Difference between revisions of "Suzumiya Haruhi ~ Indonesian Version:Volume9 Prologue"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
(New page: '''Prolog''' Cara-cara mengetahui perubahan musim berbeda-beda untuk tiap orang. Untukku, cara tergampang mungkin dengan mengamati kelakuan kucing calicoku, Shamisen. Saat Shamisen tida...)
 
Line 14: Line 14:
 
"Nggak ragu lagi, ini sudah musim semi. Buat murid-murid, ini juga awal tahun pelajaran dan tahun kalender. Aku ngerasa ini awal lembaran baru juga."
 
"Nggak ragu lagi, ini sudah musim semi. Buat murid-murid, ini juga awal tahun pelajaran dan tahun kalender. Aku ngerasa ini awal lembaran baru juga."
   
  +
Nada bicaranya - yang secara mengejutkan - menyenangkan itu cocok untuk musim semi, jadi sejauh ini tak apa. Kalau saja itu diucapkan saat musim panas hanya akan membuat orang merasa hangat. Soal musim dingin… satu-satunya orang yang aku harap sudi berbicara padaku adalah Asahina-san, dan hanya dirinya seorang.
His surprisingly refreshing tone is appropriate for spring, so that is still all right. If it is used during summer, it would only make one feel warm. As for winter... the only person I wish that would speak to me like this would be Asahina-san, and her alone.
 
   
  +
Aku tidak terlalu yakin ia sadar bahwa hatiku tak lagi ada untuk pembicaraan itu, dan segala yang tersisa hanyalah tubuh fisikku. Tetapi ia melanjutkan bicaranya tanpa memperhatikan selaan apapun.
I am not too sure if he realized that my heart was no longer set on the conversation, and that all that was left there was my physical body, but he would continue his speech regardless of any interruptions.
 
   
  +
"Ini kali keduaku menyambut musim semi sejak aku masuk SMA. Aku nggak tau apa 'musim semi akhirnya datang' atau 'musim semi datang lagi begitu cepat' yang lebih tepat nunjukin maksudku di sini."
"This is my second time welcoming spring since I entered high school. I do not know whether 'spring has finally arrived' or 'spring has arrived again so quickly' would more accurately convey the point I am trying to make here."
 
   
  +
Aku penasaran bagian mana yang perlu dibingungkan soal itu. Andai ini Bahasa Indonesia, dia selalu bisa menggunakan 'tetapi' untuk menghubungkan kedua frase itu. Orang tidak mungkin mengingat semua yang mereka lakukan tiap saat. Karena itu, ketika seseorang mencoba mengingatnya lagi, banyak kejadian yang lalu ini kelihatannya berlalu begitu cepat atau lambat. Seperti yang terjadi sekarang ini, aku cuma harus menggunakan banyaknya rasa gembira yang aku alami untuk menilai seberapa cepat atau lambat kejadian itu terjadi. Mari kita pikirkan ini dari sudut pandang jarum jam; bukankah jarum-jarum itu bergantung pada hitungan detik untuk mengukur aliran waktu, sembari mengeluarkan suara detikan untuk mengingatkan orang-orang akan hal ini? Walau kadang seseorang tidak ingat mematikan alarm jam, kadang akhirnya alarm itu tidak menyala, membuatku marah sampai-sampai melempar jam alarm itu ke dinding. Musibah macam itu paling sering terjadi Senin pagi.
Nada bicaranya - yang secara mengejutkan - menyenangkan itu cocok untuk musim semi, jadi sejauh ini tak apa. Kalalu itu diucapkan saat musim panas hanya akan membuat orang merasa hangat. Soal musim dingin… satu-satunya orang yang aku harap sudi berbicara padaku adalah Asahina-san, dan hanya dirinya seorang.
 
  +
  +
"Seperti kamu bilang, jarum jam itu satu dari sedikit benda yang bisa mengingatkan kita secara objektif tentang kejadian-kejadian. Tapi untuk manusia, bukan hanya jarum jam, yang paling penting itu apa yang sudah kita kerjakan atau lewati selama waktu itu."
  +
  +
"He eh."
  +
  +
--Bersambung

Revision as of 11:27, 16 July 2009

Prolog


Cara-cara mengetahui perubahan musim berbeda-beda untuk tiap orang. Untukku, cara tergampang mungkin dengan mengamati kelakuan kucing calicoku, Shamisen.

Saat Shamisen tidak lagi menyelinap ke ranjangku tengah malam, aku akan tahu bahwa beberapa bulan musim semi, musim yang paling disenangi di daerah empat musim, telah tiba. Tetapi dibandingkan kucing, tumbuhan punya kemampuan yang sama, bahkan lebih hebat dan mengagumkan. Sakura yang berbunga di mana-mana seolah siap layu perlahan menurut jadwal yang telah mereka laksanakan. Langit di awal April cerah dan biru seolah diwarnai dengan krayon. Mentari, seolah bersiap untuk musim panas, menumpahkan cahya keemasannya ke daratan dengan segala kehebatannya. Tetapi, angin yang bertiup dari pegunungan terus membawa sedikit rasa dingin, mengingatkanku dengan ketinggian kota yang kutinggali ini.

Aku, tanpa ada yang ingin kulakukan, mengangkat kepala dan melihat ke langit biru, berkata lirih.

"Sudah musim semi, yah…"

Mungkin kukatakan sesuatu macam itu karena kebosananku. Karena itu aku tidak megharap jawaban dari siapapun. Tapi orang di sampingku, alih-alih mengetahui hal ini, bagaimanapun juga merasa harus menjawab.

"Nggak ragu lagi, ini sudah musim semi. Buat murid-murid, ini juga awal tahun pelajaran dan tahun kalender. Aku ngerasa ini awal lembaran baru juga."

Nada bicaranya - yang secara mengejutkan - menyenangkan itu cocok untuk musim semi, jadi sejauh ini tak apa. Kalau saja itu diucapkan saat musim panas hanya akan membuat orang merasa hangat. Soal musim dingin… satu-satunya orang yang aku harap sudi berbicara padaku adalah Asahina-san, dan hanya dirinya seorang.

Aku tidak terlalu yakin ia sadar bahwa hatiku tak lagi ada untuk pembicaraan itu, dan segala yang tersisa hanyalah tubuh fisikku. Tetapi ia melanjutkan bicaranya tanpa memperhatikan selaan apapun.

"Ini kali keduaku menyambut musim semi sejak aku masuk SMA. Aku nggak tau apa 'musim semi akhirnya datang' atau 'musim semi datang lagi begitu cepat' yang lebih tepat nunjukin maksudku di sini."

Aku penasaran bagian mana yang perlu dibingungkan soal itu. Andai ini Bahasa Indonesia, dia selalu bisa menggunakan 'tetapi' untuk menghubungkan kedua frase itu. Orang tidak mungkin mengingat semua yang mereka lakukan tiap saat. Karena itu, ketika seseorang mencoba mengingatnya lagi, banyak kejadian yang lalu ini kelihatannya berlalu begitu cepat atau lambat. Seperti yang terjadi sekarang ini, aku cuma harus menggunakan banyaknya rasa gembira yang aku alami untuk menilai seberapa cepat atau lambat kejadian itu terjadi. Mari kita pikirkan ini dari sudut pandang jarum jam; bukankah jarum-jarum itu bergantung pada hitungan detik untuk mengukur aliran waktu, sembari mengeluarkan suara detikan untuk mengingatkan orang-orang akan hal ini? Walau kadang seseorang tidak ingat mematikan alarm jam, kadang akhirnya alarm itu tidak menyala, membuatku marah sampai-sampai melempar jam alarm itu ke dinding. Musibah macam itu paling sering terjadi Senin pagi.

"Seperti kamu bilang, jarum jam itu satu dari sedikit benda yang bisa mengingatkan kita secara objektif tentang kejadian-kejadian. Tapi untuk manusia, bukan hanya jarum jam, yang paling penting itu apa yang sudah kita kerjakan atau lewati selama waktu itu."

"He eh."

--Bersambung