Difference between revisions of "-SLASHDØG- (Indonesia) Jilid 1 Prolog"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
m
Line 1: Line 1:
 
''Dia tak tahu apakah itu mimpi atau visi. Tapi, itu adalah ingatan yang menempel kuat.''
 
''Dia tak tahu apakah itu mimpi atau visi. Tapi, itu adalah ingatan yang menempel kuat.''
   
''Selama masa kecilnya——di umur tujuh tahun, dia telah melakukan perjalanan ke beberapa reruntuhan di kota tetangga untuk bermain saat dia bertualang pura-pura''
+
''Selama masa kecilnya——di umur tujuh tahun, dia telah melakukan perjalanan ke beberapa reruntuhan di kota tetangga untuk bermain bertualang pura-pura''
   
 
''Di bawah langit musim dingin Januari, ketika salju hampir mulai menumpuk, orang yang muncul di depan matanya.''
 
''Di bawah langit musim dingin Januari, ketika salju hampir mulai menumpuk, orang yang muncul di depan matanya.''
Line 11: Line 11:
 
''Pria malaikat itu membungkuk sehingga mereka berdua saling bertatap mata dan berkata.''
 
''Pria malaikat itu membungkuk sehingga mereka berdua saling bertatap mata dan berkata.''
   
''“......Lalu, apa mungkin kamu belum menyadarinya?”''
+
''“......Lantas, apa mungkin kamu belum menyadarinya?”''
   
 
''Menepuk kepalanya, pria itu tersenyum.''
 
''Menepuk kepalanya, pria itu tersenyum.''
Line 19: Line 19:
 
''Menempatkan jari di dadanya, ia berkata:''
 
''Menempatkan jari di dadanya, ia berkata:''
   
''“Di antara tiga belas tipe, milikmu sendiri telah dinobatkan sebagai ‘Tuhan’. Walaupun, itu adalah ‘Tuhan’ palsu—”''
+
''“Di antara tiga belas tipe, milikmu sendiri telah dinobatkan sebagai ‘Tuhan’. Kendati, itu adalah ‘Tuhan’ palsu—”''
   
 
''Dia sering tak bisa memahami apa yang orang bicarakan. Dia tak bisa paham—tapi ingatan itu masih jelas.''
 
''Dia sering tak bisa memahami apa yang orang bicarakan. Dia tak bisa paham—tapi ingatan itu masih jelas.''
Line 71: Line 71:
 
Dia menempatkannya di pergelangan tangan kiri Sae.
 
Dia menempatkannya di pergelangan tangan kiri Sae.
   
“Baa-chan yang kini tiada, dia selalu memastikan aku akan memakainya ketika aku bepergian. Karena aku tak bisa pergi, aku ingin kamu memakainya dan semoga terlindung dalam perjalanan.”
+
“Baa-chan yang sudah tiada, dia selalu memastikan aku akan memakainya ketika aku bepergian. Karena aku tak bisa pergi, aku ingin kamu memakainya dan semoga terlindung dalam perjalanan.”
   
Sae melihat manik-manik itu, dan menggeser itu dengan tangannya.
+
Sae melihat manik-manik itu, dan memainkan itu dengan tangannya.
   
 
[[File:SlashVol1P15.png|thumbnail]]
 
[[File:SlashVol1P15.png|thumbnail]]
   
“Trims.”
+
“Makasih.”
   
 
“Um....itu, bagaimana bilangnya ya, aku ingin kamu menjaga dirimu sendiri.”
 
“Um....itu, bagaimana bilangnya ya, aku ingin kamu menjaga dirimu sendiri.”
Line 158: Line 158:
   
 
Hari itu, Ikuse Tobio kehilangan 233 teman-teman sekolahnya, termasuk teman masa kecilnya Toujou Sae——.
 
Hari itu, Ikuse Tobio kehilangan 233 teman-teman sekolahnya, termasuk teman masa kecilnya Toujou Sae——.
 
==Catatan==
 

Revision as of 10:09, 14 September 2018

Dia tak tahu apakah itu mimpi atau visi. Tapi, itu adalah ingatan yang menempel kuat.

Selama masa kecilnya——di umur tujuh tahun, dia telah melakukan perjalanan ke beberapa reruntuhan di kota tetangga untuk bermain bertualang pura-pura

Di bawah langit musim dingin Januari, ketika salju hampir mulai menumpuk, orang yang muncul di depan matanya.

——Itu adalah malaikat hitam.

Pria itu memiliki sayap hitam yang tumbuh di punggungnya. Malaikat bersayap hitam yang tampak seusia ayahnya, atau mungkin lebih tua.

Pria malaikat itu membungkuk sehingga mereka berdua saling bertatap mata dan berkata.

“......Lantas, apa mungkin kamu belum menyadarinya?”

Menepuk kepalanya, pria itu tersenyum.

“Kalau begitu, jika itu berdiam di dalam dirimu, maka dunia akan sepenuhnya berubah cepat atau lambat. Tapi, hei, hei, kamu jangan putus asa? Toh, kamu—”

Menempatkan jari di dadanya, ia berkata:

“Di antara tiga belas tipe, milikmu sendiri telah dinobatkan sebagai ‘Tuhan’. Kendati, itu adalah ‘Tuhan’ palsu—”

Dia sering tak bisa memahami apa yang orang bicarakan. Dia tak bisa paham—tapi ingatan itu masih jelas.

Pada saat itu dia menanggapi suara teman yang datang untuk berjelajah telah memanggilnya, dan ketika menghadap ke arah pria itu lagi—sudah terlambat karena malaikat hitam itu tak lagi ada.

Dia tak tahu apakah itu mimpi atau visi.

Prolog

Awal Mei—

Selama SMA——bukan, tepat sebelum satu-satunya, sekali selama perjalanan sekolah seumur hidup SMA, Ikuse Tobio terpaksa absen.

Kemarin, kondisi fisiknya sudah lemah. Dia sudah demam yang tak kunjung turun dan tubuhnya tidak punya kekuatan. Kepalanya pusing, dan juga kakinya lemas.

Meski awal Golden Week, tak ada alasan untuk ceroboh....ia masih menderita sakit mendadak. Dokter juga telah menyuruhnya beristirahat.

“Jadi, saat aku akan membeli souvenir, kamu akan berbaring dengan patuh?”

Berkata begitu sambil tersenyum dan berdiri di depan pintu adalah seorang gadis berambut separuh panjang. Dia teman sekelas Tobio di kelas dua SMA yang sama. Dia juga teman masa kecilnya, Toujou Sae. Senyumnya nakal.

“... Aah.”

Tobio menanggapi itu sambil cemberut di dalam maskernya.

Dia datang untuk memeriksa kondisi Tobio sebelum berangkat. Dari perspektif Tobio, tak ada pilihan selain keberatan.

Jadwal perjalanan dengan jangka waktu sepuluh hari di tur kapal pesiar mewah Kepulauan Hawaii.

Bagi Tobio, itu seharusnya menjadi perjalanan pertamanya ke luar negeri. Sebagai seorang urid, mana mungkin dia takkan menikmatinya. Dengan keadaan tubuhnya yang terasa sangat berat, dia agak merinding.

Sae menusuk dahi Tobio yang cemberut.

“Aku bisa pergi kapan saja setelah kita sudah dewasa. Lalu kita akan pergi sama-sama, jadi cobalah untuk bertahan, ya.”

“......dasar bodoh. Aku ingin pergi hari ini. Dan lagian, kamu bilang kamu akan menemaniku, tapi kamu cuma menjengukku saja, kan?”

“Ketahuan.”

Sae tertawa dan cekikikan. Tobio mengembuskan napas, menggosok dahinya.

Setelah dia selesai menggoda Tobio, Sae mengambil tasnya.

“Yah sudah waktunya, maaf, ya.”

“Ah, tunggu dulu.”

Tobio memanggil Sae sambil merogoh saku celananya, dan mengeluarkan serangkaian manik-manik.

Dia menempatkannya di pergelangan tangan kiri Sae.

“Baa-chan yang sudah tiada, dia selalu memastikan aku akan memakainya ketika aku bepergian. Karena aku tak bisa pergi, aku ingin kamu memakainya dan semoga terlindung dalam perjalanan.”

Sae melihat manik-manik itu, dan memainkan itu dengan tangannya.

SlashVol1P15.png

“Makasih.”

“Um....itu, bagaimana bilangnya ya, aku ingin kamu menjaga dirimu sendiri.”

Berkata begitu, wajah Tobio, yang sudah merah karena demam, menjadi lebih merah lagi.

“Apa?”

“Uh.......kamu tahu penyakit dan sejenisnya, virus dan sejenisnya.”

“Itu mungkin apa yang kamu alami.”

Menerima balasan tajam semacam itu, mulut Tobio menekuk ke dalam bentuk ‘へ’ di dalam maskernya.

Sambil ia membuka pintu depan, Sae menengok ke belakang lagi untuk mengatakan.

“Aku pergi dulu.”

Dia tersenyum sedikit kesepian, dan berangkat.


Empat hari setelah teman-teman sekolahnya pergi——.

Mereka telah melakukan perjalanan dengan pesawat dari Narita ke Honolulu. Dari sana, mereka naik “Heavenly of Aloha” di pelabuhan, dan sekarang seharusnya tiba di Kepulauan Hawaii, Kauai.

Membayangkan teman-temannya mengecap-kecap bibir mereka setelah mengambil bagian dari masakan kapal mewah itu, tur setiap pulau, dan menikmati sekali pertukaran budaya ini cenderung untuk membuatnya merasa tak suka.

Dengan kondisi fisiknya yang setelah pulih sedikit demi sedikit menjelang siang, dan setelah mengambil koran dari lubang surat, Tobio tengah mempersiapkan brunch[1].

Tak ada orang di rumah Tobio selain dirinya sendiri. Ini karena dia sudah berpisah dengan keluarga sedarahnya. Oleh sebab itu, bantuan untuknya bahwa Sae akan datang untuk membuatkan makan malam.

Walau tanpa ada orang yang menyiapkan makanan dan semacamnya pagi itu, Tobio membuat telur goreng, yang dia makan dengan roti.

Teman-teman sekolahnya mungkin sudah selesai makan makan makanan mewah. Berpikir begitu, dia menjadi sangat tertekan.

Dia menuju ke TV, dan sambil menatap kosong, dia menggigit rotinya.

[Status orang selamat saat ini masih belum diketahui——]

Tobio menggigit rotinya dengan tenang sambil menonton TV tanpa minat khusus.

[Murid dan guru SMA Ryoukuu di tengah perjalanan sekolah dengan menaiki——]

Apa……?

Tobio mendengar nama SMA yang familier, mendadak menempatkan perhatiannya ke TV.

TV menunjukkan video laut yang diambil dari udara. Seolah-olah keluar dari sebuah adegan film, ada sebagian lambung kapal mewah ini tenggelam ke laut sambil mengeluarkan asap.

Dia bertanya-tanya apa dia tidak salah dengar. Seharusnya ini mustahil! Hal gila seperti ini, tidak seharusnya terjadi!

Jantung Tobio diserang berulang kali saat subtitle TV yang brutal nan kejam menampilkan “Kapal Karam Misterius Heavenly of Aloha”.

Dengan nama penumpang kapal dikonfirmasi, Tobio membuka mata lebar-lebar dan kaget. Menggigil menuju ke bawah tulang punggungnya. Dia mulai bernapas berat dan detak jantungnya menjadi cepat, dan dia menyadari jantungnya berdebar keras.

Tobio mengambil koran yang ada di atas meja.

Dia memeriksa koran yang ditulis dalam satu artikel. Isinya membuat tubuh Tobio menggigil.

‘Kapal Mewah, Kecelakaan Laut!’

‘Mimpi Buruk pada Perjalanan Sekolah!’

‘Status 233 murid SMA diatas kapal tidak diketahui——’

‘Tidak ada harapan pada orang hilang——’

Nama sekolah menengah atas, SMA Ryoukuu——.

Dan Tobio, memikirkan teman masa kecilnya Sae yang berada di SMA yang sama.

——Aku pergi dulu.

Di benak Tobio, perkataan terakhir yang dikatakan oleh teman masa kecilnya muncul kembali. Sae, yang tampak kesepian sambil tersenyum. ......Ada suatu kombinasi tentang itu sebagaimana hal itu sia-sia.

“......Sae.”

Depresi berat, Tobio duduk tepat di mana dia berada.

Hari itu, Ikuse Tobio kehilangan 233 teman-teman sekolahnya, termasuk teman masa kecilnya Toujou Sae——.

  1. Brunch: Jam makan di antara makan pagi dan makan siang. Sekitar jam 10 sampai jam 11. Biasanya ini dilakukan oleh orang yang tidak sempat sarapan. Menu brunch posisinya lebih berat dari menu breakfast.