Difference between revisions of "Oregairu (Indonesia):Jilid 3 Bab 4"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
(Created page with "==Bab 4: Hikigaya Komachi dengan Liciknya Membuat Rencananya== ===4-1=== Minggu. Cuacanya bagus, yang orang akan katakan suatu hari cerah yang langka selama musim penghujan. ...")
 
Line 5: Line 5:
 
Cuacanya bagus, yang orang akan katakan suatu hari cerah yang langka selama musim penghujan. Hari ini adalah hari dimana aku seharusnya pergi keluar dengan Yukinoshita.
 
Cuacanya bagus, yang orang akan katakan suatu hari cerah yang langka selama musim penghujan. Hari ini adalah hari dimana aku seharusnya pergi keluar dengan Yukinoshita.
   
Tinggal sedikit waktu lagi<!--a little bit of time--> sampai persis jam sepuluh. Aku heran, apa aku datang terlalu awal? Kelihatannya seluruh keadaan ini benar-benar menghancurkan
+
Waktunya tinggal sedikit lagi<!--a little bit of time--> sampai persis jam sepuluh. Aku heran, apa aku datang terlalu awal? Kelihatannya seluruh keadaan ini benar-benar membuatku bingung. Tak kusangka Yukinoshita, dari semua orang, akan mengajakku jalan…
  +
  +
Apa yang harus kulakukan…? Mungkin aku seharusnya menolaknya saja… pikiranku sedang kacau balau pada saat itu. Aku yakin aku kehilangan naluri memgambil keputusanku yang biasa berkat Yukinoshita mengatakan hal-hal yang tidak pernah bisa kubayangkan.
  +
  +
Selagi aku mencengkram kepalaku, menekan hasrat untuk meneriakkan rasa frustasiku, suatu suara memanggil di belakangku. “Maaf sudah membuatmu menunggu.”
  +
  +
Sebuah hembusan angin yang sejuk meniup selagi Yukinoshita dengan perlahan berjalan ke arahku. Dia sedang mengenakan sepotong kemeja tanpa lengan berwarna biru samar dengan kerah ''stand-up'' yang terlihat berkelas. Tidak biasanya bagi dia, rambut hitamnya diikat menjadi rambut poni, yang jatuh sampai pinggangnya dan melambai-lambai seperti sebuah selendang. Roknya, yang mencapai lututnya, menari-nari setiap kali dia berjalan.
  +
  +
“Tidak seperti aku sudah menunggu lama sekali,” gugamku.
  +
  +
“Begitukah? Bagus, kalau begitu. Sekarang ayo kita pergi.”
  +
  +
Yukinoshita mencantelkan tas rotannya selagi dia melirik-lirik ke sekeliling dengan gusar, seakan sedang berusaha untuk menemukan seseorang di sekeliling.
  +
  +
“Kalau kamu sedang mencari Komachi, dia pergi ke toko swalayan, jadi kamu perlu menunggu sejenak.”
  +
  +
“Begitu ya.” Yukinoshita terdiam untuk sejenak. “Namun, aku rasa aku harus meminta maaf untuk memintanya menemuiku pada hari libur…”
  +
  +
“Itu bukan masalah besar. Sungguhpun kamu dan aku pergi membeli hadiah ulang tahun untuk Yuigahama, aku terus terang ragu itu akan bagus. Ditambah lagi, Komachi senang untuk ikut datang, jadi itu baik-baik saja.”
  +
  +
“Ya, itu semua tidak ada masalah, tapi…”
  +
  +
Dan dengan itu, izinkan aku untuk menyingkap pengungkapan yang sangat jelas ini.
  +
  +
Ketika dia bilang “jalan denganku”, dia benar-benar hanya ingin pergi dan membeli hadiah untuk ulang tahun Yuigahama. Dan itu bukanlah diriku yang dia inginkan – itu Komachi.
  +
  +
Yah, itu adalah sebuah keputusan yang cerdas. Kami selalu mengandalkan Yuigahama untuk hal-hal seperti ini sampai sekarang, tapi kami tidak bisa benar-benar mengandalkannya kali ini ketika itu demi dirinyalah kami sedang melakukan ini. Dengan begitu keadaannya, satu-satunya orang yang bisa diharapkan Yukinoshita si antisosial adalah Komachi.
  +
  +
Selama dua menit penuh kami menunggu dengan hening, sampai Komachi akhirnya muncul.
  +
  +
Mungkin itu karena dia sadar dia sedang pergi jalan-jalan bersama Yukinoshita hari ini, tapi selera berpakaian Komachi sudah berubah menjadi lebih berkelas<!--taken a turn for the classier-->. Dia mengenakan sepotong rompi musim panas di atas blus setengah lengannya dan sepotong rok berlipat dengan kaus-kaki sepanjang lutut pada belahan bawahnya, sementara sepatu ''loafer''nya melengkapi tampilan nona berkelasnya. Tapi topi pengantar koran agak bodoh<!--frivolous--> yang dikenakan pada kepalanya itu benar-benar membuat semacam kesan riang. Di tangannya, dia memegang sebuah botol plastik dengan teh hijau di dalamnya.
  +
  +
“Hai, Yukino-san! Selamat siang.”
  +
  +
“Maaf memanggilmu keluar pada hari liburmu,” Yukinoshita meminta maaf.
  +
  +
Komachi merespon dengan sebuah seringai lebar. “Tak masalah. Aku juga ingin membeli sebuah hadiah untuk Yui-san, dan ditambah lagi, aku menanti-nanti untuk menghabiskan hari ini keluar denganmu, Yukino-san.”
  +
  +
Mengenali gadis ini, dia benar-benar mencintai Yukinoshita dengan segenap hatinya, jadi aku tidak berpikir dia sedang berbohong. Aku rasa itu berarti Yukinoshita memikat para gadis berkepala angin<ref> Memang ada artinya, coba cek google/kbbi </ref>. Dia adalah orang yang paling populer dengan para gadis yang kukenal di samping Hayama, serius.
  +
  +
“Kereta api sudah hampir tiba, jadi ayo kita pergi,” kataku, mendesak mereka berdua.
  +
  +
Kami semua berjalan sampai ke palang tiket. Hari ini, tujuan kami adalah LaLaport Teluk Tokyo yang dicintai luas, sebuah tempat yang sering dipakai sebagai sebuah tempat berkencan jika rumor-rumornya dapat dipercaya. Dipenuhi oleh berbagai toko-toko dan didekorasi dengan cukup tempat untuk acara perfilman, tempat itu adalah yang terbaik dari yang terbaik ketika sedang membicarakan tempat-tempat rekreasi di perfektur ini.
  +
  +
==Catatan Translasi==
  +
<references> <references/>

Revision as of 17:45, 23 February 2015

Bab 4: Hikigaya Komachi dengan Liciknya Membuat Rencananya

4-1

Minggu.

Cuacanya bagus, yang orang akan katakan suatu hari cerah yang langka selama musim penghujan. Hari ini adalah hari dimana aku seharusnya pergi keluar dengan Yukinoshita.

Waktunya tinggal sedikit lagi sampai persis jam sepuluh. Aku heran, apa aku datang terlalu awal? Kelihatannya seluruh keadaan ini benar-benar membuatku bingung. Tak kusangka Yukinoshita, dari semua orang, akan mengajakku jalan…

Apa yang harus kulakukan…? Mungkin aku seharusnya menolaknya saja… pikiranku sedang kacau balau pada saat itu. Aku yakin aku kehilangan naluri memgambil keputusanku yang biasa berkat Yukinoshita mengatakan hal-hal yang tidak pernah bisa kubayangkan.

Selagi aku mencengkram kepalaku, menekan hasrat untuk meneriakkan rasa frustasiku, suatu suara memanggil di belakangku. “Maaf sudah membuatmu menunggu.”

Sebuah hembusan angin yang sejuk meniup selagi Yukinoshita dengan perlahan berjalan ke arahku. Dia sedang mengenakan sepotong kemeja tanpa lengan berwarna biru samar dengan kerah stand-up yang terlihat berkelas. Tidak biasanya bagi dia, rambut hitamnya diikat menjadi rambut poni, yang jatuh sampai pinggangnya dan melambai-lambai seperti sebuah selendang. Roknya, yang mencapai lututnya, menari-nari setiap kali dia berjalan.

“Tidak seperti aku sudah menunggu lama sekali,” gugamku.

“Begitukah? Bagus, kalau begitu. Sekarang ayo kita pergi.”

Yukinoshita mencantelkan tas rotannya selagi dia melirik-lirik ke sekeliling dengan gusar, seakan sedang berusaha untuk menemukan seseorang di sekeliling.

“Kalau kamu sedang mencari Komachi, dia pergi ke toko swalayan, jadi kamu perlu menunggu sejenak.”

“Begitu ya.” Yukinoshita terdiam untuk sejenak. “Namun, aku rasa aku harus meminta maaf untuk memintanya menemuiku pada hari libur…”

“Itu bukan masalah besar. Sungguhpun kamu dan aku pergi membeli hadiah ulang tahun untuk Yuigahama, aku terus terang ragu itu akan bagus. Ditambah lagi, Komachi senang untuk ikut datang, jadi itu baik-baik saja.”

“Ya, itu semua tidak ada masalah, tapi…”

Dan dengan itu, izinkan aku untuk menyingkap pengungkapan yang sangat jelas ini.

Ketika dia bilang “jalan denganku”, dia benar-benar hanya ingin pergi dan membeli hadiah untuk ulang tahun Yuigahama. Dan itu bukanlah diriku yang dia inginkan – itu Komachi.

Yah, itu adalah sebuah keputusan yang cerdas. Kami selalu mengandalkan Yuigahama untuk hal-hal seperti ini sampai sekarang, tapi kami tidak bisa benar-benar mengandalkannya kali ini ketika itu demi dirinyalah kami sedang melakukan ini. Dengan begitu keadaannya, satu-satunya orang yang bisa diharapkan Yukinoshita si antisosial adalah Komachi.

Selama dua menit penuh kami menunggu dengan hening, sampai Komachi akhirnya muncul.

Mungkin itu karena dia sadar dia sedang pergi jalan-jalan bersama Yukinoshita hari ini, tapi selera berpakaian Komachi sudah berubah menjadi lebih berkelas. Dia mengenakan sepotong rompi musim panas di atas blus setengah lengannya dan sepotong rok berlipat dengan kaus-kaki sepanjang lutut pada belahan bawahnya, sementara sepatu loafernya melengkapi tampilan nona berkelasnya. Tapi topi pengantar koran agak bodoh yang dikenakan pada kepalanya itu benar-benar membuat semacam kesan riang. Di tangannya, dia memegang sebuah botol plastik dengan teh hijau di dalamnya.

“Hai, Yukino-san! Selamat siang.”

“Maaf memanggilmu keluar pada hari liburmu,” Yukinoshita meminta maaf.

Komachi merespon dengan sebuah seringai lebar. “Tak masalah. Aku juga ingin membeli sebuah hadiah untuk Yui-san, dan ditambah lagi, aku menanti-nanti untuk menghabiskan hari ini keluar denganmu, Yukino-san.”

Mengenali gadis ini, dia benar-benar mencintai Yukinoshita dengan segenap hatinya, jadi aku tidak berpikir dia sedang berbohong. Aku rasa itu berarti Yukinoshita memikat para gadis berkepala angin[1]. Dia adalah orang yang paling populer dengan para gadis yang kukenal di samping Hayama, serius.

“Kereta api sudah hampir tiba, jadi ayo kita pergi,” kataku, mendesak mereka berdua.

Kami semua berjalan sampai ke palang tiket. Hari ini, tujuan kami adalah LaLaport Teluk Tokyo yang dicintai luas, sebuah tempat yang sering dipakai sebagai sebuah tempat berkencan jika rumor-rumornya dapat dipercaya. Dipenuhi oleh berbagai toko-toko dan didekorasi dengan cukup tempat untuk acara perfilman, tempat itu adalah yang terbaik dari yang terbaik ketika sedang membicarakan tempat-tempat rekreasi di perfektur ini.

Catatan Translasi

<references>

  1. Memang ada artinya, coba cek google/kbbi