Difference between revisions of "Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 16 Bab 19"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
m
m
Line 1,211: Line 1,211:
   
 
===Bagian 4===
 
===Bagian 4===
  +
“Apa yang ingin kusampaikan adalah… Aku benar-benar terkejut.”
  +
  +
Pada lantai kedua kereta pengangkut kerejaan, disamping Gabriel yang melihat lubang besar di tanah, muncul suara yang terdengar agak tenang.
  +
  +
Ia berbalik dan menatapnya, muncul dari salah satu lubang di dek, wajah besar pria separuh baya terlihat. Ia mengingat jika namanya adalah Lengil, pemimpin Guild Perdagangan dan Industri. Lengil bergabung dengan pasukannya dan memberi hormat tulus.
  +
  +
Sementara ia menjadi salah satu dar Bangsawan yang tersisa, orang ini tampaknya tiidak memiliki kemampuan bertarung. Terus apa masalahnya? Gabriel mengangkat alisnya sebagai tanda pengakuan. Lengil menengok ke kiri dan kanan, tetapi tubuhnya masih menghadap Gabriel. Ia menyadari jika Vassago tidak ada di sekitar, namun ia tidak berani berkomentar dan memberi hormat sekali lagi.
  +
  +
“Yang Mulia. Bulan akan muncul sebentar lagi… Jika tidak ada perintah lain untuk dilaksanakan, aku meminta agar pasukan diijinkan untuk beristirahat dan makan.”
  +
  +
“Oke.”
  +
  +
Ia kini kembali menatap langit malam.
  +
  +
Pasukan yang dikirimkan informasi musuh masih belum kembali. Dengan kata lain, mereka berada tidak hanya beberapa mel. Dan ketika melihat itu, tampaknya lubang sebesar itu tak bisa diciptakan dengan kekuatan manusia manapun.
  +
  +
Memprediksi jika musuh telah mengalahkan pasukan yangg ada di selatan tempat Vassago dan teman-temannya berada, kemungkinan besar mereka berhasil dikalahkan. Namun jika Vassago sendiri tewas di dunia ini, ia akan terbangun di dunia nyata.
  +
  +
Sekarang ia harus menggunakan pasukan udara. Namun para Dark Knight hanya memiliki sepuluh naga. Ia tidak tahu harus berapa kali bolak-balik untuk mengangkut duapuluh ribu prajurit.
  +
  +
Mungkinkah melakukannya dengan Art. Tetapi menurut Pengguna Dark Art yang telah diajak berunding sebelumnya, mustahil menciptakan jembatan bagi pasukan untuk menyebrang. Jika mereka sekuat pemimpinnya, Dee Ai El, mungkin jika mengorbankan beberapa Demihuman lagi … tetapi menurut laporan jika Dee telah hangus dalam serangan balasan Integrity Knight sebelumnya.
  +
  +
— Bagi seseorang yang penuh ambisi, kau tewas terlalu cepat.
  +
  +
Gabriel berpikir dengan penuh penyesalan. Tetapi pada akhirnya nanti, seorang AI sepertinya hanyalah bidak dalam permainannya, dan keberadaannya akan segera hilang dari pikirannya.
  +
  +
Dengan kata lain —
  +
  +
Lubang menganga yang tercipta tadi mengatur “keseimbangan game” di dunia ini. Baik AI dari Kerajaan Manusia dan AI dari Tanah Kegelapan tak ada yang bisa menciptakannya.
  +
  +
Jika masalahnya seperti itu, kejadian ini adalah ikut campur seseorang dari dunia luar. Seseorang dari RATH, kemungkinan orang penting dari mereka telah log ini menggunakan super account sepertinya.
  +
  +
Mereka mungkin memiliki tujuan yang sama. Mengambil «Alice», lalu keluar ke dunia nyata menggunakan sebuah system console.
  +
  +
Meskipun kondisi saat ini sedikit merepotkan baginya, ia harus bisa membuat rencana matang.
  +
  +
Atau mungkinkah — hal ini malah menjadi semakin menarik.
  +
  +
Bibir Gabriel terangkat hingga membentuk senyuman. Setelah senyum tersebut menghilang, ia berbalik menghadap Lengil.
  +
  +
“Baiklah. Kita akan berkemah disini untuk malam ini. Berikan makanan bagi pasukan; besok akan menjadi hari yang merepotkan.”
  +
  +
“Baik pak. Yang Mulia sungguh baik hati.”
  +
  +
Mengungkapkan rasa hirmatnya sekali lagi, Pemimpin Guild Perdagangan beranjak pergi dengan penuh semangat.
  +
  +
<center>* * *</center>
  +
  +
“Dari dunia yang sama dengan… Kirito-senpai?”
  +
  +
Kedua gadis bertanya secara bersamaan, mata bereka kebingungan.
  +
  +
“I-itu berarti… dunia dewa dan dewi? Dari dunia ketiga dewa yang menciptakan dunia ini … kerajaan di langit dimana dewa-dewi memberikan karunianya, dan malaikat tinggal disana …?”
  +
  +
“Tidak.”
  +
  +
Asuna menggelengkan kepalanya.
  +
  +
“Duniaku memang diluar dunia ini, tetapi bukanlah dunia para dewi. Karena… Lihatlah Kirito-kun, apakah kalian pikir penampilannya seperti seorang dewa atau malaikat?”
  +
  +
Mereka berdua melihat sosok yang ada di kursi roda, saling tatap, dan terkekeh. Mereka tak yakin, lalu mengangguk.
  +
  +
“Ya… Ya… Benar, tak ada dewa yang keluar tengah malam untuk membeli cemilan … benar kan…?”
  +
  +
Mendengar kata-kata si gadis berambut merah, kali ini giliran Asuna yang terkekeh. Ia masih tetap sama bahkan di dunia ini. Tak bisa berkata-kata dan senang, air mata menetes ke pipi Asuna sekali lagi.
  +
  +
Ia berkedip beberapa kali dan mengangguk . kemudian, si gadis berambut coklat bertanya:
  +
  +
“Uh… Um, dunia luar… kira-kira… seperti apa?”
  +
  +
Asuna berpikir sesaat, lalu menjawab:
  +
  +
“Akan sangat lama untuk menjawabnya. Aku ingin menceritakannya pada orang yang bertanggung jawab disini. Bisakah kalian mengantarkanku?”
  +
  +
“O-Oke. Mengerti.”
  +
  +
Para gadis setuju. Asuna bersiap mengikuti mereka, lalu berbalik untuk melihat Kirito sekali lahi.
  +
  +
Di wajahnya, bekas air mata miliknya masih bisa terlihat.
  +
  +
— Tak apa-apa, Kirito-kun. Kau bisa mengandalkanku…
  +
  +
Asuna berkata dalam hatinya, sambil dengan erat menggenggam tangan kirinya. Lalu ia berbalik, dan melompat dari belakang kereta.
  +
  +
Tepat ketika sepatu putihnya menyentuh tanah —
  +
  +
Cahaya keemasan muncul dihadapannya.
  +
  +
Kilauan dari sebuah mata pedang.
  +
  +
Sebelum ia bisa bereaksi, tubuhnya bergerak secara insting. Tangan kanannya menarik rapier di pinggang kirinya.
  +
  +
Kyariin!
  +
  +
Suara benturan logam terdengar dalam heningnya malam.
  +
  +
Ketika ia berhasil menghindari serangan tersebut, dorongan kuat yang tak terduga membuat lengan kanannya ngilu. Sungguh pedang yang berat.
  +
  +
Percikan bunga api dari benturan tersebut menyilaukan pandangan Asuna. Ia hampir tidak bisa melihat lintasan serangan kedua.
  +
  +
Serangan ini tak bisa ditahan dengan satu tebasan.
  +
  +
Seketika memikirkan hal tersebut, Asuna melaju ke arah musuh dan melancarkan tusukan beruntun dengan cepat.
  +
  +
Tusukan ketiga akhirnya berhasil menahan serangan musuh. Dengan penuh waspada, Asuna akhirnya menangkap sosok penyerang.
  +
  +
Ia terkejut.
  +
  +
Seorang knight cantik berkulit seputih salju, kira-kira berusia sama dengannya, ia menatap Asuan. Mata saphire miliknya seolah memancarkan gelombang listrik kebencian.
  +
  +
Rambut emas miliknya, yang tampak serasi dengan serangan sebelumnya, bergelombang di udara. Armor dan pedang panjang miliknya juga berwarna keemasan.
  +
  +
Dari kejauhan, kedua gadis keheranan. Lalu, mereka berteriak.
  +
  +
“Knight-sama, tolong hentikan!!”
  +
  +
“Dia bukan seorang musuh, Alice-sama…!!”
  +
  +
— «Alice»!
  +
  +
Mendengar nama tersebut, Asuna terkejut sekali lagi.
  +
  +
Swordswoman yang berada dihadapannya, yang sedang menggenggam senjata seberat batu raksasa — adalah true Bottom-Up AI pertama di dunia, seorang artificial intelligence yang bisa beradaptasi dimanapun, ALICE? ia adalah tujuan dibentuknya Project Alicization, dan juga apa yang RATH dan para penyerang cari — dia adalah pusat segala permasalahan ini.
  +
  +
Tetapi mengapa Alice menyerang dirinya?
  +
  +
Mencoba memblokir pedang emas, sesaat sebelum Asuna mengatakan apa yang dipikirkan, sebuah suara semerdu musik keluar dari bibir kemerahan Alice.
  +
  +
“Siapa kau?! Apa yang kau inginkan dari Kirito?!”
  +
  +
Seketika ia mendengar kata-kata tersebut.
  +
  +
Asuna menyingkirkan pikirannya tadi, perasaan emosi mengisi dirinya. Lebih tepat kalau disebut, rasa geram sesaat.
  +
  +
Jawaban yang keluar dari mulut Asuna malahan menambah minyak ke dalam api.
  +
  +
“Mengapa…? Karena dia itu milikku!!”
  +
  +
Menggertakkan gigi putihnya, Alice berteriak:
  +
  +
“Apa katamu?! Dasar orang barbar!!”
  +
  +
Kedua pedang yang masih bersentuhan kini mengeluarkan percikan bunga api ke segala arah.
  +
  +
Swordswoman berambut emas, dengan tangkas mundur, lalu seketika melancarkan tebasan atas. Tetapi seketika, Asuna menghindar, dan melancarkan serangan kombo.
  +
  +
Didalam kesunyian hutan, serangan keemasan dan serangan bagaikan komet, menimbulkan kilauan cahaya.
  +
  +
Benturan melewati siku Asuna hingga sampai ke pundaknya, benturan angin terasa di sekitar Asuna. Ia bisa menyeimbangi serangan musuh karena rapier yang dimiliki super account Stacia miliknya «Radiant Light», sebuah «GM item» yang memiliki prioritas lebih tinggi daripada pedang panjang emas milik Alice.
  +
  +
Senjata mereka berdua bertemu lagi, tetapi kini keduanya saling menjaga jarak.
  +
  +
Suara serak kini mengisi keheningan sesaat ini.
  +
  +
“Ah, pemandangan disini luar biasa. Dua bunga yang sedang mekar. Ah, sungguh mengagumkan. Pemandangan mengagumkan.”
  +
  +
Sepasang lengan kuat muncul, jari-jarinya dengan santai menggenggam bagian tengah senjata milik Alice dan Asuna.
  +
  +
“?!”
  +
  +
Seolah roti isi yang mengapit daging, pedang keduanya tak bisa dipisahkan. Lengan tersebut berusaha memisahkan kedua pedang dimana pemiliknya masih terdiam, ia berusaha memisahkan dua orang swordswomen yang masih bertarung.
  +
  +
Seseorang yang sedang berdiri disana adalah sosok pria yang berusia sekitar empat puluh tahun.
  +
  +
Diatas kimono yang dipakainya, ia mengenakan equip pertahanan berkuatilas rendah, sepertinya. Pedang panjang menggantung di pinggangnya maupun lengan miliknya, dipenuhi dengan goresan. Ia benar-benar cocok dengan deskripsi seorang pejuang.
  +
  +
Seketika pria tersebut muncul, Alice menggelembungkan pipinya dan mulai memprotes seolah ia menjadi anak-anak:
  +
  +
“Mengapa menghentikanku, Paman! Orang ini mungkin saja mata-mata musuh …”
  +
  +
“Aku tak berpikir begitu. Nona muda ini menyelamatkanku dari kematian. Aku yakin hal yang sama juga terjadi pada kalian semua?”
  +
  +
Kata-kata tersebut ditujukan pada kedua gadis berpakaian abu-abu yang sedang berdiri disamping.
  +
  +
Keduanya mengangguk cepat, dan berbicara dengan suara rendah.
  +
  +
“Y… Ya, Komandan Knight Terhormat. Nona ini menyelamatkan kami.”
  +
  +
“Dia, dengan lambaian tangannya, membuat musuh tenggelam dalam jurang … Itu benar-benar keajaiban.”
  +
  +
Si pria yang bernama Komandan Knight menatap lembah yang diciptakan Asuna, lalu meletakkan tangannya ke pundak Alice dan berbicara:
  +
  +
“Aku juga melihatnya. Cahaya berwarna-warni turun dari langit, lalu tanah terbelah sejauh seratus mel. Bahkan para Petarung Tangan Kosong tak bisa meremehkan serangan tersebut, mereka panik. Faktanya, nona muda ini telah menyelamatkan pasukan kita dari kekalahan besar. Ini bukan waktunya untuk saling bertengkar.”
  +
  +
“……”
  +
  +
Pedang panjang emas masih ditangannya, Alice masih mematap Asuna dengan curiga.
  +
  +
“Lalu… apa yang ingin paman katakan adalah, orang ini bukan mata-mata musuh juga bukan seorang peniru sosok dewi, intinya paman ingin berkata jika dia ini Dewi Stacia yang asli kan?”
  +
  +
Asuna menggigit bibirnya sambil tetap terdiam. Jika Komandan Knight, pria yang memimpin pasukan ini, menganggap Asuna sebagai dewi, kondisi saat ini akan bertambah kacau.
  +
  +
Untungnya, mulutnya terbuka dan berkata.
  +
  +
“Mungkin bukan. Jika ia adalah seorang Dewi, ia mungkin seorang yang lebih dingin dan kejam daripada Pemimpin Tertinggi. Ia akan membunuh musuh tanpa belas kasihan?”
  +
  +
Alice tidak menampik jawaban tersebut. Rasa permusuhannya masih belum padam, ia menatap Asuna dengan api kemarahan lalu segera memasukkan pedang miliknya ke sarung pedang!
  +
  +
Asuna juga memiliki banyak pertanyaan. Mengapa kau menyerangku? Kau ini siapanya Kirito-kun? Tetapi dengan tarikan nafas, Asuna bisa menahan kemarahannya.
  +
  +
Misi Asuna adalah untuk membawa Alice menuju «Altar Ujung Dunia» di bagian paling selatan Underworld, lalu mengeluarkan Light Cube miliknya dari Light Cube Cluster.
  +
  +
Dengan kata lain, ia harus meyakinkan gadis ini, yang tidak cocok dengan dirinya untuk meninggalkan Pasukan Kerajaan Manusia. Ini bukan waktu yang tepat untuk bertarung.
  +
  +
Menyarungkan senjata miliknya, Asuna berbicara pada Komandan Knight:
  +
  +
“Ya… Anda benar. Aku bukanlah seorang dewi; aku juga manusia seperti kalian semua. Tetapi, aku memahami situasi saat ini. Itu karena aku adalah manusia yang berasal dari dunia luar.
  +
  +
“Dunia luar, huh…”
  +
  +
Komandan Knight menggaruk dagunya, lalu tersenyum sederhana.
  +
  +
Hal yang kontars terjadi, mata milik Alice terbuka lebar dan ia bertanya dengan suara nyaring:
  +
  +
“Dari dunia luar…?! Jadi, kau datang dari dunia Kirito tinggal?”
  +
  +
Asuna mengangguk. Tampaknya Kirito telah menjelaskan beberapa hal tentang Underworld pada Alice.
  +
  +
Mengubah Fluctlight Acceleration Rate menjadi lebih cepat, Kirito telah berada di dunia ini selama tiga tahun. Asuna tak bisa berpikir berapa lama ia telah menghabiskan waktu dengan Alice di dunia ini.
  +
  +
Tampaknya Alice juga berpikir seperti itu. Sebelum ia bisa bertanya lagi, Komandan Knight menghentikannya dengan lambaian tangan.
  +
  +
“Apa yang kita bicarakan selanjutnya biarlah para Knight dan Penjaga yang tau. Kita akan membicarakannya sambil minum teh. Terlebih lagi, pasukan musuh tidak akan membuat gerakan saat malam hari.”
  +
  +
“… Aku mengerti.”
  +
  +
Alice mengangguk, wajahnya agak marah.
  +
  +
“Baiklah, sudah diputuskan… Kalian nona muda yang berdiri disana, bisakah membantu menyiapkan teh, dan juga ambilkan juga anggur untukku? Kalian berdua juga berhenti berkelahi.”
  +
  +
Menerima perintah Komandan Knight, Ronie dan Tizie membalas dan memberi hormat.
  +
  +
Asuna ingi bertemu Kirito sekali lagi sebelum meninggggalkan tempat ini, tetapi sebelum ia bisa bergerak, suara nyaring Alice sampai di telinganya.
  +
  +
“Biar kuperjelas: mulai sekarang, tak ada yang boleh memasuku kereta tersebut tanpa izin dariku. Memastikan keamanan Kirito adalah tanggungjawabku.”
  +
  +
Hal buruk akan terjadi.
  +
  +
Asuna menenangkan emosi miliknya.
  +
  +
“… Hal yang sama juga berlaku untukmu, berhenti memanggil Kirito-kun milikku denggan namanya…”
  +
  +
“Apa katamu?!”
  +
  +
“… Tidak, bukan apa-apa.”
  +
  +
Hmph, Alice dan Asuna berbalik membuang pandang, dan mengikuti sosok Komandan Knight.
  +
  +
Ronie dan Tizie tertinggal dibelakang — mereka berdua lega.
  +
  +
“Tampaknya… mulai sekarang akan menjadi kondisi yang sulit.”
  +
  +
Tizie tiba-tiba melambaikan tangannya dan berkata pada sahabatnya:
  +
  +
Ayo, kita harus merebus air! Oya, kereta mana yang menyimpan anggur?… Ayo, Ronye!”
  +
  +
Sebelum mengejar Tizie, Ronze berbisik tanpa seorangpun mendengar.
  +
  +
“… Dia juga, senpai milikku…”
  +
 
===Bagian 5===
 
===Bagian 5===
 
===Bagian 6===
 
===Bagian 6===

Revision as of 05:45, 13 April 2016

Bab 19 - Puteri Cahaya (Bulan ke-11 Kalender Dunia Manusia 380)

Hari ke 7 Bulan ke 11 Kalender Dunia Manusia 380

20:00

Bagian 1

Pasukan Tanah Kegelapan baru saja bergerak, meninggalkan kepulan debu dibelakangnya. Debu tersebut kini mewarnai langit Tanah Kegelapan yang diterangi gemerlip bintang kemerahan di gelapnya malam.

Mengintip melalui teropong sederhana yang dibuat menggunakan Crystal Elements, Komandan Knight Bercouli menatap kedepan lalu sedikit mengomel.

“Sungguh mengherankan … Tampaknya Dewa Kegelapan Vektor ini tertarik padamu nona kecil. Seluruh pasukan mengejarmu lho.”

“Kita seharusnya… senang, kukira. Daripada kita diacuhkan.”

Alice cemberut seolah menghilangkan kegelisahannya ketika ia meminum Air Siral hangat.

Di daerah Tanah Kegelapan yang tak pernah dijelajahi — tentunya bagi mereka yang berasal dari Kerajaan Manusia —di bukit kecil sekitar lima kilo di selatan lembah, Pasukan Pertahanan pengecoh sedang beristirahat singkat.

Para penjaga begitu senang.

Karena seorang Integrity Knight telah mengorbankan dirinya ketika menghalau art skala besar yang membuat semua orang tenggelam dalam keputusasaan, mereka semua kini yakin sekali lagi, bahwa mereka harus menghargai kesempatan hidup yang telah diberikan.

Sementara itu, Alice masih belum bisa menerima kematian Eldrie.

Meskipun belum lama sejak mereka berdua bertemu di Katherdal Pusat, begitu banyak hal yang telah terjadi. Eldire Selalu mengusulkan untuk mencoba anggur maupun cemilan untuk Alice; membuat lelucon garing dari waktu ke waktu; tak ada waktu sepi jika bersama Eldrie.

Alice selalu bertanya-tanya apakah pemuda ini serius belajar ilmu pedang dan art, ataukah hanya ingin mencari masalah. Tetapi sekarang, ia mengerti. Ia mengerti jika Eldrie telah mengisi hatinya dengan sikap kesembronoan.

… hal-hal tersebut kelihatan normal jika aku menanggapinya. Mengapa aku baru menyadari betapa berharganya ia ketika ia telah tiada?

Ketika Alice menatap Barisan Peegunungan di Ujung yang membentang di langit timur laut, ia dengan lembut menyentuh gulungan cambuk yang berada di pinggangnya. Ia sekarang mengerti mengapa Kirito tak ingin melepaskan pedang milik Eugeo.

Sambil menunggu Alice membuka matanya, Komandan Knight berkata:

“Tentang strategi saat ini … sebenarnya, hingga keempat Integrity Knights di pasukan pengecoh ini gugur, kita akan tetap memancing pasukan musuh sejauh mungkin lalu menyerangnya. Apa kau setuju?”

Alice mengangguk tegap pada Komandan Knight yang sedang berdiri di puncak tertinggi batu besar di atas bukit.

“Inilah situasi yang telah terjadi sampai saat ini:kita telah menghabisi hampir separuh pasukan musuh yang berjumlah lima puluh ribu serta kita telah menghabisi Guild Pengguna Dark Art yang paling merepotkan. Kini kita tinggal mengatasi pasukan utama Tanah Kegelapan, yaitu Dark Knights Order dan Guild Petarung Tangan Kosong … lalu mengalahkan Dewa Kegelapan Vektor. Ketika kita mengalahkan mereka semua, sisa-sisa pasukan musuh tampaknya akan setuju dengan perjanjian perdamaian. Bagaimana menurutmu?”

“Hmm… masalahnya, siapa yang akan memimpin mereka setelahnya. Jika saja si bocah Shasta masih hidup …”

“Jadi, Jendral Kegelapan telah … Apa anda benar-benar yakin tentang hal itu, paman?”

“Ia tidak ada disana ketika aku memandang beberapa saat lalu. Bukan hanya Shasta, tetapi muridnya juga, si knight perempuan yang pernah melawanmu sebelumnya nona kecil.”

Bercoulli menghembuskan nafas. Alice tahu jika Bercouli secara rahasia memiliki harapan besar dari Jendral Kegelapan dan muridnya.

Menggelengkan kepalanya perlahan, si Knight tertua kini menurunkan nada bicaranya.

“Sekarang kita hanya bisa berharap jika Dark Knight yang menggantikan posisi Shasta juga mewarisi keinginannya. Sepertinya tidak, kurasa …”

“Sepertinya tidak?”

“Tidak. Orang-orang yang tinggal di Tanah Kegelapan tidak memiliki hukum tertulis seperti Taboo Index. Hanya ada satu hukum tak tertulis yang membuat mereka mematuhi yang kuat. Dan… tampaknya, Incarnation milik Dewa Kegelapan Vektor begitu kuat terasa … seorang pemula tak akan cukup kuat untuk membuat penolakan …”

Benar juga, ketika ia mengumumkan identitas dirinya di depan musuh beberapa saat lalu, sebuah energi kegelapan dingin serta tak berdasar terasa di pusat formasi musuh, dan itu dengan jelas menempel pada Alice. Itu pertama kalinya Alice merasakan sensasi macam itu sejak bangun menjadi seorang Integrity Knight. Jika Incarnation milik Pemimpin Tertinggi Administrator mirip dengan kilatan petir, maka apa yang Alice rasakan adalah kegelapan tak berdasar.

Alice merasa ngeri hanya memikirkannya. Menenangkan dirinya sendiri, Alice mengangguk.

“Aku paham…Aku kira tak akan ada orang yang tak mematuhi seorang Dewa.”

Tepat seolah Alice berkata seperti itu, Komandan Knight tertawa dan menabok punggung Alice.

“Meskipun kau berkata seperti itu nona kecil. Kau, Kirito dan Eugeo, kalian bertiga mampu menentang di Kerajaan Manusia. Semoga saja ada orang-orang yang bernyali di Tanah Kegelapan.”

Lalu, mendengar kepakan sayap yang begitu keras, keduanya menoleh keatas.

Naga milik Renri, Kazenui, telah mendarat. Si knight muda dengan tangkas melompat sebelum cakar sang naga menyentuh tanah. Ia berlari menuju Bercouli dan dengan tergesa-gesa ia berbicara.

“Komandan Tertinggi, lapor! Ada sebuah area semak belukar sekitar satu kilo di selatan yang tampaknya bisa menjadi tempat untuk serangan kejutan untuk pasukan musuh.”

“Bagus. Kerja bagus untuk pengintaiannya. Aku akan menyiapkan seluruh pasukan untuk mulai bergerak … naga milikmu pasti kelelahan, jadi berilah ia makanan dan minuman sebanyak yang ia mau.”

“Siap!”

Bercouli memandang Renri yang dengan cepat memberikan hormat ala knight, lalu sosoknya mulai pergi. Alice akhirnya menyadari bahwa ada sebuah senyuman pada wajah Komandan Khight.

“…Paman?”

Menurut pandangan Alice, Bercouli yang menggaruk dagunya untuk sesaat, sepertinya ia malu, dan agak menghiraukan pandangan Alice.

“Yah, uh… Para Integrity Knight tercipta karena synthesis ritual dengan mencuri ingatan berharga mereka serta Life para khight dibekukan, perbuatan tersebut tak bisa dimaafkan. Tetapi pada saat yang sama, aku hanya berpikir bahwa sedikit menyedihkan jika tak ada lagi knight muda sepertinya.”

Alice berpikir untuk sesaat, lalu senyum yang sama muncul di wajahnya:

“Tak ada seseorang yang akan menjadi Integrity Knight tanpa menghapus ingatan serta membekukan life mereka? Aku tak percaya bahwa itu benar, paman.”

Tangan kanan Alice dengan lembut memegang Frostscale Whip sekali lagi.

“Bahkan jika kita semua mati, aku yakin jika jiwa kita… keinginan kita akan diteruskan oleh orang lain.”

* * *

“Baiklah, kini giliran kita!!”

Memukulkan tangan kanan ke telapak tangan kirinya, ketua muda dari Guild Petarung Tangan Kosong, Iskahn, berteriak penuh semangat.

Aku telah lama duduk dan menunggu disini terlalu lama sejak peperangan ini memanas.

Pilar cahaya mengerikan yang membakar pasukan Demihuman, Guild Pengguna Dark Art juga telah menciptakan gelombang cacing mengerikan, dan Kaisar Vector sangat menginginkan Putri Cahaya hingga ia memberikan perintah penuh misteri. Namun hal-hal tersebut tidak memberikan efek pada semangat bertarung milik Iskahn.

Dunia miliknya hanya terbagi menjadi dua bagian: tubuhnya dan lainnya. Iskahn benar-benar tidak tertarik pada hal apapun selain melatih tubuhnya. Di kepalanya, bahkan jika ia menjadi target art skala besar seperti yang baru saja ia saksikan, ia sangat yakin bisa menghalai setiap art yang datang hanya dengan tinju dan semangatnya.

Petarung Tangan Kosong mengenakan ikat pinggang pada tubuh telanjang dada penuh otot yang berwarna kemerah-merahan, serta hanya mengenakan celana pendek dan sandal. Iskahn memimpin lima ribu pria dan wanita kuat, dan Dark Knights Order mengikuti di bagian belakang guild ini. Mereka telah bergerak selama lima menit, tetapi ada jarak hampir seribu mel antara Guild Petarung Tangan Kosong dan Dark Knights Order.

“Para Knight menunggang kuda tetapi mereka itu lamban, seperti biasanya!”

Seorang pria kekar di samping Iskahn yang lebih tinggi dari si pemimpin. Tepat setelah mendengar cemooh si ketua, si pria kaku ini tersenyum muak.

“Itu tak bisa dihindari, Champion.”

Ia membalas ucapan Petarung Tangan Kosong Terkuat saat ini dalam bahasa kegelapan, si pria kekar melanjutkan ucapannya.

“Para knight dan kuda mereka mengenakan armor berat.”

“Benar-benar tak berguna!”

Setelah mendapat kesimpulan, Iskahn menatap ke depan lagi. Membentuk telapak tangan kanannya seperti teropong, ia lalu mengarahkan ke mata kanan miliknya.

Di pusat selaput matanya, retina miliknya membesar.

“Oh, prajurit Kerajaan Manusia juga mulai bergerak. Tampaknya mereka … tidak menuju kemari. Mereka sepertinya masih tetap ingin berlari?”

Membunyikan lidahnya.

Meskipun prajurit Kerajaan Manusia tampak seperti bintang, Iskahn bisa dengan sempurna menangkap aktivitas musuh yang jaraknya lebih dari lima ribu mel. Ia berpikir sesaat, lalu berkata:

“Hei, Dampe. Perintah Kaisar itu untuk mengejar dan menangkap Putri Cahaya kan?”

“Sepertinya iya.”

“Baiklah…”

Ia menggosok hidung dengan ibu jarinya, lalu tersenyum penuh percaya diri.

“Ayo kita tambah kecepatan untuk sesaat. — Team Rabbit, maju kedepan!!”

Teriakan ‘OH!’ penuh dengan nada tinggi dan semangat menjawab perintah si ketua.

Tim yang terdiri dari seratus petarung ramping kini membentuk formasi rapi — katanya, otot mereka sekokoh cambuk dan memiliki volume yang imbang. Kepala mereka dibungkus oleh untaian tali berwarna putih.

“Ayo kita berkenalan dengan para Integrity Knights! Mulai!!”

OH!

“Martial Dance, langkah tujuhbelas, AYO!!”

Tangan kanan Iskahn dengan kuat memukul udara dan kakinya dengan keras menginjak tanah sambil berteriak.

Pendamping setianya, Dampe beserta seratus pria dari Team Rabbit melakukan hal yang sama secara serempak.

Zun, zat, zun zat.

Ooh, rah, ooh rah.

Langkah berirama dan teriakan semangat saling beriringan, tetesan keringat mulai membasahi rambut perunggu milik Iskahn, kemudian kulit kehitaman miliknya kini mulai berubah warna menjadi sedikit kemerahan. Hal yang sama juga terjadi pada teman-temannya.

Setelah lari-larian yang berlangsung selama satu menit, seratus dua petarung menghentikan gerakan mereka, uap mulai mengepul dari badan mereka.

Tidak, tidak hanya itu. Kulit mereka seperti kelihatan bersinar merah dalam gelapnya malam.

Petarung Tangan Kosong.

Sebuah suku yang selama ratusan tahun telah menemukan salah satu pemanfaatan bagian tubuh.

Baik swordsmen maupun pengguna dark art memfokuskan art mereka untuk ≪merusak target menggunakan Incarnation≫. Dengan kata lain, menulis kembali kejadian luar menggunakan imajinasi.

Akan tetapi, Petarung Tangan Kosong berpikir sebaliknya — menguatkan tubuh mereka sendiri menggunakan Incarnation. Melampaui batasan asli mereka, mereka akan menguatkan tubuh mereka menjadi pertahanan yang lebih dari baja, dan genggaman tinju mereka menjadi serangan yang bahkan bisa menghancurkan batu besar.

Dan tentu saja, mereka akan melatih kakinya untuk bisa berlari lebih cepat dari seekor kuda, dengan telanjang kaki.

“OOOOOH, RAAAAAH!!”

Dengan teriakan kuat tersebut, Iskahn mulai menendang tanah dan berlari kedepan. Dampe juga ikut beserta seratus Petarung lainnya.

Udara dibelakang mereka seolah terbelah; tanah terasa berguncang hebat.

* * *

“——!?”

Agar tetap dekat dengan para penjaga yang mulai bergerak menuju semak-semak untuk melakukan serangan kejutan, Alice berjalan agak belakang, lalu menoleh ketika ia merasa ada sesuatu yang aneh.

Ada yang datang.

Dan mereka cepat.

Ketika ia memfokuskan matanya, ia hanya bisa melihat kelompok seratus orang yang mulai mendekat dari pasukan musuh, mereka memotong jarak dengan kecepatan mengerikan. Mereka bahkan lebih cepat dari kuda tercepat. Untuk sesaat, Alice berpikir jika mereka adalah para Dragon Knight, tetapi ketika ia menyadari mereka ada banyak, dan fakta bahwa mereka bergerak di tanah.

“… Tampaknya mereka Petarung Tangan Kosong.”

Bercouli berguman di samping Alice.

“Mereka adalah…?”

Alice pernah mendengar nama tersebut sebelumnya, tetapi ini pertama kalinya ia melihat dengan matanya sendiri. Ini karena biasanya yang muncul di Puncak Barisan Pegunungan di Ujung kebanyakan adalah Goblin, Orc, dan yang jarang muncul, Dark Knight. Para Petarung Tangan Kosong tak pernah berusaha untuk menginvasi Kerajaan Manusia.

Bahkan, walaupun memiliki pengalaman seumur hidup, tampaknya Integrity Knight tertua juga pernah bertarung dengan para Petarung Tangan. Ia melanjutkan ucapannya agak gelisah.

“Mereka itu cukup menyusahkan. Biasanya sebuah pedang akan melukai tubuh mereka, tetapi mereka bisa menahannya.”

“Huh…? Menahan…?”

Tak mungkin ada orang yang bisa menahan sebuah tebasan, pikir Alice. Tetapi Bercouli mengangkat bahunya dan berkata lagi:

“Kau akan tahu maksudku jika bertarung dengan mereka. Lebih baik kita mengurus mereka bersama-sama nona kecil.”

“……”

Alice menelan ludah. Bercouli baru saja mengaku jika ia tak bisa menangani mereka jika seorang diri; mereka pastilah musuh yang sangat kuat.

Akan tetapi, apa yang dikatakan Komandan Knight selanjutnya menghancurkan rasa cemas dan semangatnya.

“Dan, omong-omong nona kecil… kau tak tahan jika telanjang, kan?”

“Haah!?”

Secara insting, Alice menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan mengeluarkan suara nyaring.

“Ap-Apa yang paman katakan?! Tentu aku tak akan tahan jika bertelanjang!!”

“Bukan, bukan itu maksudku… Yah, maksudku seperti itu … aku hanya ingin berkata padamu jika armor dan pakaian tidak berguna menahan tinju mereka, dan mereka mungkin tidak akan menahan diri, jadi…”

Setelah berkata seperti itu sambil mengusap dagunya, Komandan Knight menggelengkan kepalanya dengan maksud, “Persiapkan dirimu”.

“Ngomong-ngomong, jika kamu ingin melawan mereka, siapkan Armament Full Control Art milikmu.”

“O… Oke.”

Kegelisahan mengisi tulang belakang Alice. seperti yang terlihat, regu musuh terdiri dari seratus pria. Jika ia memaksimalkan Fragrant Olive Sword hingga kekuatan penuh, mereka pastilah bukan musuh yang bisa dianggap enteng.

Akan tetapi, ada satu masalah.

Ketika ia melepaskan art ≪pilar cahaya ≫, dan ketika ia melawan pengguna dark art, ia telah menggunakan Armament Full Control Art dua kali, sehingga ia telah menggunakan Life Fragrant Olive Sword secara besar besaran. Alice masih bisa menggunakan pedang tersebut jika untuk tebasan normal, tetapi ia khawatir berapa lama pedang miliknya bisa bertahan jika dalam serangan bentuk pecahan.

Hal yang sama juga berlaku pada Time Piercing Sword milik Komandan Knight. Dengan jarak yang cukup dekat, Alice telah melihat paman telah melakukan serangan berskala luas yang dengan segera menghancurkan ratusan Minion. Bisa dikatakan jika kedua buah pedang tersayang mereka butuh beristirahat dalam sarung pedangnya semalaman.

Tetapi dalam percakapan beberapa detik lalu, pasukan Petarung Tangan Kosong musuh telah mendekat hingga Alice mulai bisa melihat tubuh-tubuh berotot mereka. Ia tak bisa membiarkan mereka semakin mendekati para penjaga yang sedang bersiap-siap melakukan serangan penyergapan.

Alice menggigit bibirnya, mengangguk pada Komandan Khight yang akan turun dari batu besar yang menghadap ke utara.

Tepat setelah itu, sebuah suara malu-malu menjangkau mereka.

“Aku akan pergi.”

Alice berbalik terkejut, disisinya, mata Bercouli juga terbuka lebar.

Seseorang yang telah berdiri disana tanpa mereka sadari, adalah salah satu dari empat Integrity Knight yang ikut dalam pasukan pengecoh — selain Bercouli, Alice dan Renri.

Ia memiliki sosok tinggi nan langsing, serta mengenakan armor keabu-abuan. Rambutnya juga berwarna abu-abu bergaya ponytail, hingga tampak bahwa rambut tersebut adalah rambut palsu yang ditempelkan di kepalanya. Wajahnya bersih, tetapi tidak menunjukkan setetes emosi. Ia mungkin berusia sekitar dua puluh, seperti Alice.

Namanya adalah Sheyta Synthesis Twelve.

Divine Instrument yang ada di pinggangnya adalah ≪Black Lily Sword≫.

Akan tetapi, ia jarang memanggil nama pedangnya. Kapanpun setiap knight menyinggung namanya, mereka selalu memanggilnya dengan nama lain.

≪Si Pendiam≫.

Alice tak terkejut karena ia mengajukan diri melawan Petarung Tangan Kosong.

Alice terkejut karena ini pertama kalinya ia mendengar suara Sheyta Si Pendiam.

* * *

Melompati parit dan sungai kecil dengan begitu mudahnya, menghancurkan batu besar yang menghalangi hanya dengan sekali tendang, Iskahn, Dampe dan keseratus Petarung Tangan Kosong lainnya tetap melanjutkan lari cepat mereka.

Dalam sekejap, aku akhirnya akan bisa melawan para iblis ini, Integrity Knight. Menantikan momen menyenangkan tersebut, si Petarung muda membuat seringai senang.

Faktanya, Iskahn benar-benar tidak memiliki ketertarikan pada para Integrity Knight dari Kerajaan Manusia hingga ketika ia dipanggil untuk berperang. Ia menganggap jijik mereka, dengan anggapan bahwa mereka adalah para pecundang yang bersembunyi dibalik pedang dan armornya. Diantara manusia di Tanah Kegelapan, hanya ada satu Dark Knight yang ia hormati sebagai petarung sejati: Jendral Kegelapan Shasta yang telah tewas.

Tetapi ketika ia sedang bermeditasi sambil menunnggu perintah untuk menyerang, ia telah merasakan semangat bertarung dan tenaga mengerikan milik para Integrity Knight, dan itu begitu menakjubkan. Setidaknya mereka tidak terlalu bergantung pada senjada kelas atas milik mereka, pikirnya.

Pastilah mereka memiliki tubuh yang telah terlatih dibalik armor dan pedang mereka.

Dengan harapan tinggi, Iskahn merasa sangat senang untuk menghadapi mereka.

Jadi.

Ketika ia akhirnya melihat seorang Knight di depan sebuah bukit dimana pasukan musuh berhenti beberapa menit lalu, mulut si ketua Petarung Tangan Kosong kini terbuka lebar, kaget atas sosok yang berdiri disana.

Begitu langsing.

Tampaknya ia adalah seorang wanita, jadi tubuhnya tidak kekar adalah hal yang wajar; tetapi, ia terlalu langsing. Meskipun ia memakai armor logam, ia terlihat lebih rapuh daripada petarung perempuan dari kelompoknya. Jika ia melepaskan armornya tubuhnya mungkin hanya seukuran para pengguna dark art. Bahkan pedang panjang yang tergantung di pinggangnya juga sangat tipis.

Mengisyaratkan teman-temannya untuk berhenti dengan tangan kanannya, Iskahn mendadak berhenti, menghilangkan debu yang berterbangan. Mengangkat alisnya yang agak keriting, ia membuka mulutnya.

“Siapa kau ini? Apa yang kau lakukan disini?”

Sedikit menggelengkan rambut lurus panjang keabu-abuan miliknya, si Knight perempuan memiringkan kepalanya. Ia melihat seperti sedang memikirkan apa yang ingin dikatakan — atau lebih tepatnya, apakah ia akan menjawab pertanyaan tersebut.

Alisnya, matanya, hidungnya, mulutnya, terlihat seperti terpahat oleh pisau tajam. Tanpa menunjukan setetes emosi, si knight perempuan menjawab pelan:

“Aku disini untuk menghentikanmu.”

Iskahn menghembuskan udara dari mulut dan hidungnya; tak ada yang tahu apakah ia sedang tertawa ataupun marah, tetapi ia menganggap enteng jawaban tersebut.

“Kau bahkan tak bisa menghentikan seorang anak kecil. Oh, aku tahu… kau ini Knight yang mahir dalam art, kan?”

Ada keheningan lagi sebelum ia menjawab.

“Arts bukanlah keahlianku.”

Emosi karena sikap musuh, Iskahn berkata: “Yah, terserah,” dan memanggil salah satu temannya. “Yotte, lawan dia.”

“Siap!!”

Seorang petarung perempuan kecil dari dalam formasi menjawab. Meskipun ia sedikit lebih kokoh daripada si knight perempuan. Melenturkan otot-ototnya dan berlari cepat kedepan, ia menunjukkan tatapan mata kejam yang sangat kontras dengan musuhnya.

“HAAH!”

Dari jarak lima mel jauhnya, petarung wanita tersebut menghantam udara, hingga menciptakan angin yang menggores rambut si knight perempuan.

Bahkan, tak ada secuilpun semangat bertarung dari wajah sang knight. Sebaliknya, ia menatap penuh keheranan dan berbisik pelan.

“… Hanya satu…?”

“Itu seharusnya ucapanku, dasar kerangka hidup!”

Mencibirkan bibir rapatnya, Yotte berteriak.

“Setelah aku memberimu pelajaran, aku akan memasukkan banyak daging kering ke mulut kecilmu itu sebelum aku membunuhmu! Cepat tarik pedangmu!!”

Dengan ekspresi muka ‘Sudah selesai ngomongnya’, si knight perempuan menggenggam gagang pedang di pinggang kirinya.

Shiyuran. Menatap pedang yang telah ditarik —

“…apa-apaan itu!?”

Iskahn yang telah mundur dan sedang menyillangkan tangannua kini berteriak.

“Tipis” adalah deskripsi yang cukup pantas. Sarung pedangnya sendiri terlihat tipis, tetapi pedang didalamnya hanya selebar satu cen, seukuran jari anak-anak. Pedang tersebut berwarna hitam pekat dan setipis kertas; menatapnya saja cukup sulit dalam langit tak berbintang. Sungguh rapuh.

Wajah Yotte berubah merah terisi emosi.

“… Kau pasti bercanda kan…”

Menyiapkan kuda-kuda, atau lebih tepatnya menendang tanah dengan kakinya, si petarung perempuan melaju lurus dan dengan cepat memotong jarak antara dirinya dan sang Knight.

Bahkan bagi Iskahn, gerakan tadi cukup mengagumkan. Petarung Tangan Kosong dalam Team Rabbit, tak seperti namanya, mereka adalah golongan elit yang tak hanya lincah, tetapi juga merupakan petarung yang handal.

Bibat!

Menebas udara, Yotte kini melaju.

Tak bisa menghindari serangan jarak pendek, si knight perempuan bertahan menggunakan pedang setipis kertas miliknya.

Suara yang timbul cukup keras, seolah bila kau menciptakan benturan antara dua buah objek logam. Bahkan benturan tersebut mengeluakan percikan bunga api.

Tiba-tiba setelahnya.

Pedang tersebut dengan mudah melengkung.

Iskahn tersenyum. Sebuah pedang biasa tak akan bisa menebas kulit seorang Petarung Tangan Kosong.

Anak-anak yang terlahir sebagai Petarung Tangan Kosong dimasukkan kedalam fasilitas pelatihan ketika mereka mencapai umur lima tahun. Latihan pertama mereka adalah mematahkan lempengan dan pisau besi dengan pukulan mereka.

Ketika mereka dewasa, lempengan besi akan diganti dengan besi yang telah ditempa, dan pisau akan digantikan dengan pedang panjang. Tak hanya disuruh untuk mematahkannya, mereka juga harus bisa bertahan dari tebasan tanpa menggunakan pelindung apapun. Melalui latihan tersebut, para remaja ini akan yakin jika pedang bukanlah hal yang perlu ditakutkan. Aku tak bisa dilukai dengan pedang. Rasa percaya seperti itu — dengan kata lain, menggunakan Incarnation, tubuh mereka menjadi sekeras baja.

Sebagai ketua guild, Iskahn bisa menghentikan sebuah jarum berdiameter 2 cen hanya dengan bola matanya.

Walaupun Yotte, yang hanya petarung biasa belum bisa melatih Incarnation miliknya hingga menyamai miliknya, tetapi dia asalah salah satu dari sepuluh pemimpin dalam Team Rabbit. Tinjunya tak akan kalah dengan pedang apapun.

Apalagi melawan pedang menyedihkan tersebut.

Gambaran yang ada di kepala seluruh Petarung adalah: pedang hitam tipis yang melengkung tersebut akan patah dengan suara memalukan, dan sebuah pukulan akan bersarang pada wajah knight perempuan itu.

Thew.

Sebuah suara aneh, seperti cambuk yang memotong udara.

Yotte membeku, tinjunya hanya mengenai udara kosong. Tinjunya sedikit menyentuh pipi kanan sang knight, dan tangan si knight terangkat.

Iskahn tak bisa melihat pedang hitam dengan jelas dari posisinya.

— Apa-apaan? Sasaran sebesar itu bisa meleset.

Si pemimpin memaki. Bahkan jika Yotte menang dalam pertempuran tersebut, ia harus memulai latihan lagi dari awal dalam ruang kelas tiga. Tak peduli berapa keras pukulanmu, akan percuma jika tidak mengenai musuh …

Telapak tangan milik Yotte perlahan terbelah menjadi dua dari jari tengahnya.

“Appaa………”

Didepan Iskahn yang terheran-heran, potongan tersebut berlanjut dari pergelangan tangan menuju sikunya, lalu menuju tungkai lengan dan akhirnya menuju bahunya.

Menunjukkan potongan sempurna hingga ke tulang, otot, dan bahkan pembuluh darah yang paling kecil, bagian lengan kanan Yotte kini terjatuh ke tanah. Kemudian, darah mulai menyembur dari luka tersebut.

“— GHAAAAAAAAAAAA!!”

Mengeluarkan jeritan memilukan, Yotte ambruk ke tanah, Sembil memungut lengan kanannya.

Si knight perempuan meregangkan kembali tangannya, dan sedikit menghembuskan nafas.

Ketika ia tinggal di Katherdal Pusat, ≪Si Pendiam≫ Sheyta memang jarang berbicara. Ini bukan karena sikap introvert miliknya, maupun karena ia membenci orang lain.

Ia hanya ingin menghindari menjadi pusat perhatian para Integrity Knight lainnya — ia menyembunyikan sosoknya sendiri, berharap tak akan ada orang yang menantang dirinya ketika berlatih.

Jika ia memang harus menghunuskan pedangnya dengan orang lain, bahkan jika itu Komandan Knight Bercouli, ia bisa saja membunuh musuhnya.

Takut akan terjadi hal yang tidak-tidak, ia tetap diam selama ratusan tahun tinggal dalam Katherdal. Bahkan jika ia berbicara, keluarga penjaga dan si gadis pengoperasi disk elevator adalah sedikit orang yang pernah ia ajak bicara.

Sheyta adalah seorang swordswomen sejati, terkena synthesize ritual setelah memenangkan Turnamen Persatuan Empat Kerajaan.

Akan tetapi, hasil pertandingan pada tahun itu benar-benar terhapus. Alasannya adalah karena ia melanggar hukum dalam turnamen, terjadi pertumpahan darah disana: Sheyta telah membunuh setiap lawannya secara brutal.

Integrity Knight Peringkat Atas Sheyta Synthesis Twelve, dalam beberapa hal memiliki pikiran yang sama dengan Pemimpin Guild Petarung Tangan Kosong, Iskahn.

Iskahn hanya berpikir untuk memukul apapun maupun siapapun, sementara Sheyta tak tertarik pada hal apapun selain memotong sesuatu menjadi dua. Mengetahui hal itu, dari dalam hatinya, Sheyta tidak pernah menikmatinya.

Dia hanya memotong. Baik itu manusia maupun benda, ketika ia menghadapi sesuatu, Sheyta bisa dengan jelas melihat irisan potongannya. Kapanpun itu terjadi, ia tak bisa menghentikan dirinya untuk menyadarinya. Jika musuhnya adalah boneka kayu latihan, ia bahkan bisa melukainya hanya dengan menggunakan tangannya.

Sheyta selalu berusaha menahan sifat lapar untuk memotong miliknya.

Seseorang yang merasakan hasrat tersembunyi miliknya adalah Pemimpin Tertinggi Administrator.

Selama dua ratus tahun, Administrator telah mencoba untuk menyimpulkan Teori Spacial Sacred Energy, yang mana kini sudah menjadi pengetahuan umum bagi pengguna art.

Seementara Pemimpin Tertinggi masih melakukan penelitian, ia menjadi tertarik dengan perang terbesar dalam Tanah Kegelapan, akhir ≪Jaman Darah dan Besi≫. Administrator jadi penasaran karena perang tersebut menjadi sia-sia kerena tidak ada orang yang mengumpulkan Sacred Energy tak terbatas yang dihasilkan dari pertarungan sengit antara lima ras penghuni Tanah Kegelapan, peperangan tersebut berlangsung di tanah gersang diantara Kerajaan Manusia dan Istana Kerajaan Obsidia.

Mengetahui hal tersebut, ia menjadi waspada agar tidak mengunjungi Tanah Kegelapan sendiri. Malahan, ia memanggil Knight Sheyta. Pemimpin Tertinggi telah membisikkan sesuatu pada Sheyta yang mana telah memperoleh julukan, ≪Si Pendiam≫:

— Pergilah kesana seorang diri dan carikan sesuatu dalam bekas lokasi peperangan. Hewan seperti iblis, atau hewan seperti itu yang tak terluka oleh perang lebih baik. Jika tidak, binatang besar lainnya juga boleh. Seekor burung atau serangga setidaknya. Temukanlah sesuatu yang mengandung Spacial Sacred Energy.

— Bawakan padaku, dan darinya. Aku akan buatkan sebuah Divine Instrument untukmu.

— Sebuah pedang dengan prioritas tertinggi, sebuah pedang yang bisa memotong apapun menjadi dua … bagaimana?

Sheyta tak bisa menahan godaan tersebut. Seorang Integrity Knight tak bisa menolak perintah yang datang dari Pemimpin Tertinggi, tetapi ia, tanpa menunggangi naga untuk melewati Barisan Pegununngan di Ujung, ia berjalan kaki ribuan kilo jauhnya menuju tanah yang kini telah menjadi abu, ia telah tiba di medan peperangan yang berbau darah.

Tak ada makhluk hidup dimana kelima ras saling bunuh di lokasi tersebut. Bahkan tak ada seekor tikus maupun gagak yang mampu bertahan, apalagi binatang buas.

Tetapi Sheyta tidak menyerah. Sebuah pedang yang mampu memotong apapun menjadi dua. Kata-kata tersebut telah tertanam dalam hatinya, membuat dirinya tak bisa berpaling ke hal lainnya.

Pada hari ketiga pencariannya —

Ia akhirnya menemukan sebuah bunga lili hitam, bergoyang-goyang bagaikan kertas tertiup angin.

Bunga kecil tersebut adalah benda yang bisa bertahan dalam sengitnya peperangam, terisi oleh Spacial Sacred Energy.

Pemimpin Tertinggi Administrator menciptakan sebuah pedang yang sangat tipis dari bunga yang dibawakan oleh Sheyta, lalu memberikan sebuah nama pada pedang tersebut ≪Black Lily Sword≫.

Setahun setelahnya, setelah membunuh seorang Integrity Knight dalam sebuah duel, ia dibekukan atas permintaannya sendiri.

Sheyta tak tahu apakah ia tak memiliki simpati maupun kesadaran ketika ia memotong tangan si Petarung Tangan Kosong perempuan tersebut.

Dia juga tak tahu mengapa ia mengajukan diri untuk menjaga tempat ini sepuluh menit lalu, meminta pada Komandan Knight dan memecahkan keheningannya. Terlebih lagi, ia tak menyadari motivasi apa yang membuatnya ikut dalam Pasukan Pertahanan setengah tahun yang lalu, lalu ikut serta dalam rapat yang mengundang semua Knight

Apakah itu karena aku berharap bisa melindungi Kerajaan Manusia, seperti Knight lainnya?

Ataukah karena aku hanya ingin memotong?

Ataukan — pedang ini membuatku ingin memotong?

Yah, itu tak penting lagi saat ini. Seperti inilah kondisi sekarang, tak ada yang bisa menghentikan pedang ini. Semoga saja tak ada banyak korban yang berjatuhan.

Sheyta dengan tenang mengangkat kepalanya, lalu memandang para Petarung Tangan Kosong yang terdiam ketakutan pada posisinya.

Tanpa adanya penyesalan maupun rasa takut, si Knight abu-abu menggenggam pedang hitam tipis miliknya lalu melaju menuju ratusan Petarung Tangan Kosong.

* * *

“… Sungguh kemampuan mengerikan.”

Pada komentar serak Alice, Bercouli juga mengimbuhi dengan suara rendah.

“Betul… aku akan katakan padamu tapi jangan ceritakan orang lain ya. Setengah tahun yang lalu, ketika aku membangunkan Shyeta dari tidurnya, aku sebenarnya sedikit takut.”

“Aku tak pernah tahu. Aku tak pernah tahu jika Sheyta-dono adalah orang yang mahir …”

Dibawah bukit, pertempuran antara seratus Petarung Tangan Kosong dan Integrity Knight Sheyta sedang berlangsung. Lebih tepatnya, pembunuhan besar-besaran.

Meskipun tebasan berasal dari pedang yang sangat tipis, perut musuh yang tertebas akan terpisah dari tubuh dan terjatuh ke tanah.

Sementara terkagum-kagum, Alice sedikit memperhatikan setidaknya ia harus memiliki tubuh langsing seperti tubuh Sheyta.

Alice tak bisa merasaka niat membunuh milik Sheyta. Tidak hanya itu, ia juga tak merasakan rasa permusuhan dari Sheyta.

Oleh karena itu, bagaimana mungkin ia bisa bertarung sehebat itu?

“Tak usah dipikirkan. Meskipun aku selalu memperhatikannya selama lebih dariseratus tahun, aku masih tak bisa memahaminya. Tak ada apapun.” Si Komandan Knight berbisik dan berbalik.

“Kita bisa meninggalkan pertarungan ini padanya. Pasukan utama musuh akan tiba sebentar lagi; kita harus segera menyiapkan serangan dadakan.”

“… Oke.”

Mengangguk dan berpaling dari pertarungan dibawahnya, Alice mengikuti Bercouli.

* * *

Sekitar seribu kilol di selatan dari Bercouli dan Alice, yang sedang menuruni bukit, hutan gundul akhirnya berakhir, dimana beberapa semak-semak tumbuh disekitarnya. Formasi utama dari pasukan pengecoh bersembunyi di semak-semak.

Mereka terdiri dari seribu Penjaga, dua ratus Ascetics, dan pasukan persediaan yang terdiri dari lima puluh orang. Mereka harus melawan lima ribu Petarung Tangan Kosong dengan jumlah mereka yang sedikit.

Integrity Knight Renri telah memerintahkan para penjaga dan regu Ascetics untuk bersembunyi di bayang-bayang pepohonan, lalu membagi mereka menjadi dua puluh tim. Tim persediaan telah membuat jalur yang membentang di seluruh area. Tujuannya adalah menyempitkan jarak serang pada musuh yang berjalan lebih dalam ke hutan.

Renri telah mendengar dari Komandan Knight jika pedang tak akan efektif melawan Petarung Tangan Kosong, dan ia juga telah mendengar kelemahan musuh.

Para Petarung Tangan Kosong memiliki pertahanan buruk pada Sacred Arts.

Di semak-semak bagian utara dimana tak ada lagi tanaman yang tumbuh, tak ada cukup Sacred Energy untuk melakukan art tinggi, tetapi udara di semak-semak cukup tebal. Para regu Ascetics yang bersembunyi dibalik pepohonan akan bisa melakukan serangan kejutan secara bersamaan, lalu mereka akan mundur ke selatan sambil melindungi para penjaga. Dari atas, lima ekor naga akan membakar musuh dengan apinya saat kondisi menjadi kacau.

Bersiap untuk mundur seketika, Renri menempatkan ke delapan kereta barang persediaan di bagian paling selatan semak-semak tersebut. Ia yakin jika semakin jauh dari garis serang, semakin aman kereta tersebut.

Akan tetapi, ketika Renri akan memantapkan rencana tersebut, kelima penjaga yang menjaga kereta barang tiba-tiba tewas, satu persatu tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

***

Sebuah bayangan bergerak tanpa suara, tubuhnya tertutup oleh armor hitam mengkilap serta mengenakan helm bertanduk.

Dihadapannya, seorang Penjaga dari Pasukan Pertahanan Kerajaan Manusia menoleh ke kanan dan ke kiri dengan penuh waspada. Tetapi, lihatlah sedikit ke belakang, semua penjaga seharusnya bisa melihat tempat tersebut.

Si bayangan memasuki titik butanya, mendekati seolah melayang. Sebuah pedang panjang ada di pinggangnya, tetapi ia tidak menariknya. Malahan, ia mengangkat pisau kecil yang ada di tangan kanannya.

Ia merentangkan tangan kirinya bagaikan ular hitam, menutupi mulut dan hidung si penjaga.

Pada saat yang sama, tangan kanannya dengan seketika memotong tenggorokan sang korban.

Dalam keheningan, Life miliknya semakin berkurang. Tepat setelah tubuh si penjaga kehilangan kekuatan, si bayangan hitam mendorongnya ke semak-semak terdekat.

Dibalik tudung hitam yang menutupi wajahnya, sebuah suara yang hampir tak bisa didengar keluar.

“Five down.”

Si bayangan tertawa.

Ini bukanlah Sacred Tongue Kuno.

Bayangan ini sebenarnya adalah salah satu dari tiga orang dunia nyata yang ada di Underworld. Dia adalah Vassago Casals, jendral dibawah pimpinan Gabriel Miller yang berperan sebagai Kaisar Vector.

Sekitar satu jam lalu, Vassago melempar botol anggur merah miliknya untuk kesekian kalinya. Sementara itu, ia memandang art skala besar yang mengalahkan sebagian besar prajurit Tanah Kegelapan, ia akhirnya mengatakan sesuatu yang terdengar seperti sebuah saran.

“Hei, bro. Bagaimana kalau kita jangan terlalu berharap pada orang-orang ini. Sebaiknya kita coba sedikit kemampuan kita?”

Gabriel memutar matanya pada Vassago, mengangkat alisnya lalu menjawab.

“Oke, kau boleh bergerak.”

Instruksi yang keluar setelahnya bukanlah untuk menyerang lembah yang dilindungi Pasukan Kerajaan Manusia, tetapi untuk pergi menjauhi medan peperangan, ke bagian selatan.

Ketika musuh menghanguskan pasukan Demihuman dengan menggunakan laser seperti dalam film sci-fi, Gabriel telah memprediksi jika musuh akan memasuki Tanah Kegelapan.

Tetapi ketika Vassago mendengarnya, ia bertanya-tanya mengapa ia harus pergi ke selatan, tidak ke utara. Mendengar jawaban “Lihat, ada area kosong disana”, ia malahan semakin bingung. Tetapi karena musuh beneran datang kesana, ia mengakui kesalahannya dan mulai bergerak.

Tak peduli seberapa kuat pasukan Kerajaan Manusia, mereka akan berhenti jika persediaan makanan mereka hilang. Untuk melanjutkan ‘Waktu Membunuh’ yang ia lakukan pertama kalinya sejak dive ke dalam dunia ini, ia memandang hutan tersebut.

Setelahnya, ia menemukan kereta persediaan yang terselimuti cabang-cabang dan dedaunan.

Menjilat lidahnya yang tertutup topeng, si pembunuh mulai bergerak lagi.

Kemudian, sesuatu bergerak dibalik kereta tersebut. Ia berhenti mendadak dan bersembunyi dibalik sebuah pohon.

Seorang gadis muda berkulit cantik berambut kecoklatan, yang mana bukanlah manusia Tanah Kegelapan menjembulkan kepalanya dari atap kereta. Mungkin karena ia menyadari sesuatu karena ia melihat sekeliling dengan tatapan gelisah.

Meskipun Vassago masih tetap terdiam di posisi, tidak butuh waktu lama bagi si gadis untuk turun dari kereta. Ia membisikkan sesuatu pada seseorang didalam kereta, lalu ia perlahan mulai berjalan.

Mengenakan sedikit equipment pertahanan di atas pakaian abu-abu yang tampak seperti seragam sekolah, si gadis berjalan menuju tempat persembunyian Vassago.

Tak bisa menahan gejolak, si assassin menggenggam pisau di tangan kanannya semakin kencang.

* * *

“— JANGGAAANNN…”

Melihat Para Petarung kelompoknya yang dikalahkan dengan begitu mudahnya, Iskahn berteriak penuh kemarahan dalam keterkejutannya.

“JANGAN TERLALU SENANG, SIALAN!!”

Menendang tanah cukup keras, ia melaju kedepan.

Api muncul dari kepalan tangan kananya ketika ia melaju.

Ia memukul mengincar leher si Integrity Knight abu-abu. Percikap api muncul dari tinjunya, menciptakan lintasan api menuju targetnya.

Pada saat itu, si Knight baru saja selesai melakukan tebasan dengan pedang di tangan kanannya; ia mencoba untuk menahan pukulan Iskahn dengan sarung tangan kirinya.

— Dihadapan pukulanku … semua armor bagaikan kertas belaka!!

Serangan berlapis Incarnation mendarat di telapak tangan si Knight perempuan; percikan api terpancar ke segala arah.

Setelahnya, sarung tangan abu-abu hancur dengan bunyi retakan keras, lalu bagian armor di langan dan pundak kirinya juga hancur.

Banyak luka goresan muncul pada kulit putih mulus di tangan kirinya; tetesan darah mulai mengalir bagaikan jam pasir. Namun, mengherankannya, ia tak bisa mendengar bunyi tulang hancur.

Meskipun seharusnya serangan tersebut sangat menyakitkan, si Knight perempuan hanya menunjukkan sedikit ekspresi keheranan, tangan kanannya menebaskan pedang sangat tipis sambil memegangi lengan kanan Iskahn.

Kiiin! Suara benturan logam terdengar nyaring, dan percikan bunga api tersembur lagi dari siku si Petarung Tangan Kosong.

Sumber kekuatan Petarung Tangan Kosong adalah rasa percaya diri tak bisa terluka pada semua pedang. Untuk bisa mendapatkan rasa percaya diri semacam itu, mereka melilitkan tubuh mereka hanya dengan ikat pinggang, mengekspos kulit mereka. Saat ketika mereka bergantung pada equipment pertahanan apapun, Incarnation mereka akan melemah.

Namun, Iskahn mencoba untuk menahan pedang hitam yang akan memotong lengan kanannya hanya dengan ketetapan hatinya.

Tetapi.

Rasa dingin yang menyentuh kulitnya benar-benar berbeda dengan pedang yang pernah ia rasakan sebelumnya, bahkan ketika ia menerima tebasan pedang-pedang dengan kutitnya saja.

Pedang setipis kertas ini tidak hanya besi dingin, tetapi ia memiliki keinginan kuat. Bukannya terisi keinginan untuk menang, melainkan pedang ini memiliki rasa haus untuk membelah.

Merasakan sensasi ini, Iskahn secara reflek memukulnya dengan tangan kirinya.

Po! Menghantam udara, pukulan miliknya hanya memukul ruang kosong dimana posisi si Knight wanita berada beberapa saat lalu.

Itu benar-benar kelincahan luar biasa, tetapi ia tak benar-benar menghindari pukulannya: pukulan miliknya menggores armor pelindung dadanya. Ketika si Knight melompat menghindar, pelindung dada tadi mulai retak seperti sarung tangannya.

Tetapi Iskahn juga bukannya tidak terluka.

Di bagian bawah sikunya, di titik dimana ia menyentuh pedang walaupun hanya sedetik, ada bekas goresan yang sedikit dalam. Tetesan darah mulai mengucur dari pusat luka. Hanya setetes — namun tak berhenti.

Menjilati luka tadi agar menutup, si Petarung muda tersenyum keji.

“… Hei, sialan. Kau ini kelihatan berbeda dari penampilan luarmu ya, huh.”

Si Knight abu-abu membalas agak gak nyambung.

“… Aku ini lebih tua darimu …”

“Huh? Terserahmu lah. Integrity Knights sepertimu itu monster yang tak akan menua sampai puluhan tahun kan? Apa kau ingin aku memanggilmu nenek?”

“……”

Dibawah bulu matanya, wajah si knight perempuan berubah marah, namun dengan cepat kembali tak berekspresi.

“… Aku memaafkanmu. Kau ini sungguh keras. Aku sedikit kesulitan memilih area untuk ditebas.”

“Tsk… Apa sih yang kau bicarakan?”

Iskahn memutar lidahnya, merasakan semangatnya muncul dari kelakuan musuhnya. Akan tetapi, ketika ia melihat para Petarung Tangan Kosong yang ada di sekitarnya, ia mulai marah.

Dua puluh dari mereka, baik itu laki-laki maupun perempuan kini masih mengerang kesakitan karena lengan maupun kaki mereka telah terpotong oleh pedang yang sangat tipis tersebut. Hal yang paling tak bisa dimaafkan adalah, tak hanya melukai teman-temannya tetapi ia membiarkan mereka hidup. Tak ada satupun teman-temannya yang keehilangan kepala. Dengan kemampuan yang ia miliki dan ketajaman pedang tersebut, si Knight bisa dengan mudah membunuh mereka jika ia mau.

“… Jadi kau menganggap kami seperti boneka kayu yang biasanya kau gunakan untuk latihan. Tak bisa dimaafkan… aku akan mebuatmu babak belur!!”

Zun, zat, zun!!

Sisa-sisa Petarung Tangan Kosong yang masih bisa bergerak menggunakan Martial Dance. Teriakan semangat terdengar dalam dentuman tanah yang bergetar.

Ooh, rah, oorarah. Ooh, rah, oorarah.

Ketika mereka menghantam dan menggetarkan tanah, para Petarung Tangan Kosong meningkatkan Incarnation miliknya. Cucuran keringa mengaliri kulit tembaga mereka, berubah menjadi percikan bunga api.

Sang Integrity Knight tidak bergerak, ia menunggu Iskahn untuk mencapai kondisi paling prima.

— Benar sekali.

Si juara Petarung kini tellah menghentikan langkahnya; api menyala dari rambut keriting emasnya, dan cahaya terang muncul dari kedua telapak tangannya.

Si Knight perempuan yang menjadi musuhnya masih tetap diam. Di tangan kanannya, pedang hitam super tipis miliknya mengeluarkan energi dingin.

“Bersiapplaahhhh, SIAALLAAANNN!!”

Mengeluarkan pukulan udara dengan telapak tangannya, Iskahn dengan segera menipiskan jarak antara mereka.

Si Knight perempuan berusaha mengayunkan pedang di tangan kanannya.

Thew.

Tepat sebelum tebasan pedang hitam menyentuh bahu milik Iskahn —

Karena lebih cepat dari ayunan pedang, sebuah hantaman dari Petarung Tangan Kosong menghantam kaki kiri si. Bukan sebuah pukulan, melainkan sebuah tendangan. Tendangannya mengenai langsung pelindung kaki si knight.

Secara reflex, si Knight menghentiakn pedangnya dan terhuyung kedepan untuk menghindari terjatuh tetapi pelindung kaki kanannya hancur berkeping-keping. Rok disekitar pinggangnya sobek, kaki langsing nan lembut miliknya kini terekspos.

“Jangan berpikir jika para Petarung Tangan Kosong hanya menggunakan pukulan!!”

Menyeringai penuh percaya diri, Iskahn mulai melancarkan tendangan menggunakan kaki kirinya.

Si Knight memutar pinggangnya, mencoba untuk menahan tendangan tersebut menggunakan pedangnya.

Saat pedang dan kaki saling berbenturan, bunyi benturan terdengar ditemani percikan bunga api. Pemimpin Petarung Tangan Kosong menarik kakinya karena merasakan rasa sakit, lalu ia melancarkan tendangan menggunakan kaki kanannya.

Bermandikan api merah, tendangan tersebut menghantam pelindung dada di bagian tengah.

Kaboom! Sebuah ledakan hebat membuat mereka berdua terlempar mundur. Iskahn berguling di udara dan mendarat di tanah.

Kaki kirinya terserang rasa sakit. Ia menatapnya.

Pada kaki kerasnya yang bisa menghancurkan baja, sebuah luka tebasan terukir disana. Darah merah kehitaman mulai keluar, mengalir menuju tanah.

Tertawa atas luka tersebut, ia mulai mangamati musuhnya.

Si Knight perempuan juga bisa menahan serangan tersebut, tetapi ia menggenggam bagian dadanya dan terbatuk beberapa kali. Pelindung dadanya yang sudah retak, kini hancur seketika; pelindung tangan kanan dan pakaian keabu-abuan yang menutupi dadanya adalah pakaian yang tersisa di tubuh atasnya. Sedikit yang tersisa di tubuh bagian bawahnya: hanya rok yang sudah sobek dan pelindung kaki bagian kanan Karena terlahir di Kerajaan Manusia, kulit putih bagaikan salju miliknya tampak terang dalam kegelapan ini. Melihat ini, Iskahn tersenyum:

“Sekarang kau mirip seorang petarung, tapi tak ada otot sama sekali. Sana makan dan berlatih lagi, sialan.”

Para Petarung Tangan Kosong yang ada disekitarnya juga mulai mengejek, tetapi si Knight dengan tenang menyobek pakaian yang menggantung di bahu kirinya lalu mengangkat pedang di tangan kanannya. Kemudia berbicara.

“… Tetapi kau kelihatan sedikit lembut ya.”

“… APA YANG KAU KATAKAN?”

Lubang hidungnya terbuka tertutup lalu ia menggeramkan giginya.

Bahkan ketika ia menggertak, Iskahn merasakan jika nafasnya menjadi sedikit lebih cepat.

Tak mungkin semangatku akan menurun hanya dengan melihat seseorang membuka pakaiannya. Perempuan di kelompokku menunjukkan lebih banyak kulitnya setiap hari, hanya anak kecil yang gerogi melihatnya.

Seluruh dunia ini hanya berisi musuh yang harus aku kalahkan dengan tubuhku, meskipun itu perempuan langsing yang memiliki kulit putih dari negeri asing.

“Tak ada jalan lain … aku akan menunjukkan kemampuanku!!”

Mengaum seperti serigala, Iskahn mengacungkan jari tengahnya pada si Knight perempuan:

“Tunjukan padaku seluruh kemampuanmu, sialan!! Jangan tunjukkan wajah ngantukmu itu!!”

Setelah berkata seperti itu, si Knight menatap kebingungan lagi, lalu ia menyentuh pipinya sendiri dan dahinya menggunakan telapak tangan kirinya. Mengubah suduh pandang alisnya menjadi agak genit, ia berkata:

“Tunjukan seluruh kemampuanmu … kumohon.”

“…… Yeah, Akan aku tunjukkan.”

Aku akan berpikiran tidak-tidak jika mengikuti tingkahnya.

Iskahn menarik nafas dalam-dalam, mengumpulkan kekuatan di perutnya, dan membungkukkan badannya.

Meletakkan tinjunya ke pinggang, dan mengarahkan tinju tangan kanannya pada musuh, ia lalu mengeluarkan nafas yang tadi telah dikumpulkan. Melakukan gerakan nafas tadi beberapa kali, kuda-kuda kakinya mulai menyala merah, menarik kekuatan dari dalam tanah. Tenaga yang ditarik ke tubuhnya dan berkumpul ke tinju miliknya.

Api kemerahan yang tadi menyala kini berubah menjadi kekunigan, dan akhirnya berubah menjadi api biru keputihan.

Kini tinju kanan Iskahn memiliki suhu yang dapat membakar udara, tinju tersebut membuat bunyi nyaring.

Si Knight perempuan agak menyamping, melebarkan tangan kirinya ke arah kanan dan jari lainnya erat menggenggam pedang dan siap untuk menebaskan pedang tipis di tangan kanannya. Lengannya membuat posisi garis lurus, memberikan kesan siap melancarkan kekuatan penuh.

Ketegangan dalam diri Iskahn begitu kuat terasa hingga ia merasa telah terbelah dari atas kepala hingga perutnya. Namun, ia malahan menyeringai senang.

— Ia lah yang pertama akan terbakar tinjuku.

Keduanya bergerak dalam saat yang sama.

Pedang sang Knight membuat tebasan berbentuk bulan sabit di udara.

Tinju si Petarung Tangan Kosong menjadi komet berwarna putih. Pada saat serangan keduanya bertemu, gelombang kejut meledak, membuat tanah mereka berpijak berlubang. Para Petarung yang mengelilingi keduanya terpental kebelakang.

Pedang dan Tinju mereka hanya saling sentuh, namun mereka bertarung dengan sepenuh hati. Melampaui batasan mereka, tenaga kedua serangan tersebut berubah menjadi cahaya yang tersorot ke langit malam.


Dengan kemampuan bertarung milik Sheyta, ia bisa saja mengalahkan musuhnya tanpa perlu membuktikan tenaga brutal milik sang musuh.

Sedikit mengejutkan Sheyta, Incarnation kuat milik petarung muda ini berada pada level Knight Peringkat Atas. Bahkan, ia mengkonsentrasikan seluruh Incarnation miliknya ke kepalan tangan hingga tiju dan bagian tubuh lainnya berubah. Tampaknya ia bisa saja menghindari pukulan lurus dan memotong kepala sang musuh sekarang.

Sheyta, akan tetapi tidak memilih untuk melakukan hal tersebut; malahan, ia menerima pukulan musuh tersebut. Tak ada allasan dalam tindakan ini; ia hanya mengikuti tubuh dan pedangnya.

Sheyta sedikit bingung akan dirinya. Sejak seratus tahun lalu, ia telah menyadari jika ia tidak memiliki kualitas mental seperti Knight lainnya, seperti kebanggaan dan kebangsawanan. Ia akan memotong jika ia ingin, dan itulah yang selalu ia inginkan.

Seharusnya maknanya sama antara “menebas” dengan “membunuh”. Hanya ketika ia ditugaskan dalam misi mengamankan Puncak Barisan Pegunungan di Ujung, Sheyta bisa menunjukkan dirinya yang sebenarnya. Ia telah membunuh banyak nyawa dari para Dark Knight maupun para Goblin dengan memotong leher mereka tanpa ampun.

Ia telah menekan sifat alaminya yang begitu mengerikan, faktanya, itulah mengapa ia dipanggil ≪Si Pendiam≫, tetapi mengapa ia tidak memilih untuk membunuh dalam pertempuran ini? Sheyta bertanya-tanya dalam hati.

Bahkan itu terlalu memusingkannya.

Sekarang, pada saat ini hanya ada dirinya sendiri, Black Lily Sword dan tinju dihadapannya.

— Sunggu keras. Dapatkah aku memotongnya?

— Sungguh menyenangkan.

Iskahn melihat sedikit bibir tak berwarna milik si Knight bergerak, sebuah senyuman di wajahnya.

Dan ia tahu jika senyum tersebut bukan untuk menghina dirinya — maupun pertarungan ini.

Alasannya adalah ia juga memiliki senyum yang sama di wajahnya.

— Jadi meskipun kau terlahir sebagai sosok lembut penduduk Kerajaan Manusia, tetapi kita memiliki sifat yang sama, huh.

Click. Getaran kecil terasa dalam tinjunya.

Iskahn merasa jika bunti retakan tersebut bukan berasal dari pedang hitam milik musuh, tetapi suara tersebut berasal dari tulangnya yang retak.

— Gawat. Bahkan serangan ini tak bisa mengalahkannya, huh.

— Tetapi, well, sungguh petarungan menyenangkan.

Jika tinjunya benar-benar terpotong oleh si pedang hitam, pedang tersebut juga pasti akan menebas seluruh tubuhnya. Meskipun ia telah memikirkan akan terjadi hal tersebut, Iskahn tak merasakan rasa takut. Aku tak akan menemui musuh sehebat dirinya untuk kedua kali. Jika seperti itu, ini bukanlah cara bodoh untuk tewas.

Tepat setelah ia berpikir seperti itu, dan ketika ia akan memejamkan mata untuk beristirahat.

Takanan yang mendorong tinjunya perlahan berkurang.

Terdorong hingga batasnya, tekanan tersebut kini buyar, menerbangkan Iskahn dan si Knight bagaikan lembaran daun. Ia akhirnya menyadari mengapa Incarnation milik musuhnya melemah. Sosok besar mencoba untuk memasuku celah diantara keduanya.

Terduduk di tanah, Iskahn meneriaki sosok besar yang juga terlempar seperti dirinya.

“Dampe, kau sialan!! … Lihat apa yang telah kau perbuat!!”

“Waktu habis, Champion.”

Kata si wakil, sedikit membuka mata yang biasanya hampir tertutup. Ia berdiri, mengangkat lengan kanan berotot miliknya, dan menunjuk ke bagian utara.

Ketika Iskahn memandang arah yang sama, ia bisa melihat pasukan utama Petarung Tangan Kosong dan Dark Knight yang ada dibelakang hampir saling mendekat. Benar, sebagai pemimpin pasukan, aku seharusnya tidak terlalu terobsesi dengan petarungan pribadi dalam peperangan menggunakan pasukan seperti ini. Tetapi—

Seperti orang gila, ia kini berbalik. Dibalik debu yang beterbangan, sang musuh yang hampir kehilangan seluruh equipment dan pakaian miliknya kini mengembalikan pedang rampingnya ke sarung pedang, seperti ia tak peduli.

Sword Art Online Vol 16 - 231.jpg

“Hei, sialan! Jangan kau pikir telah menang seperti ini!!”

Si Petarung muda berteriak, lupa bahwa beberapa saat yang lalu ia berniat untuk mati.

Melambaikan rambut abu-abu miliknya, si Knight menatap Iskahn, dan menggelengkan kepalanya seolah mencari kata-kata yang tepat.

“Umm, itu, ‘sialan’… Bisakan berhenti menggunakan kata tersebut?”

“Lihat… di situasi seperti ini, aku tak tahu mengapa kau akan lar …”

Pada saat itu, hembusan angin kuat bertiup dari arah selatan. Pandangan Para Petarung yang mengelilinginya kini terpaku padanya.

Iskahn secara tak sadar berkedip. Dalam pandangannya, seorang Knight sedang mengendurkan tangannya, dan tiba-tiba seekor naga raksasa turun. Sisik abu-abu miliknya bagaikan bintang; ini pastilah seekor naga.

Ketika sang Knight menggenggam kakinya, si Naga langsung terbang ke langit.

“Hei kau! … Katakan namamu sebelum melarikan diri!!”

Terganggu oleh suara kepakan sayap, suara lembut keluar dari mulutnya.

“… Aku tidak melarikan diri. Namaku… Sheyta Synthesis Twelve.”

Ia berdiri dibantu oleh uluran tangan Dampe; Iskahn menatap sosok sang naga yang kini menghilang dalam gelapnya malam, dan memutar lidahnya sekali lagi.

Jika ia boleh, ia akan dengan senang hati melawan musuh kuat sepertinya lagi setelah setahun berlatih, karena ia manyadari jika ia masih harus banyak berlatih.

Akan tetapi, Iskahn cukup matang untuk mengetahui jika hasrat pribadinya akan menjadi sia-sia dalam strategi peperangan.

Ketika timnya berkumpul dengan pasukan utama Petarung Tangan Kosong, kita akan mengalahkan musuh bersama dengan para Dark Knights. Tak mungkin ada kesempatan mereka berdua untuk bertarung lagi.

Jika aku bisa mendapatkan ≪Putri Cahaya≫ —

Setelah sesaat, Iskahn memutar lidahnya untuk ketiga kalinya, kali ini untuk dirinya sendiri setelah terlintas pikiran iseng.

— Betapa dungunya aku ini. Memohon Kaisar untuk menyelamatkan nyama Sheyta sebagai hadiah? Seluruh suku pasti akan geram padaku.

Setelah menyadarkan diri, Iskahn menuju temannya yang memiliki obat-obatan untuk menyembuhkan luka kaki kirinya.

Bagian 2

Benar.

Kemarilah.

Vassago sedang memikirkan kesenangan akan melakukan serangan kejutan, seperti rasa permen dalam mulutnya.

Persembunyianku sempurna. Meskipun armor logam ini memiliki beberapa kekurangan, armor tersebut masih bisa membuatnya menyatu dengan latar semak-semak.

Si gadis berambut hitam dengan penuh penasaran masih mengamati keadaan sekitar, tetapi matanya sedikit memperhatikan semak-semak tempat Vassago bersembunyi. Tinggal 7 meter… 5 meter…

— Bagus. Terasa menyenangkan. Aku sangat merindukan sensasi ini.

Mendekati jarak 3 meter, si gadis tiba-tiba berbalik ke kanan dan berjalan menuju tempat Vassago bersembunyi.

Ia bisa saja menunggunya untuk lebih dekat, tetapi, yah, hal itu tidak akan menguah keadaan.

Vassago keluar dari kegelapan tanpa membuat suara dan menuju belakang si gadis, mengulurkan lengan kirinya. Membekap mulut dan dengan enteng menggorok leher menggunakan pisaunya —

Apa yang dibayangkannya sungguh nyata hingga ia tak bisa bereaksi pada ujung pedang yang di hunuskan didepan matanya.

“… Whoa!”

Seketika ia mundur, ujung pedang tersebut sedikit menggores pipinya dimana kulitnya tak terlindungi.

Si gadis, yang tampaknya tidak menyadari keberadaannya, tiba-tiba menebas pedang dari pinggang kirinya menuju kearahnya tanpa berbalik. Itu benar-benar serangan balik yang luar biasa. Jika ia sedikit ke depan, tenggorokannya pasti akan teriris menjadi dua.

Setelah berputar, si gadis menggenggam pedangnya erat-erat. Vassago tak bisa melihat rasa terkejut dalam mata saphir miliknya, meskipun mata tersebut menunjukkan rasa takut dan cemas. Vassago mengakui jika keberadaannya kini terlihat.

Memutar pisau dalam tangan kanannya, ia membuka mulutnya.

“Hey, baby.”

Ia akhirnya menyadari jika bahasa inggris tidak akan dipahami, lalu ia menggunakan bahasa jepang yang cukup fasih.

“Bagaimana kamu tahu keberadaanku, gadis kecil?”

Si gadis membalas dengan ucapan dingin sambil masih menggenggam pedangnya penuh kewaspadaan.

“…Senpai-ku pernah berkata: jangan terlalu bergantung pada matamu; rasakan juga mengunakan tubuhmu.”

“S-senpaaai…?”

Ia berkedip kebingungan, Vassago merasakan sengatan kenangan yang sangat lama. Aku pernah mendengar kata-kata tersebut sebelumnya …

Tetapi sebelum ia bisa berpikir jernih, si gadis mengambil nafas dalam dan mengeluarkan teriakan yang sangat nyaring.

“Musuh!! Ada musuh — !!”

Ia memutar lidahnya, lalu memasukkan pisau pendeknya ke pinggangnya.

Yah, kukira ini adalah akhir penyelundupanku.

Vassago mengangkat lengan kirinya dan berteriak juga.

“Kawan-kawan… saatnya bergerak!!”

Kali ini, mata si gadis yang terbuka lebar karena terkejut.

Dari semak-semak berjarak sepuluh meter dibelakang Vassago, ranting-ranting tumbuhan mulai bergerak-gerak; gerakan tersebut berasal dari tiga puluh pasukan berarmor ringan milik pasukan Dark Knight yang makin mendekat.

Seorang gadis lain melompat dari dalam kereta, bersama dengan sekitar sepuluh atau lebih Penjaga yang datang dari arah utara ketika mendengar teriakan si gadis, mereka semua terkejut.

* * *

“Apa… serangan musuh dari arah belakang!? Dan berjumlah sekitar tiga puluh orang!?”

Integrity Knight Renri bertanya, sulit mempercayai jika ada panggilan dari pasukan persediaan.

Ini buruk — Ini buruk!

Jika kereta barang diserang dan bahan persediiaan dibakar maupun dihancurkan, seluruh pasukan tak akan bisa melanjutkan perjalanan. Tak hanya itu, ada tiga orang disana: dua gadis yang berjanji akan melindungi kereta tersebut, dan juga seorang pemuda.

Aku harus mengirim tim penyelamat yang terdiri dari seratus orang, tidak, dua ratus orang. Tetapi jika aku membagi pasukan utama lebih lanjut, mereka mungkin tak akan bisa menahan pasukan musuh yang akan datang dari utara. Lalu, mereka akan kalah karena jumlah musuh yang sangat banyak.

Tunggu, mungkinkah serangan kejutan kami sudah diketahui? Jika iya, maka sebaiknya aku harus memerintah seluruh pasukan agar bergerak ke selatan dan menunggu kesempatan lain?

Tak bisa mengambil kesimpulan, Renri terdiam kaku. Lalu, sebuah suara serak sampai di telinganya.

“Aku tak pernah berpikir jika mereka akan memprediksi kita yang pergi ke selatan dan menunggu disini …”

Komandan Knight Bercouli dan Alice baru saja kembali dari bukit di arah utara satu kilol jauhnya. Renri melihat mereka berdua seolah memiliki kekuatan untuk membelah awan di atas sana, tetapi ia tak bisa melihat rasa tenang dalam wajah keduanya, khususnya Alice. dia terlihat seolah siap untuk terbang ke pasukan persediaan.

Melihat ke arah utara dibalik punggung Bercouli, dibalik bebukitan disana, Renri hampir bisa melihat kepulan debu yang menandakan datangnya pasukan musuh.

Kamandan Knight menutup matanya beberapa detik, lalu dengan cepat membuka mata keabu-abuan miliknya, dan:

“Renri, perintahkan pasukan utama untuk mundur. Nona kecil, pergilah ke pasukan persediaan sekarang juga. Aku akan menahan pasukan yang datang dari arah utara.”

“Tetapi, bagaimana mungkin? … ada lebih dari lima ribu pasukan musuh, Paman! Dan bukankah kau berkata jika pedang tidak akan mempan pada mereka …”

“Jangan khawatir, aku akan menemukan suatu cara. Pergilah!! Nona kecil… tidak, Alice, kau-lah yang memutuskan untuk bertempur sampai akhir!!”

Meninggalkan kata-kata tersebut, Bercouli kemudian berbalik ke arah utara.

Tangan kanannya, yang kasar seperti sebongkah batang pohon, perlahan menghhunus Time Piercing Sword dari pinggang kirinya.

Memunculkan cahaya redup, siapapun bisa dengan jelas mengetahui jika pedang tersebut memiliki sedikit Life yang tersisa.

* * *

Percikan bunga api muncul untuk ketiga kalinya dalam kegelapan.

Si gadis perambut coklat yang melihat Vassago untuk pertama kalinya, menyerang dengan seluruh tenaganya.

Vassago bahkan menggunakan skill beruntun. Namun, ketika pedang tersebut terlempar dari tangan si gadis pada serangan ketiga dan tertancap ke pohon terdekat, si assassin hanya bisa bersiul menunjukkan kekaguman.

Bahkan, si gadis tersebut mengacungkan tinjunya, tetapi Vassago dengan mudah menjatuhkannya dengan serangan kakinya. Mendarat dengan punggungnya, si gadis berteriak kesakitan.

“Ronye ——— !!”

Seorang gadis berambut merah keluar dari dalam kereta barang; berteriak, ia melaju.

Menggenggam pisau di tangan kanannya, Vassago mennekankan ujung pisaunya ke tenggorokan si gadis bernama Ronye, dengan maksud menahan gerakan si gadis berambut merah. Terserang rasa takut, kakinya berhenti mendadak.

“Kek… Kekek.”

Tawa aneh keluar dari balik topeng yang menutupi wajahnya.

— Inilah. Perasaan ini.

Inilah kesenangan memainkan life dan hubungan seseorang dengan menggunakan pedang. Inilah mengapa aku tak bisa berhenti melakukan PK.

“… Aku tak akan membunuhnya, selama kau berdiri disana dan menontonnya.”

Berbisik pada si gadis berambut merah, ia lalu merunduk di sebelah gadis bernama Ronye.

Dibelakangnya, sekitar tiga puluh prajurit haus darah semakin mendekat, sselangkah demi selangkah.

Tetesan air mata ketakutan dan tertelan mengalir dari mata Ronye. Perasaan kuatnya kini mulai tenggelam dalam rasa keputusasaan, lalu ——

………?

Tiba-tiba, mata Ronye berganti fokus dari wajah Vassago menuju langit.

Sesuatu terpantul dalam mata ber-airnya.

— Cahaya.

Partikel putih cahaya turun perlahan, bagaikan salju.

Merasakan ada yang aneh, Vassago perlahan membalik kepalanya.

Langitnya benar-benar gelap. Bintangnya berwarna merah.

Dengan latar belakang seperti itu, sesosok bayangan melayang disana — namun hawa hehadirannya benar-benar mengerikan.

— Itu seseorang. Seorang wanita.

Ia mengenakan pelindung dada yang bersinar seperti mutiara. Pelindung tangan dan kaki miliknya juga bercorak sama.

Rok panjang miliknya dijahit dengan pakaian-pakaian kecil, seperti sayap yang mengepak. Rambut yang bergelombang dideru angin berwanra chestnut—

“Stacia… sama.”

Ronye berguman di bawah.

Kata-kata tersebut tidak didengar oleh Vassago. Seketika ia melihat wajah perempuan yang turun dari langit tersebut, si assassin merasakan kakinya terangkat seolah ia ditarik keatas.

Terbebas dari cengkraman Vassago, Ronye dengan cepat mundur dimana temannya berada, tapi Vasaggo tidak tertarik padanya lagi.

Sosok yang mengambang di udara kini merentangkan tangannya.

Ia perlahan menyapukan tangannya kesamping.

Laa ———————–

Seperti sebuah paduan suara ribuan malaikat, kekuatan mengerikan mengguncang dunia.

Spektrum cahaya menelan sosok Vassago.

Tanah tempatnya berpijak kini menghilang.

Ketika ia jatuh dalam kegelapan tak berdasar, Vassago melambaikan kedua tangannya keatas, mencoba untuk menggenggam sosok tersebut.

“Apa-apaan kau ini?… serius kau melakukan ini?”

Suara bergetar keluar dari dalam mulutnya.

Wajah itu.

Rambut itu,

Sensasi itu.

“Bukankah dia … ≪The Flash≫ dari Knight of the Blood?”

* * *

Komandan Knight Bercouli masih berdiri mengangkat pedang kesayangannya.

Dihadapannya, lubang menganga muncul di tanah, lebarnya kurang lebih seratus mel. Ia menatap lubang tersebut ke kiri dan kanannya, tetapi dalamnya tak terlihat. Kedalamannya tak bisa diukur; bebatuan di samping lubang masih berjatuhan, tetapi tak ada tanda benturan yang menyentuh ujung lubang sampai ke telinganya..

Sekitar sepuluh detik lalu, lubang tersebut tidak ada.

Dari langit, cahaya beraneka warna turun dengan suara nyanyian, dan ketika menyentuh tanah, lubang tersebut mulai terbentuk.

Hal semacam itu tak mungkin bisa dilakukan, bahkan dengan seribu Ascetics, atau bahkan sepuluh ribu Ascetics. Bahkan mungkin Pemimpin Tertinggi Administrator juga tak bisa melakukannya.

Inilah kekuatan seorang Dewi, seorang dewi cahaya.

Setelah Dewa Kegelapan Vector, Dewi lainnya turun di dunia manusia.

Bercouli berpikir dengan rasa hormat dan rasa takut, namun segera ia menghiraukan pikiran tersebut.

Di sisi lain, lima ribu Petarung Tangan Kosong berdiri mematung, terserang rasa kaget.

Jika seorang Dewi berencana untuk membantu Kerajaan Manusia, memiliki hak untuk mengatur dengan bebas hidup dan mati manusia, ia bisa saja membuat lubang di tanah tempat Petarung Tangan Kosong berdiri dan menenggelamkan mereka ke kedalaman. Namun gertakan ini mampu menghentikan seluruh petarung yang tadi melaju dengan kecepatan penuh hingga menjadi berhenti.

Karenanya, Komandan Knight bisa merasakan rasa keragu-raguan untuk memusnahkan ribuan nyawa sekaligus.

Dengan kata lain, serangan tersebut ditujukan untuk mematahkan semangat seseorang.

Bagian 3

— Lebih cepat.

— Lebih cepat, cepatlah biarkan aku turun ketempat Kirito-kun berada.

Yuuki Asuna telah masuk ke dalam Underworld menggunakan Super Account 01, ≪The Goddess of Creation Stacia≫. Dilindungi dengan mekanisme keamanan ketika jatuh pada log pertama, ia menyebut nama kekasihnya berulang kali dalam hati.

Hampir satu jam berlalu sejak grup bersenjata tak dikenal menguasai kapal raksasa penelitian kehidupan laut, ≪Ocean Turtle≫.

“Aku akan pergi,” Asuna menetapkan keinginannya pada Kikuoka Seijirou, lalu dive menggunakan Soul Translator No. 5. Higa Takeru memasukkan koordinat untuk turun tepat diatas Kirito berada. Ketika ia mendarat, kekasihnya pasti akan menunggu kedatangannya.

Memiliki rasa rindu yang sangat kuat, rasa sakit juga menyerang kepala Asuna. Ia meringis untuk menahan rasa ketidaknyamanan tersebut.

Ia telah diperingatkan mengenai efek samping yang akan terjadi ketika menggunakan kemampuan ≪unlimited landscape alteration≫, hak administratif yang diberikan pada account Stacia. Area Mnemonic Data-nya benar-benar besar, ketika data tersebut ditransfer berulang kali antara STL yang dipakai Asuna dan Main Visualizer yang menyimpan data seluruh Underworld, Fluctlight milik Asuna mungkin akan mengalami overload.

Sebagai pemimpin engginer dalam RATH, Higa melarangnya untuk mengubah dataran terlalu banyak — cukupilah ketika ia merasakan sakit kepala.

Dibawah Asuna ada sekitar seribu orang dari Kerajaan Manusia, dan dua kerumunan besar dari Tanah Kegelapan mendekat dari utara dan selatan. Ketika ia melihat kondisi dibawah sana, meskipun telah mendapat larangan dari Higa, Asuna mulai merapal perintah.

Ia menghentikan rombongan dari utara dengan menciptakan lembah luas dan panjang di depan mereka. Tetapi, untuk tiga puluh orang yang mendekat ke lokasi Kirito, ia tak memiliki pilihan lain selain menghapus tanah tempat mereka berpijak.

Mereka adalah manusia yang memiliki jiwa. Mereka adalah true bottom-up AI [1] yang ingin dilindungi oleh Kirito selama dua tahun terjebak di dunia ini.

Mungkin rasa sakit ini adalah ketakutan dan dendam dari mereka yang mengalir ke dalam STL.

Meskipun begitu, Asuna menutup matanya erat-erat, lalu membukanya lebar-lebar dan membuat keputusan.

Prioritas miliknya telah ditetapkan.

Untuk Kirito — Kirigaya Kazuto, ia akan menanggung dosa apapun. Ia siap menerima hukuman apapun.

Akhirnya, ia berhasil turun setelah melayang selama sepuluh detik yang terasa bagaikan seabad; ujung sepatu miliknya menyentuh tanah hitam.

Ia berada dalam daerah pepohonan yang berisi semak belukar. Tak ada bulan, hanya ada banyak bintang merah yang bersinar redup di gelapnya malam.

Asuna berusaha menghilangkan sakit kepalanya dengan meregangkan punggungnya. Tepat disampingnya, lubang dalam nan gelap terbuka lebar, ia telah menenggelamkan knight berarmor yang berasal dari Tanah Kegelapan. Agak berbahaya jika meninggalkan mereka di kedalaman, tetapi ia agak kesulitan untuk mengubah dataran lagi.

Ia mendengar deru kuda didekatnya; melihat ke arah suara itu berasal, ia sadar jika beberapa kereta ada dibalik semak-semak, tampaknya sengaja disembunyikan.

— Dimana…? Kamu dimana, Kirito?

Ketika hampir menangis mengucapkan nama kekasihnya, sebuah suara gemetar sampai di telinganya.

“… Stacia… sama?”

Ia membalikkan kepalanya, dan melihat dua gadis yang mencoba untuk berdiri. Mereka berdua mengenakan baju tak berlengan, semacam seragam sekolah.

Wajah mereka sedikit keheranan. Mereka tidak terlihat seperti orang jepang, mereka juga tidak terlihat seperti orang barat. Kulit mereka halus dan berwarna putih; si gadis yang ada di kanan memiliki rambut berwarna merah, dan si gadis di kiri memiliki rambut kecoklatan.

Dua pedang menggantung di pinggang mereka.

Si gadis berambut merah sedikit membuka mulutnya, dan sekali lagi suara terdengar dari mulutnnya.

“Apakah anda seorang… Dewi?”

Bahasa jepang mereka sungguh fasih, namun intonasi mereka agak aneh terdengar. Lalu, Asuan mengingat sejarah tiga ratus tahun milik Underworld.

— Kikuoka-san, Higa-san, lihat apa yang telah kalian ciptakan.

— Bagi Rath, ini mungkin seperti simulasi, tetapi seluruh dunia ini dan orang-orang didalamnya benar-benar hidup.

“… Bukan… Maaf, aku bukan seorang dewi,” Asuna menjawab sambil menggelengkan kepalanya.

Si gadis berambut coklat menggenggam kedua tangannya.

“Tetapi, tetapi,” ia berbisik.

“Anda dengan baik hati telah menyelamatkan nyawa kami dengan sebuah keajaiban. Anda telah menyelamatkan kami semua dari prajurit mengerikan yang berasal dari Tanah Kegelapan… Anda telah menyelamatkan para Penjaga, Ascetic… dan Kirito-senpai.”

Ketika Asuna mendengar nama tersebut, terkejut, dan merasakan pisau yang menyayat hatinya.

Ia menetapkan tubuhnya yang hampir kehilangan keseimbangan, dan akhirnya mengeluarkan suara lemah, bibirnya gemetaran.

“A… Aku datang kesini untuk bertemu dengannya, bertemu Kirito… Tolong katakan padaku… Dimana ia berada? Ijinkan aku menemuinya… Bawa aku menemui Kirito, kumohon.”

Menahan air mata yang mau menetes, Asuna memohon. Kedua mata dua gadis ini terbuka lebar, saling bertukar pandang, lalu mengangguk.

“… Ya. Mari ikuti kami.”

Para penjaga yang mengenakan armor di sekeliling membuat formasi lingkaran, menatap Asuna dari kejauhan; Asuna berjalan melewati pusatnya ketika kedua gadis tadi menunjukkan arah.

Ia diajak menuju belakang kereta. kereta tersebut ditutupi oleh kain dari atas, sehingga ia tak bisa melihat apa yang ada didalam.

“Kirito-senpai ada didal…”

Tanpa menunggu si gadis berambut merah menyelesaikan kalimatnya, Asuna membuka kain dengan kedua tangannya dan melompat kedalam. Ia tersandung ketika maju kedepan.

Menuju ke kabin, lentera kecil bercahaya redup diantara kotak kayu dan tong. Ia maju menuju area kecil diantara keduanya, semakin kedalam menuju kereta.

Tiba-tiba, ia merasa teringat akan bau ini, hangat seperti matahari, menyegarkan seperti rerumputan dan hutan.

Cahaya keperakan terpantul dalam mata Asuna, sehingga ia bisa melihat dalam kegelapan.

Cahaya tersebut berasal dari kursi roda yang terbuat dari logam dan potongan kayu.

Di kursi tersebut, ada sosok berpakaian hitam yang sedang duduk tanpa semangat, tubuhnya hampir seperti bayangan.

“…………Gh.”

Terkejut akan berbagai macam emosi, Asuna mematung. Meskipun ia telah memikirkan berbagai macam skenario terburuk, kata-kata yang bisa menggambarkan pertemuan keduanya seperti tersangkut di tenggorokannya.

Berbaring dalam STL No.4 di Ocean Turtle dalam Dunia Nyata, seseorang yang ia cintai berada di atas kursi roda, dalam bentuk sebuah jiwa.

Terluka, rusak, tetapi masih hidup.

Ketika Kirito menemuiku di rumah sakit Tokorozawa, ketika aku tidak bangun meskipun telah terbebas dari game kematian SAO, Kirito pasti mengalami rasa sakit yang sama, seperti apa yang aku rasakan sekarang ini.

— Kali ini giliranku. Aku akan menyelamatkanmu, tak peduli berapapun resikonya.

Menghembuskan nafas, Asuna berbisik:

“…… Kirito-kun.”

Tangan kanan milik Kirito hilang dari tubuhnya. Ia menggenggam pedang hitam dan pedang putih di depan tubuhnya, tangan kirinya bergerak ketika mendengar suara milik Asuna.

Wajahnya menatap bawah, dan kedua bola matanya kosong.

“Uh……”

Suara serak keluar dari bibirnya yang kering.

“Uh… Aaaa… Aahh……”

Taka, taka. Kursi roda bergetar. Tangan kirinya bergerak, urat milik Kirito bisa terlihat dari lehernya. Seolah ia ingin menyampaikan sesuatu.

Dua tetes air mata mengalir di pipi Asuna dan jatuh ke sarung pedang di tangan Kirito.

“Kirito-kun… Cukup, sudah cukup!!” Asuna berteriak.

Ia menunduk, dan dengan lembut namun erat, ia memeluk kekasihnya. Dari kedua matanya, ia merasakan cairan yang tak bisa berhenti mengalir.

Sword Art Online Vol 16 - 251.jpg

Saling tatap sekali lagi, mencoba untuk menyembuhkan jiwa Kirito, kesadarannya mungkin akan pulih—

Sebuah kebohongan jika Asuna tak ingin berharap seperti itu.

Namun, Asuna mengetahui jika kerusakan yang diterima inti Fluctlight milik Kirito terlalu parah, atau bisa dikatakan telah hancur. Selama tidak mengembalikan inti tersebut ke bentuk asalnya, tidak peduli berapapun pengobatan yang diberikan dari luar, percuma saja jika tidak melakukan penyembuhan dari dalam.

Kata-kata Higa bergema dalam pikirannya.

— Tampaknya Kirito memiliki pendamping … Maksudku seorang sahabat. Mereka Fluctlight buatan tentu saja. Dan sebagian teman-temannya telah tewas dalam pertarungan di Gereja, jadi ia mungkin menyalahkan dirinya sendiri ketika berhasil menghubungi kita. Dengan kata lain, ia menyerang Fluctlight miliknya sendiri.

Kesedihan, penyesalan, dan putus ada telah membuat lubang tak berdasar dalam hati Kirito.

— Bahkan jika lubang tersebut berisi kehampaan tiada batas, aku akan mengisinya. Jika aku tak bisa melakukannya seorang diri, aku akan meminta bantuan orang-orang yang memiliki ikatan dengan hati Kirito. Tak ada yang sesuatu yang bisa mengisi lubang tersebut selain cinta.

Asuna merasa jika ketetapan hatinya telah terisi kembali: ia tak ingin Kirito mengalami kesedihan lagi, walaupun sedikit.

— Aku akan melindungi dunia ini, dunia temmpat Kirito tinggal dan dunia yang dicintainya. Aku akan melindunginya dari penyerang manapun. … bahkan dari RATH sendiri.

Setelah memeluk Kirito untuk terakhir kalinya, Asuna kini berdiri.

Ia berbalik; air matanya masih menetes di pipinya, ia tersenyum pada kedua gadis yang masih memandang.

“Terima kasih. Kalian berdua telah melindungi Kirito, benar kan?”

Si gadis berambut coklat mengangguk, dan berbalik bertanya dengan suara gemetar:

“Maaf, bolehkan aku..... mengetahui nama anda, kumohon? Jika anda bukan Stacia-sama, lalu… siapa anda?”

“Namaku Asuna. Aku manusia sepertimu. Dan juga seperti Kirito, aku datang dari dunia luar… untuk tujuan yang sama.”

Bagian 4

“Apa yang ingin kusampaikan adalah… Aku benar-benar terkejut.”

Pada lantai kedua kereta pengangkut kerejaan, disamping Gabriel yang melihat lubang besar di tanah, muncul suara yang terdengar agak tenang.

Ia berbalik dan menatapnya, muncul dari salah satu lubang di dek, wajah besar pria separuh baya terlihat. Ia mengingat jika namanya adalah Lengil, pemimpin Guild Perdagangan dan Industri. Lengil bergabung dengan pasukannya dan memberi hormat tulus.

Sementara ia menjadi salah satu dar Bangsawan yang tersisa, orang ini tampaknya tiidak memiliki kemampuan bertarung. Terus apa masalahnya? Gabriel mengangkat alisnya sebagai tanda pengakuan. Lengil menengok ke kiri dan kanan, tetapi tubuhnya masih menghadap Gabriel. Ia menyadari jika Vassago tidak ada di sekitar, namun ia tidak berani berkomentar dan memberi hormat sekali lagi.

“Yang Mulia. Bulan akan muncul sebentar lagi… Jika tidak ada perintah lain untuk dilaksanakan, aku meminta agar pasukan diijinkan untuk beristirahat dan makan.”

“Oke.”

Ia kini kembali menatap langit malam.

Pasukan yang dikirimkan informasi musuh masih belum kembali. Dengan kata lain, mereka berada tidak hanya beberapa mel. Dan ketika melihat itu, tampaknya lubang sebesar itu tak bisa diciptakan dengan kekuatan manusia manapun.

Memprediksi jika musuh telah mengalahkan pasukan yangg ada di selatan tempat Vassago dan teman-temannya berada, kemungkinan besar mereka berhasil dikalahkan. Namun jika Vassago sendiri tewas di dunia ini, ia akan terbangun di dunia nyata.

Sekarang ia harus menggunakan pasukan udara. Namun para Dark Knight hanya memiliki sepuluh naga. Ia tidak tahu harus berapa kali bolak-balik untuk mengangkut duapuluh ribu prajurit.

Mungkinkah melakukannya dengan Art. Tetapi menurut Pengguna Dark Art yang telah diajak berunding sebelumnya, mustahil menciptakan jembatan bagi pasukan untuk menyebrang. Jika mereka sekuat pemimpinnya, Dee Ai El, mungkin jika mengorbankan beberapa Demihuman lagi … tetapi menurut laporan jika Dee telah hangus dalam serangan balasan Integrity Knight sebelumnya.

— Bagi seseorang yang penuh ambisi, kau tewas terlalu cepat.

Gabriel berpikir dengan penuh penyesalan. Tetapi pada akhirnya nanti, seorang AI sepertinya hanyalah bidak dalam permainannya, dan keberadaannya akan segera hilang dari pikirannya.

Dengan kata lain —

Lubang menganga yang tercipta tadi mengatur “keseimbangan game” di dunia ini. Baik AI dari Kerajaan Manusia dan AI dari Tanah Kegelapan tak ada yang bisa menciptakannya.

Jika masalahnya seperti itu, kejadian ini adalah ikut campur seseorang dari dunia luar. Seseorang dari RATH, kemungkinan orang penting dari mereka telah log ini menggunakan super account sepertinya.

Mereka mungkin memiliki tujuan yang sama. Mengambil «Alice», lalu keluar ke dunia nyata menggunakan sebuah system console.

Meskipun kondisi saat ini sedikit merepotkan baginya, ia harus bisa membuat rencana matang.

Atau mungkinkah — hal ini malah menjadi semakin menarik.

Bibir Gabriel terangkat hingga membentuk senyuman. Setelah senyum tersebut menghilang, ia berbalik menghadap Lengil.

“Baiklah. Kita akan berkemah disini untuk malam ini. Berikan makanan bagi pasukan; besok akan menjadi hari yang merepotkan.”

“Baik pak. Yang Mulia sungguh baik hati.”

Mengungkapkan rasa hirmatnya sekali lagi, Pemimpin Guild Perdagangan beranjak pergi dengan penuh semangat.

* * *

“Dari dunia yang sama dengan… Kirito-senpai?”

Kedua gadis bertanya secara bersamaan, mata bereka kebingungan.

“I-itu berarti… dunia dewa dan dewi? Dari dunia ketiga dewa yang menciptakan dunia ini … kerajaan di langit dimana dewa-dewi memberikan karunianya, dan malaikat tinggal disana …?”

“Tidak.”

Asuna menggelengkan kepalanya.

“Duniaku memang diluar dunia ini, tetapi bukanlah dunia para dewi. Karena… Lihatlah Kirito-kun, apakah kalian pikir penampilannya seperti seorang dewa atau malaikat?”

Mereka berdua melihat sosok yang ada di kursi roda, saling tatap, dan terkekeh. Mereka tak yakin, lalu mengangguk.

“Ya… Ya… Benar, tak ada dewa yang keluar tengah malam untuk membeli cemilan … benar kan…?”

Mendengar kata-kata si gadis berambut merah, kali ini giliran Asuna yang terkekeh. Ia masih tetap sama bahkan di dunia ini. Tak bisa berkata-kata dan senang, air mata menetes ke pipi Asuna sekali lagi.

Ia berkedip beberapa kali dan mengangguk . kemudian, si gadis berambut coklat bertanya:

“Uh… Um, dunia luar… kira-kira… seperti apa?”

Asuna berpikir sesaat, lalu menjawab:

“Akan sangat lama untuk menjawabnya. Aku ingin menceritakannya pada orang yang bertanggung jawab disini. Bisakah kalian mengantarkanku?”

“O-Oke. Mengerti.”

Para gadis setuju. Asuna bersiap mengikuti mereka, lalu berbalik untuk melihat Kirito sekali lahi.

Di wajahnya, bekas air mata miliknya masih bisa terlihat.

— Tak apa-apa, Kirito-kun. Kau bisa mengandalkanku…

Asuna berkata dalam hatinya, sambil dengan erat menggenggam tangan kirinya. Lalu ia berbalik, dan melompat dari belakang kereta.

Tepat ketika sepatu putihnya menyentuh tanah —

Cahaya keemasan muncul dihadapannya.

Kilauan dari sebuah mata pedang.

Sebelum ia bisa bereaksi, tubuhnya bergerak secara insting. Tangan kanannya menarik rapier di pinggang kirinya.

Kyariin!

Suara benturan logam terdengar dalam heningnya malam.

Ketika ia berhasil menghindari serangan tersebut, dorongan kuat yang tak terduga membuat lengan kanannya ngilu. Sungguh pedang yang berat.

Percikan bunga api dari benturan tersebut menyilaukan pandangan Asuna. Ia hampir tidak bisa melihat lintasan serangan kedua.

Serangan ini tak bisa ditahan dengan satu tebasan.

Seketika memikirkan hal tersebut, Asuna melaju ke arah musuh dan melancarkan tusukan beruntun dengan cepat.

Tusukan ketiga akhirnya berhasil menahan serangan musuh. Dengan penuh waspada, Asuna akhirnya menangkap sosok penyerang.

Ia terkejut.

Seorang knight cantik berkulit seputih salju, kira-kira berusia sama dengannya, ia menatap Asuan. Mata saphire miliknya seolah memancarkan gelombang listrik kebencian.

Rambut emas miliknya, yang tampak serasi dengan serangan sebelumnya, bergelombang di udara. Armor dan pedang panjang miliknya juga berwarna keemasan.

Dari kejauhan, kedua gadis keheranan. Lalu, mereka berteriak.

“Knight-sama, tolong hentikan!!”

“Dia bukan seorang musuh, Alice-sama…!!”

— «Alice»!

Mendengar nama tersebut, Asuna terkejut sekali lagi.

Swordswoman yang berada dihadapannya, yang sedang menggenggam senjata seberat batu raksasa — adalah true Bottom-Up AI pertama di dunia, seorang artificial intelligence yang bisa beradaptasi dimanapun, ALICE? ia adalah tujuan dibentuknya Project Alicization, dan juga apa yang RATH dan para penyerang cari — dia adalah pusat segala permasalahan ini.

Tetapi mengapa Alice menyerang dirinya?

Mencoba memblokir pedang emas, sesaat sebelum Asuna mengatakan apa yang dipikirkan, sebuah suara semerdu musik keluar dari bibir kemerahan Alice.

“Siapa kau?! Apa yang kau inginkan dari Kirito?!”

Seketika ia mendengar kata-kata tersebut.

Asuna menyingkirkan pikirannya tadi, perasaan emosi mengisi dirinya. Lebih tepat kalau disebut, rasa geram sesaat.

Jawaban yang keluar dari mulut Asuna malahan menambah minyak ke dalam api.

“Mengapa…? Karena dia itu milikku!!”

Menggertakkan gigi putihnya, Alice berteriak:

“Apa katamu?! Dasar orang barbar!!”

Kedua pedang yang masih bersentuhan kini mengeluarkan percikan bunga api ke segala arah.

Swordswoman berambut emas, dengan tangkas mundur, lalu seketika melancarkan tebasan atas. Tetapi seketika, Asuna menghindar, dan melancarkan serangan kombo.

Didalam kesunyian hutan, serangan keemasan dan serangan bagaikan komet, menimbulkan kilauan cahaya.

Benturan melewati siku Asuna hingga sampai ke pundaknya, benturan angin terasa di sekitar Asuna. Ia bisa menyeimbangi serangan musuh karena rapier yang dimiliki super account Stacia miliknya «Radiant Light», sebuah «GM item» yang memiliki prioritas lebih tinggi daripada pedang panjang emas milik Alice.

Senjata mereka berdua bertemu lagi, tetapi kini keduanya saling menjaga jarak.

Suara serak kini mengisi keheningan sesaat ini.

“Ah, pemandangan disini luar biasa. Dua bunga yang sedang mekar. Ah, sungguh mengagumkan. Pemandangan mengagumkan.”

Sepasang lengan kuat muncul, jari-jarinya dengan santai menggenggam bagian tengah senjata milik Alice dan Asuna.

“?!”

Seolah roti isi yang mengapit daging, pedang keduanya tak bisa dipisahkan. Lengan tersebut berusaha memisahkan kedua pedang dimana pemiliknya masih terdiam, ia berusaha memisahkan dua orang swordswomen yang masih bertarung.

Seseorang yang sedang berdiri disana adalah sosok pria yang berusia sekitar empat puluh tahun.

Diatas kimono yang dipakainya, ia mengenakan equip pertahanan berkuatilas rendah, sepertinya. Pedang panjang menggantung di pinggangnya maupun lengan miliknya, dipenuhi dengan goresan. Ia benar-benar cocok dengan deskripsi seorang pejuang.

Seketika pria tersebut muncul, Alice menggelembungkan pipinya dan mulai memprotes seolah ia menjadi anak-anak:

“Mengapa menghentikanku, Paman! Orang ini mungkin saja mata-mata musuh …”

“Aku tak berpikir begitu. Nona muda ini menyelamatkanku dari kematian. Aku yakin hal yang sama juga terjadi pada kalian semua?”

Kata-kata tersebut ditujukan pada kedua gadis berpakaian abu-abu yang sedang berdiri disamping.

Keduanya mengangguk cepat, dan berbicara dengan suara rendah.

“Y… Ya, Komandan Knight Terhormat. Nona ini menyelamatkan kami.”

“Dia, dengan lambaian tangannya, membuat musuh tenggelam dalam jurang … Itu benar-benar keajaiban.”

Si pria yang bernama Komandan Knight menatap lembah yang diciptakan Asuna, lalu meletakkan tangannya ke pundak Alice dan berbicara:

“Aku juga melihatnya. Cahaya berwarna-warni turun dari langit, lalu tanah terbelah sejauh seratus mel. Bahkan para Petarung Tangan Kosong tak bisa meremehkan serangan tersebut, mereka panik. Faktanya, nona muda ini telah menyelamatkan pasukan kita dari kekalahan besar. Ini bukan waktunya untuk saling bertengkar.”

“……”

Pedang panjang emas masih ditangannya, Alice masih mematap Asuna dengan curiga.

“Lalu… apa yang ingin paman katakan adalah, orang ini bukan mata-mata musuh juga bukan seorang peniru sosok dewi, intinya paman ingin berkata jika dia ini Dewi Stacia yang asli kan?”

Asuna menggigit bibirnya sambil tetap terdiam. Jika Komandan Knight, pria yang memimpin pasukan ini, menganggap Asuna sebagai dewi, kondisi saat ini akan bertambah kacau.

Untungnya, mulutnya terbuka dan berkata.

“Mungkin bukan. Jika ia adalah seorang Dewi, ia mungkin seorang yang lebih dingin dan kejam daripada Pemimpin Tertinggi. Ia akan membunuh musuh tanpa belas kasihan?”

Alice tidak menampik jawaban tersebut. Rasa permusuhannya masih belum padam, ia menatap Asuna dengan api kemarahan lalu segera memasukkan pedang miliknya ke sarung pedang!

Asuna juga memiliki banyak pertanyaan. Mengapa kau menyerangku? Kau ini siapanya Kirito-kun? Tetapi dengan tarikan nafas, Asuna bisa menahan kemarahannya.

Misi Asuna adalah untuk membawa Alice menuju «Altar Ujung Dunia» di bagian paling selatan Underworld, lalu mengeluarkan Light Cube miliknya dari Light Cube Cluster.

Dengan kata lain, ia harus meyakinkan gadis ini, yang tidak cocok dengan dirinya untuk meninggalkan Pasukan Kerajaan Manusia. Ini bukan waktu yang tepat untuk bertarung.

Menyarungkan senjata miliknya, Asuna berbicara pada Komandan Knight:

“Ya… Anda benar. Aku bukanlah seorang dewi; aku juga manusia seperti kalian semua. Tetapi, aku memahami situasi saat ini. Itu karena aku adalah manusia yang berasal dari dunia luar.

“Dunia luar, huh…”

Komandan Knight menggaruk dagunya, lalu tersenyum sederhana.

Hal yang kontars terjadi, mata milik Alice terbuka lebar dan ia bertanya dengan suara nyaring:

“Dari dunia luar…?! Jadi, kau datang dari dunia Kirito tinggal?”

Asuna mengangguk. Tampaknya Kirito telah menjelaskan beberapa hal tentang Underworld pada Alice.

Mengubah Fluctlight Acceleration Rate menjadi lebih cepat, Kirito telah berada di dunia ini selama tiga tahun. Asuna tak bisa berpikir berapa lama ia telah menghabiskan waktu dengan Alice di dunia ini.

Tampaknya Alice juga berpikir seperti itu. Sebelum ia bisa bertanya lagi, Komandan Knight menghentikannya dengan lambaian tangan.

“Apa yang kita bicarakan selanjutnya biarlah para Knight dan Penjaga yang tau. Kita akan membicarakannya sambil minum teh. Terlebih lagi, pasukan musuh tidak akan membuat gerakan saat malam hari.”

“… Aku mengerti.”

Alice mengangguk, wajahnya agak marah.

“Baiklah, sudah diputuskan… Kalian nona muda yang berdiri disana, bisakah membantu menyiapkan teh, dan juga ambilkan juga anggur untukku? Kalian berdua juga berhenti berkelahi.”

Menerima perintah Komandan Knight, Ronie dan Tizie membalas dan memberi hormat.

Asuna ingi bertemu Kirito sekali lagi sebelum meninggggalkan tempat ini, tetapi sebelum ia bisa bergerak, suara nyaring Alice sampai di telinganya.

“Biar kuperjelas: mulai sekarang, tak ada yang boleh memasuku kereta tersebut tanpa izin dariku. Memastikan keamanan Kirito adalah tanggungjawabku.”

Hal buruk akan terjadi.

Asuna menenangkan emosi miliknya.

“… Hal yang sama juga berlaku untukmu, berhenti memanggil Kirito-kun milikku denggan namanya…”

“Apa katamu?!”

“… Tidak, bukan apa-apa.”

Hmph, Alice dan Asuna berbalik membuang pandang, dan mengikuti sosok Komandan Knight.

Ronie dan Tizie tertinggal dibelakang — mereka berdua lega.

“Tampaknya… mulai sekarang akan menjadi kondisi yang sulit.”

Tizie tiba-tiba melambaikan tangannya dan berkata pada sahabatnya:

Ayo, kita harus merebus air! Oya, kereta mana yang menyimpan anggur?… Ayo, Ronye!”

Sebelum mengejar Tizie, Ronze berbisik tanpa seorangpun mendengar.

“… Dia juga, senpai milikku…”

Bagian 5

Bagian 6

Bagian 7

  1. AI yang bisa berpikir sendiri tanpa menggunakan perintah