Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid5 Bab7

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 7 : Pertarungan Sebenarnya Dimulai[edit]

Bagian 1[edit]

Aula dipenuhi dengan kegelisahan dan kegembiraan.

Semua penonton dari berbagai penjuru negeri berkumpul di sini.

Bercampur dengan para bangsawan dan putri-putri dari setiap negara ke dalam tempat pelatihan utama, mereka semua memakai seragam Akademi Areishia.

Peserta Blade Dance berkumpul di atas sebuah altar yang berada di tengah-tengah aula.

Tidak ada ejekan yang terdengar, karena semua penontonnya berasal dari kaum bangsawan.

Tampaknya mereka adalah penggemar dari masing-masing elementalis, sehingga setiap penampilan tim pasti diikuti oleh sorakan penggemarnya.

"Ojou-sama, berjuanglah~!"

"Aku percaya dan akan terus menunggu kemenangan Ojou-sama! Kemenangan untuk Laurenfrost!"

Di depan para penonton, Carol dan Meireille melambaikan spanduk putih.

"Shhhhh Astaga, mereka berdua.... malu-maluin!"

Rinslet tersipu malu dan bersembunyi di balik Kamito.

"Kamito, tetap waspada. Kau terlalu menarik perhatian."

"Ya, aku mengerti."

Kamito memeriksa sekelilingnya dan merasa ada banyak orang yang memandanginya.

Selain Leonora, sepertinya Muir yang mereka lawan waktu itu juga ada di sini.

Sepertinya mereka belum tau kalau aku kehilangan Est...

Jika mereka tahu situasi Kamito sekarang, mereka tidak akan menatapnya dengan waspada, melainkan dengan tatapan seperti elang yang sedang mengincar mangsanya.

"Fufu, Kamito populer juga ya."

Kata Fianna menggoda.

Selain tim Inferno, 23 tim lainnya sudah berkumpul.

Meskipun begitu, Ksatria Dracunia dari Dragon Emperor punya perhatian yang sangat besar.

Di sekeliling ketuanya, Leonora, berkumpul elementalis-elementalis handal. Ksatria Naga adalah sebuah kelompok militer dengan peraturan yang tegas. Semua anggotanya berdiri tegak tanpa bergerak sama sekali.

Mata Kamito berpapasan dengan mata Leonora.

Mata merah yang sangat berbeda dengan yang mereka temui kemarin di perpustakaan.

Hawa dingin tiba-tiba mengalir di punggungnya.

Rasanya seperti melihat predator raksasa.

"- pelatihan Ksatria Naga Dracunia punya kualitas tinggi. Tak terkecuali Leonora, sepertinya mereka tidak punya celah."

Ellis mencatat sambil menganalisa tim musuh.

"Ya, jika kita mengabaikan Tim Inferno, mereka adalah salah satu tim terfavorit untuk menang. Tapi ada juga tim lain yang harus kita waspadai."

Kata Claire sambil berbisik dan Fianna serta Rinslet juga mengarahkan kepala mereka ke dekat Claire.

"Pertama, dua perwakilan dari akademi yang sama dengan kita, Tim Wyvern dan Tim Cernunnos. Selain itu, si gadis druid punya kekuatan yang luar biasa jika di luar ruangan. Kemungkinan dia akan mengajak semua monster-monster di hutan untuk menyerang kita."

Selain itu, mereka mengalami kerugian besar ketika latihan melawan gadis druid itu. Dia musuh yang tidak ingin Kamito lawan.

Kemudian Claire menatap tim yang memakai pakaian asing.

"Mereka Four Gods, tim kebanggan Kerajaan Quina. Mereka tim yang ahli dalam taktik perang."

Kerajaan Quina adalah sebuah negara besar yang terletak di bagian timur benua. Kerajaan Quina punya kebudayaan yang berbeda dengan negara-negara barat seperti Ordesia.

"Yang berambut putih itu adalah kartu as mereka, Shao Fu. Dia menggunakan roh binatang suci, Byakkou."

"Four Gods? Dengan lima orang?"

"Orang kelimanya mungkin yang mengontrol Four Gods."

Jawab Claire, dia lalu mengubah pandangannya ke tim yang mengenakan pakaian suci berwarna putih.

"Mereka Sacred Spirit Knight dari Kerajaan Suci Lugia. Kartu as mereka adalah runner-up dari Blade Dance terakhir, Ksatria Suci Luminaris."

"Geh!?"

Kamito terkejut mendengar nama itu.

"Kamito-san, ada apa?"

"Ti-Tidak, tidak apa-apa..."

Kamito dengan cepat menggelengkan kepalanya.

Aku yakin kalau dia pengguna roh suci. Karena waktu itu pertandingan yang buruk dengan atribut kegelapannya Restia, pertarungan yang lumayan keras.

Ikut Blade Dance lagi setelah 3 tahun sangat jarang terjadi. Biasanya butuh waktu puluhan tahun, dan kadang hanya terjadi sekali dalam ratusan tahun.

Karena pembatasan usia bagi para gadis, bertarung dengan lawan yang sama pun harusnya tidak pernah terjadi, tapi tampaknya sekarang adalah kejadian yang akan penuh dengan kejutan.

"Dia berumur sembilan belas tahun, jadi bisa dibilang dia yang tertua di Blade Dance kali ini. Tampaknya dia bersumpah akan mengalahkan Ren Ashbell untuk mengembalikan kehormatannya."

"A-Aku tahu..."

"Kamito-kun, mukamu lemas sekali..."

Fianna menggoda muka lusuh Kamito.

"Selanjutnya, Rupture Division dari Kerajaan Rossvale. Kartu as mereka adalah Milla Bassett, peserta paling muda dengan usia tiga belas tahun. Meskipun mereka adalah negara baru yang mendapat kemerdekaan dari Kerajaan Suci Lugia beberapa tahun lalu, katanya elementalis mereka berada di tingkat atas."

"- Lalu mereka?"

Kamito menatap ke arah tim yang barusan memperhatikan mereka.

"Wakil dari Kerajaan Balstan. Mereka dibawah kendali pemerintahan."

"Kenapa mereka memelototi kita?"

"Umm... mungkin karena aku."

Claire kelihatan sulit mengatakannya.

"Maksudmu?"

"Ingat, karena kemarin aku menampar pangerannya-"

"......Ah, aku ingat."

Kamito akhirnya ingat.

Putra mahkota Kerajaan Balstan. Pangeran yang sangat tertarik dan mencoba untuk mencium Claire.

"Jadi karena kau membuat malu mereka."

"Lebih baik jika pangeran itu tidak lancang."

Untuk beberapa alasan, Rinslet lebih marah ketimbang Claire.

"Pemerintah Kerajaan Balstan mungkin memerintahkan mereka untuk membalas dendam. Maaf, aku telah ceroboh karena membuat masalah."

"Tidak, jika waktu itu Claire tidak melakukan apapun, aku akan melakukannya."

"........Eh? Um, berarti....."

Wajah Claire pun memerah.

Sebuah keributan mulai terdengar di pintu masuk kuil.

"-Akhirnya mereka datang."



Bagian 2[edit]

Begitu Ren Ashbell masuk, semuanya langsung diam.

Dia memimpin 4 elementalis yang menutupi dirinya dengan jubah.

"Jadi, itu Tim Inferno..."

Kamito berhenti bernafas dan memperhatikan mereka.

Dia langsung menemukan seorang gadis kecil dengan rambut abu-abu.

Monster dari Sekolah Instruksional - Pengguna Roh Militer, Muir Alenstarl.

Dia langsung mengalihkan matanya setelah melihat Kamito.

Yang berjalan di samping Muir adalah seorang gadis jangkung dengan rambut hijau. Telingannya yang terlihat di bawah tudungnya khas milik ras Elfim. Kemampuan khusus Elfim adalah operasi tersembunyi di dalam hutan, jadi, mungkin dia adalah elementalis pengumpul informasi.

Selain mereka bertiga, ada seorang gadis dengan rambut biru. Dia satu-satunya yang memakai aksesoris mewah dari emas dan perak yang melintas di jubahnya dan dia membawa kipas lipat dengan desain mencolok.

"Kebanggan dari keluarga Kerajaan Alphas Theocracy, - jangan bilang, Demon Caster, Sjora Kahn!?"

"Kau kenal dia?"

Kamito bertanya dan Claire menggangguk.

"Dia penyihir nomor satu di kerajaan mereka, penerus dari Dusk Witch."

"Kalau memikirkan selain Muir, kemungkinan ada yang sama sepertinya..."

Eluh Kamito sambil menyeka keringan tadi keningnya.

Tapi yang lebih dikhawatirkan dari ketiga orang itu dan menjadi pusat perhatian peninton - orang terakhir.

Ketika dia muncul, keheningan yang terdengar tadi mulai terisi dengan suara gemuruh.

"..... Siapa, orang itu?"

Seorang ksatria hitam yang ditutupi baja hitam.

Bukan hanya penampilannya yang aneh, Seluh tubuhnya pun diselimuti oleh aura misterius.

Seharusnya dia tidak berada di sini - untuk beberapa alasan, itu yang Kamito rasakan.

"Kekuatan sucinya sangat kuat..."

Fianna, yang mudah menerima hal semacam itu, berkata dengan suara gemetaran.

Ren Ashbell menatap Kamito lalu berjalan ke arahnya.

Suasanya sangat hening dan hanya ada suara sepatu besi yang menggema.

"Kamito..."

"Tidak apa-apa."

Kamito maju selangkah, membelakangi Ojou-samas.

Dan berdiri di depan gadis bertopeng merah itu.

"Sepertinya ada yang bisa mematahkan Brand of Darkness."

"Sayang sekali. Tidak semua hal sesuai dengan keinginanmu."

Kamito menatap balik mata merah di balik topeng.

"Brand itu hanya sebagai awal memulai kebangkitan Maou dalam dirimu. Setelah Gate terbuka, benda itu tidak akan bisa hilang."

"- Apa maksudmu tentang Maou?"

Ren Ashbell tersenyum didalam topeng itu dan berbisik dengan suara lirih.

"Jika kau mau tahu, maju dan lawanlah aku - Ren Ashbell."

"Ren Ashbell, huh. Ironis sekali."

Kamito mengecakkan lidahnya dan mengerang.

"Tapi, akan ku perjelas. Jika aku mengalahkanmu, kau akan menceritakan semuannya."

"Percaya diri sekali. Untuk seseorang yang sudah kehilangan roh terkontraknya."

"Est pasti kembali. Dia partner terbaikku."

Kamito mengangkat bahunya, berbalik lalu pergi tanpa sepatah katapun.

Dan begitulah akhir perjanjian singkat antara kedua Ren Ashbell.

Keributan mulai terdengar lagi di kuil.

Di atas api unggun, 5 putri roh muncul.

Diantara mereka ada Reicha Alminas.

Ketika Kamito bertemu dengannya kemarin, Reicha menjadi gadis penurut, tapi dengan melakukan ritual menggunakan pakaian khusus, dia berpenampilan salah seorang dari 5 putri tertinggi.

Akhirnya, detil dari Tempest muncul dari kelima putri roh itu.

Pengenalan Blade Dance akan dilangsungkan di sebelah utara hutan Ragna Ys.

Tempat itu dilindungi dengan penghalang oleh semua putri dari Divine Ritual Institute, sehingga tidak mungkin untuk meninggalkan tempat itu seenaknya. Perwakilan masing-masing negara di pindahkan ke berbagai lokasi secara acak, dan selama 7 hari, mereka akan melakukan Blade Dance.

Ada 1 peraturan - Dilarang membunuh elementalis lain.

Blade Dance bukanlah pertarungan seni bela diri, melainkan sebuah ritual.

Jadi, tidak akan diperbolehkan menodai ritual kepada raja roh dengan sebuah kematian.

Persaingan ditentukan dengan cara mengumpulkan batu roh khusus yang dibagikan kepada setiap perwakilan tim - Magic Stone.

Jika peserta terpisah dengan Magic Stone selama lebih dai 1 menit, mereka akan langsung dikeluarkan dari arena.

7 hari setelah upacara pembukaan. 4 tim yang terbanyak mengumpulkan Magic Stone akan dibawa ke hadapan raja-raja roh untuk mempersembahkan penyelesaian dari Blade Dance. Pada poin ini, meskipun seorang anggota sudah hilang, kelima anggota akan terus melanjutkannya ke final.

"- Keberuntungan dan berkah suci untuk para putri Blade Dance."

Kelima putri roh membaca doa dari raja-raja roh secara bersama-sama.

Hal itu menandakan awal dari pertempuran.

Di tengah sorak sorai yang sangat berisisk, para elementalis memasuki lingkaran teleportasi yang berada di atas altar.

Tepat sebelum memasuki lingkaran teleportasi, Kamito berbalik menghadap para Ojou-samas.

"Semuanya, kita pasti menang!"

"Ya-ya-ya♪" "Pastinya!" "Itu, um, itu kalimatku!"

Mantan putri kedua Ordeshia, Fianna Ray Ordeshia.

Kapten Ksatria Sylphid, Ellis Fahrengart.

Putri tertua dari keluarga Laurenfrost, Rinslet Laurenfrost.

Adik Ratu Bencana, Claire Rouge dari keluarga Elstein.

Dan pemenang Blade Dance tiga tahun lalu - Kazehaya Kamito.

Empat perempuan dan satu laki-laki, dengan harapan masing-masing, berjalan untuk menghadapi Blade Dance.



Bagian 3[edit]

Setelah masuk ke dalam lingkaran teleportasi, hutan yang misterius terlihat di seberangnya.

Kabut tipis menghalangin pandangan Kamito, teriakan burung dan binatang bisa terdengar dari kejauhan.

"Di dalam hutan, ya... Ada banyak tempat yang bisa digunakan musuh untuk bersembunyi..."

Claire, yang dipindahkan setelah Kamito, sekilas melihat lingkungan sekitar.

"Haruskah aku menggunakan familiar angin ku untuk memeriksa keadaan sekitar?"

"Itu benar... Tidak, mungkin lebih baik tidak usah. Bukan berarti aku tidak mempercayaimu, Ellis. Tapi pengguna roh sihir roh pasti akan segera menemukan kita."

"........ Benar juga, yah."

Angguk Ellis.

"Fenrir ku akan membawa barang-barang kalian."

Rinslet memanggil roh sihir es menggunakan jarinya.

Badai salju buatan Fenfir pun muncul.

Seketika, mereka berlima masuk ke dalam badai tersebut lalu menghilang.

"Mudah sekali."

"Area Laurenfrost sudah diisolasi, jadi meminta Fenfir untuk membawa barang adalah pilihan bagus."

Rinslet mengelus kepala Fenrir dan Fenrir membalas dengan rengekan manis.

Mu, Scarlet imut, tapi Fenrir juga imut..."

Ellis menetap Fenrir dengan ekspresi seperti jatuh cinta.

"Hawa dingin di keluarga Laurenfrost sudah cukup menyiksa. Atau lebih tepatnya, aku tersesat di taman waktu itu, ketika aku datang ke rumah utama untuk bermain ketika kita masih kecil."

"Ketika aku menemukamu, kau memelukku dan menangis... mendesah, aku penasaran, kemana ya Claire imut pergi?"

Rinslet mendesah dengan tatapan yang sangat jauh.

"Ka-Kau...! kalau kau bicara lagi, aku akan menjadikanmu abu!"

"Seberapa luas taman itu, sampai kau tersesat..."

Sisi lain Claire itu membuat kaget Kamito.

"Kita harus menemukan tempat singgah, atau kita akan mati kedinginan."

"Ya, itu benar."

Kamito mengangguk.

Meskipun tempat ini di dalam Ragna Ys, entah karena perlindungan dari raja roh angin tergolong lemah atau semacamnya, udaranya benar-benar dingin. Seragam sekolah akademi juga memiliki anti dingin, tapi tampaknya tidak terlalu berguna terhadap dinginnya malam.

"Mengamankan pasokan air juga penting. Akan lebih baik kalau dekat dengan sungan atau danau."

Saran Claire bukan hanya air minum, tapi sarannya juga dibutuhkan untuk penyucian elementalis yang digunakan untuk menghilangkan berbagai noda.

"Bagaimanapun, hal yang pertama kita lakukan adalah mengamati lingkungan sekitar. Formasi kita akan terdiri dari aku di baris depan, Rinslet dan Fianna di tengah, Ellis dan Kamito di barisan belakang."

Claire mengusulkan formasinya.

Fianna yang lemah terhadap pertempuran akan berada di tengan agar bisa dilindungi semuanya, dan rinslet bisa melihat ke segala arah. Kamito yang punya kekuatan besar akan bertugas mengawasi lingkungan dan 2 orang yang punya kekuatan besar dalam pertarungan 1 lawan 1, Claire dan Ellis, akan berada di pinggir.

Kamito dan lainnya membentuk formasi dan mulai meju menelusuri hutan.



Bagian 4[edit]

Mereka sudah menelusuri hutan selama setengah jam.

Sejak beberapa saat yang lalu, roh cahaya berbentuk bola sering melintas di langit.

Mereka adalah roh-roh yang menampilkan Blade Dance dari arena ke kuil besar.

Tampaknya mereka dilatih agar tidak mengganggu kegiatan para elementalis. Namun, saat ini pasti Kamito dan lainnya sedang ditayangkan di layar.

"Kita belum menemukan tanda-tanda adanya air. Tempat ini sebesar apa, sih?"

"Hutan ini harusnya lumayan luas. Luas Ragna Ys sama dengan luas sebuah negara kecil."

Claire, yang berjalan di depan, menjawab pertanyaan Kamito.

"Sepertinya kita harus membuat peta."

Kata Rinslet sambil melepas cabang pohon dari rambutnya.

"...... Kakiku sudah mulai sakit."

Fianna, yang tidak biasa jalan jauh, hanya bisa meringis.

Berbeda dengan Claie dan lainnya, Fianna adalah murid pindahan dan tidak melakukan pelatihan yang sama di lapangan terbuka.

"Apa aku harus menggendongmu?"

"eh? Ti-Tidak usah, aku tidak apa-apa..."

Wajah Fianna memerah, dia menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Jangan dipaksakan. Bisa-bisa nanti kau tidak bisa jalan."

"Ta-Tapi, aku... itu, aku pakai rok pendek..."

"A-Ah, benar juga..."

...... Sesuai perkiraan, bahkan ratu yang selalu menggoda Kamito pun akan malu dengan hal itu.

"Kamito, kau memikirkan hal-hal mesum lagi!"

Ellis mengeluarkan pedangnya.

"A-Aku tidak memikirkannya! Atau lebih tepatnya, mencari solusinya!"

"Hmph.... Ka-kakiku sakit..... mungkin."

Ellis menggigit bibirnya seperti cemberut.

Dilihat dari kondisinya tadi, sepertinya bukan masalah. tapi-

"Be-Begitukah?... Tapi, sesuai dugaan, membawa dua orang tuh kelihatan sedikit menyulitkan."

"Ka-Kakiku tiba-tiba juga mulai sakit."

"Ya, meminjamkan bahumu mu-mungkin cukup membantuku."

"Ya, aku bisa."

"Be-Begitukah? Ja-Jadi, aku akan menyadarkan tubuhku."

Rinslet tersenyum dan pindah ke bahu Kamito.

".......!"

Seragam yang sedikit bau keringat.

Jantung Kamito berdetak seiring sensasi lembut yang menyentuh lengannya.

"......Ti-Tidak adil, Rinslet! Kamito, tolong pinjami aku bahumu juga!"

Untuk beberapa alasan yang tidak diketahui Kamito, Ellis juga ikutan menempel di bahunya.

"Ja-Jadi.... Aku juga♪!"

Fianna juga menyandarkan kepalanya ke punggung Kamito.

"A-Aduh, kok jadi begini...."

Kamito terdengar kesulitan karena dipeluk oleh 3 perempuan.

"Hey, kalian bertiga! Formasinya jadi berantakan!"

"Fufufu, kau bohong, Claire. Lebih baik kau juga mengatakan kalau kakimu sakit."

"Apa... da-dasar bodoh! Aku tidak apa-apa, aku masih bisa berjalan sendiri!"

Claire marah dengan wajah yang memerah karena digoda Fianna.

"...."

Dan Kamito berhenti berjalan.

"Kamito, ada apa?"

"Diam. Kita ketahuan."

"......!?"

Mereka bertiga langsung melepaskan diri dari Kamito dan memanggil roh mereka masing-masing.

Suara tali busur yang ditarik pun terdengar lirih.

Tidak, bukan diam - tapi jangan bergerak

Kamito mempertajam indranya dan mencari keberadaan musuh.

Dua orang. Mereka pengintai atau ada yang bersama mereka.

"Tidak terduga kalau kita akan terkena perangkap secepat ini."

"Ya, meskipun bukan rencana baik untuk bertindak secepat ini -"

Tepat setelah Kamito mengangguk.

"- Mereka datang!"

Sebuah kilatan cahaya meledak.



Bagian 5[edit]

...Pengalih perhatian, huh!

Yang meledak adalah batu roh yang sebelumnya sudah ditanam di tanah.

Tadi itu adalah pengalih perhatian tapi tidak punya kekuatan.

Tapi cukup untuk membuat celah bagi musuh.

Bersamaan dengan itu, Kamito merasakan aura kuat datang mendekat.

....... Dari bawah!

Kamito merasa ledakan tadi mengganggunya. Kamito mempercayai instingnya dan melompat.

Kemudian. Sebuah tangan pasir raksasa muncul dari tempatnya tadi.

Sesuai perkiraannya, ada orang lain juga.

Tangan pasir itu bergerak dan memanjang ke arah lengan Kamito -

"Aku tidak akan membiarkannya, Taring Pembeku, tembuslah - Freezing Arrow!"

Panah es Rinslet menusuk lengan pasir.

"Kamito, di atasmu!"

Claire memperingatkannya.

Kamito pun melompat -

"- Hancurkan mereka sampai mati, wahai roh monster batu Gargoyle!"

Sebuah bayangan langsung jatuh ke tanah. Seekor raksasa jatuh dari atas.

Tanah dan pasir berserakan di udara karena getara hebat.

Seorang gadis elementalis naik ke punggung roh yang punya bentuk seperti goblin batu.

Seragam putih yang indah.

"Seingatku, itu milik Kerajaan Balstan..."

" - tuan pendekar O, jadilah perisaiku!"

Dari kejauhan, muncul roh ksatria milik Fianna.

Pedang ksatria itu membentuk sebuah kilauan melengkung. Lalu suara batu yang hancur terdengar, lengan monster itu pun hancur.

Dua puluh detik setelah kilatan tadi, mata Kamito akhirnya sembuh.

Ojou-samas membuat formasi mengelilingi Claire.

Aku bener-benar tidak bisa melakukannya tanpa Est, tapi -

Kamito membuat sebuah pedang pendek menggunakan sihir dasarnya.

Dia mencoba mengitari sekeliling daerah serangan - lalu.

Raksasa pasir muncul di hadapannya, menebarkan tanah dan pasir ke udara.

"Cih.......!"

Kamito menjaga jarak sambil mengecakkan lidahnya.

Pengguna roh pasir - di mana mereka?

Kamito segera memeriksa sekitarnya.

Opini pertama yaitu elementalis sudah menggunakan roh atribut tanah mereka untuk bersembunyi dibawah tanah menggunakan sihir roh. Tapi sama sekali tidak berbekas.

Orang kedua muncul di belakangnya -

Yang satu lagi......!

Muncul seorang gadis yang membawa pedang di balik pepohonan.

Sebuah kilatan membelah pohon dibelakang Kamito.

Kamito melindungi dirinya dan menghindar.

"Mampu menghindari pisau anginku, sesuai yang diharapkan dari elementalis laki-laki."

Gadis itu berteriak seperti akan melawan Kamito.

"Kau telah membuat malu tuanku - maaf, tapi aku harus memusnahkanmu sekarang juga!"

"Jadi serangan ini adalah balas dendam untuk pengeran idiot itu, huh...?"

Kamito mendesah keheranan.

Ada saja orang bodoh yang membawa masalah pribadi mereka ke Blade Dance.

"..... Aku turut bersimpati, kontraktor Roh Kerajaan Balstan."

"Aku tidak akan membiarkanmu mengejek tuanku!"

Gadis elementalis angin itu mengayunkan pedangnya.

Kamito melompat kesamping untuk menghindar. Pisau angin sedikit mengenai lehernya.

...... Kalau saja ada Est, serangan seperti itu tidak akan mempan.

Terjangan pisau angin yang terbang ke segala arah menghalangin Kamito untuk mendekat.

"Hah, sepertinya kau sungguh tidak bisa bertarung tanpa roh terkontrakmu!"

.........Kenapa dia tau kalau aku kehilangan Est?

Ketika Kamito merasa keheranan, pada saat itu juga - petir putih kebiruan muncul dari arah belakang.

Dia langsung berbalik dan menahannya dengan pedang sihir roh miliknya.

Pedang itu langsung hilang menjadi butiran halus.

Kmaito melihat arah serangan tadi, seorang gadis berdii di sana sambil membawa Senjata Elemental berbentuk busur.

"Tidak mungkin. Dia menyadari serangan kejutan barusan!?"

Elementalis angin itu kaget.

"Itu karena aku tahu kalau ada orang lain yang bersembunyi."

Kamito mengangkat bahunya.

"Sudah kuduga, kau berbahaya. Kami harus menghancurkanmu ketika kau tiba bisa menggunakan roh terkontrakmu."

"Kau sedikit melebih-lebihkan."

Kamito mengamati sekitarnya tanpa melemahkan perlindungannya ketika bercanda.

Di belakang ada elementalis beratribut angin yang menggunakan pedang. Di depan ada elementalis beratribut petir yang menggunakan busur.

...... Mereka bertiga sudah terlatih. Sesuai perkiraan, akan sulit jadinya.

Keringat dingin berkumpul di keningnya.

Untuk beberapa waktu tertentu, kabut tebal menyelimuti hutan.

Itu bukan kabut biasa. Jelas-jelas kabut itu dibuat dengan sihir roh.

Claire dan lainnya berjuang melawan roh monster batu tidak jauh dari tempatnya berdiri, tapi karena kabut, dia tidak bisa mendengar suara pertempuran ataupun suara mereka sama sekali.

Sejak awal, rencana mereka adalah memisahkan ku, ya -

Saat ini, Blade Dance dlam pertempuran sengit.

Tidak perlu mengalahkan semua tim musuh sekaligus.

Kamito tidak tahu darimana mereka memperoleh informasi tentang hilangnya Est, tapi mereka sudah merencanakan untuk menyerang Tim Scarlet yang sudah kehilangan kekuatan terkuat mereka.

Kedua elementalis yang bertarung dengan Claire dan lainnya mungkin hanya mengulur waktu.

Jadi, aku harus mengulur waktu. Sampai Claire dan lainnya datang-

Kamito mencengkram tangannya dan mengambil kuda-kuda.

"Tidak berguna!"

Elementalis angin mengayunkan pedangnya dan melepaskan beberapa pisau angin.

Tapi Kamito tidak diam saja. Dia bergeser sedikit dan menghindarinya dengan jarak setipis rambut.

"Dia bisa melihat pisau anginku!?"

"- Sayang sekali, tapi arah serangan pisau anginmu mudah ditebak di hutan!"

Pisau itu tidak terlihat, tapi dia bisa melihat pisau itu memotong daun dan cbanag pohon. Setelah menerima beberapa serangan, Kamito sudah tahu kecepatan dan lebar pisau angin itu.

Tentu saja, untuk melakukannya dibutuhkan insting yang luar biasa dan keberanian.

Salah sedikit bisa fatal. Karena aturan yang berlaku, kepalanya tidak akan lepas tapi kesadarannya akn hilang.

Mempercepat gerakannya, Kamito mendekati elementalis angin.

"Aku, aku tidak akan membiarkanmu!"

Tiba-tiba panah petir datang ke arah Kamito - namun,

Kamito langsung menghilang.

"Apaaaaa!?"

Kamito menghentak tanah dan terbang lurus ke atas.

Teknik bertempur yang sudah diajarkan kepadanya di Sekolah Instruksional - Gerakan Meta Tiga Dimensi!

Anak yatim lainnya yang berasal dari Sekolah Instruksional, Jio Inzagi, juga menggunakan teknik ini, tapi kecepatannya tidak sebanding dengan Shadow Weaving milik Kamito.

Melompat diantara cabang-cabang pohon, itu adalah teknik gerakan yang berkecepatan tinggi ke segala arah utnuk mengecoh lawan. Dari sekian banyak elementalis yang menerima pelatihan, tidak semua bisa melakukannya.

Kamito mempercepat gerakannya sambil menghentakkan batang pohon. Elementalis angin dan petir menembaki ke arah Kamito tapi tidak mengenai sasaran.

"- Sandman, robohkan pohon-pohon di sekitarmu!"

Elementalis angin berteriak.

Roh pasir meraung dan merobohkan pohon-pohon di sekitarnya.

Mekipun tubuh monster itu tampak kusam, tapi kecepatannya luar biasa. Kamito pernah bertarung dengan elementalis beratribut tanah - bentuknya seperti batu, tapi baru kali ini Kamito melawan jenis roh yang punya pergerakan seperti itu.

"Cih...."

Kamito tidak punya pilihan lain kecuali mendarat karena sudah kehilangan pijakan kakinya.

" - Angin O, bertiuplah dengan kencang!"

Beberapa pisau angin muncul dari samping tangan monster pasir.

Rambut ekor kuda berwarna biru terkibas oleh angin.

Ellis yang memegang Senjata Elemental Ray Hawk di tangannya.

" - Ellis, terima kasih banyak."

"Maaf telat. roh kabut itu menghalangiku."

Ellis mendarat dengan mulus dan menyiapkan tombaknya dengan gerakan indah.

"Khhuuuu, rencana kita gagal... huh, mundur!"

Elementalis angin langsung memutuskan untuk mundur.

Rencana untuk memisahkan Kamito dengan serangan cepat ditambah serangan mendadak sudah gagal. Tidak ada gunanya lagi untuk bertarung lebih jauh lagi.

"- memangnya aku akan melepaskanmu!"

Ellis mengayunkan Ray Hawk.

Sihir roh angin Ellis berada beberapa tingkat di atas roh angin musuh. Pisau-pisau angin memotong pohon-pohon di jalurnya dan menyerang elementalis yang berusaha kabur.

Tepat di jalur pisau angin Ellis - Monster pasir berdiri di sana.

Pisau-pisau angin langsung mengenai monster pasir. Elementalis angin dan petir sudah menghilang ke dalam hutan.

Ellis menggigit bibirnya karena kesal. Roh pasir mulai membangun tubuhnya lagi.

Namun, ketika bagian depan monster itu terhempas angin, Kamito menyadari sesuatu.

Aku pikir gerakan roh itu memang bagus..... ternyata kau bersembunyi di sana.

Pasir mulai berkumpul lagi dan menutupi luka monster itu - tepat sebelum itu terjadi.

Kamito langsung melompat ke arah bekas serangan Ellis - Dia pukul ulu hati monster itu.

Rasanya seperti pasir yang menerima pukulannya.

Monster pasir yang sedang membangun badannya itu langsung hancur.

Yang muncul di dalam monster itu adalah seorang gadis yang sedang pingsan.

"Apaan ini?"

"Raksaan pasir itu adalah Senjata Elementalnya."

Kamito mengangkat bahu dan menjawab pertanyaan Ellis.

"....... Maaf. Aku akan mengambilnya."

Kamito membungkuk dan mengambil Magic Stone dari leher gadis itu.

Gadis ini akan dipindahkan ke kuil besar jika mereka menunggu selama 1 menit.

"Kamito!" "Kamito-kun!" "Kau baik-baik saja, kan?"

Claire dan lainnya berlari dari dalam hutan.

Sepertinya pertempuran yang satu lagi hasilnya sudah kelihatan.

"Apa kalian terluka?"

"Ya..... hmmm, jangan bilang kau mengalahan mereka tanpa roh milikmu?"

Claire melebarkan matanya.

"Tidak, sangat berbahaya kalau Ellis tidak datang. Akhirnya mereka melarikan diri."

"Ini," kata Kamito sambil melemparkan Magic Stone kepada Claire.

"Kami mengalahkan seorang elementalis monster batu. Si elementalis kabut berhail lolos."

"Claire menggenggam 2 Magic Stone di tangannya..

"Berbahaya kalau terus mengejar mereka. Tampaknya mereka itu tim yang sangat teliti."

"Bagaimanapun, aku tidak terpikir kalau kita akan diserang secepat ini."

"Ya, tampaknya lebih baik kita cepat-cepat menemukan perkemahan."

Claire mengangguk setelah mendengar kata-kata Ellis.

Seperti yang diperkirakan, mereka tidak akan senang dengan kemenangan petama mereka.

Kamito berjalan ke jalanan yang masih tertutup sisa-sisa batu roh.

Yang masih aneh, bagaimana mereka bisa menyergap kami.

Mereka bergerak seperti tahu lokasi Kamito dan lainnya, padahal Blade Dance baru dimulai tidak lebih dari 1 jam yang lalu.

Dan juga, mereka tahu kalau aku sudah kehilangan Est.

"..................."

Kamito menatap segel roh yang berada di tangan kirinya.

Pada akhirnya, meskipun tubuh Kamito merasakan bahaya, Gate tidak menunjukkan tanda-tanda akan terbuka.

"Est......"



Bagian 6[edit]

"Seperti yang diharapkan, Kazehaya Kamito-"

Seseorang menonton hari pertama Blade Dance dari kejauhan.

Duduk di sebuah bukit yang sedikit lebih tinggi dari kelima gadis yang berseragam militer.

Salah satu dari mereka difavoritkan menang dalam kompetisi kali ini, Perwakilan dari Kerajaan Dracunia, Knights o the Dragon Emperor.

Mereka menggunakan sihir roh beratribut Naga, Dragon Eye untuk mengamati dari kejauhan.

"Karena itulah dia cocok sebagai tumbal untuk naga yang tertidur di dalam tubuhku."

Gadis yang berdiri di tepi tebing - Leonora Lancaster menjilat bibirnya.

Dengan keganasan yang berasal dari dalam tubuhnya, matanya bersiar seperti darah.

Dragon Blood Leonora-sama bangkit.....

Wakil Kapten, Yuri El Cid, terlihat ketakutan.

Bulu kuduk di punggunya berdiri semua.

Kekuatan aneh yang diwariskan kepada orang yang melayani naga - Dragon Blood.

Untuk keempat kalinya Yuri melihat mata merah Leonora.

Pertama kali dia melihatnya kira-kira 1 tahun yang lalu di pintu masuk untuk pemeriksaan Knights of the Dragon Emperor. Leonora telah melenyapkan semua kontestan lainnya dalah hitungan menit.

Sebuah tarian gila yang bisa menimbulkan orban jiwa.

Jika naga dalam dirinya terbangun, temannya pun tidak ada yang bisa menghentikannya.

Tapi, kali ini dia terlihat berbeda dari biasanya.....

Yuri melihat Leonora dari samping.

Dilihat dari penampilannya, dia teeriihat tenang.

Untuk beberapa alasan, ketertarikannya hanya ditujukan ke satu orang dan dia hanya ingin membunuh eleentalis laki-laki itu.

Leonora berdiri daan melihat pemandangan di depannya tanpa bersuara.

" - Malam ini, kita akan memburu sekelompok singa."

Yuri dan lainnya mengangguk tanpa berkata-kata apapun.

Tadi itu adalah tanda serangan untuk Knights of the Dragon Emperor.



Back to Bab 6 Return to Halaman Utama Forward to Bab 8