Difference between revisions of "Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid5 Bab6"
Line 185: | Line 185: | ||
===Bagian 3=== |
===Bagian 3=== |
||
+ | |||
+ | "-to... Kamito!" |
||
+ | |||
+ | "Mmmmmhm...." |
||
+ | |||
+ | Kamito membuka matanya dan melihat Fianna yang memandanginya dengan cemas. |
||
+ | |||
+ | "Kamito... Apa kau baik-baik saja?" |
||
+ | |||
+ | "A-Aku pingsang?" |
||
+ | |||
+ | "Mmm, tapi hanya sebentar." |
||
+ | |||
+ | "Ohh..." |
||
+ | |||
+ | Kamito merasa kalau dia sudah pingsan selama beberapa jam, tapi seolah semua itu hanya perasaannya saja. |
||
+ | |||
+ | Reicha, yang berada di sampingnya, melanjutkan pembicaraan dengan nafas berat. |
||
+ | |||
+ | "Aku sudah berhasil menghilangkan '''''Brand of Darkness''''' yang berada di dalam tubuh Kamito." |
||
+ | |||
+ | "... Seriusan?" |
||
+ | |||
+ | "Ya, tapi..." |
||
+ | |||
+ | Wajah Reicha melemas lalu berbisik dengan suara rendah. |
||
+ | |||
+ | "Aku takut roh pedang Kamito-sama... menghilang..." |
||
+ | |||
+ | "..." |
||
+ | |||
+ | Kamito langsung melihat simbol roh yang berada di tangan kanannya. |
||
+ | |||
+ | Simbol yang tadinya bersinar itu, sekarang sama sekali tidak merespon. |
||
+ | |||
+ | "Est..." |
||
+ | |||
+ | "Kamito-sama... Ketika kau pingsan, apa kau melihat sesuatu di pikiranmu?" |
||
+ | |||
+ | "Pikiranku..." |
||
+ | |||
+ | Kamito mengelus pelipisnya yang sakit, dan- |
||
+ | |||
+ | Tiba-tiba dia teringat sesuatu. |
||
+ | |||
+ | Sebuah pedang, jatuh ke dalam kegelapan yang tak terbatas. |
||
+ | |||
+ | Dan menolak keras ketika dia mengulurkan tangannya untuk menggapai Est. |
||
+ | |||
+ | Kemudian, Kamito teringat memori tentang Est. |
||
+ | |||
+ | Kamito teringat memori Est dengan seorang gadis - orang pertama yang membuat kontrak dengannya. |
||
+ | |||
+ | Yang Kamito tidak mengerti, mungkin, kenapa memori itu bisa membuat Est menolaknya. |
||
+ | |||
+ | "Dosa yang tak termaafkan... apa itu?" |
||
+ | |||
+ | ...yang menyebabkan Est terperangkap di dalam kegelapan, adalah dosanya?" |
||
+ | |||
+ | "Ooooooo..." |
||
+ | |||
+ | Lalu, Reicha tiba-tiba lemas dan jatuh ke tanah. |
||
+ | |||
+ | "Kau kenapa!?" |
||
+ | |||
+ | Kamito dengan cepat membantunya. |
||
+ | |||
+ | Tubuh langsing Reicha tergeletak lemas di lengan Kamito. |
||
+ | |||
+ | "Sepertinya kita harus membawamu ke rumah sakit?" |
||
+ | |||
+ | "Y-Ya. Maaf, sepertinya aku sedikit capek..." |
||
+ | |||
+ | "Ritual sirih memang melelahkan, apalagi kemarin Reicha melakukan ritual pernyataan Elemental Lord." |
||
+ | |||
+ | "Maaf... Semua terjadi karena aku..." |
||
+ | |||
+ | "Jangan bilang begitu, tubuhku lah yang paling lemah..." |
||
+ | |||
+ | Ketika Reicha menggeleng-gelengkan kepalanya, Kamito menurunkannya ke atas kasur agar beristirahat. |
||
+ | |||
+ | "Kita harus bergerak, putri-putri bangsawan pasti akan segera datang untuk menghadiri The Queens." |
||
+ | |||
+ | "MmmmHmm, aku tahu." |
||
+ | |||
+ | Kamito mengangguk, menunduk ke arah Reicha. |
||
+ | |||
+ | "Reicha, terima kasih sudah menyelamatkanku. Aku tidak akan melupakannya hutang budiku pada mu." |
||
+ | |||
+ | "Ti-Tidak usah terlalu..." |
||
+ | |||
+ | "Kita akan bertemu lain waktu. Lalu, aku akan menemuimu sebagai pemenang Blade Dance." |
||
+ | |||
+ | Fianna dan Reicha, masih beristirahat di kasur, saling bergandengan erat. |
||
+ | |||
+ | "Baiklah. Meskipun aku tidak bisa menyemangati tim-tim yang mewakili negara masing-masing pada upacara pembukaan, kau bisa yakin kalaudi dalam hatiku, aku akan selalu mendukung tim senpai." |
||
+ | |||
+ | |||
+ | |||
+ | |||
+ | ===Bagian 4=== |
Revision as of 18:19, 6 December 2013
Bab 6 : Memori Pedang Suci
Bagian 1
Di dalam jurang tanpa dasar, Kamito jatuh tanpa henti.
Ditelan oleh kegelapan, Kamito membuka matanya.
Dia tidak bisa merasakan waktu yang berlalu - mungkin sudah beberapa jam, atau mungkin beberapa detik? Dia sudah tidak bisa menebaknya.
Di tempat ini, Kamito menemukan pedang yang tertelan oleh kegelapan.
Pedang indah yang bertuliskan bahasa roh.
Setelah melihat pedang itu, setiap jengkal tubuh Kamito mulai terbangun.
Itu Est!-
Dia yakin kalau yang dipikirkannya itu benar.
Kamito melepaskan beban berat yang mengikat dirinya, dan mendekati pedang itu.
Tapi, ketika menyentuh gagangnya -
Pedang itu tiba-tiba memancarkan sinar terang yang mendorong tangan Kamito untuk menjauh.
"Apa!?"
Rasa sakit menusuk ujung jarinya.
Ini- pastilah sebuah penolakan.
"Est... Kenapa-"
"-Kamito, aku tidak bisa menjadi pedangmu."
"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan!"
"- Karena, sekarang aku ingat. Semua dosaku... dosa yang tidak bisa dimaafkan."
"Dosa?"
Kata itu hampir tidak bisa dihubungkan dengan pedang indah yang bersinar di depannya, pikir Kamito.
"Aku tidak mau mengulanginya lagi, jadi-"
... Ini... Apa...?
Kamito merasaan sakit di kepalanya.
Sebuah serangan gambar secara luar biasa membanjiri kepalanya.
.... A-Apa ini kenangan Est?
Bagian 2
Kisah ini terjadi di masa lalu.
Pada saat itu, benua ini terpisah menjadi beberapa negara kecil. Masa dimana terjadi perang dan kekacauan.
Tokoh utama dalam kisah ini adalah pedang suci legendaris dan seorang gadis muda.
Areishia Idriss - gadis ini berasal dari desa tanpa nama yang berada di perbatasan.
Gadis gembala yang memilii wajah canti, dan dia sangat suka dengan rambutnya yang berwarna emas berkilauan.
Dia seharusnya tumbuh dengan normal, jatuh cinta, menjalani kehidupan yang normal, dan menemukan kebahagiaaan yang normal.
Namun, ketika dia berusia 14 tahun, sebuah insiden terjadi kepada gadis ini yang menyebabkan orang-orang memanggilnya Ratu Suci.
Suatu hari, ketika dia mendaki gunung untuk mengambil kayu bakar, Areishia menemukan sebuah pedang di dalam bangunan nenek moyangnya.
Pedang suci yang selama berabad-abad tidak ada yang bisa menghapus segelnya.
Gadis itu mengulurkan tangannya untuk mencabut pedang itu, dia sama sekali tidak tahu kalau ada roh yang sangat kuat tersegel di dalamnya.
Tiba-tiba, roh pedang bangkit dari cahaya yang menyilaukan.
"Siapa kau?"
Tanggapan dari roh pedang itu adalah:
"Aku adalah pedangmu, nyonya. Aku akan memberikan diriku sepenuhnya hanya untuk elementalisku - Kau."
Gadis itu tidak tahu kenapa pedang suci itu memilihnya, seorang gadis gembala, untuk membuat kontrak dengannya. Namu, dengan polos dia menerima kontrak itu.
Sejujurnya, gadis itu hanya merasa kesepian.
Di sisi lain, roh pedang itu tidak berperasaan, dan hanya setia untuk melayani tuannya, gadis itu.
Dia bukan roh yang khas, tapi senjata roh dibuat untuk digunakan dalam perang selama Era Archeozoic.
Jadi, kurasa aku tidak berguna- kata roh pedang itu.
Namun, karena gadis itu sepanjang hidupnya tinggal sebagai penggembala biasa, dia tidak mengerti hal-hal filosofis seperti itu.
Hal semacam itu tidak penting-
Gadis itu hanya bahagia karena telah menemukan teman wanita pertamanya.
"Siapa namamu?"
"Namaku asliku tidak bisa diucapkan dalam bahasamu. Tapi, dalam bahasa roh, kau bisa memanggilku Terminus Est."
"Namamu terdengar agak panjang... Bagaimana kalau aku memanggilmu Est?"
"Namaku bukan Est, aku Terminus Est."
"Aku tidak terlalu suka, sulit untuk mengucapkannya. Sudah diputuskan, namamu Est."
Gadis itu langsung tersenyum, dan mengulurkan tangannya ke arah kepala Est seperti hewan peliharaan.
"Nyonya, tolong jangan lakukan itu."
Est memprotes dengan ekspresi kosong.
Kisah ini terjadi setelah pertemuan Ratu Suci dan pedang suci legendaris.
Berita terkontraknya gadis gembala dengan pedang suci legendaris langsung menyebar ke penjuru negeri.
Tentang seorang gadis muda yang bukan keturunan elementalis bisa melakukan kontrak dengan roh tingkat tinggi - hal seperti itu sudah cukup mengubah gadis itu menjadi seorang penyelamat, menjadi ratu suci supranatural.
Karena pada zaman itu hampir tidak ada elementalis, orang-orang harus bertahan sendiri untuk melawan roh yang memberontak.
Jadi, gadis itu mulai menggunakan kekuatan yang diberikan oleh roh pedang untuk membawa perdamaian ke dunia, baik untuk mengamankan - atapun untuk mengalahkan roh-roh.
Orang-orang memuji gadis itu, dan memberinya gelar Ratu Suci.
Terlepas dari seberapa lelah dan sedihnya gadis itu, gadis itu akan selalu memiliki senyuman untuk menyemangati orang lain.
Ada beberapa orang yang cemburu, yang membencinya, dan bahkan ada yang dekat dengannya hanya agar bisa terkenal.
Meski begitu, gadis itu masih bertempur, dengan pedang ditangannya.
"Nyonya, mengapa kau bertarung demi orang-orang itu?"
Suatu hari, roh pedang itu bertanya kepada gadis itu.
Kenapa bertarung - untuk pertama kalinya, pedang yang punya sifat sebagai senjata roh, ingin tahu tentang hal semacam itu.
"Karena hanya ini yang bisa ku lakukan, karena itu aku harus bertarung."
"Aku tidak mengerti maksudmu. Tapi, karena aku pedangmu, aku akan melakukan perintahmu, nyonya."
"Est.... Jangan mengatakan hal aneh seperti itu, kau kan temanku."
"....Teman?"
"Naiklah, ayo kita makan. Roti panggang yang aku buat hari ini sepertinya lezat."
"Nyonya, izinkan aku untuk mengulanginya - aku tidak perlu makan makanan manusia."
".... Sepi banget kalau aku makan sendiri. Ayo makan?"
".... Jika itu permintaan nyonya, aku akan mematuhinya."
Roh pedang itu mengangguk.
Namun, terlihat sedikit kebingungan di wajahnya.
Di dalam hatinya tumbuh setitik- sesuatu semacam emosi.
Keberanian seorang gadis dengan pedang suci itu perlahan dikenal hingga seluruh penjuru benua.
Secara bersamaan, teror raja iblis yang sangat kejam membawa seluruh benua ke dalam peperangan dan penderitaan.
Berbagai negara bersatu dengan mengirimkan bala tentara untuk mengalahkan raja iblis, tetapi mereka gagal total. Para tentara hanya bisa mundur karena menghadapi pasukan roh yang diperintah oleh raja iblis.
Akhirnya, orang-orang tidak punya pilihan lagi selain menaruh harapan terakhir mereka kepada seorang gadis muda.
Seorang gadis yang hanya berusia 14 tahun, gadis yang belum pernah merasakan cinta.
"Est, aku harus bertarung... Aku harus bertarung, untuk semua orang yang menderita di dunia ini."
"Ya, nyonya. Aku adalah pedangmu - aku akan melakukan apapun untukmu."
Dan kemudian gadis itu dengan sepenuh hati bertarung di dalam perang berdarah.
Roh pedang yang kemudian dikenal sebagai Pedang Suci Pemusnah Iblis itu sudah melihat semuanya.
Dia tidak punya pilihan selain menyaksikan semuanya - termasuk akhir dari kejadian itu.
Bagian 3
"-to... Kamito!"
"Mmmmmhm...."
Kamito membuka matanya dan melihat Fianna yang memandanginya dengan cemas.
"Kamito... Apa kau baik-baik saja?"
"A-Aku pingsang?"
"Mmm, tapi hanya sebentar."
"Ohh..."
Kamito merasa kalau dia sudah pingsan selama beberapa jam, tapi seolah semua itu hanya perasaannya saja.
Reicha, yang berada di sampingnya, melanjutkan pembicaraan dengan nafas berat.
"Aku sudah berhasil menghilangkan Brand of Darkness yang berada di dalam tubuh Kamito."
"... Seriusan?"
"Ya, tapi..."
Wajah Reicha melemas lalu berbisik dengan suara rendah.
"Aku takut roh pedang Kamito-sama... menghilang..."
"..."
Kamito langsung melihat simbol roh yang berada di tangan kanannya.
Simbol yang tadinya bersinar itu, sekarang sama sekali tidak merespon.
"Est..."
"Kamito-sama... Ketika kau pingsan, apa kau melihat sesuatu di pikiranmu?"
"Pikiranku..."
Kamito mengelus pelipisnya yang sakit, dan-
Tiba-tiba dia teringat sesuatu.
Sebuah pedang, jatuh ke dalam kegelapan yang tak terbatas.
Dan menolak keras ketika dia mengulurkan tangannya untuk menggapai Est.
Kemudian, Kamito teringat memori tentang Est.
Kamito teringat memori Est dengan seorang gadis - orang pertama yang membuat kontrak dengannya.
Yang Kamito tidak mengerti, mungkin, kenapa memori itu bisa membuat Est menolaknya.
"Dosa yang tak termaafkan... apa itu?"
...yang menyebabkan Est terperangkap di dalam kegelapan, adalah dosanya?"
"Ooooooo..."
Lalu, Reicha tiba-tiba lemas dan jatuh ke tanah.
"Kau kenapa!?"
Kamito dengan cepat membantunya.
Tubuh langsing Reicha tergeletak lemas di lengan Kamito.
"Sepertinya kita harus membawamu ke rumah sakit?"
"Y-Ya. Maaf, sepertinya aku sedikit capek..."
"Ritual sirih memang melelahkan, apalagi kemarin Reicha melakukan ritual pernyataan Elemental Lord."
"Maaf... Semua terjadi karena aku..."
"Jangan bilang begitu, tubuhku lah yang paling lemah..."
Ketika Reicha menggeleng-gelengkan kepalanya, Kamito menurunkannya ke atas kasur agar beristirahat.
"Kita harus bergerak, putri-putri bangsawan pasti akan segera datang untuk menghadiri The Queens."
"MmmmHmm, aku tahu."
Kamito mengangguk, menunduk ke arah Reicha.
"Reicha, terima kasih sudah menyelamatkanku. Aku tidak akan melupakannya hutang budiku pada mu."
"Ti-Tidak usah terlalu..."
"Kita akan bertemu lain waktu. Lalu, aku akan menemuimu sebagai pemenang Blade Dance."
Fianna dan Reicha, masih beristirahat di kasur, saling bergandengan erat.
"Baiklah. Meskipun aku tidak bisa menyemangati tim-tim yang mewakili negara masing-masing pada upacara pembukaan, kau bisa yakin kalaudi dalam hatiku, aku akan selalu mendukung tim senpai."