Difference between revisions of "Tsukumodo Bahasa Indonesia:Jilid 3 Mimpi"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
m
Line 90: Line 90:
   
 
Andaikan saja saat ini bisa bertahan selamanya—
 
Andaikan saja saat ini bisa bertahan selamanya—
  +
  +
</div>
   
 
<noinclude>
 
<noinclude>

Revision as of 15:38, 11 August 2013

Aku bermimpi buruk.

Mimpi yang sangat mengerikan.

Tetapi, aku tidak bisa mengingat tentang apa mimpi tersebut.

Tetapi, aku ingat betul betapa mengerikannya mimpi itu.

Ini bukan pertama kali aku mengalaminya. Dengan kata lain, aku merasa sudah pernah melihatnya dan sudah berkali-kali pula melupakan mimpi itu. Aku tidak bisa mengingatnya sekeras apapun aku berusaha — mimpi itu hanya meninggalkanku perasaan yang buruk, namun samar.

Perasaan yang tidak enak itu berubah menjadi gumpalan lengket keji yang menusuk-nusuk hatiku.

Untuk memuntahkan semua kegalauan yang mengental bagaikan tar batubara di dalam hatiku, aku mencoba mengingat mimpi itu.

Namun seperti biasa, aku gagal.

Kegalauan itu perlahan-lahan memudar; hingga mimpi itu menghantuiku kembali, memberikanku perasaan yang sama lagi, dan proses ini terus berulang.

Ada apa dengan mimpi itu?

Aku tidak tahu.

Tapi setiap kali aku memimpikannya—setiap kali aku terbangun dari mimpi singkat itu—ada satu hal yang selalu terlintas di benakku :

Syukurlah itu hanya mimpi.



Kami biasa pergi ke restoran cepat saji setiap hari setelah kegiatan klub kami selesai.

Dia pemain, aku manajer.

Dia seniorku, aku juniornya.

Tapi perbandingan-perbandingan itu tidak sesuai untuk menggambarkan hubungan kami. Pernyataan yang paling sesuai adalah—

Dia adalah cowokku, dan aku adalah ceweknya.

Aku yang mengambil inisiatif. Jantungku menggila ketika aku mengajaknya berpacaran; dan hatiku serasa terbang ke angkasa ketika ia menerimanya.

Hidupku terasa sangat berwarna semenjak hari itu.

Aku suka caranya berlari melintasi lapangan.

Aku suka caranya tertawa bersama teman-temannya.

Aku suka caranya menjejali mulutnya dengan makanan.

Aku suka caranya mengelus kepalaku sambil memujiku.

Aku suka caranya menundukkan kepala saat dia mendapat nilai jelek.

Aku suka caranya meneteskan air mata pahit setiap kali ia kalah dalam pertandingan.

Aku suka semua hal tentangnya, dan kupikir aku tidak butuh apapun selain dirinya.

Mungkin ini terdengar gombal, tapi aku benar-benar berpikir seperti itu.

"Mau jalan-jalan bersamaku selama akhir pekan?" ia pernah mengajakku pergi dengan agak malu-malu.

Ini pertama kalinya dia mengajakku pergi bermalam, dan aku tidak terlalu bodoh untuk tidak mengerti apa maksud permintaannya.

Aku juga menyadari bahwa ini pastilah alasan mengapa ia terlihat gelisah sekali pada hari itu. Pasti ia seharian memikirkan cara untuk mengajakku. Tidak, mungkin ia sudah berlatih semalaman suntuk.

Aku jadi merasa dia lucu, meskipun ia adalah seniorku.

Aku juga menyukai sisi ini dari dirinya.

Aku sangat mencintainya dengan sepenuh hatiku.

"Ada apa?"

"Mm, aku hanya berpikir kalau aku sangat beruntung."

"Oh, ayolah."

"Aku berharap saat ini bisa bertahan selamanya."

"Tentu saja! Kau bisa pegang kata-kataku."

"Mm."

Sungguh.

Andaikan saja saat ini bisa bertahan selamanya—


Mundur ke Boneka Kembali ke Halaman Utama Maju ke Putri Tidur