-kun dan aku akan mencoba segala macam kemungkinan, tetapi pada akhirnya, kita semua bisa menyimpulkan bahwa 'ini hanya rumor'. Namun, dugaan kami sudah salah..."

"Jika... jika kita bisa melihat kebenaran sehari sebelumnya, kita bisa melindungi kehidupan dua pemain yang masuk final itu..."

Setelah mendengar kata-kata sedih Kirito, Shino menundukkan kepalanya dan berkata kepadanya,

"Tapi kau- menyelamatkanku."

"Tidak, aku tidak membantumu sama sekali. Itu semua karena kekuatanmu sendiri."

Shino melirik Kirito, dan memiliki pikiran bahwa ia tidak mengucapkan terima kasih dengan baik, tapi pada saat ini, Kikuoka berkata lagi,

"Kalau bukan karena kalian berdua, 7 orang di namelist akan dibunuh oleh mereka sebelum mendapat banyak perhatian dari banyak orang, sehingga kalian berdua tidak perlu terlalu keras pada diri sendiri."

"Bukan hanya itu... hanya saja aku tidak senang jika rating VRMMO akan menjadi lebih buruk lagi."

"Benih yang tumbuh dengan «The Seed» tidak begitu lemah sehingga mereka tidak akan gugur karena hal ini. Saat ini, para kecambah yang tak terhitung jumlahnya berkumpul menjadi sebuah pohon raksasa menjulang yang bisa menandingi Pohon Dunia. Sungguh, aku tidak tahu siapa yang melakukan ini!"

"... Kau tahu. Kamu lebih baik melanjutkan pembicaraan kita."

Kirito terbatuk datar dan meminta Kikuoka untuk melanjutkan.

"Ya... Namun, aku rasa kamu harus tahu apa yang terjadi selanjutnya. Keduanya menemukan bahwa ancaman Death Gun tidak banyak menyebar dan mereka merasa benar-benar marah, dan mereka memutuskan menggunakan plot yang lebih menakutkan. Kakaknya memutuskan untuk membunuh 3 orang di turnamen yang ke-3 untuk memutuskan yang terkuat, biasanya disebut Bullet of Bullets finals.

Dan pemain yang menjadi target mereka adalah... «Pale Rider», «Garret» dan «Sinon»... Kamu, Iya Kamu- Asada-san."

"..."

Mendengar itu, Shino menganggukan kepalanya. Shino tahu korban ke-4, Garret. Dia adalah seorang pria trendi yang memegang senapan kuno Winchester. Shino ingat topi koboi yang menjadi ciri khasnya dan diam-diam berdoa untuknya jauh dilubuk hatinya. Pada saat itu, tiba-tiba ia melihat sesuatu dan berkata,

"Ah... ngomong-ngomong, ini mungkin hanya kebetulan..."

"Apa itu?"

"Sasaran ke-7 nya mungkin memiliki poin yang sama. Termasuk aku, setiap orang dari mereka bukan dari jenis-AGI."

"Oh...? Apa maksudnya itu...? "

"Shinkawa-kun... tidak, Kyouji hanya menambah stat AGI nya, jadi dia terjebak dalam permainan. Aku kira... ia harus memiliki beberapa perasaan yang rumit terhadap jenis lain... seperti mereka yang menumpuk di STR."

"Hmm..."

Kikuoka tidak bisa mengatakan apa-apa lagi dan hanya bisa melihat ke layar tablet Vandroid kitkat terbarunya.

"Apa yang kau maksudkan bahwa... motifnya selalu dari permainan... sekarang jaksa akan menghadapi beberapa kesulitan silang untuk memeriksanya... tapi apakah benar seperti itu..."

Kikuoka tampaknya tak percaya sambil terus menggeleng. Pada saat ini, Kirito meratap,

"Tidak... Aku merasa bahwa itu benar-benar mungkin. Untuk pemain MMO, statistik karakter adalah harta berharga mereka. Aku tahu beberapa orang yang bercanda ketika mereka menyenggol teman mereka dengan tangan saat mereka menyesuaikan statistik mereka, menyebabkan temannya kehilangan HP-nya dan kemudian mereka berdua akan bertengkar dan mulai saling membunuh dalam permainan selama berbulan-bulan... tentu saja, ini semua dalam permainan. "

Shino juga bisa memahami mengapa hal seperti itu terjadi. Namun, Kikuoka hanya melebarkan matanya dan kemudian menggeleng.

"Sepertinya jaksa, pengacara, dan hakim harus memiliki pengalaman dive ke VRMMO. Tidak- sudah waktunya kita menetapkan beberapa undang-undang yang berhubungan dengan mereka... hmm, tapi itu bukan apa yang kita perlu khawatirkan. Err... sampai mana kita tadi?"

Dia melirik tablet Vandroidnya dan kemudian menganggukkan kepalanya.

"Itu benar, kita berbicara tentang bagaimana mereka memilih 3 orang itu sebagai target. Namun tidak seperti- dua pembunuhan terakhir, ada masalah besar dengan pelaksanaan rencananya di final BoB. Seperti «Death Gun» yang berada di dalam permainan dan orang luar yang di luar permainan tidak bisa menghubungi satu sama lain, akan sulit bagi kedua belah pihak untuk menembak pada saat yang sama. Akhirnya, masalah ini hampir tidak diselesaikan dengan siaran televisi langsung dari luar permainan, tapi..."

"Itu sulit dilakukan, kan? Dan juga pergerakannya."

Kirito yang merasa terganggu dengan ini memasang ekspresi cemberut di wajahnya dan melanjutkan,

"Aku memikirkan ini dan berpikir bahwa hanya ada 2 Death Gun..."

"Aku mengerti. Mereka tampaknya telah memilih 3 orang itu yang dekat dengan rumah mereka... seperti bagaimana Pale Rider tinggal di Omori, Ota, dan Garret tinggal di Kawasaki, Musashi Kosugi, yang tidak terlalu jauh. Namun Bunkyo, Yushima wilayah Asada-san tinggal agak jauh. Juga, Kyouji, yang selalu ingin menjadi Death Gun, bersikeras untuk menjadi pembunuh di dunia nyata. Shoichi memiliki motor, tetapi Kyouji tidak memiliki SIM -jadi Shoichi mengundang rekan baru ke dalam rencana. Ya... nama orang itu disebut Kanemoto Atsushi, umurnya 19 tahun sekarang, seorang kenalan lama Shoichi-atau lebih tepatnya..."

Kikuoka melirik Kirito.

"Mitranya dalam guild selama SAO. Nama karakternya adalah... «Johnny Black» kau pernah mendengarnya kan?"

"Ya."

Kirito menunduk dan mengangguk kepalanya.

"Dia adalah rekan XaXa di «Laughin Coffin», pemain yang menggunakan belati beracun. Pada saat itu, mereka berdua menyerang beberapa pemain dan membunuh mereka ... sialan ... jika aku tahu... Aku harus..."

Sebelum ia bisa mengatakan itu, Shino dengan cepat menggerakkan tangan kanannya keluar untuk meraih tangan kiri Kirito. Pada saat yang sama, ia menatap mata Kirito dan perlahan-lahan menggelengkan kepalanya.

Kirito segera tahu apa maksudnya.

Kirito segera tampak seperti bayi yang sedang menangis dan tersenyum, menunjukkan bahwa ia tahu, tapi ekspresinya segera menghilang dan menjadi wajah pokernya seperti biasanya. Pada saat ini, Shino memindahkan jari-jarinya menjauh dari tangan dingin itu dan berbalik ke depan. Kikuoka, yang telah menatap mereka dari sisi yang berlawanan, melanjutkan dengan penjelasannya.

"... Disini tidak disebutkan apakah Johnny Black- yang juga dikenal sebagai Kanemoto-terlibat dalam rencana ini dalam kesaksian Shoichi. Untuk Shoichi, Kanemoto tampaknya menjadi orang yang benar-benar sulit untuk memahami..."

"Kenapa kau tidak bertanya pada Kanemoto?"

Jawaban Kirito sesederhana seperti biasanya, namun Kikuoka menggeleng.

"Kami belum menangkapnya."

"Eh..."

"Shinkawa Kyouji ditangkap di apartemen Asada-san, dan 40 menit kemudian, saudaranya Shoichi ditangkap di rumahnya sendiri. Kemudian, polisi mengikuti kesaksian Shoichi dan tiba di apartemen di mana Ota Kanemoto berada, tetapi tidak ada orang di dalam apartemennya. Apartemen itu masih dalam pengawasan, tapi masih belum ada berita bahwa mereka telah menangkap Kanemoto."

"... Bisakah kita mengkonfirmasi bahwa dialah yang membunuh «Pale Rider» dan «Garret» di final?"

"Aku kira dia pelakunya. Shoichi tidak menyebutkan bahwa ia menyerahkan jarum suntik obat yang sama kepadanya dan Kyouji. Kami tidak menemukan senjata, tapi kami menemukan rambut yang cocok dengan DNA Kanemoto di rumah-rumah korban."

"Jarum suntik..."

Shino tidak dapat menahan perasaan dingin yang merasuk dalam dirinya setelah memikirkan benda yang membuatnya ingat tentang istilah ini yang akan mengingatkannya pada nama obat itu. Suara Kyouji 'ini adalah Death Gun yang nyata' ketika ia menempatkan jarum suntik di lehernya, itu terus menggema di pikirannya.

Kirito tampaknya memiliki pikiran yang sama seperti Shino saat dia melihat dan berkata,

"Apakah penggunaan obat selesai setelah membunuh dua target lainnya?"

Tapi Kikuoka menggeleng untuk menyangkalnya.

"Tidak .. jarum suntik kecil succinylcholine akan cukup fatal, tapi untuk keamanan tambahan, Shoichi memberinya tiga jarum suntik obat, sehingga ida mungkin masih memiliki satu yang tersisa. Itu sebabnya polisi bersikeras melindungimu mulai Senin pagi, terutama Asada-san yang masih mungkin dalam bahaya."

"... Kau mengatakan bahwa Johnny Black dapat terus menyakiti Sinon...?"

"Tidak, itu hanya untuk pencegahan tambahan. Polisi merasa bahwa itu tidak perlu terlalu ketat. Karena image Death Gun telah runtuh, tidak akan ada manfaat apapun untuk menyerang Asada-san. Selain itu, Kanemoto dan Asada-san tidak punya alasan untuk menyakiti satu sama lain atau dendam pribadi. Saat ini, kamera jaringan identifikasi otomatis di pusat Tokyo telah memulai uji coba, jadi aku kira dia tidak akan bisa lari lebih lama lagi. "

"Apa itu...?"

"Ini biasa disebut sistem S2. Komputer secara otomatis akan menganalisa wajah dari semua orang yang terlihat di kamera dan kemudian mencari buronan... baik, rinciannya juga termasuk."

"Itu benar-benar menakjubkan."

Kirito mengerutkan kening sambil meneguk kopi.

"Aku memiliki perasaan yang sama juga. Ngomong-ngomong, aku pikir itu hanya masalah waktu sebelum Kanemoto ditangkap. Mari kita kembali ke masalah dan meringkas ini..."

Jari Kikuoka berpindah ke tablet Vandroid nya, dan kemudian mengangkat bahu, mengangkat kepalanya dan berkata,

"Kamu harusnya lebih akrab dengan yang lain daripada yang aku lakukan. Shinkawa Kyouji segera datang ke rumah Asada-san untuk menyerang setelah turnamen berakhir, tapi untungnya, dia ditangkap tanpa dapat mennyelesaikan tujuannya. Shinkawa Shoichi kemudian ditangkap berikutnya, dan Kanamoto Atsushi sedang menjadi buron. Kakaknya sedang diinterogasi di cabang Fuji. Maaf untuk menghabiskan waktu yang lama... tapi laporanku berakhir di sini. Itu semua informasi yang aku miliki sekarang... apakah kamu memiliki pertanyaan?"

"Yah..."

Dia merasa bahwa ini mungkin menjadi pertanyaan yang tidak bisa dijawab, tapi Shino tidak bisa menahan diri untuk bertanya,

"Shinkawa-kun... Kyouji, apa yang akan terjadi padanya mulai sekarang...?"

"Mu..."

Kikuoka mendorong kacamatanya dengan jari-jarinya dan bingung.

"Shoichi saat ini berumur 19 tahun, dan Kyouji berumur 16 tahun, sehingga mereka akan diadili berdasarkan hukum remaja... tapi kasus ini adalah kasus besar yang melibatkan 4 nyawa, sehingga pengadilan anak-anak mungkin akan mengirim kasus ini kembali ke jaksa. Juga, mereka mungkin membutuhkan evaluasi psikiatri. Meskipun kita harus menunggu untuk mengakhirinya ... tapi melihat tindakan mereka, aku pikir ada kemungkinan besar bahwa mereka akan dikirim ke penjara untuk remaja. Itu karena keduanya telah kehilangan rasa realitas mereka..."

"Tidak... Aku tidak berpikir mereka kehilangan rasa realitasnya."

Setelah mendengar Shino bergumam, Kikuoka berkedip dan menginstruksikan dengan matanya untuk melanjutkan.

"Aku tidak benar-benar memahami kakaknya... tapi Kyouji... untuk Kyouji, Gun Gale online adalah dunia nyata baginya, karena itulah ia memutuskan-"

Dia mengangkat tangan kanannya, jarinya menunjuk lurus, dan kemudian di turunkan lagi.

"Untuk meninggalkan segala sesuatu di dunia ini dan menuju ke dunia yang disebut GGO. Mungkin orang-orang di dunia ini... akan merasa bahwa ia hanya melarikan diri, tapi..."

Shinkawa Kyouji adalah salah satu orang yang ingin membunuh Shino. Rasa takut dan putus asa yang ia berikan pada Shino tidak terukur jumlahnya. Tapi meskipun demikian, Shino masih belum bisa marah kepadanya dan merasa enggan. Ini perasaan menyakitkan yang menyebabkan Shino untuk terus berbicara,

"Tapi aku berpikir game online tidak hanya menjadi permainan untuk melakukan hal yang ingin kita lakukan dan waktu yang telah dihabiskan di tingkat tertentu. Pengalaman produktif dan uang untuk menjadi lebih kuat benar-benar suatu hal yang merepotkan dan sulit. Tentu saja, itu bagus untuk bermain dengan teman sesekali... tapi ada banyak tekanan jika mereka terus bermain seperti sedang bekerja hanya untuk menjadi yang terkuat, seperti apa Kyouji lakukan."

"Stres... disebabkan oleh bermain game? Tapi... bukankah itu kebalikan dari tujuannya?"

Kikuoka berbicara dengan kaget, dan Shino mengangguk padanya dan melanjutkan.

"Ya. Kyouji... mengganti dunia ini dengan dunia itu."

"Tapi... kenapa? Kenapa dia begitu rela mengorbankan begitu banyak untuk mendapatkan gelar ini, disebut sebagai yang terkuat...? "

"Aku tidak terlalu yakin tentang hal itu... Aku hanya ingin mengatakan itu sebelumnya, bagiku, dunia ini dan dengan dunia virtual semua terhubung... Kirito, tahukah kau mengapa demikian?"

Shino melihat ke kanan, dan melihat Kirito menyandarkan punggungnya di kursi, menutup matanya dan berpikir. Segera, ia membuka mulutnya dan bergumam.

"Karena kau ingin menjadi yang terkuat."

Shino menutup bibirnya, memikirkan kalimat pendek ini, dan kemudian menganggukan kepalanya perlahan.

"... Itu benar. Aku sama seperti yang terakhir kali. Mungkin setiap pemain VRMMO memiliki pemikiran yang sama... hanya mencoba untuk menjadi lebih kuat..."

Shino membalikkan tubuhnya dan menghadap Kikuoka.

"Lalu... kapan aku bisa mengunjungi Kyouji?"

"Yah... mungkin dia akan tetap dalam tahanan setelah kami memeriksanya. Kita harus menunggu sampai dia dikirim ke pusat pengamatan remaja."

"Aku mengerti- aku akan pergi menemuinya. Setelah aku melihat dia, aku ingin mengatakan kepadanya apa yang aku pikirkan sebelumnya... dan apa yang aku pikirkan sekarang."

Tidak peduli bagaimana akhirnya, tak peduli betapa dia tidak mau mendengarkannya, Shino merasa bahwa dia harus melakukan hal ini. Kali ini, Kikuoka akhirnya menunjukkan wajah seperti senyum dengan sepenuh hati.

"Kau benar-benar orang yang kuat. Ya, silakan lakukan. Aku akan membuat janji dengan manajemennya nanti dan mengirim email kepadamu."

Dia kemudian melihat jam di pergelangan tangan kirinya dan berkata,

"Maaf- sudah waktunya aku pergi. Aku tidak mempunyai banyak waktu luang, aku harus menangani banyak hal."

"Tentu. Maaf mengganggumu."

Shino juga mengucapkan terima kasih setelah Kirito.

"Yah... terima kasih."

"Tidak perlu begitu baik. Ini adalah keteledoranku yang menyebabkan kalian berdua berada dalam bahaya, jadi aku semestinya melakukan hal ini. Aku akan memberitahumu jika aku mendapatkan beberapa informasi baru."

Kikuoka menempatkan tablet Vandroid-nya ke dalam tas kantor di sampingnya dan berdiri dari kursinya. Tepat ketika ia akan meraih tagihan di meja-tiba-tiba dia berhenti.

"Oh ya, Kirito-kun..."

"... Apa itu?"

"Ini adalah apa yang kamu ingin dapatkan."

Dia mengambil sepotong kecil kertas dari dalam saku jas ala Barat dan menyerahkannya kepada Kirito.

"Death Gun... tidak, Red-Eyed XaXa- Shinkawa Shoichi, mendengar hal yang kamu tanyakan, dia menjawab tanpa ragu-ragu. Namun, dia meminta kami untuk mengirim pesan kembali kepadamu. Tentu saja, Kamu tidak perlu peduli sama sekali, dan setiap pesan dari tersangka tidak dapat terungkap dalam penyelidikan, sehingga polisi tampaknya telah menolak permintaannya... jadi, apakah kamu ingin mendengarnya?"

Wajah Kirito itu tampak seperti dia hanya minum kopi yang benar-benar pahit, namun ia masih menganggukan kepalanya pada akhirnya.

"Karena kamu membawanya ke sini, aku akan mendengarkan."

"Lalu... Umm..."

Kikuoka mengambil bagian kedua kertas, melihat isinya, dan membaca,

".. ’Ini belum berakhir. Kamu tidak memiliki kekuatan untuk mengakhiri segalanya. Kamu akan segera melihat. Ini waktunya pertunjukan' hanya itu-".

"... Suaranya seperti orang sakit."

Sudah sekitar 10 menit setelah Kikuoka tersenyum sambil melambaikan tangannya dan pergi.

Karena keduanya meninggalkan kafe dan menuju tempat kendaraan diparkir, tiba-tiba Shino menggerutu.

"... Siapa orang itu? Ia menyebut dirinya seorang Pegawai Dalam Negeri Kementerian... tapi entah bagaimana..."

Shino berpikir bahwa dia benar-benar orang yang misterius dan mengatakan hal ini kepada Kirito. Namun, Kirito hanya mengangkat bahu dan menjawab,

"Yah, aku bisa yakin bahwa dia di bawah sektor Manajemen dunia VR. Setidaknya untuk saat ini."

"Saat ini?"

"Pikirkan tentang hal itu. Hal yang terjadi hanya kurang dari 2 hari yang lalu. Tidakkah kamu merasa bahwa dia tahu terlalu banyak tentang apa yang terjadi di dalam kepolisian? Departemen keamanan Jepang tidak akan terlibat dalam departemen masing-masing, sehingga mereka seharusnya tidak bekerja bersama-sama."

"... Apa maksudmu?"

"Dia awalnya mengatakan bahwa ia tidak benar-benar dalam suatu organisasi, seperti polisi atau sesuatu... itu tidak benar-benar mungkin, tapi dia..."

"...?"

"Aku pernah bertemu dia di sini sebelumnya dan mengikutinya ketika dia kembali."

Shino memberikan tampilan percaya saat dia melihat Kirito berjalan di sampingnya. Namun, anak itu tampak seperti tidak ada yang terjadi dan melanjutkan.

"Pada akhirnya, ada 3 sedan besar menunggu di tempat parkir bawah tanah di dekatnya, dan sopir yakin tidak akan terlihat oleh seorangpun seperti seseorang yang ingin main-main dengan rambut pendek dan setelan hitam. Aku mengikuti mereka dengan motorku, tapi mungkin mereka menyadarinya... Kikuoka turun di depan stasiun Ichigaya, dan dia menghilang sementara aku sedang mencari tempat parkir. "

"Ichigaya? Tidak Kasumigaseki? "

"Ya. Kementrian dalam negeri di Kasumigaseki... tapi seharusnya di Ichigaya... hanya ada Departemen Pertahanan."

"Dep..."

Shino tidak bisa mengatakan apa-apa lagi dan hanya bisa terus berkedip.

"Ini berarti bahwa... dia dari Self Defence Force?"

"Jadi aku katakan itu tidak benar-benar mungkin. Hubungan polisi dengan kementerian pertahanan seharusnya lebih buruk dari pada dengan kementrian dalam negeri."

Kirito mengangkat bahu sedikit. Pada saat ini, Shino akhirnya memikirkan sesuatu.

"Ah... omong-omong, Kikuoka-san mengenakan... Aku kira, kacamata dengan lensa yang sangat kecil atau mungkin tidak ada, karena lensanya tidak benar-benar memantulkan cahaya."

"Berarkah begitu? Aku paham."

Shino melihat anak laki-laki yang tampaknya mengerti dan kemudian berkata,

"Tapi... bahkan jika orang itu memiliki beberapa hubungan dengan kementerian pertahanan, mengapa dia harus menyelidiki VRMMO? Seharusnya keduanya tidak berhubungan sama sekali, iya kan?"

"Yah... Aku mendengar bahwa mereka ingin menggunakan teknologi FullDive untuk melatih tentara, bahkan bersama dengan tentara Amerika Serikat."

"Ap, apa?"

Kali ini, Shino yang kaget dan berhenti. Kirito kemudian berhenti dan menjabat tangan kanannya.

"Seperti misalnya... hm... bisa kita berbicara tentang senjata?"

"Y, ya... tidak apa-apa jika itu hanya mendengarkan."

"Baik. Sebagai contoh, jika aku memberi kamu senapan sniper yang nyata, dapatkah kamu mereloadnya hingga ditembakkan?"

"..."

Shino ingat bagaimana dia menembak kaleng dengan senapan Model Government beberapa jam yang lalu dan menganggukkan kepalanya.

"Aku rasa begitu... jika itu hanya menembak. Tapi di dunia nyata, aku tidak tahu bagaimana untuk menurunkan ketakutan itu, jadi aku tidak mungkin bisa mencapai target."

"Tapi aku bahkan tidak tahu bagaimana untuk mereload peluru. Jika kita dapat melatih senjata dan belajar pengoperasian dasarnya di dunia maya, kita mungkin dapat menyimpan banyak amunisi dan bahan bakar."

"Be... benarkah...?"

Shino tidak bisa menahannya dan melihat tangan kanannya. Skala yang Kirito bicarakan itu terlalu besar, dan benar-benar sulit untuk membayangkan situasi seperti itu.

"Tentu saja, ini hanya kemungkinannya. Hanya tahun ini saja, kita tidak tahu untuk berapa banyak keperluan teknologi FullDive yang dapat dimanfaatkan, sehingga tidak akan aneh untuk melihat hal baru yang terjadi di masa depan. Jadi- sebaiknya lebih berhati-hati dengan orang itu."

Setelah mengatakannya dengan santai, Kirito berjalan ke kendaraan dan melepas kunci pada roda belakang. Saat ia menyerahkan helm ke Shino, Ia mengatakan sesuatu dengan sikap ragu yang sepertinya langka baginya,

"Yah..."

"...? Apa itu?"

"... Sinon, apakah kamu memiliki beberapa waktu setelah ini...?"

"Aku tidak melakukan apa-apa setelah ini. Mungkin aku tidak akan mau untuk login ke GGO untuk sementara waktu."

"Aku mengerti- maaf, aku punya sesuatu yang ingin kuminta kepadamu untuk membantuku..."

"Apa itu?"

"Gambar di gua selama final BoB yang dilihat oleh orang-orang... mantan pemain SAO- teman-teman ku. Dan mereka tahu bahwa aku adalah «Kirito»... baik... jika kamu dapat membantuku menjelaskan kepada teman-temanku bahwa kita tidak memiliki hubungan apapun, aku akan benar-benar bahagia."

"Heh...?"

Shino mulai merasa bahwa itu menarik dan memberi senyum. Meskipun ia merasa sangat malu dengan hal itu, setelah mendengar anak ini mengatakan bahwa dia peduli tentang dugaan dirinya memiliki hubungan dengannya, dia berpikir 'sekarang apa yang akan kamu lakukan?'. "Tapi bahkan jika mereka teman-teman lamamu, itu menakjubkan bahwa mereka bisa mengenalimu dari namamu."

"Ya... mereka mengetahui keterampilan pedangku."

"Baik, aku mengerti -tidak apa-apa untuk membantumu, tetapi kau berutang satu padaku. Kamu harus mentraktirku kue kapan-kapan."

Setelah mendengar dia berbicara seperti itu, Kirito memberikan wajah malu dan berkata,

"Apakah... kita akan kembali ke toko sebelumnya lagi...?"

"Aku tidak akan melakukan hal kejam seperti itu."

"Itu bagus. Lalu... sekarang ikut aku ke Ochinomizu sebentar. Ini tidak akan menghabiskan banyak waktu."

"Apa, bukankah itu tepat di samping Yushima? Itu dalam perjalanan pulang."

Dia menerima helm dan meletakkannya di kepalanya. Setelah Kirito memasangkan itu untuknya, Shino berpikir 'Aku harus belajar bagaimana untuk mengenakan helm di GGO untuk menyelamatkan diri dari kesulitan'.


Setelah melewati Ginza ke Showa dan bergerak ke utara untuk sementara waktu, mereka tiba di tempat renovasi di sisi timur stasiun Akihabara. Mereka melewati gedung pencakar langit yang tampak keperakan di sisi jalan-jalan dan masuk Gurokken dekat Okachimachi. Lingkungan yang memiliki suasana seperti kota tua.

Kendaraan itu berbalik ke gang-gang seperti banteng tua yang menyeret gerobak, dan mereka akhirnya berhenti di sebuah toko kecil.

Shino turun dari kursinya, melepas helm dan mendongak. Bangunan kayu hitam bersinar memberikan perasaan sejuk, dan hanya papan logam yang dibentuk oleh dua dadu di pintu menerangkan dan segera menyadari bahwa itu adalah sebuah kafe. Melihat ke bawah, kata-kata «Dicey Cafe» yang diukir, yang seharusnya itu nama tokonya. Sebuah tanda tergantung di pintu sedingin es itu membalik ke sisi «Tutup».

"... Di sini?"

"Ya."

Kirito mengangguk dan mengambil kunci kendaraannya sebelum mendorong pintu tanpa ragu-ragu. Tempo lambat musik jazz menemani 'Clink' sebagai nada pintu dibuka.

Shino memasuki toko itu dan menghirup aroma kopi yang menarik. Di bawah lampu oranye, papan kayu pun terlihat bersinar juga. Seluruh ruangan terlihat kecil, tapi memiliki kehangatan yang tak bisa diungkapkan. Hal ini membuat bahu tegang Shino menjadi rileks dan santai.

"Selamat datang ..."

Setelah memasuki toko Shino melihat sekeliling, dirinya melihat seorang pria besar dengan kulit berwarna kecoklatan berdiri di belakang bar. Seperti wajah seorang veteran tua yang tampak menakutkan, tapi kemeja putih dan dasi kupu-kupu kecil dengan simpul kupu di kerah nya memberikan perasaan yang lucu.

Sudah ada dua pelanggan yang berada di toko. Di kursi bulat di depan bar counter, ada dua gadis mengenakan seragam sekolah. Shino menyadari bahwa seragam mereka memiliki corak yang sama dengan seragam Kirito.

"Kau terlambat!"

Salah satunya, seorang gadis dengan rambut panjang keriting sebahu melompat dari kursi bulat dan berseru untuk Kirito.

"Maaf, maaf, Kikuoka berbicara terlalu banyak."

"Aku makan 2 pai apel sambil menunggumu. Kirito! Ini akan menjadi kesalahanmu jika aku tumbuh gemuk! "

"Kenapa, mengapa itu kesalahanku...?"

Gadis lain dengan rambut lurus sedikit kecokelatan, terberai lurus sampai ke tengah punggungnya, hanya tertawa saat ia mendengar percakapan mereka di awal, tetapi segera setelah itu, dia turun dari bangku dan terganggu dengan nada yang tampaknya ingin ia gunakan saat ini.

"Cepat dan perkenalkan kepada kami, Kirito-kun."

"Ah... kau benar."

Setelah Kirito menyenggol punggungnya, Shino tiba di tengah-tengah toko. Dia berusaha untuk menekan rasa takutnya saat bertemu seseorang untuk pertama kalinya dan memberi salam pada mereka.

"Ini adalah pemenang ke-3 dari Gun Gale Online, Sinon, nama aslinya, Asada Shino."

"Ja, jangan katakan itu."

Shino memprotes sedikit setelah mendengar perkataan tak terduga dari Kirito, namun Kirito hanya tertawa dan melanjutkan. Ia menunjuk pada gadis energik yang mengomelinya dan berkata, "Ini adalah blacksmith yang curang, Lisbeth, nama sebenarnya adalah Shinozaki Rika."

"Kau sialan..."

Gadis bernama Rika segera memberi tampilan yang buruk dan menyerang Kirito. Ia berkelit dan mengangkat tangan kirinya ke arah gadis lain.

"Dan ini adalah master healer, Asuna, nama aslinya Yuuki Asuna."

"It, itu terlalu berlebihan!"

Asuna protes, tapi wajahnya masih tersenyum. Dia kemudian menatap Shino dengan mata yang bersih dan indah dan kemudian mengangguk padanya.

"Dan itu..."

Kirito akhirnya menunjuk penjaga toko di dalam bar.

"Itu Iron Wall, Agil."

"Oi oi, aku kenapa aku dipanggil Iron Wall? Ibuku memberiku nama yang bagus, kan?"

Hal yang mengejutkan adalah bahkan penjaga toko di sini adalah pemain VRMMO. Raksasa itu tertawa dan meletakkan tangan kanannya di dada kokohnya dan berkata,

"Halo. Aku dipanggil Andrew Gilbert Mills. Aku berharap kita bisa berteman."

Apa yang dia katakan itu semua dalam bahasa Jepang fasih kecuali namanya yang dalam bahasa Inggris, Shino hanya dapat berkedip beberapa kali dan buru-buru menundukkan kepalanya untuk menyambutnya.

"Mari kita duduk dan bicara lebih dulu."

Ada dua meja dengan 4 kursi pada masing masing mejanya berada di dalam toko. Kirito berjalan menuju salah satu nya dan menarik kursi keluar. Setelah menunggu Shino, Asuna dan Rika untuk duduk, ia menjentikkan jari kepada penjaga toko.

"Agil, aku ingin ginger ale. Apa yang kamu inginkan, Sinon?"

"Ah... sama."

"Ginger ale di sini benar-benar pedas."

Kirito tertawa dan berkata 'dua gelas' menuju meja, dan kemudian menangkupkan tangannya di atas meja.

"Lalu, aku akan menjelaskan kepada Lisbeth dan Asuna apa yang terjadi akhir pekan lalu."


Meskipun Kirito dan Shino telah menyusun apa yang terjadi selama final BoB dengan apa yang Kikuoka katakan, itu menghabiskan lebih dari 10 menit untuk menjelaskan semuanya kepada mereka.

"Jadi- hal ini belum disebarkan pada media, nama asli dan informasi rincinya tidak boleh diungkapkan, tapi itulah dasarnya."

Setelah menyimpulkan hal ini, Kirito tampak agak lelah saat ia meletakkan tubuhnya yang lelah di kursi dan selesai menghabiskan cangkir kedua ginger ale. "... Kau, untuk beberapa alasan... Kamu benar-benar masuk ke dalam banyak masalah."

Rika menggelengkan kepala dan mendesah saat ia berkomentar. Namun, Kirito menunduk dan menggeleng.

"Tidak... Yah, aku tidak bisa benar-benar mengatakan ini. Kejadian ini memang melibatkanku setelah ini semua."

"... Begitukah -ahhh, aku tahu aku seharusnya berada di sana. Aku punya banyak sekali hal yang ingin aku katakan pada Death Gun."

"Orang itu tidak hanya satu-satunya yang masih memiliki jiwa sebagai SAO player. Ada banyak orang yang hampir seperti mereka."

Pada saat ini, Asuna tersenyum untuk mengusir suasana murung.

"Tapi aku merasa bahwa banyak jiwa yang diselamatkan, seperti aku. Tentu saja, tidak berarti bahwa aku setuju dengan SAO... tindakan pemimpin guild itu... karenanya lah banyak orang meninggal... Tetapi meskipun demikian, aku tidak akan menyangkal dua tahun aku hidup di situ, dan aku tidak akan menyesalinya sama sekali."

"Ahh... kau benar. Selama pertempuran terakhir dengan Death Gun, jika bukan karena Asuna yang memegang tanganku, aku tidak akan dapat melangkah. Aku kira... itu karena dua tahun di SAO... kehangatan tanganmu mencapaiku..."

Tentu saja, Shino tidak bisa memahami apa yang dimaksud Kirito. Anak itu terlihat tampak bingung dan tersenyum dengan cara yang malu sebelum menjelaskan.

"Bukankah aku mengatakan bahwa aku dive dari rumah sakit di Ochinomizu pada malam final? Aku tidak pernah mengatakan kepada siapa pun tentang tempat itu, dan Asuna telah tersiksa dan menginterogasi Kikuoka sebelum ia mengatakan itu."

"K, kamu tidak harus mengatakannya!"

Setelah Asuna mengatakannya, ia mengisap pipinya dengan marah. Kemudian, Kirito tersenyum nakal dan berkata,

"Dan kemudian, ia dive dari toko ini, tapi setelah mengetahui lokasinya, ia bergegas ke rumah sakit di mana aku berada. Pada saat itu... aku sedang bertarung melawan Death Gun, dan ia meraih tanganku erat-erat. Dan luar biasa... aku merasakan kehangatan Asuna pada saat itu. Berkat dia aku menarik pistol FiveSeven yang sudah kulupakan itu."

"... Aku mengerti..."

Shino mengangguk diam-diam. Meskipun ia berpikir apakah mereka berdua berpacaran, dia segera memikirkan hal lain. Untungnya, Kirito tidak melihat ini situasi abnormal dan perlahan-lahan terus.

"Tapi itu tidak semua. Setelah turnamen berakhir, aku log out, dan Asuna mengatakan kepadaku... bahwa log nama «Sterben» Death Gun sebenarnya bahasa Jerman, dan seharusnya dibaca seperti itu. Artinya «Kematian». Tapi nama ini hanya dokter dan perawat yang menggunakannya di Jepang, dan lalu... aku ingat bahwa kamu mengatakan kepadaku bahwa kamu memiliki seorang teman anak seorang dokter, dan kau akan memanggilnya ke rumahmu, jadi aku punya firasat buruk. Setelah aku berpikir akan terlalu terlambat jika memanggil polisi, aku mengendarai motorku ke Yushima... tapi aku tidak benar-benar membantumu..."

Kata-kata ini mengguncang Shino dalam diam tentunya.

"... Sterben. Tidak Steven... "

Dia bergumam, memejamkan mata, berpikir dan berkata,

"... Istilah Rumah Sakit, itu berarti kematian... kenapa dia memilih nama seperti itu...?"

"Mungkin dia ingin memberontak terhadap ayahnya yang seorang dokter. Pokoknya- itu bukan hal yang kita bisa pikirkan."

Kirito mendesah. Duduk diagonal berlawanan dengannya, tepat di depan Shino adalah Asuna, yang mengatakan dengan nada optimis,

"Lebih baik untuk tidak berpikir terlalu banyak ke dalam makna dari nama karakter VRMMO. Setelah kamu mengetahui kebenaran tertentu, kamu akan kehilangan lebih banyak lagi. "

Di sampingnya, Rika langsung tertawa dan menjawab,

"Oh ~, seperti yang diharapkan dari seseorang yang menggunakan nama aslinya sebagai nama karakter, itu benar-benar meyakinkan!"

"Hei!"

Asuna segera menyerang dengan siku kanannya, dan Rika pura-pura tampak kesakitan. Shino sengaja tersenyum saat dia melihat interaksi mereka satu sama lain, dan saat ini, Asuna tiba-tiba menatapnya. Mata berwarna teh mengkilap yang bersinar dengan terang, dan Shino merasakan kekuatan dalam kerendahan hati itu.

"Yah... Asada-san..."

"Ap, ada apa?"

"Kata-kata ini mungkin tidak cocok bagiku untuk mengatakannya, tapi... Maafkan aku, karena membiarkanmu melihat hal menakutkan seperti itu."

"Tidak... jangan bilang begitu..."

Shino buru-buru menggelengkan kepala dan mengatakan setiap kata satu per satu.

"Kejadian ini mungkin disebabkan olehku. Karena kepribadianku, gaya bermainku... hal-hal masa laluku dan lainnya. Pokoknya, selama turnamen, aku panik... Untungnya, Kirito membuatku tenang. Nah, apa yang ditayangkan adalah bahwa ia menghibur Sinon..."

Dan kemudian, Kirito melompat dengan segera dan menumpahkankan kata-kata yang keluar dengan cepat.

"It, itu benar. Aku hampir lupa tentang hal yang paling penting. Itu darurat, kita sedang diburu oleh pembunuh dalam situasi itu. Jangan berpikir terlalu banyak ke dalamnya!"

"Baiklah... kalau begitu, kita akan percaya padamu untuk saat ini. Tapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan..."

Rika terus bergumam sambil menatap Kirito, tapi masih bertepuk tangan dan menunjukkan senyum hidupnya.

"Tapi aku senang mengetahui pemain VRMMO perempuan di dunia nyata."

"Itu benar. Aku masih memiliki banyak hal yang aku ingin tanyakan tentang GGO. Bertemanlah denganku, Asada-san."

Asuna tersenyum normal sebelum meregangkan tangan kanannya di atas meja. Setelah melihat tangan putih dan lembut itu.

Shino merasa agak terintimidasi.

Teman. Kata itu merasuki hatinya, ia merasakan kerinduan yang terbakar, tetapi juga rasa sakit yang tajam dalam kecemasan.

'Teman'. Sejak kejadian itu, ia merindukan kata-kata itu berkali-kali, tetapi ia selalu dikhianati berkali-kali, sampai akhirnya ia mengatakan pada hatinya bahwa dia tidak boleh berharap dengan hal tersebut.

Aku ingin berteman dengannya. Untuk memegang tangannya yang penuh kasih- gadis bernama Asuna ini, untuk merangkulnya dalam kehangatan. Aku ingin pergi keluar dan bermain dengannya, untuk berbicara dengannya, untuk melakukan apa yang gadis normal lakukan.

Tetapi dalam situasi itu, itu akan menjadi masalah waktu sebelum dia tahu bahwa Shino pernah membunuh orang sebelumnya, bahwa tangannya berlumuran dengan darah.

Dia takut bahwa Asuna akan memberinya ekspresi kesal. Untuk menyentuh manusia yang bertindak layaknya orang biasa kemungkinan akan menjadi sesuatu yang akan selalu ditolak padanya.

Dia berpikir bahwa ia hanya harus kembali seperti itu, bahwa kata-kata 'berteman dengannya' belaka akan cukup untuk menghangatkan hatinya untuk sementara waktu. Saat ia bersiap-siap untuk meminta maaf-

"Sinon..."

Gumaman kecil membuat Shino goyah karena kesadarannya menyusut. Tubuhnya tersentak, dan dia kemudian menatap Kirito di sampingnya.

Saat mereka saling bertatapan, Kirito menganggukan kepalanya sedikit tapi tegas. Matanya mengatakan kepada Shino bahwa ini akan baik-baik saja. Dengan demikian, Shino membalik matanya kembali ke Asuna seolah-olah dia terhipnotis.

Gadis itu masih tersenyum, dan tangan kanannya masih terlihat di depan untuk Shino.

Lengan Shino terasa berat seperti mendapat sebuah beban. Namun, dia mulai melawan belenggu ini saat dia perlahan-lahan mengangkat lengannya. Dibandingkan dengan mengisolasi dirinya sendiri karena dia tidak ingin meragukan orang lain atau takut dikhianati, dia lebih suka mempercayai orang lain dan dilukai oleh mereka. Itu adalah pertama kalinya Shino berpikir tentang hal ini sejak kejadian itu.

Rasanya seperti tangan Asuna menjauh. Dengan jarak yang semakin menjauh, kepadatan udara meningkat, merasa seperti ada dinding untuk membangkitkan tangan Shino kembali. Namun, jari-jarinya akhirnya menyentuh tangan orang di depannya.

Saat ini, tangan kanan Shino dengan erat menggenggam tangan Asuna.

Kehangatan yang benar-benar tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Kehangatan yang melewatinya mulai bergerak dari ujung jari dan atas lengan, bahu, dan seluruh tubuh sebelum akhirnya mencairkan darah beku Shino.

"Ah..."

Shino sadar dan menghela napas. Untuk berpikir bahwa itu akan mehangatkannya. Dia sudah lama melupakan sesuatu-sentuhan tangan manusia yang dapat menggerakkan jiwanya. Pada saat ini, Shino merasa bahwa ini adalah kenyataan. Dia melepaskan beban yang berasal dari ketakutan yang dimilikinya, bagaimana dia terus lari dari dunia ini, dia akhirnya terikat pada realita yang nyata sekarang.

Lalu, beberapa detik berlalu, tidak, banyak detik...

Pada saat ini, Shino melihat Asuna tersenyum menunjukkan keragu-raguan pada bibirnya. Saat dia secara naluriah berusaha menarik tangannya kembali, Asuna menggenggamnya lebih kuat lagi. Saat ini, Asuna sepertinya sedang merangkai kata-kata di otaknya saat ia perlahan-lahan berkata kepada Shino yang bingung.

"... Yah, Asada-san... Shino-san. Ada alasan lain mengapa kami mengundangmu di sini hari ini. Hal ini mungkin tidak membuatmu nyaman... dan mungkin membuatmu marah. Tapi, kita, kita harus memberitahumu... tidak peduli apa..."

"Alasan...? Aku, marah...?"

Dia tidak memahami situasinya. Tetapi pada saat ini, Kirito, yang duduk di sebelah kiri, berkata dengan suara gugup,

"Sinon, itu, aku harus minta maaf kepadamu terlebih dahulu."

Setelah itu, anak itu menundukkan kepalanya ke bawah menunjukkan permintaan maaf. Kemudian ia menggunakan mata hitam lebarnya yang tengah-tengahnya terdapat poni sedikit panjang dan avatar kekanak-kanakan itu menatap Shino.

“... Aku memberitahu Asuna dan Lisbeth tentang apa yang pernah kamu alami sebelumnya. Itu karena aku membutuhkan bantuan mereka.”

“Eh...?”

Saat Shino mendengar bahwa Kirito memberitahu mereka, ia tak dapat mendengar apa-apa lagi selanjutnya.

—Mereka mengetahui apa yang terjadi di kantor pos? Asuna dan Rika tahu apa yang 5-tahun lalu Shino lakukan?

Saat ini, Shino menggunakan semua kekuatannya untuk melepaskan genggaman Asuna.

Tapi dia tidak berhasil. Gadis putih yang dipanggil Asuna itu memegang tangan kanan Shino 'dengan kekuatan yang tidak ia ketahui.Tapi—Apa yang ia ingin katakan? Apakah ada sesuatu untuk dikatakan kepadaku bahkan setelah ia mengetahui bahwa tanganku pernah berlumuran darah?

"Shino... sebenarnya, aku, dan Lisbeth, Kirito- semua mengambil cuti pada hari Senin dari sekolah, dan pergi ke kota..."

"-!!"

Selama beberapa detik, dia tidak bisa mengerti apa yang dimaksud Asuna.

Bibir tipis dan mengkilap milik gadis itu menyebutkan sebuah lokasi. Dan kota itu adalah tempat tinggal Shino hingga dia lulus dari sekolah menengah, tempat di mana insiden itu terjadi, tempat di mana dia benar-benar ingin melupakannya dan tidak ingin kembali.

Kenapa, kenapa, kenapa?

Shino hanya mempunyai pertanyaan ini di kepalanya. Akhirnya, ia bertanya,

"Kenapa... kamu melakukan hal seperti itu...?"

Dia terus menggeleng dan tergerak untuk bangkit saat ia buru-buru mencoba untuk melarikan diri dari sini.

Tapi sesaat sebelum Shino berdiri, tangan Kirito menepuk bahu kirinya dan menahannya.

“Itu karena kamu belum pernah bertemu dengan orang yang seharusnya kau temui, Sinon... dan kau belum mendengarkan hal yang seharusnya kau dengar. Aku berpikir bahwa kamu akan terluka... tapi aku, aku tidak bisa duduk dan membiarkan ini terjadi. Jadi aku menggunakan database pers untuk menyelidiki insiden itu... Aku berpikir bahwa itu tidak akan jelas untuk mengatakannya di telepon, jadi aku pergi ke kantor pos di mana insiden itu terjadi, dan meminta mereka untuk memberitahu aku bagaimana untuk menghubungi orang itu."

“Orang... yang harus aku temui...? Kata-kata yang harus kudengarkan...?”

Shino hanya bisa mengulangi kata-kata itu, dan duduk di sampingnya, Rika memberikan Kirito sebuah tatapan, berdiri dan pergi ke dalam toko. Melewati pintu dengan Tanda PRIVATE di depannya, seseorang muncul.

Itu adalah wanita berusia tiga puluhan. Dia mempunyai rambut sepanjang bahu. Dia juga mengenakan pakaian seperti orang yang sudah tua. Dia lebih seperti seorang ibu rumah tangga daripada seorang wanita kantor.

Dan kemudian, hal ini membuktikan bahwa kesan Shino benar. Seorang gadis kecil yang tampaknya masih belum masuk sekolah dasar, datang berlari keluar. Mereka tampak benar-benar mirip, dan mereka mungkin ibu dan anak.

Tetapi bahkan setelah melihat dua orang itu, Shino hanya merasa bingung. Dia tidak tahu siapa pasangan ibu ini dan anak itu. Dia belum pernah bertemu mereka sebelumnya di kota kelahirannya, apalagi Tokyo.

Saat wanita itu melihat Shino berdiri di sana dengan cara yang bingung, dia tampak sedih namun bahagia untuk beberapa alasan, dan kemudian membungkuk dalam-dalam di depan Shino. Gadis di sampingnya membungkuk juga.

Setelah beberapa waktu, Rika mendorong mereka untuk pindah ke meja di depan Shino. Asuna bangkit untuk membiarkan wanita itu duduk di depan Shino, dan gadis kecil duduk di samping ibunya. Saat ini, pemilik toko berjalan keluar diam-diam dari bar, melayani secangkir café au lait menaruhnya di depan ibu dan menaruh susu telur “JOYA” cuma seribu harganya di depan gadis itu sebelum menuju ke belakang.

Bahkan pada jarak dekat, Shino masih tidak tahu siapa mereka. Mengapa Kirito mengatakan bahwa wanita ini harus menjadi seseorang yang 'aku harus temui'? Apakah ada yang salah atau sesuatu ...?

- Tidak

Tidak, rasanya seperti... jauh di bagian tertentu dari ingatannya, percikan tiba-tiba dibuat. Dia tidak mengenal mereka, jadi mengapa-

Pada saat ini, wanita itu lagi-lagi membungkuk dalam-dalam di depan Shino dan mengatakan namanya dengan suara yang sedikit gemetar.

"Senang bertemu Anda. Anda harusnya Asada... Shino-san, kan? Nama saya Oosawa Sachie. Gadis ini bernama Mizue, dan dia berumur empat tahun."

Seperti yang diharapkan, ia tidak punya ingatan tentang kedua nama itu sama sekali. Omong-omong, Shino sendiri tidak akan memiliki hubungan dengan ibu dan anak kecil ini, tapi ingatannya terus sakit.

Shino bahkan tidak bisa menyapa mereka sambil melebarkan matanya saat duduk di kursi. Ibu yang bernama Sachie ini mengambil napas dalam-dalam dan berkata dengan suara yang jelas,

"... Aku pindah ke Tokyo setelah melahirkan anak ini. Di masa lalu, saya bekerja di kota... dan lokasi di mana saya bekerja adalah..."

Saat dia mendengar beberapa kata berikutnya, Shino mengerti segalanya.

"... Kantor Pos di Third Street."

"Ah..."

Shino mengeluarkan suara lembut dari mulutnya. Kantor pos kecil di mana insiden itu terjadi. Lima tahun lalu, Shino dan ibunya pergi ke sana, dan dia memiliki insiden yang menyebabkan perubahan terbesar dalam hidupnya.

Penjahat dengan pistol membunuh orang di jendela, dan kemudian tampak seperti dia tidak tahu apakah akan menembak dua pekerja perempuan di counter atau ibu Shino. Namun, Shino kehilangan kendali dirinya dan melesat ke pria itu, menyambar pistol -dan menarik pelatuknya.

Itu benar... ibu bernama Sachie ini tidak diragukan lagi salah satu pekerja perempuan yang ditemuinya di kantor pos.

Dengan kata lain... Kirito sengaja pergi dengan Asuna dan Rika ke kantor pos, mendapat alamat dari pekerja perempuan yang mengundurkan diri dan pindah ke Tokyo, dan setelah membangun kontak dengan dia, mengundangnya untuk datang menemui Shino .

Shino sekarang mengerti tentang apa yang terjadi, tapi masih ada pertanyaan besar dalam dirinya.

Kenapa? Mengapa Kirito melakukan hal seperti itu bahkan ia harus mengambil cuti?

"... Maafkan saya, saya benar-benar minta maaf, Shino-san."

Sachie, yang duduk di depan Shino, terharu saat ia berbicara.

Shino tidak mengerti mengapa dia meminta maaf sama sekali dan hanya bisa tetap di tempat duduknya dengan pikiran kosong. Dan lawan bicaranya melanjutkan dengan suara gemetar.

"Saya benar-benar minta maaf. Saya... seharusnya bertemu anda sebelumnya... tapi saya benar-benar ingin melupakan insiden itu... Jadi saya pindah ke Tokyo dengan menggunakan alasan bahwa suami saya telah dipindah tugaskan ke Tokyo... Saya bisa mengerti dan memahami bahwa anda merasa benar-benar sakit... Tapi saya malahan tidak berterima kasih atau bahkan meminta maaf kepada anda..."

Air mata di matanya mengalir keluar lalu mengalir di wajahnya. Gadis -yang rambutnya dikepang di sampingnya -Mizue tersebut tampaknya khawatir pada ibunya sendiri saat dia mendongak. Sachie diam-diam menepuk kepala gadis itu.

"... Selama insiden itu. Ga, gadis ini masih di perutku. Jadi Shino-san, Anda tidak hanya menyelamatkan saya waktu itu... Anda menyelamatkan anak ini juga. Benar-benar... benar-benar, terima kasih banyak, terima kasih banyak..."

"... Saya menyelamatkan nyawa Anda...?"

Shino hanya mengulangi kata-kata itu.

Dalam kantor pos, Shino, yang hanya berumur 11 tahun, meremas 3 kali pemicu pistol dan mengambil kehidupan seseorang. Itulah yang Shino lakukan, dan itulah yang selalu ia pikirkan. Namun- wanita di depannya dengan jelas mengatakan.

Bahwa dia diselamatkan oleh Shino.

"Sinon."

Di sampingnya, Kirito berkata dengan suara gemetar,

"Sinon, kamu telah menyalahkan diri sendiri selama ini, menghukum diri sendiri. Aku tidak bisa mengatakan bahwa apa yang kau lakukan adalah salah, tapi- kau juga memiliki hak untuk memikirkan orang-orang yang terselamatkan karenamu. Dalam hal ini, kamu akan menemukan bahwa dirimu memiliki hak, untuk memaafkan diri sendiri. Itulah yang... aku ingin katakan kepadamu..."

Kemudian, Kirito tampak seperti tidak tahu apa lagi yang harus ia katakan lagi dan hanya bisa menggigit bibir bawahnya.

Melihat jauh dari anak itu, Shino memandang Sachie lagi. Dia tahu bahwa dia harus mengatakan sesuatu, tapi dia tidak bisa mengatakan apa-apa. Dia bahkan tidak bisa bicara, atau bahkan memikirkan apapun dalam hal ini...

Untuk-melanjutkan.

Pada saat ini, suara langkah kaki ringan terdengar.

Itu gadis 4 tahun bernama Mizue melompat dari kursinya dan berlari mengitari meja untuk mendekati Shino dalam langkah-langkah kecil. Sachie seharusnya menjadi orang yang mengikat rambutnya yang tampak begitu halus dan mulus. Wajahnya yang bulat itu menunjukkan warna pink lucu, dan mata besar nya yang menunjukkan cahaya paling murni dan tidak berdosa di dunia ini.

Mizue seharunya mengenakan seragam TK saat ia memiliki tas kecil di punggungnya. Dia meraih tangannya ke dalam tasnya dan mengambil sesuatu.

Itu adalah kertas gambar yang dilipat menjadi bentuk persegi panjang. Dia membuka kertas itu dengan kikuk dan memberikannya pada Shino.

Gambar yang digambar dengan krayon segera terbaca oleh mata Shino. Di tengah gambar adalah wajah seorang wanita dengan rambut panjang. Wajah tersenyum itu seharusnya milik ibunya- Sachie. Dan gadis dikepang di sisi kanan seharusnya dirinya sendiri. Orang berkacamata di sebelah kiri adalah ayahnya.

Pada bagian atas gambar, ada kata-kata «Shi-no-o-ne-e-san-he» (Untuk Shino onee-san) yang ditulis dalam hiragana, mungkin hanya belajar di sekolah.

Mizue menyerahkan gambar dengan kedua tangan, dan Shino menerimanya dengan kedua tangan juga. Mizue tersenyum dan mengambil napas dalam-dalam.

Tampaknya gadis itu berlatih berkali-kali sebelumnya saat ia mengatakan setiap kata satu per satu dengan suara polos dan lembut.

"Shino onee-san, terima kasih untuk menyelamatkan mama dan Mizue."

Pada saat ini, mata Shino ditutupi-dengan warna pelangi, dan kemudian, itu semua tercampur aduk.

Setelah beberapa saat, ia mendapati dirinya menangis. Sebelum hari ini, dia tidak tahu bahwa kehangatan yang jelas, seperti itu dan air mata yang bisa mencuci noda apapun yang melewatinya.

Shino terus menangis ketika tangannya terus memegang potongan gambar besar.

Sebuah tangan kecil yang begitu lembut agak malu malu kemudian menyambar tangan kanan Shino dengan erat.

Dan apa yang terlihat adalah titik hitam, di mana bubuk mesiu yang tertinggal di tangan kanannya-

Untuk menerima semua masa laluku mungkin akan memerlukan beberapa waktu. Meski begitu, aku mulai menyukai dunia ini sekarang.

Hidupku akan memiliki rasa sakit lebih banyak mulai hari ini dan seterusnya, dan jalan di depanku akan memiliki banyak duri.

Tapi aku percaya bahwa aku bisa terus melewatinya.

Karena tangan kananku yang digenggam dan air mata di wajahku yang begitu hangat.

(END)


Catatan Pengarang[edit]

Saya adalah Kawahara Reki. Terima kasih sudah membaca «Sword Art Online volume 7—Mother's Rosario». (Akan ada banyak yang disebutkan berkaitan dengan isi buku ini. Harap perhatikan!)

Kira-kira sudah 10 tahun lalu ketika saya mulai menulis novel ringan dengan serius. Saya tahu seorang pengarang profesional dan berteman dengannya, dan saya mendiskusikan tulisan saya dengannya sering kali.

Bahkan sekarang, saya masih sangat bersyukur untuk saran-sarannya yang sangat diperlukan, dan dari semuanya itu, yang paling berkesan untuk saya adalah 'bahkan kalaupun itu adalah sebuah novel, ketika menulis mengenai kemalangan seseorang, kamu harus memperhatikan dengan baik mengapa kamu menulisnya'.

Saya sebenarnya punya sebuah kelemahan dalam 'memfokuskan perkembangan cerita dan membiarkan kemungkinannya terjadi di kehidupan nyata' Saya tidak bisa memperbaikinya (atau bisa dikatakan saya mengambil kesempatan mengenai hal itu...) ngomong-ngomong, saya biasanya memberi karakter kemalangan untuk menunjukkan keaslian dan motif mereka. Misalnya, saya tidak pernah menyebutkan detail tentang asal-usul bagaimana Kirito kehilangan orang tua kandungnya dalam sebuah kecelakaan sama sekali. Dengan kata lain, saya menciptakan alasan mengapa Kirito jauh dari orang lain dan mengabaikan 2 karakter, orang tua Kirito, yang terlibat dalam kecelakaan dan secara langsung terbunuh karenanya. (Pemain utama perempuan di kompilasi cerita pendek di volume 2 «Red-nosed Reindeer» juga seperti ini).

Tentu saja, saya tahu kalau saya punya kebiasaan buruk ketika menulis, sehingga saya seakan merasa terbebani ketika memperhalus cerita volume ke-7 untuk dipublikasikan. Meskipun ada tema dari «teknologi dan pengobatan VR», apakah pemain utama di volume ini, Yuuki, harus mati? Mungkinkah ada akhir yang lain? Apakah aku hanya menulis ahir seperti ini untuk menggusarkan emosi pembaca?

Tetapi, saat saya terbebani, saya menemukan bahwa saya hanya dapat menulis cerita seperti itu. Ini mungkin terdengar seperti alasan, tetapi kebiasaan buruk saya adalah 'meremehkan kemalangan karakter'. Meskipun demikian, yang bisa saya lakukan adalah mencoba dan memahami secara mendalam pemikiran karakter dalam penulisan saya yang memiliki kemalangan (termasuk pemain antagonis). Tentu saja, kalau pembaca dapat memikirkan efek macam apa yang bisa dibawa Yuuki 15 tahun ke Asuna dan lainnya, saya akan sangat bersyukur.

Untuk editor Miki-san, yang agak terganggu karena saya mengacaukan perkembangan penulisan setelah Tahun Baru, abec-san yang menggambar karakter ilustrasi besar di volume ini, dan tentu saja, kepada semua pembaca, saya harap kita bisa berjalan terus di 2011! Terima kasih untuk dukungannya!

27 Januari 2011 Kawahara Reki


Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. sebuah pola yang ditempatkan di lensa mata dari instrumen optik, yang digunakan untuk menetapkan skala atau posisi. http://en.wikipedia.org/wiki/Reticle
  2. garis berpotongan tegak lurus seperti bentuk salib untuk membidik
  3. Hecate dapat diartikan sebagai dewi sihir pada kebudayaan Yunani kuno, tetapi Hecate di sini adalah senjata sniper tentara Prancis. http://en.wikipedia.org/wiki/PGM_Hécate_II
  4. alat untuk melacak keberadaan seseorang menggunakan satelit
  5. tanah yang tertutup dengan pohon-pohon kayu dan semak-semak
  6. peluru yang dirancang untuk ditembakkan dari senapan. http://en.wikipedia.org/wiki/Gauge_(bore_diameter), http://en.wikipedia.org/wiki/Shotgun_shell
  7. alat untuk mengurangi jumlah suara yang dihasilkan dari hasil pembakaran internal knalpot dan sejenisnya. http://en.wikipedia.org/wiki/Muffler
  8. sesuatu yang biasa dipasang pada moncong senjata api. http://en.wikipedia.org/wiki/Muzzle_brake
  9. tabung, biasanya logam, yang mana ledakan gas dilepaskan untuk mendorong peluru keluar dengan kecepatan sangat tinggi. http://en.wikipedia.org/wiki/Gun_barrel
  10. senjata yang didesign untuk menembus baju besi atau kendaraan besi, seperti tank
  11. gerakan tangan membentuk tanda salib, biasanya dilakukan oleh orang Katholik
  12. semacam bayangan ilusi yang masih timbul setelah sesuatu terjadi karena efek cahaya yang sangat terang
  13. proses mentransfer informasi menggunakan algoritma yang memungkinkannya terbaca oleh semua orang. http://en.wikipedia.org/wiki/Encryption
  14. yang dimaksud di sini adalah mata Jack-o-Lantern (labu untuk Halloween).
  15. gambar yang diambil oleh pengguna komputer dari layarnya. http://en.wikipedia.org/wiki/Screenshot
  16. semacam pelindung luar untuk peluru dan biasanya terjatuh ketika peluru ditembakkan. http://en.wikipedia.org/wiki/Cartridge_(firearms)
  17. dalam terjemahan Inggrisnya adalah ‘cupped her mouth with her hand’ yang artinya membisikkan sesuatu.
  18. warna antara hijau dan biru. http://en.wikipedia.org/wiki/Aquamarine
  19. sekelompok pemain pembunuh yang terkenal di Sword Art Online (SAO)
  20. guild yang anggotanya membunuh pemain-pemain lain
  21. strategi permainan di mana pemenangnya adalah yang mampu membunuh sebanyak-banyaknya. http://en.wikipedia.org/wiki/Deathmatch
  22. program untuk mengamati kesehatan mental para pemain
  23. Kalimat aslinya adalah "beat about the bush" yang adalah frasa dalam bahasa Inggris yang artinya menyembunyikan sesuatu/ informasi.
  24. rok selutut yang memiliki belahan di tengah, mirip seperti celana. http://en.wikipedia.org/wiki/Culottes
  25. sesuai dengan namanya, ini adalah nama kelompok yang membantu pengembalian korban-korban SAO
  26. ECG kependekan dari electrocardiography, yaitu alat untuk menginterpretasikan aktivitas elektrik jantung dalam suatu jangka waktu. http://en.wikipedia.org/wiki/Electrocardiography
  27. http://www.wisegeek.com/what-is-a-needleless-syringe.htm
  28. biasa digunakan untuk merilekskan otot dan dapat menyebabkan paralisis (kelumpuhan). http://en.wikipedia.org/wiki/Suxamethonium_chloride
  29. terjemahan Inggrisnya adalah ‘mock exam’ yang adalah sebuah kebiasaan di luar negeri yang mengadakan tes sebelum tes sesungguhnya dengan cara yang sama persis seperti aslinya. http://mocktest.org/