Difference between revisions of "Oregairu (Indonesia):Jilid 9 Bab 0"
MEsato Ariq (talk | contribs) |
|||
(5 intermediate revisions by one other user not shown) | |||
Line 1: | Line 1: | ||
− | ==Bab 0: |
+ | ==Bab 0 : Meskipun demikian, Ruangan itu Terus Bersandiwara Tanpa Henti Setiap Hari== |
+ | Angin sedang mengetuk-ngetuk jendela. Dengan lautnya berada di dekat sini, angin terus bertiup ke arah bangunan, tidak terhalang karena tidak adanya bangunan yang tinggi di sekitar sini. |
||
− | <big> |
||
− | Angin mengetuk jendela. Dengan dekatnya laut dan sedikit bangunan tinggi di sekitar, angin terus berhembus menerpa bangunan tanpa lelah. |
||
+ | Mengikuti suara itu, mataku secara refleks beralih ke luar jendela. |
||
+ | Semua pohon yang sedang berguguran itu bergoyang dan awan-awan debu melayang-layang<!--burst--> di dalam angin yang kering ini. Pejalan kaki yang berhamburan meluruskan kerah mantel mereka, terus berjalan dengan bahu mereka merunduk.<!--ducked in--> |
||
− | Sebuah suara menarik perhatianku ketika aku dengan santai melihat ke luar jendela. |
||
+ | Sekolah ini, juga, akhirnya melihat musim dingin. Musim yang sama persis seperti ini berlalu tahun lalu, namun aku tidak pernah tahu betapa dinginnya hembusan angin ini sebenarnya. |
||
+ | Yang tercampur baur ke dalam bunyi terpaan angin ini ada beberapa suara. |
||
− | Pohon-pohon dengan guguran daun bertebangan dan awan debu melayang di angin kering. Orang-orang lewat menyebar mulai menampakkan warnanya dan beberapa yang lewat mengenakan mantel yang kerahnya diangkat dan bahu merunduk sembari jalan. |
||
+ | “Lihat, sudah super kering sekarang ini, bukan? Jadi saat Yumiko membawa pelembab udara mini ini datang, benda itu benar-benar mengepul selama kelas. Dan macam baru-baru ini, USJ… USA? Atau apalah, bisa memberikanmu listrik. Kamu tahu, benda yang itu!” |
||
+ | Yuigahama akan menggabungkan isyarat tubuh dan tangan sambil dengan santai menggerakkan tubuhnya selagi dia berbicara dengan penuh semangat. Yukinoshita akan melihat ke arahnya dengan suatu senyuman dan mengangguk untuk menanggapinya. |
||
− | Musim dingin telah menemukan jalannya ke sekolah. Meskipun musim yang sama diharapkan datang tahun lalu, aku tak tahu sedingin ini hembusan angin. |
||
+ | “Aku tahu. Pasti itu praktis sekali.” |
||
+ | Yukinoshita biasanya memang bukan tipe-tipe orang yang banyak bicara, jadi suatu tanggapan pendek seperti itu bukanlah sesuatu yang tidak biasa. Tapi senyuman itu adalah sesuatu yang hanya tidak bisa kutatapi secara langsung. |
||
− | Bercampur dalam riuh angin, ada beberapa suara. |
||
+ | Aku dengan perlahan melepaskan pandanganku dari lantai. Di depanku terdapat kaki Yuigahama yang berpaling ke arahku. |
||
+ | “Aku tahu bukan! Jadi kupikir mungkin kita bisa membeli satu untuk ruangan ini. Benarkan, Hikki? …Hikki?” |
||
− | "Lihat, sekarang ini sangat kering, bukan? Jadi saat Yumiko membawa pelembab udara mini, suasana jadi sangat pengap selama kelas. Dan seperti baru-baru ini, USJ... USA? Atau apalah itu, membuatmu bisa memberikan listrik. Kalian pasti tahu itu!" |
||
+ | Kemungkinannya seluruh tubuhnya sedang menghadap ke arahku. Yuigahama menanyakanku lagi, mendesakku untuk menjawab. Karena aku terlarut dalam lamunanku, jawabanku agak sedikit telat. Untuk mengisi jeda itu, setelah aku dengan sengaja membuat suatu helaan pasrah, aku menjawab. |
||
+ | “…Aku mendengarmu. Itu USB. Kenapa kita perlu mendapat listrik dari tempat Amerika seperti itu?” |
||
− | Gerakkan tubuh dan tangan Yuigahama seakan menyatu ketika dengan santai menggerakkan badannya saat dia berbicara penuh semangat. |
||
+ | “Ah, itu dia!” |
||
+ | Yuigahama menepuk tangannya dan menjawab. Dan tanpa menunggu jawaban dariku maupun dari Yuigahama, dia segera meneruskan. |
||
− | Yukinoshita akan melihat ke dia dengan senyum dan mengangguk menanggapinya. |
||
− | "Aku mengerti. Pasti itu sangat praktis." |
||
+ | “Ponsel-ponsel sekarang ini bisa dicas dengan menghubungkannya pada benda USB itu atau entah apalah, itu macam super praktis, lihat~. Dan macam akhir-akhir ini, bateraiku juga benar-benar suka cepat habis!” |
||
+ | Yuigahama meneruskan percakapannya dan setelah itu, dia melompat pada topik mengenai model-model ponsel baru. |
||
− | Yukinoshita normalnya tidak banyak berbicara. Jadi tanggapan singkat seperti itu bukan hal yang tidak wajar. Tapi senyumnya itu sesuatu yang tidak bisa ku tatap langsung begitu saja. |
||
+ | Berkat itu, percakapannya berjalan terus tanpa sedikitpun jeda. Namun, hanya kata-katanya yang terus berlanjut sebab topik dan hal-hal yang seharusnya berada di pusat kata-kata itu tidak berlanjut. |
||
+ | Tapi apakah itu karena pepohonan yang mengintip dari luar jendela, yang digetarkan oleh angin yang membekukan itu sampai kupikir itu terlihat seperti sepotong es yang mengapung-apung dari kejauhan? Jika aku salah mengambil langkah dari jalan yang benar, itu terasa seakan aku akan tenggelam jatuh ke dasar. |
||
− | Aku dengan perlahan mengalihkan pandanganku dari lantai. Di depanku berada, ada kaki Yuigahama yang melangkah ke arahku. |
||
+ | Walaupun ruangan ini tidak memiliki sebuah kalender, aku tidak perlu melihatnya untuk mengetahui apa tanggalnya. Melihat tanggalnya sedikit serupa dengan menghitung mundur sisa tahun-tahun hidupmu. |
||
+ | Kami sudah di pertengahan memasuki Desember. Hanya dua minggu lebih sedikit lagi dan sudah akan Tahun Baru. Tahun ini sudah akan berakhir. |
||
− | “Aku tahu betul! Jadi aku berpikir mungkin kita harusnya dapat satu untuk ruangan ini. Betul, Hikki?...Hikki?” |
||
+ | Segala hal akan berakhir dan kamu tidak akan mampu membawa itu semua kembali ke hari-hari tersebut. |
||
+ | Selagi kamu menatapi matahari yang terbenam, kamu juga akan sadar bahwa tahun ini sudah akan berakhir. |
||
− | Ini seperti seluruh tubuhnya menghadap ke arahku. Yuigahama menanyaiku lagi, mendorongku untuk menjawab. Karena larut dalam pikiranku sendiri, responku sedikit terlambat. Untuk menutupi selang waktunya, setelah aku sengaja mendesah pasrah. Aku menjawabnya. |
||
+ | Tentu saja, matahari telah terbenam sampai sekarang dan tahunnya sudah berjalan dengan cara yang sama. Jika kamu bertanya apakah matahari hari ini berbeda dari matahari semalam, jawabannya adalah tidak. Pada akhirnya, itu semua benar-benar merupakan sesuatu yang sama. Hanya saja kesadaran orang-orang yang melihatnya itu telah berubah. |
||
+ | Aku, tidak, kami. Kami sudah pasti telah menyadari apa yang tersisa di sana dan itulah kenapa matahari terbenam yang merupakan hal biasa itu adalah sesuatu yang membuat kami merasa sentimentil. |
||
− | “...Aku mendengar. Itu USB. Mengapa kita butuh listrik dari tempat Amerika Serikat <ref>Merujuk kata-kata Yuigahama sebelumnya yang salah menyebutkan USB jadi USA atau Amerika Serikat</ref> seperti itu?” |
||
+ | Tapi di dalam perputaran waktu, ruangan ini merupakan satu-satunya tempat dimana waktunya terbeku. |
||
+ | Semenjak pemilihan ketua OSIS itu, tidak ada satu hal pun yang berubah selagi kami menghabiskan waktu di dalam ruangan ini. Selagi kami meneruskan percakapan-percakapan yang terasa janggal yang hanya bisa disebut kekosongan dan waktu yang kami habiskan itu seperti kami sedang berjalan di atas es tipis. |
||
− | “Nah, itu dia!” |
||
+ | “Aku hanya sedang berpikir betapa dinginnya di sini, tapi itu mengingatkanku dengan hal yang lain. Seperti sudah hampir Natal dan semacamnya…” |
||
+ | Yuigahama sekali lagi beralih ke topik lain. |
||
− | Yuigahama menepukkan tangannya dan menjawab. Dan tanpa menunggu baik balasanku atau Yukinoshita, dengan cepat ia melanjutkannya. |
||
+ | Baik aku dan Yukinoshita berpartisipasi ke dalam percakapan itu dengan jawaban hampa seperti “dingin”, “memang sudah lebih dingin”, “besok akan lebih dingin lagi”. Tapi menyadari bahwa percakapannya tidak akan berjalan lebih jauh lagi dari itu, Yuigahama dengan semangat memajukannya<!--pitch forward-->. |
||
+ | “Ah! Kenapa tidak kita minta Hiratsuka-sensei untuk menambahkan sesuatu seperti sebuah tungku ke dalam ruangan ini!?” |
||
− | “Telepon seluler pada saat ini dapat dicas dengan menghubungkanya ke USB atau apalah itu, ini super praktis, lihat~. Dan akhir-akhir ini, bateraiku jadi habis lebih cepat juga!” |
||
+ | “Aku rasa itu mungkin akan sedikit sulit.” |
||
+ | Yukinoshita tidak merasa terganggu sedikitpun oleh semangat Yuigahama sebab dia dengan lembut menunjukkan senyuman yang dipaksakannya. |
||
− | Yuigahama menlanjutkan pembicaraan dan setelah itu, dia lompat ke topik tentang model ponsel baru. |
||
+ | “Kalau tentang orang itu, aku yakin dia ingin mendapat hadiah untuk dirinya dulu.” |
||
+ | Dipikir lagi, aku mendapat perasaan dia malah akan memprioritaskan untuk menjadi sebuah hadiah untuk seseorang. Seseorang cepat ambil dia, yang benar saja. |
||
− | Terima kasih karena itu, pembicaraan berjalan tanpa banyak berhenti. Akan tetapi, hanya perkataannya terus berlanjut saat topik dan hal yang seharusnya dalam hati saja tidak perlu dikatakan. |
||
+ | Ketika kami berdua menyahut dengan lesu, Yuigahama juga menjadi patah semangat. |
||
+ | “Aku paham… mungkin begitu.” |
||
− | Tapi buankah karena pepohonan yang mengintip ke dalam dari jendela, bergoyang oleh angin membeku yang aku pikir seperti es yang tertiup dari jauh?Jika aku melangkahkan kaki di tempat yang tepat, itu serasa akan tenggelam lebih jauh di kedalaman. |
||
+ | Bahu Yuigahama merosot sedikit dengan tampang murung. |
||
+ | Apa ini seperti perasaan dimana rentetan kurva lereng negatifnya<ref> Kurva lereng menandakan hukum permintaan. </ref> sudah berakhir? |
||
− | Walaupun ruangan tidak memiliki kalender, aku tidak butuh melihat tanggal. Mengecek tanggal sedikit menyerupai menghitung mundur tahun yang tersisa dalam hidupmu. |
||
+ | Baik aku dan Yukinoshita itu semula memang tipe-tipe pendiam jadi tidak banyak topik yang bisa dengan santai kami angkat. Itulah kenapa, akhir-akhir ini, Yuigahama-lah yang sudah memulai sebagian besar dari percakapan-percakapannya. |
||
+ | Biasanya, semua topik-topiknya itu terutama santai dan tidak berbahaya. Semua itu merupakan cara-cara yang lumayan berbelit-belit untuk menghabiskan waktu. |
||
− | Kita sudah setengah jalan di Desember. Hanya tinggal lewat dua Minggu dan akan tahun baru. Tahun ini akan berakhir. |
||
+ | Aku rasa Yuigahama sudah semakin hebat dibanding sebelumnya dalam mencari cara untuk memperpanjang suatu percakapan. |
||
+ | Tidak, itu mungkin agak sedikit salah. |
||
− | Semuanya akan berakhir dan kamu tidak akan bisa kembali ke hari itu. |
||
+ | Mungkin sebelum dia memasuki Klub Servis bahwa dia sudah hebat dalam hal ini. Itu adalah kemampuannya yang diasahnya sampai hari ini, kemampuan untuk membaca suasana, mengisi keheningan, dan menutupi keadaannya secara dangkal seakan tidak ada apa-apa. |
||
+ | Ini mungkin mirip dengan bagaimana aku akan membuka sebuah buku hanya untuk tidak membacanya. |
||
− | Ketika kau menatapi matahari terbenam, kamu juga menyadari bahwa tahun akan segera berakhir. |
||
+ | Baris-baris kalimat dan waktu berlanjut. Mengabaikan keadaannya sambil berbaur ke dalam percakapannya, aku dengan santai melihat ke arah jam. |
||
+ | Jika hari ini berjalan dengan cara yang sama seperti beberapa hari sebelumnya, maka itu sudah hampir waktunya bagi Yukinoshita menyarankan untuk pulang. |
||
− | Tentu matahari telah terbenam sampai sekarang dan tahun telah berlalu dengan cara yang sama. Jika kau mengatakan jika matahari hari ini berbeda dari matahari kemarin, jawabannya adalah tidak. Pada akhirnya, mereka benar-benar benda yang sama. Hanya saja kesadaran yang melihat telah berubah. |
||
+ | Seakan semua orang memahami hal itu, Yuigahama melihat ke atas langit dari jendela. |
||
+ | “Sudah lumayan gelap, huh?” |
||
− | Aku, tidak, kami. Kami yakin sekali telah mengetahui apa yang ada di sana dan itulah mengapa bahkan tempat biasanya matahari terbenam pun sesuatu yang kami rasakan sentimen. |
||
+ | “…Aku rasa iya. Mari kita mengakhirinya untuk hari ini?” |
||
+ | Dengan kata-kata Yuigahama sebagai aba-abanya, Yukinoshita menutup bukunya dan meletakkannya ke dalam tasnya. Kmai berdua melakukan hal yang sama, membuat persiapan untuk pulang, dan berdiri. |
||
− | Tapi dalam aliran waktu, ruangan ini satu-satunya tempat di mana waktu membeku. |
||
+ | Segera setelah saklarnya ditekan, ruangan ini segera diselubungi oleh kegelapan. Kami meninggalkan ruangan itu dan di depan kami terdapat kegelapan yang terus menyelubungi. Kami berjalan tanpa berkata-kata melintasi lorong itu sambil terbenam dalam keheningan dan sampai ke luar dari pintu masuk. |
||
+ | Matahari telah terbenam dan yang keluar dari bangunan sekolah adalah kerjapan cahaya yang tidak dapat diandalkan. Sinar setelah matahari tenggelam juga tidak dapat menembus bayangan bangunan sekolah. Sisi tempat kami berdiri sudah diselubungi ke dalam kegelapan malam hari. |
||
− | Bahkan saat pemilihan OSIS, tidak satu hal pun telah berubah saat kami menghabiskan waktu di ruangan ini. Saat kami melanjutkan dengan perbincangan yang tidak semestinya, bisa disebut kekosongan, dan waktu yang kami habiskan layaknya jika kami berjalan di atas es tipis. |
||
+ | “Oke, aku akan menaiki bus!” |
||
+ | “Ya.” |
||
− | “Aku baru berpikir betapa dinginnya ini, tapi itu mengingatkanku sesuatu yang lain. Seperti bagaimana hari ini hampir dekat malam natal dan semuanya...” |
||
+ | Saat aku menyahut pada Yuigahama yang dengan keras menyatakan hal itu selagi dia mengangkat tangannya, aku berpaling ke arah area parkir sepeda. Dan satu orang lagi yang tersisa, Yukinoshita, melihat kami pergi dan mengucapkan kata-kata perpisahannya. |
||
+ | “Ya, sampai jumpa.” |
||
− | Yuigahama sekali lagi menyimpang ke topik lain. |
||
+ | Karena kegelapannya, aku tidak dapat melihat wajahnya dengan baik. Namun, mungkin senyuman itu yang sedang dia buat. Yukinoshita dengan hening mengatur kembali tasnya dan merapikan syal di kerahnya. Sikap kalemnya itu menghasilkan kesan bahwa dia tidak terlihat ada perbedaan dari sebelumnya. |
||
+ | “Sampai nanti.” |
||
− | Baik aku dan Yukinoshita ikut dalam percakapan dengan jawaban kosong seperti “Sekarang dingin”, “Sekarang benar-benar mulai dingin” , “Esok hari akan lebih dingin lagi”. Tapi menyadari bahwa percakapan tidak akan lebih jauh dari itu, Yuigahama penuh semangat menaikkan suaranya. |
||
+ | Ketika aku menjawab dengan jawaban singkat, aku memalingkan mataku dari Yukinoshita dan bergegas menuju area sepeda. |
||
+ | Tapi tidak peduli betapa keraspun aku mencoba untuk tidak melihatnya, ekspresinya itu akan kembali muncul lagi di dalam kepalaku dan tidak mau menghilang. |
||
− | “Nah! Kenapa kita tidak meminta Hiratsuka-sensei untuk menambahkan sesuatu seperti kompor ke dalam ruangan!?” |
||
+ | Senyuman itu yang tidak berubah sejak hari itu. |
||
+ | Aku dengan kuat mengayuhi sepedaku untuk mengusir pemikiran itu. |
||
− | “Aku pikir itu akan sedikit sulit.” |
||
− | Yukinoshita tidak terganggu sedikit pun oleh semangat Yuigahama saat ia dengan lembut tersenyum datar. |
||
+ | Kamu terbiasa dengannya, kamu bertingkah bersahabat, dan kamu menjadi lebih lemah dari dirimu yang sebelumnya. |
||
+ | Pada akhirnya, situasi yang dinamakan kehidupan sehari-hari ini akan dikemas dan dikirim ke lubuk terdalam memorimu dan kamu tanpa diragukan lagi akan mencoba membuat-buat alasan dengan menyebutnya sebuah memori. |
||
− | “Dalam kasus orang itu. Aku yakin ia ingin imbalan untuk dirinya dahulu.” |
||
+ | Waktu adalah obat untuk segalanya atau begitulah yang mereka katakan. |
||
+ | Tapi itu salah. Waktu bukanlah apa-apa selain racun yang bekerja perlahan-lahan. Itu adalah sesuatu yang dimaksudkan untuk mengakhiri sesuatu dan membuatmu menyerah akan sesuatu, dengan pelan mengikis sesuatu dari masa lalu itu. |
||
− | Dan lagi-lagi, aku merasa bahwa dia lebih mementingkan hadiah untuknya sendiri bukan untuk orang lain. |
||
+ | Selagi aku melesat ke pusat kota dengan sepedaku, cahaya-cahaya yang mendekorasi semua rumah-rumah menangkap perhatianku. Seperti yang Yuigahama katakan, Natal sudah hampir tiba. |
||
+ | Dulu ketika aku masih kecil, aku mengenalinya hanya sebagai hari dimana aku dapat menerima hadiah-hadiah yang kuinginkan. Yah, itu adalah sesuatu seperti versi hari ulang tahun yang lebih kecil. |
||
− | Ketika kami berdua menjawab dengan patah semangat, Yuigahama mulai putus asa juga. |
||
+ | Namun, itu berbeda sekarang. Aku bukan lagi anak kecil itu dan tidak ada lagi hadiah yang dipersiapkan. |
||
+ | Di atas semua itu. |
||
− | “Aku mengerti... Aku juga berpikir begitu.” |
||
− | |||
− | |||
− | Bahu Yuigahama turun sedikit dengan ekspresi kecewa. |
||
− | |||
− | |||
− | Apakah ini perasaan seperti saat rantai berada di bawah berakhir? |
||
− | |||
− | |||
− | Baik aku dan Yukinoshita sebenarnya orang yang pendiam, jadi tidak ada topik yang dapat kami bicarakan. Itulah kenapa, akhir-akhir ini, Yuigaha sudah menjadi seseorang yang memimpin sebagian besar percakapan. |
||
− | |||
− | |||
− | Biasanya, semua topik bertema santai dan tidak berbahaya. Hal itu merupakan cara yang sulit untuk mengabiskan waktu. |
||
− | |||
− | |||
− | Aku berpikir Yuigahama sudah lebih baik dari sebelumnya ketika mencari cara memperpanjang percakapan. |
||
− | |||
− | |||
− | Tidak, mungkin itu sedikit salah. |
||
− | |||
− | |||
− | Mungkin karena sebelumnya ia mengikuti klub relawan, ia menjadi pandai dalam hal ini. Ini adalah kemampuan yang telah ia usahakan sampai hari ini, kemampuan membaca situasi, memecah kesunyian, dan berbicara suatu hal dengan mudahnya. |
||
− | |||
− | |||
− | Mungkin sama seperti bagaimana aku membuka buku hanya untuk tidak membacanya. |
||
− | |||
− | |||
− | Kalimat demi kalimat dan waktu berjalan. Mengabaikan sekitar ketika berbaur dalam percakapan, aku dengan santai melihat jam. |
||
− | |||
− | |||
− | Jika hari ini berjalan sama seperti hari sebelumnya, lalu ini hampir waktunya Yukinoshita mengajak pulang. |
||
− | |||
− | |||
− | Karena semua orang sudah menyadarinya. Yuigahama menatap langit lewat jendela. |
||
− | |||
− | |||
− | “Sekarang sudah mulai gelap, ya?” |
||
− | |||
− | |||
− | “... Aku rasa begitu. Haruskah kita akhiri?” |
||
− | |||
− | |||
− | Dengan kata-kata Yuigahama sebagai tandanya, Yukinoshita menutup buku dan memasukkan ke dalam tasnya. Kami berdua juga, bersiap-siap pulang ke rumah, dan berdiri. |
||
− | |||
− | |||
− | Secepat lampu dimatikan, ruangan dengan cepat diselimuti kegelapan. Kami meninggalkan ruangan dan di depan kami kegelapan yang berlanjut. Kami berjalan tanpa berbicara turun ke ruang masuk, tenggelam dalam kesunyian dan kami sampai di luar lewat pintu masuk depan. |
||
− | |||
− | |||
− | Matahari sudah terbenam dan menembus masuk bangunan sekolah ada hal yang tak dapat dipercaya, cahaya kelap-kelip. Perasaan senang tidak menerangi kegelapan sepanjang bangunan sekolah. Tempat kami berdiri sudah tenggelam dalam kegelapan malam. |
||
− | |||
− | |||
− | "Oke, aku akan naik bus!" |
||
− | |||
− | |||
− | "Iya." |
||
− | |||
− | |||
− | Saat aku merespon teriakkan keras Yuigahama, saat itu juga ia melambaikan tangannya, aku berbalik ke arah area parkir sepeda. Dan satu-satunya yang tersisa, Yukinoshita, melihat kami pergi dan mengucapkan kalimat perpisahan. |
||
− | |||
− | |||
− | "Ya, sampai nanti." |
||
− | |||
− | |||
− | Karena gelap, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Akan tetapi, mungkin ada senyum yang ia buat. Yukinoshita perlahan menyesuaikan tasnya dan mengencangkan syal di mantelnya. Sikap tenang dia memberikan kesan bahwa dia tidak jauh berbeda dari sebelumnya. |
||
− | |||
− | |||
− | "Sampai jumpa." |
||
− | |||
− | |||
− | Saat aku menjawab dengan balasan singkat, aku mengalihkan mata dari Yukinoshita dan lekas pergi ke area sepeda. |
||
− | |||
− | |||
− | Tetapi betapa pun susannya aku mencoba untuk tidak melihat, ekspresi dia itu akan kembali masuk dalam kepalaku dan tak mau menghilang. |
||
− | |||
− | |||
− | Senyum itu belum berubah sejak hari itu. |
||
− | |||
− | |||
− | Aku sekuat tenaga mengayuh sepeda menjauh dari situ. |
||
− | |||
− | |||
− | Kalian harus terbiasa seperti itu, kalian bersikap ramah, dan kalian menjadi kurungan diri kalian sendiri. |
||
− | |||
− | |||
− | Pada akhirnya, situasi yang disebut keseharian ini akan dikemas dan dikirim ke dalam memorimu yang terdalam dan dengan ragu-ragu kamu akan mencoba membenarkannya menyebutnya sebuah memori. |
||
− | |||
− | |||
− | Waktu adalah obat segala sesuatu atau hal serupa yang mereka katakan. |
||
− | |||
− | |||
− | Tapi itu salah. Waktu bukanlah apa-apa tetapi racun yang perlahan mempengaruhi. Ini sesuatu yang berarti mengakhiri suatu hal dan menyuruhmu untuk menyerah pada suatu hal, perlahan mengikis pergi masa lalu. |
||
− | |||
− | |||
− | Saat aku terbang ke pusat kota dengan sepeda, penerangan yang menghiasi rumah-rumah menarik perhatianku. Seperti yang dikatakan Yuigahama, malam natal hampir datang. |
||
− | |||
− | |||
− | Kembali saat aku kecil, aku mengenal hari itu hanya sebagai hari saat aku mendapatkan hadiah yang diinginkan. Ya, itu seperti versi kecilnya ulang tahun. |
||
− | |||
− | |||
− | Akan tetapi, itu berbeda sekarang. Aku bukan lagi anak kecil dan tidak ada hadiah yang disiapkan. |
||
− | |||
− | |||
− | Di atas itu semua. |
||
− | |||
− | |||
− | Semua hal yang aku harapkan dan inginkan, aku tidak lagi memilikinya. |
||
− | |||
− | |||
− | Dan sudah tentu, aku bahkan tidak dibolehkan menginginkan sesuatu. |
||
+ | Semua hal yang kuharapkan dan kuinginkan, aku tidak memiliki itu semua lagi. |
||
+ | Dan aku, tentu saja, bahkan tidak diizinkan untuk menginginkan sesuatu. |
||
<noinclude> |
<noinclude> |
||
===Catatan Penerjemah=== |
===Catatan Penerjemah=== |
||
Line 234: | Line 160: | ||
|} |
|} |
||
</noinclude> |
</noinclude> |
||
− | </big> |
Latest revision as of 08:20, 29 October 2016
Bab 0 : Meskipun demikian, Ruangan itu Terus Bersandiwara Tanpa Henti Setiap Hari[edit]
Angin sedang mengetuk-ngetuk jendela. Dengan lautnya berada di dekat sini, angin terus bertiup ke arah bangunan, tidak terhalang karena tidak adanya bangunan yang tinggi di sekitar sini.
Mengikuti suara itu, mataku secara refleks beralih ke luar jendela.
Semua pohon yang sedang berguguran itu bergoyang dan awan-awan debu melayang-layang di dalam angin yang kering ini. Pejalan kaki yang berhamburan meluruskan kerah mantel mereka, terus berjalan dengan bahu mereka merunduk.
Sekolah ini, juga, akhirnya melihat musim dingin. Musim yang sama persis seperti ini berlalu tahun lalu, namun aku tidak pernah tahu betapa dinginnya hembusan angin ini sebenarnya.
Yang tercampur baur ke dalam bunyi terpaan angin ini ada beberapa suara.
“Lihat, sudah super kering sekarang ini, bukan? Jadi saat Yumiko membawa pelembab udara mini ini datang, benda itu benar-benar mengepul selama kelas. Dan macam baru-baru ini, USJ… USA? Atau apalah, bisa memberikanmu listrik. Kamu tahu, benda yang itu!”
Yuigahama akan menggabungkan isyarat tubuh dan tangan sambil dengan santai menggerakkan tubuhnya selagi dia berbicara dengan penuh semangat. Yukinoshita akan melihat ke arahnya dengan suatu senyuman dan mengangguk untuk menanggapinya.
“Aku tahu. Pasti itu praktis sekali.”
Yukinoshita biasanya memang bukan tipe-tipe orang yang banyak bicara, jadi suatu tanggapan pendek seperti itu bukanlah sesuatu yang tidak biasa. Tapi senyuman itu adalah sesuatu yang hanya tidak bisa kutatapi secara langsung.
Aku dengan perlahan melepaskan pandanganku dari lantai. Di depanku terdapat kaki Yuigahama yang berpaling ke arahku.
“Aku tahu bukan! Jadi kupikir mungkin kita bisa membeli satu untuk ruangan ini. Benarkan, Hikki? …Hikki?”
Kemungkinannya seluruh tubuhnya sedang menghadap ke arahku. Yuigahama menanyakanku lagi, mendesakku untuk menjawab. Karena aku terlarut dalam lamunanku, jawabanku agak sedikit telat. Untuk mengisi jeda itu, setelah aku dengan sengaja membuat suatu helaan pasrah, aku menjawab.
“…Aku mendengarmu. Itu USB. Kenapa kita perlu mendapat listrik dari tempat Amerika seperti itu?”
“Ah, itu dia!”
Yuigahama menepuk tangannya dan menjawab. Dan tanpa menunggu jawaban dariku maupun dari Yuigahama, dia segera meneruskan.
“Ponsel-ponsel sekarang ini bisa dicas dengan menghubungkannya pada benda USB itu atau entah apalah, itu macam super praktis, lihat~. Dan macam akhir-akhir ini, bateraiku juga benar-benar suka cepat habis!”
Yuigahama meneruskan percakapannya dan setelah itu, dia melompat pada topik mengenai model-model ponsel baru.
Berkat itu, percakapannya berjalan terus tanpa sedikitpun jeda. Namun, hanya kata-katanya yang terus berlanjut sebab topik dan hal-hal yang seharusnya berada di pusat kata-kata itu tidak berlanjut.
Tapi apakah itu karena pepohonan yang mengintip dari luar jendela, yang digetarkan oleh angin yang membekukan itu sampai kupikir itu terlihat seperti sepotong es yang mengapung-apung dari kejauhan? Jika aku salah mengambil langkah dari jalan yang benar, itu terasa seakan aku akan tenggelam jatuh ke dasar.
Walaupun ruangan ini tidak memiliki sebuah kalender, aku tidak perlu melihatnya untuk mengetahui apa tanggalnya. Melihat tanggalnya sedikit serupa dengan menghitung mundur sisa tahun-tahun hidupmu.
Kami sudah di pertengahan memasuki Desember. Hanya dua minggu lebih sedikit lagi dan sudah akan Tahun Baru. Tahun ini sudah akan berakhir.
Segala hal akan berakhir dan kamu tidak akan mampu membawa itu semua kembali ke hari-hari tersebut.
Selagi kamu menatapi matahari yang terbenam, kamu juga akan sadar bahwa tahun ini sudah akan berakhir.
Tentu saja, matahari telah terbenam sampai sekarang dan tahunnya sudah berjalan dengan cara yang sama. Jika kamu bertanya apakah matahari hari ini berbeda dari matahari semalam, jawabannya adalah tidak. Pada akhirnya, itu semua benar-benar merupakan sesuatu yang sama. Hanya saja kesadaran orang-orang yang melihatnya itu telah berubah.
Aku, tidak, kami. Kami sudah pasti telah menyadari apa yang tersisa di sana dan itulah kenapa matahari terbenam yang merupakan hal biasa itu adalah sesuatu yang membuat kami merasa sentimentil.
Tapi di dalam perputaran waktu, ruangan ini merupakan satu-satunya tempat dimana waktunya terbeku.
Semenjak pemilihan ketua OSIS itu, tidak ada satu hal pun yang berubah selagi kami menghabiskan waktu di dalam ruangan ini. Selagi kami meneruskan percakapan-percakapan yang terasa janggal yang hanya bisa disebut kekosongan dan waktu yang kami habiskan itu seperti kami sedang berjalan di atas es tipis.
“Aku hanya sedang berpikir betapa dinginnya di sini, tapi itu mengingatkanku dengan hal yang lain. Seperti sudah hampir Natal dan semacamnya…”
Yuigahama sekali lagi beralih ke topik lain.
Baik aku dan Yukinoshita berpartisipasi ke dalam percakapan itu dengan jawaban hampa seperti “dingin”, “memang sudah lebih dingin”, “besok akan lebih dingin lagi”. Tapi menyadari bahwa percakapannya tidak akan berjalan lebih jauh lagi dari itu, Yuigahama dengan semangat memajukannya.
“Ah! Kenapa tidak kita minta Hiratsuka-sensei untuk menambahkan sesuatu seperti sebuah tungku ke dalam ruangan ini!?”
“Aku rasa itu mungkin akan sedikit sulit.”
Yukinoshita tidak merasa terganggu sedikitpun oleh semangat Yuigahama sebab dia dengan lembut menunjukkan senyuman yang dipaksakannya.
“Kalau tentang orang itu, aku yakin dia ingin mendapat hadiah untuk dirinya dulu.”
Dipikir lagi, aku mendapat perasaan dia malah akan memprioritaskan untuk menjadi sebuah hadiah untuk seseorang. Seseorang cepat ambil dia, yang benar saja.
Ketika kami berdua menyahut dengan lesu, Yuigahama juga menjadi patah semangat.
“Aku paham… mungkin begitu.”
Bahu Yuigahama merosot sedikit dengan tampang murung.
Apa ini seperti perasaan dimana rentetan kurva lereng negatifnya[1] sudah berakhir?
Baik aku dan Yukinoshita itu semula memang tipe-tipe pendiam jadi tidak banyak topik yang bisa dengan santai kami angkat. Itulah kenapa, akhir-akhir ini, Yuigahama-lah yang sudah memulai sebagian besar dari percakapan-percakapannya.
Biasanya, semua topik-topiknya itu terutama santai dan tidak berbahaya. Semua itu merupakan cara-cara yang lumayan berbelit-belit untuk menghabiskan waktu.
Aku rasa Yuigahama sudah semakin hebat dibanding sebelumnya dalam mencari cara untuk memperpanjang suatu percakapan.
Tidak, itu mungkin agak sedikit salah.
Mungkin sebelum dia memasuki Klub Servis bahwa dia sudah hebat dalam hal ini. Itu adalah kemampuannya yang diasahnya sampai hari ini, kemampuan untuk membaca suasana, mengisi keheningan, dan menutupi keadaannya secara dangkal seakan tidak ada apa-apa.
Ini mungkin mirip dengan bagaimana aku akan membuka sebuah buku hanya untuk tidak membacanya.
Baris-baris kalimat dan waktu berlanjut. Mengabaikan keadaannya sambil berbaur ke dalam percakapannya, aku dengan santai melihat ke arah jam.
Jika hari ini berjalan dengan cara yang sama seperti beberapa hari sebelumnya, maka itu sudah hampir waktunya bagi Yukinoshita menyarankan untuk pulang.
Seakan semua orang memahami hal itu, Yuigahama melihat ke atas langit dari jendela.
“Sudah lumayan gelap, huh?”
“…Aku rasa iya. Mari kita mengakhirinya untuk hari ini?”
Dengan kata-kata Yuigahama sebagai aba-abanya, Yukinoshita menutup bukunya dan meletakkannya ke dalam tasnya. Kmai berdua melakukan hal yang sama, membuat persiapan untuk pulang, dan berdiri.
Segera setelah saklarnya ditekan, ruangan ini segera diselubungi oleh kegelapan. Kami meninggalkan ruangan itu dan di depan kami terdapat kegelapan yang terus menyelubungi. Kami berjalan tanpa berkata-kata melintasi lorong itu sambil terbenam dalam keheningan dan sampai ke luar dari pintu masuk.
Matahari telah terbenam dan yang keluar dari bangunan sekolah adalah kerjapan cahaya yang tidak dapat diandalkan. Sinar setelah matahari tenggelam juga tidak dapat menembus bayangan bangunan sekolah. Sisi tempat kami berdiri sudah diselubungi ke dalam kegelapan malam hari.
“Oke, aku akan menaiki bus!”
“Ya.”
Saat aku menyahut pada Yuigahama yang dengan keras menyatakan hal itu selagi dia mengangkat tangannya, aku berpaling ke arah area parkir sepeda. Dan satu orang lagi yang tersisa, Yukinoshita, melihat kami pergi dan mengucapkan kata-kata perpisahannya.
“Ya, sampai jumpa.”
Karena kegelapannya, aku tidak dapat melihat wajahnya dengan baik. Namun, mungkin senyuman itu yang sedang dia buat. Yukinoshita dengan hening mengatur kembali tasnya dan merapikan syal di kerahnya. Sikap kalemnya itu menghasilkan kesan bahwa dia tidak terlihat ada perbedaan dari sebelumnya.
“Sampai nanti.”
Ketika aku menjawab dengan jawaban singkat, aku memalingkan mataku dari Yukinoshita dan bergegas menuju area sepeda.
Tapi tidak peduli betapa keraspun aku mencoba untuk tidak melihatnya, ekspresinya itu akan kembali muncul lagi di dalam kepalaku dan tidak mau menghilang.
Senyuman itu yang tidak berubah sejak hari itu.
Aku dengan kuat mengayuhi sepedaku untuk mengusir pemikiran itu.
Kamu terbiasa dengannya, kamu bertingkah bersahabat, dan kamu menjadi lebih lemah dari dirimu yang sebelumnya.
Pada akhirnya, situasi yang dinamakan kehidupan sehari-hari ini akan dikemas dan dikirim ke lubuk terdalam memorimu dan kamu tanpa diragukan lagi akan mencoba membuat-buat alasan dengan menyebutnya sebuah memori.
Waktu adalah obat untuk segalanya atau begitulah yang mereka katakan.
Tapi itu salah. Waktu bukanlah apa-apa selain racun yang bekerja perlahan-lahan. Itu adalah sesuatu yang dimaksudkan untuk mengakhiri sesuatu dan membuatmu menyerah akan sesuatu, dengan pelan mengikis sesuatu dari masa lalu itu.
Selagi aku melesat ke pusat kota dengan sepedaku, cahaya-cahaya yang mendekorasi semua rumah-rumah menangkap perhatianku. Seperti yang Yuigahama katakan, Natal sudah hampir tiba.
Dulu ketika aku masih kecil, aku mengenalinya hanya sebagai hari dimana aku dapat menerima hadiah-hadiah yang kuinginkan. Yah, itu adalah sesuatu seperti versi hari ulang tahun yang lebih kecil.
Namun, itu berbeda sekarang. Aku bukan lagi anak kecil itu dan tidak ada lagi hadiah yang dipersiapkan.
Di atas semua itu.
Semua hal yang kuharapkan dan kuinginkan, aku tidak memiliki itu semua lagi.
Dan aku, tentu saja, bahkan tidak diizinkan untuk menginginkan sesuatu.
Catatan Penerjemah[edit]
- ↑ Kurva lereng menandakan hukum permintaan.
Mundur ke Ilustrasi | Kembali ke Halaman Utama | Lanjut ke Bab 1 |