Difference between revisions of "Hakomari (Indonesia):Jilid 3 Permulaan"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
((bagian terakhir bagian permulaan))
m
 
(10 intermediate revisions by 4 users not shown)
Line 1: Line 1:
Saat pertama aku melihat rambut peraknya, aku berpikir “Aah, jalan kami tak akan bertemu.”
+
Pertama kali aku melihat rambut peraknya, aku berkesan, “Aah, jalan kita tidak akan pernah saling bertemu.”
   
Aku rasa hampir semua teman sekelasku memiliki kesan yang sama. Daia Oomine--dia menolak semua orang dengan seluruh keberadaannya. Aku berasumsi bahwa sikap menindas dan gaya kerasnya hanyalah cara untuk menjaga jarak dengan orang lain.
+
Aku yakin hampir semua teman sekelasku memiliki kesan yang sama. Oomine Daiya menolak orang lain dengan sifatnya. Aku yakin kalau ia menganggap sikapnya yang menyesakkannya dan gaya rock-n-roll itu, hanya untuk menjauhkannya dari orang lain.
   
Tapi hubungan kami berjalan dengan baik. Hal ini sebagian karena peran Haruaki sebagai perantara, tapi tentu saja kalau cuma itu tidak akan cukup.
+
Tapi kami bisa bersama dengan baik. Tentu, Haruaki membantuku seperti jembatan, tapi hanya itu saja tidak akan pernah cukup.
   
«Umm, kau adalah... Kazuki Hoshino, benar? Aku tidak bisa menjelaskan kenapa, tapi kau agak aneh!»
+
«Uh, kau… Hoshino Kazuki, ‘kan? Aku tidak tau kenapa, tapi kau agak aneh!»
Itu kata-kata pertamanya padaku.
 
   
  +
Itu adalah hal pertama yang ia katakan padaku.
Tapi aku percaya kalau kita adalah teman; walau bagaimanapun, dia selalu terlihat senang saat berbicara padaku.
 
   
  +
Tapi aku percaya kalau kami adalah teman; karena, ia selalu senang saat bicara denganku.
Akan tetapi, dia mengatakannya.
 
   
  +
Meski begitu, hal ini terjadi:
“Kau sudah berhubungan dengan ‘0’, benar kan?”
 
   
Itu adalah saat istirahat makan siang, pada hari sebelum permulaan ujian tengah semester. Daiya tanpa khawatir duduk di samping Maria dan mengatakan hal itu.
 
   
  +
Di waktu istirahat makan siang, dan UTS akan segera dimulai besok; Daiya duduk dengan biasa di samping Maria dan berkata, “Kau sudah bertemu ‘O’, ‘kan?”
“.....Oomine, apa kau memperoleh sebuah ‘kotak’?”
 
   
Maria menjawab untukku saat aku tak bisa menjawabnya.
 
   
  +
Aku terlalu terkejut untuk menjawabnya, jadi Maria menjawab menggantikan diriku. “…… Oomine, kamu mendapatkan ‘kotak’?”
“Pertanyaan retoris macam apa itu? Tentu saja aku memperolehnya. Daripada itu, sekarang aku berbicara dengan Kazu. Jadi diamlah, kau penjaga yang mengganggu.”
 
   
  +
“Kenapa menanyakan jawaban yang sudah jelas? Tentu saja. Selain itu, aku sedang berbicara dengan Kazu. Diamlah, malaikat pengganggu.”
Maria mendesah keras, dan kemudian menatapku, seakan ingin menunjukkan bahwa ia akan menyerahkan hal itu kepadaku.
 
   
  +
Maria mengeluarkan desahan yang dalam, kemudian melihatku, seperti dia ingin menyerahkan segalanya padaku.
Tapi apa yang harus aku katakan?
 
   
  +
Tapi apa yang harus kukatakan…?
Mengabaikan diriku yang terdiam, Daiya mulai berbicara.
 
   
  +
Menghiraukan diamnya diriku, Daiya mulai berbicara.
“Itu selalu terasa janggal bagiku. Kemunculan Otonashi, pernyataan cintamu pada Kirino, dan berbagai hal lainnya.”
 
   
  +
“Selalu terasa aneh untukku. Kemunculan Otonashi, pernyataan cintamu pada Kokone dan beberapa keanehan lainnya.”
Daiya menyentuh tindikan di telinga kanannya.
 
   
  +
Daiya menyentuh anting di telinga kanannya.
“Semua keraguan itu terpecahkan saat aku bertemu dengan ‘0’. Saat aku bertemu dengannya--pada waktu itu aku menyadari bahwa dia, yang tidak bisa dijelaskan dengan kata lain selain ‘ganjil’, adalah alasan dari semua kejadian aneh akhir-akhir ini. Lalu dia mengatakan padaku kalau dia tertarik pada Kazuki Hoshino.”
 
   
  +
“Keraguan ini terselesaikan setelah aku bertemu ‘O’. Saat aku bertemu dengannya—saat itu juga, aku sadar bahwa dia, yang tidak bisa dijelaskan dengan apapun, bukan apa-apa melainkan keanehan, yang menjadi alasan kenapa insiden aneh belakangan ini terjadi. Dan ia berkata padaku kalau ia tertarik dengan Hoshino Kazuki.”
Tidak mampu mengerti sepenuhnya, aku cuma mendengarkan dalam diam.
 
   
  +
Tanpa bisa sepenuhnya mengerti, aku mendengarnya dengan diam.
“Itu artinya bukan hanya aku saja yang merasakan keanehan dalam dirimu.
 
   
...Tahukah kau, Kazu? Setelah mengamatimu lebih dari setahun, ada satu hal yang kumengerti.”
+
“Yang artinya bukan aku saja yang merasakan keanehan yang terjadi padamu. … Kau tau, Kazu? Setelah menelusuri lebih dari setahun, ada sesuatu yang kumengerti.”
   
Dia menatapku dengan tajam dan melanjutkan.
+
Matanya terfokus padaku dengan sekilas kilauan di sana dan melanjutkan.
   
“Kau melayang.”
+
“Kau mengambang.”
   
  +
“…mengambang?”
“...melayang?”
 
   
Aku tidak bisa memahami arti kata-katanya yang tiba-tiba dan tanpa konteks itu.
+
Aku tidak bisa menangkap maksud kata itu.
   
“Itu seperti kau melihat kami dari tepat yang sedikit lebih tinggi. Kau berada di sini, tapi menahan diri untuk tidak terlibat terlalu dalam. Dan kau selalu menjaga jarak tertentu. Kau tidak di dalam, tidak pula di luar. Kau hanya...melayang.”
+
“Itu seperti kau sedang melihat kami dari sudut pandang yang lebih tinggi. Kau ada di sini, tapi kau menahan diri untuk terlibat lebih dalam, dan kau selalu menjaga jarak. Kau tidak di dalam, maupun di luar. Kau hanya… mengambang.”
   
Aku tidak mengerti apa yang dia katakan, dan menaikan satu alisku.
+
Aku tidak mengerti maksudnya, dan mengangkat alisku.
   
“Dan kau bilang kau ingin menjaga kehidupan sehari-hari. Itu selalu menjadi misteri bagiku kenapa kau mengharapkannya. Tapi saat aku berbicara dengan ‘0’---dia mengatakan padaku bahwa kau menolak ‘kotak’ yang mampu mengabulkan berbagai ‘harapan’, yang membuatku akhirnya mengerti.”
+
“Dan tetap kau berkata kau ingin menjaga keseharian ini. Itu selalu menjadi misteri untukku kenapa kau menginginkan itu. Tapi setelah aku bicara dengan ‘O’—ia mengatakan padaku bahwa kau menolak ‘kotak’ yang mengabulkan segala ‘permintaan’ —aku akhirnya paham.”
   
Daiya menyatakan.
+
Daiya mengatakan dengan tegas.
   
<u>“Tujuanmu adalah menghancurkan ‘harapan’ orang lain.”</u>
+
<u>Tujuanmu adalah menghancurkan 'keinginan' orang lain</u>.”
   
“Itu tidak benar!”
+
“Itu tidak mungkin!”
   
Aku sendiri terkejut dengan kerasnya suaraku, tapi aku harus membuat hal ini jelas.
+
Aku terkejut dengan seberapa kerasnya suaraku, tapi aku harus membuatnya jelas.
   
“Alasan kenapa aku menganggap spesial kehidupan sehari-hari adalah...karena aku berpikir merindukan sesuatu adalah bukti kehidupan...jadi...”
+
“Alasan kenapa aku yakin dengan keseharian itu… karena aku menganggap kalau menginginkan sesuatu itu tanda telah hidup… jadi…”
   
  +
“Lucu sekali.”
“Sangat bisa ditertawakan.”
 
   
Bertolak belakang dari kata-katanya, dia tidak tertawa sama sekali. Dia hanya melanjutkan dengan kejam.
+
Meski mengatakan itu, ia sama sekali tidak tertawa. Yang ia lakukan hanya melanjutkannya dengan keras,
   
“Jadi apa kau punya sesuatu yang kau rindukan? Sebutkan satu!”
+
“Jadi apa yang kau inginkan? Sebutkan satu!”
   
“Tentu saja aku punya. Itu adalah---“
+
“Tentu saja aku punya. itu—“
   
 
Aku berhenti.
 
Aku berhenti.
   
Aku punya satu. Seharusnya aku punya satu. Tapi aku tidak bisa mengungkapkannya.
+
Aku punya satu. Aku seharusnya punya satu. Tapi aku tidak bisa mengartikulasikannya.
   
---aku yakin karena itu tidak memiliki bentuk dalam diriku.
+
—Aku yakin itu karena itu masih belum memiliki bentuk.
   
“Karena kau ingin tetap merindukan sesuatu. Hmpf, kalaupun aku mengakui pernyataan itu, pernyataan lain tersisa. <u>Kenapa kau menjadi seperti itu?</u>”
+
“Karena kau ingin terus menginginkan sesuatu. Hmph, aku terima pernyataan itu, tapi itu menyisakan pertanyaan lain. <u>Kenapa kau jadi seperti itu?</u>?
   
“...Eh?”
+
“…Eh?”
   
Alasan kenapa aku mulai menganggap spesial kehidupan sehari-hari ini?
+
Alasan kenapa aku menganggap istimewa keseharian?
   
Bila kupikirkan lagi, apakah aku selalu seperti ini sejak dulu?
+
Benar juga, sejak kapan aku menjadi seperti ini? …Aku tidak begitu yakin. Jadi, sejak kapan—
   
  +
“— —“
...aku tidak berpikir begitu. Jadi, sejak kapan---
 
   
  +
Itu mengingatkanku.
“------“
 
   
  +
—Seseorang, diselimuti kabut, yang tidak bisa aku ingat.
Itu mengenaiku.
 
   
---Seseorang, tertutup kabut, aku tidak bisa mengenalinya. Aku tidak bisa mengenali penampakan yang samar-samar ini. Tidak bisa mengenali?...tidak, kenyataanya aku tahu siapa dia, tidak peduli seberapa banyaknya kabut di sini.
+
Aku tidak bisa mengingat sosok tidak jelas ini. Tidak bisa ingat?tidak, malah aku tau siapa itu, tidak peduli seberapa tebal kabut itu.
  +
<u>Dia adalah---</u>
 
  +
<u>Dia</u>—
   
 
“Mengerti?”
 
“Mengerti?”
   
Saat Daiya menyelaku, siluet itu menghilang ke dalam kabut.
+
Ketika Daiya menyelaku, bayangan hitam itu kembali tenggelam ke dalam kabut.
   
“...apa..?”
+
“…Apa…?”
   
  +
"Pada akhirnya, tanpa kau sadari kau hanya berusaha menjaga keseharianmu, seperti salah satu anjing Pavlov.”<ref>Anjing Pavlov itu anjing yang ngikutin kemauan Pavlov untuk diteliti, meskipun ga tau si anjing itu lagi jadi bahan eksperimen. Eksperimennya : [[http://www.simplypsychology.com/Pavlov2.jpg]] </ref>
“Faktanya, pada akhirnya, kau hanya mencoba menjaga kehidupan sehari-hari secara tidak sadar, seperti salah satu anjing [http://id.wikipedia.org/wiki/Ivan_Pavlov Pavlov].”
 
   
Aku hanya ingin menjaga kehidupan sehari-hariku, kalau begitu---
+
Aku hanya ingin menjaga keseharianku? Kalau begitu—
   
“Itu sama saja dengan menghancurkan ‘harapan-harapan’ orang lain. ...Hey, Kazu.”
+
“Ini sama saja seperti menginjak-injak keinginan orang lain. …Hei, Kazu.”
   
Daiya memanggilku dengan sikap santainya yang biasa.
+
Daya memanggilku dengan gaya biasanya.
   
“Aku memiliki sebuah ‘kotak’. Aku menjadi keberadaan yang bertolak belakang dengan kehidupan sehari-hari ini. ---jadi apa yang akan kau lakukan?.
+
“Aku memiliki ‘kotak’. Aku telah menjadi keberadaan yang berlawanan dengan keseharian ini. —lalu apa yang akan kau lakukan?”
   
Aku tidak tahu apa ‘harapan’ Daiya. Tetapi jika itu adalah sebuah ancaman bagi kehidupan sehari-hari, aku akan---
+
Aku tidak tau 'keinginan' Daiya, tapi jika itu mengancam keseharian ini, aku akan
   
“Kau sudah membuat suatu kesimpulan, kan?”
+
“Kau sudah tau, ‘kan?”
   
Daiya meneruskan dengan suara tanpa ekspresi, sambil menyentuh tindikan di telinga kanannya sekali lagi:
+
Sekali lagi, Daiya menyentuh anting di telinga kanannya dengan tenang, Daiya melanjutkan dengan suara tanpa emosi:
   
“Jadi, aku adalah-------musuhmu.”
 
   
   
  +
“Aku— adalah musuhmu.”
<p style="font-size:2em; text-align: center;">✵</p>
 
   
Ujian tengah semester kami sudah dikembalikan dan hari-hari santai penuh kemalasan, seolah mencerna hasilnya, berlalu selama bulan Juli.
 
   
  +
<p style="font-size:2em; text-align: center;">&#10037;</p>
“Guys, kalian sepenuhnya gak boleh mengatakan kalau kita akan pergi ke mal habis ini!”
 
   
Di jalan menuju ruang perawatan Mogi-san, Kokone, yang akhir-akhir ini menyanggul rambutnya mengatakan ini.
 
   
  +
UTS kami telah selesai, dan kami melewati bulan Juli dengan lambat, seperti sedang dalam pencernaan.
“Terutama kau, Haruaki!”
 
   
  +
“Teman-teman, kalian jangan bilang kalau kita akan pergi ke mall setelah ini!”
“Aku tahu, aku tahu!”
 
   
  +
Dalam perjalanan kami menuju kamar Mogi, Kokone yang telah membuat sanggul besar di rambutnya, mengatakan itu.
“Aku ragu? Apalagi kudengar istilah modern <<Haruaki>> juga berarti <<Tidak mampu membaca suasana>>.”
 
   
  +
“Terutama kamu, Haruaki!”
“Aku gak pernah dengar istilah macam itu! Tapi aku tau istilah modern <<K.K>> artinya <<mengganggu>>, sih!”
 
   
  +
“Oke, oke!”
“Hey! Kenapa inisial namaku berarti <<mengganggu>>!?”
 
   
  +
“Omong-omong, aku sudah dengar istilah modern dari «Haruaki» yang artinya juga «Tidak bisa merasakan suasana hati»<ref>Ini dari Jepang, jadi tolong jangan tanya masalah ini sama saya</ref>.”
“Kirino, kalau Mogi mendengar suara kerasmu itu, pertimbanganmu akan berakhir sia-sia.”
 
   
  +
“Aku ‘gak pernah dengar istilah itu! Tapi, aku tau ada istilah modern «K.K» yang artinya «mengganggu»!”
Diperingatkan oleh Maria---“Tehe!”---Kokone menjulurkan lidah dengan satu mata tertutup dan bersungut ke arah Haruaki, yang mengatakan “Kau ‘pikir itu imut’ atau apa?”
 
   
  +
“Hey! Kenapa inisialku artinya «mengganggu»!?”
Mendesah pada pemandangan yang relatif normal ini, aku memasuki ruang rumah sakit.
 
   
  +
“Kirino, jika Mogi mendengar suara kerasmu ini, kepedulianmu justru jadi sia-sia.”
“......”
 
   
  +
Setelah diperingati Maria—“Tehe!”—Kokone menjulurkan lidahnya dengan satu mata yang tertutup dan memandang dengan marah Haruaki setelah ia mengatakan, “Kau 'fikir itu imut’?”
Hal pertama yang aku lihat adalah setengah telanjang, tubuh maskulin di sampul majalah.
 
   
  +
Mendesah pada pemandangan yang biasa ini, aku memasuki kamar rumah sakit ini.
“Kasumi...?”
 
   
  +
“……”
“Eh...? ---AH!”
 
   
  +
Hal pertama yang kulihat adalah figur maskulin setengah-telanjang dari sampul majalah.
Dia menyembunyikan majalah itu di bawah kasurnya dengan cepat.
 
   
  +
“Kasumi…?”
“H-Hai semua... A-Ada apa? Kalian agak awal hari ini, huh..?”
 
   
  +
“Eh…? —AH!”
Mogi mengulas senyum kaku.
 
   
  +
Dia menyembunyikan majalahnya kedalam futonnya dengan cepat.
“......”
 
   
  +
“H-Hai semua… A-Ada apa? Kalian semua datang cepat hari ini, ya…”
Apakah aku, mungkin, melihat sesuatu yang seharusnya tidak kulihat...? Kokone dan aku bertukar pandang, diam-diam sepakat---‘jangan diungkit-ungkit lagi hal itu’
 
   
  +
Mogi-san tersenyum dengan canggung.
“Whoa, apa yang kau sembunyikan di situ, Kasumi!”
 
   
  +
“……”
Kami gagal. Di sini ada laki-laki, yang namanya <<Tidak bisa membaca suasana>>.
 
   
  +
Apa mungkin aku melihat sesuatu yang seharusnya tidak kulihat…? Kokone dan aku saling menukar pandangan, dengan tanpa suara, menyetujui—“Jangan bicarakan masalah itu.”
“A-aku tidak menyembunyikan apapun...!”
 
   
  +
“Wah, apa yang kau sembunyikan, Kasumi!”
“Jangan bohong! ...mh? ah, itu majalah porno, benar kan! Tunjukkan padaku, tunjukkan padaku! Aku ingin tahu majalah porno macam apa yang bisa membuat para gadis teran---Ghgh!”
 
   
  +
Kita gagal. Di sini ada orang, yang namanya «Tidak dapat merasakan suasana hati».
Kokone menyikutnya. Yah, kupikir dia melakukan hal yang benar.
 
   
  +
“A-Aku tidak menyembunyikan apapun…!”
“Jangan khawatir Kasumi, kami tidak melihat apa-apa... Tidak, itu tidak apa-apa, benar! Lagi pula, kau tinggal di rumah sakit cukup lama, jadi... Kau banyak meahan diri, benar kan!”
 
   
  +
“Jangan bohong! …hm? Ah, itu majalah porno, ‘kan! Perlihatkan, aku ingin lihat! Aku ingin tau majalah porno jenis apa yang menarik para ga— Dhigh!”
“A-a-a-aku tidak menahan diri dari apapun!”
 
   
  +
Kokone menyerangnya dengan sikunya. Yah, kurasa dia memang melakukan hal yang benar.
Mogi-san mengayunkan tangan dengan cepat di depan wajahnya merah.
 
   
  +
“Tenang Kasumi, kami tidak melihat apapun… Tidak, itu tidak apa-apa, sungguh! Soalnya, kalau kamu terlalu lama di rumah sakit, kamu pasti menampung banyak, ‘kan!”
“B-bukan itu! Ini adalah... yah...”
 
   
  +
“A-A-A-Aku tidak menampung apapun!”
Dia mengerutkan bibirnya dan, sedikit ragu-ragu, mengambil majalah dari bawah kasur. Memang di sampulnya ada gambar pria setengah telanjang, tapi tulisan seperti ‘Yoga’ dan ‘Cara Latihan yang Benar’ tertulis di sana.
 
   
  +
Mogi-san melambaikan tangannya dengan cepat di depan wajah merahnya.
“Ini majalah fitness untuk latihan! Jadi, umm... ini bukan majalah porno.”
 
   
  +
“B-Bukan seperti itu! I-ini… yah…”
“Eh, Ah, kau benar. Haha, maaf. ...Tapi kenapa kau menyembunyikannya kalau begitu?”
 
   
  +
Dia mengerutkan bibirnya, dan dengan perlahan, mengeluarkan majalah itu dari futonnya. Di sampulnya itu memang figur laki-laki setengah-telanjang, tapi hal seperti “Yoga” dan “Metode Latihan yang Benar” tertuliskan di sana.
Karena suatu alasan dia tidak melihat ke arah Kokone, tapi padaku saat berbisik:
 
“...karena majalah semacam itu tidak cocok untukku...”
 
   
  +
“Ini adalah majalah fitness untuk latihan! Jadi, umm… ini bukan yang erotis.”
Sekarang setelah dia mengatakannya---Aku secara tidak sadar melihat ke arah lengan Mogi-san. Lengan putihnya, yang pada awalnya terlihat rapuh, sekarang terlihat sedikit lebih gemuk. ...Keduanya masih terlihat langsing, sih.
 
   
  +
“Eh? Ah, kamu benar. Haha, maaf. …terus, kenapa kamu sembunyikan?”
Mogi-san menyadari pandanganku dan menyembunyikan kedua lengannya dengan malu, di belakang tubuhnya. Lalu dia berkata,
 
  +
“...Aku harap itu akan berguna sebagai referensi untuk rehabilitasiku.”
 
  +
Untuk alasan tertentu, dia tidak melihat Kokone, tapi padaku saat dia membisikkan:
   
  +
“…soalnya majalah seperti ini tidak cocok denganku…”
Empat bulan sudah berlalu sejak hari-hari pengobatan. Tulang-tulangnya yang patah sudah tumbuh semua dan rehabilitasinya sudah dimulai sekarang. Kembalinya dia ke sekolah, yang dulunya seperti mimpi, sedikit demi sedikit, mulai nampak mungkin. Dia di atas kursi roda belajar di kelas mungkin akan segera menjadi bagian kehidupan sehari-hari.
 
   
  +
Ketika dia mengatakan itu—aku secara tidak sengaja melihat tangan Mogi-san. Tangannya yang putih, yang telah terlihat rapuh, sekarang terlihat sedikit lebih kuat. …Meskipun begitu, terlihat masih kurus.
Mogi-san akan kembali ke kehidupan sehari-hari.
 
   
  +
Mogi-san menyadari pandanganku dan menyembunyikan tangannya dengan malu ke belakang tubuhnya. Kemudian dia berkata,
---Seperti waktu sebelum Maria.
 
   
  +
“…Aku harap ini akan sangat berguna sebagai referensi rehabilitasiku.”
<p style="font-size:2em; text-align: center;">✵</p>
 
   
  +
Empat bulan telah terlewati sejak hari yang terulang itu. Tulangnya yang rusak telah diperbaiki dan rehabilitasinya dimulai dari sekarang. Kemunculannya kembali ke sekolah, yang tadinya hanya seperti mimpi yang mustahil dicapai, perlahan akan membuahkan hasil. Kehadirannya dengan kursi roda di kelas mungkin akan menjadi bagian dari keseharian ini.
   
“Katakan, katakan, Maria, apa kau merasa tidak nyaman di dekat Kasumi?”
 
   
  +
Mogi-san akan kembali ke dalam keseharian ini.
Haruaki bertanya tepat setelah kami memasuki mall, dimana Kokone dan aku sebenarnya secara sengaja ingin tetap diam soal itu...
 
  +
  +
—Seperti di hari sebelum datangnya Maria.
   
“Haru.. kau tahu, kadang kau sangat menakutkan...”
 
   
  +
<p style="font-size:2em; text-align: center;">&#10037;</p>
“Kenapa begitu?”
 
   
Dia bahkan tidak mengerti apa yang dimaksud Kokone. Menakutkan!
 
   
“...kenapa kau berpikir begitu?”
+
“Hei,hei, Maria, kenapa kau kaku waktu sama Kasumi?”
   
  +
Haruaki bertanya tepat saat kami memasuki mall, padahal Kokone dan aku berusaha tidak ingin membicarakannya…
Maria bertanya pada Haruaki dengan suara tanpa emosi.
 
   
  +
“Haru… kamu tau, terkadang kamu sangat menyeramkan.”
“Itu karena aku belum pernah melihat kalian berdua berbincang-bincang. Yah, mungkin karena aku jarang melihat kalian saat kalian bersama.”
 
   
  +
“Kenapa?”
“...Haru, dengar,” Kokone menarik Haruaki ke arahnya. Dia berbisik ke telinganya. “...mereka saingan dalam cinta... itulah mengapa mereka segan satu sama lain. Kau seharusnya juga sudah tahu sejauh ini, kan...?”
 
   
  +
Ia tidak mengerti apa yang Kokone maksud. Menyeramkan!
Umm, Kokone...? Aku tahu kau mencoba untuk perhatian, tapi aku bisa mendengarmu.
 
   
  +
“Memangnya kenapa?"
“Ooh, aku mengerti, aku mengerti!”
 
   
  +
Tanya Maria pada Haruaki dengan suara yang datar.
Haruaki menyeringai dengan lebar ke arahku. ...Ini cukup melelahkan.
 
   
  +
“Itu karena aku ‘gak pernah lihat kalian berdua bicara dengan baik! Mungkin juga karena aku jarang lihat kalian bersama, sih.”
Maria mendesah melihat tingkah mereka.
 
   
  +
“…Haru, dengar,” Kokone menarik Haruaki dan berbisik pada telinganya. “…mereka adalah rival dalam cinta… itulah kenapa mereka selalu canggung. Kamu seharusnya tau hal ini, ‘kan…?”
“Yah, artikan sesuka kalian, tapi itu memang benar aku tidak bisa berbicara dengannya dengan mudah.”
 
   
  +
Uhh, Kokone…? Aku tau kamu ingin berbaik hati, tapi aku bisa mendengarmu.
“Hoho! Dalam perasaan sebagai saingan?”
 
   
  +
“Oh, benar, benar!”
“Usui. Bisakah kau bicara dengan tenang kepada seseorang yang menghinamu dan menusuk perutmu dengan pisau?”
 
   
  +
Haruaki menyeringai dengan lebar padaku. …Ini cukup mengerikan.
“Hah?”
 
   
  +
Maria mendesah terhadap sikap mereka.
“Cuma bercanda.”
 
   
  +
“Yah, sesukamu saja, tapi memang benar aku tidak bisa bicara padanya dengan mudah.”
Saat Maria tanpa ekspresi mengatakannya, Kokone dan Haruaki bertukar pandang.
 
   
  +
“Hoho! Karena kalian itu rival?”
...Aku satu-satunya yang jantungnya terasa melompat saat mendengarnya.
 
   
  +
“Usui. Apa kamu juga bicara pada seseorang yang membodohimu juga menusuk ususmu dengan pisau tanpa berfikir dulu?”<!--Aku 'gak yakin ini bisa dipahami yang lain-->
“...err, jadi mari kita tinggalkan topik ini... Sekarang ke tujuan utama!! ‘Ayo mencari pakaian yang cocok untuk Mari-mari!’ Yah, hampir semua akan cocok untuknya, sih... tch, tubuh model sempurna ini!”
 
   
  +
"Hah?"
Kau tidak seharusnya menjadi yang mengeluh, menggingat kau berfoto untuk majalah fashion baru-baru ini.
 
   
  +
"Aku cuma bercanda."
“Kalau kupikir-pikir, kenapa masalah ini muncul ngomong-ngomong?””
 
   
  +
Setelah Maria mengatakannya dengan datar, Kokone dan Haruaki bertukar pandangan.
“Yah, dengarkan! Aku sering melihat Mari-mari dalam pakaian biasa saat liburan baru-baru ini, tapi kau tahu, dia benar-benar mengabaikan fashion! Pakaiannya tidak benar-benar buruk, sebenarnya, mereka cuma kurang menunjukkan kepribadian...
 
   
  +
…Aku satu-satunya orang yang terkejut karena komentar ini.
Dan saat aku bertanya tentang merk nya dia menjawab itu UNIQLO<ref>merek pakaian kasual jepang, link nya hilang hehehe...</ref>.”
 
   
  +
“…umm, lupakan topik ini… Sekarang ke tujuan utama kita! ‘Mari kita cari pakaian yang cocok untuk Mari-Mari!’ Yah, hampir semua cocok untuknya, sih… cih, tubuh sialanmu itu!”
“Tinggalkan bagaimana UNIQLO di masa lalu, UNIQLO yang sekarang memilliki nilai fashion yang tinggi. Mereka menawarkan berbagai produk berkualitas dengan harga murah, menjadi mungkin dengan usaha keras perusahaan mereka. UNIQLO adalah pilihan terbaik.”
 
   
  +
Tidak seharusnya kamu mengeluh, fotomu sendiri masuk majalah fashion belakangan ini.
“Aku memakai UNIQLO, juga, kau tahu! Tapi itu bukan apa yang aku maksud! Aku cuma berpikir, seperti... kau seharusnya berusaha untuk menjadi dirimu yang ideal, atau... Aah, sial! Hanya karena kau bisa menang dengan tubuhmu saja...!”
 
   
  +
“Omong-omong, kenapa mempermasalahkan ini?”
“Kiri, tenanglah! Kau setidaknya bisa mengalahkannya dengan dadamu!”
 
   
  +
“Yah, oke, 'gini! Aku selalu melihat Mari-Mari memakai pakaian biasa sewaktu liburan belakangan ini, tapi 'gini, dia ternyata mengabaikan gayanya! Pakaiannya memang tidak buruk, sih, hanya kurang berbeda dari yang lain… dan ketika aku menanyakan mereknya, dia bilang itu UNIQLO<ref>merek baju di jepang yang super murah. Bisa dibilang toko baju sejuta umat Jepang</ref>.”
“Cuma dengan dadaku?! Jangan bercanda, Haru! ...Aku juga bisa mengalahkannya dalam---“
 
   
  +
“Itu 'kan dulu, sekarang UNIQLO punya tingkat fashion yang tinggi. Mereka menawarkan produk kualitas tinggi dengan harga yang rendah yang berhasil karena usaha keras yang dilakukan perusahaannya. UNIQLO adalah pilihan terbaik.”
Kokone berhenti bicara, melihat ke arah Maria dari kepala sampai ujung kaki, dan merasa ngeri.
 
   
  +
“Asal kamu tau, aku pakai UNIQLO juga! Tapi bukan itu yang kumaksud! Maksudku itu… kamu harus berusaha menjadi dirimu sendiri, atau… Ah, sial! Hanya karena kamu bisa menang dengan tubuhmu saja…!”
“------Gak, gak mungkin... Aku tidak punya kesempatan?! Gwaah, itu tidak mungkin! Kau sebaiknya menjadi sesuatu seperti Idola seluruh dunia jadi aku bisa mengakui kalau kau <<cantik>> tanpa terluka!”
 
   
  +
“Santai, Kiri! Setidaknya kau bisa menang dengan dadamu!”
“...Ko-Kokone, penampilan itu hal yang subjektif bagaimanapun juga, kau tahu kan...”
 
   
  +
“Hanya dengan dadaku?! Jangan bercanda, Haru! …aku juga bisa mengalahkannya dengan—“
“Jadi siapa yang kau pikir lebih cantik, Kazu?”
 
   
  +
Kokone berhenti bicara, menatap Maria dari kepala hingga jari kakinya, dan berada dalam kehancuran.
“......”
 
   
  +
“—Tidak mungkin… Aku tidak bisa?! Gaah, ini tidak mungkin! Seharusnya kamu jadi sesuatu seperti idol dunia supaya aku bisa menganggapmu «cantik» tanpa merasakan sakit!”
“Kenapa kau tetap diam! Katakan kalau itu aku, walaupun itu bohong!”
 
   
  +
“…Ko-Kokone, tampang itu hanya masalah subjektif, ya, 'kan…”
“Yah, bukankah itu permintaan yang gak mungkin?”
 
   
  +
“Jadi siapa menurutmu yang lebih cantik, Kazu?”
“Diam kau, orang dengan penampilan buruk.”
 
   
  +
“……”
“Apa!? Aku dengan rendah hati bisa dikatakan setidaknya sedikit di atas rata-rata!”
 
   
  +
“Kenapa kamu diam saja! Bilang itu aku, meski itu bohong!”
Karena suara-suara mereka, pandangan para pembeli di sekitar mulai tertuju pada kami. ...Selalu sama seperti ini saat Kokone bersama kami.
 
   
  +
“Bukannya itu permintaan yang tidak mungkin?”
“H-Hey, Kokone, bisa kita sedikit...”
 
   
  +
“Diam, dasar manusia dengan pandangan lemah.”
Saat aku memanggilnya, dia melihatku dengan tatapan tajam. Uwa, aku merasakan bahaya...
 
   
  +
“Apa!? Maaf saja tapi aku ini diatas rata-rata!”
“Sejak awal, Kazu-kun, apa kau tahu apa yang paling tidak bisa kumaafkan dari pakaian Mari-mari? Itu adalah fakta kalau kau, hanya karena kalian memiliki tinggi yang sama, berbagi berbagai pakaian!”
 
   
  +
Karena kehebohan yang mereka buat, tatapan para pembeli di sekitar terfokus pada kami. …memang selalu seperti ini saat Kokone bersama kami.
“...eh? Tidak bolehkah kami?”
 
  +
  +
“H-Hei, Kokone, bisakah kita tenang sedikit…”
  +
  +
Ketika aku menatapnya, dia melihatku dengan tatapan menyeramkan. Waa, bahaya...
  +
  +
“Omong-omong, Kazu-kun, kamu tau apa yang tidak kusukai dari pakaian Mari-Mari? Itu karena, postur kalian sama, dan bisa saling membagi pakaian!"
  +
  +
“…eh? Memangnya tidak boleh?”
   
 
Mata Kokone melebar.
 
Mata Kokone melebar.
   
“.......Hah? Ekspresi terkejut macam apa itu? <<...eh? Tidak bolehkah kami?>> Sialan! Akal sehatmu mati! Aku, setidaknya, terkejut saat aku melihat kau memakai T-shirt yang dipakai Mari-mari di lain hari!”
+
“……Hah? Apa-apaan dengan ekspresi terkejut itu? «…eh? Memangnya tidak boleh» nenek lu! Kamu pasti tidak punya akal! Aku kage waktu kamu memakai baju yang sama dengan yang pernah Mari-Mari pakai di hari yang berbeda!”
   
Aku masih tidak mengerti apa yang dia maksud dan mengalihkan pandanganku kepada Haruaki.
+
Aku masih tidak mengerti dan memindahkan pandanganku pada Haruaki.
   
“Tidak, dia benar, kau tahu kan?
+
“Dia benar, loh.
   
...Aku ditolak mentah-mentah.
+
…Aku ditolak mentah-mentah.
   
“Jadi kau tipe orang seperti itu, kan? Tipe yang menghabiskan minuman di botol PET yang sudah diminum setengah, yang diberikan oleh gadis yang kau suka, tanpa masalah.”
+
“Kamu orang yang begitu, ‘kan? Yang menghabiskan sebotol minuman yang setengah-memabukkan, yang diberi cewek yang kamu suka tanpa masalah.”
   
“Bukankah itu normal...?”
+
“Bukankah itu wajar…?”
   
“My, my,” Haruaki mengayunkan tangannya dengan berlebihan seolah untuk menunjukkannya padaku dan mendesah. ...Reaksi macam apa itu.
+
“Oh, oh,” Haruaki melambai-lambaikan tangannya dengan berlebihan seperti untuk menunjukkanku sesuatu dan mengeluarkan desahan. …Reaksi macam apa itu.
   
“Haru, apa kau mengerti kenapa aku ingin dia membeli pakaian-pakaian baru?”
+
“Haru, kamu mengerti, 'kan, kenapa aku ingin Mari-Mari membeli pakaian baru?”
   
  +
“Tentunya!”
“Lebih dari cukup!”
 
   
   
Setelah mereka berdua bersekutu, pencarian pakaian untuk maria dimulai sesuai rencana Kokone. Akan tetapi, Maria sendiri tidak menyukai berbelanja sedikitpun dan karena itu hanya memberikan Kokone pendapat setengah hati pada pakaian-pakaian yang ditunjukkan padanya. Dan dari
+
Setelah mereka berdua beraliansi, pencarian kami untuk menemukan bajunya Maria dimulai seperti yang Kokone rencanakan. Tetapi, Maria sendiri tidak belanja dengan mewah dan hanya memberi Kokone jawaban setengah hati pada pakaian yang dia tunjukkan. Dan dari waktu ke waktu, Kokone memaksanya mencoba beberapa.
waktu ke waktu, Kokone memaksanya untuk mencoba beberapa pakaian.
 
   
Pada awalnya kupikir Kokone akan menjadi tidak senang karena Maria tidak membeli pakaian yang disarankannya, tapi ternyata Kokone menyeringai senang. Menurutnya, <<Itu sudah cukup menyenangkan memiliki gadis cantik sebagai boneka berdandan!>>. ...Sebagai pria aku tidak mengerti perasaannya.
+
Pada awalnya, kufikir Kokone akan merasa jengkel karena Maria tidak membeli pakaian yang dia pilih, tapi Kokone justru tersenyum dengan senang. Menurutnya «Sudah menyenangkan hanya memilki boneka super cantik yang bisa dibongkar-pasang pakaiannya!». …Sebagai seorang lelaki, aku tidak mengerti perasaannya.
   
Berbicara tentang pria yang lain di sini, Haruaki, dia terlihat senang cuma melihat pelanggan wanita lain dan para pegawai toko. Aku iri dengan cara pikirnya---yah, tidak juga. Tidak sama sekali.
+
Berbicara tentang lelaki lain di sini, Haruaki, ia terlihat senang dengan hanya melihat wanita lain dan penjaga tokonya. Aku cemburu terhadap cara berfikirnya—yah, tidak juga, sih. Tidak sama sekali.
   
Aku meminta pada Kokone, yang penuh semangat sampai aku heran dari mana dia memperoleh semua tenaga itu, untuk beristirahat. Sudah tiga jam berlalu hingga akhirnya permintaanku baru dipenuhi.
+
Aku meminta pada Kokone, yang begitu bersemangat yang kuheran darimana dia mendapatkan energi sebanyak itu, untuk beristirahat. Dia tidak mengindahkan permintaan ini sampai 3 jam kemudian.
   
Hah... akhirnya untuk sementara aku bebas.
+
Hah… akhirnya aku terbebaskan.
   
  +
“…Haruaki, kamu bersemagat, ya.”
“...Haruaki, kau terlihat bahagia.”
 
   
“Yeah! Aku menghabiskan waktu ini dengan tujuan menilai para wanita cantik, kau tahu. Ah, itu sangat hebat! Secara pribadi favoritku adalah gadis penjaga toko yang sebelumnya.”
+
“Tentu! Kau tau, aku menghabiskan waktu ini untuk menilai gadis-gadis cantik. Ah, tadi itu luar biasa! Favoritku itu si penjaga toko yang sebelumnya.”
   
Semangat tinggi Kokone dimanjakan.
+
Semangat Kokone terpatahkan.
   
“Dia sedikit mirip dengan Ketua Osis kita. Tidakkah kau berfikir begitu, juga, Hoshii?”
+
“Dia mirip ketua OSIS kita. Ya, 'kan, Hoshii?”
   
“Eeeh~~...kau pikir begitu~?,” Kokone membalas. “Ketua Osis kita jauh lebih keren... ah, sekarang setelah kau menyebutkannya, apa kalian tahu tentang <<Tiga Manusia Super>>?”
+
“Eeeeh~~ masa sih~?” Bantah Kokone. “Ketua OSIS kita jauh lebih keren… ah, benar juga, kalian tau tentang «Tiga Manusia Super»?”
   
“Aku tahu mereka. “...Yah, itu tidak mungkin tidak sampai telingaku.
+
"Aku tau." "Mustahil hal semacam itu 'gak sampai ke telingaku."
   
Aku satu-satunya yang tidak tahu, seperti yang terlihat.
+
Mungkin cuma aku yang tidak tau soal ini.
   
...Apa itu <<Tiga Manusia Super>>?
+
"...«Tiga Manusia Super» ini apa?"
   
“Lihat, bukankah ada satu murid tiap tahun dengan nilai yang luar biasa? Karena mereka bertiga memiliki kepribadian yang spesial selain nilai mereka, seseorang menyebut mereka sebagai <<Manusia Super>>. Dan istilah ini sangat cocok sehingga itu tersebar luas.”
+
“'Gini, setiap tahun selalu ada satu murid dengan nilai yang luar biasa, 'kan? Karena mereka bertiga memilki karakteristik yang spesial selain nilainya, seseorang menganggap mereka seperti «Manusia Super». Dan istilah ini sangat cocok sampai jadi populer.”
   
“...Apa mungkin Maria juga termasuk di dalamnya?”
+
“…Apa Maria termasuk salah satunya?”
   
“Yeah. Aku tidak peduli bagaimana mereka memanggilku, tapi aku tidak suka tampil terlalu mencolok.”
+
“Ya. Aku tidak peduli tentang bagaimana mereka memanggilku, tapi aku tidak suka tersangkut terlalu jauh.”
   
Tidak... apa yang kau katakan setelah kejadian di upacara pembukaaan itu?
+
Tunggu… lalu apa maksud dari pemandangan yang kamu buat di upacara penerimaan?
   
“Yah, Mari-mari adalah satu dari kelas satu, ketua osis adalah satu yang lainnya dari kelas tiga. Dan satu dari kelas dua adalah---“
+
“Yah, Mari-Mari adalah nomor 1 di tahun pertama, ketua OSIS adalah nomor 1 di tahun ketiga. Dan tahun keduanya adalah—“
   
Kokone berhenti di tengah kalimat. Seseorang bisa melihat dengan jelas bagaimana moodnya jatuh.
+
Kokone berhenti di pertengahan kata-katanya. Hanya satu yang bisa menjelaskan hal ini.
   
...jadi yang terakhir adalah Daiya.
+
…yang terakhir adalah Daiya.
   
Daiya menghilang setelah mengumumkan sebagai ‘pemilik’ kepada kami di kantin sekolah. Dia tidak kembali ke sekolah lagi dan tidak pula di rumah.
 
   
  +
Daiya menghilang tepat setelah ia mengumumkan statusnya sebagai 'pemilik' di kafeteria sekolah. Ia tidak kembali ke sekolah dan tidak di rumah juga.
Tanpa meninggalkan satu pesan pun untuk Kokone dan Haruaki.
 
   
  +
Tanpa meninggalkan sepatah kata pun untuk Kokone dan Haruaki
Kokone sangat marah tentang hal ini. Dia tidak mampu memahami kenapa dia tiba-tiba menghilang tanpa mengatakan apapun padanya. Tentu saja, sebenarnya, dia hanya khawatir padanya.
 
   
  +
Kokone sangat marah akan hal ini. Dia tidak mengerti kenapa ia menghilang tiba-tiba tanpa memberitau apapun padanya. Tentu, dia hanya khawatir pada Daiya.
Aku kira Kokone menganggap menghilangnya Daiya sebagai masalah sementara. Itulah kenapa dia bisa marah. Tapi aku... Aku tidak berfikir ini adalah keadaan yang sementara.
 
   
  +
Kurasa Kokone menganggap kepergiannya sebagai masalah sementara. Itu kenapa dia marah. Tapi aku… aku tidak yakin ini hanya sementara.
Pada akhirnya, Daiya---sudah memperoleh sebuah ‘kotak’.
 
   
  +
Karena Daiya— mendapatkan “kotak”.
Dia menjadi terputus dari kehidupan sehari-hari kita.
 
   
  +
Ia jadi terputus dengan keseharian kami.
Setelah menghabiskan karamel macchiato dengan sekali teguk sambil cemberut, Kokone mendesah dan mulai berbicara.
 
   
  +
Setelah menghabiskan karamel macchiatonya<ref> Caffè macchiato adalah minuman kopi yang dibuat dengan mencampurkan espresso dengan susu. Source : [[https://id.wikipedia.org/wiki/Caffè_macchiato|Wikipedia]] </ref> dalam sekali tegukkan dengan serius, Kokone mendesah dan kembali berbicara.
“Bagaimanapun juga, kesampingkan si brengsek itu, intinya adalah para <<Tiga Manusia Super>> itu tidak normal.”
 
   
  +
“Pokoknya, lupakan saja si brengsek itu, intinya adalah «Tiga Manusia Super» itu tidak normal.”
“Aku bisa mengerti hal ini kalau mengenai Maria dan Daiya... tapi apakah ketua osis juga sangat mengagumkan?”
 
   
  +
“Aku mengerti soal Maria dan Daiya… tapi memangnya si ketua OSIS itu juga sehebat mereka?”
“Dia sangat mengagumkan! Rupanya nilainya dengan mudah akan cukup untuk memasuki Universitas Tokyo, sebagai anggota klub track-and-field dia ikut dalam perlombaan nasional lari jarak dekat dan lompat jauh, dan di Osis, dia menutup peraturan-peraturan sekolah yang sudah ketinggalan zaman. Tapi sepertinya fakta-fakta kecil ini bahkan tidak diperlukan untuk menyadari bagaimana mengagumkannya dia.”
 
   
  +
“Dia menakjubkan! Ternyata dengan nilainya dia dapat dengan mudah memasuki Universitas Tokyo; sebagai anggota klub lari, dia mengikuti lomba lari jarak pendek dan lomba lompat panjang; dan dia adalah seorang ketua OSIS, dia mengubah aturan sekolah yang kuno itu. Tapi sepertinya hal ini tidak diperlukan untuk mengetahui seberapa menakjubkannya dia.”
“...apa maksudnya?”
 
   
  +
“… maksudnya?”
“Menurut cerita kecil yang mencapai telingaku, ketua tidak kelihatan secepat itu saat latihan. Dia bahkan kalah dari anggota lain kadang-kadang. Tapi pada hal yang sebenarnya, dia hampir selalu memperoleh waktu terbaiknya dan menang.”
 
   
  +
“Menurut gosip yang sampai ke telingaku, dia tidak terlihat cepat ketika latihan. Bahkan kadang kalah oleh anggota lain. Tapi ketika serius, dia hampir selalu mencetak waktu terbaik dan menang.”
“Jadi, dia menahan diri saat latihan?”
 
   
  +
“Jadi, dia hanya menahan diri waktu latihan?”
“Sepertinya tidak. <<Alasan dari latihan adalah untuk meningkatkan kekuatanmu. Alasan dari pertandingan lari yang sesungguhnya adalah untuk menang. Itu wajar kalau aku menjadi yang tercepat saat pertandingan lari karena aku berkonsentrasi sepenuhnya untuk memanfaatkan seluruh kekuatanku.>> itu apa yang dia katakan. ...Apa yang kau pikirkan? Dia sepertinya sedikit aneh, tapi tidakkah dia entah bagaimana mengagumkan.”
 
   
  +
“Sebenarnya tidak. «Alasan dari sebuah latihan adalah untuk meningkatkan kemampuanmu. Alasan dari balapan sungguhan adalah untuk menang. Sudah sewajarnya aku jadi yang tercepat ketika balapan sungguhan. Ketika aku mengkonsentrasikan seluruhnya pada kekuatan.» adalah yang dia katakan. …Bagaimana menurutmu? Dia mungkin agak aneh, tapi bukankah dia itu menakjubkan?”
“...Yeah. Dia seolah seperti manusia dari dimensi yang berbeda.”
 
   
  +
“…memang. Dia terasa seperti manusia dari dimensi lain.”
“Tepat~”---sambil mengatakannya, dia memastikan kalau gelas kami sudah kosong dan tersenyum puas.
 
   
  +
“Tepat sekali~”—ketika mengatakannya, dia menyadari bahwa gelas kami sudah habis dan tersenyum puas.
“Baiklah kalau begitu! Ayo kembali ke waktunya-mendandani-Mari-mari!”
 
   
  +
“Oke! Mari kita kembali pada waktu-Mari-Mari-berdandan!”
Sejujurnya, lebih dari kebosanan ini melelahkan...
 
   
  +
Jujur, kalau terus melakukan kebosanan itu melelahkan…
“Ko-Kokone, sebentar lagi waktunya makan malam di rumah, jadi aku harus pelan-pelan...”
 
   
  +
“Ko-Kokone, sebentar lagi waktu makan malam, jadi aku sebaiknya…”
“Eeh~...”
 
   
  +
“Eeh~…”
Kokone mengatupkan bibirnya.
 
   
  +
Kokone mengerutkan bibirnya.
“Kalau begitu satu lagi saja! Ada sesuatu yang sepenuhnya ingin kupakaikan pada Mari-mari!”
 
   
  +
“Kalau begitu satu lagi! Ada satu hal yang kuingin Mari-Mari memakainya!”
   
Kokone membawa kami secepatnya menuju sebuah toko yang sangat jelas memancarkan aura berbeda dari yang lain. Sebagian besar pakaiannya hitam dan berjumbai-jumbai aneh.
 
   
  +
Kokone akhirnya membawa kami ke toko yang atmosfirnya justru mengambil dari toko lain. Kebanyakan warna pakaiannya adalah hitam dan berjumbai-jumbai.
“Ini pasti sangat cocok untukmu! Gothloli-Mari-mari-tan, haah haah.”
 
   
  +
“Ini pasti sangat cocok denganmu! Gothloli-Mari-Mari-tan<ref>Susah dibayangkan? Well, aku juga, jadi, search saja : Gokou Ruri</ref>, haah haah”
Pakaian yang dibawa oleh Kokone yang sangat bersemangat adalah gaun hitam dengan banyak rumbai. Cukup dapat dimengerti, Maria mengubah air mukanya sedikit saat menerimanya.
 
   
  +
Dengan senangnya Kokone membawa gaun hitam yang berjumbai-jumbai. Maria sedikit mengalihkan pandangannya ketika menerima gaun itu, memang wajar.
“......kau ingin aku memakainya?”
 
   
  +
“… …kamu ingin aku mengenakan ini?”
“Tentu saja! ...ngomong-ngomong, apa pendapatmu tentang Gothloli?”
 
   
  +
“Tentu! …omong-omong, bagaimana pendapatmu tentang Gothloli?”
“Mereka terlihat seperti tidak berasal dari bumi bagiku.”
 
   
  +
“Mereka sepertinya hidup di dunianya sendiri.”
“Sangat cocok untukmu kalau begitu, benar kan!”
 
   
  +
“Sama seperti kamu, 'kan!”
Eeeeh! A-Apa apaan dengan pernyataan kasar ini!
 
   
  +
Weeeh! A-Apa-apaan dengan pernyataan menghina itu!
Aku melihat segan ke arah Maria. Untungnya perhatiannya terpusat pada gaun yang Kokone berikan padanya, jadi dia sepertinya tidak menghiraukan pernyataan Kokone barusan.
 
   
  +
Aku melihat Maria dengan perlahan. Untungnya, dia sangat terpaku dengan gaun yang Kokone berikan dan dia bahkan tidak memikirkan pernyataan tadi.
Kokone menggumamkan sesuatu seperti,”Kemudian kita butuh hiasan kepala... atau sebuah topi kecil mungkin juga bagus!,” dan mencari ke bagian aksesoris.
 
  +
  +
Kokone menggumamkan sesuatu seperti, “Lalu kita butuh aksesoris kepala… atau topi kecil juga akan terlihat bagus!” dan menelusuri bagian aksesoris.
   
 
Maria mendesah.
 
Maria mendesah.
   
“...Kalau kau tidak ingin memakainya, kau sebaiknya menolaknya dengan baik.”
+
“…kalau kamu tidak mau, lebih baik kamu tolak saja.”
   
Maria melihat berulang antara wajahku dan gaun Gothloli itu dan mengatakan dengan suara rendah,
+
Maria melihat wajahku dan gaun Gothloli dengan bergantian dan berkata dengan tenang,
   
“Apa kau ingin melihatnya juga?”
+
“Apa kamu ingin melihatnya juga?”
   
 
“Eh?”
 
“Eh?”
   
“Aku bertanya apakah kau ingin melihatku memakai gaun Gothloli ini juga.
+
“Aku tanya apa kamu ingin melihatku menggunakan gaun Gothloli ini juga."
  +
  +
Aku tidak bisa menangkap maksud pertanyaan ini, tapi aku memutuskan menjawab dengan jujur.
  +
  +
“…ummm, kalau boleh kubilang, aku memilih untuk melihatnya.”
   
  +
“Oh. Jika kamu begitu ingin melihatnya, maka akan kugunakan."
Aku tidak dapat menangkap maksud dari pertanyaan ini, tapi aku memilih menjawab sejujurnya.
 
   
  +
“…tidak, aku tidak bilang—“
“...umm, kalau aku harus bilang maka aku juga ingin melihatnya.”
 
   
  +
“Aku menggunakan ini hanya karena kamu menyuruhku, jadi itu loh. Ya ampun, kamu begitu tidak bisa menahan diri.”
“Aku mengerti. Kalau kau sangat ingin melihatnya, aku akan memakainya.”
 
   
  +
……… umm.
“...tidak, aku tidak bilang---“
 
   
  +
Apa itu artinya Maria ingin memakainya?
“Aku memakainya hanya karena kau memintaku, camkan itu. Geez, kau benar-benar pemaksa.”
 
   
......umm.
 
   
  +
Lalu Maria berubah menjadi Gothloli.
Mungkinkah itu Maria ingin memakainya?
 
   
  +
“OMG<ref>O Em Ji : Oh my god. / ya tuhan</ref>, OMG, OMG! Mari-Mari, i-injak aku! Dengan kaki milikmu, injak aku!!”
Dan kemudian, Maria berubah menjadi Gothloli.
 
   
  +
Wah, apa yang harus kita lakukan? Kokone baru saja hancur…
“Ya Tuhan, ya Tuhan, ya Tuhan! Mari-mari, in-injak tubuhku! Dengan kakimu itu, injak tubuhku!”
 
Uwa, apa yang harus kami lakukan. Kokone baru saja rusak....
 
   
“Pilihanku benar-benar terlalu tepat. Tidakkah kau berfikir begitu juga, Kazu-kun?!”
+
“Pilihanku sudah terlalu benar. Ya, 'kan, Kazu-kun?!”
   
 
“Y-Ya.”
 
“Y-Ya.”
   
Itu cocok untuknya, tak perlu diragukan lagi. Haruaki mengangguk puas dan beberapa penjaga toko mengintip ruang ganti. Itu cocok dengannya sebanyak itu.
+
Itu sangat cocok dengannya. Haruaki juga mengangguk dengan puas dan beberapa penjaga toko melirik ke dalam ruang ganti. Saking cocoknya sampai begitu.
  +
  +
Maria sendiri, dia tidak tau harus berekspresi seperti apa dan justru menyilangkan tangannya tanpa melihat hal lainnya dengan serius.
   
 
“Oi Kazu-kun, itu saja?”
 
“Oi Kazu-kun, itu saja?”
   
“...apa maksudmu?”
+
“…Apa maksudmu?”
   
“Kau seharusnya menunjukkan sesuatu yang lebih...seperti, kegembiraan. Aku ingi melihat sesuatu seperti adegan manis drama tingkat tiga mulai dari kau membuka mulutmu dalam kekagetan dan menggumamkan <<Sangat cantik...>>, yang lalu dijawab Mari-mari sambil mencoba menyembunyikan rasa malunya dengan mengatakan sesuatu seperti <<Hmpf, jadi kau menyukaiku tiba-tiba hanya karena aku terlihat seperti ini?>> itu membuat Kazu membantah dengan <<Ti-Tidak, kau selalu cantik! Kau sangat cantik, Maria!>> dan pada akhirnya berakhir dengan kalian berdua bermuka merah! Karena aku akan menghajarmu kemudian kalau begitu.”
+
“Kamu seharusnya menunjukkan lebih… seperti, kesenangan. Aku ingin kamu terlihat seperti di drama bintang tiga di mana kamu ternganga dalam ketakjuban dan bergumam «Sangat cantik…», dan Mari-Mari mencoba menyembunyikan rasa malunya dan mengatakan «Hmpf, jadi kamu menyukaiku hanya karena aku terlihat seperti ini?» itu membuat Kazu-kun menjawab dengan «T-Tidak, kamu selalu cantik! Kamu sangat cantik, Maria!» dan keduanya berakhir dengan wajah merah! Karena aku hajar kalian setelahnya.”
   
“......Aku tidak bisa.”
+
“… …Aku tidak bisa.”
   
“Laki-laki yang menyedihkan. Di bar karaoke, kau tipe yang hanya menyanyikan lagu balada yang orang lain tidak tahu, benar kan? Dan aku cukup yakin kau adalah jenis yang bernyanyi tidak dengan bagus maupun buruk, jadi tidak ada yang akan memasukkan Tsukkomi [link]. ...Aah, sudah jangan pikirkan Kazu-kun. Katakan, katakan, Mari-mari, boleh kuambil fotomu?”
+
“Menyedihkan. Di tempat karaoke, kamu satu-satunya yang menyanyi lagu ballad yang tidak diketahui orang lain, 'kan? Dan aku yakin kamu adalah orang yang menyanyi entah bagus maupun jelek, jadi tidak ada yang bisa memasukkan Tsukkomi<ref>contohnya : di Gintama atau di anime-anime komedi biasanya ada yang suka memarahi karakter yang jadi bego / salah. Itulah tsukomm, mungkin?</ref>. …Aah, jangan fikirkan, Kazu-kun. Hei, hei, Mari-Mari, boleh aku foto?”
   
  +
“Tidak."
“Di luar pertanyaan.”
 
   
Maria mengatakannya dengan pandangan masih teralih dan tangan menyilang.
+
Maria mengatakannya dengan pandangan yang masih dipalingkan dan tangan yang disilangkan.
   
...Oh? Apakah dia sebenarnya merasa malu mengenakan gaun itu?
+
…Oh? Apa dia justru merasa malu karena mengenakan gaun ini?
   
“Hentikan seringai lebarmu itu, Kazuki.”
+
“Jangan tersenyum lebar seperti itu, Kazuki.”
   
 
“Eh?”
 
“Eh?”
   
“Kau baru saja membuat wajah mesum. Jadi kau ingin mempermalukanku dengan menggunakan pakaian semacam ini, benar kan?”
+
“Kamu baru saja memasang wajah mesum. Jadi kamu ingin menghinaku dengan membuatku mengenakan gaun seperti ini, bukan?”
   
“Bu-bukan itu.”
+
“B-Bukan begitu.”
   
 
“Ke sini sebentar.”
 
“Ke sini sebentar.”
   
Aku mempersiapkan diri untuk dimarahi dan berdiri di depan Maria dengan kepala menunduk. Gothloli Maria terlihat berkuasa dengan kedua tangan menyilang.
+
Aku bersiap untuk ditegur dan berdiri di hadapan Maria dengan kepala yang menengadah kebawah. Gothloli Maria terlihat seperti seorang penguasa dengan tangan yang disilangkan.
   
“Apa ini cocok untukku?”
+
“Apakah ini cocok denganku?”
   
Kenapa dia menanyakan hal ini? Saat aku masih keheranan, aku mengangguk.
+
Kenapa dia bertanya? Ketika melamunkannya, aku mengangguk.
   
“Aku mengerti.”
+
“Oh.”
   
Maria melepas hiasan kepala dari kepalanya. Melihat ke arah hiasan kepala ini, ujung bibirnya terangkat dan,
+
Maria melepas aksesoris kepalanya yang berjumbai-jumbai itu dari kepalanya. Melihat ke arah aksesoris itu, ujung mulutnya terangkat dan,
   
“...Huh?”
+
“…Hah?”
   
Untuk suatu alasan dia meletakkannya di atas kepalaku.
+
Entah kenapa dia menaruhnya diatas kepalaku.
   
“Yeah, itu cocok untukmu, juga!”
+
“Yah, itu cocok denganmu juga!”
   
“......Hah?”
+
“… …Hah?”
   
Maria terlihat sangat senang.
+
Maria terlihat sangat terhibur.
   
“Aku mengenakan pakaian ini karena kau sangat ingin aku melakukannya. Benar seperti itu kan?”
+
“Aku mengenakan ini karena kamu sangat ingin aku melakukannya. Bukan begitu?”
   
“...umm.”
+
“… …Ya.”
   
  +
“Artinya: karena aku mengabulkan permintaan sepihakmu, akan adil kalau kamu mengabulkan permintaanku sekarang. Bukan begitu?”
“Benar seperti itu kan?”
 
   
  +
“…Ya…mungkin.”
“......Ya.”
 
   
  +
“Gaun ini sangat cocok untukku. Kita memiliki ukuran tubuh yang sama. Artinya, kamu bisa menggunakan ini juga.”
“Itu berarti karena aku mendengarkan satu permintaanmu yang egois itu, aku rasa baru akan adil kalau kau juga mendengarkan satu permintaaanku kali ini. Kau setuju?”
 
   
  +
“… …”
“...Aku... kira juga begitu.”
 
   
  +
Maria melanjutkannya dengan suara yang kuat yang tidak mengizinkan penolakan apapun.
“Gaun ini pas untukku. Ukuran pakaian kita sama. Dengan kata lain, kau bisa mengenakannya juga.”
 
   
“......”
+
“Pakai.”
   
Maria meneruskannya dengan suara kuat yang tidak mengijinkan penolakkan,
 
   
“Cepat pakai.”
 
   
  +
Dan sial, aku jadi Gothloli.<!--kutambah 'dan sial'-->
   
Dan demikian aku menjadi Gothloli.
 
   
   
  +
“Uh…”
“Uuh...”
 
   
Aku mengeluh saat melihat diriku di ruang ganti.
+
Aku mengerang saat aku melihat diriku di ruang ganti.
   
Jadi Maria menggunakannya sebelumnya merupakan bagian dari rencana untuk membuatku berpenampilan seperti ini. Untuk tujuan ini dia membuat situasi dimana aku tidak bisa menolak.
+
Jadi mengenakannya pertama adalah bagian dari rencana Maria untuk mengubahku jadi seperti ini. Pada akhirnya, dia ingin membuat situasi di mana aku tidak bisa menolak.
   
Kalau dipikir lagi, dia melihat bergantian antara gaun ini dan aku sebelumnya.
+
Omong-omong, dia sudah melihat antara gaun dan aku tadi.
   
  +
“…Maria. Kenapa aku harus mengenakan ini…?”
“Oi, apa kau belum selesai berganti pakaian, Kazuki? Cepat buka pintunya.”
 
   
  +
“Tentu karena aku —tanpa bermaksud mengejek— sangat ingin melihatmu jadi Gothloli. Tentu, termasuk agar kamu jadi merasa malu.”
“...Maria. Kenapa aku harus memakai pakaian ini...?”
 
   
  +
Setelah sekian lama, Maria kembali menindas diriku!
“Tentu saja karena aku sangat ingin melihatmu sebagai Gothloli sampai itu tidak lucu. Tentu saja, itu termasuk saat kau merasa malu.”
 
   
  +
Aku tidak bisa diam di sini selamanya. Aku bersiap-siap dan membuka pintunya.
Ini adalah kejahilan yang dilakukan Maria setelah sekian lama...!
 
   
  +
“Gyahahahahahaha—“
Aku tidak bisa tinggal di sini selamanya. Aku mempersiapkan diriku dan membuka pintu.
 
   
  +
Kokone langsung menunjukku dan mulai tertawa. Hanya Maria, Kokone dan Haruaki yang seharusnya ada di depan ruang ganti, tapi entah kenapa ada juga penjaga toko dan beberapa pelanggan lain. Eksekusi publik macam apa ini…
“Gyahahahahahaha-“
 
   
  +
“Kyahahaha, Kazuko-chan, kamu sangat manis!”
Kokone langsung menunjuk ke arahku dan mulai tertawa. Cuma Maria, Kokone, dan Haruaki yang seharusnya ada di sini di depan ruang ganti, tapi karena suatu hal di sini juga ada pegawai toko dan beberapa pengunjung yang tidak ada hubungannya. Eksekusi publik macam apa ini...
 
   
  +
Ketika mengatakannya, Kokone mengambil ponselnya dan membalikannya ke arahku. … …Kumohon jangan….
“”Kyahahaha, Kazuko-chan<ref>perempuan Jepang biasanya memiliki nama yang di akhiri dengan ‘o’</ref>, kau sangat imut!”
 
   
  +
“B-Berhenti! Jangan ambil foto!”
Saat mengatakannya, Kokone mengambil telepon genggamnya dan mengarahkannya ke arah ku. ......Kumohon jangan...
 
   
  +
“Tidak mungkin. Aku harus.”
“Hen-hentikan! Jangan memotret!”
 
   
  +
Bukan hanya Kokone, tapi juga Haruaki bahkan Maria mengambil foto diriku. Padahal dia tidak membiarkan siapapun mengambil fotonya!”
“Gak mungkin. Aku harus.”
 
   
  +
“Jangan khawatir, Kazuki. Itu manis.”
Bukan hanya Kokone, tapi juga Haruaki, dan bahkan Maria mulai memotretku. Meskipun dia tidak mengijinkan seorangpun mengambil fotonya!
 
   
  +
Maria mengeluarkan pujian yang mengerikan.
“Jangan khawatir, Kazuki. Kau tampay imut.”
 
   
  +
“Baiklah, terkirimkan!”
Maria mencoba menyemangatiku dengan pernyataan ambigu.
 
   
  +
“T-Tunggu Kokone! K-Ke mana kamu mengirimkannya?!”
“Selesai, dan terkirim!”
 
   
  +
“Ha? Tentu pada Kasumi!”
“Tu-tunggu sebentar Kokone! Ke-kepada siapa kau mengirimkannya barusan?!”
 
   
  +
“A-Apa yang kamu lakukan?! S-Selain itu, bukannya kamu yang bilang kita tidak boleh memberitaunya kalau kita pergi ke mall?!”
“Ha? Ke Kasumi, tentu saja!”
 
   
  +
“Apa kamu bodoh, Kazu-kun? Ada sesuatu yang disebut ‘prioritas’!”
“Ap-apa yang kau lakukan?! Bukannya sejak awal, kau bilang kita tidak boleh mengatakan padanya kalau kita pergi ke mall?!”
 
   
  +
Kamu adalah yang terbodoh di kelompok ini, Kokone! Ini terlalu kejam!
“Apa kau bodoh, Kazu-kun? Di dunia ini ada sesuatu yang kita sebut ‘prioritas’!”
 
   
  +
…ponselku langsung bergetar. Aku membukanya dengan perlahan. Ada sebuah e-mail baru. Nama pengirimnya adalah «Mogi Kasumi».
Kau yang paling bodoh di antara kita, Kokone! Ini terlalu kejam!
 
   
  +
Isinya hanya tertulis satu kata.
...telepon genggamku bergetar sesaat kemudian. Aku membukanya ragu-ragu. Ada sebuah email baru. Nama pengirimnya adalah <<Kasumi Mogi>>.
 
Pesannya hanya berisi satu kata.
 
   
  +
«Manis ♥»
<<Imut ♡>>
 
   
Aku tidak peduli lagi!
+
Aku tidak peduli lagi!
   
   
<p style="font-size:2em; text-align: center;"></p>
+
<p style="font-size:2em; text-align: center;">&#10037;</p>
   
   
Aku terbangun karena bau busuk yang hampir membuatku sakit kepala.
+
Aku terbangun di tempat yang baunya sangat busuk dan hampir membuatku sakit kepala.<!--Akhirnya, terrornya kembali dimulai!-->
   
“Eh...?”
+
“Eh…?”
   
Kebingungan karena hal ini, suara itu keluar dari mulutku. Hal terakhir yang kuingat adalah saat aku berbaring ke kasur untuk melupakan kejadian yang hampir membuatku menderita karena trauma untuk seumur hidupku. Sesudah itu, mungkin aku tertidur---
+
Bingung dengan perubahan ini, aku membiarkan suaraku keluar. Hal terakhir yang bisa kuingat adalah aku terjatuh di atas kasur untuk melupakan kejadian yang membuatku trauma seumur hidupku. Setelah itu, mungkin aku tertidur—
   
---Jadi, dimana aku?
+
—Jadi, dimana aku?
   
Sangat gelap di sini dan hawanya terasa seolah seseorang merebus segala sesuatu dalam panci panas. Hawa ini seolah menempel kuat pada tubuhku. Sangat kuat, keseluruh tubuhku.
+
Disini sangat gelap dan udaranya seperti ada seseorang yang merebus semua keinginan dalam sebuah kuali yang panas. Udaranya dengan kuat melekat pada tubuhku. Dengan kuatnya, pada seluruh tubuhku.
   
  +
Dengan perlahan aku bangkit.
Aku bangun dengan malas.
 
   
Dunia yang tampak di depanku. Gelap, gelap, kegelapan murni yang hampir menyerbu kedua bola mataku. Aku berhasil menahan diri agar tidak pingsan dan tetap berdiri.
+
Dunia yang berada di hadapanku. Hitam, hitam, hitam murni yang hampir menyerang bola mataku. Aku berhasil menahan diriku dari kehilangan kesadaran dan bertumpu pada tanah.
   
Di dalam kegelapan ini, aku menyadari sebuah cahaya redup. Cahaya itu berkedip dengan warna biru-putih. Cahaya itu mirip cahaya yang dibuat jebakan serangga yang membakar serangga dengan listrik bertegangan tinggi yang biasanya ditaruh di depan toko. Meskipun aku memiliki persaan kalau seharusnya aku tidak mendekati cahaya itu, kakiku mulai bergerak seolah tertarik padanya.
+
Dalam kegelapan, aku melihat cahaya yang samar. Berkedip dengan cahaya putih-kebiruan. Seperti cahaya yang dipancarkan oleh pembunuh serangga bertegangan tinggi yang biasa di tempatkan di depan toko. Meski aku memiliki perasaan untuk tidak mendekati cahaya ini, kakiku mulai berjalan seperti aku memang tertarik dengan itu.
   
Jarakku dengan cahaya itu sekitar lima meter. Namun chaya itu seolah menjauh setiap kali aku melangkah; persepsiku mengabaikan kenyataan dan memperjauh jarak ini.
+
Jarakku dengan cahaya itu sekitar lima meter. Tetapi, terlihat seperti menjauh setiap kali aku melangkah; persepsiku menolak kenyataan dan memperbesar jarak ini.
   
  +
Ah—
Guni---
 
   
Kakiku mengenai sesuatu.
+
Kakiku menyentuh sesuatu.
   
Aku menundukkan pandanganku.
+
Aku menjatuhkan pandanganku.
   
  +
“—HII”
“------HII”
 
   
 
Itu adalah tubuh seorang gadis.
 
Itu adalah tubuh seorang gadis.
   
“Uh, ah, hya! Ha, ha, haa---“
+
“Uh, ah, hya! Ha, ha, haa—“
   
Menenangkan nafasku yang tersegal, aku menatap ke arahnya. Dia adalah gadis muda dengan rambut panjang dan mengenakan gaun tidur yang asing bagiku---Tidak, aku kira aku pernah melihatnya di suatu tempat sebelumnya. Mungkinkah dia kenalan ditingkat dimana aku bisa mengingatnya samar-samar...?
+
Menenangkan nafas liarku, aku melihat padanya. Seorang wanita yang mengenakan piyama nan tidak kukenal—Tidak, kurasa aku pernah melihatnya di suatu tempat sebelumnya. Mungkinkah dia kenalanku saat aku bisa sedikit mengingatnya…?
   
 
Dia tidak bernafas.
 
Dia tidak bernafas.
   
Tapi dia tidak mati. Dia mungkin saja ‘terhenti’.
+
Tapi dia tidak mati; ia mungkin “berhenti”.
   
Aku memastikan pakaianku. Pakaian yang sama yang kupakai saat tertidur---sebuah T-shirt bukan piyama dan celana pendek.
+
Aku memastikan pakaianku. Pakaian yang sama seperti ketika aku tidur— sebuah kaos dan celana pendek.
   
Aku mengerti. Kami berdua mungkin dibawa ke sini saat kami tidur.
+
Aku mengerti. Kami berdua mungkin dibawa kemari ketika tertidur.
   
Seperti ini---kami <u>dimasukkan ke dalam ‘kotak’ ini</u>.
+
Seperti—kami <u>dimasukkan kedalam 'kotak'</u>.
   
Aku pada akhirnya sampai di depan cahaya biru-putih itu. Setelah kuamati, itu terlihat sepeti mesin game tua yang muncul di rumah penginapan Onsen<ref>pemandian air panas</ref> terpencil. <<Kingdom Royale>> tertulis di layarnya, yang sepertinya merupakan judulnya.
+
Aku akhirnya sampai di depan cahaya putih-kebiruan. Setelah dilihat-lihat, itu seperti sebuah mesin Ding-Dong<ref>pernah ke timezone? Pernah lihat sesuatu seperti alat yang mencapit boneka atau semacam Arcade dengan Animal Kaiser atau semacamnya? Itulah dingdong.</ref> tua yang dimiliki penginapan dengan pemandian air panas terpencil. «Perebutan Kerajaan» tertulis di layarnya, yang mungkin adalah judulnya.
   
 
Di samping mesin ini aku melihatnya.
 
Di samping mesin ini aku melihatnya.
   
“......Daiya.”
+
“… …Daiya.”
   
Dia berdiri di sana, penampilannya tidak berubah dari sebelumnya, dengan tindikkan di kedua telinganya.
+
Ia berdiri di sana, tidak berubah dari saat kepergiannya, hanya saja dengan anting di kedua telinganya.
   
“Lama tak jumpa, Kazu. Hampir dua bulan?”
+
“Lama tidak bertemu, Kazu. Sudah hampir dua bulan?”
   
Dia berkata seolah memulai percakapan kecil. Ada banyak hal yang ingin kutanyakan padanya, tapi aku menanyakan pertanyaan yang lebih jelas terlebih dahulu.
+
Ia mengatakannya seperti memulai pembicaraan kecil. Ada banyak hal yang ingin kutanyakan, tetapi aku menanyakan pertanyaan yang sudah jelas dulu.
   
“...Apa ini ‘kotak’ mu?
+
“Apa ini 'kotak'-mu?
   
“Apa aku perlu menjawabnya?”
+
“Apa perlu kujawab?”
   
Tentu saja. Dia dengan jelas menggunakan ‘kotak’ nya pada akhirnya.
+
Tepat sekali. Ia jelas-jelas menggunakan 'kotak'-nya.
   
“Kebosanan---ada orang-orang yang menghancurkan otak mereka sendiri hanya untuk kabur dari binatang buas ini.”
+
“Kebosanan—ada banyak orang yang menghancurkan otaknya sendiri hanya untuk melarikan diri dari monster ini.”
   
Saat dia melihatku mengernyit karena kata-katanya yang tidak jelas itu, ujung mulutnyanya naik.
+
Saat ia melihatku memasang wajah serius pada perkataannya yang tidak jelas itu, ujung mulutnya terangkat.
   
  +
“Itu adalah kutipan dari 'Pemikiran dari Umurku yang Ke-20'.<ref>Buku dari Haraguchi Touzou, yang bunuh diri di umurnya yang ke-20. http://www.aozora.gr.jp/cards/000740/card49078.html</ref>"
“Itu adalah kutipan dari buku <<Etude of the 20th Year>>”
 
   
“...Apa yang kau bicarakan, Daiya?”
+
“…Apa yang kamu maksud, Daiya?”
   
“Itu adalah ‘harapan’ yang dimasukkan dalam ‘Game of Idleness’ ini.”
+
“Itu adalah 'keinginan’ yang membuat ‘Permainan Kebosanan’.”
   
 
Aku tidak bisa menangkap maksudnya.
 
Aku tidak bisa menangkap maksudnya.
   
“Tentu saja kau tidak bisa memahamiku, bisakah kau? Tidak mungkin kau mengerti kebosanan saat kau bisa menikmati kehidupan sehari-harimu. Kau tidak akan bisa membayangkan bagaimana menyakitkannya itu!”
+
“Tentu kau tidak bisa mengerti, ‘kan? Tidak mungkin kau tau kebosanan jika kau bisa menikmati keseharianmu. Kau tidak tau betapa menyiksanya hal itu!”
  +
  +
Apa Daiya ingin mengatakan bahwa ia membuat ‘Permainan Kebosanan’ dan melibatkan kami hanya karena ia «bosan»?
  +
  +
Itu sangat egois, dan begitu bodoh.
  +
  +
“Dilihat dari wajahmu, kau bahkan tidak ingin mengerti diriku, ya. Orang-orang dengan tanpa imajinasi itu selalu sombong.”
  +
  +
“…kamu tidak bisa menipuku. Menggunakan ‘kotak’ hanya untuk menghilangkan kebosanan itu begitu absurd!”
  +
  +
“Aku tidak peduli jika kau tidak mengerti. Tapi setidaknya kau harus ingat kalau perasaan ini juga ada.”
  +
  +
“…Kamu hanya perlu menyembuhkan perasaan ini, bukan?”
  +
  +
“Itu tidak mungkin. Itu adalah masalah yang berhubungan dengan sifat yang bersangkutan. Kau tidak bisa mengubah sifatmu.”
  +
  +
“Itu hanya… alasan yang buruk!”
  +
  +
“Kalau begitu perbaiki hal yang abnormal di keseharianmu!”
  +
  +
Aku menutup mulutku.
  +
  +
“Tidak peduli apa yang kau lakukan, tidak peduli kemana kau pergi, kau tidak bisa melarikan diri dari kodratmu. Seorang petani tidak bisa mengubah tampang petaninya, tidak peduli seberapa mahal pakaian yang ia kenakan, tidak peduli berapa lama ia habiskan waktu untuk berdandan. Kau tidak bisa mengganti yang tak dapat diganti.”
  +
  +
“…meskipun kebosanan itu begitu menyiksa, kenapa itu bisa terjadi? Bukankah ada banyak hal yang menyenangkan?”
  +
  +
“’Sifat’ itu memang seperti ini. Setiap kejadian berubah bentuknya tergantung sifatmu. Hal yang kau rasa menyenangkan adalah kebosanan untuk orang yang memiliki sifat ‘membosankan’.”<!--Maaf, tapi 'Nature' itu mungkin artinya banyak di Inggris sana, jadi aku menggunakan kata 'sifat' dan 'kodrat' untuk arti kata 'Nature'. Jadi agak sulit juga-->
  +
  +
“…padahal kemampuanmu yang tinggi membuat iri seisi sekolah.”
  +
  +
“Aku spesial. Aku tau itu karena aku bisa melihat batas kemampuanku. Aku menyadari bahwa aku tidak bisa mendapatkan maupun mencapai apapun.”
  +
  +
Pernyataan yang merendahkannya itu mengejutkanku.
  +
  +
Aku tidak pernah berfikir bahwa Daiya memiliki pemikiran seperti ini padahal ia terlihat begitu bangga akan dirinya sendiri.
  +
  +
"’Kotak’ itu tidak lebih dari sekedar penghabisan waktu untuk orang-orang yang diselimuti kebosanan. Jadi, ini hanya sebuah permainan. Permainan yang tidak berarti."
  +
  +
Jelasnya dan mulai menyeringai.
  +
  +
“Meskipun begitu, ini sangat berharga bagiku.”
  +
  +
Aku masih tidak bisa mengerti logikanya; tapi aku tau bahwa tidak mungkin untuk mempengaruhinya dengan kata-kata.
  +
  +
“…hei, Daiya. Hal seperti apa yang sebenarnya ‘kotak’ ini lakukan?”
  +
  +
Daiya tertawa dengan pelan, meraih pundakku, dan membuatku duduk di hadapan mesin permainan itu.
  +
  +
“Ini hanya permainan untuk menghabiskan waktu. Tidak ada tujuan lain selain menghilangkan kebosanan. Jadi—“
  +
  +
  +
“—Kita mainkan permainan kematian yang tak ada artinya.”
  +
  +
  +
“…Eh?”
   
  +
Daiya menekan jempolnya di tulang klavikula-ku<ref>tulang yang ada di antara pundak dan leher.</ref> hingga aku tidak bisa melepaskan diri. Layarnya mulai bergoyang. Aku merasa seperti mabuk.
Apa Daiya ingin mengatakan kalau dia membuat ‘Game of Idleness’ ini dan menyertakan kami karena dia <<bosan>>?
 
   
  +
—*pak*
Itu terlalu egois dan bodoh.
 
   
  +
<u>Sesuatu</u> memegang kepalaku dalam ketidak sadaranku.
“Menilai dari wajahmu, kau bahkan tidak mencoba untuk memahamiku, huh. Orang yang tidak memiliki imaginasi selalu sombong.”
 
   
  +
Sesuatu keluar dari layar mesin permainannya. Itu tangan yang transparan. Aku dibawa oleh tangan transparan ini.
“...kau tidak bisa menipuku. Menggunakan sebuah ‘kotak’ hanya untuk menyingkirkan rasa kebosananmu sangat tidak masuk akal!”
 
   
  +
“Ugh…”
“Aku tidak peduli kalau kau tidak mengerti. Tapi setidaknya ingatlah kalau perasaan seperti ini juga ada.”
 
   
  +
Bunyi bising berdenging di kepalaku. Jumlah tangan transparan itu perlahan bertambah. Bertambah. Lebih banyak dan banyak tangan itu menggenggam kepalaku, tanganku, kakiku, tubuhku, dan menutup seluruh tubuhku.
“...Kau hanya perlu mengobati perasaan ini, atau?”
 
   
  +
“Da-Daiya—!!”
“Itu tidak mungkin. Ini adalah masalah yang menyangkut sifat-dasar pribadi seseorang. Kau tidak bisa mengubah sifat-dasarmu.”
 
   
  +
Daiya dengan dinginnya mengabaikanku dan berkata,
“Itu cuma... alasan bodoh!”
 
   
  +
“<u>Pergilah</u>.”
“Kalau begitu coba perbaiki keterikatanmu dengan kehidupan sehari-hari yang abnormal itu!”
 
   
  +
Lalu aku—<u>diambil oleh tangan-tangan itu</u>.
Aku mengatupkan mulutku.
 
   
“Tidak peduli apapun yang kau lakukan, tidak peduli kemana pun kau pergi, kau tidak bisa melepaskan diri dari sifat-dasarmu. Seorang yang terlihat lusuh tidak bisa mengubah penampilan lusuhnya, tidak peduli seberapa mahalpun pakaian yang dia kenakan, tidak peduli meskipun dia menghabiskan satu jam hanya untuk menggunakan make-up. Kau tidak bisa mengubah hal yang tidak bisa dirubah.
 
   
“...bahkan kalau kebosanan sangat menyakitkan, bagaimana itu bisa muncul bagaimanapun? Bukankah ada banyak hal yang menyenangkan?”
 
   
“’Sifat-dasar’ seperti ini. Setiap kejadian mengubah bentuknya sesuai sifat-dasarmu. Hal-hal yang kau pikir menyenangkan adala kebosanan murni bagi mereka yang memiliki ‘kebosanan’ sebagai sifat dasar mereka.”
 
   
“...meskipun kau memiliki kemampuan tinggi yang semua orang iri akan hal itu.”
 
   
“Aku orang biasa. Aku tahu hal itu karena aku bisa melihat batas dari kemampuanku. Aku menyadari kalau aku tidak bisa mencapai maupun mendapatkan sesuatu.”
 
   
Pernyataan merendah ini mengejutkanku.
 
   
Aku tidak pernah membayangkan kalau Daiya berfikir seperti ini meskipun dia terlihat memiliki kepercayaan diri yang besar pada dirinya sendiri.
 
   
“’Kotak’ ini bisa jadi hanya sebuah jalan untuk menghabiskan waktu bagi orang-orang yang dilanda kebosanan. Dengan demikian, ini cuma permainan. Permainan yang tidak berarti.”
 
   
Dia menjelaskannya dan mulai menyeringai.
 
   
“Tapi ini sangat berarti bagiku walau bagaimana pun.”
 
   
Aku masih tidak bisa mengerti logikanya. Tapi aku mengerti kalau tidak mungkin membujuknya dengan kata-kata.
 
   
“...katakan padaku, Daiya. Apa yang sebenarnya dilakukan ‘kotak’ ini?”
 
   
Daiya tertawa kecil, memegang pundakku, dan membuatku duduk di depan mesin game.
 
   
“Ini hanya permainan dengan tujuan menghabiskan waktu. Tidak ada alasan lain selain menghancurkan rasa bosan. Jadi---“
 
   
   
“---Ayo bertarung tanpa arti sampai mati.”
 
   
   
“...Eh?”
 
   
Daiya menekankan ibu jarinya pada kerahku jadi aku tidak bisa kabur. Layarnya mulai bergoyang. Au merasa hampir termabukkan.
 
   
---*tangkap*
 
   
<u>Sesuatu</u> menangkap kepalaku saat aku seperti tidak sadarkan diri.
 
   
Sesuatu keluar dari layar mesin game. Itu adalah sebuah tangan transparan. Aku ditarik oleh tangan transparan ini.
 
   
“U, gh...”
 
   
Suara terdengar dikepalaku. Jumlah tangan transparan terus bertambah. Bertambah. Lebih dan lebih tangan-tangan itu memegang kepalaku, tanganku, kakiku, perutku dan menutupi seluruh tubuhku.
 
   
“Da-Daiya---!!”
 
   
Daiya menghiraukan teriakan marahku dengan dingin dan berkata,
 
   
“<u>Pergi</u>.”
 
   
Dan kemudian aku --- <u>ditarik ke dalam oleh tangan-tangan itu</u>.
 
   
   
   
==Catatan Penerjemah==
 
   
  +
===Catatan===
<references/>
 
  +
<references />
   
  +
<noinclude>
 
{| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;"
 
{| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;"
 
|-
 
|-
  +
| [[Hakomari (Indonesia):Jilid 3 Prolog|Sebelumnya (Prolog)]]
| Back to [[Utsuro no Hako Bahasa Indonesia:Prologue|Prolog]]
 
| Return to [[Utsuro no Hako to Zero no Maria Bahasa Indonesia|Halaman Utama]]
+
| [[Hakomari (Indonesia)|Halaman Utama]]
| Forward to [[Utsuro no Hako Bahasa Indonesia:Volume 3 Putaran 1|Putaran 1]]
+
| [[Hakomari (Indonesia):Jilid 3 Putaran Pertama|Ronde Pertama]]
 
|-
 
|-
 
|}
 
|}
  +
</noinclude>

Latest revision as of 05:21, 28 January 2017

Pertama kali aku melihat rambut peraknya, aku berkesan, “Aah, jalan kita tidak akan pernah saling bertemu.”

Aku yakin hampir semua teman sekelasku memiliki kesan yang sama. Oomine Daiya menolak orang lain dengan sifatnya. Aku yakin kalau ia menganggap sikapnya yang menyesakkannya dan gaya rock-n-roll itu, hanya untuk menjauhkannya dari orang lain.

Tapi kami bisa bersama dengan baik. Tentu, Haruaki membantuku seperti jembatan, tapi hanya itu saja tidak akan pernah cukup.

«Uh, kau… Hoshino Kazuki, ‘kan? Aku tidak tau kenapa, tapi kau agak aneh!»

Itu adalah hal pertama yang ia katakan padaku.

Tapi aku percaya kalau kami adalah teman; karena, ia selalu senang saat bicara denganku.

Meski begitu, hal ini terjadi:


Di waktu istirahat makan siang, dan UTS akan segera dimulai besok; Daiya duduk dengan biasa di samping Maria dan berkata, “Kau sudah bertemu ‘O’, ‘kan?”


Aku terlalu terkejut untuk menjawabnya, jadi Maria menjawab menggantikan diriku. “…… Oomine, kamu mendapatkan ‘kotak’?”

“Kenapa menanyakan jawaban yang sudah jelas? Tentu saja. Selain itu, aku sedang berbicara dengan Kazu. Diamlah, malaikat pengganggu.”

Maria mengeluarkan desahan yang dalam, kemudian melihatku, seperti dia ingin menyerahkan segalanya padaku.

Tapi apa yang harus kukatakan…?

Menghiraukan diamnya diriku, Daiya mulai berbicara.

“Selalu terasa aneh untukku. Kemunculan Otonashi, pernyataan cintamu pada Kokone dan beberapa keanehan lainnya.”

Daiya menyentuh anting di telinga kanannya.

“Keraguan ini terselesaikan setelah aku bertemu ‘O’. Saat aku bertemu dengannya—saat itu juga, aku sadar bahwa dia, yang tidak bisa dijelaskan dengan apapun, bukan apa-apa melainkan keanehan, yang menjadi alasan kenapa insiden aneh belakangan ini terjadi. Dan ia berkata padaku kalau ia tertarik dengan Hoshino Kazuki.”

Tanpa bisa sepenuhnya mengerti, aku mendengarnya dengan diam.

“Yang artinya bukan aku saja yang merasakan keanehan yang terjadi padamu. … Kau tau, Kazu? Setelah menelusuri lebih dari setahun, ada sesuatu yang kumengerti.”

Matanya terfokus padaku dengan sekilas kilauan di sana dan melanjutkan.

“Kau mengambang.”

“…mengambang?”

Aku tidak bisa menangkap maksud kata itu.

“Itu seperti kau sedang melihat kami dari sudut pandang yang lebih tinggi. Kau ada di sini, tapi kau menahan diri untuk terlibat lebih dalam, dan kau selalu menjaga jarak. Kau tidak di dalam, maupun di luar. Kau hanya… mengambang.”

Aku tidak mengerti maksudnya, dan mengangkat alisku.

“Dan tetap kau berkata kau ingin menjaga keseharian ini. Itu selalu menjadi misteri untukku kenapa kau menginginkan itu. Tapi setelah aku bicara dengan ‘O’—ia mengatakan padaku bahwa kau menolak ‘kotak’ yang mengabulkan segala ‘permintaan’ —aku akhirnya paham.”

Daiya mengatakan dengan tegas.

Tujuanmu adalah menghancurkan 'keinginan' orang lain.”

“Itu tidak mungkin!”

Aku terkejut dengan seberapa kerasnya suaraku, tapi aku harus membuatnya jelas.

“Alasan kenapa aku yakin dengan keseharian itu… karena aku menganggap kalau menginginkan sesuatu itu tanda telah hidup… jadi…”

“Lucu sekali.”

Meski mengatakan itu, ia sama sekali tidak tertawa. Yang ia lakukan hanya melanjutkannya dengan keras,

“Jadi apa yang kau inginkan? Sebutkan satu!”

“Tentu saja aku punya. itu—“

Aku berhenti.

Aku punya satu. Aku seharusnya punya satu. Tapi aku tidak bisa mengartikulasikannya.

—Aku yakin itu karena itu masih belum memiliki bentuk.

“Karena kau ingin terus menginginkan sesuatu. Hmph, aku terima pernyataan itu, tapi itu menyisakan pertanyaan lain. Kenapa kau jadi seperti itu??”

“…Eh?”

Alasan kenapa aku menganggap istimewa keseharian?

Benar juga, sejak kapan aku menjadi seperti ini? …Aku tidak begitu yakin. Jadi, sejak kapan—

“— —“

Itu mengingatkanku.

—Seseorang, diselimuti kabut, yang tidak bisa aku ingat.

Aku tidak bisa mengingat sosok tidak jelas ini. Tidak bisa ingat? … tidak, malah aku tau siapa itu, tidak peduli seberapa tebal kabut itu.

Dia

“Mengerti?”

Ketika Daiya menyelaku, bayangan hitam itu kembali tenggelam ke dalam kabut.

“…Apa…?”

"Pada akhirnya, tanpa kau sadari kau hanya berusaha menjaga keseharianmu, seperti salah satu anjing Pavlov.”[1]

Aku hanya ingin menjaga keseharianku? Kalau begitu—

“Ini sama saja seperti menginjak-injak keinginan orang lain. …Hei, Kazu.”

Daya memanggilku dengan gaya biasanya.

“Aku memiliki ‘kotak’. Aku telah menjadi keberadaan yang berlawanan dengan keseharian ini. —lalu apa yang akan kau lakukan?”

Aku tidak tau 'keinginan' Daiya, tapi jika itu mengancam keseharian ini, aku akan —

“Kau sudah tau, ‘kan?”

Sekali lagi, Daiya menyentuh anting di telinga kanannya dengan tenang, Daiya melanjutkan dengan suara tanpa emosi:


“Aku— adalah musuhmu.”



UTS kami telah selesai, dan kami melewati bulan Juli dengan lambat, seperti sedang dalam pencernaan.

“Teman-teman, kalian jangan bilang kalau kita akan pergi ke mall setelah ini!”

Dalam perjalanan kami menuju kamar Mogi, Kokone yang telah membuat sanggul besar di rambutnya, mengatakan itu.

“Terutama kamu, Haruaki!”

“Oke, oke!”

“Omong-omong, aku sudah dengar istilah modern dari «Haruaki» yang artinya juga «Tidak bisa merasakan suasana hati»[2].”

“Aku ‘gak pernah dengar istilah itu! Tapi, aku tau ada istilah modern «K.K» yang artinya «mengganggu»!”

“Hey! Kenapa inisialku artinya «mengganggu»!?”

“Kirino, jika Mogi mendengar suara kerasmu ini, kepedulianmu justru jadi sia-sia.”

Setelah diperingati Maria—“Tehe!”—Kokone menjulurkan lidahnya dengan satu mata yang tertutup dan memandang dengan marah Haruaki setelah ia mengatakan, “Kau 'fikir itu imut’?”

Mendesah pada pemandangan yang biasa ini, aku memasuki kamar rumah sakit ini.

“……”

Hal pertama yang kulihat adalah figur maskulin setengah-telanjang dari sampul majalah.

“Kasumi…?”

“Eh…? —AH!”

Dia menyembunyikan majalahnya kedalam futonnya dengan cepat.

“H-Hai semua… A-Ada apa? Kalian semua datang cepat hari ini, ya…”

Mogi-san tersenyum dengan canggung.

“……”

Apa mungkin aku melihat sesuatu yang seharusnya tidak kulihat…? Kokone dan aku saling menukar pandangan, dengan tanpa suara, menyetujui—“Jangan bicarakan masalah itu.”

“Wah, apa yang kau sembunyikan, Kasumi!”

Kita gagal. Di sini ada orang, yang namanya «Tidak dapat merasakan suasana hati».

“A-Aku tidak menyembunyikan apapun…!”

“Jangan bohong! …hm? Ah, itu majalah porno, ‘kan! Perlihatkan, aku ingin lihat! Aku ingin tau majalah porno jenis apa yang menarik para ga— Dhigh!”

Kokone menyerangnya dengan sikunya. Yah, kurasa dia memang melakukan hal yang benar.

“Tenang Kasumi, kami tidak melihat apapun… Tidak, itu tidak apa-apa, sungguh! Soalnya, kalau kamu terlalu lama di rumah sakit, kamu pasti menampung banyak, ‘kan!”

“A-A-A-Aku tidak menampung apapun!”

Mogi-san melambaikan tangannya dengan cepat di depan wajah merahnya.

“B-Bukan seperti itu! I-ini… yah…”

Dia mengerutkan bibirnya, dan dengan perlahan, mengeluarkan majalah itu dari futonnya. Di sampulnya itu memang figur laki-laki setengah-telanjang, tapi hal seperti “Yoga” dan “Metode Latihan yang Benar” tertuliskan di sana.

“Ini adalah majalah fitness untuk latihan! Jadi, umm… ini bukan yang erotis.”

“Eh? Ah, kamu benar. Haha, maaf. …terus, kenapa kamu sembunyikan?”

Untuk alasan tertentu, dia tidak melihat Kokone, tapi padaku saat dia membisikkan:

“…soalnya majalah seperti ini tidak cocok denganku…”

Ketika dia mengatakan itu—aku secara tidak sengaja melihat tangan Mogi-san. Tangannya yang putih, yang telah terlihat rapuh, sekarang terlihat sedikit lebih kuat. …Meskipun begitu, terlihat masih kurus.

Mogi-san menyadari pandanganku dan menyembunyikan tangannya dengan malu ke belakang tubuhnya. Kemudian dia berkata,

“…Aku harap ini akan sangat berguna sebagai referensi rehabilitasiku.”

Empat bulan telah terlewati sejak hari yang terulang itu. Tulangnya yang rusak telah diperbaiki dan rehabilitasinya dimulai dari sekarang. Kemunculannya kembali ke sekolah, yang tadinya hanya seperti mimpi yang mustahil dicapai, perlahan akan membuahkan hasil. Kehadirannya dengan kursi roda di kelas mungkin akan menjadi bagian dari keseharian ini.


Mogi-san akan kembali ke dalam keseharian ini.

—Seperti di hari sebelum datangnya Maria.



“Hei,hei, Maria, kenapa kau kaku waktu sama Kasumi?”

Haruaki bertanya tepat saat kami memasuki mall, padahal Kokone dan aku berusaha tidak ingin membicarakannya…

“Haru… kamu tau, terkadang kamu sangat menyeramkan.”

“Kenapa?”

Ia tidak mengerti apa yang Kokone maksud. Menyeramkan!

“Memangnya kenapa?"

Tanya Maria pada Haruaki dengan suara yang datar.

“Itu karena aku ‘gak pernah lihat kalian berdua bicara dengan baik! Mungkin juga karena aku jarang lihat kalian bersama, sih.”

“…Haru, dengar,” Kokone menarik Haruaki dan berbisik pada telinganya. “…mereka adalah rival dalam cinta… itulah kenapa mereka selalu canggung. Kamu seharusnya tau hal ini, ‘kan…?”

Uhh, Kokone…? Aku tau kamu ingin berbaik hati, tapi aku bisa mendengarmu.

“Oh, benar, benar!”

Haruaki menyeringai dengan lebar padaku. …Ini cukup mengerikan.

Maria mendesah terhadap sikap mereka.

“Yah, sesukamu saja, tapi memang benar aku tidak bisa bicara padanya dengan mudah.”

“Hoho! Karena kalian itu rival?”

“Usui. Apa kamu juga bicara pada seseorang yang membodohimu juga menusuk ususmu dengan pisau tanpa berfikir dulu?”

"Hah?"

"Aku cuma bercanda."

Setelah Maria mengatakannya dengan datar, Kokone dan Haruaki bertukar pandangan.

…Aku satu-satunya orang yang terkejut karena komentar ini.

“…umm, lupakan topik ini… Sekarang ke tujuan utama kita! ‘Mari kita cari pakaian yang cocok untuk Mari-Mari!’ Yah, hampir semua cocok untuknya, sih… cih, tubuh sialanmu itu!”

Tidak seharusnya kamu mengeluh, fotomu sendiri masuk majalah fashion belakangan ini.

“Omong-omong, kenapa mempermasalahkan ini?”

“Yah, oke, 'gini! Aku selalu melihat Mari-Mari memakai pakaian biasa sewaktu liburan belakangan ini, tapi 'gini, dia ternyata mengabaikan gayanya! Pakaiannya memang tidak buruk, sih, hanya kurang berbeda dari yang lain… dan ketika aku menanyakan mereknya, dia bilang itu UNIQLO[3].”

“Itu 'kan dulu, sekarang UNIQLO punya tingkat fashion yang tinggi. Mereka menawarkan produk kualitas tinggi dengan harga yang rendah yang berhasil karena usaha keras yang dilakukan perusahaannya. UNIQLO adalah pilihan terbaik.”

“Asal kamu tau, aku pakai UNIQLO juga! Tapi bukan itu yang kumaksud! Maksudku itu… kamu harus berusaha menjadi dirimu sendiri, atau… Ah, sial! Hanya karena kamu bisa menang dengan tubuhmu saja…!”

“Santai, Kiri! Setidaknya kau bisa menang dengan dadamu!”

“Hanya dengan dadaku?! Jangan bercanda, Haru! …aku juga bisa mengalahkannya dengan—“

Kokone berhenti bicara, menatap Maria dari kepala hingga jari kakinya, dan berada dalam kehancuran.

“—Tidak mungkin… Aku tidak bisa?! Gaah, ini tidak mungkin! Seharusnya kamu jadi sesuatu seperti idol dunia supaya aku bisa menganggapmu «cantik» tanpa merasakan sakit!”

“…Ko-Kokone, tampang itu hanya masalah subjektif, ya, 'kan…”

“Jadi siapa menurutmu yang lebih cantik, Kazu?”

“……”

“Kenapa kamu diam saja! Bilang itu aku, meski itu bohong!”

“Bukannya itu permintaan yang tidak mungkin?”

“Diam, dasar manusia dengan pandangan lemah.”

“Apa!? Maaf saja tapi aku ini diatas rata-rata!”

Karena kehebohan yang mereka buat, tatapan para pembeli di sekitar terfokus pada kami. …memang selalu seperti ini saat Kokone bersama kami.

“H-Hei, Kokone, bisakah kita tenang sedikit…”

Ketika aku menatapnya, dia melihatku dengan tatapan menyeramkan. Waa, bahaya...

“Omong-omong, Kazu-kun, kamu tau apa yang tidak kusukai dari pakaian Mari-Mari? Itu karena, postur kalian sama, dan bisa saling membagi pakaian!"

“…eh? Memangnya tidak boleh?”

Mata Kokone melebar.

“……Hah? Apa-apaan dengan ekspresi terkejut itu? «…eh? Memangnya tidak boleh» nenek lu! Kamu pasti tidak punya akal! Aku kage waktu kamu memakai baju yang sama dengan yang pernah Mari-Mari pakai di hari yang berbeda!”

Aku masih tidak mengerti dan memindahkan pandanganku pada Haruaki.

“Dia benar, loh.”

…Aku ditolak mentah-mentah.

“Kamu orang yang begitu, ‘kan? Yang menghabiskan sebotol minuman yang setengah-memabukkan, yang diberi cewek yang kamu suka tanpa masalah.”

“Bukankah itu wajar…?”

“Oh, oh,” Haruaki melambai-lambaikan tangannya dengan berlebihan seperti untuk menunjukkanku sesuatu dan mengeluarkan desahan. …Reaksi macam apa itu.

“Haru, kamu mengerti, 'kan, kenapa aku ingin Mari-Mari membeli pakaian baru?”

“Tentunya!”


Setelah mereka berdua beraliansi, pencarian kami untuk menemukan bajunya Maria dimulai seperti yang Kokone rencanakan. Tetapi, Maria sendiri tidak belanja dengan mewah dan hanya memberi Kokone jawaban setengah hati pada pakaian yang dia tunjukkan. Dan dari waktu ke waktu, Kokone memaksanya mencoba beberapa.

Pada awalnya, kufikir Kokone akan merasa jengkel karena Maria tidak membeli pakaian yang dia pilih, tapi Kokone justru tersenyum dengan senang. Menurutnya «Sudah menyenangkan hanya memilki boneka super cantik yang bisa dibongkar-pasang pakaiannya!». …Sebagai seorang lelaki, aku tidak mengerti perasaannya.

Berbicara tentang lelaki lain di sini, Haruaki, ia terlihat senang dengan hanya melihat wanita lain dan penjaga tokonya. Aku cemburu terhadap cara berfikirnya—yah, tidak juga, sih. Tidak sama sekali.

Aku meminta pada Kokone, yang begitu bersemangat yang kuheran darimana dia mendapatkan energi sebanyak itu, untuk beristirahat. Dia tidak mengindahkan permintaan ini sampai 3 jam kemudian.

Hah… akhirnya aku terbebaskan.

“…Haruaki, kamu bersemagat, ya.”

“Tentu! Kau tau, aku menghabiskan waktu ini untuk menilai gadis-gadis cantik. Ah, tadi itu luar biasa! Favoritku itu si penjaga toko yang sebelumnya.”

Semangat Kokone terpatahkan.

“Dia mirip ketua OSIS kita. Ya, 'kan, Hoshii?”

“Eeeeh~~… masa sih~?” Bantah Kokone. “Ketua OSIS kita jauh lebih keren… ah, benar juga, kalian tau tentang «Tiga Manusia Super»?”

"Aku tau." "Mustahil hal semacam itu 'gak sampai ke telingaku."

Mungkin cuma aku yang tidak tau soal ini.

"...«Tiga Manusia Super» ini apa?"

“'Gini, setiap tahun selalu ada satu murid dengan nilai yang luar biasa, 'kan? Karena mereka bertiga memilki karakteristik yang spesial selain nilainya, seseorang menganggap mereka seperti «Manusia Super». Dan istilah ini sangat cocok sampai jadi populer.”

“…Apa Maria termasuk salah satunya?”

“Ya. Aku tidak peduli tentang bagaimana mereka memanggilku, tapi aku tidak suka tersangkut terlalu jauh.”

Tunggu… lalu apa maksud dari pemandangan yang kamu buat di upacara penerimaan?

“Yah, Mari-Mari adalah nomor 1 di tahun pertama, ketua OSIS adalah nomor 1 di tahun ketiga. Dan tahun keduanya adalah—“

Kokone berhenti di pertengahan kata-katanya. Hanya satu yang bisa menjelaskan hal ini.

…yang terakhir adalah Daiya.


Daiya menghilang tepat setelah ia mengumumkan statusnya sebagai 'pemilik' di kafeteria sekolah. Ia tidak kembali ke sekolah dan tidak di rumah juga.

Tanpa meninggalkan sepatah kata pun untuk Kokone dan Haruaki

Kokone sangat marah akan hal ini. Dia tidak mengerti kenapa ia menghilang tiba-tiba tanpa memberitau apapun padanya. Tentu, dia hanya khawatir pada Daiya.

Kurasa Kokone menganggap kepergiannya sebagai masalah sementara. Itu kenapa dia marah. Tapi aku… aku tidak yakin ini hanya sementara.

Karena Daiya— mendapatkan “kotak”.

Ia jadi terputus dengan keseharian kami.

Setelah menghabiskan karamel macchiatonya[4] dalam sekali tegukkan dengan serius, Kokone mendesah dan kembali berbicara.

“Pokoknya, lupakan saja si brengsek itu, intinya adalah «Tiga Manusia Super» itu tidak normal.”

“Aku mengerti soal Maria dan Daiya… tapi memangnya si ketua OSIS itu juga sehebat mereka?”

“Dia menakjubkan! Ternyata dengan nilainya dia dapat dengan mudah memasuki Universitas Tokyo; sebagai anggota klub lari, dia mengikuti lomba lari jarak pendek dan lomba lompat panjang; dan dia adalah seorang ketua OSIS, dia mengubah aturan sekolah yang kuno itu. Tapi sepertinya hal ini tidak diperlukan untuk mengetahui seberapa menakjubkannya dia.”

“… maksudnya?”

“Menurut gosip yang sampai ke telingaku, dia tidak terlihat cepat ketika latihan. Bahkan kadang kalah oleh anggota lain. Tapi ketika serius, dia hampir selalu mencetak waktu terbaik dan menang.”

“Jadi, dia hanya menahan diri waktu latihan?”

“Sebenarnya tidak. «Alasan dari sebuah latihan adalah untuk meningkatkan kemampuanmu. Alasan dari balapan sungguhan adalah untuk menang. Sudah sewajarnya aku jadi yang tercepat ketika balapan sungguhan. Ketika aku mengkonsentrasikan seluruhnya pada kekuatan.» adalah yang dia katakan. …Bagaimana menurutmu? Dia mungkin agak aneh, tapi bukankah dia itu menakjubkan?”

“…memang. Dia terasa seperti manusia dari dimensi lain.”

“Tepat sekali~”—ketika mengatakannya, dia menyadari bahwa gelas kami sudah habis dan tersenyum puas.

“Oke! Mari kita kembali pada waktu-Mari-Mari-berdandan!”

Jujur, kalau terus melakukan kebosanan itu melelahkan…

“Ko-Kokone, sebentar lagi waktu makan malam, jadi aku sebaiknya…”

“Eeh~…”

Kokone mengerutkan bibirnya.

“Kalau begitu satu lagi! Ada satu hal yang kuingin Mari-Mari memakainya!”


Kokone akhirnya membawa kami ke toko yang atmosfirnya justru mengambil dari toko lain. Kebanyakan warna pakaiannya adalah hitam dan berjumbai-jumbai.

“Ini pasti sangat cocok denganmu! Gothloli-Mari-Mari-tan[5], haah haah”

Dengan senangnya Kokone membawa gaun hitam yang berjumbai-jumbai. Maria sedikit mengalihkan pandangannya ketika menerima gaun itu, memang wajar.

“… …kamu ingin aku mengenakan ini?”

“Tentu! …omong-omong, bagaimana pendapatmu tentang Gothloli?”

“Mereka sepertinya hidup di dunianya sendiri.”

“Sama seperti kamu, 'kan!”

Weeeh! A-Apa-apaan dengan pernyataan menghina itu!

Aku melihat Maria dengan perlahan. Untungnya, dia sangat terpaku dengan gaun yang Kokone berikan dan dia bahkan tidak memikirkan pernyataan tadi.

Kokone menggumamkan sesuatu seperti, “Lalu kita butuh aksesoris kepala… atau topi kecil juga akan terlihat bagus!” dan menelusuri bagian aksesoris.

Maria mendesah.

“…kalau kamu tidak mau, lebih baik kamu tolak saja.”

Maria melihat wajahku dan gaun Gothloli dengan bergantian dan berkata dengan tenang,

“Apa kamu ingin melihatnya juga?”

“Eh?”

“Aku tanya apa kamu ingin melihatku menggunakan gaun Gothloli ini juga."

Aku tidak bisa menangkap maksud pertanyaan ini, tapi aku memutuskan menjawab dengan jujur.

“…ummm, kalau boleh kubilang, aku memilih untuk melihatnya.”

“Oh. Jika kamu begitu ingin melihatnya, maka akan kugunakan."

“…tidak, aku tidak bilang—“

“Aku menggunakan ini hanya karena kamu menyuruhku, jadi itu loh. Ya ampun, kamu begitu tidak bisa menahan diri.”

……… umm.

Apa itu artinya Maria ingin memakainya?


Lalu Maria berubah menjadi Gothloli.

“OMG[6], OMG, OMG! Mari-Mari, i-injak aku! Dengan kaki milikmu, injak aku!!”

Wah, apa yang harus kita lakukan? Kokone baru saja hancur…

“Pilihanku sudah terlalu benar. Ya, 'kan, Kazu-kun?!”

“Y-Ya.”

Itu sangat cocok dengannya. Haruaki juga mengangguk dengan puas dan beberapa penjaga toko melirik ke dalam ruang ganti. Saking cocoknya sampai begitu.

Maria sendiri, dia tidak tau harus berekspresi seperti apa dan justru menyilangkan tangannya tanpa melihat hal lainnya dengan serius.

“Oi Kazu-kun, itu saja?”

“…Apa maksudmu?”

“Kamu seharusnya menunjukkan lebih… seperti, kesenangan. Aku ingin kamu terlihat seperti di drama bintang tiga di mana kamu ternganga dalam ketakjuban dan bergumam «Sangat cantik…», dan Mari-Mari mencoba menyembunyikan rasa malunya dan mengatakan «Hmpf, jadi kamu menyukaiku hanya karena aku terlihat seperti ini?» itu membuat Kazu-kun menjawab dengan «T-Tidak, kamu selalu cantik! Kamu sangat cantik, Maria!» dan keduanya berakhir dengan wajah merah! Karena aku hajar kalian setelahnya.”

“… …Aku tidak bisa.”

“Menyedihkan. Di tempat karaoke, kamu satu-satunya yang menyanyi lagu ballad yang tidak diketahui orang lain, 'kan? Dan aku yakin kamu adalah orang yang menyanyi entah bagus maupun jelek, jadi tidak ada yang bisa memasukkan Tsukkomi[7]. …Aah, jangan fikirkan, Kazu-kun. Hei, hei, Mari-Mari, boleh aku foto?”

“Tidak."

Maria mengatakannya dengan pandangan yang masih dipalingkan dan tangan yang disilangkan.

…Oh? Apa dia justru merasa malu karena mengenakan gaun ini?

“Jangan tersenyum lebar seperti itu, Kazuki.”

“Eh?”

“Kamu baru saja memasang wajah mesum. Jadi kamu ingin menghinaku dengan membuatku mengenakan gaun seperti ini, bukan?”

“B-Bukan begitu.”

“Ke sini sebentar.”

Aku bersiap untuk ditegur dan berdiri di hadapan Maria dengan kepala yang menengadah kebawah. Gothloli Maria terlihat seperti seorang penguasa dengan tangan yang disilangkan.

“Apakah ini cocok denganku?”

Kenapa dia bertanya? Ketika melamunkannya, aku mengangguk.

“Oh.”

Maria melepas aksesoris kepalanya yang berjumbai-jumbai itu dari kepalanya. Melihat ke arah aksesoris itu, ujung mulutnya terangkat dan,

“…Hah?”

Entah kenapa dia menaruhnya diatas kepalaku.

“Yah, itu cocok denganmu juga!”

“… …Hah?”

Maria terlihat sangat terhibur.

“Aku mengenakan ini karena kamu sangat ingin aku melakukannya. Bukan begitu?”

“… …Ya.”

“Artinya: karena aku mengabulkan permintaan sepihakmu, akan adil kalau kamu mengabulkan permintaanku sekarang. Bukan begitu?”

“…Ya…mungkin.”

“Gaun ini sangat cocok untukku. Kita memiliki ukuran tubuh yang sama. Artinya, kamu bisa menggunakan ini juga.”

“… …”

Maria melanjutkannya dengan suara yang kuat yang tidak mengizinkan penolakan apapun.

“Pakai.”


Dan sial, aku jadi Gothloli.


“Uh…”

Aku mengerang saat aku melihat diriku di ruang ganti.

Jadi mengenakannya pertama adalah bagian dari rencana Maria untuk mengubahku jadi seperti ini. Pada akhirnya, dia ingin membuat situasi di mana aku tidak bisa menolak.

Omong-omong, dia sudah melihat antara gaun dan aku tadi.

“…Maria. Kenapa aku harus mengenakan ini…?”

“Tentu karena aku —tanpa bermaksud mengejek— sangat ingin melihatmu jadi Gothloli. Tentu, termasuk agar kamu jadi merasa malu.”

Setelah sekian lama, Maria kembali menindas diriku!

Aku tidak bisa diam di sini selamanya. Aku bersiap-siap dan membuka pintunya.

“Gyahahahahahaha—“

Kokone langsung menunjukku dan mulai tertawa. Hanya Maria, Kokone dan Haruaki yang seharusnya ada di depan ruang ganti, tapi entah kenapa ada juga penjaga toko dan beberapa pelanggan lain. Eksekusi publik macam apa ini…

“Kyahahaha, Kazuko-chan, kamu sangat manis!”

Ketika mengatakannya, Kokone mengambil ponselnya dan membalikannya ke arahku. … …Kumohon jangan….

“B-Berhenti! Jangan ambil foto!”

“Tidak mungkin. Aku harus.”

Bukan hanya Kokone, tapi juga Haruaki bahkan Maria mengambil foto diriku. Padahal dia tidak membiarkan siapapun mengambil fotonya!”

“Jangan khawatir, Kazuki. Itu manis.”

Maria mengeluarkan pujian yang mengerikan.

“Baiklah, terkirimkan!”

“T-Tunggu Kokone! K-Ke mana kamu mengirimkannya?!”

“Ha? Tentu pada Kasumi!”

“A-Apa yang kamu lakukan?! S-Selain itu, bukannya kamu yang bilang kita tidak boleh memberitaunya kalau kita pergi ke mall?!”

“Apa kamu bodoh, Kazu-kun? Ada sesuatu yang disebut ‘prioritas’!”

Kamu adalah yang terbodoh di kelompok ini, Kokone! Ini terlalu kejam!

…ponselku langsung bergetar. Aku membukanya dengan perlahan. Ada sebuah e-mail baru. Nama pengirimnya adalah «Mogi Kasumi».

Isinya hanya tertulis satu kata.

«Manis ♥»

Aku tidak peduli lagi!



Aku terbangun di tempat yang baunya sangat busuk dan hampir membuatku sakit kepala.

“Eh…?”

Bingung dengan perubahan ini, aku membiarkan suaraku keluar. Hal terakhir yang bisa kuingat adalah aku terjatuh di atas kasur untuk melupakan kejadian yang membuatku trauma seumur hidupku. Setelah itu, mungkin aku tertidur—

—Jadi, dimana aku?

Disini sangat gelap dan udaranya seperti ada seseorang yang merebus semua keinginan dalam sebuah kuali yang panas. Udaranya dengan kuat melekat pada tubuhku. Dengan kuatnya, pada seluruh tubuhku.

Dengan perlahan aku bangkit.

Dunia yang berada di hadapanku. Hitam, hitam, hitam murni yang hampir menyerang bola mataku. Aku berhasil menahan diriku dari kehilangan kesadaran dan bertumpu pada tanah.

Dalam kegelapan, aku melihat cahaya yang samar. Berkedip dengan cahaya putih-kebiruan. Seperti cahaya yang dipancarkan oleh pembunuh serangga bertegangan tinggi yang biasa di tempatkan di depan toko. Meski aku memiliki perasaan untuk tidak mendekati cahaya ini, kakiku mulai berjalan seperti aku memang tertarik dengan itu.

Jarakku dengan cahaya itu sekitar lima meter. Tetapi, terlihat seperti menjauh setiap kali aku melangkah; persepsiku menolak kenyataan dan memperbesar jarak ini.

Ah—

Kakiku menyentuh sesuatu.

Aku menjatuhkan pandanganku.

“—HII”

Itu adalah tubuh seorang gadis.

“Uh, ah, hya! Ha, ha, haa—“

Menenangkan nafas liarku, aku melihat padanya. Seorang wanita yang mengenakan piyama nan tidak kukenal—Tidak, kurasa aku pernah melihatnya di suatu tempat sebelumnya. Mungkinkah dia kenalanku saat aku bisa sedikit mengingatnya…?

Dia tidak bernafas.

Tapi dia tidak mati; ia mungkin “berhenti”.

Aku memastikan pakaianku. Pakaian yang sama seperti ketika aku tidur— sebuah kaos dan celana pendek.

Aku mengerti. Kami berdua mungkin dibawa kemari ketika tertidur.

Seperti—kami dimasukkan kedalam 'kotak'.

Aku akhirnya sampai di depan cahaya putih-kebiruan. Setelah dilihat-lihat, itu seperti sebuah mesin Ding-Dong[8] tua yang dimiliki penginapan dengan pemandian air panas terpencil. «Perebutan Kerajaan» tertulis di layarnya, yang mungkin adalah judulnya.

Di samping mesin ini aku melihatnya.

“… …Daiya.”

Ia berdiri di sana, tidak berubah dari saat kepergiannya, hanya saja dengan anting di kedua telinganya.

“Lama tidak bertemu, Kazu. Sudah hampir dua bulan?”

Ia mengatakannya seperti memulai pembicaraan kecil. Ada banyak hal yang ingin kutanyakan, tetapi aku menanyakan pertanyaan yang sudah jelas dulu.

“Apa ini 'kotak'-mu?

“Apa perlu kujawab?”

Tepat sekali. Ia jelas-jelas menggunakan 'kotak'-nya.

“Kebosanan—ada banyak orang yang menghancurkan otaknya sendiri hanya untuk melarikan diri dari monster ini.”

Saat ia melihatku memasang wajah serius pada perkataannya yang tidak jelas itu, ujung mulutnya terangkat.

“Itu adalah kutipan dari 'Pemikiran dari Umurku yang Ke-20'.[9]"

“…Apa yang kamu maksud, Daiya?”

“Itu adalah 'keinginan’ yang membuat ‘Permainan Kebosanan’.”

Aku tidak bisa menangkap maksudnya.

“Tentu kau tidak bisa mengerti, ‘kan? Tidak mungkin kau tau kebosanan jika kau bisa menikmati keseharianmu. Kau tidak tau betapa menyiksanya hal itu!”

Apa Daiya ingin mengatakan bahwa ia membuat ‘Permainan Kebosanan’ dan melibatkan kami hanya karena ia «bosan»?

Itu sangat egois, dan begitu bodoh.

“Dilihat dari wajahmu, kau bahkan tidak ingin mengerti diriku, ya. Orang-orang dengan tanpa imajinasi itu selalu sombong.”

“…kamu tidak bisa menipuku. Menggunakan ‘kotak’ hanya untuk menghilangkan kebosanan itu begitu absurd!”

“Aku tidak peduli jika kau tidak mengerti. Tapi setidaknya kau harus ingat kalau perasaan ini juga ada.”

“…Kamu hanya perlu menyembuhkan perasaan ini, bukan?”

“Itu tidak mungkin. Itu adalah masalah yang berhubungan dengan sifat yang bersangkutan. Kau tidak bisa mengubah sifatmu.”

“Itu hanya… alasan yang buruk!”

“Kalau begitu perbaiki hal yang abnormal di keseharianmu!”

Aku menutup mulutku.

“Tidak peduli apa yang kau lakukan, tidak peduli kemana kau pergi, kau tidak bisa melarikan diri dari kodratmu. Seorang petani tidak bisa mengubah tampang petaninya, tidak peduli seberapa mahal pakaian yang ia kenakan, tidak peduli berapa lama ia habiskan waktu untuk berdandan. Kau tidak bisa mengganti yang tak dapat diganti.”

“…meskipun kebosanan itu begitu menyiksa, kenapa itu bisa terjadi? Bukankah ada banyak hal yang menyenangkan?”

“’Sifat’ itu memang seperti ini. Setiap kejadian berubah bentuknya tergantung sifatmu. Hal yang kau rasa menyenangkan adalah kebosanan untuk orang yang memiliki sifat ‘membosankan’.”

“…padahal kemampuanmu yang tinggi membuat iri seisi sekolah.”

“Aku spesial. Aku tau itu karena aku bisa melihat batas kemampuanku. Aku menyadari bahwa aku tidak bisa mendapatkan maupun mencapai apapun.”

Pernyataan yang merendahkannya itu mengejutkanku.

Aku tidak pernah berfikir bahwa Daiya memiliki pemikiran seperti ini padahal ia terlihat begitu bangga akan dirinya sendiri.

"’Kotak’ itu tidak lebih dari sekedar penghabisan waktu untuk orang-orang yang diselimuti kebosanan. Jadi, ini hanya sebuah permainan. Permainan yang tidak berarti."

Jelasnya dan mulai menyeringai.

“Meskipun begitu, ini sangat berharga bagiku.”

Aku masih tidak bisa mengerti logikanya; tapi aku tau bahwa tidak mungkin untuk mempengaruhinya dengan kata-kata.

“…hei, Daiya. Hal seperti apa yang sebenarnya ‘kotak’ ini lakukan?”

Daiya tertawa dengan pelan, meraih pundakku, dan membuatku duduk di hadapan mesin permainan itu.

“Ini hanya permainan untuk menghabiskan waktu. Tidak ada tujuan lain selain menghilangkan kebosanan. Jadi—“


“—Kita mainkan permainan kematian yang tak ada artinya.”


“…Eh?”

Daiya menekan jempolnya di tulang klavikula-ku[10] hingga aku tidak bisa melepaskan diri. Layarnya mulai bergoyang. Aku merasa seperti mabuk.

—*pak*

Sesuatu memegang kepalaku dalam ketidak sadaranku.

Sesuatu keluar dari layar mesin permainannya. Itu tangan yang transparan. Aku dibawa oleh tangan transparan ini.

“Ugh…”

Bunyi bising berdenging di kepalaku. Jumlah tangan transparan itu perlahan bertambah. Bertambah. Lebih banyak dan banyak tangan itu menggenggam kepalaku, tanganku, kakiku, tubuhku, dan menutup seluruh tubuhku.

“Da-Daiya—!!”

Daiya dengan dinginnya mengabaikanku dan berkata,

Pergilah.”

Lalu aku—diambil oleh tangan-tangan itu.

















Catatan[edit]

  1. Anjing Pavlov itu anjing yang ngikutin kemauan Pavlov untuk diteliti, meskipun ga tau si anjing itu lagi jadi bahan eksperimen. Eksperimennya : [[1]]
  2. Ini dari Jepang, jadi tolong jangan tanya masalah ini sama saya
  3. merek baju di jepang yang super murah. Bisa dibilang toko baju sejuta umat Jepang
  4. Caffè macchiato adalah minuman kopi yang dibuat dengan mencampurkan espresso dengan susu. Source : [[2]]
  5. Susah dibayangkan? Well, aku juga, jadi, search saja : Gokou Ruri
  6. O Em Ji : Oh my god. / ya tuhan
  7. contohnya : di Gintama atau di anime-anime komedi biasanya ada yang suka memarahi karakter yang jadi bego / salah. Itulah tsukomm, mungkin?
  8. pernah ke timezone? Pernah lihat sesuatu seperti alat yang mencapit boneka atau semacam Arcade dengan Animal Kaiser atau semacamnya? Itulah dingdong.
  9. Buku dari Haraguchi Touzou, yang bunuh diri di umurnya yang ke-20. http://www.aozora.gr.jp/cards/000740/card49078.html
  10. tulang yang ada di antara pundak dan leher.


Sebelumnya (Prolog) Halaman Utama Ronde Pertama