Difference between revisions of "Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid3 Bab4"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
Line 487: Line 487:
 
===Bagian 3===
 
===Bagian 3===
   
Setelah ia selesai memakan masakan Ellis, hari sudah gelap.
+
Pada saat dia telah selesai memakan masakan Ellis, diluar sudah berubah menjadi gelap gulita.
   
  +
<!--94-->
Sekarang adalah saat dia membuat makan malam untuk Claire dan lainnya, yang sudah menunggu di asrama.
 
  +
Ini sudah saatnya dia membuatkan makan malam untuk Claire dan lainnya, yang sedang menunggu di asrama.
   
Ketika Kamito memberitahukan kepada Ellis tentang hal itu… Dia membuat wajah sedikit kecewa.
+
Ketika Kamito memberitahukan kepada Ellis tentang masalah itu... Dia berwajah sedikit kecewa.
   
Setelah membantu Ellis membereskan meja, Kamito dan Ellis yang sudah berganti seragam, keluar dari asrama.
+
Setelah membantu Ellis membereskan peralatan makan minum, Kamito dan Ellis, yang berganti ke seragamnya, pergi keluar dari asrama.
   
Saat Ellis melepaskan seragam maidnya, dia tiba-tiba terlihat malu dengan tindakannya tadi, jadi ketika dia berjalan di jalan setapak yang bersinar karena sinar bulan, dia memeluk kepalanya kebawah sepanjang waktu.
+
Saat Ellis melepaskan seragam maidnya, dia tiba-tiba terlihat malu dengan tindakannya tadi, lalu saat dia berjalan di tempat disinari cahaya bulan, dia menundukkan kepalanya kebawah sepanjang waktu.
   
Sama sepertinya, Kamito juga malu.
+
...Tentu saja, Sama sepertinya, Kamito juga malu.
   
“Aku minta maaf karena terlalu lama tinggal. Masakanmu enak.
+
"Aku minta maaf karena terlalu lama tinggal. Masakanmu enak."
   
“Iya, aku senang karena bisa menyampaikan terima kasihku seluruhnya. Karena mungkin hari ini adalah kesempatan terakhir aku bisa mengajakmu ke kamarku.
+
"Iya, aku senang karena aku bisa menyampaikan terima kasihku sebagaimana mestinya. Karena mungkin hari ini adalah kesempatan terakhir aku bisa mengundangmu ke kamarku."
   
  +
"Apa maksudmu?"
“Apa yang kau maksud?”
 
   
“Itu tentang teman sekamar yang pernah kukatakan. Dia akan menyelesaikan misinya dan kembali sesegera mungkin.
+
"Ini tentang teman sekamar yang baru saja kubicarakan. Dia akan menyelesaikan misinya dan segera kembali."
   
“Apa teman sekamarmu menakutkan?
+
"Apa teman sekamarmu semengerikan itu?"
   
Setelah mengatakannya, ekspresi Ellis agak murung.
+
Saat mengatakannya, ekspresi Ellis sedikit murung.
   
“Velsaria Eva Fahrengart— Dia adalah kakak tiriku, sejak dua tahun lalu. Dia juga kapten utama Ksatria Sylphid.
+
"Velsaria Eva Fahrengart— Dia adalah kakak tiri tertuaku, sejak dua tahun lalu. Dia juga mantan kapten Ksatria Sylphid."
   
  +
"Velsaria..."
“Velsaria…”
 
   
Kamito terkejut. Nama itu, jika tidak salah, apa yang Claire sudah katakan—
+
Kamito terkejut. Nama itu, jika dia tidak salah, apa yang Claire bicarakan adalah—
   
“Pengontrak roh terkuat di akademi… Apa dia kakakmu, Ellis!?
+
"Elementalist akademi terkuat... Apa sebenarnya kakakmu, Ellis!?"
   
  +
<!--95-->
“Ya, tapi kami tidak berhubungan darah. Dulu dia juga calon sebagai dua belas pemimpin ksatria, tapi— setelah kalah dari Ren Ashbell di pertandingan pertama Blade Dance tiga tahun lalu, semuanya pun lenyap.”
 
  +
"Ya, ini tidak seperti kami berhubungan darah. Dulu dia juga diharapkan untuk menjadi seorang kandidat {{Furigana|'''Dua belas Komandan Ksatria'''|'''Nomor'''|margin=12}} masa depan, tapi— setelah dia dikalahkan oleh Ren Ashbell itu di pertandingan pertama pada Penari Pedang tiga tahun lalu, cerita itu juga menghilang."
   
  +
"...!?"
“…!?”
 
   
“Ada apa? Kau tahu tentang kakak ku?
+
"Ada apa? Kau tahu tentang kakak ku?"
   
“… T-Tidak, tidak tahu.
+
"... T-Tidak, tidak ada."
   
Kamito menggoyangkan kepalanya kebingungan.
+
Kamito menggoyangkan kepalanya sambil kebingungan.
   
''… Aku tahu, tidak aneh kalau aku ingat sudah pernah mendengar nama itu sebelumnya.''
+
(...Aku tahu, tidak heran aku ingat sudah pernah mendengar nama itu sebelumnya.)
   
—Dia mengingat-ingat. Dia adalah lawan pertama di pertandingan pertama dari Blade Dance tiga tahun lalu.
+
—Dia mengingat. Dia adalah lawan pertama di pertandingan pertama dari Blade Dance tiga tahun lalu.
   
Dia adalah perempuan dengan wajah dingin yang cantik dan rambut pirang yang indah.
+
Dia adalah seorang gadis dengan wajah cantik yang dingin dan rambut pirang yang indah.
   
“… Kakakku seperti orang itu, seorang yang mewakili gambar dari ksatria yang kuanggap ideal.
+
"... Kakakku adalah seseorang yang mirip dengan gambaran Ksatria yang ku idealkan."
   
 
Ellis menghembuskan nafas putih sambil dia bergumam.
 
Ellis menghembuskan nafas putih sambil dia bergumam.
   
“Walaupun begitu, sekarang orang itu—“
+
"Bagaimanapun, sekarang orang itu—"
   
Bergumam seperti bicara sendiri— Ellis menghentikan langkahnya.
+
Bergumam seperti bicara sendiri— Ellis menghentikan langkahnya disana.
   
Kamito memandang jauh, dan jendela kamar Claire sudah menyala.
+
Kamito mendongak, dan jendela kamar Claire telah menyala.
   
“Ellis, terima kasih untuk hari ini. Jadi, sampai jumpa besok.
+
"Ellis, terima kasih untuk hari ini. Baiklah kalau begitu, sampai jumpa besok."
   
“Ah-Ahh, tunggu—“
+
"Ah-Ahh, tunggu—"
   
  +
<!--96-->
Kamito melambaikan tanganya dan berjalan benuju asrama.
 
  +
Kamito melambaikan tangannya dan berjalan menuju asrama.
   
Pada saat itu, ketika dia baru berjalan beberapa saat menuju bangunan asrama.
+
Pada saat itu, ketika dia berjalan untuk sementara waktu ditempat menuju bangunan bangunan asrama.
   
“…Ka-Kamito!
+
"...Ka-Kamito!"
   
 
Ellis memanggil Kamito dari belakang agar berhenti.
 
Ellis memanggil Kamito dari belakang agar berhenti.
   
Itu tidak seperti suara dinginnya yang biasa, melainkan seperti teriakan memaksa.
+
Itu tidak seperti suara dinginnya yang biasa, suara itu seperti teriakan mendesak.
   
“…” Ellis?
+
"...Ellis?"
   
 
Kamito berbalik—
 
Kamito berbalik—
   
  +
"Ah..."
“Ah…”
 
   
 
Ellis melebarkan matanya dan terkejut.
 
Ellis melebarkan matanya dan terkejut.
   
Kenapa dia menunjukkan ekspresi itu— bagaikan dia tidak mengerti mengapa dia memanggil Kamito.
+
Kenapa dia menunjukkan ekspresi itu— bahkan dia tidak mengerti mengapa dia memanggilnya.
   
“Ada apa?
+
"Ada apa?"
   
  +
"Tidak, err..."
“Tidak, err…”
 
   
  +
"Um?"
“Um?”
 
   
Kamito menjadi risau dan mendekat—
+
Kamito menjadi kasihan dan mendekat—
   
  +
"...!"
“…!”
 
   
Ellis— ketika dia bertekad untuk sesuatu yang penting— dia menarik nafas yang dalam.
+
Ellis -seolah-olah dia membuat sebuah resolusi untuk sesuatu yang penting- dia mengambil nafas dalam-dalam.
   
“Sebenarnya aku ingin meminta pertolongan kepadamu, tapi…”
+
"Sebenarnya aku ingin meminta padamu, tapi..."
   
  +
"Keinginan?"
“Pertolongan?”
 
   
  +
<!--97-->
 
Kamito mengerutkan keningnya dan bertanya balik.
 
Kamito mengerutkan keningnya dan bertanya balik.
   
Yang ia pikirkan adalah— kejadian sebelum dia menerima misi di Kota Pertambangan dua minggu yang lalu.
+
Apa yang terlintas dipikirannya adalah- kejadian sebelum dia menerima misi di kota penambangan dua minggu lalu.
   
Ellis mencoba untuk mengajak Kamito masuk kedalam timnya.
+
Ellis mencoba untuk mengajak Kamito kedalam timnya.
   
Kamito, yang sudah bertim dengan Claire, menolaknya, tapi sekarang kedua temannya menjadi tidak bisa mengikuti pertarungan, dia mungkin mencoba untuk mengajaknya sekali lagi.
+
Kamito, yang sudah bergabung sebuah tim dengan Claire, dengan jelas menolaknya, tapi sekarang kedua temannya menjadi tidak bisa berpartisipasi dalam kedudukan perang, dia mungkin mencoba untuk mengajaknya sekali lagi.
   
Ketika Kamito menggaruk kepalanya karena gelisah, dia menggelengkan kepalanya.
+
Ketika Kamito menggaruk kepalanya sambil gelisah, dia menggelengkan kepalanya.
   
“Ellis, maaf, tapi aku tidak bisa ikut di…”
+
"Ellis, maaf, tapi aku tidak bisa bergabung di..."
   
“B-Bukan soal itu!
+
"Bu-Bukan itu!"
   
Wajah Ellis memerah ketika dia berteriak… Sepertinya Kamito salah mengartikannya.
+
Wajah Ellis memerah saat dia berteriak... Tampaknya dia salah menyimpulkannya.
   
  +
"Lalu..."
“Lalu…”
 
   
“Kamito, err… Maukah kau bergabung dengan Ksatria Sylphid?
+
"Kamito, err... Maukah kau bergabung dengan Ksatria Sylphid?"
   
  +
"Ksatria?"
“Ksatria?”
 
   
Dengan spontan Kamito bertanya balik tentang kata yang tak terduga tersebut.
+
Dengan spontan Kamito bertanya balik dengan kata-kata yang tak terduga tersebut.
   
Ksatria Sylphid— Organisasi elit sekolah yang melindungi kepentingan publik dan moral di akademi.
+
Ksatria Sylphid— Sebuah organisasi elit murid yang melindungi ketertiban umum dan moral akademi.
   
  +
(Bagiku untuk bergabung... Apa maksudnya ini?)
'' Aku bergabung… Apa yang dia maksud?''
 
   
Ellis menatap Kamito dengan kikuk.
+
Ellis menatap Kamito dengan canggung.
   
“Err… Itu hanya sampai teman ku kembali, aku ingin kau membantu Ksatria.
+
"Err... Ini hanya sampai temanku kembali, aku ingin kau membantu para Ksatria."
   
Kamito teringat sesuatu yang dia katakana kepada Ellis pada pelajaran tambahan pagi hari ini.
+
Kamito teringat sesuatu yang dia bicarakan pada Ellis sewaktu pelajaran tambahan pagi hari ini.
   
  +
<!--98-->
Sebagai hasil dari serangan di hari kemarin, termasuk dua teman setim Ellis, tujuh ksatria terpaksa menarik mereka dari
 
keanggotaan Ksatria Sylphid, karena kehilangan tiga anggotanya, sekarang keadaanya tidak bekerja dengan normal.
+
Sebagai hasil dari serangan kemarin, termasuk dua rekan Ellis, tujuh ksatria terpaksa mundur dari Ksatria Sylphid. Ksatria Sylphid, yang telah kehilangan tiga anggotanya, sekarang dalam keadaan tidak berfungsi dengan normal.
   
Memang, karena seorang kenalannya dan juga seorang yang memiliki kemampuan sebagai kontraktor roh seperti Ellis, Kamito bisa mamahami alasan perempuan itu mengajaknya.
+
Tentu, sebagai seorang kenalan dan juga selain orang yang memiliki kemampuan sebagai seorang elementalist dia juga mengerti, Kamito bisa mamahami alasan dia ingin mengajaknya.
   
“Tentu saja aku mengatakannya tidak gratis. Sebagai seorang Ksatria, kau harus membayar sebagian gajimu.
+
"Tentu saja, aku tidak mengatakannya secara gratis. Sebagai seorang anggota Ksatria, kau akan dibayar sebagaimana mestinya."
   
“… Kenapa harus? Jika kau menarik anggota baru, bukankah tidak akan ada perempuan yang tertarik?
+
"... Kenapa aku? Jika kau mengatur perekrutan, bukankah akan ada perempuan yang tertarik?"
   
“Kita menarik anggota baru, tapi praktis tidak ada yang mendaftar. Kita sudah mengumpulkan orang selama periode kedatangan murid baru, tapi— walaupun begitu, lebih dari separuhnya langsung mengundurkan diri.
+
"Kita mengadakan rekrutmen, tapi hampir tidak ada yang mendaftar. Kami telah mengumpulkan orang-orang selama periode kedatangan murid baru, tapi— meskipun begitu, lebih dari separuhnya langsung mengundurkan diri."
   
  +
"Begitukah..."
“Begitukah…”
 
   
Sepertinya mereka berfikir kalau pekerjaan Ksatria Sylphid itu sangat berat. Sebagai yang paling mendapatkan banyak bahaya dan pelindung publik dan moral akademi, kadang ada kejadian di mana mereka mendapatkan permusuhan dari murid akademi yang lainnya.
+
Tampaknya bahwa pekerjaan Ksatria Sylphid adalah sesuatu yang lebih besar dari pada yang mereka bayangkan. Pada puncak bahaya, dan pada puncak disebut-demikian pekerjaan menjaga moral publik akademi, juga kemungkinan ada kasus dimana mereka terlihat bermusuhan dari murid akademi lain.
   
“Lebih-lebih, karena serangan di hari kemarin, kepercayaan terhadap Ksatria semakin berkurang. Walaupun kami mampu menyelamatkan semua korban, tetap saja, kami tidak mampu menangkap penyerangnya.
+
"Ditambah lagi, karena insiden serangan kemarin, kepercayaan terhadap Ksatria telah semakin jatuh. Walaupun kami menyelamatkan semua korban, pada akhirnya, kami tidak mampu menangkap penyerangnya."
   
 
Ellis menggigit bibirnya seperti terganggu.
 
Ellis menggigit bibirnya seperti terganggu.
   
“Aku yang digunakan untuk misi penangkapan Jio Inzagi menggunakan rencana yang berbeda dengan Ksatria, tapi—hasilnya kami kesulitan. Jika kau tidak menolong kami diwaktu itu, mungkin kami sudah musnah.
+
"Aku menjalankan misi penangkapan Jio Inzagi dengan rencana membalikkan pendapat tersebut pada Ksatria tapi— hasilnya menyedihkan. Jika kau tidak menolong pada waktu itu, kami pasti akan dimusnahkan."
   
Pupil coklat kemerahannya menjadi basah dan agak gemetar.
+
Pupil coklat kemerahannya menjadi basah dan sedikit gemetar.
   
  +
<!--99-->
Tidak diragukan, Ellis bertahan dari semua kritik kepada Ksatria selama ini.
 
  +
Tanpa diragukan lagi, Ellis bertahan dari suara kritikan pada Ksatria selama ini.
   
Pastinya, dia menahan itu sendirian tanpa seseorang pun yang bisa ia pintai nasihat.
+
Tentunya, dia menahan itu sendirian tanpa seseorang pun yang bisa dia mintai pendapat.
   
  +
Sebagai tugas seorang kapten, dan dia menyalahkan dirinya sendiri.
''… Aku mengerti. Dia tidak percaya diri. Pasti dia tidak bisa membantu, tapi malah menjadi takut ketika dia tidak percaya diri.''
 
   
  +
(...Aku mengerti. Dia tidak aman. Tentu saja dia hanya bisa ketakutan saat dia tidak aman.)
Itu adalah tanggung jawab dan tekanan berat yang datang karena posisinya sebagai kapten.
 
   
  +
Ini adalah tanggung jawab dan tekanan berat yang datang karena posisinya sebagai kapten.
Dia berjuang keras demi melaksanakan permintaan dari akademi dan bahkan, mungkin dia menjadi memiliki musuh.
 
   
  +
Pasti ada suara keraguan tertuju padanya, seorang murid SD, melayani sebagai kapten.
Dia sudah menahan kritik itu dengan menunjukkan kemampuannya lebih jauh.
 
   
  +
Dia melakukannya sendirian dengan ketat untuk kepentingan menjaga tata tertib akademi dan mungkin pernah mendapat musuh.
Bagaimanapun, sekarang dia pasti terpukul.
 
   
  +
Dia juga telah menahan kritik itu dengan menunjukkan kemampuannya selama ini.
Tapi, teman setimnya dan teman-temannya selalu mencoba menyemangati dia.
 
   
Rakka and Reishia sekarang tidak ada.
+
Bagaimanapun, kepercayaan itu bergeming sekarang.
   
  +
Lagi pula, rekannya dan kawan-kawannya selalu tetap mendukungnya.
''… Dia juga perempuan, yang akan berumur enam belas tahun.''
 
   
  +
Rakka and Reishia juga tidak ada sekarang.
Dengan melindungi nama Ksatria di bahunya, berapa banyak tekanan berat yang ia tanggung di bahu gadis ramping itu —
 
   
  +
(...Dia juga adalah seorang gadis, yang belum berumur enam belas tahun.)
“… Sebenarnya aku takut.”
 
   
  +
Tertutupi oleh plat bahunya adalah siluet bahu gadis itu.
Dia melihat kebawah ketika mengatakannya.
 
   
  +
Betapa besar beban yang dipikulnya pada bahu miliknya-
“Apakah aku sudah melakukan sesuatu yang benar sebagai Ksatria? Apa aku menyalahgunakan kewenangan Ksatria dan hanya menindas orang-orang yang harusnya aku lindungi, dengan kekuatan?”
 
   
  +
"... Sebenarnya aku takut."
Rambut ekor kudanya yang berwarna biru itu bergoyang akibat angin sepoi-sepoi.
 
   
  +
Dia menunduk ketika mengatakannya.
Itu seperti memperlihatkan isi hati Ellis.
 
   
  +
"Apakah aku telah melakukan sesuatu yang benar sebagai seorang Ksatria? Apa aku menyalahgunakan kewenangan Ksatria dan hanya menindas orang-orang yang harusnya kulindungi, dengan kekuatan?"
“Aku akan membantu” — Ellis tidak mengatakannya.
 
  +
  +
<!--100-->
  +
ponytail birunya itu berkibas oleh angin sepoi-sepoi.
  +
  +
Hampir seperti memperlihatkan hati Ellis.
  +
  +
"Aku ingin membantu" —Ellis tidak mendengarnya.
   
 
Kalimat itu pasti menjadi kalimat kebanggaannya yang terakhir.
 
Kalimat itu pasti menjadi kalimat kebanggaannya yang terakhir.
Line 680: Line 692:
 
Kamito—
 
Kamito—
   
“… Baiklah. Itu hanya sampai mereka berdua kembali, kan?
+
"... Baiklah. Hanya sampai mereka berdua kembali, kan?"
   
  +
"Ap-Apakah tidak apa-apa? ...Sungguh?"
“A-Apa itu benar? … Benar?”
 
   
 
Ellis membuka mata coklat kemerahannya.
 
Ellis membuka mata coklat kemerahannya.
   
  +
"Ahh."
“Ahh.”
 
   
  +
Kamito mengangguk dengan tegas sekali lagi.
Dengan tegas Kamito menganggukan kepalanya.
 
   
Sejujurnya, dia tidak berfikir jika dia akan cocok untuk hal-hal seperti Ksatria yang menjaga moral publik. Selain itu, jika dipertimbangkan dengan Blade Dance yang akan diselenggarakan beberapa minggu lagi, seharusnya dia tidak menggunakan waktunya untuk hal semacam itu.
+
Sejujurnya, dia tidak berfikir jika dia ditarik untuk hal-hal seperti Ksatria yang menjaga moral publik. Selain itu, jika mempertimbangkan tentang Blade Dance yang akan datang beberapa minggu, dia seharusnya tidak mempunyai ruang untuk menggunakan waktunya untuk hal-hal seperti itu.
   
Namun, setelah melihat Ellis yang berubah menjadi keadaan dimana dia bisa hancur kapan saja—
+
Namun, saat melihat Ellis berubah ke keadaan dimana dia bisa hancur kapan saja—
   
  +
Dia ingin membantu ketulusannya tapi gadis Ksatria yang bahkan sedikit canggung.
“… Te-Terima kasih. Kazehaya Kamito.”
 
   
  +
"... Te-Terima kasih. Kazehaya Kamito."
Ellis tertunduk dengan ekspresi seperti dia akan menangis kapan saja.
 
   
  +
Ellis tertunduk dengan ekspresi seperti dia akan menangis kapan saja.
Kamito membuat senyuman pahit kepada Ellis, yang berhati-hati walaupun pada saat seperti itu.
 
 
“Ahh, iya… Aku punya permintaan.”
 
   
  +
Kamito sedikit tersenyum pada Ellis, yang berbaik hati bahkan pada saat seperti ini.
“Apa itu?”
 
   
  +
"Ahh, itu benar. Aku punya permintaan untukmu."
“Err, tentang gaji yang kau sebutkan tadi, apakah ada uang mukanya?”
 
   
  +
<!--101-->
  +
"Apa itu?"
   
  +
"Err, tentang pemberian gaji yang kau sebutkan barusan, apakah mungkin untuk sesuatu seperti kenaikan?"
   
 
===Bagian 4===
 
===Bagian 4===

Revision as of 20:10, 30 December 2013

Bab 4 : Ketulusan Seorang Ksatria

Bagian 1

Pada saat mereka semua selesai menaklukkan parfait raksasa, hari sudah malam.

Kamito, yang telah kembali dari kota akademi, muncul di tengah aula seperti yang dia janjikan pada Ellis.

Setelah menunggu beberapa saat, Ellis datang berlari dikejauhan dan sambil terengah-engah.

"...M-Maaf, membuat mu menunggu."

"Tidak,aku tidak menunggu selama itu."

Kamito sedikit tersenyum pada Ellis,yang sedang terengah-engah.

"Hey, Ellis,barusan kamu dari kota akademi,bukan begitu?"

"K-kau melihat ku!"

Ponytail Ellis berdiri.

"Ahh, aku kebetulan saja melihatmu dari jendela restoran, apakah itu penjaga Ksatria?"

"Tidak, er... aku sedang belanja beberapa barang"

Ahem,Ellis terbatuk dan wajahnya memerah untuk beberapa alasan.

Sebuah tanda tanya terlintas di pikiran kamito tapi...baiklah,itu tidak apa-apa.

"Untuk saat ini,jika kita akan belajar,apakah kita pergi ke perpustakaan atau apa?"

"Ah,tidak...bukan perpustakaan."

Ellis menggelengkan kepalanya sambil kebingungan.

"Hn, bukan perpustakaan? Lalu,apakah kita pergi ke sebuah kelas kosong dima-"

"-Kamar!"

"..huh?"

Kamito seolah tidak mempercayai telinganya.

"...sebuah kamar?"

"A-Maksudku, err...A-Aku mau kau mengajariku di kamarku!"

Ellis berteriak dengan wajahnya yang berubah merah menyala.

"..."

"..A-apakah tidak apa-apa?"

"Tidak, hey tunggu, bagi seorang laki-laki sepertiku untuk masuk kamar perempuan..."

"Se-seorang perempuan..."

Seketika, Ellis berwajah seperti dia kehilangan kepalanya karena sesuatu-.

"Ba-bagaimanapun, bukankah kau tinggal dengan Claire Rouge dan lainnya dalam satu kamar bersama?"

"Tidak, baik...begitulah yang terjadi."

Kamito menggaruk belakang kepalanya sambil menjawab.

"A-atau, kau tidak mau datang ke kamar seorang perempuan berenda-lurus seperti ku-"

"T-Tidak!, bukan begitu!"

Kamito menggelengkan kepalanya sambil kebingungan karena Ellis terlihat sedikit terluka.

"B-Baiklah kalau begitu-"

"...ahh, Aku mengerti. Aku mengerti. Izinkan aku untuk masuk."

Meski Kamito masih tidak memahami apapun, dia mengangguk dengan sedikit putus asa.

Bagian 2

Begitulah- Kamito sedang dibawa di sepanjang jalan ke asrama Kelas Weasel.

Sebagai kebalikan dari Kelas Raven yang dikumpulkannya semua murid paling bermasalah, Kelas Weasel adalah sebuah kelas dari murid rajin terhormat.

Kamar Ellis, di atas tangga, di lantai dua dalam bangunan.

Ellis terbatuk di depan pintu.

"Ini kamar ku. T-tentu saja, ini pertama kalinya seorang laki-laki memasukinya."

"...Jika kau berkata seperti itu, aku jadi sedikit tegang."

Ellis membuka pintu kamar dan mengucapkan sebuah mantra dalam bahasa roh.

Pada saat itu, kristal roh di langit-langit bercahaya dan di dalam kamar redup itu terang bersinar.

Desain interriornya tidak begitu berbeda dari kamar Claire. Bagaimanapun, kamar Ellis telah teratur rapih.

"Kau merapihkannya dengan baik. Seperti itulah Ellis yang cekatan."

"Ahh, itu karena jika aku tidak bersih-bersih, teman sekamarku yang terlalu serius akan marah."

"Seorang Teman sekamar yang lebih terlalu serius dari Ellis?..."

begitu kasarnya pada Ellis, tapi dia tidak bisa membayangkannya sedikitpun.

"Dimana teman sekamarmu ini sekarang?"

"Dia sedang keluar beberapa minggu ini karena sebuah tugas dari Akademi. Jika orang itu sekarang ada di tempat ini- kau mungkin tidak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup."

Sementara mengatakan sesuatu yang berbahaya, Ellis meletakkan bantal untuknya.

"Anggaplah rumah sendiri, aku akan menyiapkan teh dan cemilan sekarang."

"Ah..maaf."

Ellis segera merebus air panas, dan mengambil keluar daun Teh hitam dan cemilan.

Meskipun seorang Ojou-sama dari sebuah keluarga bangsawan besar, dia sangat ahli dalam beberapa bidang. Sejak keluarga Fahrengart adalah keturunan militer,dia mungkin telah menerima pelatihan ketat ketika dia masih muda.

"Ini lezat. Ellis, kau yang membuatnya?"

"K-Kau bisa bilang begitu. Ini seperti Hobiku."

Ellis bersikap cangung, terlihat dia sedikit malu-malu.

Ini adalah sebuah Sponge cake yang ditaburi bubuk teh hitam di permukaannya.Ini mempunyai sebuah rasa yang sederhana karena manisnya yang sedikit.

Dia mengetahui bahwa memasak adalah bakat terkuatnya, tapi ini mengejutkan bahwa dia bisa membuat hal lembut sedemikian rupa.

"Santailah sejenak. Aku akan pergi membuat persiapan sekarang."

"Hn, persiapan apa?"

Ketika Kamito bertanya- Ellis menarik pedangnya dari pinggangnya.

Dengan suara aneh terisi dengan intensitas,

"Ini persiapan."

"A-Aku mengerti..."

Dengan pedang yang tetap di acungkan ke belakang lehernya, Kamito mengangguk.

Ketika Ellis menghilang di kamar sebelah dan Kamito jadi sendirian, dia sedikit menghela.

(...Apa itu tadi?)

Sambil dia menyesap teh hitam yang Ellis buat, dia melihat sekitar interrior kamar.

Ada seragam terlipat rapi dan piyama diatas tempat tidur.

Ada teddy-bear lucu dan boneka kelinci mewah berderetan disampingnya.

(Mengejutkan, dia memiliki sisi kewanitaan)

Ketika memikirkan hal semacam itu, dia mengubah arah pandangannya, lalu—

Secara tidak langsung, pandangannya terhenti diatas meja tulis.

Sebuah kristal roh objet d'art,yang memancarkan cahaya redup, ditempatkan di dekat meja.

(Itu—)

Kamito mendekat, dan mengambilnya ke tangannya.

Didalam kristal roh transparan, berbagai setan muncul dan menghilang—.

"Sebuah kristal roh yang menyegel memori, huh?..."

Ini adalah sebuah artikel yang bisa mengurung kejadian didalam memori seseorang dengan memasukkan kekuatan hebat kedalamnya.

Penampakkan dari gadis yang sama telah berulang-ulang muncul beberapa kali didalam kristal roh.

Rambut glamor nya berkibar dan dia sedang memegang sebuah pedang setan hitam-memancar—penampilan seorang gadis yang masih sangat muda.

"...Eh, bukankah itu aku tiga tahun yang lalu?!"

Kamito tidak sengaja berteriak.

Ya, orang yang tercermin disitu tidak diragukan lagi—

Penampilan dari Penari Pedang terkuat, Ren Ashbell.

(Itu mengingatkanku, dia pernah berkata bahwa dia mengagumi Ren Ashbell...)

Dia menghela dengan berat, dia menaruh kembali bijih penyegel-memori roh ke dalam meja.

Jika Kamito tidak memastikan bahwa setidaknya identitas sebenarnya sama sekali tidak terungkap padanya—

Dia akan menghancurkan mimpi murni gadis itu, yang mana dia tidak bisa lakukan.

(...Hn?)

Tiba-tiba, Kamito menyadari bahwa penampakkan seorang gadis selain Ren Ashbell sedang diproyeksikan di dalam kristal roh.

Dia memiliki rambut pirang mengkilap dan bercahaya. Dia adalah seorang gadis cantik, yang kelihatannya bertampang-dingin.

Orang yang berdiri malu-malu di samping gadis itu mungkin Ellis ketika dia masih muda—

(Aku memiliki ingatan gadis ini di suatu tempat)

Kamito meragukannya— pada saat itu.

"...A-Aku membuatmu menunggu."

Dia mendengar suara Ellis yang seolah hilang kapan saja dari belakang.

"Ellis?"

Kamito berbalik—

"..."

Mulutnya terbuka.

Disana ada seorang maid.

"...?"

Setelah Kamito menggosok matanya, dia membuka matanya lagi.

…Ya, pasti itu adalah seorang maid.

Dia memakai seragam maid berwarna biru gelap rapi berpasangan dengan celemek putih, dan rok panjang yang indah dengan hiasan. Dan kemudian, dia memakai hiasan kepala, yang diletakkan di kepalanya.

Dia memakai seragam maid berwarna biru gelap rapi berpasangan dengan celemek putih, dan rok panjang yang indah dengan hiasan.

Dan kemudian, dia memakai hiasan kepala, yang diletakkan di kepalanya.

Itu Ellis dalam pakaian maid lengkap.

"K-Kau, apa itu..."

Kamito menelan ludahnya, dan—

"A-Aku menjadi maid eksklusif-bergunamu dari sekarang. ...A-Apakah itu tidak apa-apa?"

Ellis, yang wajahnya berubah menjadi merah menyala, memegang ujung rok panjangnya dan membungkuk.

Di bagian bawah-belakangnya rok Ellis, Kamito melihat sekilas pada sebuah ikatan sabuk hitam.

"Ap—"

Kamito terkejut dan menutupi matanya dengan kedua tangan sambil kebingungan.

"J-Jangan lihat-lihat... Ini memalukan."

Wajah Ellis semakin memerah, dan dia mengusap lututnya bersamaan dengan malu-malu.

Karena dia tidak mengenakan baju besi nya, payudara nya yang besar terlihat lebih bergoyang dari biasanya.

Kamito kehilangan kata-katanya—

Ellis berbisik dengan ekspresi yang tampaknya gelisah.

"S-Seperti yang kupikir, jenis pakaian ini... tidak cocok untukku?"

"Tidak...err, bukan itu."

Kamito berkata sambil dia memalingkan pandangan matanya.

...Atau lebih tepatnya, dia manis. Sangat manis.

Tidak, bahkan setiap saat Ellis memang pasti manis tapi—

Dia tidak berpikir bahwa Ellis yang mengenakan seragam maid begitu menggoda.

Bagaimanapun, selain itu, Kamito lebih kebingungan.

"...M-Mengapa seragam maid?"

"In-Ini adalah sebuah tindakan ketulusan dariku..."

"Ketulusan?"

Kamito bertanya kembali kepada Ellis yang tampaknya sedang bergumam dengan malu.

Seragam maid adalah suatu tindakan dari ketulusan... Dia tidak mengerti maksudnya.

Ellis melipat tangannya dan melotot tajam kearah Kamito dengan mata cokelat kemerahannya.

"I-Ini tentang misi hari lainnya. Sebagai representatif dari Ksatria Syphid, aku berfikir kalau aku harus berterima kasih untuk bantuanmu diwaktu itu... I-Ini hanya sebagai representatif dari Ksatria Syphid!"

"Tidak, aku sudah katakan aku tidak butuh sesuatu seperti terima kasih. Itu wajar untuk membantu teman sendiri."

Kamito mengatakannya—

"Kalau begitu, aku tidak bisa tenang. Ap-Apa yang harus kulakukan agar kau menerima terima kasihku... Aku sudah khawatir selama minggu ini."

"...Kenapa keluarnya adalah seragam maid?"

"Umm, saat mengkonsultasikan kawan reguku Rakka dan Rieshia, mereka berkata kepadaku kalau yang terbaik adalah kalau aku memakai pakaian ini untuk menunjukkan ketulusanku padamu. Lagipula, kau orang gila, yang takjub dengan melihat penampilan begitu. Pa-Pada mulanya, aku juga punya masalah dengan ini, tapi aku mencurahkan seluruh badan dan jiwa untuk menunjukkan terima kasihku ke seseorang yang aku berhutang budi adalah aturan rumah tangga dari keluarga Fahrengart ku."

"Mengapa mereka berdua, mengajarkan sesuatu yang tidak berharga..."

Wajah Kamito tersentak... Singkatnya, Ellis sudah tertipu oleh mereka berdua.

"Ellis, jangan salah paham. Aku bukan orang gila yang tertarik dengan seragam maid."

Kamito berusaha menyelesaikan kesalahpahaman, tapi—

"... Ap-Apa? Artinya—"

Tampaknya Ellis mengartikannya dalam arti yang berbeda.

"... Melakukan itu, maksudmu itu?"

"Huh?"

"Y-Yang kau maksud menyuruhku memakai pakaian yang lebih seksi, kan?!"

"Apa yang kau katakan!"

"Kuu, dasar raja mesum sialan...!"

"Penggunaan-hak raja mesum sudah dipakai oleh penduduk kota!?"

"Aku sama sekali tidak terima untuk melakukan permintaan yang lancang!"

Ellis mengeluarkan pedang dari pinggangnya dan dengan cepat menodongnya ke belakang leher Kamito.

Tampaknya dia tidak kehilangan kemampuannya sebagai ksatria walaupun dia menjadi maid. ...itu sudah jelas.

"A-Aku mengerti, itu sangat cocok bagimu, seragam maid yang terbaik, seragam maid horayy!"

"... Hmm, itu sudah cukup."

Saat Ellis menodongkan lagi ujung dari pedangnya sebelum belakang lehernya—

"Ayo, Kamito, kau bisa menyuruhku melakukan apapun yang kau mau!"

"Kau adalah maid cantik yang sombong... Kalau begitu, Ellis, apa yang kau bisa?"

"Spesialisasiku adalah dalam mengayunkan sebuah tombak."

"Maid macam apa kau...?"

"Aku juga bisa menggunakan sebuah pedang, tapi keahlianku adalah menggunakan tombak."

Dengan bangga Ellis membusungkan dadanya.

"Apa kau tidak punya apapun selain kemampuan berbahaya?"

"Memasak adalah spesialisku."

"Ahh, aku tahu. Jadi, bisakah aku membuat sebuah permintaan?"

"Tentu saja. Apa yang kau mau?"

"Mari kita lihat... Aku juga makan malam nanti, jadi aku mau yang ringan dan bisa digenggam."

"Aku mengerti. Terus terang, aku sudah berfikir apa yang terjadi jika kau mengatakan body sushi[1] tapi—"

"... Mengapa kau."

Kamito mengerang dengan ekspresi datar—

Tiba-tiba, ia mencoba bertanya sebuah pendapat yang melintasi pikirannya.

"Ngomong-ngomong, apakah ini maksudnya kau akan melakukannya jika aku memintanya?"

"K-Kau orang yang kurang ajar!"

Disaat yang bersamaan, pedang tersembunyi, yang tadi Ellis longgarkan, dikencangkan lagi di bawah rambut Kamito.



"... B-Bagaimana rasanya, Tuan?"

Seperti itulah—

Berakhir dengan Ellis menyiapkan makanan untuk Kamito.

Seperti yang diharapkan dari yang telah dilatih demi pria yang akan menikah dengannya di masa depan, dari memasak sampai menyusun makanan, keahliannya sangat baik. ... Dia adalah seseorang yang baik yang mana contohnya dia ingin pasti kucing neraka ojou-sama untuk mengikutinya.

Namun—

"...Aku berhutang padamu. Panggil aku seperti itu."

Kamito mengerang dengan ekspresi datar.

"Um, meskipun begitu, mereka berdua berkata bahwa ini cara resmi untuk memanggilmu."

"Bukan, kau sudah tertipu, kau tahu?"

Kamito menggerutu sambil mengunyah sebuah potongan keju seukuran mulut.

Adonannya renyah yang menggunakan tepung terigu kelas satu. Keju kelas tertinggi, yang ditempatkan di antara daging, rasanya lezat saat meleleh di atas lidahnya.

"... Lezat. Lezat secara normal."

"Mm, itu normal?..."

Ellis cemberut, terlihat sedang frustasi.

"Aku memujimu. Ini susah untuk membuat sesuatu yang normal dan lezat secara normal."

"B-Begitukah...!"

Ellis tersipu malu dengan mengencangkan dadanya.

"Ellis akan menjadi pengantin yang baik."

"...! Ap-Apa yang kau katakan!"

*Bishuu!*

Dia menusukkan garpu bertempelkan potongan sebuah keju pada Kamito.

"Ap-Apa yang tiba-tiba kau lakukan!"

"Hmm, ini karena kau mengatakan sesuatu yang aneh!"

Ellis menatap dengan tegang pada Kamito.

Lalu—

"... Buka mulutmu."

"Huh?"

Kamito bertanya balik—

*Bishuu, bishuu!*

Tusukan berkecepatan dewa terlepas sekali lagi.

"Owa!?"

"Jangan menghindar! Aku mencoba menyuapimu—"

"Mencoba menyuapiku... Kenapa!?"

"Aku mendengar jika itu adalah tugas seorang maid. Ayo, cepat... bilang ‘Ahh’!"

Ellis menusukkan garpu dengan kecepatan dewa pada Kamito.

Dia pernah berkata bahwa menusuk adalah keahliannya, seperti yang diduga, bahkan untuk Kamito, itu membutuhkan seluruh kekuatan untuk menghindar.

...Eh, latihan macam apa ini?!

"Ini berbahaya, kau hampir menusuk mataku!"

"Hmm, itu karena kau menghindar. Jangan kabur!"

—*Hamuu*.

Akhirnya, garpu itu didorong kemulut Kamito.

*Mogumogumogu*.

"B-Bagaimana?"

"... Lezat."

Kamito menjawab dengan jujur—

"B-Baiklah, satu suapan lagi..."

Kali ini dia dengan lembut menggerakkan garpu kemulutnya.

*Hamuu*.

"B-Bagaimana dengan yang ini?"

"... Ahh, lezat."

Saat mengangguk sekali lagi, Ellis sedikit terkikih-kikih, seperti sedang senang.

(... Hmm. Ini, seperti yang diduga, sedikit memalukan.)

Bagian 3

Pada saat dia telah selesai memakan masakan Ellis, diluar sudah berubah menjadi gelap gulita.

Ini sudah saatnya dia membuatkan makan malam untuk Claire dan lainnya, yang sedang menunggu di asrama.

Ketika Kamito memberitahukan kepada Ellis tentang masalah itu... Dia berwajah sedikit kecewa.

Setelah membantu Ellis membereskan peralatan makan minum, Kamito dan Ellis, yang berganti ke seragamnya, pergi keluar dari asrama.

Saat Ellis melepaskan seragam maidnya, dia tiba-tiba terlihat malu dengan tindakannya tadi, lalu saat dia berjalan di tempat disinari cahaya bulan, dia menundukkan kepalanya kebawah sepanjang waktu.

...Tentu saja, Sama sepertinya, Kamito juga malu.

"Aku minta maaf karena terlalu lama tinggal. Masakanmu enak."

"Iya, aku senang karena aku bisa menyampaikan terima kasihku sebagaimana mestinya. Karena mungkin hari ini adalah kesempatan terakhir aku bisa mengundangmu ke kamarku."

"Apa maksudmu?"

"Ini tentang teman sekamar yang baru saja kubicarakan. Dia akan menyelesaikan misinya dan segera kembali."

"Apa teman sekamarmu semengerikan itu?"

Saat mengatakannya, ekspresi Ellis sedikit murung.

"Velsaria Eva Fahrengart— Dia adalah kakak tiri tertuaku, sejak dua tahun lalu. Dia juga mantan kapten Ksatria Sylphid."

"Velsaria..."

Kamito terkejut. Nama itu, jika dia tidak salah, apa yang Claire bicarakan adalah—

"Elementalist akademi terkuat... Apa sebenarnya kakakmu, Ellis!?"

"Ya, ini tidak seperti kami berhubungan darah. Dulu dia juga diharapkan untuk menjadi seorang kandidat NomorDua belas Komandan Ksatria masa depan, tapi— setelah dia dikalahkan oleh Ren Ashbell itu di pertandingan pertama pada Penari Pedang tiga tahun lalu, cerita itu juga menghilang."

"...!?"

"Ada apa? Kau tahu tentang kakak ku?"

"... T-Tidak, tidak ada."

Kamito menggoyangkan kepalanya sambil kebingungan.

(...Aku tahu, tidak heran aku ingat sudah pernah mendengar nama itu sebelumnya.)

—Dia mengingat. Dia adalah lawan pertama di pertandingan pertama dari Blade Dance tiga tahun lalu.

Dia adalah seorang gadis dengan wajah cantik yang dingin dan rambut pirang yang indah.

"... Kakakku adalah seseorang yang mirip dengan gambaran Ksatria yang ku idealkan."

Ellis menghembuskan nafas putih sambil dia bergumam.

"Bagaimanapun, sekarang orang itu—"

Bergumam seperti bicara sendiri— Ellis menghentikan langkahnya disana.

Kamito mendongak, dan jendela kamar Claire telah menyala.

"Ellis, terima kasih untuk hari ini. Baiklah kalau begitu, sampai jumpa besok."

"Ah-Ahh, tunggu—"

Kamito melambaikan tangannya dan berjalan menuju asrama.

Pada saat itu, ketika dia berjalan untuk sementara waktu ditempat menuju bangunan bangunan asrama.

"...Ka-Kamito!"

Ellis memanggil Kamito dari belakang agar berhenti.

Itu tidak seperti suara dinginnya yang biasa, suara itu seperti teriakan mendesak.

"...Ellis?"

Kamito berbalik—

"Ah..."

Ellis melebarkan matanya dan terkejut.

Kenapa dia menunjukkan ekspresi itu— bahkan dia tidak mengerti mengapa dia memanggilnya.

"Ada apa?"

"Tidak, err..."

"Um?"

Kamito menjadi kasihan dan mendekat—

"...!"

Ellis -seolah-olah dia membuat sebuah resolusi untuk sesuatu yang penting- dia mengambil nafas dalam-dalam.

"Sebenarnya aku ingin meminta padamu, tapi..."

"Keinginan?"

Kamito mengerutkan keningnya dan bertanya balik.

Apa yang terlintas dipikirannya adalah- kejadian sebelum dia menerima misi di kota penambangan dua minggu lalu.

Ellis mencoba untuk mengajak Kamito kedalam timnya.

Kamito, yang sudah bergabung sebuah tim dengan Claire, dengan jelas menolaknya, tapi sekarang kedua temannya menjadi tidak bisa berpartisipasi dalam kedudukan perang, dia mungkin mencoba untuk mengajaknya sekali lagi.

Ketika Kamito menggaruk kepalanya sambil gelisah, dia menggelengkan kepalanya.

"Ellis, maaf, tapi aku tidak bisa bergabung di..."

"Bu-Bukan itu!"

Wajah Ellis memerah saat dia berteriak... Tampaknya dia salah menyimpulkannya.

"Lalu..."

"Kamito, err... Maukah kau bergabung dengan Ksatria Sylphid?"

"Ksatria?"

Dengan spontan Kamito bertanya balik dengan kata-kata yang tak terduga tersebut.

Ksatria Sylphid— Sebuah organisasi elit murid yang melindungi ketertiban umum dan moral akademi.

(Bagiku untuk bergabung... Apa maksudnya ini?)

Ellis menatap Kamito dengan canggung.

"Err... Ini hanya sampai temanku kembali, aku ingin kau membantu para Ksatria."

Kamito teringat sesuatu yang dia bicarakan pada Ellis sewaktu pelajaran tambahan pagi hari ini.

Sebagai hasil dari serangan kemarin, termasuk dua rekan Ellis, tujuh ksatria terpaksa mundur dari Ksatria Sylphid. Ksatria Sylphid, yang telah kehilangan tiga anggotanya, sekarang dalam keadaan tidak berfungsi dengan normal.

Tentu, sebagai seorang kenalan dan juga selain orang yang memiliki kemampuan sebagai seorang elementalist dia juga mengerti, Kamito bisa mamahami alasan dia ingin mengajaknya.

"Tentu saja, aku tidak mengatakannya secara gratis. Sebagai seorang anggota Ksatria, kau akan dibayar sebagaimana mestinya."

"... Kenapa aku? Jika kau mengatur perekrutan, bukankah akan ada perempuan yang tertarik?"

"Kita mengadakan rekrutmen, tapi hampir tidak ada yang mendaftar. Kami telah mengumpulkan orang-orang selama periode kedatangan murid baru, tapi— meskipun begitu, lebih dari separuhnya langsung mengundurkan diri."

"Begitukah..."

Tampaknya bahwa pekerjaan Ksatria Sylphid adalah sesuatu yang lebih besar dari pada yang mereka bayangkan. Pada puncak bahaya, dan pada puncak disebut-demikian pekerjaan menjaga moral publik akademi, juga kemungkinan ada kasus dimana mereka terlihat bermusuhan dari murid akademi lain.

"Ditambah lagi, karena insiden serangan kemarin, kepercayaan terhadap Ksatria telah semakin jatuh. Walaupun kami menyelamatkan semua korban, pada akhirnya, kami tidak mampu menangkap penyerangnya."

Ellis menggigit bibirnya seperti terganggu.

"Aku menjalankan misi penangkapan Jio Inzagi dengan rencana membalikkan pendapat tersebut pada Ksatria tapi— hasilnya menyedihkan. Jika kau tidak menolong pada waktu itu, kami pasti akan dimusnahkan."

Pupil coklat kemerahannya menjadi basah dan sedikit gemetar.

Tanpa diragukan lagi, Ellis bertahan dari suara kritikan pada Ksatria selama ini.

Tentunya, dia menahan itu sendirian tanpa seseorang pun yang bisa dia mintai pendapat.

Sebagai tugas seorang kapten, dan dia menyalahkan dirinya sendiri.

(...Aku mengerti. Dia tidak aman. Tentu saja dia hanya bisa ketakutan saat dia tidak aman.)

Ini adalah tanggung jawab dan tekanan berat yang datang karena posisinya sebagai kapten.

Pasti ada suara keraguan tertuju padanya, seorang murid SD, melayani sebagai kapten.

Dia melakukannya sendirian dengan ketat untuk kepentingan menjaga tata tertib akademi dan mungkin pernah mendapat musuh.

Dia juga telah menahan kritik itu dengan menunjukkan kemampuannya selama ini.

Bagaimanapun, kepercayaan itu bergeming sekarang.

Lagi pula, rekannya dan kawan-kawannya selalu tetap mendukungnya.

Rakka and Reishia juga tidak ada sekarang.

(...Dia juga adalah seorang gadis, yang belum berumur enam belas tahun.)

Tertutupi oleh plat bahunya adalah siluet bahu gadis itu.

Betapa besar beban yang dipikulnya pada bahu miliknya-

"... Sebenarnya aku takut."

Dia menunduk ketika mengatakannya.

"Apakah aku telah melakukan sesuatu yang benar sebagai seorang Ksatria? Apa aku menyalahgunakan kewenangan Ksatria dan hanya menindas orang-orang yang harusnya kulindungi, dengan kekuatan?"

ponytail birunya itu berkibas oleh angin sepoi-sepoi.

Hampir seperti memperlihatkan hati Ellis.

"Aku ingin membantu" —Ellis tidak mendengarnya.

Kalimat itu pasti menjadi kalimat kebanggaannya yang terakhir.

Kamito—

"... Baiklah. Hanya sampai mereka berdua kembali, kan?"

"Ap-Apakah tidak apa-apa? ...Sungguh?"

Ellis membuka mata coklat kemerahannya.

"Ahh."

Kamito mengangguk dengan tegas sekali lagi.

Sejujurnya, dia tidak berfikir jika dia ditarik untuk hal-hal seperti Ksatria yang menjaga moral publik. Selain itu, jika mempertimbangkan tentang Blade Dance yang akan datang beberapa minggu, dia seharusnya tidak mempunyai ruang untuk menggunakan waktunya untuk hal-hal seperti itu.

Namun, saat melihat Ellis berubah ke keadaan dimana dia bisa hancur kapan saja—

Dia ingin membantu ketulusannya tapi gadis Ksatria yang bahkan sedikit canggung.

"... Te-Terima kasih. Kazehaya Kamito."

Ellis tertunduk dengan ekspresi seperti dia akan menangis kapan saja.

Kamito sedikit tersenyum pada Ellis, yang berbaik hati bahkan pada saat seperti ini.

"Ahh, itu benar. Aku punya permintaan untukmu."

"Apa itu?"

"Err, tentang pemberian gaji yang kau sebutkan barusan, apakah mungkin untuk sesuatu seperti kenaikan?"

Bagian 4

Setelah berpisah dengan Ellis, Kamito kembali ke kamar—

Claire memakai sebuah celemek lucu dan ia berdiri di dapur seperti di pagi hari.

Ada bau manis tapi sedikit terbakar. Kamito mendengar suara dari sesuatu yang mendidih.

Dengan langkah tanpa suara, Kamito menghampiri Claire dari belakang.

“Hn, kau membuat coklat lagi?”

“Fuaa, Ka-Kamito!?”

-*Pyon*, rambut merah Claire yang dikuncir ganda mencuat.

“Bo-Bodoh, jangan mengagetkanku! Aku akan mengubahmu menjadi abu!”

Wajah Claire berubah menjadi merah cerah, dan *Pishi* *Pishi* dia mengayunkan cambuknya. Kamito menghindarinya dengan kewalahan.

“… Astaga, kemana saja kau? Pelajaran tambahanmu seharusnya sudah berakhir sejak tadi, kan?”

“Kenapa? Kau sudah lapar?”

“Bu-Bukan itu masalahnya, kau adalah budak rohku. Jadi, tanpa izin dari majikanmu, kau tidak boleh berkeliaran sesukamu.”

“… Apakah aku anjing?”

Kamiti menghembuskan nafas dengan kecewa.

“Aku pergi ke tempat Ellis, dan lalu aku makan sedikit disana.”

-*Pishi*— Claire membatu.

“… Mengapa… begitu?”

“Ahh, itu seperti ungkapan terima kasih karena telah membantunya pada hari itu. Dia orang yang teliti.”

Seperti yang sudah diperkirakan, Kamito menyembunyikan hal tentang seragam maid demi kehormatan Ellis—

“A-Aku mengerti, kau diperlakukan dengan baik… iya kan?

Wajah Claire berkedut.

“Aku juga ikut membantu, tetapi… dia hanya mengundang kau.”

“Bukannya kau mendapatkan sekotak kue dari Ksatria? Yang berisi berbagai macam kue macaroni. Jika aku tidak salah, kau memakan semuanya sendiri.”

“Ku-Kue itu enak… Eh, itu bukan masalahnya, apa yang kau maksud dengan pergi ke tempat Ellis? Ja-Jangan bilang, kau pergi ke kamarnya?”

“Ya, kamar Ellis benar-benar rapi. Kau harusnya mencontohnya—“

“A-Aku tidak percaya…!”

Bahu ramping Claire bergetar.

Dia menggigit erat bibirnya yang berwarna bunga sakura. Perlahan air mata muncul dari mata merah delimanya.

“… Claire?”

“K-Kau telah tergoda dengan hal-hal seperti payudara Ellis dan akhirnya menjadi anjing Ksatria, kan?”

“Tidak, payudara apa….? Yah, sebenarnya, aku diundang untuk bergabung dengan Ksatria.”

“—Huh?”

Kali ini— Claire benar-benar kaku.

“Ap-Apa…? Apa maksudmu?

“Hn, sekarang, Ksatria tampaknya sedang kekurangan orang. Jadi, aku dimintai untuk membantu mereka.”

“Pasti, kau menolaknya? Iya, kan?”

Claire memegang erat lengan Kamito, dan menatapnya dengan ekspresi serius.

Kamito menggaruk-garuk kepalanya—

“Tidak, aku memutuskan untuk membantu mereka. Aku memiliki beberapa kewajiban kepada Ellis.”

“…?!”

Walaupun Claire tetap memegang lengan Kamito, ia terkejut dan matanya melebar.

Sebenarnya Kamito punya alasan lain untuk menerimanya, tapi—

Itu memalukan untuk memberitahu Claire sekarang.

“Aku minta maaf karena memutuskan tanpa izin darimu. Tapi itu tidak terlalu jadi masalah, kan?”

“Tidak mungkin tidak!!! Kau tau kalau aku sedang bermusuhan dengan Ksatria, kan!!!”

“Itu karena kau membuat masalah—"

Kemudian, Kamito menyadari.

Ujung jari Claire memegang lengannya dengan sedikit gemetar.

“… Aku mengerti, kau berada disisi Ellis lagi.”

Dengan tenang Claire bergumam.

“Tidak, itu bukan soal aku berada disisinya atau tidak—“

“… Kau berkata begitu, dan tetapi.”

“Eh?”

“Terlepas dari yang kau katakan —Aku akan menjadi roh terkontrak mu.

Claire mengangkat wajahnya, dan air mata meluap dari matanya.

“K-Kau…”

“Sudah cukup!! Keluar—“

-*Don*—Claire mendorong Kamito pergi.

“Hey, Claire…”

“Cepat pergi! A-Aku benci orang sepertimu, aku sangat benci kau!”

Sebuah bola api panas keluar dari telapak tangan Claire.

“Owa!”

Sebuah ledakan besar bergema, dan sebuah lubang yang sangat besar terbuka, tepat dibelakang Kamito.

“He-Hei, tunggu, kenapa kau marah?”

“Diam, bodoh! Keluar——!“

Kali ini, Claire mulai membacakan sebuah sihir roh kelas terkuat, sehingga Kamito kabur dengan susah payah.

Jika Claire sudah serius, dia mampu menghembuskan asrama ini hingga sangat jauh.

Setelah berlari keluar dari asrama dan berlindung, Kamito mendesah.

“A-Apa yang sedang ia coba lakukan…”

Mengapa Claire marah?... Itu sulit dipahami.

… Apakah dia tidak senang jika aku bergabungdengan Ksatria?

Ia menatap jendela kamar yang berada dilantai dua, tapi dia tidak melihat Claire disana.

Tak lama kemudian, tirai jendela itu ditutup.

… Ahh, jika dia menjadi seperti itu, dia tidak akan mau mendengarkan.

Claire Rouge. Dia adalah seorang perempuan yang hampir seperti api yang menyala-nyala.

Yah, bagaimana pun, hal itu sangat cocok dengannya.

Kamito mengambil nafas dalam-dalam sekali lagi.

Dia meninggalkan Asrama Gagak dengan langkah yang berat.



Bagian 5

Setelah mengusir Kamito—

“Aku benci orang itu, aku benci orang itu… Aku sangat benci dia!”

Claire jatuh ke tempat tidur.

Ia memegang erat spreinya, dan menekan bantal lembutnya ke pipinya.

Scarlet muncul dan tampaknya khawatir, tapi Claire menjauh tanpa sepatah kata pun. Dia tidak mau roh kontraknya, yang sudah bersamanya selama ini semenjak dia kecil, melihatnya menangis sekarang.

“Apa… Aku terlihat seperti orang bodoh.”

Selama beberapa hari, ia sudah berlatih untuk membuat coklat sepanjang waktu.

I-Itu jelas bukan kewajibanku. Coklat yang akan aku berikan kepadanya jelas bukan kewajibanku.

Latihan itu membuahkan hasil, karena secara bertahap dia mampu membuat coklat dengan baik.

Meskipun ia berhenti membuat arang dalam jumlah besar, seharusnya di cukup baik untuk dipuji.

Sebenarnya, pada besok pagi, dia berencana untuk memberikan Kamito coklat yang ia buat sebaik-baiknya.

“Kau melakukannya dengan baik.” … Dia ingin dipuji.

Namun, dia…

Claire mengerang, dan memukul bantalnya. *Posu posu*.

… Makanan yang Ellis buat pastinya lebih enak dibandingkan hal-hal seperti coklatku.

Itu menjengkelkan. Pikirannya campur aduk, dan walaupun ia tidak tahu apa yang membuat ia jengkel, tapi hal itu menjengkelkan.

“… Aku seperti orang yang menjijikan.”

Dia mengerti. Dia tidak memiliki perasaan buruk kepada Kamito. Sungguh, tidak salah lagi kalau Kamito hanya ingin membantu Ellis dan memutuskan untuk begabung dengan Ksatria.

Kamito adalah orang yang seperti itu.

Bahkan Claire tidak membenci Ellis. Tentu saja, mereka tidak berhubungan baik, tapi dia mengakui kalau dia adalah kontraktor roh yang beruntung.

Namun, hal itu membuatnya sangat marah untuk beberapa alasan.

...Kenapa?

Dia tahu alasannya.

Dia berfikir jika dia adalah orang yang lebih spesial bagi Kamito.

Setelah semuanya, Kamito mengatakan kalau dia akan menjadi roh terkontrakku.

Ia tekan lembut bibirnya dengan ujung jarinya, pipinya memanas dengan cepat.

Disamping itu, Ka-Kami bahkan… berciuman.

Itu menjadi perasaan yang menyakitkan seperti dadanya sesak.

...Tapi, itu salah.

Hal ini tidak berarti kalau hanya Claire yang sangat spesial.

Selama ada perempuan yang bermasalah, Kamito akan membantu mereka, tak peduli siapa mereka.

Ini karena aku adalah saudara perempuan Ratu Bencana—

Kamito hanya berfikir kalau keadaan Claire sangat menyedihkan, dan hanya bersimpati kepadanya.

Setelah memikirkannya, Claire menjadi sangat kesepian.

Kamito pasti tidak mengerti mengapa Claire marah.

Claire juga tidak terlalu mengerti dia berperasaan seperti ini.

Perasaanya saat ini hamper seperti api membara di perapian.

… Ini bukanlah api Claire Rouge.

Pada waktu bersamaan, ada suara pintu kamar yang terbuka.

“Kamito!?”

Dengan penuh semangat Claire menaikan wajahnya dari bantalnya, tapi—

Satu-satunya, yang berada disana, adalah Fianna dengan ekspresi kebingungan.

Ekspresinya terlihat seperti dia habis kembali dari tugas berbelanja untuk makan malam.

Claire menutupi wajahnya dengan bantalnya dengan gugup. Dia tidak mau Fianna melihat wajahnya berurai air mata.

Fianna melihat keadaan Claire—dan entah mengapa dia telihat sudah menebak situasinya.

“Ehh, kau bertengkar dengan Kamito?”

“… Pergi.”

Claire berkata sambil menjaga wajahnya tertutupi bantal.

Fianna mendesah, lalu dia duduk di kasur dan menaruh tangannya diatas kepala Claire.

“Aku bilang tinggalkan aku sendiri, kan.”

“Kau benar-benar anak kecil. Jauh berbeda dari Rubia-sama.”

“Bagaimanapun, aku berbeda dengan Nee-sama.”

Balas Claire kesal.

“Hei, Claire, mengapa kau tidak sedikit lebih jujur?”

“A-Aku minta maaf kalau aku tidak jujur… Bagaimanapun, bahkan payudaraku kecil.”

“Huh? Tidak ada yang berkata tentang payudara, kau tahu?”

Pada saat Fianna dengan lembut mengusap kepala Claire seperti kucing, dia mendesah.

“Apa yang bisa kita lakukan untuk makan malam?”



Bagian 6

Pada saat itu juga— Ellis sedang berguling-guling di atas kasurnya dengan menderita.

“…, A-Aku memakai pakaian yang memalukan.”

Ellis melempar seragam maid yang tadi ia pakai, dan tersipu malu. Bahkan walaupun demi membayar hutang budinya, ini, ini sangat berlebihan, bukan?

“Ta-Tapi…”

Ellis memegang erat seragam maid—

“Kamito bilang kalau ini cocok dengan ku…”

Mengingat hal itu, pipinya tanpa sadar lebih tenang.

Ellis membuka matanya dengan kaget, dan menampar pipinya dengan kedua tangan.

“A-Aku Kapten! Jika aku tidak tegas, aku tidak bisa menjadi contoh untuk semuanya!”

Seorang Ksatria dari keluarga Fahrengart tidak boleh menunjukkan kelemahannya.

Ellis selalu melakukannya.

Namun—

Aku menunjukkan kelemahanku kepadanya…

Bahkan dia tidak pernah menunjukkan sisinya, sisi yang takut dengan ketidak amanan, di depan teman-teman yang ia percayai.

Sejujurnya, dia tidak berniat mengundang Kamito ke Ksatria— sampai saat itu.

Namun, ketika dia melihat punggung Kamito hendak pergi, tanpa sadar dia memanggilnya.

…Aku heran kenapa? Aku juga tidak mengerti.

Pada awalnya, dia berfikir kalau hal seperti kontraktor roh laki-laki adalah musuh, yang akan mengganggu moral publik akademi.

Sejak kapan dia, sangat aneh, dan mulai peduli tentang Kamito?

Ketika dia berfikir tentang Kazehaya Kamito, dadanya sesak dan sakit untuk beberapa alasan.

Perasaan tersebut adalah yang pertama bagi Ellis, yang dibesarkan sebagai seorang Ksatria.

Kebetulan, ia melirik ke atas meja.

Sebuah coklat yang dibungkus rapi berada disana.

Besok adalah Festival Suci Varentia.

Hari untuk memberikan coklat kepada lawan jenis yang diadakan di suatu tempat dengan satu maksud—

…I-Ini adalah hadiah untuk mendaftar ke Ksatria. Tentu saja, tidak ada maksud lain, selain itu.

Ellis tiba-tiba mengerang.

Jika itu yang terjadi, dia seharusnya tidak menjadi tegang. Tapi, detak jantungnya tidak akan berhenti untuk beberapa alasan.

…Ka-Kapan waktu yang baik untuk memberikannya?

Setelah semuanya, untuk pertama kalinya dia melakukan hal semacam itu, jadi dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

“…Di-Dia tidak akan berfikir kalau aku adalah perempuan aneh, kan?”

“—Apa yang aneh, Ellis?”

Tiba-tiba, suara seperti udara dingin yang membeku terdengar.

“…!?”

Sebelum dia tahu itu, pintu kamar terbuka—

Dan, disana— dia berdiri.

Dia memiliki rambut pirang mengkilap dan mata biru es yang bulat sempurna.

“Ah, Aneue…!”

“Wajah pengecut apa yang kau buat? Tapi kau menyebut dirimu seorang Ksatria dari keluarga Fahrengart?”

Dia adalah kontraktor roh tekuat di akademi— Velsaria Eva Fahrengart.


Back to Bab 3 Return to Halaman Utama Forward to Bab 5
  1. Nyotaimori (Dalam kanji: 女体盛り, "Persembahan tubuh wanita"),sering diistilahkan sebagai "body sushi", adalah latihan menghidangkan sushi dari balik tubuh wanita