Difference between revisions of "Oregairu (Indonesia):Jilid 9 Bab 1"
Line 89: | Line 89: | ||
…Hei, hei, yang benar saja? Kawaentahapa-san menyapaku. Kami berdua bahkan tidak tahu nama satu sama lain, jadi bukankah ini suatu kemajuan besar? |
…Hei, hei, yang benar saja? Kawaentahapa-san menyapaku. Kami berdua bahkan tidak tahu nama satu sama lain, jadi bukankah ini suatu kemajuan besar? |
||
− | Walau, bahkan anak SD akan menyapa orang dengan benar. Malah, mereka bahkan diajari di SD untuk bersikap tegas ketika menyapa orang yang mencurigakan. Dengan memikirkan itu, bagi pihak lain untuk memberikan sapaan mereka terlebih dahulu berarti mereka lebih dulu menyebarkan rumor terhadap orang yang mencurigakan! Pada dasarnya |
+ | Walau, bahkan anak SD akan menyapa orang dengan benar. Malah, mereka bahkan diajari di SD untuk bersikap tegas ketika menyapa orang yang mencurigakan. Dengan memikirkan itu, bagi pihak lain untuk memberikan sapaan mereka terlebih dahulu berarti mereka lebih dulu menyebarkan rumor terhadap orang yang mencurigakan! Pada dasarnya begitu adanya. Sesuatu yang mirip seperti “apa yang kau lihat-lihat, brandalan, dari SMP mana kau?”<ref> Cara bicara preman SMP yang berubah jadi lelucon </ref> mungkin? |
Yah, bagi orang mencurigakan yang ekspresinya mengendur dari suatu surat yang diberikan adik kecilnya pada dia, hantaman selevel ini sudah bisa diduga. Tapi tunggu dulu sejenak. Jika ingatanku benar<!--serves me right-->, aku ingat melihatnya menyeringai karena suatu pesan teks dari adik laki-lakinya, Kawasaki Taishi. Ah, itu benar, namanya adalah Kawasaki. |
Yah, bagi orang mencurigakan yang ekspresinya mengendur dari suatu surat yang diberikan adik kecilnya pada dia, hantaman selevel ini sudah bisa diduga. Tapi tunggu dulu sejenak. Jika ingatanku benar<!--serves me right-->, aku ingat melihatnya menyeringai karena suatu pesan teks dari adik laki-lakinya, Kawasaki Taishi. Ah, itu benar, namanya adalah Kawasaki. |
Revision as of 14:28, 22 April 2015
Bab 1: Lagi, Isshiki Iroha Mengetuk Pintunya
…Apa dia tolol?
Sesaat sebelum kelas akan dimulai, gugaman itu menyelip keluar dari mulutku.
Pada selembar kertas yang tercampur dalam tasku adalah suatu tulisan tangan yang kukenali. Kelihatannya, itu tertuju padaku dari adik kecilku, Komachi.
Surat yang menawan itu dihiasi dengan pita lamé dengan warna bertema Natal yang berkilau seperti salju dan di dalam amplop itu terdapat suatu daftar permintaan hadiah yang sangat tidak imut.
Yah, apa yang benar-benar ingin dia beritahu padaku itu mungkin untuk membeli deterjen sewaktu akan pulang ke rumah yang ada di bagian terakhir itu. Ini adalah apa yang mereka sebut sebuah lelucon Komachi… benar? Jika tidak, maka bukankah ini sebenarnya suatu daftar permintaan berlikuiditas tinggi, bukan? Oh astaga, adik kecilku begitu menakutkan.
Untuk sekarang, mengabaikan tiga barang pertama itu, aku akan memastikan untuk membeli deterjen sewaktu akan pulang ke rumah.
Tapi tiga barang pertama itu satu-satunya yang bisa kuabaikan. Bagian tulisan yang tersisa itu membuat hatiku mencelos.
–Kebahagiaanku.
Apa lagi itu persisnya?
Apa lagi kebahagiaan itu…? Kecap lezat di rumahku[1]? Yang benar saja, aku sudah punya itu! Aku begitu senang aku dilahirkan di Chiba!! Kecap Chiba itu nomor satu di Jepaaaaaaaaaaaaaaaaaaang! (Hasil produksi kami).
Oooh, tadi itu hampir saja. Kalau aku tidak dilahirkan di Chiba, “Aku heran apa itu kebahagiaan…” akan mengisi kepalaku dan aku akan dalam masalah besar. Terima kasih, Kikkoman[2]. Jadi itulah itu, tapi apa maksudnya kikko dalam Kikkoman itu? Selamanya berusia 17 tahun[3]? Hei, hei.
Atau terserahlah. Aku harus membanggakan tentang Chiba sedikit selagi menertawainya karena kalau tidak, aku tidak akan bisa menerima kata-kata itu secara langsung karena itu begitu memalukan. Komachi mungkin merasakan hal yang sama sehingga itulah kenapa dia bersusah payah menghiasi surat itu dengan kata-kata yang tidak perlu. Kami bersaudara memanglah bagai pinang dibelah dua.
Tapi tetap saja, bagi Komachi untuk memberikanku sebuah surat, kelihatannya dia mungkin ada suatu maksud tertentu.
Rentetan kejadian mengenai pemilihan ketua OSIS tempo hari itu adalah sesuatu yang juga melibatkan Komachi. Atau malah, akulah yang meminta Komachi untuk kerja samanya.
Entahkah itu suatu hal yang bagus atau bukan, aku masih tidak pasti.
Komachi tidak mendesakku untuk detail-detail hasilnya seakan dia sedang bersikap pengertian akan apa yang sedang kurasakan. Yah, bahkan jika dia menanyaiku terus-terusan, aku tidak merasa aku akan bisa menjelaskannya dengan baik dan aku malah mungkin hanya akan merasa jengkel. Dan kemudian, jika kami berakhir bertengkar sekali lagi, aku tidak akan bisa menang.
Aku rasa itu karena Komachi sadar akan ini sehingga dia sedang bersikap pengertian meskipun itu secara tidak langsung. Seperti yang kuduga, adik kecil yang terhebat.
Karena itu adalah permintaan dari adik kecilku, mengabulkan keinginannya itu bergunung-gunung[4], tapi sayangnya, aku tidak ada uang. Ditambah lagi, aku bahkan juga tidak bisa mengabulkan salah satu keinginan yang dimasukkannya sebagai suatu lelucon.
Kebahagiaan Hikigaya Hachiman, harapan Hikigaya Hachiman, dan keinginan Hikigaya Hachiman.
Sampai hari ini, aku tidak pernah banyak memikirkan itu semua sebelumnya.
Jadi, apa itu kebahagiaanku dan apa itu yang aku inginkan? Aku tidak tahu satupun dari itu semua, tapi di sinilah aku hari ini.
Jika aku ada sesuatu yang bisa kuminta persis seperti Komachi meminta sesuatu untukku. Jika permintaanku itu benar-benar bisa didengar. Dan jika permintaan itu diizinkan.
Jika itu aku…
…Jika itu aku, aku akan meminta kebahagiaan Komachi, duh! Aku akan meminta Pretty Cure Cure Lovely dan Honey Princess Fortune kami dan melakukan sebuah Happiness Charge[5]!
Namun, karena dia adalah adik kecil imutku, aku harus memastikan untuk tidak menggangunya selama musim sekarang ini. Bagaimanapun juga, dia adalah murid yang sedang ikut ujian sekarang ini.
Aku tidak mau membuatnya merasakan kekhawatiran yang tidak perlu dan juga memakan waktunya selama masa penting seperti ini.
Jadi untuk sekarang, mengesampingkan kebahagiaanku dan semacamnya, aku melipat surat itu dan menyelipkannya ke dalam kantong dalam seragamku. Aku merasa sedikit hangat hanya pada area kecil itu. Apa ini? Bukankah kamu sedikit terlampau mencintai adik kecilmu? Tidak masalah, dia itu adik kecilku, jadi aku aman. Tapi dipikir lagi, aku sepenuhnya hancur dalam artian yang berbeda, bukan begitu?
Membiarkan ekspresi wajahku mengendur hanya karena melihat sebuah surat yang diberikan oleh adik kecilku itu sangat buruk, jadi aku berdiri tegak dan merapikan kerahku.
Itulah. Aku sebaiknya melindungi citra kerenku. Omong-omong, ada banyak kejadian dimana sementara kamu merasa kamu keren, orang-orang di sekelilingmu malah melihatmu sebagai orang yang muram, jadi kamu harus berhati-hati (hasil penyelidikan sendiri).
Selagi aku membuang-buang waktu melihat pada surat dari Komachi, sudah hampir saatnya homeroom pagi akan dimulai. Teman sekelasku akan buru-buru berlari ke dalam kelas.
Dan di dalam kelompok itu muncul seorang gadis yang berjalan dengan lesu, tidak menghiraukan pada hal-hal seperti loncengnya. Rambut gelap kebiruannya melambai-lambai dengan serempak pada setiap langkahnya.
Kawaentahapa… Tidak, Yamaentahapa? Atau apa dia Yutakaentahapa? Yah, mari kita cukup pakai Apakawayutaka-san. Kawaentahapa-san menuju ke tempat duduknya, tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi di dalam kelas, Di tengah jalan, mata dingin dan kalemnya bertemu dengan mataku.
Setelah mata kami bertemu, kami berdua terdiam untuk sesaat. Dan kemudian untuk beberapa alasan, kami berdua mematung.
Kami mungkin saja saling tak mengenal, tapi aku seharusnya paling tidak menyapanya. Yah, toh, itu tidak seperti aku tahu namanya. Omong-omong, aku berhutang padanya untuk bantuannya dalam pemilihan ketua OSIS tempo hari itu juga. Aku tidak pernah berhasil mengucapkan terima kasih padanya. Tapi kembali ke masa kini, aku masih tidak tahu apa yang harus dikatakan atau bagaimana berbicara padanya.
“Aah… yah, kamu tahu.”
Untuk sementara ini, aku menuturkan helaan tak berarti dan kata-kata kosong, berharap untuk menemukan suatu pemicu untuk memulai sebuah percakapan. Ketika aku melakukannya, pihak yang lain terlihat seperti dia mungkin juga sedang mencoba untuk mencari tahu apa yang mau dikatakan. Bibirnya bergoyang dan dia kemudian berbicara dengan suara yang kecil.
“…Pagi.”
“Y-Ya.”
Dia menyapaku dengan ekspresi masih sedingin batunya dan aku secara refleks memberikan jawaban yang bodoh.
Karena dia menghancurkan rencanaku, aku terduduk di sana tidak mampu berkata apapun yang berguna. Percakapannya tidak berjalan lebih jauh lagi dari itu dan dia buru-buru pergi ke mejanya di dekat sisi jendela di belakang.
Yah, toh, itu agak canggung dengan jeda sepanjang itu. Pilihan terbaik pada saat-saat seperti itu adalah untuk melarikan diri. Melihat bahwa aku sudah duduk di tempat dudukku, pilihan satu-satunya yang tersisa ada di arahnya.
Entahkah dia tidak tidur atau dia tidak termotivasi, setelah mencapai mejanya, dia tumbang ke atasnya. Selagi aku mengamatinya, aku dengan kalem merenungkan percakapan kami tadi.
…Hei, hei, yang benar saja? Kawaentahapa-san menyapaku. Kami berdua bahkan tidak tahu nama satu sama lain, jadi bukankah ini suatu kemajuan besar?
Walau, bahkan anak SD akan menyapa orang dengan benar. Malah, mereka bahkan diajari di SD untuk bersikap tegas ketika menyapa orang yang mencurigakan. Dengan memikirkan itu, bagi pihak lain untuk memberikan sapaan mereka terlebih dahulu berarti mereka lebih dulu menyebarkan rumor terhadap orang yang mencurigakan! Pada dasarnya begitu adanya. Sesuatu yang mirip seperti “apa yang kau lihat-lihat, brandalan, dari SMP mana kau?”[6] mungkin?
Yah, bagi orang mencurigakan yang ekspresinya mengendur dari suatu surat yang diberikan adik kecilnya pada dia, hantaman selevel ini sudah bisa diduga. Tapi tunggu dulu sejenak. Jika ingatanku benar, aku ingat melihatnya menyeringai karena suatu pesan teks dari adik laki-lakinya, Kawasaki Taishi. Ah, itu benar, namanya adalah Kawasaki.
…Wah wah, ada apa dengan gadis itu, dia begitu mencurigakan. Lain kali, aku akan menyapanya dan mewaspadainya.
Sapaan itu benar-benar penting, bukan?
Dunia ini telah menjadi suatu dunia dimana kamu harus waspada dengan mereka yang menyapamu, bukan dunia dimana kamu harus waspada akan kesalahpahaman bahwa disapa itu berarti dia ingin lebih dekat denganmu. RACUN[7].
Selagi aku mengawasi Kawasaki, aku menyandarkan daguku pada tanganku dan melihat-lihat ke sekeliling ruangan juga.
Tidak ada perubahan yang mencolok pada teman sekelasku, tapi pemandangan tempat mereka berada terlihat sedikit berbeda.
Loker di belakang dijejali dengan mantel dan syal. Bahkan ada sebuah panci ceret teh yang dibawa seseorang sesuka hatinya juga. Para gadis memiliki selimut di pangkuan mereka, menutupi sejumlah bagian kaki mereka.
Dan di antara gadis itu ada seorang gadis yang terang-terangan menampilkan kaki panjangnya. Dia adalah Miura Yumiko.
Selagi dia memutar rambut pirangnya, dia dengan perlahan mengganti kaki tersilangnya yang menjulur dari rok pendeknya. Ketika dia melakukannya, ujung roknya melambai sedikit.
Aku secara refleks memakai kekuatan tekadku untuk menahan mataku supaya tidak tertarik ke sana. Aku berhasil untuk menahan sampai dia hampir tidak ada dalam lapangan pandangku. Tidak mungkin aku bisa menahan diriku, huh? Aku juga sudah sedang melihatnya. Ah, tapi tunggu sebentar! Bagi dirinya untuk duduk berarti dia sedang menurunkan kewaspadaannya dan pemandangannya akan… Atau begitulah yang kupikir, tapi ada seberkas kabut ini yang melayang-layang di sekeliling Miura. Apa ini, sensor? Apa mereka akan menghilangkannya dalam BD[7]nya?
Mataku biasanya setengah terbuka, tapi aku rasa mungkin aku bisa melihat sesuatu (pink) jika aku menyipitkan mataku. Ketika aku menatap dengan mata berkabutku, apa yang kutemukan adalah suatu mesin kecil yang mengepulkan kabut. Aah, itu pastilah pelembab yang sedang Yuigahama bicarakan. Itu memang mengepulkan sesuatu keluar. Itu sudah menjadi sejenis kabut yang digunakan ketika seorang karakter musuh muncul keluar.
Miura sedang bersikap seperti tingkah Ratu biasanya dan di sampingnya ada dua pelayan yang sama, Yuigahama dan Ebina-san.
Catatan Translasi
<references>
- ↑ Kecap
- ↑ Pembuat kecap yang berpusat di Chiba
- ↑ Kikuko Inoue VA yang terobsesi dengan angka 17.
- ↑ Tidak begitu yakin dengan lelucon ini, tapi kurang lebih artinya, "Aku akan melewati semua rintangan yang ada jika aku bisa
- ↑ Happiness Charge Precure! Anime Pretty Cure
- ↑ Cara bicara preman SMP yang berubah jadi lelucon
- ↑ Blue-ray Disc