Oregairu (Indonesia):Jilid 9 Bab 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 1: Lagi, Isshiki Iroha Mengetuk Pintunya[edit]

1-1[edit]

Yahari9-18-19.png

…Apa dia tolol?

Sesaat sebelum kelas akan dimulai, gugaman itu menyelip keluar dari mulutku.

Pada selembar kertas yang tercampur dalam tasku terdapat suatu tulisan tangan yang kukenali. Kelihatannya, itu tertuju padaku dari adik kecilku, Komachi.

Surat menawan itu dihiasi dengan pita lamé dengan warna bertema Natal yang berkilau seperti salju dan di dalam amplop itu terdapat suatu daftar permintaan hadiah yang sangat tidak imut.

Yah, apa yang benar-benar ingin dia beritahu padaku itu mungkin untuk membeli deterjen sewaktu aku pulang ke rumah yang tertulis di bagian terakhir itu. Ini adalah apa yang mereka sebut sebuah lelucon Komachi… benar? Jika tidak, maka bukankah ini sebenarnya suatu daftar permintaan berlikuiditas tinggi, benar? Oh astaga, adik kecilku begitu menakutkan.

Untuk sekarang, mengabaikan tiga barang pertama itu, aku akan memastikan untuk membeli deterjen sewaktu aku pulang ke rumah.

Tapi hanya tiga barang pertama itu satu-satunya yang bisa kuabaikan. Bagian tulisan yang tersisa itu membuat hatiku mencelos.

–Kebahagiaanku.

Apa lagi itu persisnya?

Apa lagi kebahagiaan itu…? Kecap lezat di rumahku[1]? Yang benar saja, aku sudah punya itu! Aku begitu senang aku dilahirkan di Chiba!! Kecap Chiba itu nomor satu di Jepaaaaaaaaaaaaaaaaaaang! (Hasil produksi kami).

Oooh, tadi itu nyaris saja. Kalau aku tidak dilahirkan di Chiba, “Aku heran apa itu kebahagiaan…” akan mengisi kepalaku dan aku akan dalam masalah besar. Terima kasih, Kikkoman[2]. Jadi itulah itu, tapi apa maksudnya kikko dalam Kikkoman itu? Selamanya berusia 17 tahun[3]? Hei, hei.

Atau terserahlah. Aku harus membanggakan tentang Chiba sedikit selagi menertawainya karena kalau tidak, aku tidak akan bisa menerima kata-kata itu secara langsung karena itu begitu memalukan. Komachi mungkin merasakan hal yang sama sehingga itulah kenapa dia bersusah payah menghiasi surat itu dengan kata-kata yang tidak perlu. Kami bersaudara memanglah bagai pinang dibelah dua.

Tapi tetap saja, bagi Komachi untuk memberikanku sebuah surat, kelihatannya dia mungkin ada suatu maksud tertentu.

Rentetan kejadian mengenai pemilihan ketua OSIS tempo hari itu adalah sesuatu yang juga melibatkan Komachi. Atau malah, akulah yang meminta Komachi untuk kerja samanya.

Entahkah itu suatu hal yang bagus atau bukan, aku masih tidak yakin.

Komachi tidak mendesakku untuk detail-detail hasilnya seakan dia sedang bersikap pengertian akan apa yang sedang kurasakan. Yah, bahkan jika dia menanyaiku terus-terusan, aku tidak merasa aku akan bisa menjelaskannya dengan baik dan aku malah mungkin hanya akan merasa jengkel. Dan kemudian, jika kami berakhir bertengkar sekali lagi, aku tidak akan bisa menang.

Aku rasa itu karena Komachi sadar akan ini sehingga dia sedang bersikap pengertian meskipun itu secara tidak langsung. Seperti yang kuduga, adik kecil yang terhebat.

Karena itu adalah permintaan dari adik kecilku, mengabulkan keinginannya itu bergunung-gunung[4], tapi sayangnya, aku tidak ada uang. Ditambah lagi, aku bahkan juga tidak bisa mengabulkan salah satu keinginan yang dimasukkannya sebagai suatu lelucon.

Kebahagiaan Hikigaya Hachiman, harapan Hikigaya Hachiman, dan keinginan Hikigaya Hachiman.

Sampai hari ini, aku tidak pernah banyak memikirkan semua itu sebelumnya.

Jadi, apa itu kebahagiaanku dan apa itu yang aku inginkan? Aku tidak tahu satupun dari itu semua, tapi di sinilah aku hari ini.

Jika aku ada sesuatu yang bisa kuminta persis seperti Komachi meminta sesuatu untukku. Jika permintaanku itu benar-benar bisa didengar. Dan jika permintaan itu diizinkan.

Jika itu aku…

…Jika itu aku, aku akan meminta kebahagiaan Komachi, duh! Aku akan meminta Pretty Cure Cure Lovely dan Honey Princess Fortune kami dan melakukan sebuah Happiness Charge[5]!

Namun, karena dia adalah adik kecil imutku, aku harus memastikan untuk tidak menggangunya selama musim sekarang ini. Bagaimanapun juga, dia adalah murid yang sedang ikut ujian sekarang ini.

Aku tidak mau membuatnya merasakan kekhawatiran yang tidak perlu dan juga memakan waktunya selama masa penting seperti ini.

Jadi untuk sekarang, mengesampingkan kebahagiaanku dan sebagainya, aku melipat surat itu dan menyelipkannya ke dalam kantong seragam sebelah dalamku. Aku merasa sedikit hangat hanya pada area kecil itu. Apa ini? Bukankah kamu sedikit terlampau mencintai adik kecilmu? Tidak masalah, dia itu adik kecilku, jadi aku aman. Tapi dipikir lagi, aku sepenuhnya hancur dalam artian yang berbeda, bukankah begitu?

Membiarkan ekspresi wajahku mengendur hanya karena melihat sebuah surat yang diberikan oleh adik kecilku itu sangat buruk, jadi aku berdiri tegak dan merapikan kerahku.

Itulah. Aku sebaiknya melindungi citra kerenku. Omong-omong, ada banyak kejadian dimana sementara kamu merasa kamu keren, orang-orang di sekelilingmu malah melihatmu sebagai orang yang muram, jadi kamu harus berhati-hati (hasil penyelidikan sendiri).

Selagi aku membuang-buang waktuku melihat pada surat dari Komachi, sudah hampir saatnya homeroom pagi akan dimulai. Teman sekelasku akan buru-buru berlari ke dalam kelas.

Dan di dalam kelompok itu muncul seorang gadis yang berjalan dengan lesu, tidak menghiraukan pada hal-hal seperti loncengnya. Rambut gelap kebiruannya melambai-lambai dengan serempak pada setiap langkahnya.

Kawaentahapa… Tidak, Yamaentahapa? Atau apa dia Yutakaentahapa? Yah, mari kita cukup pakai Apakawayutaka-san. Kawaentahapa-san menuju ke tempat duduknya, tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi di dalam kelas. Di tengah jalan, mata dingin dan kalemnya bertemu dengan mataku.

Setelah mata kami bertemu, kami berdua terdiam untuk sesaat. Dan kemudian untuk beberapa alasan, kami berdua mematung.

Kami mungkin saja saling tak mengenal, tapi aku seharusnya paling tidak menyapa dia. Yah, walau, tidak seperti aku tahu namanya. Omong-omong, aku berhutang padanya atas bantuannya dalam pemilihan ketua OSIS tempo hari itu juga. Aku tidak pernah berhasil mengucapkan terima kasih padanya. Tapi kembali ke masa kini, aku masih tidak tahu apa yang harus dikatakan atau bagaimana berbicara padanya.

“Aah… yah, kamu tahu.”

Untuk sementara ini, aku menuturkan helaan tak berarti dan kata-kata kosong, berharap untuk menemukan suatu pemicu untuk memulai sebuah percakapan. Ketika aku melakukannya, pihak yang lain terlihat seperti dia mungkin juga sedang mencoba untuk mencari tahu apa yang mau dikatakan. Bibirnya bergoyang dan dia kemudian berbicara dengan suara yang kecil.

“…Pagi.”

“Y-Ya.”

Dia menyapaku dengan ekspresi masih sedingin batunya dan aku secara refleks memberikan jawaban yang bodoh.

Karena dia menghancurkan rencanaku, aku terduduk di sana tidak mampu berkata apapun yang berarti. Percakapannya tidak berjalan lebih jauh lagi dari itu dan dia buru-buru pergi ke mejanya di dekat sisi jendela di belakang.

Yah, toh, itu agak canggung dengan jeda sepanjang itu. Pilihan terbaik pada saat-saat seperti itu adalah untuk melarikan diri. Melihat bahwa aku sudah duduk di tempat dudukku, pilihan satu-satunya yang tersisa ada di arahnya.

Entahkah dia tidak tidur semalam atau dia tidak termotivasi, setelah mencapai mejanya, dia tumbang ke atasnya. Selagi aku mengamatinya, aku dengan kalem merenungkan percakapan kami tadi.

…Hei, hei, yang benar saja? Kawaentahapa-san menyapaku. Kami berdua bahkan tidak tahu nama satu sama lain, jadi bukankah ini suatu kemajuan besar?

Walau, bahkan anak SD akan menyapa orang dengan benar. Malah, mereka bahkan diajari di SD untuk bersikap tegas ketika menyapa orang yang mencurigakan. Dengan memikirkan itu, bagi pihak lain untuk memberikan sapaan mereka terlebih dahulu berarti mereka lebih dulu menyebarkan rumor terhadap orang yang mencurigakan! Pada dasarnya begitu adanya. Sesuatu yang mirip seperti “apa kau lihat-lihat, brandalan, dari SMP mana kau?”[6] mungkin?

Yah, bagi orang mencurigakan yang ekspresinya mengendur dari suatu surat yang diberikan adik kecilnya pada dia, hantaman selevel ini sudah bisa diduga. Tapi tunggu dulu sejenak. Jika ingatanku benar, aku ingat melihatnya menyeringai karena suatu pesan teks dari adik laki-lakinya, Kawasaki Taishi. Ah, itu benar, namanya adalah Kawasaki.

…Wah wah, ada apa dengan gadis itu, dia begitu mencurigakan. Lain kali, aku akan menyapanya dan mewaspadainya.

Sapaan itu benar-benar penting, bukan?

Dunia ini telah menjadi suatu dunia dimana kamu harus waspada dengan mereka yang menyapamu, bukan dunia dimana kamu harus waspada akan kesalahpahaman bahwa disapa itu berarti dia ingin lebih dekat denganmu. RACUN[7].

Selagi aku mengawasi Kawasaki, aku menyandarkan daguku pada tanganku dan melihat-lihat ke sekeliling ruangan juga.

Tidak ada perubahan yang mencolok pada teman sekelasku, tapi pemandangan tempat mereka berada terlihat sedikit berbeda.

Loker di belakang dijejali dengan mantel dan syal. Bahkan ada sebuah panci ceret teh yang dibawa seseorang sesuka hatinya juga. Para gadis memiliki selimut di pangkuan mereka, menutupi sejumlah bagian kaki mereka.

Dan di antara gadis itu ada seorang gadis yang terang-terangan menampilkan kaki panjangnya. Dia adalah Miura Yumiko.

Selagi dia memilin-milin rambut pirang spiralnya, dia dengan perlahan mengganti kaki tersilangnya yang menjulur dari rok pendeknya. Ketika dia melakukannya, keliman roknya melambai sedikit.

Aku secara refleks memakai kekuatan tekadku untuk menahan mataku supaya tidak tertarik ke sana. Aku berhasil untuk menahan sampai dia hampir tidak ada dalam lapangan pandangku. Tidak mungkin aku bisa menahan diriku, huh? Aku juga sudah sedang melihatnya. Ah, tapi tunggu sebentar! Bagi dirinya untuk duduk berarti dia sedang menurunkan kewaspadaannya dan pemandangannya akan… Atau begitulah yang kupikir, tapi ada seberkas kabut ini yang melayang-layang di sekeliling Miura. Apa ini, sensor? Apa mereka akan menghilangkannya dalam BD[8]nya?

Mataku biasanya setengah terbuka, tapi aku rasa mungkin aku bisa melihat sesuatu (pink) jika aku menyipitkan mataku. Ketika aku menatap dengan mata berkabutku, apa yang kutemukan adalah suatu mesin kecil yang mengepulkan kabut. Aah, itu pastilah pelembab yang sedang Yuigahama bicarakan. Itu memang mengepulkan sesuatu keluar. Itu sudah menjadi sejenis kabut yang digunakan ketika seorang karakter musuh muncul keluar.

Miura sedang bersikap seperti tingkah Ratu biasanya dan di sampingnya ada dua pelayan yang sama, Yuigahama dan Ebina-san.

“Yumiko, kamu tidak dingin?”

Ebina-san berbicara dengan pengertian dan Miura dengan lembut menjentikkan rambut bor pirangnya dengan senyuman yang percaya diri.

“Tidak begituuuuuuuuuu? Suhu segini itu normal, bukan?”

Walaupun dia mengatakan itu, Miura terbersin pelan. Yuigahama serta Ebina-san melihat ke arah Miura yang memiliki tampang malu dan membuat ekspresi hangat. Yap, yap, aku sendiri merasa agak hangat.

Berlawanan dengan Miura yang kakinya terbuka untuk umum, Ebina-san dan Yuigahama mengenakan celana jersey di bawah rok mereka. Hei, pikirkan orang yang harus melihatmu dalam penampilan seperti itu. Itu benar-benar menurunkan semangat orang, jadi tolong hentikan itu.

…Tidak, tapi tunggu sebentar. Sekarang setelah aku memasukkan ke dalam pertimbangan bahwa hanya gadis SMA yang memamerkan penampilan seperti itu, maka aku merasa bahwa itu bagus dalam caranya sendiri. Ketidak-cocokan celana jersey jelek dan menyedihkan di bawah rok itu menghasilkan sebuah gabungan yang misterius. Bukankah persis karena sifat tersembunyi inilah sehingga ada sebuah kecemerlangan yang membuat kalian bisa mengembangkan sayap imajinasi kalian? Kalian adalah sayapku! Itu bermasalah jika kalian meremehkan imajinasi seorang lelaki!

Tapi para pria di samping mereka terlihat seperti mereka tidak tertarik sama sekali seakan celana jersey yang dikenakan Yuigahama dan yang lain tidak membuat mereka terpesona. Yah, itu tidak seperti mereka sedang meminta untuk melihat ke arah mereka, jadi itu tidak masalah, kurasa.

Tapi selagi aku sedang mengamati mereka dengan cermat, kelihatannya itu bukan masalah kurangnya imajinasi.

Aku tidak yakin apa aku bisa menyebut ini buktinya, tapi Tobe sedang menggoyang tubuhnya dengan gelisah selagi dia menyisir dan menarik rambut di tengkuknya. Selagi dia melakukan itu, dia akan mengintip sedikit-sedikit ke arah kelompok itu. Itu terlihat agak tidak mengenakkan.

Dia melihat ke arah Hayama, kemudian ke arah Miura dan yang lain, dan kemudian dia berpaling ke arah Oooka dan Yamato.

“Tapi ya, itu benar-benar dingin.”

“Ya.”

Oooka menjawab dan mengangguk dan Yamato membuat helaan yang berlebih-lebihan.

“Untuk mengikuti klub pada hari seperti ini, tidak mungkin.”

“Aah. Itu juga.”

Jadi ada ikut klub atau tidak…? Aku menangkap bahwa “tidak ada” dan “ada” itu memiliki artian yang sama dan aku benar-benar berpikir bahwa dunia ini dituntun oleh Hukum Siklus[9].

Tobe membuat senyuman nakal dan melihat ke arah Hayama, Miura, dan yang lain berharap mendapat pendapat yang sama dengan sebuah kata “benar bukan?”

Ketika dia melakukannya, Hayama membuat suatu senyuman dan tidak memberikan jawaban yang cukup berarti.

Miura memandang sekilas percakapan itu. Dia mengintip ke arah wajah Hayama, tapi dia tidak mengatakan apapun.

Dari kejauhan, kamu mungkin tidak akan berpikir ada sesuatu yang berbeda mengenai kelompok Hayama. Jika aku mengabaikan percakapan sepele yang baru saja mereka lakukan, bahkan aku akan merasa tidak ada sesuatu yang tidak biasa.

Namun, pasti ada suatu kerenggangan di sana entah di mana.

Walaupun para lelaki dan para gadis itu berada di tempat yang sama, tidak benar-benar ada interaksi di antara mereka berdua.

Aku akhirnya menyadari bahwa Tobe dan yang lain itu tidak terlalu menguatirkan tentang Miura dan yang lain, tapi persisnya karena itu menganggu merekalah sehingga mereka sedang mencoba untuk bersikap seakan mereka tidak manyadari apapun.

Itu mungkin terlihat sama seperti biasanya, tapi itu tentu berbeda.

Mungkin itu karena ada jarak yang tidak mengenakkan antara dua orang utamanya, Hayama dan Miura, yang merupakan pusat dari kelompok itu. Jika ada suatu kerenggangan di antara pusatnya, maka itu jelas akan ada suatu kerenggangan juga di antara kelompok tersebut.

Tidak ada yang mau membicarakannya.

Tapi memilih untuk tidak membicarakannya menandakan betapa terpisahkannya mereka dan ini hanya membuat kerenggangan di antara mereka melebar.

Apa ada sesuatu yang terjadi di antara mereka? Tobe tidak sedang diabaikan karena Miura membencinya, bukan? Wah wah, sungguh kasihan dia! Mengingatkanku akan diriku sendiri!

Masalahnya mungkin tidak terletak pada Tobe, tapi pada Miura yang sedang menguatirkan tentang kencan ganda tempo hari itu. Yah, jika kamu memikirkannya dengan wajar, maka itu Hayama yang sedang kita bicarakan. Aku merasa begitu yakin sekali bahwa itu tidak berarti apa-apa jika dia hanya jalan-jalan dengan para gadis dari sekolah lain. Tapi kelihatannya cara aku melihatnya itu sedikit berbeda.

Dan benar, Hayama bukanlah tipe orang yang akan menjadi pusat rumor kentara bahwa dia itu orang yang suka merayu. malah, kamu bisa melihat bahwa dia menjaga suatu jarak tertentu dengan para gadis yang tidak begitu dikenalnya dengan baik.

Tapi mungkin persis karena itulah sehingga Miura merasa tidak nyaman melihatnya dengan mata kepala sendiri di tempat itu.

Si Hayama yang kulihat dan si Hayama yang Miura lihat itu mungkin berbeda. Dengan kata lain Miura melihat Hayama sebagai seseorang yang tidak akan melakukan hal semacam itu.

…Yah, kamu tahu, aku merasa agak tidak enak akan itu. Alasan Hayama melakukan itu sebagian salahku dan Miura berakhir menjadi risau sebab Hayama terlibat denganku. Tapi orang yang tidak perlu ikut terlibat itu juga patut disalahkan, jadi aku sama sekali bukan yang sepenuhnya salah di sini. Tapi itu tidak seperti aku melakukan sesuatu yang buruk pada Miura… Aku memang melihat celana dalamnya (pink) satu kali itu sehingga perasaan bersalahku terhadap Miura lebih bertambah lagi.

Seperti yang bisa diduga, jika Miura tidak bersemangat, maka seluruh kelompok itu juga akan menjadi muram. Tapi Miura bukan satu-satunya yang janggal.

Yuigahama juga bukanlah dirinya yang biasa.

Dia akan tersenyum selagi dia mendengar dengan hening pada percakapan yang dibuat Tobe dan yang lain dan dia akan bergiliran mendengarkan pada Miura dan Ebina-san selagi mereka berbicara.

Yuigahama berbeda dari dirinya yang di ruang klub.

Dia tidak akan berusaha keras untuk berbicara atau memaksa percakapannya untuk terus berjalan. Di atas itu semua, dia tidak bertingkah dalam cara yang terlihat seperti dia akan mencoba untuk membaca respon dan ekspresi lawan bicaranya.

Itu mungkin bahwa bersama dengan Miura dan yang lain memberikan Yuigahama ketenangan hatinya. Dan benar, klub itu bukan tempat dimana dia bisa merasa tenang lagi.

Fakta itu meninggalkan beban yang berat pada hatiku.

Percakapan pada grup Hayama sudah berhenti, tapi Tobe akan berkata “aah” selagi menjaga helaannya agar tidak terselip keluar. Dari sana, dia melanjutkan kata-kata berikutnya.

“…Tapi ente tahu? Itu begitu dingin s'kali belakangan ini. Benar-benar membekukan di sini.”

Tobe! Sama! Kamu sedang membicarakan hal yang sama dari tadi kamu tahu! Maksudku, tentu cuacanya adalah topik nomor satu untuk diangkat ketika kamu memerlukan sesuatu untuk dibicarakan, tapi kamu sedang menyalah-gunakannya, kamu tahu… Itu sudah menjadi sesuatu seperti Gondoh, Gondoh, Hujan, Gondoh itu[10].

Oooka dan Yamato menyahut pada kata-kata Tobe dengan cara yang sama seperti yang mereka lakukan tadi.

“Yah, sudah musim dingin.”

“Benar, bukan?”

Tobe dan yang lain melanjutkan percakapan yang sama seakan dunia ini bekerja berputar-putar dan bukan Harmonie préétablie [11]. Tapi Tobe yang hari ini itu berbeda. Yah, walau aku tidak tahu bagaimana dia biasanya itu. Maaf untuk tidak tertarik sama sekali dengan Tobe, oke?

“'mong Omong, ente-ente ada merencanak'n 'pa-apa untuk Natal?”

Walaupun Tobe terlihat seperti dia sedang menanyakan Hayama, bukankah telinganya itu sedang mencurigakannya menunjuk ke arah Ebina-san?

Menyadari tanda itu, Ebina-san mengambil inisiatifnya.

“Aku akan sibuk bersiap-siap untuk tahun depan, kurasa.”

Aah, Aku rasa begitu. Bagaimanapun juga, ada festival musim dingin itu yang akan dibuka dari subuh hari. Selagi dia mengangguk dengan meyakinkannya, Miura bereaksi tersentak, terlihat tidak tertarik sampai barusan tadi. Dia menghentikan tangan yang sedang memilin-milin rambutnya itu.

“Natal huh…? Ebina, yah, terserahlah… Tapi apa yang akan kalian yang lain lakukan?”

Selagi dia mengatakan itu, pandangannya sedang sedikit melihat ke arah Hayama, tapi dia segera berpaling. Dia sedang dengan risih menyentuh-nyentuh keliman roknya dan mendorongnya ke bawah meja. Pipinya terlihat sedikit merona (pink).

Ooh, majulah nona! Lakukan yang terbaik, Miura…! Dipikir lagi, kenapa aku sedang menyemangati Nona Ratu? Ah, itu tidak seperti aku sama sekali mau menyemangati Tobe.

Tapi Hayama memiringkan kepalanya, membuat dukunganku menjadi sia-sia.

“Aku mungkin ada sesuatu yang perlu kulakukan…”

“Eh?”

Seakan kata-kata itu mengejutkan, suara Miura sedikit tersendat selagi dia menanyainya.

“Ha-Hayato… A-Apa kamu sudah ada rencana?”

“Hm…? Ah, hanya sedikit urusan di rumah.”

Hayama merespon dengan senyuman yang tidak terlihat serisih sebelumnya. Malah senyuman itu memiliki kehangatan yang biasa di dalamnya.

“H-Hmmm…”

Miura berpaling dari Hayama dan mulai memilin-milin rambutnya lagi, bertingkah acuh-tak-acuh. Dia terlihat risih seakan dia ingin menanyakan sesuatu, tapi dia tidak pernah mendesaknya lebih jauh dari itu.

Ketika percakapan di antara mereka berdua berhenti, para lelaki dan para gadis itu terpecah lagi. Topik pembicaraannya tentu saja terpisah di antara mereka berdua; para lelaki membicarakan tentang aktivitas klub selama liburan musim dingin dan para gadis sedang membicarakan apa yang akan mereka beli untuk hari Natal.

Tobe terlihat enggan dengan bagaimana keadaannya berjalan dan setelah dia menggaruk kepalanya, dia mengacungkan jarinya dan melihat pada semuanya.

“Oh, kalau begitu bagaimana dengan ini! Hatsumode[12] atau apa.”

Kelihatannya Tobe sedang berusaha sebisanya untuk mengalihkan topiknya ke topik tadi. Aku tidak yakin ketika Hayama mendeskripsikan Tobe sebagai si pembuat suasana, tapi aku rasa itu benar… Walaupun itu terlihat seperti dia tidak memikirkan tentang apapun, dia mengejutkannya pengertian dengan mereka yang di sekelilingnya. Atau mungkin itu karena dia menyadari itu tidak akan bagus jika jarak di antara mereka terus bertambah. Karena dia sudah hidup sampai sekarang sebagai seseorang yang cepat ikut dengan suasana, dia mungkin sensitif pada suasananya.

“Mmm, Namun aku rasa aku akan menghabiskan Tahun Baru dengan keluargaku…”

Tobe sedang berusaha keras, tapi Ebina sekali lagi mengelakkan topiknya. Bahu Tobe langsung jatuh.

Atau begitulah yang kupikir, tapi Ebina-san menaruh jarinya pada pipinya dan berpikir.

“Tapi itu tidak harus pada hari tersebut… Itu akan bagus jika kita semua bisa jalan-jalan keluar.”

Ebina-san menekankan kata “kita” dalam kalimatnya dan Miura langsung mendongakkan kepalanya.

“Ah, apa itu terdengar bagus?”

“Yap, bagus.”

Ketika Yuigahama setuju, begitu pula dengan Yamato dan Oooka yang mengangguk. Ketika mereka melakukannya, Tobe akan melihat ke wajah semuanya selagi dia akan berkata “Baik? Baik?” Setelah melihat itu, Hayama dengan lembut membuat senyuman lebar.

“…Tentu.”

“Ba-baik!? Kalau, kalau, kalau begitu, kemana sebaiknya kita pergi? Ah, Hayato-kun, apa ente tipe yang bisa pergi kapan saja? Omong-omong, aku bisa pergi kapan saja.”

“Kita ada klub, kamu tahu…”

Hayama menghela dengan campuran pasrah. Yang mendengar dari samping adalah Miura yang berbicara dengan sikap tidak-tertarik.

“Jadi, kapan sebaiknya kita melakukannya…? Aku macam sepenuhnya senggang kapan saja.”

Nada Miura jelas sekali terdengar seakan dia tidak tertarik, tapi ketika dia melihat ke arah kukunya yang diangkatnya ke arah cahaya, dia entah kenapa terlihat gelisah. Ketika dia memastikan bahwa seluruhnya sesuai, dia tergelak.

Ebina-san melihat ke arah Miura dengan mata yang lembut.

Mereka akhirnya bisa membuat percakapan yang hangat lagi. Yuigahama menghela lega melihat itu.

“Ah, maaf.”

Yuigahama permisi dari Miura dan yang lain dan meninggalkan mereka. Wah wah, mungkinkah dia mau pergi keluar memetik beberapa bunga? Tapi tetap saja, bagaimana jargon ini bisa dipakai untuk para laki-laki? “Aku akan pergi memburu rusa sejenak” mungkin akan terdengar sedikit keren.

Aku pikir begitu, tapi kelihatannya bukan begitu adanya. Yuigahama pergi menuju lokernya di belakang dan sedang mencari-cari sesuatu. Setelah itu, daripada kembali ke arah Miura dan yang lain, untuk beberapa alasan, dia sedang mendekatiku.

“Hikki.”

Ketika dia memanggilku, aku berpaling ke arah Yuigahama. Ketika aku melakukannya, Yuigahama berdiri terpatung untuk sejenak dan menggeliatkan tubuhnya dengan tidak nyaman. Dan kemudian, dia berbicara dengan enggan.

“Kamu terus-terusan melihat kemari jadi…”

“Eh, er, itu tidak seperti aku ada melihat atau apa…”

Tanpa kusengajai aku menggugamkan jawabanku. Tentu, aku sudah pasti sedang mengamati mereka, tapi untuk mengatakannya secara langsung itu agak sedikit canggung. Baru saja aku mau melanjutkan alasan-alasanku, Yuigahama melambaikan tangannya dan menyelaku dengan nada pasrah.

“Tidak, tidak, kamu benar-benar melihat kami. Itu karena Hikki sedang membuat tampang menatap aneh itu. Jujur saja, itu benar-benar membuatku merasa ‘ugh’.”

Ada apa dengan “ugh” itu…? Bukankah itu agak jahat?

“Kalau begitu, kamulah seharusnya yang tidak melihat ke arah sini…”

“Eh!? Er, ,itu macam, macam kamu tahu! Aku hanya macam merasakannya kamu tahu! Macam ada tekanan atau hawa dingin ini atau apa…”

Dua hal itu cukup berbeda, tapi terserahlah… Selagi dia melambaikan tangannya dengan risih dan menyuarakan alasan-alasan dengan tingkah panik, Yuigahama menambahkan sesuatu di paling akhir.

“Jadi, kenapa kamu melihat ke arah sini? Apa kamu butuh sesuatu?”

Walaupun aku rasa benar-benar tidak ada alasan untuk kenapa aku melihat mereka sebagai jawaban pertanyaan itu, tapi itu membuat hatiku mencelos entah di mana. Kenapa aku melihat ke arah mereka?

“…Tidak, tidak sungguh… Yah, kalian menonjol jadi aku tidak bisa menahannya.”

“Uh huh…”

Respon Yuigahama memberikan perasaan aneh bahwa dia itu baik teryakinkan dan tidak teryakinkan pada waktu yang sama. Namun, itu tidak seperti aku berbohong. Kelompok Hayama menonjol. Hal yang menonjol akan secara alamiah menarik matamu. Itulah kenapa tanpa sengaja melihat mereka itu bukanlah sesuatu yang aneh.

Namun, alasan aku melihat mereka sudah pasti bukan hanya itu saja.

Bagaimana persisnya kamu bisa memperbaiki sesuatu yang hancur dan jatuh ke dasar?

Jika itu kelompok Hayama, maka aku rasa mereka akan memberikanku jawaban untuk itu.

Kunci utama di balik pengamatan manusia bukan hanya untuk mengamati orang lain. Malah, itu mungkin untuk meniru apa yang mereka lakukan serta juga merenungkan kehidupanmu sendiri.

Alasan aku mengamati kelompok Hayama mungkin karena meskipun aku sadar bahwa di dalam kelompok itu ada suatu hubungan yang aku rasa dangkal dan penuh kebohongan, aku sedang mengasimilasikannya ke dalam diriku yang sekarang ini.

Tobe mungkin saja bereaksi tanpa disadarinya akan suasana yang sensitif itu, tapi Ebina-san mungkin menyadarinya selagi dia mencoba untuk menutup kerenggangan itu.

Dengan perlahan-lahan menyesuaikan sedikit perbedaan dalam pendapat dan perasaan tidak nyaman tersebut, Miura, Hayama, Tobe, dan Ebina-san akan mengatur bagaimana mereka akan bersikap pada satu sama lain, mencari sebuah kompromi universal yang akan disetujui oleh mereka semua. Itulah bagaimana cara aku melihatnya.

Bahkan hubungan seperti itupun ada.

Mereka, juga, memiliki keraguan yang nyata akan komunikasi mereka, menguatirkan dan menanganinya dengan canggung.

–Jika demikian, apa sebenarnya yang palsu?

“Hikki?”

Baru saja aku akan terperangkap ke dalam pemikiranku itu, suara Yuigahama membawaku kembali. Aku mengangkat wajahku dan Yuigahama sedang melihatku dengan tampang sedikit kuatir. Sebelum kami menyadarinya, wajah kami sudah cukup dekat sampai aku bisa merasakan dengan jelas nafas hangatnya dan merasakan mata berairnya yang tertuju padaku.

Aku menyentak mundur ke kursiku dan menaruh sedikit jarak. Sekarang bukan saatnya untuk menunjukkan suatu ekspresi yang akan membuat Yuigahama risih. Tidak diragukan lagi dia juga merasa kebingungan mengenai situasi Klub Servis sekarang ini. Aku juga merupakan penyebab di balik itu, jadi aku seharusnya paling tidak berusaha untuk berlaku sebagaimana semestinya.

Aku berhenti berpikir untuk sekarang. Aku rasa itu adalah suatu masalah yang akan kupikirkan hanya ketika aku sendirian. Dan saat-saat tersebut berlimpah ruah. Inilah saat-saat di mana menjadi seorang penyendiri itu memudahkan.

Aku dengan cepat mengganti topiknya.

“Jadi, kalian harus sedikit lebih diam jika kalian tidak mau seseorang melihat ke arahmu. Itu lo, kamu tahu. Aku jamin 40% tatapan yang diarahkan padamu itu mungkin mengatakan betapa menjengkelkannya kalian itu.”

“Uu, Aku heran tentang itu… Tapi Tobecchi ada di sana, jadi aku pikir itu mungkin-mungkin saja.”

Dia tentu mengatakan sesuatu yang benar-benar kejam tadi. Memang, Tobe mungkin saja menjengkelkan dan memuakkan, tapi dia memiliki sisi baik dalam dirinya juga. Seperti betapa kuatnya akar rambutnya atau semacamnya.

Yah, namun, ribut ataupun tidak, ada saat-saat ketika matamu masih akan tertarik ke sana. Bahkan selagi aku sedang berbicara dengan Yuigahama sekarang ini, mataku bergerak-gerak semaunya.

Lihat, masalahnya itu, ketika sesuatu bergerak ke dalam lapangan pandangmu, itu cenderung menarik perhatianmu benar? Aku rasa aku tidak perlu menyebutkan lagi bahwa seseorang yang imut bahkan akan lebih menarik perhatianmu.

Mungkin itulah mengapa mataku melihat ke arah pintu pada waktu yang bersamaan saat pintunya tergeser di depan kelas.

Orang yang masuk mengenakan kemeja jersey bermanset panjang dan celana panjang itu adalah Totsuka Saika. Dia masuk menghembuskan nafas seakan lorongnya itu mendingin. Secara refleks, aku menarik nafas. Aah, udara yang baru saja dihembuskan Totsuka sekarang sudah ada di dalam diriku… Oke, bahkan untukku, itu benar-benar menjijikkan.

Ketika Totsuka menyadari keberadaan Yuigahama dan aku, dia berjalan ke arah kami.

“Pagi.”

Yang mengiringi sapaan paginya adalah suatu senyuman yang terlihat seperti bunga yang mekar. Persis seperti yang kuduga, sapaan itu penting… Aku rasa itu akan menjadi hal yang benar-benar menyedihkan jika sapaan digunakan hanya demi mencegah tindak kriminal, yap.

“Pagi, Sai-chan.”

“Yo, pagi.”

Ketika Yuigahama dan diriku menyapa balik dia, mata Totsuka berkedip-kedip dengan kekanak-kanakan. Dia sungguh imut… Ah, tidak, bukan itu. Kenapa Totsuka dengan manisnya sedikit kaget? Malah, akulah yang seharusnya kaget akan betapa imutnya dia.

“Ada yang salah, Totsuka?”

Apa kami baru saja mengatakan sesuatu yang aneh? Aku menanyakan Totsuka dan dia mencoba untuk menampiknya selagi dia melambaikan tangannya sedikit di depan dadanya setelah menyadarinya.

“Aku hanya merasa itu jarang sekali untuk melihat kalian berdua bersama di dalam kelas seperti ini.”

“Su-Sungguh?”

Yuigahama menjawab dengan kaget dan Totsuka segera menambahkan dengan panik seakan untuk bersikap pengertian.

“Ah, itu hanyalah suatu gambaran yang tidak kusangka.”

Setelah dia mengatakan itu, itu tentu membuatku menyadarinya. Itu memang jarang bagi Yuigahama untuk datang berbicara padaku di dalam kelas.

Aah, itu mengingatkanku. Meskipun dia pergi ke loker di belakang, dia tidak membawa apapun bersamanya, bukan? Jika dia tiba-tiba datang berbicara padaku, mungkin-mungkin saja bagi orang untuk berpikir apa yang sedang terjadi. Itulah kenapa dia menutupinya dengan tindakan lain untuk menghindari hal tersebut. Aku rasa itu seperti yang bisa diduga dari rasa pengertiannya…

Namun, meskipun dengan pengertian itu, jika orang yang mengamati benar-benar memperhatikan, mereka akan menyadari betapa tidak wajarnya itu.

“…Apa ada sesuatu yang terjadi?”

Totsuka melihat ke arah Yuigahama dan aku secara bergantian dan bertanya dengan nada kuatir.

“Tidak, sama sekali tidak…! Y-Yah, itu hanya sesuatu yang berhubungan dengan permintaan pada klub, kurasa.”

“Aah, klub huh?”

Yuigahama bergugam panik dan Totsuka terlihat mempercayainya selagi dia menepuk tangannya. Yap, tidak bisa tahu untuk mencurigai orang lain itu suatu sifat baik. Bagi seseorang semurni Totsuka, mungkin ada kemungkinan mereka-mereka yang mencoba untuk memperdayainya malah akan berakhir meninggal dunia karena rasa bersalah dari hati nurani mereka.

“Tapi jika kalian bisa mengikuti klub kalian seperti biasa, aku senang.”

Totsuka tersenyum selagi dia mengatakan itu dan aku rasa dia sedang mengatakannya dengan polos. Totsuka terlibat dalam rentetan kejadian mengenai pemilihan ketua OSIS juga. Itu mungkin bahwa melihat Yuigahama dan aku dari samping berbicara mengenai klub merupakan bukti bahwa semuanya berjalan dengan sangat lancar.

Namun, ekspresi Yuigahama mengeras.

“Y-Ya… Ah, aku tahu! Jika kamu ada masalah lain, kamu boleh datang lagi, Sai-chan!”

“…Ya.”

Yuigahama terlihat sedih sampai tak mampu berkata-kata untuk sejenak, tetapi dia segera menutupinya dengan suatu senyuman dan mengatakan itu.

Aku tidak yakin kamu bisa mengatakannya “seperti biasa”. Kami memang berbicara dengan Yukinoshita dan tentu, itu sama sekali bukanlah situasi yang serius. Tidak ada orang yang diabaikan dan tidak ada pendapat yang bertentangan.

Tidak ada yang terjadi.

Tidak, sama sekali tidak ada apa-apa. Hanya itu saja.

Totsuka memiringkan kepalanya pada percakapan terbata-bata kami dan dia melemparkan tatapan sangsi. Matanya sedang bertanya apa ada sesuatu yang terjadi. Tapi aku merasa seperti aku tidak akan mampu menjelaskannya dengan baik. Aku segera mengalihkan arah percakapan itu.

“Tidak, lihat. Singkatnya itu. Hanya tidak ada sesuatu yang terjadi sampai kami akan sepenuhnya siap untuk apa saja yang datang ke sini! Kami akan menyambutnya kapan saja, ya!”

“Kamu lebih termotivasi daripada biasanya!?”

Mata Yuigahama terbuka dengan kaget. Tunggu, apa aku biasanya terlihat setak-termotivasi itu…?

“Ahaha. Oke, kalau begitu jika ada sesuatu yang terjadi, aku akan pergi ke sana.”

Totsuka tersenyum geli dan melirik ke arah jam. Sudah hampir waktunya bagi guru homeroom untuk datang.

“Kelihatannya homeroom akan segera dimulai.”

“Oh, kamu benar. Oke, kalau begitu kita sebaiknya pergi.”

Setelah mereka berbicara, Yuigahama dan Totsuka pergi dari tempat dudukku. Dan saat itu.

“…Ah, oh iya, Hikki.”

Yuigahama segera berpaling kembali dan dengan diam-diam menggerakkan mulutnya ke telingaku.

Suatu bau tanaman yang tipis melayang kemari dan suatu nafas halus menyentuh telingaku. Ketika dia tak terduganya mendekat, kehangatan yang kurasakan pada saat itu, pada sore hari setelah sekolah di ruangan yang dingin dimana sesuatu telah berakhir terlintas dalam pikiranku.

Jantungku tiba-tiba melompat. Yuigahama berbisik dengan suara pelan.

“…Ayo kita pergi ke klub bersama-sama, oke?”

Setelah mengatakan beberapa kata-kata itu, Yuigahama berlari ke tempat duduknya tanpa menunggu jawabanku. Selagi aku melihatnya pergi, aku sedang menekan dadaku tanpa kusadari.

Jantungku tidak berdetak tak menentu lagi. Malah, itu terasa seperti pada waktu jantungku berdetak tak menentu, itu mengikisku di dalam diriku dan aku hanya mampu nyaris bisa menahannya.

Alasan Yuigahama bersusah payah untuk mengatakan hal tersebut adalah karena dia merasa itu sulit untuk pergi ke klub.

Aku merasakan hal yang sama. Aku hanya tidak merasa berniat untuk pergi.

Meskipun kami selalu pergi ke sana setiap hari, itu terasa kejam entah di mana. Meskipun kami bertiga mungkin bahkan tidak ingin pergi ke sana.

Namun, kami tidak mau mengakuinya sehingga kami masih akan pergi. Itu karena kami hanya tidak bisa mengakui betapa besarnya hal yang kita hilangkan itu.

Atau mungkin, kami hanya pergi lantaran kewajiban, lantaran dorongan tugas seakan kami ingin melindungi dan mempertahankannya, mirip seperti bagaimana makhluk hidup lain akan mencoba untuk melindungi sesamanya serta diri mereka juga.

Hari-hari dimana kamu cukup menjalaninya sehingga kamu tidak sedang melarikan diri.

Ini adalah hari-hari kamu menangisi orang yang sudah meninggal dunia.

Supaya tidak membuat alasan untuk hal-hal yang sudah hilang. Supaya tidak menerima untuk menyerah pada ketidaklogisan. Itulah mengapa, kami akan bersiap-siap menghadapinya dan bersikap seperti kami biasanya melakukan lebih dari apa yang akan kami lakukan sebelumnya.

Itu pastilah kebohongan.

Namun, orang yang memilih itu adalah diriku.

Kamu tidak diizinkan untuk mempertimbangkan kembali pilihanmu. Waktu sudah tidak dapat dibalik dan ada banyak hal yang tidak dapat pulih kembali. Untuk menangisinya berarti mengkhianati diri masa lalumu.

Untuk menyesali sesuatu merupakan bukti bahwa apa yang kamu pegang itu memang sebesar itu. Itulah kenapa, aku tidak akan menangisinya. Kenyataannya, aku bisa mencengkram pada sesuatu yang biasanya tidak bisa kupegang. Fakta itu saja seharusnya sudah cukup memuaskan.

Jika kamu terbiasa dengan nasib baik dan kebahagiaan, maka itu semua tidak lebih dari sesuatu yang biasa, kehidupan sehari-harimu. Sekali itu berakhir, maka itulah saat dimana kamu akan merasa tidak bahagia.

Jika demikian, jika aku menganggap bahwa meraih tidak pada apapun mulai sekarang ini merupakan hal yang wajar untuk dilakukan, hanya melakukan itu saja akan menuntunku ke kehidupan yang memuaskan.

Setidaknya, itu sebaiknya dilakukan dengan suatu cara yang tidak akan menyangkal diri masa laluku.

Aku akan menghabiskan sisa-sisa hariku mulai sekarang dengan cara itu.


× × ×


1-2[edit]

Sesedih biasanya, sudah akhir sekolah dengan diriku masih tidak menyerap satu halpun dari pelajarannya. Aku menyelesaikan persiapanku untuk pulang dan aku adalah yang pertama meninggalkan ruang kelas. Persis sebelum menggeser pintunya, aku melirik ke arah Yuigahama. Kelihatannya Yuigahama masih membicarakan sesuatu dengan Miura dan yang lain.

Yah, mengingat dia memberitahuku untuk pergi bersamanya, kalau begitu aku seharusnya menunggu. Meskipun begitu, tidak perlu menunggu di suatu tempat yang menyolok.

Aku berjalan ke lorong dan setelah berjalan beberapa langkah, aku bersandar ke arah dinding.

Satu menit penuh belum berlalu ketika Yuigahama datang menerjang keluar dari kelas. Ketika dia melihat sekeliling dengan risih, dia segera menemukanku. Dia mendekatiku dengan tampang tidak senang.

“Kenapa kamu pergi terlebih dulu!?”

“Tidak. Aku hanya menunggu di sini.”

“Aku bisa lihat itu…! Huh? Oke, baguslah kalau begitu.”

Setelah Yuigahama sudah dengan mudahnya percaya, dia menarik nafas kecil dan menyesuaikan tas ranselnya dengan sedikit bersemangat.

“…Ayo kita pergi?”

“Ya.”

Kami bertukar pandangan di lorong dan mulai berjalan ke arah bangunan spesial.

Komplotan kriminal terlintas dalam pikiranku ketika kami bertukar pandangan.

Aku menjaga laju berjalanku lebih santai dari biasanya. Jika aku berjalan dengan laju yang sama seperti yang kulakukan biasanya, aku yakin aku akan meninggalkan Yuigahama di belakang.

Tidak seperti ruang kelas yang kami masuki tadi, lorongnya terasa begitu dingin.

Tidak ada satu orangpun yang berjalan melintasinya melihat hanya langkah kaki kami yang bergema di lorong. Kami hanya berjalan dengan hening.

Yuigahama begitu hidup di dalam kelas, tapi dia terdiam sekarang ini. Itu hampir seakan dia sedang menderita karena reaksi tidak mengenakkan dari waktu itu.

Tapi setelah hampir mendekati ruangan klub, Yuigahama berbicara, tidak mampu menahan keheningannya lebih lama lagi.

“Hei…”

“Hm?”

Ketika aku mengerang untuk menanyainya balik, Yuigahama dengan lemah menggelengkan kepalanya.

“…Tidak jadi.”

“Begitu ya.”

Ketika aku menjawab, keheningan muncul lagi. Setelah kami berbelok di persimpangan selanjutnya, kami akan sampai ke ruangan klub. Bagiku, klub itu hanyalah bagian dari hariku, tapi aku heran bagaimana itu bagi Yuigahama. Bahkan sekarang Yuigahama seharusnya pergi makan siang dengan Yukinoshita di dalam sana. Itu tiba-tiba membuatku tertarik dan aku menanyakan tentang itu.

“Oh ya, apa yang kalian lakukan waktu makan siang?”

“Eh? Mmm, sama seperti yang kulakukan seperti biasa.”

Yuigahama berpikir sejenak dan membuat senyuman risau ketika dia mengatakannya.

“…Oh, begitu.”

Setelah mendengar itu, aku merasa cukup yakin. Tidak diragukan lagi apa yang mereka bicarakan itu semua hal-hal yang tidak berarti. Yuigahama akan mengatakan sesuatu dan Yukinoshita akan menjawab. Percakapan itu adalah apa yang mereka lakukan selama ini.

Memikirkan hal tersebut, kalau hanya melihatnya saja itu sama seperti biasanya sampai sekarang ini. Itulah mengapa jawaban Yuigahama tersendat.

Anggota yang sama menghabiskan waktu bersama di tempat yang sama pada waktu yang sama namun tidak mungkin kamu bisa memikirkan itu sebagai suatu hal yang sama.

Semenjak hari itu, aku masih mencari kesalahan yang aku lakukan. Masih tidak mampu menemukan jawabannya, aku menaruh tanganku pada pintunya.

Pintunya sudah tidak terkunci.

Meskipun kami meninggalkan homeroom segera setelah itu berakhir, ketua ruangan ini masih berhasil datang kemari lebih awal dari kami.

Aku membuka pintunya dan persis saat melangkah ke dalam, ruangan itu terasa begitu sunyi. Apa benar-benar ada suatu klub seperti ini dengan sama sekali tidak ada apapun di dalamnya? Meja yang sama dan kursi yang sama dan peralatan teh yang sudah tidak dipakai sama sekali akhir-akhir ini masih ada di sana.

Dan Yukinoshita Yukino juga ada di sana, tidak berubah seperti biasanya.

“Selamat sore.”

“Yahallo! Yukinon!”

Yuigahama dengan semangat menyapanya balik dan duduk di tempat duduknya. Aku mengganguk pelan dan sampai ke tempat dudukku. Tempat duduk tidak bergeser ini terlihat seperti mereka adalah pancang yang tertancap ke lantai.

Yukinoshita duduk di tempat duduknya, selalu duduk tegak selagi dia kembali membaca bukunya. Yuigahama mengeluarkan ponselnya selagi aku mengeluarkan buku bersampul tipisku dari tasku lagi.

Tindakan ini adalah seakan itu semua merupakan satu kumpulan ritual yang harus kami ikuti. Aku bahkan berpikir kami bisa kembali seperti sebelumnya jika kami mencoba melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Tapi, tidak peduli betapa terpuaskanpun persyaratan aktivasinya itu, hal tersebut tidak mungkin. Jika kami hanya mencoba untuk menirunya secara dangkal saja, maka pada akhirnya, keadaannya akan menjadi lebih buruk.

Sebuah helaan tidak mau keluar.

“Kamu tahu tidak, hari ini, Sai-chan—“

Yuigahama tiba-tiba berbicara. Cara dia berbicara mirip seorang anak kecil yang berusaha sekuat mungkin untuk berbicara dengan ibunya. Namun, bukan seperti itu adanya. Semua yang coba Yuigahama lakukan itu adalah untuk melemparkan kata-kata berturut-turut supaya bisa melakukan sesuatu mengenai suasana mandek tersebut.

Ini mirip seperti Yuigahama yang membaca kata-kata yang tak terucap, tapi tidak mampu mengatakan hal-hal yang ingin dia katakan.

Menyadari hal itu, aku memutuskan untuk ikut masuk ke dalam percakapan Yuigahama.

Percakapan tidak berujung itu. Persisnya berapa lama ini akan terus berlanjut? Persisnya berapa lama ini akan bisa bertahan? Jika ini tidak bisa bertahan lebih lama lagi, apa yang akan terjadi?

Aku yakin hari ini, persis seperti semalam, akan berjalan dengan cara yang sama.

Dan kemudian, itu mungkin akan sama juga untuk besok dan hari-hari setelahnya.

Di dalam dunia yang tertutup, tidak ada kedamaian, tapi ada kebuntuan dan kemandekan. Satu-satunya jalan yang tersisa itu busuk, pada akhirnya akan terlupakan seiring dengan waktu.

Ketika Yuigahama kehabisan topik untuk dibicarakan, percakapannya berhenti. Keheningan yang tiba-tiba ini menyelubungi ruangan itu.

Pada saat itu, pintunya diketuk seakan untuk menghancurkan keheningan dan perasaan kebuntuan di dalam ruangan itu.


× × ×


1-3[edit]

Pintunya diketuk lagi.

Kami secara refleks melihat satu sama lain karena sudah cukup lama semenjak kami mendapat pengunjung. Aku tidak tahu akan apa yang mereka berdua pikirkan mengenai tamu tiba-tiba ini. Yuigahama memiliki tampang kaget selagi dia melihat ke arah pintu sementara ekspresi Yukinoshita tidak berubah. Kalau aku, aku sedang mengigiti bibirku, tanpa kusadari.

“Masuk.”

Yukinoshita memandang ke arah pintu dan memanggil. Orang itu menunggu suaranya dan membuka pintunya.

“Senpaaai…”

Seorang gadis tunggal sedang menekan matanya dengan kemeja cardigannya selagi rambut coklat kekuningannya melambai-lambai selagi dia memasuki ruangannya.

Dia adalah ketua OSIS SMA Soubu, Isshiki Iroha. Meskipun dia sudah menjadi ketua OSIS, seragamnya masih tidak rapi seperti biasanya.

YahariLoveRom v9-049.png

Pada kemunculan Isshiki, Yuigahama membuat tampang kaget sementara Yukinoshita menyipit dengan lembut. Aku mungkin memiliki tampang muak. Dia baru saja diangkat sebagai ketua OSIS jadi kenapa dia sudah ada di ini…? Walau itu tidak terlihat seperti dia datang kemari untuk bermain-main…

Isshiki mendekatiku dengan suara imut, sok dekat, bahkan menyedihkan, selagi tidak menghiraukan tampang segan kami. Dia sengaja menangis-nangis sambil mengerang “fueee…”

“Senpaaai, tidak bagus, tidak bagus…”

Selicik biasanya… Kamu macam sedang memancing hasratku untuk melindungi sekarang ini, jadi bisakah kamu tolong hentikan itu…? Aku akan berakhir ingin menolongmu, sialan. Aku akan langsung datang membantunya jika bukan karena fakta bahwa dia adalah Isshiki.

“Iroha-chan, ada apa? Omong-omong, silahkan duduk.”

“Ah, Yui-senpai, terima kasih banyak.”

Ketika Yuigahama menawarkan kursinya, Isshiki duduk dengan ekspresi seakan tangisannya barusan sudah terbang entah kemana dan tidak pernah terjadi.

Setelah melihat itu, Yukinoshita berbicara padanya.

“Untuk sekarang, kenapa tidak kamu menceritakan pada kami ceritamu?”

Suara Yukinoshita tidak terdengar begitu berbeda dari biasanya dan tidak ada tanda-tanda sakit hati di dalamnya juga. Aku merasa lega akan bagaimana dia menanganinya. Tapi pada waktu yang sama, suatu perasaan tidak nyaman ikut datang bersamaan dengan diriku yang lega.

Kenapa aku lega sekarang ini?

Sebelum aku bisa menggali kebenaran dari ketidak-nyamanan itu, Isshiki berbicara.

“Masalahnya itu… Pekerjaan pertama OSIS dimulai minggu lalu.“

“Ah, kamu sudah mulai bekerja, huh? Itu cepat!”

Yuigahama merespon balik yang kemudian Isshiki meresponnya juga dan dia meneruskannya.

“Dan jadi, pekerjaan itu suuuper buruk…”

Energi Isshiki tiba-tiba menurun pada saat da mengutarakan kata-kata tersebut. Kelihatannya, detail-detail mengenai pekerjaan itu terlintas dalam pikiranku. Itu pastilah cukup buruk, huh…? Dengan pemikiran menakutkan dalam otakku, aku memutuskan untuk bertanya apa isi pekerjaan itu.

“Apa yang buruk tentang itu?”

Ketika aku menanyakannya, Isshiki segera mengangkat kepalanya.

“Sudah hampir Natal, kamu taaahu.“

“Aah, itu benar… Eh? Tidak, kamu sedang melompat pada sesuatu yang sepenuhnya berbeda tadi.”

Dia tentu mengagetkanku… Ada apa dengan Lompatan Boson[13] tiba-tiba dalam topiknya itu? Yah, walau memang benar sudah hampir Natal. Ketika aku memberitahunya, Isshiki cemberut dengan tingkah licik dan dongkol.

“Aku tidak melompat pada apapun. Tolong dengarkan aku dengan benar!”

“Itu benar, Hikki.”

Untuk beberapa alasan, Yuigahama juga dongkol selagi dia datang membantu Isshiki. Eeeh? Apa aku yang salah di sini? Cara kalian para gadis berbicara itu terlalu spesial sekali, kamu tahu. Bagaimana aku akan pernah bisa memahaminya?

Aku melemparkan tatapan pada mereka yang memberitahu mereka aku sudah mengerti dan mendesak mereka untuk bergegas melanjutkan percakapannya. Isshiki mulai berbicara sekali lagi.

“Jadi, karena sudah mau Natal, itu menjadi suatu perbincangan tentang menyelenggarakan sebuah acara Natal untuk wilayah ini bersama-sama dengan SMA di dekat sini. itu terdengar seperti suatu acara untuk orang yang lebih tua dan anak-anak kecil jadi…”

“Ooh, kamu bekerja bersama-sama dengan sekolah apa?”

“Sekolah itu SMA Kaihin Sougou.”

Haa, dengan sekolah itu, huh… Itu adalah sekolah persiapan universitas yang lumayan terkenal di dekat sekolah kami. Itu adalah sekolah yang terbilang baru yang terhasilkan dari tiga sekolah yang digabung bersama. Dengan jumlah dari tiga sekolah, tempat itu cukup besar dalam segi ukuran, memiliki fasilitas yang mewah, dan bangunannya indah. Mereka bahkan memiliki barang menyolok dan memudahkan seperti lift dan kartu ID untuk absensi. Aku tidak begitu yakin akan detail-detail bagaimana strukturnya itu, tapi mereka memiliki semacam sistem SKS[14] dengan fokus pada suasana yang mendukung kepemimpinan, jadi itu seharusnya sebuah sekolah yang cukup diakui.

Namun, aku merasa tidak ada persamaan yang berarti di antara kedua sekolah itu. Itu benar-benar membuatku berpikir akan betapa tidak wajarnya acara gabungan ini.

“…Siapa yang mengajukan rencana ini?”

Ketika aku bertanya, Isshiki tersenyum dengan lembut yang tidak mengatakan apa-apa, selain “oh ayola', senpaaai” seakan aku sedang mengatakan sesuatu yang aneh. Dia kemudian menjawabku dengan suara kecil dan diam-diam yang hanya bisa kumengerti.

“Pihak mereka yang mengajukannya, kamu tahuuu. Tidak muuungkin aku akan mengajukannya sendiri.”

“Sudah kuduga begitu…”

Gadis ini benar-benar terlihat seperti dia sedang meremehkan pekerjaannya. Aku taruhan dia pastilah sepenuhnya menganggu sewaktu bekerja, bukan? Ada pepatah yang mengatakan “kesalahan seseorang merupakan pelajaran bagi orang lain.” Aku memikirkan bagaimana aku sepenuhnya tidak akan bekerja jadi aku tidak akan menganggu orang lain.

Meskipun begitu, persisnya bagaimana dia menerima proposal itu melihat bagaimana pandangannya akan hal tersebut…? Aku melihatnya dengan pasrah dan Isshiki terus melepaskan kemarahannya seakan dia mengingat amarahnya barusan, juga memastikan untuk tidak melepaskan pesona “Aku imut”nya.

“Jika mereka memberitahuku sesuatu seperti itu pada waktu lain, tentu saja aku akan menolaknya, kamu tahuuu. Aku juga ada rencana untuk Natal jugaaa.”

“Tentu saja kamu akan menolaknya, huh…”

“Alasanmu terlalu egois, kamu tahu…”

Yuigahama dan aku berakhir merespon pada kata-kata Isshiki yang tersisa. Aku tidak yakin apa dia memiliki mentalitas yang kuat ataukah dia tidak tahu arti rasa takut… Bukankah kebusukan kepribadiannya itu tepat di bawahku? Suatu perasaan afinitas yang lumayan besar muncul dan jika aku membuat langkah yang salah, aku mungkin akan berakhir jatuh cinta padanya, jadi aku ingin dia menghentikannya.

Tapi kelihatannya bahwa dia itu bukan tidak tahu arti rasa takut sebab bahu Isshiki jatuh dan dia bergugam.

“Tapi Hiratsuka-sensei bilang untuk melakukannya, jadi…”

Oh, Aku mengerti. Jadi ternyata orang itu ada terlibat juga. Dipikir lagi, bagi Isshiki bahkan lemah terhadap Hiratsuka-sensei berarti afinitas kita bahkan lebih tinggi an(ry[15].

“Jadi kami memulainya, tapi bagaimana sebaiknya aku mengatakan ini? Kami hanya tidak bisa membuat kemajuan atau semacamnya…”

Isshiki benar-benar terlihat agak depresi kali ini dan suaranya tidak terdengar seperti dia sedang bercanda. Itu tidak seperti dia luar biasa bekerja keras dan dia sudah pasti sedang meremehkan pekerjaan OSIS, tapi kelihatannya dia masih khawatir akan apa yang mesti dilakukan. Aku seharusnya paling tidak memujinya untuk bersikap agak termotivasi mengingat dia tidak meninggalkan tugasnya dan daripada itu datang kemari untuk meminta bantuan. Dari awalpun, Isshiki tidak mulai menjadi ketua OSIS dengan suka rela. Setengahnya itu salahku untuk meyakinkannya menjadi ketua. Itulah kenapa aku memiliki sedikit perasaan bersalah dan sikapku menjadi lebih mengenakkan.

“Yah, jika itu bersama dengan sekolah lain, maka memang begitu keadaannya. Jangan terlalu menguatirkannya.”

“Aku rasa begituuu?”

Selagi dia mengatakannya, Isshiki akan melihatku dengan mata menengadah sambil memiringkan kepalanya dengan seruan “beeenarkan?” Dia sedang bertingkah begitu liciknya sampai-sampai itu tidak imut… Aku rasa ini apa yang membedakannya dari Komachi.

Yang penting, mari kurangkum detail-detail tidak jelas mengenai percakapannya.

Itu kelihatannya pekerjaan paling pertama yang dipilih untuk OSIS baru adalah untuk menyelenggarakan suatu acara Natal sebagai suatu kontribusi wilayah. Itu akan ditangani bukan hanya oleh SMA Soubu, tapi juga bersama-sama dengan SMA Kaihin Sougou.

Ini jauh lebih sulit daripada pekerjaan biasa yang biasanya harus ditangani OSIS. Tentu saja, ada masalahnya dengan bekerja sama dengan sekolah lain, tapi hubungan dan posisi dalam OSIS kami masih belum dikukuhkan secara formal. Beban ini sedikit terlalu berat bagi para pemula.

Mempertimbangkan pemilihan waktunya, mungkinkah ini adalah sesuatu yang sudah diputuskan jauh sebelum Isshiki menjadi ketua? Jadi ini berarti ini adalah warisan dari generasi sebelumnya.

Kamu akan mendapat itu kadang kala, kamu tahu? Hal-hal yang dengan santainya diacuhkan oleh orang yang bertugas sebelumnya. Itu terjadi di kerja paruh waktuku terdahulu. Kamu akan bekerja seperti yang selalu kamu lakukan dan tiba-tiba, sesuatu akan muncul seperti sebuah ranjau dan itu akan dipaksakan padamu meskipun kamu tidak tahu apa-apa mengenai itu. Ditambah lagi, bahkan jika kamu mencoba menanyai pendahulumu, orang itu tidak akan banyak membantu karena dia tidak akan bisa mengingat apa-apa karena itu sudah lama sekali. Apa yang seharusnya kulakukan, huh? Berkat itu, aku berakhir mewariskannya pada penggantiku ketika aku berhenti dari pekerjaannya tanpa pernah memerdulikan hal itu. Itulah mengapa aku sepenuhnya tidak akan bekerja demi melepaskan diri dari rantai kenegatifan ini.

Yah, ceritaku tidak berarti di sini.

Masalahnya adalah pada Isshiki dan si pendahulu itu.

“Kalau begitu, bukankah kamu seharusnya pergi mendiskusikan hal ini dengan Shiromeguri-senpai sebelum datang kemari?”

Shiromeguri-senpai, pemilik dari kekuatan Megu Megu Megurin ♪ Megurin ☆. Shiromeguri Meguri-senpai adalah ketua OSIS sebelum Isshiki. Dia itu menghangatkan dan imut. Ada apa dengan deskripsi konyol ini mengenainya?

Posisi resmi ketua OSIS seharusnya masih dalam proses pemindahan. Dari awalpun, itu akan lebih logis untuk mendiskusikan hal ini dengannya sebelumnya. Omong-omong, kenapa Isshiki datang ke sini jika Meguri-senpai tidak datang non? Meguri, Konkon, Koi Iroha[16]? Walau aku benar-benar tidak sedang memanggilnya…

Ketika aku memberitahunya, Isshiki memalingkan matanya dariku.

“Ya, itu benar… Tapi tidak mungkin aku bisa menganggunya selagi dia masih di tengah-tengah mengikuti ujian sekarang ini, bukan?”

Namun Meguri-senpai seharusnya tidak sesibuk itu karena dia mendapat tawaran sementara untuk salah satu sekolah yang direkomendasikan padanya…? Mungkinkah itu bahwa dia tidak begitu pandai berurusan dengan Meguri-senpai? Yah, bagi seseorang seperti Isshiki yang membuat persona lembut dan berkepala anginnya, di hadapan Megurin yang asli lembut dan berkepala angin, dia mungkin tidak bisa menahan kecemerlangannya. Mereka yang asli selalu bersinar lebih terang dari siapapun juga sehingga mereka itu tidak mungkin bisa dicapai. Aku bisa mengerti mengapa dia ingin memalingkan matanya dari kenyataan itu.

“Aku hanya punya kalian para senpai untuk meminta bantuan!”

Setelah penjelasan terperinci Isshiki, Yuigahama dan aku membuat helaan pendek. Bahkan tidak ada suara takjub yang keluar. Itu pastilah salah satu tipe helaan tersebut.

Ketika kami terdiam, waktu tenang sentosa itu terus berdetak.

Keheningan itu, namun, bukan hanya karena kami.

Itu juga karena Yukinoshita, yang sampai hari ini akan dengan tegas menanyakan detail-detail keadaannya itu, tidak mengucapkan apapun.

Menyadari hal itu, aku melihat ke arah Yukinoshita.

Bulu mata panjangnya dengan lembut diturunkan dan dia melihat ke arah Isshiki, tidak, pada kami dengan mata sebening permukaan danau.

Langsung, aku menyadari apa perasaan ketidak-nyamanan itu.

Itu adalah perasaan tidak nyaman yang muncul dari perasaan lega ketika Isshiki masuk ke dalam ruangan dan menjadi lega setelahnya. Itu berkaitan pada fakta bahwa tidak ada yang terjadi ketika Isshiki dan Yukinoshita menghadapi satu sama lain secara empat mata.

Bagaimana jika Yukinosita sungguh-sungguh ingin menjadi ketua OSIS?

Orang yang telah mencegahnya melakukan hal itu adalah Isshiki dan diatas semuanya, diriku.

Jika demikian, kalau begitu bukankah permintaan ini agak kejam?

Jika kami menerima permintaan itu, maka itu sama saja berarti menjadi pengganti ketua OSIS tersebut.

Aku masih tidak tahu apa perasaan asli Yukinoshita, tapi aku rasa itu benar-benar tak berperasaan untuk menumpahkan tugas-tugas OSIS di depan Yukinoshita. Mendapati sesuatu yang kamu inginkan, tapi tidak dapat kamu raih berjuntai-juntai di depanmu itu pastilah tiada ada kata lain selain kejam.

Apa itu benar-benar ide yang bagus untuk menerima permintaan Isshiki seperti ini? Selagi aku ragu-ragu, pandangan Isshiki risih, curiga akan keheningan itu.

“Apa yang harus aku lakukaaaaan?”

Isshiki terlihat seperti dia sudah sepenuhnya siap untuk meminta bantuan, tapi aku ingin tahu akan apa yang akan dikatakan Yukinoshita. Aku ingin menunggu kata-katanya, tapi Yukinoshita tidak memberikan suatu jawaban.

Tapi seakan menyadari tatapan dariku dan Yuigahama, Yukinoshita dengan lembut menaruh jarinya pada dagunya dan mulai berpikir.

“Oh, begitu… Aku memahami sebagian besar keadaannya, tapi…”

Walaupun dia memakan waktu yang lumayan lama untuk berbicara, Yukinoshita tidak memberikan suatu kesimpulan dan kata-katanya samar-samar membingungkan.

Dia kemudian melirik ke arah Yuigahama dan diriku.

“Apa yang harus kita lakukan?”

Apa ini yang pertama kalinya? Bagi Yukinoshita untuk menanyakan kami apakah kami sebaiknya menerima permintaan ini atau tidak. Sampai hari ini, dia akan memutuskan dengan penilaiannya sendiri.

Jika kamu menganggap itu sebagai suatu perubahan yang bagus, maka dia sedang membuat suatu kompromi. Namun, aku rasa bukan begitu adanya.

Sebaliknya, jawaban Yuigahama itu jelas.

“Kenapa tidak? Ayo kita melakukannya.”

Yukinoshita menatap ke arah Yuigahama, bertanya mengapa dengan hanya begitu saja.

“Maksudku, sudah agak lama semenjak kita mendapatkan permintaan, benar? Maksudku, akhir-akhir ini, tidak ada sesuatu seperti ini. Dan kita agak senggang jadi…”

Dengan mata kalem Yukinoshita yang terpusat pada Yuigahama, kata-katanya perlahan-lahan menghilang dan menghilang.

“Itulah kenapa kupikir mungkin kita bisa berusaha yang terbaik seperti, sebelumnya, atau semacamnya…”

Kata-kata “seperti sebelumnya” membuatku mencelos.

Yuigahama mungkin ingin memakainya sebagai suatu pemicu. Pemicu yang akan menghilangkan suasana ini selagi kami berkonsentrasi menangani konsultasi dan permintaan ini.

“Begitu ya. Jika demikian, aku juga rasa itu tidak apa-apa.”

Namun, suara tembus pandang Yukinoshita menolak kemungkinan tersebut.

Senyuman samarnya yang menanyai kami itu bukanlah suatu kompromi.

Ini adalah menyerah. Kesimpulan yang ditarik dari kepasrahan. Itu hanyalah suatu tindakan menyerah yang meninggalkan masalahnya pada penilaian dan kesimpulan orang lain.

“…Tidak, aku rasa kita sebaiknya jangan.”

Suaraku keluar dengan sendirinya.

Mempertimbangkan kondisi Klub Servis sekarang ini, aku tidak merasa klub ini bisa melakukan apapun. Lagipula, aku tidak akan menyingkap eksistensi dari ketua OSIS tepat di hadapan mata Yukinoshita. Aku tidak tahu apa niatan Yukinoshita. Namun, aku rasa aku mungkin tidak salah jauh.

Aku tidak akan membiarkan tempat ini terkikis lebih jauh lagi. Kami sebaiknya tidak mengambil resiko apapun.

Jika aku bergerak untuk melindunginya, maka aku harus terus melakukannya sampai akhir. Meskipun aku tidak tahu persis kapan akhirnya dan dimana tujuannya.

Yukinoshita tidak mengatakan apapun mengenai pendapatku dan hanya menatapiku selagi Yuigahama menanyakan alasannya.

“Eh? Kenapa?”

“Ini adalah suatu masalah dengan OSIS. Lagipula, itu persisnya bukan hal yang bagus bagi Isshiki untuk begitu tergantung pada orang lain.”

“Tentu, tapi tetap saja…”

Aku menyuarakan pendapat umum mengenai masalah itu dan Yuigahama membuat sikap merenung selagi menggosok rambut bunnya. Itu mungkin saja suatu pendapat umum, tapi itu logis. Alasan itu sudah cukup untuk mundur.

Tapi hanya ada satu orang yang tidak terlihat teryakinkan.

“Eeeh? Ada apa dengan ituuu?”

Isshiki mulai mengomplain. Yah, aku tahu ini akan datang.

“Kami bukanlah klub melakukan segalanya. Paling banyakpun, kami hanya memberi bantuan. Kami bukanlah sub-kontraktor yang menerima projek penuh. Menjadi seorang subkontraktor itu super repot juga. Tahu tentang UU subkontraktor? Tidak seperti aku tahu. Yang penting, kamulah seharusnya yang melakukannya Isshiki. Mengerti? Ayola'.”

Aku mendesaknya untuk berdiri selagi aku menjawab dengan penuh semangat dan aku juga ikut berdiri. Dari sana, aku mendorongnya terus ke pintu masuk ruangan, mengirimnya kembali ke tempat dia berasal.

Sementara Isshiki dengan enggan mengikuti desakanku, dia tidak lupa untuk melemparkan kata-kata kekesalan.

“Itu karena apa yang Senpai katakan sehingga aku menjadi ketua, kamu taaahu. Aku mau kamu melakukan sesuatu.”

Ketika dia mengatakan itu, aku menjadi melemah.

Itu wajar bahwa aku bertanggung-jawab untuk Isshiki. Bagaimanapun juga, dia menjadi ketua karena tindakanku. Jadi dengan begitu keadaannya, aku adalah si orang lain yang harus bertanggung-jawab bersama-sama dengan Isshiki.

Itulah mengapa apa yang akan kulakukan sudah diputuskan.

Aku menyeret Isshiki keluar dari ruangan dan aku ikut keluar juga.

Aku menutup pintu di belakangku dengan tanganku dan berjalan beberapa langkah dari ruangan itu. Aku kemudian berpaling pada Isshiki yang terus menerus tidak merasa puas dan membuat helaan kecil.

“…Jadi aku mengatakan itu semua tadi. Tapi apa kamu keberatan jika aku membantumu?”

“Ya?”

Dia terlihat seperti dia tidak terlalu mengerti apa yang kukatakan. Isshiki terlihat sedikit ragu. Yah, aku memang menolaknya dengan agak keras tadi. Itu wajar baginya untuk memiliki reaksi itu. Itulah kenapa aku perlahan-lahan menjelaskannya pada dia.

“Aku akan membantumu secara pribadi dan bukan sebagai bagian klub. Jadi ini tanpa bantuan dari Yukinoshita dan Yuigahama. Aku rasa aku seharusnya bisa melakukannya jika seperti itu.”

Sambil mendengarkan penjelasanku, mata Isshiki menyipit selagi dia bersenandung sambil berpikir, tapi segera mengangguk.

“…Yah, itu juga tidak apa-apa. Sebenarnya, jika itu hanya senpai, maka itu akan jauh lebih gam…, itu akan lebih melegakan atau lebih dapat diandalkan.”

Tidak, kamu tidak perlu memperbaiki kata-katamu, oke?

“Oke, sudah bagus kalau begitu, bukan?”

“Ya!”

Ketika aku memastikan dengannya untuk yang terakhir kalinya, Isshiki dengan bersemangat merespon balik.

Bagaimanapun, aku akan mencoba untuk melakukan apa yang kubisa. Tentu saja aku ada keraguan akan persisnya berapa banyak yang bisa kulakukan, tapi yah, aku seharusnya bisa paling tidak mengikuti dengan apa yang dilakukan Isshiki.

Isshiki mungkin terlihat sedikit bodoh dilihat sekilas, tapi tidak seperti dia itu tidak cerdas. Walaupun, jika dia cukup melakukan pekerjaannya dengan benar tanpa bergantung pada kami, maka aku yakin dia juga akan mulai terlihat seperti seorang ketua OSIS kurasa…

Aah, itu benar. Sesuatu terlintas dalam pikiranku ketika memikirkan tentang bergantung pada seseorang. Memikirkannya kembali, aku ingat memasukkan siasat rahasia yang diterima Isshiki ketika aku sedang meyakinkannya untuk mengambil posisi ketua OSIS. Tapi itu tidak terlihat ada terpakai sekarang ini. Sebelum mulai bekerja, aku rasa aku akan bertanya tentang itu.

“Sebetulnya, apa yang terjadi dengan Hayama? Ini adalah waktu yang sempurna untuk meminta dia membantu, bukan?”

Ketika aku menanyakannya, Isshiki merona sedikit dan berpaling dariku.

“…Itu sebenarnya benar-benar merepotkan jadi aku rasa mungkin aku benar-benar sebaiknya jangan merepotkan Hayama-senpai dengan hal itu.”

Jadi kamu tidak masalah dengan merepotkanku saja…? Yah, terserahlah.

Namun, baginya untuk mengatakan sesuatu yang mengagumkan seperti tidak mau merepotkan seseorang, Isshiki Iroha memang benar-benar gadis yang sedang jatuh cinta, huh? Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak terkesan.

Tapi persis setelah aku terkesan, Isshiki terkekeh dengan senyuman bengis.

“Lagipula, bukankah itu akan lebih imut jika aku entah dimana mengacaukan sesuatu yang mudah, seperti membuat kesalahan yang konyol dan semacamnya? Meminta bantuan untuk segunung pekerjaan itu hanya akan membuatku dianggap menjengkelkan, kamu tahuuu?”

“Aah, Begitu ya…”

Hnnnn, gadis ini benar-benar ”memang” memiliki kepribadian yang mengagumkan bukan…? Kembalikan itu! Kembalikan rasa kekagumanku! Daripada setan, dia itu iblis sempurna. Monster! Iblis! Editor!

Si iblis kecil i r o h a sama sekali tidak menghiraukan diriku yang suasana hatinya hancur selagi dia segera melompat ke dalam masalahnya.

“Oke, senpai, ayo kita bertemu di pintu gerbang setelah ini. Aku akan segera ke sebelah sana.”

“Eh, kita harus mulai hari ini…?”

Ketika aku mengatakan itu, Isshiki membuat tampang bersalah.

“Maafkan aku, sudah tidak ada banyak waktu lagi…”

Untuk itu tidak ada banyak waktu lagi berarti rencananya pastilah sudah membuat cukup banyak kemajuan jadi Isshiki sudah berusaha sebisanya dari awal. Pada akhirnya, dia memang memutuskan untuk datang padaku untuk meminta bantuan, tapi dia sudah pasti melakukan apa yang dia bisa dengan kekuatannya sendiri. Tidak mungkin aku bisa mengkritiknya karena itu.

“…Tidak, tidak apa-apa. Tapi ganti tempat kita bertemu. Itu sedikit memalukan untuk mendapat rumor melayang-layang tentang kita berjalan pulang bersama-sama di antara teman-teman kita…”

“Huh?”

Isshiki membuat ekspresi serius. Umm, aku rasa karena dia berada pada generasi yang berbeda sehingga itu tidak dapat dia mengerti, huh? Dia tidak membuat tampang yang berkata “senpai, tidak mungkin kamu ada teeeman” tapi malah suatu tampang yang serius. Dia kemudian membuat helaan tercengang.

“Yah, itu tidak masalah… Apa kamu tahu dimana pusat komunitas di dekat stasiun itu? Itu tempat mereka menggelar rapatnya. Kita bisa bertemu di sana.”

“Aah, di sebelah sana, huh?”

Aku sudah sering sekali melintasi tempat itu pada jalanku menuju stasiun sebelumnya. Aku ingat di sana ada taman penitipan anak. Oh, begitu. Jadi “untuk wilayah ini” berarti itu akan menampung orang-orang tua dan anak-anak kecil di sekitar sana. Kemungkinan pada hari acaranya, akan diselenggarakan di sana.

Yah, aku akan memastikan detail-detail lain tentang ini itu nanti. Untuk sekarang, mari kita meninggalkan sekolah.

“Mengerti. Aku akan bersiap-siap dan kemudian menuju ke sana.”

“Oke. Dengan demikian, aku akan berada dalam bantuanmu.”

Isshiki menyeringai dan membungkuk. Itu apa yang kumaksud dengan bersikap licik. Astaga.


× × ×


1-4[edit]

Aku menemani Isshiki ke persimpangan berikut lorong itu dan kembali ke ruangan. Sekarang kalau begitu, aku perlu membuat sedikit persiapan sebelum pergi ke tempat yang telah ditetapkan.

Ketika aku membuka pintu ke dalam ruangan, Yuigahama dan Yukinoshita melihat ke arahku.

“Apa yang terjadi dengan Iroha-chan?”

Yuigahama bertanya dan aku mengulang kembali kata-kata yang sudah kusiapkan.

“Dia banyak mengomplain, tapi kelihatannya dia teryakinkan.”

“Begitu ya…”

Yuigahama entah kenapa terlihat sedikit murung selagi dia menjatuhkan bahunya. Dan kemudian, Yuigahama meneruskan sedikit demi sedikit dengan suara kecil seakan untuk memastikannya dengan Yukinoshita.

“Itu hanya… kurasa itu akan agak bagus jika kita akhirnya melakukan sesuatu setelah begitu lama…”

“Yah, sesuatu akan datang pada akhirnya.”

Jika saat itu datang, kalau begitu bagaimana aku akan menjawabnya? Tidak mengetahui jawaban untuk itu, aku akhirnya mengatakan sesuatu yang asal.

Ketika aku melakukannya, Yukinoshita membuat helaan yang cukup pendek.

“…Itu sebetulnya mungkin akan lebih baik jika kita tidak mendapat permintaan. Itu akan lebih baik untuk cuma menjalani waktu dengan damai.”

Yukinoshita dengan lembut memalingkan matanya ke luar jendela. Langit merah tua redup itu seharusnya terpantul pada mata tersebut.

“…Mungkin.”

Aku berhasil menjawab suara Yukinoshita yang dengan cepat berlalu. Supaya tidak bertele-tele lebih lama lagi, aku segera menambahkan di belakangnya.

“Kelihatannya tidak ada orang lain yang datang lagi hari ini.”

“Aku rasa begitu…”

Yukinoshita menjawab dan menutup bukunya. Kelihatannya dia melihatnya sebagai suatu tanda untuk mengakhiri aktivitas hari ini. Setelah aku memastikan hal itu, aku mengambil tasku.

“Aku akan pergi pulang kalau begitu.”

“Ah, Aku rasa kita sebaiknya mengakhirinya dan pulang.”

Selagi kami membuat percakapan itu, aku berpaling dan meninggalkan ruangan itu terlebih dulu dari Yuigahama dan Yukinoshita yang dengan ribut sedang bersiap-siap untuk pulang ke rumah.

Itu adalah sesuatu yang kusadari dulu sekali. Itu tidak pasti selalu benar untuk memberi bantuan. Ada hal yang akan berakhir pada hasil yang paling buruk bahkan jika kamu rasa apa yang kamu lakukan itu merupakan hal yang benar untuk dilakukan. Ada hal, dari waktu ke waktu, dimana kamu tidak bisa mengambil sesuatu kembali ataupun mengulangi sesuatu.

Kalau begitu, apa itu yang aku…

Apa itu yang sedang kita lakukan sampai sekarang ini?


Mundur ke Bab 0 Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Bab 2

Catatan Translasi[edit]

<references>

  1. Kecap
  2. Pembuat kecap yang berpusat di Chiba
  3. Kikuko Inoue VA yang terobsesi dengan angka 17.
  4. Tidak begitu yakin dengan lelucon ini, tapi kurang lebih artinya, "Aku akan melewati semua rintangan yang ada jika aku bisa"
  5. Happiness Charge Precure! Anime Pretty Cure
  6. Cara bicara preman SMP yang berubah jadi lelucon
  7. Lelucon ini berasal dari judul lagu bernama “POISON ~言いたいことも言えないこんな世の中は~ dalam album, HIGH LIFE. Lagu ini dapat diterjemahkan sebagai “RACUN ~Dunia ini dimana Kamu tidak Bisa Mengatakan Hal-Hal yang Ingin Kamu Katakan~”
  8. Blue-ray Disc
  9. Puella Magi Madoka Magica
  10. Sesuatu mengenai seorang pemain baseball Jepang professional yang bermain dalam pertandingan berturut-turut yang diikuti hujan dan seterusnya.
  11. Harmoni yang telah ditetapkan sebelumnya
  12. Hatsumode
  13. Lompatan Boson/ Boson Jump
  14. Sistem Kredit Semester, dipakai di universitas
  15. slang 2chan dimana mereka mempersingkat sisa pesan mereka karena mereka merasa tidak perlu mengatakan apa yang seharusnya sudah dimengerti. Tidak begitu yakin apa itu 4chan.
  16. Inari, Konkon, Koi Iroha. Juga, dia memakai kanji untuk kata kerja “datang” dan dua “kon” pertama itu berarti “tidak datang” selagi “koi” berarti “datang” yang sesuai dengan leluconnya