Difference between revisions of "Fuyuu Gakuen no Alice and Shirley (Indonesia):Volume 1 Prologue"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
Line 11: Line 11:
 
Tampaknya mereka terjatuh ke ruang kelas pada saat langit-langit rubuh.
 
Tampaknya mereka terjatuh ke ruang kelas pada saat langit-langit rubuh.
   
Masaki merupakan satu-satunya orang yang berada di ruang tersebut sehingga untunglah tidak ada orang lain yang terluka. Ruangan itu dipenuhi dengan berbagai makhluk yang ajaib. Meja-meja dan kursi=kursi yang teratur dan terurut rapi dilangkahi dan diinjak-injak hingga hancur tanpa bentuk.
+
Masaki merupakan satu-satunya orang yang berada di ruang tersebut sehingga untunglah tidak ada orang lain yang terluka. Ruangan itu dipenuhi dengan berbagai makhluk yang ajaib. Meja-meja dan kursi-kursi yang teratur dan terurut rapi dilangkahi dan diinjak-injak hingga hancur tanpa bentuk.
   
 
Di antara prajurit-prajurit kartu, tikus-tikus bertopi, dan binatang-binatang lainnya ( makhluk-makhluk aneh, ajaib dan menakjubkan ) terdapat sebuah kucing raksasa. Kira-kira panjangnya 6 meter. Bagian teratas kepalanya, yang bulat dan berbulu lebat, mencapai ketinggian rangka langit-langit yang sudah runtuh sebagian.
 
Di antara prajurit-prajurit kartu, tikus-tikus bertopi, dan binatang-binatang lainnya ( makhluk-makhluk aneh, ajaib dan menakjubkan ) terdapat sebuah kucing raksasa. Kira-kira panjangnya 6 meter. Bagian teratas kepalanya, yang bulat dan berbulu lebat, mencapai ketinggian rangka langit-langit yang sudah runtuh sebagian.

Revision as of 05:58, 22 September 2014

Langit-langit rubuh. Waktu menunjukkan pukul 08:13 pagi. Sinar matahari yang berwarna keemasan menembus jendela-jendela di ruang kelas.

Mulut Kusunoki Masaki penuh dengan debu yang dihasilkan dan membuatnya sulit untuk bernafas. Ia dengan cepat melihat keadaan ruang tersebut. Reruntuhan dan pecahan dari langit-langit yang rubuh tersebar di atas meja, kursi dan lantai dan juga asap debu bertebaran di udara.

Di tengah-tengah ini semua ada sesosok bayangan aneh yang bergerak-gerak.

Prajurit-prajurit kartu dengan lengan dan kaki yang panjang dan kurus meniup trompet. Dari ujung terompet mereka, keluar angsa beterbangan, dan dari paruh mereka yang kuning huruf-huruf alphabet bermunculan. Bebek, beo, kepiting, dan tikus bertopi, semuanya lebih besar dari kucing, tertawa dan bernyanyi di tengah kekacauan ini.

Tidak ada dari mereka yang seharusnya nyata. Seakan-akan merka muncul dari sebuah dongeng.

Tampaknya mereka terjatuh ke ruang kelas pada saat langit-langit rubuh.

Masaki merupakan satu-satunya orang yang berada di ruang tersebut sehingga untunglah tidak ada orang lain yang terluka. Ruangan itu dipenuhi dengan berbagai makhluk yang ajaib. Meja-meja dan kursi-kursi yang teratur dan terurut rapi dilangkahi dan diinjak-injak hingga hancur tanpa bentuk.

Di antara prajurit-prajurit kartu, tikus-tikus bertopi, dan binatang-binatang lainnya ( makhluk-makhluk aneh, ajaib dan menakjubkan ) terdapat sebuah kucing raksasa. Kira-kira panjangnya 6 meter. Bagian teratas kepalanya, yang bulat dan berbulu lebat, mencapai ketinggian rangka langit-langit yang sudah runtuh sebagian.

Kucing besar tersebut menutup matanya yang berbentuk seperti almond, tersenyum sopan dan menundukkan kepalanya seakan-akan tunduk.

Di antara kedua kupingnya yang berbentuk segitiga tedapat sesosok manusia.

Orang ini sangat mencolok dalam arti yang berbeda dengan berbagai makhluk aneh yang menari di tengah reruntuhan.

Masaki menahan nafasnya.

Dia melupakan segala yang terjadi di sekitarnya seiring dengan kekagumannya, 'Ia sangat cantik', begitu pikirnya.

Gadis itu terlihat seperti boneka barat.

Sinar matanya cerah dan berwarna biru safir, dan dia mempunyai rambut yang serupa dengan kumpulan benang emas. Kulitnya putih seperti gips (? Mungkin salju lebih cocok?)

Dia berpegangan pada bulu-bulu telinga kucing tersebut sewaktu kucing itu bergerak perlahan-lahan.

Meskipun gadis ini lebih pendek daripada Masaki, ia harus menengadah ke atas untuk melihatnya karena tingginya kucing tersebut.

Gadis itu melihat keadaan sekelilingnya- lalu beradu pandang dengan Masaki.

Ia memiringkan kepalanya ke samping tampaknya terlihat penasaran.

".....Siapakah kamu?"

Suaranya tedengar sejernih air.

"Eh...Aku adalah Kusunoki Masaki.... Aku baru pindah ke sekolah ini hari ini."

"Begitu ya... Apakah Aku mengejutkanmu?"

"Aku sangat kaget. Kukira aku sudah menjadi gila tadi-- tunggu sebentar, siapa kamu?"

"...Aku berduka atasmu."

Dia tidak menjawab pertanyaanku, malah dia mengatakan kata-kata kasihan

Masaki sangat heran, maka ia menanyakan pertanyaan lain.

"Atasku? Kenapa?"

"Kamu akan mati."

"Apa!?"

Masaki lalu mendengar suara sesuatu yang membelah udara dan berbalik.

Di sisi lain jendela....