Difference between revisions of "Hakomari (Indonesia):Jilid 3 Permulaan"
((bagian terakhir bagian permulaan)) |
Gwilthyunman (talk | contribs) m (Putaran -> Ronde) |
||
Line 740: | Line 740: | ||
| Back to [[Utsuro no Hako Bahasa Indonesia:Prologue|Prolog]] |
| Back to [[Utsuro no Hako Bahasa Indonesia:Prologue|Prolog]] |
||
| Return to [[Utsuro no Hako to Zero no Maria Bahasa Indonesia|Halaman Utama]] |
| Return to [[Utsuro no Hako to Zero no Maria Bahasa Indonesia|Halaman Utama]] |
||
− | | Forward to [[Utsuro no Hako Bahasa Indonesia:Volume 3 |
+ | | Forward to [[Utsuro no Hako Bahasa Indonesia:Volume 3 Ronde 1|Ronde 1]] |
|- |
|- |
||
|} |
|} |
Revision as of 12:55, 19 February 2012
Saat pertama aku melihat rambut peraknya, aku berpikir “Aah, jalan kami tak akan bertemu.”
Aku rasa hampir semua teman sekelasku memiliki kesan yang sama. Daia Oomine--dia menolak semua orang dengan seluruh keberadaannya. Aku berasumsi bahwa sikap menindas dan gaya kerasnya hanyalah cara untuk menjaga jarak dengan orang lain.
Tapi hubungan kami berjalan dengan baik. Hal ini sebagian karena peran Haruaki sebagai perantara, tapi tentu saja kalau cuma itu tidak akan cukup.
«Umm, kau adalah... Kazuki Hoshino, benar? Aku tidak bisa menjelaskan kenapa, tapi kau agak aneh!» Itu kata-kata pertamanya padaku.
Tapi aku percaya kalau kita adalah teman; walau bagaimanapun, dia selalu terlihat senang saat berbicara padaku.
Akan tetapi, dia mengatakannya.
“Kau sudah berhubungan dengan ‘0’, benar kan?”
Itu adalah saat istirahat makan siang, pada hari sebelum permulaan ujian tengah semester. Daiya tanpa khawatir duduk di samping Maria dan mengatakan hal itu.
“.....Oomine, apa kau memperoleh sebuah ‘kotak’?”
Maria menjawab untukku saat aku tak bisa menjawabnya.
“Pertanyaan retoris macam apa itu? Tentu saja aku memperolehnya. Daripada itu, sekarang aku berbicara dengan Kazu. Jadi diamlah, kau penjaga yang mengganggu.”
Maria mendesah keras, dan kemudian menatapku, seakan ingin menunjukkan bahwa ia akan menyerahkan hal itu kepadaku.
Tapi apa yang harus aku katakan?
Mengabaikan diriku yang terdiam, Daiya mulai berbicara.
“Itu selalu terasa janggal bagiku. Kemunculan Otonashi, pernyataan cintamu pada Kirino, dan berbagai hal lainnya.”
Daiya menyentuh tindikan di telinga kanannya.
“Semua keraguan itu terpecahkan saat aku bertemu dengan ‘0’. Saat aku bertemu dengannya--pada waktu itu aku menyadari bahwa dia, yang tidak bisa dijelaskan dengan kata lain selain ‘ganjil’, adalah alasan dari semua kejadian aneh akhir-akhir ini. Lalu dia mengatakan padaku kalau dia tertarik pada Kazuki Hoshino.”
Tidak mampu mengerti sepenuhnya, aku cuma mendengarkan dalam diam.
“Itu artinya bukan hanya aku saja yang merasakan keanehan dalam dirimu.
...Tahukah kau, Kazu? Setelah mengamatimu lebih dari setahun, ada satu hal yang kumengerti.”
Dia menatapku dengan tajam dan melanjutkan.
“Kau melayang.”
“...melayang?”
Aku tidak bisa memahami arti kata-katanya yang tiba-tiba dan tanpa konteks itu.
“Itu seperti kau melihat kami dari tepat yang sedikit lebih tinggi. Kau berada di sini, tapi menahan diri untuk tidak terlibat terlalu dalam. Dan kau selalu menjaga jarak tertentu. Kau tidak di dalam, tidak pula di luar. Kau hanya...melayang.”
Aku tidak mengerti apa yang dia katakan, dan menaikan satu alisku.
“Dan kau bilang kau ingin menjaga kehidupan sehari-hari. Itu selalu menjadi misteri bagiku kenapa kau mengharapkannya. Tapi saat aku berbicara dengan ‘0’---dia mengatakan padaku bahwa kau menolak ‘kotak’ yang mampu mengabulkan berbagai ‘harapan’, yang membuatku akhirnya mengerti.”
Daiya menyatakan.
“Tujuanmu adalah menghancurkan ‘harapan’ orang lain.”
“Itu tidak benar!”
Aku sendiri terkejut dengan kerasnya suaraku, tapi aku harus membuat hal ini jelas.
“Alasan kenapa aku menganggap spesial kehidupan sehari-hari adalah...karena aku berpikir merindukan sesuatu adalah bukti kehidupan...jadi...”
“Sangat bisa ditertawakan.”
Bertolak belakang dari kata-katanya, dia tidak tertawa sama sekali. Dia hanya melanjutkan dengan kejam.
“Jadi apa kau punya sesuatu yang kau rindukan? Sebutkan satu!”
“Tentu saja aku punya. Itu adalah---“
Aku berhenti.
Aku punya satu. Seharusnya aku punya satu. Tapi aku tidak bisa mengungkapkannya.
---aku yakin karena itu tidak memiliki bentuk dalam diriku.
“Karena kau ingin tetap merindukan sesuatu. Hmpf, kalaupun aku mengakui pernyataan itu, pernyataan lain tersisa. Kenapa kau menjadi seperti itu?”
“...Eh?”
Alasan kenapa aku mulai menganggap spesial kehidupan sehari-hari ini?
Bila kupikirkan lagi, apakah aku selalu seperti ini sejak dulu?
...aku tidak berpikir begitu. Jadi, sejak kapan---
“------“
Itu mengenaiku.
---Seseorang, tertutup kabut, aku tidak bisa mengenalinya. Aku tidak bisa mengenali penampakan yang samar-samar ini. Tidak bisa mengenali?...tidak, kenyataanya aku tahu siapa dia, tidak peduli seberapa banyaknya kabut di sini. Dia adalah---
“Mengerti?”
Saat Daiya menyelaku, siluet itu menghilang ke dalam kabut.
“...apa..?”
“Faktanya, pada akhirnya, kau hanya mencoba menjaga kehidupan sehari-hari secara tidak sadar, seperti salah satu anjing Pavlov.”
Aku hanya ingin menjaga kehidupan sehari-hariku, kalau begitu---
“Itu sama saja dengan menghancurkan ‘harapan-harapan’ orang lain. ...Hey, Kazu.”
Daiya memanggilku dengan sikap santainya yang biasa.
“Aku memiliki sebuah ‘kotak’. Aku menjadi keberadaan yang bertolak belakang dengan kehidupan sehari-hari ini. ---jadi apa yang akan kau lakukan?.”
Aku tidak tahu apa ‘harapan’ Daiya. Tetapi jika itu adalah sebuah ancaman bagi kehidupan sehari-hari, aku akan---
“Kau sudah membuat suatu kesimpulan, kan?”
Daiya meneruskan dengan suara tanpa ekspresi, sambil menyentuh tindikan di telinga kanannya sekali lagi:
“Jadi, aku adalah-------musuhmu.”
✵
Ujian tengah semester kami sudah dikembalikan dan hari-hari santai penuh kemalasan, seolah mencerna hasilnya, berlalu selama bulan Juli.
“Guys, kalian sepenuhnya gak boleh mengatakan kalau kita akan pergi ke mal habis ini!”
Di jalan menuju ruang perawatan Mogi-san, Kokone, yang akhir-akhir ini menyanggul rambutnya mengatakan ini.
“Terutama kau, Haruaki!”
“Aku tahu, aku tahu!”
“Aku ragu? Apalagi kudengar istilah modern <<Haruaki>> juga berarti <<Tidak mampu membaca suasana>>.”
“Aku gak pernah dengar istilah macam itu! Tapi aku tau istilah modern <<K.K>> artinya <<mengganggu>>, sih!”
“Hey! Kenapa inisial namaku berarti <<mengganggu>>!?”
“Kirino, kalau Mogi mendengar suara kerasmu itu, pertimbanganmu akan berakhir sia-sia.”
Diperingatkan oleh Maria---“Tehe!”---Kokone menjulurkan lidah dengan satu mata tertutup dan bersungut ke arah Haruaki, yang mengatakan “Kau ‘pikir itu imut’ atau apa?”
Mendesah pada pemandangan yang relatif normal ini, aku memasuki ruang rumah sakit.
“......”
Hal pertama yang aku lihat adalah setengah telanjang, tubuh maskulin di sampul majalah.
“Kasumi...?”
“Eh...? ---AH!”
Dia menyembunyikan majalah itu di bawah kasurnya dengan cepat.
“H-Hai semua... A-Ada apa? Kalian agak awal hari ini, huh..?”
Mogi mengulas senyum kaku.
“......”
Apakah aku, mungkin, melihat sesuatu yang seharusnya tidak kulihat...? Kokone dan aku bertukar pandang, diam-diam sepakat---‘jangan diungkit-ungkit lagi hal itu’
“Whoa, apa yang kau sembunyikan di situ, Kasumi!”
Kami gagal. Di sini ada laki-laki, yang namanya <<Tidak bisa membaca suasana>>.
“A-aku tidak menyembunyikan apapun...!”
“Jangan bohong! ...mh? ah, itu majalah porno, benar kan! Tunjukkan padaku, tunjukkan padaku! Aku ingin tahu majalah porno macam apa yang bisa membuat para gadis teran---Ghgh!”
Kokone menyikutnya. Yah, kupikir dia melakukan hal yang benar.
“Jangan khawatir Kasumi, kami tidak melihat apa-apa... Tidak, itu tidak apa-apa, benar! Lagi pula, kau tinggal di rumah sakit cukup lama, jadi... Kau banyak meahan diri, benar kan!”
“A-a-a-aku tidak menahan diri dari apapun!”
Mogi-san mengayunkan tangan dengan cepat di depan wajahnya merah.
“B-bukan itu! Ini adalah... yah...”
Dia mengerutkan bibirnya dan, sedikit ragu-ragu, mengambil majalah dari bawah kasur. Memang di sampulnya ada gambar pria setengah telanjang, tapi tulisan seperti ‘Yoga’ dan ‘Cara Latihan yang Benar’ tertulis di sana.
“Ini majalah fitness untuk latihan! Jadi, umm... ini bukan majalah porno.”
“Eh, Ah, kau benar. Haha, maaf. ...Tapi kenapa kau menyembunyikannya kalau begitu?”
Karena suatu alasan dia tidak melihat ke arah Kokone, tapi padaku saat berbisik: “...karena majalah semacam itu tidak cocok untukku...”
Sekarang setelah dia mengatakannya---Aku secara tidak sadar melihat ke arah lengan Mogi-san. Lengan putihnya, yang pada awalnya terlihat rapuh, sekarang terlihat sedikit lebih gemuk. ...Keduanya masih terlihat langsing, sih.
Mogi-san menyadari pandanganku dan menyembunyikan kedua lengannya dengan malu, di belakang tubuhnya. Lalu dia berkata, “...Aku harap itu akan berguna sebagai referensi untuk rehabilitasiku.”
Empat bulan sudah berlalu sejak hari-hari pengobatan. Tulang-tulangnya yang patah sudah tumbuh semua dan rehabilitasinya sudah dimulai sekarang. Kembalinya dia ke sekolah, yang dulunya seperti mimpi, sedikit demi sedikit, mulai nampak mungkin. Dia di atas kursi roda belajar di kelas mungkin akan segera menjadi bagian kehidupan sehari-hari.
Mogi-san akan kembali ke kehidupan sehari-hari.
---Seperti waktu sebelum Maria.
✵
“Katakan, katakan, Maria, apa kau merasa tidak nyaman di dekat Kasumi?”
Haruaki bertanya tepat setelah kami memasuki mall, dimana Kokone dan aku sebenarnya secara sengaja ingin tetap diam soal itu...
“Haru.. kau tahu, kadang kau sangat menakutkan...”
“Kenapa begitu?”
Dia bahkan tidak mengerti apa yang dimaksud Kokone. Menakutkan!
“...kenapa kau berpikir begitu?”
Maria bertanya pada Haruaki dengan suara tanpa emosi.
“Itu karena aku belum pernah melihat kalian berdua berbincang-bincang. Yah, mungkin karena aku jarang melihat kalian saat kalian bersama.”
“...Haru, dengar,” Kokone menarik Haruaki ke arahnya. Dia berbisik ke telinganya. “...mereka saingan dalam cinta... itulah mengapa mereka segan satu sama lain. Kau seharusnya juga sudah tahu sejauh ini, kan...?”
Umm, Kokone...? Aku tahu kau mencoba untuk perhatian, tapi aku bisa mendengarmu.
“Ooh, aku mengerti, aku mengerti!”
Haruaki menyeringai dengan lebar ke arahku. ...Ini cukup melelahkan.
Maria mendesah melihat tingkah mereka.
“Yah, artikan sesuka kalian, tapi itu memang benar aku tidak bisa berbicara dengannya dengan mudah.”
“Hoho! Dalam perasaan sebagai saingan?”
“Usui. Bisakah kau bicara dengan tenang kepada seseorang yang menghinamu dan menusuk perutmu dengan pisau?”
“Hah?”
“Cuma bercanda.”
Saat Maria tanpa ekspresi mengatakannya, Kokone dan Haruaki bertukar pandang.
...Aku satu-satunya yang jantungnya terasa melompat saat mendengarnya.
“...err, jadi mari kita tinggalkan topik ini... Sekarang ke tujuan utama!! ‘Ayo mencari pakaian yang cocok untuk Mari-mari!’ Yah, hampir semua akan cocok untuknya, sih... tch, tubuh model sempurna ini!”
Kau tidak seharusnya menjadi yang mengeluh, menggingat kau berfoto untuk majalah fashion baru-baru ini.
“Kalau kupikir-pikir, kenapa masalah ini muncul ngomong-ngomong?””
“Yah, dengarkan! Aku sering melihat Mari-mari dalam pakaian biasa saat liburan baru-baru ini, tapi kau tahu, dia benar-benar mengabaikan fashion! Pakaiannya tidak benar-benar buruk, sebenarnya, mereka cuma kurang menunjukkan kepribadian...
Dan saat aku bertanya tentang merk nya dia menjawab itu UNIQLO[1].”
“Tinggalkan bagaimana UNIQLO di masa lalu, UNIQLO yang sekarang memilliki nilai fashion yang tinggi. Mereka menawarkan berbagai produk berkualitas dengan harga murah, menjadi mungkin dengan usaha keras perusahaan mereka. UNIQLO adalah pilihan terbaik.”
“Aku memakai UNIQLO, juga, kau tahu! Tapi itu bukan apa yang aku maksud! Aku cuma berpikir, seperti... kau seharusnya berusaha untuk menjadi dirimu yang ideal, atau... Aah, sial! Hanya karena kau bisa menang dengan tubuhmu saja...!”
“Kiri, tenanglah! Kau setidaknya bisa mengalahkannya dengan dadamu!”
“Cuma dengan dadaku?! Jangan bercanda, Haru! ...Aku juga bisa mengalahkannya dalam---“
Kokone berhenti bicara, melihat ke arah Maria dari kepala sampai ujung kaki, dan merasa ngeri.
“------Gak, gak mungkin... Aku tidak punya kesempatan?! Gwaah, itu tidak mungkin! Kau sebaiknya menjadi sesuatu seperti Idola seluruh dunia jadi aku bisa mengakui kalau kau <<cantik>> tanpa terluka!”
“...Ko-Kokone, penampilan itu hal yang subjektif bagaimanapun juga, kau tahu kan...”
“Jadi siapa yang kau pikir lebih cantik, Kazu?”
“......”
“Kenapa kau tetap diam! Katakan kalau itu aku, walaupun itu bohong!”
“Yah, bukankah itu permintaan yang gak mungkin?”
“Diam kau, orang dengan penampilan buruk.”
“Apa!? Aku dengan rendah hati bisa dikatakan setidaknya sedikit di atas rata-rata!”
Karena suara-suara mereka, pandangan para pembeli di sekitar mulai tertuju pada kami. ...Selalu sama seperti ini saat Kokone bersama kami.
“H-Hey, Kokone, bisa kita sedikit...”
Saat aku memanggilnya, dia melihatku dengan tatapan tajam. Uwa, aku merasakan bahaya...
“Sejak awal, Kazu-kun, apa kau tahu apa yang paling tidak bisa kumaafkan dari pakaian Mari-mari? Itu adalah fakta kalau kau, hanya karena kalian memiliki tinggi yang sama, berbagi berbagai pakaian!”
“...eh? Tidak bolehkah kami?”
Mata Kokone melebar.
“.......Hah? Ekspresi terkejut macam apa itu? <<...eh? Tidak bolehkah kami?>> Sialan! Akal sehatmu mati! Aku, setidaknya, terkejut saat aku melihat kau memakai T-shirt yang dipakai Mari-mari di lain hari!”
Aku masih tidak mengerti apa yang dia maksud dan mengalihkan pandanganku kepada Haruaki.
“Tidak, dia benar, kau tahu kan?”
...Aku ditolak mentah-mentah.
“Jadi kau tipe orang seperti itu, kan? Tipe yang menghabiskan minuman di botol PET yang sudah diminum setengah, yang diberikan oleh gadis yang kau suka, tanpa masalah.”
“Bukankah itu normal...?”
“My, my,” Haruaki mengayunkan tangannya dengan berlebihan seolah untuk menunjukkannya padaku dan mendesah. ...Reaksi macam apa itu.
“Haru, apa kau mengerti kenapa aku ingin dia membeli pakaian-pakaian baru?”
“Lebih dari cukup!”
Setelah mereka berdua bersekutu, pencarian pakaian untuk maria dimulai sesuai rencana Kokone. Akan tetapi, Maria sendiri tidak menyukai berbelanja sedikitpun dan karena itu hanya memberikan Kokone pendapat setengah hati pada pakaian-pakaian yang ditunjukkan padanya. Dan dari
waktu ke waktu, Kokone memaksanya untuk mencoba beberapa pakaian.
Pada awalnya kupikir Kokone akan menjadi tidak senang karena Maria tidak membeli pakaian yang disarankannya, tapi ternyata Kokone menyeringai senang. Menurutnya, <<Itu sudah cukup menyenangkan memiliki gadis cantik sebagai boneka berdandan!>>. ...Sebagai pria aku tidak mengerti perasaannya.
Berbicara tentang pria yang lain di sini, Haruaki, dia terlihat senang cuma melihat pelanggan wanita lain dan para pegawai toko. Aku iri dengan cara pikirnya---yah, tidak juga. Tidak sama sekali.
Aku meminta pada Kokone, yang penuh semangat sampai aku heran dari mana dia memperoleh semua tenaga itu, untuk beristirahat. Sudah tiga jam berlalu hingga akhirnya permintaanku baru dipenuhi.
Hah... akhirnya untuk sementara aku bebas.
“...Haruaki, kau terlihat bahagia.”
“Yeah! Aku menghabiskan waktu ini dengan tujuan menilai para wanita cantik, kau tahu. Ah, itu sangat hebat! Secara pribadi favoritku adalah gadis penjaga toko yang sebelumnya.”
Semangat tinggi Kokone dimanjakan.
“Dia sedikit mirip dengan Ketua Osis kita. Tidakkah kau berfikir begitu, juga, Hoshii?”
“Eeeh~~...kau pikir begitu~?,” Kokone membalas. “Ketua Osis kita jauh lebih keren... ah, sekarang setelah kau menyebutkannya, apa kalian tahu tentang <<Tiga Manusia Super>>?”
“Aku tahu mereka.” “...Yah, itu tidak mungkin tidak sampai telingaku.”
Aku satu-satunya yang tidak tahu, seperti yang terlihat.
“...Apa itu <<Tiga Manusia Super>>?”
“Lihat, bukankah ada satu murid tiap tahun dengan nilai yang luar biasa? Karena mereka bertiga memiliki kepribadian yang spesial selain nilai mereka, seseorang menyebut mereka sebagai <<Manusia Super>>. Dan istilah ini sangat cocok sehingga itu tersebar luas.”
“...Apa mungkin Maria juga termasuk di dalamnya?”
“Yeah. Aku tidak peduli bagaimana mereka memanggilku, tapi aku tidak suka tampil terlalu mencolok.”
Tidak... apa yang kau katakan setelah kejadian di upacara pembukaaan itu?
“Yah, Mari-mari adalah satu dari kelas satu, ketua osis adalah satu yang lainnya dari kelas tiga. Dan satu dari kelas dua adalah---“
Kokone berhenti di tengah kalimat. Seseorang bisa melihat dengan jelas bagaimana moodnya jatuh.
...jadi yang terakhir adalah Daiya.
Daiya menghilang setelah mengumumkan sebagai ‘pemilik’ kepada kami di kantin sekolah. Dia tidak kembali ke sekolah lagi dan tidak pula di rumah.
Tanpa meninggalkan satu pesan pun untuk Kokone dan Haruaki.
Kokone sangat marah tentang hal ini. Dia tidak mampu memahami kenapa dia tiba-tiba menghilang tanpa mengatakan apapun padanya. Tentu saja, sebenarnya, dia hanya khawatir padanya.
Aku kira Kokone menganggap menghilangnya Daiya sebagai masalah sementara. Itulah kenapa dia bisa marah. Tapi aku... Aku tidak berfikir ini adalah keadaan yang sementara.
Pada akhirnya, Daiya---sudah memperoleh sebuah ‘kotak’.
Dia menjadi terputus dari kehidupan sehari-hari kita.
Setelah menghabiskan karamel macchiato dengan sekali teguk sambil cemberut, Kokone mendesah dan mulai berbicara.
“Bagaimanapun juga, kesampingkan si brengsek itu, intinya adalah para <<Tiga Manusia Super>> itu tidak normal.”
“Aku bisa mengerti hal ini kalau mengenai Maria dan Daiya... tapi apakah ketua osis juga sangat mengagumkan?”
“Dia sangat mengagumkan! Rupanya nilainya dengan mudah akan cukup untuk memasuki Universitas Tokyo, sebagai anggota klub track-and-field dia ikut dalam perlombaan nasional lari jarak dekat dan lompat jauh, dan di Osis, dia menutup peraturan-peraturan sekolah yang sudah ketinggalan zaman. Tapi sepertinya fakta-fakta kecil ini bahkan tidak diperlukan untuk menyadari bagaimana mengagumkannya dia.”
“...apa maksudnya?”
“Menurut cerita kecil yang mencapai telingaku, ketua tidak kelihatan secepat itu saat latihan. Dia bahkan kalah dari anggota lain kadang-kadang. Tapi pada hal yang sebenarnya, dia hampir selalu memperoleh waktu terbaiknya dan menang.”
“Jadi, dia menahan diri saat latihan?”
“Sepertinya tidak. <<Alasan dari latihan adalah untuk meningkatkan kekuatanmu. Alasan dari pertandingan lari yang sesungguhnya adalah untuk menang. Itu wajar kalau aku menjadi yang tercepat saat pertandingan lari karena aku berkonsentrasi sepenuhnya untuk memanfaatkan seluruh kekuatanku.>> itu apa yang dia katakan. ...Apa yang kau pikirkan? Dia sepertinya sedikit aneh, tapi tidakkah dia entah bagaimana mengagumkan.”
“...Yeah. Dia seolah seperti manusia dari dimensi yang berbeda.”
“Tepat~”---sambil mengatakannya, dia memastikan kalau gelas kami sudah kosong dan tersenyum puas.
“Baiklah kalau begitu! Ayo kembali ke waktunya-mendandani-Mari-mari!”
Sejujurnya, lebih dari kebosanan ini melelahkan...
“Ko-Kokone, sebentar lagi waktunya makan malam di rumah, jadi aku harus pelan-pelan...”
“Eeh~...”
Kokone mengatupkan bibirnya.
“Kalau begitu satu lagi saja! Ada sesuatu yang sepenuhnya ingin kupakaikan pada Mari-mari!”
Kokone membawa kami secepatnya menuju sebuah toko yang sangat jelas memancarkan aura berbeda dari yang lain. Sebagian besar pakaiannya hitam dan berjumbai-jumbai aneh.
“Ini pasti sangat cocok untukmu! Gothloli-Mari-mari-tan, haah haah.”
Pakaian yang dibawa oleh Kokone yang sangat bersemangat adalah gaun hitam dengan banyak rumbai. Cukup dapat dimengerti, Maria mengubah air mukanya sedikit saat menerimanya.
“......kau ingin aku memakainya?”
“Tentu saja! ...ngomong-ngomong, apa pendapatmu tentang Gothloli?”
“Mereka terlihat seperti tidak berasal dari bumi bagiku.”
“Sangat cocok untukmu kalau begitu, benar kan!”
Eeeeh! A-Apa apaan dengan pernyataan kasar ini!
Aku melihat segan ke arah Maria. Untungnya perhatiannya terpusat pada gaun yang Kokone berikan padanya, jadi dia sepertinya tidak menghiraukan pernyataan Kokone barusan.
Kokone menggumamkan sesuatu seperti,”Kemudian kita butuh hiasan kepala... atau sebuah topi kecil mungkin juga bagus!,” dan mencari ke bagian aksesoris.
Maria mendesah.
“...Kalau kau tidak ingin memakainya, kau sebaiknya menolaknya dengan baik.”
Maria melihat berulang antara wajahku dan gaun Gothloli itu dan mengatakan dengan suara rendah,
“Apa kau ingin melihatnya juga?”
“Eh?”
“Aku bertanya apakah kau ingin melihatku memakai gaun Gothloli ini juga.”
Aku tidak dapat menangkap maksud dari pertanyaan ini, tapi aku memilih menjawab sejujurnya.
“...umm, kalau aku harus bilang maka aku juga ingin melihatnya.”
“Aku mengerti. Kalau kau sangat ingin melihatnya, aku akan memakainya.”
“...tidak, aku tidak bilang---“
“Aku memakainya hanya karena kau memintaku, camkan itu. Geez, kau benar-benar pemaksa.”
......umm.
Mungkinkah itu Maria ingin memakainya?
Dan kemudian, Maria berubah menjadi Gothloli.
“Ya Tuhan, ya Tuhan, ya Tuhan! Mari-mari, in-injak tubuhku! Dengan kakimu itu, injak tubuhku!” Uwa, apa yang harus kami lakukan. Kokone baru saja rusak....
“Pilihanku benar-benar terlalu tepat. Tidakkah kau berfikir begitu juga, Kazu-kun?!”
“Y-Ya.”
Itu cocok untuknya, tak perlu diragukan lagi. Haruaki mengangguk puas dan beberapa penjaga toko mengintip ruang ganti. Itu cocok dengannya sebanyak itu.
“Oi Kazu-kun, itu saja?”
“...apa maksudmu?”
“Kau seharusnya menunjukkan sesuatu yang lebih...seperti, kegembiraan. Aku ingi melihat sesuatu seperti adegan manis drama tingkat tiga mulai dari kau membuka mulutmu dalam kekagetan dan menggumamkan <<Sangat cantik...>>, yang lalu dijawab Mari-mari sambil mencoba menyembunyikan rasa malunya dengan mengatakan sesuatu seperti <<Hmpf, jadi kau menyukaiku tiba-tiba hanya karena aku terlihat seperti ini?>> itu membuat Kazu membantah dengan <<Ti-Tidak, kau selalu cantik! Kau sangat cantik, Maria!>> dan pada akhirnya berakhir dengan kalian berdua bermuka merah! Karena aku akan menghajarmu kemudian kalau begitu.”
“......Aku tidak bisa.”
“Laki-laki yang menyedihkan. Di bar karaoke, kau tipe yang hanya menyanyikan lagu balada yang orang lain tidak tahu, benar kan? Dan aku cukup yakin kau adalah jenis yang bernyanyi tidak dengan bagus maupun buruk, jadi tidak ada yang akan memasukkan Tsukkomi [link]. ...Aah, sudah jangan pikirkan Kazu-kun. Katakan, katakan, Mari-mari, boleh kuambil fotomu?”
“Di luar pertanyaan.”
Maria mengatakannya dengan pandangan masih teralih dan tangan menyilang.
...Oh? Apakah dia sebenarnya merasa malu mengenakan gaun itu?
“Hentikan seringai lebarmu itu, Kazuki.”
“Eh?”
“Kau baru saja membuat wajah mesum. Jadi kau ingin mempermalukanku dengan menggunakan pakaian semacam ini, benar kan?”
“Bu-bukan itu.”
“Ke sini sebentar.”
Aku mempersiapkan diri untuk dimarahi dan berdiri di depan Maria dengan kepala menunduk. Gothloli Maria terlihat berkuasa dengan kedua tangan menyilang.
“Apa ini cocok untukku?”
Kenapa dia menanyakan hal ini? Saat aku masih keheranan, aku mengangguk.
“Aku mengerti.”
Maria melepas hiasan kepala dari kepalanya. Melihat ke arah hiasan kepala ini, ujung bibirnya terangkat dan,
“...Huh?”
Untuk suatu alasan dia meletakkannya di atas kepalaku.
“Yeah, itu cocok untukmu, juga!”
“......Hah?”
Maria terlihat sangat senang.
“Aku mengenakan pakaian ini karena kau sangat ingin aku melakukannya. Benar seperti itu kan?”
“...umm.”
“Benar seperti itu kan?”
“......Ya.”
“Itu berarti karena aku mendengarkan satu permintaanmu yang egois itu, aku rasa baru akan adil kalau kau juga mendengarkan satu permintaaanku kali ini. Kau setuju?”
“...Aku... kira juga begitu.”
“Gaun ini pas untukku. Ukuran pakaian kita sama. Dengan kata lain, kau bisa mengenakannya juga.”
“......”
Maria meneruskannya dengan suara kuat yang tidak mengijinkan penolakkan,
“Cepat pakai.”
Dan demikian aku menjadi Gothloli.
“Uuh...”
Aku mengeluh saat melihat diriku di ruang ganti.
Jadi Maria menggunakannya sebelumnya merupakan bagian dari rencana untuk membuatku berpenampilan seperti ini. Untuk tujuan ini dia membuat situasi dimana aku tidak bisa menolak.
Kalau dipikir lagi, dia melihat bergantian antara gaun ini dan aku sebelumnya.
“Oi, apa kau belum selesai berganti pakaian, Kazuki? Cepat buka pintunya.”
“...Maria. Kenapa aku harus memakai pakaian ini...?”
“Tentu saja karena aku sangat ingin melihatmu sebagai Gothloli sampai itu tidak lucu. Tentu saja, itu termasuk saat kau merasa malu.”
Ini adalah kejahilan yang dilakukan Maria setelah sekian lama...!
Aku tidak bisa tinggal di sini selamanya. Aku mempersiapkan diriku dan membuka pintu.
“Gyahahahahahaha-“
Kokone langsung menunjuk ke arahku dan mulai tertawa. Cuma Maria, Kokone, dan Haruaki yang seharusnya ada di sini di depan ruang ganti, tapi karena suatu hal di sini juga ada pegawai toko dan beberapa pengunjung yang tidak ada hubungannya. Eksekusi publik macam apa ini...
“”Kyahahaha, Kazuko-chan[2], kau sangat imut!”
Saat mengatakannya, Kokone mengambil telepon genggamnya dan mengarahkannya ke arah ku. ......Kumohon jangan...
“Hen-hentikan! Jangan memotret!”
“Gak mungkin. Aku harus.”
Bukan hanya Kokone, tapi juga Haruaki, dan bahkan Maria mulai memotretku. Meskipun dia tidak mengijinkan seorangpun mengambil fotonya!
“Jangan khawatir, Kazuki. Kau tampay imut.”
Maria mencoba menyemangatiku dengan pernyataan ambigu.
“Selesai, dan terkirim!”
“Tu-tunggu sebentar Kokone! Ke-kepada siapa kau mengirimkannya barusan?!”
“Ha? Ke Kasumi, tentu saja!”
“Ap-apa yang kau lakukan?! Bukannya sejak awal, kau bilang kita tidak boleh mengatakan padanya kalau kita pergi ke mall?!”
“Apa kau bodoh, Kazu-kun? Di dunia ini ada sesuatu yang kita sebut ‘prioritas’!”
Kau yang paling bodoh di antara kita, Kokone! Ini terlalu kejam!
...telepon genggamku bergetar sesaat kemudian. Aku membukanya ragu-ragu. Ada sebuah email baru. Nama pengirimnya adalah <<Kasumi Mogi>>. Pesannya hanya berisi satu kata.
<<Imut ♡>>
Aku tidak peduli lagi! ☆
✵
Aku terbangun karena bau busuk yang hampir membuatku sakit kepala.
“Eh...?”
Kebingungan karena hal ini, suara itu keluar dari mulutku. Hal terakhir yang kuingat adalah saat aku berbaring ke kasur untuk melupakan kejadian yang hampir membuatku menderita karena trauma untuk seumur hidupku. Sesudah itu, mungkin aku tertidur---
---Jadi, dimana aku?
Sangat gelap di sini dan hawanya terasa seolah seseorang merebus segala sesuatu dalam panci panas. Hawa ini seolah menempel kuat pada tubuhku. Sangat kuat, keseluruh tubuhku.
Aku bangun dengan malas.
Dunia yang tampak di depanku. Gelap, gelap, kegelapan murni yang hampir menyerbu kedua bola mataku. Aku berhasil menahan diri agar tidak pingsan dan tetap berdiri.
Di dalam kegelapan ini, aku menyadari sebuah cahaya redup. Cahaya itu berkedip dengan warna biru-putih. Cahaya itu mirip cahaya yang dibuat jebakan serangga yang membakar serangga dengan listrik bertegangan tinggi yang biasanya ditaruh di depan toko. Meskipun aku memiliki persaan kalau seharusnya aku tidak mendekati cahaya itu, kakiku mulai bergerak seolah tertarik padanya.
Jarakku dengan cahaya itu sekitar lima meter. Namun chaya itu seolah menjauh setiap kali aku melangkah; persepsiku mengabaikan kenyataan dan memperjauh jarak ini.
Guni---
Kakiku mengenai sesuatu.
Aku menundukkan pandanganku.
“------HII”
Itu adalah tubuh seorang gadis.
“Uh, ah, hya! Ha, ha, haa---“
Menenangkan nafasku yang tersegal, aku menatap ke arahnya. Dia adalah gadis muda dengan rambut panjang dan mengenakan gaun tidur yang asing bagiku---Tidak, aku kira aku pernah melihatnya di suatu tempat sebelumnya. Mungkinkah dia kenalan ditingkat dimana aku bisa mengingatnya samar-samar...?
Dia tidak bernafas.
Tapi dia tidak mati. Dia mungkin saja ‘terhenti’.
Aku memastikan pakaianku. Pakaian yang sama yang kupakai saat tertidur---sebuah T-shirt bukan piyama dan celana pendek.
Aku mengerti. Kami berdua mungkin dibawa ke sini saat kami tidur.
Seperti ini---kami dimasukkan ke dalam ‘kotak’ ini.
Aku pada akhirnya sampai di depan cahaya biru-putih itu. Setelah kuamati, itu terlihat sepeti mesin game tua yang muncul di rumah penginapan Onsen[3] terpencil. <<Kingdom Royale>> tertulis di layarnya, yang sepertinya merupakan judulnya.
Di samping mesin ini aku melihatnya.
“......Daiya.”
Dia berdiri di sana, penampilannya tidak berubah dari sebelumnya, dengan tindikkan di kedua telinganya.
“Lama tak jumpa, Kazu. Hampir dua bulan?”
Dia berkata seolah memulai percakapan kecil. Ada banyak hal yang ingin kutanyakan padanya, tapi aku menanyakan pertanyaan yang lebih jelas terlebih dahulu.
“...Apa ini ‘kotak’ mu?”
“Apa aku perlu menjawabnya?”
Tentu saja. Dia dengan jelas menggunakan ‘kotak’ nya pada akhirnya.
“Kebosanan---ada orang-orang yang menghancurkan otak mereka sendiri hanya untuk kabur dari binatang buas ini.”
Saat dia melihatku mengernyit karena kata-katanya yang tidak jelas itu, ujung mulutnyanya naik.
“Itu adalah kutipan dari buku <<Etude of the 20th Year>>”
“...Apa yang kau bicarakan, Daiya?”
“Itu adalah ‘harapan’ yang dimasukkan dalam ‘Game of Idleness’ ini.”
Aku tidak bisa menangkap maksudnya.
“Tentu saja kau tidak bisa memahamiku, bisakah kau? Tidak mungkin kau mengerti kebosanan saat kau bisa menikmati kehidupan sehari-harimu. Kau tidak akan bisa membayangkan bagaimana menyakitkannya itu!”
Apa Daiya ingin mengatakan kalau dia membuat ‘Game of Idleness’ ini dan menyertakan kami karena dia <<bosan>>?
Itu terlalu egois dan bodoh.
“Menilai dari wajahmu, kau bahkan tidak mencoba untuk memahamiku, huh. Orang yang tidak memiliki imaginasi selalu sombong.”
“...kau tidak bisa menipuku. Menggunakan sebuah ‘kotak’ hanya untuk menyingkirkan rasa kebosananmu sangat tidak masuk akal!”
“Aku tidak peduli kalau kau tidak mengerti. Tapi setidaknya ingatlah kalau perasaan seperti ini juga ada.”
“...Kau hanya perlu mengobati perasaan ini, atau?”
“Itu tidak mungkin. Ini adalah masalah yang menyangkut sifat-dasar pribadi seseorang. Kau tidak bisa mengubah sifat-dasarmu.”
“Itu cuma... alasan bodoh!”
“Kalau begitu coba perbaiki keterikatanmu dengan kehidupan sehari-hari yang abnormal itu!”
Aku mengatupkan mulutku.
“Tidak peduli apapun yang kau lakukan, tidak peduli kemana pun kau pergi, kau tidak bisa melepaskan diri dari sifat-dasarmu. Seorang yang terlihat lusuh tidak bisa mengubah penampilan lusuhnya, tidak peduli seberapa mahalpun pakaian yang dia kenakan, tidak peduli meskipun dia menghabiskan satu jam hanya untuk menggunakan make-up. Kau tidak bisa mengubah hal yang tidak bisa dirubah.
“...bahkan kalau kebosanan sangat menyakitkan, bagaimana itu bisa muncul bagaimanapun? Bukankah ada banyak hal yang menyenangkan?”
“’Sifat-dasar’ seperti ini. Setiap kejadian mengubah bentuknya sesuai sifat-dasarmu. Hal-hal yang kau pikir menyenangkan adala kebosanan murni bagi mereka yang memiliki ‘kebosanan’ sebagai sifat dasar mereka.”
“...meskipun kau memiliki kemampuan tinggi yang semua orang iri akan hal itu.”
“Aku orang biasa. Aku tahu hal itu karena aku bisa melihat batas dari kemampuanku. Aku menyadari kalau aku tidak bisa mencapai maupun mendapatkan sesuatu.”
Pernyataan merendah ini mengejutkanku.
Aku tidak pernah membayangkan kalau Daiya berfikir seperti ini meskipun dia terlihat memiliki kepercayaan diri yang besar pada dirinya sendiri.
“’Kotak’ ini bisa jadi hanya sebuah jalan untuk menghabiskan waktu bagi orang-orang yang dilanda kebosanan. Dengan demikian, ini cuma permainan. Permainan yang tidak berarti.”
Dia menjelaskannya dan mulai menyeringai.
“Tapi ini sangat berarti bagiku walau bagaimana pun.”
Aku masih tidak bisa mengerti logikanya. Tapi aku mengerti kalau tidak mungkin membujuknya dengan kata-kata.
“...katakan padaku, Daiya. Apa yang sebenarnya dilakukan ‘kotak’ ini?”
Daiya tertawa kecil, memegang pundakku, dan membuatku duduk di depan mesin game.
“Ini hanya permainan dengan tujuan menghabiskan waktu. Tidak ada alasan lain selain menghancurkan rasa bosan. Jadi---“
“---Ayo bertarung tanpa arti sampai mati.”
“...Eh?”
Daiya menekankan ibu jarinya pada kerahku jadi aku tidak bisa kabur. Layarnya mulai bergoyang. Au merasa hampir termabukkan.
---*tangkap*
Sesuatu menangkap kepalaku saat aku seperti tidak sadarkan diri.
Sesuatu keluar dari layar mesin game. Itu adalah sebuah tangan transparan. Aku ditarik oleh tangan transparan ini.
“U, gh...”
Suara terdengar dikepalaku. Jumlah tangan transparan terus bertambah. Bertambah. Lebih dan lebih tangan-tangan itu memegang kepalaku, tanganku, kakiku, perutku dan menutupi seluruh tubuhku.
“Da-Daiya---!!”
Daiya menghiraukan teriakan marahku dengan dingin dan berkata,
“Pergi.”
Dan kemudian aku --- ditarik ke dalam oleh tangan-tangan itu.
Catatan Penerjemah
Back to Prolog | Return to Halaman Utama | Forward to Ronde 1 |