Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid5 Bab6

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 6 : Memori Pedang Suci[edit]

Bagian 1[edit]

Di dalam jurang tanpa dasar, Kamito jatuh tanpa henti.

Ditelan oleh kegelapan, Kamito membuka matanya.

Dia tidak bisa merasakan waktu yang berlalu - mungkin sudah beberapa jam, atau mungkin beberapa detik? Dia sudah tidak bisa menebaknya.

Di tempat ini, Kamito menemukan pedang yang tertelan oleh kegelapan.

Pedang indah yang bertuliskan bahasa roh.

Setelah melihat pedang itu, setiap jengkal tubuh Kamito mulai terbangun.

Itu Est!-

Dia yakin kalau yang dipikirkannya itu benar.

Kamito melepaskan beban berat yang mengikat dirinya, dan mendekati pedang itu.

Tapi, ketika menyentuh gagangnya -

Pedang itu tiba-tiba memancarkan sinar terang yang mendorong tangan Kamito untuk menjauh.

"Apa!?"

Rasa sakit menusuk ujung jarinya.

Ini- pastilah sebuah penolakan.

"Est... Kenapa-"

"-Kamito, aku tidak bisa menjadi pedangmu."

"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan!"

"- Karena, sekarang aku ingat. Semua dosaku... dosa yang tidak bisa dimaafkan."

"Dosa?"

Kata itu hampir tidak bisa dihubungkan dengan pedang indah yang bersinar di depannya, pikir Kamito.

"Aku tidak mau mengulanginya lagi, jadi-"

... Ini... Apa...?

Kamito merasaan sakit di kepalanya.

Sebuah serangan gambar secara luar biasa membanjiri kepalanya.

.... A-Apa ini kenangan Est?

Bagian 2[edit]

Kisah ini terjadi di masa lalu.

Pada saat itu, benua ini terpisah menjadi beberapa negara kecil. Masa dimana terjadi perang dan kekacauan.

Tokoh utama dalam kisah ini adalah pedang suci legendaris dan seorang gadis muda.

Areishia Idriss - gadis ini berasal dari desa tanpa nama yang berada di perbatasan.

Gadis gembala yang memilii wajah canti, dan dia sangat suka dengan rambutnya yang berwarna emas berkilauan.

Dia seharusnya tumbuh dengan normal, jatuh cinta, menjalani kehidupan yang normal, dan menemukan kebahagiaaan yang normal.

Namun, ketika dia berusia 14 tahun, sebuah insiden terjadi kepada gadis ini yang menyebabkan orang-orang memanggilnya Ratu Suci.

Suatu hari, ketika dia mendaki gunung untuk mengambil kayu bakar, Areishia menemukan sebuah pedang di dalam bangunan nenek moyangnya.

Pedang suci yang selama berabad-abad tidak ada yang bisa menghapus segelnya.

Gadis itu mengulurkan tangannya untuk mencabut pedang itu, dia sama sekali tidak tahu kalau ada roh yang sangat kuat tersegel di dalamnya.

Tiba-tiba, roh pedang bangkit dari cahaya yang menyilaukan.

"Siapa kau?"

Tanggapan dari roh pedang itu adalah:

"Aku adalah pedangmu, nyonya. Aku akan memberikan diriku sepenuhnya hanya untuk elementalisku - Kau."

Gadis itu tidak tahu kenapa pedang suci itu memilihnya, seorang gadis gembala, untuk membuat kontrak dengannya. Namu, dengan polos dia menerima kontrak itu.

Sejujurnya, gadis itu hanya merasa kesepian.

Di sisi lain, roh pedang itu tidak berperasaan, dan hanya setia untuk melayani tuannya, gadis itu.

Dia bukan roh yang khas, tapi senjata roh dibuat untuk digunakan dalam perang selama Era Archeozoic.

Jadi, kurasa aku tidak berguna- kata roh pedang itu.

Namun, karena gadis itu sepanjang hidupnya tinggal sebagai penggembala biasa, dia tidak mengerti hal-hal filosofis seperti itu.

Hal semacam itu tidak penting-

Gadis itu hanya bahagia karena telah menemukan teman wanita pertamanya.

"Siapa namamu?"

"Namaku asliku tidak bisa diucapkan dalam bahasamu. Tapi, dalam bahasa roh, kau bisa memanggilku Terminus Est."

"Namamu terdengar agak panjang... Bagaimana kalau aku memanggilmu Est?"

"Namaku bukan Est, aku Terminus Est."

"Aku tidak terlalu suka, sulit untuk mengucapkannya. Sudah diputuskan, namamu Est."

Gadis itu langsung tersenyum, dan mengulurkan tangannya ke arah kepala Est seperti hewan peliharaan.

"Nyonya, tolong jangan lakukan itu."

Est memprotes dengan ekspresi kosong.

Kisah ini terjadi setelah pertemuan Ratu Suci dan pedang suci legendaris.

Berita terkontraknya gadis gembala dengan pedang suci legendaris langsung menyebar ke penjuru negeri.

Tentang seorang gadis muda yang bukan keturunan elementalis bisa melakukan kontrak dengan roh tingkat tinggi - hal seperti itu sudah cukup mengubah gadis itu menjadi seorang penyelamat, menjadi ratu suci supranatural.

Karena pada zaman itu hampir tidak ada elementalis, orang-orang harus bertahan sendiri untuk melawan roh yang memberontak.

Jadi, gadis itu mulai menggunakan kekuatan yang diberikan oleh roh pedang untuk membawa perdamaian ke dunia, baik untuk mengamankan - atapun untuk mengalahkan roh-roh.

Orang-orang memuji gadis itu, dan memberinya gelar Ratu Suci.

Terlepas dari seberapa lelah dan sedihnya gadis itu, gadis itu akan selalu memiliki senyuman untuk menyemangati orang lain.

Ada beberapa orang yang cemburu, yang membencinya, dan bahkan ada yang dekat dengannya hanya agar bisa terkenal.

Meski begitu, gadis itu masih bertempur, dengan pedang ditangannya.

"Nyonya, mengapa kau bertarung demi orang-orang itu?"

Suatu hari, roh pedang itu bertanya kepada gadis itu.

Kenapa bertarung - untuk pertama kalinya, pedang yang punya sifat sebagai senjata roh, ingin tahu tentang hal semacam itu.

"Karena hanya ini yang bisa ku lakukan, karena itu aku harus bertarung."

"Aku tidak mengerti maksudmu. Tapi, karena aku pedangmu, aku akan melakukan perintahmu, nyonya."

"Est.... Jangan mengatakan hal aneh seperti itu, kau kan temanku."

"....Teman?"

"Naiklah, ayo kita makan. Roti panggang yang aku buat hari ini sepertinya lezat."

"Nyonya, izinkan aku untuk mengulanginya - aku tidak perlu makan makanan manusia."

".... Sepi banget kalau aku makan sendiri. Ayo makan?"

".... Jika itu permintaan nyonya, aku akan mematuhinya."

Roh pedang itu mengangguk.

Namun, terlihat sedikit kebingungan di wajahnya.

Di dalam hatinya tumbuh setitik- sesuatu semacam emosi.

Keberanian seorang gadis dengan pedang suci itu perlahan dikenal hingga seluruh penjuru benua.

Secara bersamaan, teror raja iblis yang sangat kejam membawa seluruh benua ke dalam peperangan dan penderitaan.

Berbagai negara bersatu dengan mengirimkan bala tentara untuk mengalahkan raja iblis, tetapi mereka gagal total. Para tentara hanya bisa mundur karena menghadapi pasukan roh yang diperintah oleh raja iblis.

Akhirnya, orang-orang tidak punya pilihan lagi selain menaruh harapan terakhir mereka kepada seorang gadis muda.

Seorang gadis yang hanya berusia 14 tahun, gadis yang belum pernah merasakan cinta.

"Est, aku harus bertarung... Aku harus bertarung, untuk semua orang yang menderita di dunia ini."

"Ya, nyonya. Aku adalah pedangmu - aku akan melakukan apapun untukmu."

Dan kemudian gadis itu dengan sepenuh hati bertarung di dalam perang berdarah.

Roh pedang yang kemudian dikenal sebagai Pedang Suci Pemusnah Iblis itu sudah melihat semuanya.

Dia tidak punya pilihan selain menyaksikan semuanya - termasuk akhir dari kejadian itu.



Bagian 3[edit]

"-to... Kamito!"

"Mmmmmhm...."

Kamito membuka matanya dan melihat Fianna yang memandanginya dengan cemas.

"Kamito... Apa kau baik-baik saja?"

"A-Aku pingsang?"

"Mmm, tapi hanya sebentar."

"Ohh..."

Kamito merasa kalau dia sudah pingsan selama beberapa jam, tapi seolah semua itu hanya perasaannya saja.

Reicha, yang berada di sampingnya, melanjutkan pembicaraan dengan nafas berat.

"Aku sudah berhasil menghilangkan Brand of Darkness yang berada di dalam tubuh Kamito."

"... Seriusan?"

"Ya, tapi..."

Wajah Reicha melemas lalu berbisik dengan suara rendah.

"Aku takut roh pedang Kamito-sama... menghilang..."

"..."

Kamito langsung melihat simbol roh yang berada di tangan kanannya.

Simbol yang tadinya bersinar itu, sekarang sama sekali tidak merespon.

"Est..."

"Kamito-sama... Ketika kau pingsan, apa kau melihat sesuatu di pikiranmu?"

"Pikiranku..."

Kamito mengelus pelipisnya yang sakit, dan-

Tiba-tiba dia teringat sesuatu.

Sebuah pedang, jatuh ke dalam kegelapan yang tak terbatas.

Dan menolak keras ketika dia mengulurkan tangannya untuk menggapai Est.

Kemudian, Kamito teringat memori tentang Est.

Kamito teringat memori Est dengan seorang gadis - orang pertama yang membuat kontrak dengannya.

Yang Kamito tidak mengerti, mungkin, kenapa memori itu bisa membuat Est menolaknya.

"Dosa yang tak termaafkan... apa itu?"

...yang menyebabkan Est terperangkap di dalam kegelapan, adalah dosanya?"

"Ooooooo..."

Lalu, Reicha tiba-tiba lemas dan jatuh ke tanah.

"Kau kenapa!?"

Kamito dengan cepat membantunya.

Tubuh langsing Reicha tergeletak lemas di lengan Kamito.

"Sepertinya kita harus membawamu ke rumah sakit?"

"Y-Ya. Maaf, sepertinya aku sedikit capek..."

"Ritual sirih memang melelahkan, apalagi kemarin Reicha melakukan ritual pernyataan Elemental Lord."

"Maaf... Semua terjadi karena aku..."

"Jangan bilang begitu, tubuhku lah yang paling lemah..."

Ketika Reicha menggeleng-gelengkan kepalanya, Kamito menurunkannya ke atas kasur agar beristirahat.

"Kita harus bergerak, putri-putri bangsawan pasti akan segera datang untuk menghadiri The Queens."

"MmmmHmm, aku tahu."

Kamito mengangguk, menunduk ke arah Reicha.

"Reicha, terima kasih sudah menyelamatkanku. Aku tidak akan melupakannya hutang budiku pada mu."

"Ti-Tidak usah terlalu..."

"Kita akan bertemu lain waktu. Lalu, aku akan menemuimu sebagai pemenang Blade Dance."

Fianna dan Reicha, masih beristirahat di kasur, saling bergandengan erat.

"Baiklah. Meskipun aku tidak bisa menyemangati tim-tim yang mewakili negara masing-masing pada upacara pembukaan, kau bisa yakin kalaudi dalam hatiku, aku akan selalu mendukung tim senpai."



Bagian 4[edit]

Di dalam tas yang dikirim dari sekolah untuk ruangan Claire, berisi berita terakhir tentang musuh mereka.

"Kesimpulannya, prioritas utama sekarang adalah memikirkan rencana penyerangan untuk Kamito untuk beraksi diluar medan pertempuran."

Sendirian, Claire mondar-mandir di ruangan kosong sambil membaca bahan materinya, berpikir keras tentang taktik bertempurnya nanti.

"Ellis akan kesulitan untuk menyerang di baris depan kalau sendirian, aku harus ikut juga atau tidak, ya...?"

Sampai sekarang, rencana yang ada hanyalah Kamito menyerang dengan serangan luar biasanya di baris depan, sambil empat orang di belakang membantunnya. Namun, dengan Kamito yang tidak bisa memanggi Est, rencana ini tidak akan bisa digunakan.

Alternatif lainnya yang sedang Claire pikirkan adalah memindahkan dirinya, yang awalnya berada di tengah untuk mengatur semua serangan serta menyerang bersama Ellis. Meskipun rencana ini hanyalah menyembus pertahanan musuh dengan satu-satunya serangan Kamito, tapi elemen api dan angin sejak awal memang saling mendukung, sehingga memberi mereka lebih banyak potensi serangan.

"Tapi... Kalau begitu, aku takut kalau terjadi sesuatu dari belakang Fianna."

Fianna hampir tidak menjalani latihan menyerang, dan dia biasanya memberikan bantuan dari belakang melalui ritualnya, ritual yang dapat menambah kekuatan dari roh pedang. Di rencana sebelumnya, Claire haus melindunginya dari tengah, tapi jika Claite pindah ke depan, Claire tidak bisa menjamin keselamatan Fianna. Dalam hal ini, semua bergantung kepada Rinslet, yang berperan sebagai sniper dan pendukung menggunakan elemen api.

".... Rencana ini harus dipertimbangkan lagi."

Claire meremas kumpulan kertas yang dia gunakan sebagai catatan dan membuangnya.

Scarlet membantu membakar kertas itu.

"Aku sudah memikirkannya dari tadi, tapi tidak ada ide yang bagus..."

Rencana lain yang Claire pikirkan tadi punya banyak kekurangan, dan tidak ada solusi yang tepat.

"... Ternyata kita terlalu bergantung kepada Kamito dan Est."

Desah Claire, dan kembali membaca dokumen yang diberikan Akademi kepada mereka.

Selain merancang strategi mereka, sangat penting untuk menganalisa keadaan lawan, sehingga mereka bisa memanfaatkan kelemahan musuh.

Musuh yang pasti harus kita waspadai adalah-

Claire membuka dokumen itu dan mambaca halaman pertama.

Di situ tertulis - Tim Perwakilan dari Negara Agama, Alphas.

Dokumen ini berisi tentang tim blade dance terkuat - Tim Inferno.

Namun, isi dokumen itu hampir semuanya kosong, karena mereka tidak bisa mencari tahu nama anggota dari tim tersebut.

Informasi yang mereka punya tentang kemampuan tempur musuh hanyalah elementalis yang menyerang mereka waktu itu - Muir Alenstarl. Sejujurnya, kalau ada 3 elementalis lainnya yang sebanding dengan Muir di tim itu... Tidak ada kesempatan lagi untuk menang.

"Jadi, biarkan hal ini menjadi pertimbangan kita nanti."

Claie menaruh dokumen itu di pangkuannya, dan mulai mencari laporan lainnya.

Total, ada 24 tim yang mengikuti Blade Dance. Umumnya, setiap negara boleh mengiimkan 1 tim, tapi untuk negara seperti Kerajaan Ordeshia, yang luas dan ada banyak sekali elementalis, bisa mengirimkan beberapa tim.

Kerajaan Quina di barat dan Negara Kepulauan Robica masing-masing mengirimkan 2 tim, dan satu-satunya yang mengirimkan 3 tim selain Kerajaan Ordeshia adalah Kerajaan Suci, Lugia.

Dasi sekian banyak tim dari negara-negara tersebut, yang paling menyita pehatian adalah Four Gods dari Quina, Sacred Knight dari Kerajaan Suci Lugia, dan Milla Bassett - elementalis muda paling berbakat yang mengikuti Blade Dance kali ini mewakili Kerajaan Rossvale, bersama dengan Rupture Division.

Dan ada lagi-

"- Musuh masyarakat nomor satu... Dragon Knights milik Dracunia Duchy."

Darcunia tampil sebagai pemenang dalam beberapa edisi Blade Dance lalu, dan benar-benar negara kuat dengan rekor yang mengesankan.

Dan sebelumnya Claire sudah melihat kekuatan Leonora.


Death Gaze penghancur milik Leonora - Nidhogg nya mengeluarkan serangan luar biasa untuk mengahancurkan kapal terbang berisi roh miiter.

Dokumen yang diberikan Akademi menandai kekuatan Leonora dengan peringkat AAA.

Claire mendapatkan peringkat AA ketika masih di Akademi, Ellis juga demikian. Rinslet A, sedangkan Fianna D. Namun, peringkat Fianna dihitung ketika dia tidak belajar secara formal, Jadi penilaiannya kurang akurat. Kebetulan, salah seorang yang sebelumnya Tim Scarlet kalahkan , Velsaria Eva, berada di peringkat AAA.

Tentu saja,karena hasil analisa ini berasal dari guru-guru di Akademi, kita tidak bisa mengetahui secara pasti tentang kekuatan seorang elementalis. Contohnya, meskipun peringkat Rinslet 1 tingkat di bawah Claire, ketika mereka bertarung, mereka hampir setara.

"... Bisa dibilang, ini hanya prediksi awalnya saja."

Leonora Lancaster adalah elementalis yang sangat hebat, hal itu tidak bisa terbantahkan.

Tapi di Blade Dance, tempat berkumpulnya elementalis hebat, dia bukan apa-apa lagi.

Namun... Data Leonora ada sesuatu yang sangat penting.

Yaitu info tentang Dragon Blood- kekuatan yang dia dapat lewat gais keturunannya.

Dilihat dari penilaian baru Leonora setelah mendapatkan kekuatan spesialnya, Claire hanya bisa memandanginya, matanya terbelakak.

"- Level S."

Menurut sejarah, hanya segelintir elementalis yang mendapatkan peringkat itu. Dalam beberapa tahun teakhir, Greyworth Ciel Mais muda sudah punya peringkat SS, tapi tidak semuannya benar.

Kekuatan Leonora pertama kali terlihat di publik ketika dia berusia 14 tahun. Dia bangkit ketika tes awal untuk masuk Ksatria Dragon Emperor, dan walaupun hanya beberapa menit, tapi dia memusnahkan semua pesaingnya yang ingin bergabung dengan Ksatria.

Menurut buku panduan, kekuatan Dragon Blood tidak bisa digunakan semaunya, tapi kekuatan itu sangat tidak terkendali-

"Jika memungkinkan, aku harap kita tidak berhadapan dengannya."

Desah Claire, dan menaruh buku panduan itu di atas meja.

Di saat yang sama, pintu tiba-tiba terbuka - itu Kamito, yang sudah berganti pakaian dengan seragam biasanya.

"Kamito... Hei, kenapa kau kelihatan lemas banget!"

Memucat khawatir, Claire langsung bergegas ke samping Kamito.

"... Ritual pelepasan kutukan ternyata lebih melelahkan dari yang kubayangkan."

Tidak peduli dia masih mengenakan seragamnya, Kamito jatuh ke atas kasurnya.

"Dan Brand of Darkness?"

"Mmmmm... Terima kasih untuk teman Fianna, kutukan itu sudah hancur."

Kamito membuka kancing seragamnya untuk memperlihatkan bekas luka di dadanya -

"Aieeeeeeeeah!"

"Jeritan imut macam apaan tuh..."

"Si-Siapa yang menyuruhmu buka baju!"

Claire menjerit, wajahnya memerah karena malu.

Claire diam-diam melihat sekilas tubuh Kamito, otot dada... dan sesuatu mulai bedebar kencang di dalam dada Claire.

"Tapi, masalahnya, Est masih tidak bisa-"

Kamito menunduk lemas dan menggelengkan kepalanya.

"Oh..."

Melihat ekspresi Kamito yang putus asa, Claire tidak bisa membantunya tapi dia bisa merasakan sakitnya hati Kamito.

Kamito sangat kuat, sangat kuat sehingga dia meninggalkan jauh teman-teman seumurannya di sekolah Institusional.

Terutama karena hal itu, sulit untuk melupakan 1 hal -

Kenyataannya, Kamito, seperti teman-temannya, mudah sakit hati di umurnya yang ke 16 nya.

Claire naik ke kasur, bersandar lembut di samping Kamito, dan berkata.

"Tenang saja, Est pasti kembali."

"Claire..."

Kamito tiba-tiba mengangkat kepalanya.

"... Aku bisa melihat selana dalammu."

"...Huh? Waaaaaaaaaahhhhhhh! Bodoh!... Kamu sangat bodoh!!! Mesum!"



Bagian 5[edit]

Di sebuah menara yang terdengar suara musik. Sementara, di taman...

Seorang gadis berdiri dan memakai topeng merah cerah..

"Sebentar lagi akan dimulai... Ren Ashbell."

"Ya."

Malaikat bersayap hitam tiba-tiba muncul dibelakangnya.

gadis yang memiliki rambut hitam seperti tengah malam dan mata berwarna kuning seperti matahari terbenam, dia pastinya si elemental kegelapan, Restia.

"Tampaknya... Kamito sudah lulus dari cobaanmu."

"Mengejutkan sekali, roh pedang itu mau mengambil kutukan itu, tapi itu satu-satunya solusi- Gate yang sekarang sudah terbuka tidak bisa tertutup."

Kata Ren Ashbell dengan ekspresi dingin.

"Jika dia tertelan kegelapan, bukankah akan menghancurkan rencanamu?"

"Jika level toleransi pria itu rendah, dia tidak mungkin menjadi kartu truf ku."

"Apa kau sudah menemukan seorang Ratu yang mau melayaninya?"

"Aku dapat beberapa calon yang ku pilih, tapi itu bukan urusanmu."

"- Calon yang kau bilang bukan adik mu, kan?"

Tiba-tiba, rumput dan pohon semuanya terbakar.

Dan, berubah menjadi abu lalu jatuh beserakan.

"elemental Kegelapan, sebaiknya kau jaga ucapanmu."

"Ooooh, Seram... Aku cuma bercanda."

Satu-satunya yang bisa terdengar di dalam kegelapan adalah tawa ejekan yang menggema.

Tanpa disadari, elemental kegelapan bersayap hitam pun menghilang.

Ren Ashbell mendecakkan lidahnya, lalu menatap kearah pepohonan di taman.

"- Menguping itu hanya untuk orang rendahan... gadis Drakula."

"Kau bercanda, kau sudah menyadarinya dari tadi, kan?"

Sosok yang muncul dari balik pohon adalah Leonora Lancaster, si Drakula.


Laonora mengeluarkan aura membunuh yang berbahaya, saking kuatnya sehingga semua orang pasti langsung menyadari keberadaannya.

Dia memegang pedang yang besar - Pedang Suci Pembunuh Naga.

" - Kau kelihatan galak, apa yang bisa aku bantu?"

"Dragon yang berada di dalam tubuhku ingin bertarung dengan orang yang kekuatannya sama denganku. Aku harap kau mengerti."

Meskipun kalimat yang digunakan Leonora sangat halus, tapi nada bicaranya menyembunyikan sebuah perasaan yang sangat kuat.

Matanya berkobar karena rasa lapar ingin bertarung dengan seseorang. Semua orang yang tau perilaku normal Leonora pasti akan berfikir kalau dirinya yang sekarang adalah orang lain.

"Kau keturunan Drakula - yang mewarisi darah naga, sekarang kau - kau gadis yang menarik."

Gumam Ren Asbell dai dalam topengnya.

"Ayo... Blade dancer terkuat, keluarkan pedangmu!"

Leonora menggenggam eat pedangnya, bersiap untuk menyerang. Dia mencoba menahan impulsnya dengan akal sehat, tapi tubuhnya mengeluarkan aura yang membuat orang berfikir kalau dia akan akan menyerang setiap saat.

"Kalau dipikir soal standarmu. Seorang pemula sepertimu tidak layak melawan Godslaying Flame ku."

"Kau... akan menyesal... Ren Ashbell!"

Leonora, melepaskan amarahnya, dan maju kedepan dengan seluruh kekuatannya.

Dia melepaskan serangan yang jauh lebih kuat dan cepat daripada orang lain yang sudah mengumpulkan semua kekuatannya.

Dalam sekejap, lantai batu di taman hancur berkeping-keping dan terbang ke segala arah-!

Tapi -

"Gerakan bagus, tapi masih kurang... Pedang tidak bisa menembus api."

Di tempat serangan pedang Leonora, sosok blade dancer tekuat menghilang.

"Apa?"

"Leonora berbalik, dan, kekuatan yang sangat hebat menyerang tapat di dadanya."

"Ooh... Aghhhhhh...!"

Leonora membungkuk kesakitan, dan gadis bertopeng itu berbisik di sampingnya.

"Akan menarik kalau aku mengambil Dragon dan ku persembahkan untuk Raja Iblis. Kekuatan milikmu mungkin berguna untuk membantu kebangkitan-Nya."

"Apa... maksud... mu?"

Dengan tangan yang masih di dada Leonora, tepat di titik serangannya tadi, Ren Ashbell mengucapkan mantra kutukan yang singkat.

Api hitam muncul dari ujung jari-jarinya, kemudian masuk ke jantung Leonora.

"Arghhh.... aaaaaaaaaaaah!"

Gadis itu menangis tersiksa dan menggema ke seluruh bagian taman -

Kemudian Leonora hilang kesadaran.


Bagian 6[edit]

Di dalam kegelapan - Est duduk, memegangi lututnya, kepalanya menunduk, diam, dan tenggelam dalam pikirannya.

Dia sangat senang karena Kamito mau menerimanya lagi.

Dia juga senang karena Kamito menganggapnya sebagai hal yang tidak tergantikan.

Namun, Est tidak bisa membalasnya.

Karena dia terikat oleh memori yang diberikan oleh tubuh utamanya.

- Menjadi pedangnya adalah hal yang tidak termaafkan.

- Menjadi pedangnya adalah hal yang tidak termaafkan.

- Menjadi pedangnya adalah hal yang tidak termaafkan.

Kalimat itu diulang terus tanpa henti.

Roh pedang Est - Kberadaannya terdapat dosa di tubuhnya yang tidak bisa dimaafkan.

"... Kamito... Aku... Aku sudah tidak bisa lagi..."

Di dalam kegelapan yang pekat, Est mulai menangis.



Bagian 7[edit]

Ratu Pelindung berdiri berdiri sangat lama di atas dataran pegungunangan yang luas, pedangnya tertancap di tanah.

Sekarang dia tidak dikenal sebagai Ratu Suci lagi - Amor putihnya yang tampak berlumuran lumpur dan darah, sementara semangat biasanya sudah tidak ada lagi.

Gadis itu bertarung melawan musuh yang lebih kuat jika dibandingkan bala tentara Raja Iblis.

Dia juga melawan kemenangan dan kekalahan yang tak berhingga, bernagai strategi, dan juga pengkhianatan.

Sepanjang jalannya, jumlah orang yang bisa dia percaya tinggal 1 - pedang yang sudah berjuang dengannya sejauh ini.

"Aku ingin bertanya, Est..."

"Nyonya, apa yang kau inginkan?"

"Apa kau mau selalu di sampingku?"

Gadis itu langsung tersenyum hanya untuk sahabatnya - senyum lembut dari seorang gadis gembala yang lugu.

"Aku adalah pedangmu; aku akan melindungimu hingga akhir hidupmu."

"Kau benar... Kau pedangku, dan hingga kini itulah yang terpenting."

Gadis itu tersenyum polos kepada Est yang tanpa berekspresi.

"Nyonya?"

"Tapi, suatu hari nanyi, ketika raja iblis audah kalah, ketika perang ini sudah selesai, aku harap kau bisa menjadi -"

Lalau, gadis itu mengatakan sesuatu -

Sesuatu, sesuatu yang tidak bisa Est ingat walau sekuat apapun dia mencoba.



Back to Bab 5 - Putri Maiden dari Grand Shrine Return to Halaman Utama Forward to Bab 7 - Pertarungan Sebenarnya Dimulai