Difference between revisions of "Oregairu (Indonesia):Jilid 3 Bab 4"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
(Agak sulit...)
Line 5: Line 5:
 
Cuacanya bagus, yang orang akan katakan suatu hari cerah yang langka selama musim penghujan. Hari ini adalah hari dimana aku seharusnya pergi keluar dengan Yukinoshita.
 
Cuacanya bagus, yang orang akan katakan suatu hari cerah yang langka selama musim penghujan. Hari ini adalah hari dimana aku seharusnya pergi keluar dengan Yukinoshita.
   
Waktunya tinggal sedikit lagi<!--a little bit of time--> sampai persis jam sepuluh. Aku heran, apa aku datang terlalu awal? Kelihatannya seluruh keadaan ini benar-benar membuatku terguncang. Tak kusangka Yukinoshita, dari semua orang yang ada, akan mengajakku jalan…
+
Waktunya tinggal sedikit lagi<!--a little bit of time--> sampai persis jam sepuluh. Aku heran, apa aku datang terlalu awal? Kelihatannya seluruh keadaan ini benar-benar membuatku bingung. Tak kusangka Yukinoshita, dari semua orang, akan mengajakku jalan…
   
 
Apa yang harus kulakukan…? Mungkin aku seharusnya menolaknya saja… pikiranku sedang kacau balau pada saat itu. Aku yakin aku kehilangan naluri pengambilan keputusan biasaku berkat Yukinoshita mengatakan hal-hal yang tidak pernah bisa kubayangkan.
 
Apa yang harus kulakukan…? Mungkin aku seharusnya menolaknya saja… pikiranku sedang kacau balau pada saat itu. Aku yakin aku kehilangan naluri pengambilan keputusan biasaku berkat Yukinoshita mengatakan hal-hal yang tidak pernah bisa kubayangkan.
Line 15: Line 15:
 
“Tidak seperti aku sudah menunggu lama sekali,” gugamku.
 
“Tidak seperti aku sudah menunggu lama sekali,” gugamku.
   
“Begitukah? Bagus, kalau begitu. Sekarang ayo kita pergi.”
+
“Begitukah? Baguslah, kalau begitu. Sekarang ayo kita pergi.”
   
 
Yukinoshita mencantelkan tas rotannya selagi dia melirik-lirik ke sekeliling dengan gusar, seakan sedang berusaha untuk menemukan seseorang di sekeliling.
 
Yukinoshita mencantelkan tas rotannya selagi dia melirik-lirik ke sekeliling dengan gusar, seakan sedang berusaha untuk menemukan seseorang di sekeliling.
Line 23: Line 23:
 
“Begitu ya.” Yukinoshita terdiam untuk sejenak. “Namun, aku rasa aku harus meminta maaf untuk memintanya menemuiku pada hari libur…”
 
“Begitu ya.” Yukinoshita terdiam untuk sejenak. “Namun, aku rasa aku harus meminta maaf untuk memintanya menemuiku pada hari libur…”
   
“Itu bukan masalah besar. Sungguhpun kamu dan aku pergi membeli hadiah ulang tahun untuk Yuigahama, aku terus terang saja ragu itu akan bagus. Ditambah lagi, Komachi senang untuk ikut datang, jadi itu baik-baik saja.”
+
“Itu bukan masalah besar. Sungguhpun kamu dan aku pergi membeli hadiah ulang tahun untuk Yuigahama, aku terus terang ragu itu akan bagus. Ditambah lagi, Komachi senang untuk ikut datang, jadi itu baik-baik saja.”
   
“Ya, itu semua tidak ada masalah, tapi…”
+
“Ya, semua tidak ada masalah, tapi…”
   
 
Dan dengan itu, izinkan aku untuk menyingkap pengungkapan yang sangat jelas ini.
 
Dan dengan itu, izinkan aku untuk menyingkap pengungkapan yang sangat jelas ini.
Line 129: Line 129:
 
<br />
 
<br />
 
===4-2===
 
===4-2===
Ketika kamu berjalan sedikit dari stasiun Minami-Funabashi, ada IKEA di sebelah tangan kirimu. Di samping menjadi sebuah toko perabot yang fantastis<!--fancy-->, toko itu juga salah satu tempat populer untuk jalan-jalan. Dahulu kala, tempat-tempat rekreasi di sekitar sini dipakai untuk membentuk sebuah labirin raksasa yang panjang dan lebar <!--all-encompassing-->, dan setelah itu tempatnya menjadi sebuah bangunan ski dalam ruang. Bangunan lamanya, tentu saja, tidak ada lagi. Aku dapat merasakan betapa banyaknya waktu telah berlalu. Sebelum aku menyadarinya, aku sudah tumbuh dewasa.
+
Ketika kamu berjalan sedikit dari stasiun Minami-Funabashi, ada sebuah IKEA di sebelah tangan kirimu. Di samping menjadi sebuah toko perabot yang fantastis <!--fancy-->, toko itu juga salah satu tempat populer untuk jalan-jalan. Dahulu kala, tempat-tempat rekreasi di sekitar sini dipakai untuk membentuk sebuah labirin raksasa yang panjang dan lebar <!--all-encompassing-->, dan setelah itu tempatnya menjadi sebuah bangunan ski dalam ruang. Bangunan lamanya, tentu saja, tidak lagi ada. Aku dapat merasakan betapa banyaknya waktu telah berlalu. Sebelum aku menyadarinya, aku sudah tumbuh dewasa.
   
Semua slogan “ski tanpa proteksi” benar-benar membangkitkan kembali kenanganku. Sekarang ini ketika aku mendengar kata “tanpa proteksi”, Aku hanya bisa terpikir akan kondom. Aku dapat merasakan betapa banyaknya waktu telah berlalu. Sebelum aku menyadarinya, aku sudah tumbuh dewasa…
+
Semua slogan “ski tanpa proteksi” benar-benar membangkitkan kembali kenangan-kenangan. Sekarang ini ketika aku mendengar kata “tanpa proteksi”, Aku hanya bisa terpikir akan kondom. Aku dapat merasakan betapa banyaknya waktu telah berlalu. Sebelum aku menyadarinya, aku sudah tumbuh dewasa…
   
 
Setelah kami selesai menyebrangi jembatan penyebrangannya, pintu masuk ke supermarket perbelanjaan terhubung padanya. Selagi dia melirik ke arah papan petunjuk arah di lingkungan bangunan<!--premises--> itu, Yukinoshita melipat lengannya sambil berpikir. “Aku terkejut… tempat ini cukup besar <!--enormous-->.”
 
Setelah kami selesai menyebrangi jembatan penyebrangannya, pintu masuk ke supermarket perbelanjaan terhubung padanya. Selagi dia melirik ke arah papan petunjuk arah di lingkungan bangunan<!--premises--> itu, Yukinoshita melipat lengannya sambil berpikir. “Aku terkejut… tempat ini cukup besar <!--enormous-->.”
Line 163: Line 163:
 
Tempat yang ditunjuk Komachi berada di pusat lantai satu. Disana terjejer nama-nama seperti “Love Craft”, yang merangkak dengan penuh cinta<ref> Crawling with Love. Referensi pada judul LN : Haiyore! Nyaruko-san </ref>, dan “Lisa Lisa”, yang merupakan semacam nama yang bisa mengajarimu bagaimana menggunakan Ripple. <ref> “Love Craft” adalah referensi pada penulis cerita horor Howard Phillips Lovecraft, dan bagian merangkak dengan penuh cinta adalah referensi pada Haiyore! Nyaruko-san (harfiah. ‘Nyaruko-san: Crawling with Love’), yang merupakan seri LN penuh dengn referensi dari H.P. Lovecraft. Lisa Lisa adalah karakter dari ''JoJo’s Bizarre Adventure''. Dia mengajari para protagonisnya cara menggunakan Ripple, yang merupakan sumber kekuatan utama di Bagian Kedua manganya.</ref> Seluruh tempat itu mungkin dipenuhi dengan toko-toko yang menyetok prooduk-produk yang ditujukan pada gadis muda.
 
Tempat yang ditunjuk Komachi berada di pusat lantai satu. Disana terjejer nama-nama seperti “Love Craft”, yang merangkak dengan penuh cinta<ref> Crawling with Love. Referensi pada judul LN : Haiyore! Nyaruko-san </ref>, dan “Lisa Lisa”, yang merupakan semacam nama yang bisa mengajarimu bagaimana menggunakan Ripple. <ref> “Love Craft” adalah referensi pada penulis cerita horor Howard Phillips Lovecraft, dan bagian merangkak dengan penuh cinta adalah referensi pada Haiyore! Nyaruko-san (harfiah. ‘Nyaruko-san: Crawling with Love’), yang merupakan seri LN penuh dengn referensi dari H.P. Lovecraft. Lisa Lisa adalah karakter dari ''JoJo’s Bizarre Adventure''. Dia mengajari para protagonisnya cara menggunakan Ripple, yang merupakan sumber kekuatan utama di Bagian Kedua manganya.</ref> Seluruh tempat itu mungkin dipenuhi dengan toko-toko yang menyetok prooduk-produk yang ditujukan pada gadis muda.
   
“Baik, mari kita pergi ke sana?” kataku, yang kemudian Yukinoshita mengangguk seakan dia juga tidak ada keberatan khusus apapun.
+
“Baik, ayo kita pergi ke sana?” kataku, yang kemudian Yukinoshita mengangguk seakan dia juga tidak ada keberatan khusus apapun.
   
 
Dan dengan itu, kami pergi.
 
Dan dengan itu, kami pergi.
   
Zona femininnya berada dua atau tiga blok di depan. Sekelompok toko dengan nama merek yang berbeda-beda menjual berbagai barang yang ditujukan pada laki-laki dan pada kedua jenis kelamin terjejer pada jalan ke sana. Ada begitu banyak barang yang berbeda sampai aku tidak bisa tidak mengaguminya – kamu benar-benar tidak bisa melihatnya semua dalam sekali pandang<!--couldn’t take it all in at one glance-->. Aku memimpin jalannya ke sana, tapi karena aku biasanya tidak datang ke jenis supermarket besar semacam ini, aku sepenuhnya tidak ada keyakinan mengenai kemana kami akan pergi.
+
Zona femininnya berada dua atau tiga blok di depan. Sekelompok toko dengan nama merek berbeda-beda menjual berbagai barang yang ditujukan pada laki-laki dan pada kedua jenis kelamin terjejer pada jalan ke sana. Ada begitu banyak barang yang berbeda sampai aku tidak bisa tidak mengaguminya – kamu benar-benar tidak bisa melihatnya semua dalam sekali pandang<!--couldn’t take it all in at one glance-->. Aku memimpin jalannya ke sana, tapi karena aku biasanya tiak datang ke jenis supermarket besat semacam ini, aku sepenuhnya tidak ada keyakinan mengenai kemana kami akan pergi.
   
Untuk sekali ini aku memiliki suatu hal yang sama dengan Yukinoshita, yang memaling-malingkan kepalanya dengan perhatiannya terus teralihkan<!--distractedly-->, melihat ke arah sana-sini. Paling tidak dia tidak terlihat bosan. Kadang-kadang, dia berhenti di tempat dan menatapi produk-produk yang terpajang. Tapi persis saat seorang pelayan toko mendekatinya, dia merasakan keberadaannya dan melesat pergi.
+
Untuk sekali ini aku memiliki suatu hal yang sama dengan Yukinoshita, yang memaling-malingkan kepalanya dengan perhatiannya teralih-alihkan<!--distractedly-->, melihat ke arah sana-sini. Paling tidak dia tidak terlihat bosan. Kadang-kadang, dia berhenti di tempat dan menatapi produk-produk yang terpajang. Tapi persis saat seorang pelayan toko mendekatinya, dia merasakan keberadaannya dan melesat pergi.
   
 
…ah, Aku mengerti benar apa yang dirasakannya. Aku benar-benar berharap mereka berhenti berbicara padamu ketika kamu sedang memilih-milih pakaian. Pelayan toko pakaian patut menguasai kemampuan merasakan aura “jangan bicara padaku” yang dipancarkan dari para penyendiri. Jika mereka melakukan itu, aku jamin<!--reckon--> penjualan mereka mungkin meningkat.
 
…ah, Aku mengerti benar apa yang dirasakannya. Aku benar-benar berharap mereka berhenti berbicara padamu ketika kamu sedang memilih-milih pakaian. Pelayan toko pakaian patut menguasai kemampuan merasakan aura “jangan bicara padaku” yang dipancarkan dari para penyendiri. Jika mereka melakukan itu, aku jamin<!--reckon--> penjualan mereka mungkin meningkat.
Line 185: Line 185:
 
Itu adalah karakter populer dari ''Tokyo Disneyland'', Pan-san si Panda. “''Pan-san’s Bamboo Hunt''” merupakan atraksi yang sedemikian populernya sampai itu biasa untuk menunggu dua atau tiga jam untuk itu.<ref> Referensi pada Pooh's Hunny Hunt.</ref>
 
Itu adalah karakter populer dari ''Tokyo Disneyland'', Pan-san si Panda. “''Pan-san’s Bamboo Hunt''” merupakan atraksi yang sedemikian populernya sampai itu biasa untuk menunggu dua atau tiga jam untuk itu.<ref> Referensi pada Pooh's Hunny Hunt.</ref>
   
Tokyo Disneyland, sebuah atraksi turis yang tidak perlu perkenalan. Sebesar-besarnya tempat itu menjadi kebanggaan<!--pride and soul--> Chiba, tempat itu sebuah eksistensi funky <!--funky--> yang berbau keaiban, melihat bagaimana tempat itu harus menyebutnya Tokyo Disneyland meskipun tempat itu ada di Chiba. Tokyo Disneyland<!--it--> terletak di Maihama, tapi tampaknya alasan asli untuk itu adalah karena Maihama mirip sekali dengan Pantai Miami. Dan itulah pelajaran Perfektur Chibamu untuk hari ini.
+
Tokyo Disneyland, sebuah atraksi turis yang tidak perlu perkenalan. Sebesar-besarnya tempat itu menjadi kebanggaan<!--pride and soul--> Chiba, tempat itu sebuah eksistensi funky <!--funky--> yang berbau keaiban, melihat bagaimana tempat itu harus menyebutnya Tokyo Disneyland meskipun tempat itu ada di Chiba. Itu terletak di Maihama, tapi tampaknya alasan asli untuk itu adalah karena Maihama mirip sekali dengan Pantai Miami. Dan itulah pelajaran Perfektur Chibamu untuk hari ini.
   
 
“Yukinoshita,” Aku memanggil pada dirinya.
 
“Yukinoshita,” Aku memanggil pada dirinya.
Line 215: Line 215:
 
“Ya, kurasa…”
 
“Ya, kurasa…”
   
Setelah aku mengirimkan pesan teks pada Komachi yang berisikan, “Telepon aku, tolol. AKu akan pergi duluan,” Aku memutuskan untuk pergi.
+
Setelah aku mengirimkan pesan teks pada Komachi yang berisikan, “Telepon aku, tolol. Aku akan pergi duluan,” Aku memutuskan untuk pergi.
   
 
“…jaaaaadi, kita belok tepat di sini dan jalan lurus ke depan, hmm?” tanyaku, memastikan dengan suara keras karena aku sudah tahu kemana kita pergi.
 
“…jaaaaadi, kita belok tepat di sini dan jalan lurus ke depan, hmm?” tanyaku, memastikan dengan suara keras karena aku sudah tahu kemana kita pergi.
Line 228: Line 228:
   
 
<br />
 
<br />
 
 
===4-3===
 
===4-3===
 
Suasana di sekeliling berubah menjadi terang. Corak warna yang lembut dan terang bercampur di ruangan terbuka itu, dimana sebuah bau bunga-bunga dan sabun melayang-layang di udara. Kami memang telah datang ke suatu tempat untuk para gadis: toko pakaian dan toko aksesoris, toko yang terspesialisasi pada sepatu dan toko lain yang terspesialisasi pada peralatan dapur. Dan lalu, tentu saja, toko celana dalam. Sebuah tempat yang tidak nyaman nan seperti dunia lain itu terbentang di hadapanku.
 
Suasana di sekeliling berubah menjadi terang. Corak warna yang lembut dan terang bercampur di ruangan terbuka itu, dimana sebuah bau bunga-bunga dan sabun melayang-layang di udara. Kami memang telah datang ke suatu tempat untuk para gadis: toko pakaian dan toko aksesoris, toko yang terspesialisasi pada sepatu dan toko lain yang terspesialisasi pada peralatan dapur. Dan lalu, tentu saja, toko celana dalam. Sebuah tempat yang tidak nyaman nan seperti dunia lain itu terbentang di hadapanku.
Line 246: Line 245:
 
“…bisakah kamu bahkan naik kelas?”
 
“…bisakah kamu bahkan naik kelas?”
   
Bisa, dengan ujian remedial setelah kamu dipanggil untuk pelajaran tambahan. Karena pertanyaan yang mereka paksakan untuk kamu lakukan di lembar kerja pelajaran tambahan akan muncul pada ujian remedial juga, itu merupakan sebuah pertempuran penghapalan. Yah, kurasa dibuat tinggal kelas satu tahun akan juga menjengkelkan bagi para guru, melihat cara mereka mengambil semua tindakan pencegahan tersebut supaya mereka tidak perlu melakukan pengabsensiannya.
+
Bisa, dengan ujian remedial setelah kamu dipanggil untuk pelajaran tambahan. Karena pertanyaan yang mereka paksakan untuk kamu lakukan di lembar kerja tambahan akan muncul pada ujian remedial juga, itu merupakan sebuah pertempuran penghapalan. Yah, kurasa dibuat tinggal kelas satu tahun akan juga menjengkelkan bagi para guru, melihat cara mereka mengambil semua tindakan pencegahan tersebut supaya mereka tidak perlu melakukan pengabsensiannya.
   
 
“Jadi omong-omong, apa yang akan kamu beli?” tanyaku.
 
“Jadi omong-omong, apa yang akan kamu beli?” tanyaku.
Line 262: Line 261:
 
“Sungguh penilaian yang cerdas…”
 
“Sungguh penilaian yang cerdas…”
   
Memang, aku sulit sekali bisa membayangkan Yuigahama mengatakan, “Wow! Aku selalu menginginkan satu set obeng ini! Oh, bahkan ada sebuah kunci L! Horeeee! Ada linggis juga! Yukinon, terima kasih banyaaaaak!” Tapi aku mendapat perasaan itu merupakan reaksi yang agak lazim di antara para wanita pecinta mesin.
+
Memang, aku sulit sekali bisa membayangkan Yuigahama mengatakan, “Wow! Aku selalu menginginkan satu set obeng ini! Oh, bahkan ada sebuah kunci L! Horeeee! Ada linggis juga! Yukinon, terima kasih banyaaaaak!” Tapi aku mendapat perasaan itu merupakan reaksi yang agak lazim di antara pecinta mesin wanita.
   
 
“Jaaaaadi,” kataku, “kamu memutuskan untuk membeli sesuatu yang sejalan dengan minat Yuigahama.”
 
“Jaaaaadi,” kataku, “kamu memutuskan untuk membeli sesuatu yang sejalan dengan minat Yuigahama.”
   
 
“Memang. Aku ingin membuatnya senang dengan cara apapun yang kubisa…”
 
“Memang. Aku ingin membuatnya senang dengan cara apapun yang kubisa…”
  +
  +
Yukinoshita senyuman kalem<!--serene smile--> ini di wajahnya. Jika Yuigahama melihat ekspresi itu, aku rasa dia akan luar biasa senang.<!--beyond happy-->
  +
  +
“Baik, kalau begitu ayo kita cepat bergegas dan pilih sesuatu, huh?”
  +
  +
“Tunggu dulu sebentar. Bagaimana dengan Komachi-san?”
  +
  +
Ah, itu mengingatkanku bahwa dia tidak pernah menelepon balik. Tanpa Komachi di sini, kami tidak akan bisa mendapat saran detil apapun. Dia mungkin saja sudah memperkecilnya pada jenis tempat yang disukai<!--preferred genre--> Yuigahama, tapi kami tidak bisa membuat pilihan akhirnya jika kami tidak tahu apa yang mau dibeli. Aku mungkin memerlukan sedikit bantuan pada aspek-aspek yang lebih detilnya, tapi setidaknya aku tidak sebegitu tak tahunya mengenai gadis-gadis remaja dibanding Yukinoshita. Bolpoin dan set perkakas tidak terlihat keren<!--legit--> bagiku.
  +
  +
Aku melirik sekilas pada ponselku, tapi tidak ada kabar dari Komachi. Ketika aku mencoba meneleponnya, musik familier dari ponsel Komachi setiap kali membuat suara keras yang tidak mengenakkan. Maksudku, serius, kenapa ponsel gadis ini bernyanyi?
  +
  +
''“Haloooooo!”''
  +
  +
“Hei, dimana kamu sekarang? Kami sudah ada di sini. Kami sedang menunggu jadi bergegaslah kemari.”
  +
  +
''“Huh? …ohhh. Ada begitu banyak barang di sini yang mau kubeli jadi aku benar-benar lupa.”''
  +
  +
“Untuk dipikir adikku bisa begitu berkepala angin… Aku agak terkejut aku ada hubungan darah<!--related--> denganmu.”
  +
  +
Wow, Aku tidak tahu ingatannya seburuk ini. Tidak heran dia selalu hancur dalam mata pelajaran yang memerlukan penghapalan. Selagi aku sedang merenungkan pemikiran itu, aku mendengar suatu helaan yang begitu mengejek dari ujung lain teleponnya.
  +
  +
''“…men, kepala udangmu itu tidak bisa paham<!--you can’t get it through your thick skull-->, huh, onii-chan? Yah, terserahlah. Kelihatannya aku akan pulang ke rumah sendiri saja karena aku mungkin akan memakan waktu lima jam lagi. Semoga sukses, kalian berdua!”''
  +
  +
“Uh, tunggu, tunggu dulu sebentar!”
  +
  +
''“Kenapa, apa Yukino-san gugup akan sendirian bersama denganmu? Tidak perlu kuatir sama sekali – kurasa.”''
  +
  +
“Uh, Aku benar-benar tidak perduli dengan itu, tapi apa kamu tidak apa-apa sendirian? Maksudku, tempat ini benar-benar bukan tempat yang seharusnya dikunjungi anak SMP…”
  +
  +
Maksudku, ini adalah suatu tempat dimana ada begitu banyak jenis-jenis orang yang berbeda-beda berbaur pada hari libur. Ada kemungkinan kamu bisa terperangkap pada suatu insiden atau kecelakaan. Belum dibilang Komachi itu masihlah seorang gadis SMP. Dan dia itu imut karena dia itu adikku dan semacamnya. Dia mungkin mempermalukanku dan melakukan hal-hal yang membuatku geram, tapi aku tidak bisa tidak mengkhawatirkannya.
  +
  +
Komachi tidak mengatakan apa-apa untuk sejenak. ''“Men, Aku harap kamu sepengertian ini mengenai hal-hal yang lain. Aku akan baik-baik saja. Ini aku yang sedang kita bicarakan.”''
  +
  +
“Uh, Aku khawatir karena itu kamu yang sedang kita bicarakan.”
  +
  +
Toh, dia mungkin akan dengan mudahnya pergi dengan seseorang jika dia membelikannya permen atau memikatnya dengan uang…
  +
  +
''“Onii-chan, kamu anggap siapa diriku ini? Kamu tahu bukan aku itu adikmu?”''
  +
  +
Whoa, dia mengucapkan sesuatu yang benar-benar agak menyentuh.
  +
  +
''“Itulah mengapa kamu itu sepenuhnya baik-baik saja sendirian! Malahan, sendirian itu adalah apa yang membuatmu merasa hidup<!--come alive-->!”''
  +
  +
Alasannya sendiri benar-benar menyedihkan.
  +
  +
Tapi sebenarnya, karena sendirian itu memang membuatku merasa hidup, tidak ada yang bisa kukatakan untuk membantahnya. Lihat, masalahnya itu, aku begitu cerewet <!--say heaps-->ketika aku bermain game atau apalah. Macam “Meeeen, tidak muuuuungkin!” atau “Oho, jadi kamu datang, huh?” atau “Rinko, Aku cinta kamu”. Berkat itu aku mendapat situasi sulit <!--bind-->ini ketika ibuku mengatakan sesuatu seperti, “Oh, jadi ada teman kamu yang datang<!--so you have friends over-->?” dan aku akan menjadi begitu gugup dan menjawab, “Er, A-Aku sedang menelepon…” Tidak lagi aman untuk memainkan ''Love Plus'' di rumahku<ref>Love Plus game dating sim di DS yang terkenal. Rinko itu salah satu karakter wanita yang bisa dikencani. </ref>.
  +
  +
“Baiklah… telepon aku segera jika ada sesuatu yang terjadi. Tidak, tunggu, telepon aku bahkan jika tidak ada apapun yang terjadi.”
  +
  +
''“Oke, oke. Baik, aku akan menutup teleponnya sekarang! Semoga beruntung, onii-chan!”'' Dan dengan itu, panggilannya berakhir. Semua yang tersisa hanyalah sebuah suara bip yang robotik<!--robotic-->.
  +
  +
Tidak seperti kamu butuh keberuntungan untuk pergi berbelanja…
  +
  +
Aku menutup ponselku dan berpaling pada Yukinoshita. “Kelihatannya Komachi ingin membeli beberapa barang. Jadi dia meninggalkan semua kerja sulitnya pada kita.”
  +
  +
“Begitu ya… yah, dia memang bersusah payah untuk datang jauh-jauh kemari pada hari libur, jadi aku tidak ada hak untuk mengomplain,” kata Yukinoshita, terdengar agak kecewa. “Kita tahu tentang jenis barang yang disukai Yuigahama, jadi ayo kita mengusahakannya cukup dengan itu saja<!--make do with that-->We know about Yuigahama-san’s preferred genre, so let’s make do with that,” tambahnya untuk membuat dirinya bersemangat lagi.she added to get herself psyched again.
  +
  +
Sial, sekarang aku khawatir.
  +
  +
Tanpa memperdulikan kegelisahanku, Yukinoshita dengan segera pergi mengunjungi<!--made for--> toko pakaian terdekat. Segera setelah dia masuk ke dalam, dia mengambil produk-produk terpajang dan memeriksanya dengan wajah datar. Aku memutuskan untuk berjalan ke dalam toko itu, mengikuti dirinya<!--following suit-->.
  +
  +
Aku hampir dengan segera menyesalinya.
  +
  +
Pertama-tama<!--For a start-->, itu menyakitkan bagaimana para wanita yang beraneka ragam ini menatap pada seorang pria yang baru saja masuk ke dalam. Itu seperti mereka menganggap aku itu seekor serangga. Dan lalu pelayan toko itu tiba-tiba berdiri<!--What’s more was that the shop assistant sprang on her feet suddenly-->, seakan waswas akan setiap gerakanku. Setiap orang di dalam ruangan itu menjaga jarak yang lebar dariku.
  +
  +
Kenapa, sialan…? Maksudku, ada pria lain di dalam toko ini! Apakah aku sedang didiskriminasi? Aku sedang didiskriminasi, bukan?! Toh, semua pria dalam toko itu tipe-tipe riajuu. Mereka mengenakan syal di sekeliling leher mereka meskipun udara tidaklah dingin dan mereka memakai rompi yang membuat mereke terlihat seperti pemburu. Aku bisa melihat dengan sangat jelas bahwa mereka itu tipe-tipe riajuu. Ada apa dengan untaian-untaian aneh di celana mereka? Fungsi apa yang diberikannya?<!--what purpose did they serve-->
  +
  +
“Um, tuan… apa anda mencari sesuatu?” seorang pelayan toko wanita menanyakanku, menyembunyikan kewaspadaannya akan diriku di balik sebuah senyuman rapat<!--tight lipped smile-->.
  +
  +
“Uh, tidak, um… m-maaf,” Aku meminta maaf tanpa berpikir panjang <!--on impulse-->.
  +
  +
Permintan maafku yang tidak perlu pastilah sudah membangkitkan perasaan curiga pelayan toko wanita itu lebih jauh lagi, karena pelayan yang lain segera datang kemari. Sial, dia memanggil temannya! Ini tidak akan berakhir baik!
  +
  +
Jika aku terus membuang-buang waktu di sini<!--dawdling around-->, dia akan memanggil lebih banyak temannya lagi. Persis saat aku sedang berpikir untuk melarikan diri, aku diberi pertolongan.
  +
  +
“Hikigaya-kun… apa yang kamu lakukan? Mencoba pakaian wanita? Kamu seharusnya melakukan hal semacam itu di rumah.”
  +
  +
“Kamu tidak melakukan itu dimanapun! Dan lagipula, aku tidak melakukan apapun, oke…”
  +
  +
Yukinoshita mendekatiku, memandang rendah pada diriku dengan angkuh. Sebagai hasilnya, rasa curiga menghilang dari mata pelayan toko tersebut. Persis seperti yang bisa kamu duga dari Yukinoshita. Membuat orang mundur<!--back off--> termasuk ke dalam cakupan keahliannya.<!--area of expertise-->
  +
  +
“Oh, anda sedang menunggui pacar anda, ya. Silahkan menunggu selama yang anda mau <!--Please take your time-->,” kata satu pelayan toko tersisa yang mengerti<!--in understanding--> sebelum dia berpaling untuk pergi.
  +
  +
“Tidak, itu sama sekali bukan apa yang sedang kulakukan…”
  +
  +
“Bukan? Kalau begitu anda memang benar-benar orang yang mencurigakan…”
  +
  +
Matanya berubah dari biru menjadi merah! Aku mengambil pilihan yang salah! Sekarang dia begitu agresif<!--on the offensive-->! Jika begini terus, aku akan mengarah tepat ke akhir yang buruk.<!--bad end-->
  +
  +
“Ya Tuhan… Hikigaya-kun, ayo pergi.” Dalam usaha untuk melarikan diri dari pelayan toko yang bergegas<!--burst into--> ke lokasi<!--scene, TKP-->, Yukinoshita menarik tanganku. Itu saja yang diperlukan untuk menepis mereka.
  +
  +
Setelah kami berada di luar toko, ketegangannya akhirnya mereda.
  +
  +
“…katakan, apa aku benar-benar terlihat se-mencurigakan itu?”
  +
  +
Dengan ekspresi berat di wajahku, mataku sejuta kali lebih busuk dari biasa, kuduga. Aku rasa kalau aku harus mengatakannya dalam bahasa Inggris, aku memiliki mata MEGA busuk.
  +
  +
Yukinoshita tidak berpura-pura mengejek penampilan yang terlihat mencurigakanku, mungkin bersusah payah untuk menunjukkan simpati<!--perhaps out of her own way of showing sympathy-->. “Seorang laki-laki yang sendirian akan dipandang dengan rasa curiga bagaimanapun itu. Dari apa yang kulihat, semua laki-laki di toko itu bagian dari suatu pasangan<!--A lone male will be regarded with suspicion either way. From what I saw, all the males in that store were part of a couple-->.”
  +
  +
Aku mengerti sekarang. Itu adalah zona cuma para gadis/cuma para pasangan, persis seperti bilik foto itu. Kalau begitu keadaannya, tidak ada yang bisa kulakukan mengenainya. Aku tidak memiliki keberanian ataupun tekad<!--determination--> untuk melewati rintangan itu lagi.
  +
  +
“…baiklah, kalau begitu aku akan berdiri di sebelah sana saja,” kataku, menunjuk ke arah sebuah bangku yang agak jauh dari sini.
  +
  +
Tokonya itu sendiri dipadati oleh para gadis. Jika aku sendirian di antara mereka, itu tidaklah sulit untuk membayangkan diriku memperoleh sekumpulan pandangan aneh.<!--cop a heap of strange look--> Bagaimanapun, itu sama buruknya dengan ditatapi dengan aneh di dalam ruang kelas. Tapi jika aku duduk di bangku yang jauh dari sana<!--far-off-->, maka aku kira tidak ada orang yang akan melaporkanku<!--blow the whistle on me-->. Selama aku tidak bertindak mencurigakan, aku akan baik-baik saja. Kurasa. Mungkin. Apa aku akan baik-baik saja? Terserahlah, lebih baik bersiap-siap untuk yang terburuk, pikirku selagi aku mulai berjalan ke bangku itu.
  +
  +
“Tunggu dulu sebentar<!--Hold it right there-->.”
  +
  +
“Huh?”
  +
  +
AKu berpaling ke belakang untuk melihat Yukinoshita berjalan ke arahku, kepalanya diangkat tinggi.
  +
  +
“Apa kamu berencana untuk menyerahkan semuanya pada keputusanku?<!--judgement--> Aku tidak bermaksud untuk terdengar angkuh, tapi standarku sangat berbeda sekali dari gadis remaja biasa<!--far removed-->.”
  +
  +
“Jadi kamu tahu…”
  +
  +
Yah, ini gadis yang berpikir untuk membeli satu set perkakas sebagai hadiah barusan tadi.
  +
  +
“Jadi, uh… Aku akan menghargainya kalau kamu mau menolongku – atau semacamnya…” kata Yukinoshita dengan begitu susah payah, dengan alisnya terkernyit<!--head furrowed-->, Pandangannya, yang terpaku pada tapak sepatunya<!--soles of her feet-->, melayang-layang dengan gugup dari satu sisi ke sisi lain.
  +
  +
Dia pastilah benar-benar dalam kebuntuan jika dia meminta bantuanku. Mari aku perjelas bahwa aku tidak pernah membeli hadiah untuk seorang gadis dalam hidupku - setidaknya tidak dengan benar. Jika kita sedang membicarakan tentang mencoba untuk memberi hadiah dan ditolak<!--get shut down-->, itu pernah terjadi padaku sebelumnya.
  +
  +
“Yah, seingin-inginnya aku berniat untuk menolongmu<!--much as I would absolutely love to help you out-->,” jawabku, “itu tidak seperti aku bisa masuk ke da-”
  +
  +
Yukinoshita membuat helaan dalam, seakan dirinya menyerah pada sesuatul<!--resigning herself to something-->. “Kalau begitu, tidak ada yang bisa dilakukan. Tolong, dekat-dekat denganku<!--Keep a close distance, please-->.”
  +
  +
“Huh? Dekat?” Aku menatap dirinya, merasa bingung.
  +
  +
Yukinoshita menjadi sedikit tersinggung sebagai responnya. “Haruskah aku menghafalkannya? Bahwa kalau kamu hanya mampu menghirup udara dan menghembuskannya keluar, maka pendingin ruangan di sebelah sana itu lebih hebat darimu?”
  +
  +
Memang. Membersihkan udara dan menghemat energi itu super berguna. Aku harap mereka bergegas dan memasangnya dengan kemampuan untuk membaca suasananya juga.
  +
  +
“Dengan kata lain, aku mengizinkanmu untuk berpura-pura menjadi pacarku, hanya untuk hari ini.”
  +
  +
“Angkuhnya<!--Talk about condescending-->.”
  +
  +
''Wow, sungguh wanita brengsek.''
  +
  +
Kejengkelanku pastilah muncul di wajahku, karena Yukinoshita menatapku dengan sengit. “Apa kamu tidak senang dengan pengaturan ini?”
  +
  +
“Tidak ada yang khusus<!--Not particularly-->, tidak.”
  +
  +
“B-begitu ya…” Yukinoshita terlihat terang-terangan terkejut, belum dibilang terlihat kecewa.
  +
  +
Tapi itu benar-benar bukanlah sesuatu yang perlu membuatnya merasa begitu kaget.<!--But it really wasn’t something to be so surprised over.--> Hal terakhir yang kuinginkan adalah menjadi pacar gadis ini atau apalah, tapi aku benar-benar tidak begitu keberatan dengan bagian berpura-pura itu. Yukinoshita tidak berbohong. Jadi ketika dia bilang “untuk hari ini”, dia tidak berarti satu menit lebih lama lagi, dan ketika dia bilang “pura-pura jadi pacarku”, tidak ada kesalahpahaman yang terjadi di sana.
  +
  +
Itulah mengapa aku bisa ikut ke dalam rencana ini tanpa rasa sangsi apapun.
  +
  +
Yukinoshita percaya sepenuhnya dalam kesampahanku, sementara aku memiliki kepercayaan penuh dia akan mengabaikan diriku sepenuhnya<!--wouldn’t give me the time of day-->. Aku heran, bisakah kamu benar-benar menyebut ini kepercayaan? Itu sama sekali benar-benar tidak terasa seperti kita sedang menjaga satu sama lain<!--had each other’s backs at all-->. Apaan?
  +
  +
Menyadari bahwa dia memiliki tampang yang begitu bodoh di wajahnya, Yukinoshita mencoba untuk menyembunyikannya dengan berpaling tiba-tiba ke arah lain. “Kupikir sudah pasti kamu tidak akan setuju,” katanya setelah beberapa saat, berbicara pada dindingnya.
  +
  +
“Nah, Aku tidak ada alasan khusus untuk menolak. Bagaimana denganmu? Bukankah kamu sendiri tidak setuju?” bantahku.
  +
  +
Yukinoshita berpaling, ekspresinya tidak perduli. “Aku tidak keberatan. Aku tidak akan terlihat oleh siapapun yang mengenali wajahku, dan dilihat bahwa aku dikelilingi hanya oleh orang asing, aku tidak perlu khawatir akan kesalahpahaman atau rumor apapun yang bisa berakibat pada kerugian finansial.”
  +
  +
Jadi dia baru saja dengan santainya menganggap bahkan diriku sebagai orang asing. Yah, terserahlah.
  +
  +
“Baiklah kalau begitu, mari kita pergi?” kata Yukinoshita selagi dia berpaling pada toko berikutnya. Aku mulai berjalan di sampingnya.
  +
  +
Kami tidak ada ekspektasi pada satu sama lain, dan menurut pendapatku tidak ada yang perlu diharapkan darimu benar-benar meringankan beban pikiranmu. Maksudku, coba pikir begini. Bukankah Kotak Pandora diisi dengan segala kejahatan bersama dengan harapan? Itulah apa yang dimaksud dengan memiliki ekspektasi. Harapan dan Kejahatan.
   
 
==Catatan Translasi==
 
==Catatan Translasi==

Revision as of 09:37, 8 March 2015

Bab 4: Hikigaya Komachi dengan Liciknya Membuat Rencananya

4-1

Minggu.

Cuacanya bagus, yang orang akan katakan suatu hari cerah yang langka selama musim penghujan. Hari ini adalah hari dimana aku seharusnya pergi keluar dengan Yukinoshita.

Waktunya tinggal sedikit lagi sampai persis jam sepuluh. Aku heran, apa aku datang terlalu awal? Kelihatannya seluruh keadaan ini benar-benar membuatku bingung. Tak kusangka Yukinoshita, dari semua orang, akan mengajakku jalan…

Apa yang harus kulakukan…? Mungkin aku seharusnya menolaknya saja… pikiranku sedang kacau balau pada saat itu. Aku yakin aku kehilangan naluri pengambilan keputusan biasaku berkat Yukinoshita mengatakan hal-hal yang tidak pernah bisa kubayangkan.

Selagi aku mencengkram kepalaku, menekan hasrat untuk meneriakkan rasa frustasiku, suatu suara memanggil di belakangku. “Maaf sudah membuatmu menunggu.”

Sebuah hembusan angin yang sejuk meniup selagi Yukinoshita dengan perlahan berjalan ke arahku. Dia sedang mengenakan sepotong kemeja tanpa lengan berwarna biru samar dengan kerah stand-up yang terlihat berkelas. Tidak biasanya bagi dia, rambut hitamnya diikat menjadi rambut poni, yang jatuh sampai pinggangnya dan melambai-lambai seperti sebuah selendang. Roknya, yang mencapai lututnya, menari-nari setiap kali dia berjalan.

“Tidak seperti aku sudah menunggu lama sekali,” gugamku.

“Begitukah? Baguslah, kalau begitu. Sekarang ayo kita pergi.”

Yukinoshita mencantelkan tas rotannya selagi dia melirik-lirik ke sekeliling dengan gusar, seakan sedang berusaha untuk menemukan seseorang di sekeliling.

“Kalau kamu sedang mencari Komachi, dia pergi ke toko swalayan, jadi kamu perlu menunggu sejenak.”

“Begitu ya.” Yukinoshita terdiam untuk sejenak. “Namun, aku rasa aku harus meminta maaf untuk memintanya menemuiku pada hari libur…”

“Itu bukan masalah besar. Sungguhpun kamu dan aku pergi membeli hadiah ulang tahun untuk Yuigahama, aku terus terang ragu itu akan bagus. Ditambah lagi, Komachi senang untuk ikut datang, jadi itu baik-baik saja.”

“Ya, semua tidak ada masalah, tapi…”

Dan dengan itu, izinkan aku untuk menyingkap pengungkapan yang sangat jelas ini.

Ketika dia bilang “jalan denganku”, dia benar-benar hanya ingin pergi dan membeli hadiah untuk ulang tahun Yuigahama. Dan itu bukanlah diriku yang dia inginkan – itu Komachi.

Yah, itu adalah sebuah keputusan yang cerdas. Kami selalu mengandalkan Yuigahama untuk hal-hal seperti ini sampai sekarang, tapi kami tidak bisa benar-benar mengandalkannya kali ini ketika itu demi dirinyalah kami sedang melakukan ini. Dengan begitu keadaannya, satu-satunya orang yang bisa diharapkan Yukinoshita si antisosial adalah Komachi.

Selama dua menit penuh kami menunggu dengan hening, sampai Komachi akhirnya muncul.

Mungkin itu karena dia sadar dia sedang pergi jalan-jalan bersama Yukinoshita hari ini, tapi selera berpakaian Komachi sudah berubah menjadi lebih berkelas. Dia mengenakan sepotong rompi musim panas di atas blus setengah lengannya dan sepotong rok berlipat dengan kaus-kaki sepanjang lutut pada belahan bawahnya, sementara sepatu loafernya melengkapi tampilan nona berkelasnya. Tapi topi pengantar koran agak bodoh yang dikenakan pada kepalanya itu benar-benar membuat semacam kesan riang. Di tangannya, dia memegang sebuah botol plastik dengan teh hijau di dalamnya.

“Hai, Yukino-san! Selamat siang.”

“Maaf memanggilmu keluar pada hari liburmu,” Yukinoshita meminta maaf.

Komachi merespon dengan sebuah seringai lebar. “Tak masalah. Aku juga ingin membeli sebuah hadiah untuk Yui-san, dan ditambah lagi, aku menanti-nanti untuk menghabiskan hari ini keluar denganmu, Yukino-san.”

Mengenali gadis ini, dia benar-benar mencintai Yukinoshita dengan segenap hatinya, jadi aku tidak berpikir dia sedang berbohong. Aku rasa itu berarti Yukinoshita memikat para gadis berkepala angin[1]. Dia adalah orang yang paling populer dengan para gadis yang kukenal di samping Hayama, serius.

“Kereta api sudah hampir tiba, jadi ayo kita pergi,” kataku, mendesak mereka berdua.

Kami semua berjalan sampai ke palang tiket. Hari ini, tujuan kami adalah LaLaport Teluk Tokyo yang dicintai luas, sebuah tempat yang sering dipakai sebagai sebuah tempat berkencan jika rumor-rumornya dapat dipercaya. Dipenuhi oleh berbagai toko-toko dan didekorasi dengan cukup tempat untuk acara perfilman, tempat itu adalah yang terbaik dari yang terbaik ketika sedang membicarakan tempat-tempat rekreasi di perfektur ini.

Interior gerbong kereta api itu sendiri lumayan padat. Kami berpegangan pada pegangan gantung selama lima menit penuh selagi keretanya mengguncang-guncang dan menyentak-nyentakkan kami. Aku rasa, kalau hanya Yukinoshita dan aku saja, kami mungkin tidak akan mengatakan apa-apa. Tapi karena Komachi ada di sana hari ini, dia terus mengoceh-ngoceh pada Yukinoshita mengenai ini, itu dan lain-lain.

“Apa kamu sudah memutuskan apa yang akan kamu beli, Yukino-san?”

“…tidak, aku sudah mencari kesana kemari, tapi itu semua agak di luar pemahamanku,” kata Yukinoshita dengan sebuah helaan kecil.

Mungkin Yukinoshita sedang memikirkan tentang hadiah ulang tahun Yuigahama ketika dia membaca majalah tersebut di ruang klub. Sepertinya Yukinoshita dan Yuigahama tidak terlihat memiliki selera yang sama…

“Dan aku sendiri tidak pernah menerima hadiah dari seorang teman…” Yukinoshita mengaku, ekspresinya terlihat agak muram.

Ketika Komachi mendengar itu, dia terdiam, senyuman juga memudar dari wajahnya. Dia terlihat agak kesusahan memikirkan apa yang mesti dikatakan untuk itu.

Aku akhirnya memecahkan keheningan tersebut dengan bersenandung penuh minat. “Jadi kamu benar-benar seperti itu. Nah aku, di sisi lain, benar-benar mendapat hadiah.”

“Huh? Kamu tidak berbohong?”

Reaksi tercengang Yukinoshita agak terkesan sedikit tidak sopan padaku. “Tidak, aku tidak berbohong,” tegasku. “Tidak ada gunanya bagiku untuk mencoba pamer padamu setelah sekian lama.”

Yukinoshita mengangguk kagum untuk beberapa alasan. “Itu memang benar… Aku berbicara tanpa berpikir. Aku minta maaf. Aku tidak semestinya memperlakukanmu hanya dengan rasa curiga. Mulai sekarang, aku akan sepenuhnya mempercayai kesampahanmu .”

“Jika itu idemu untuk sebuah pujian, kamu salah besar.”

“Jadi, apa yang kamu terima? Aku sedang menanyakanmu untuk referensi.”

“Jagung…”

Itu membuat Yukinoshita yang melebarkan-matanya untuk berkedip beberapa kali. “Huh?” tanyanya sebagai responnya, seakan dia tidak mendengarku dengan baik.

“Ja-Jagung…”

“Ulangi lagi?”

“Yah, kamu tahu! Dia berasal dari keluarga petani! Izinkan aku untuk mengatakan bahwa jagung itu terasa menabjubkan! Ibunya merebusnya untukku, kamu tahu!”

“O-onii-chan. K-Kamu tidak perlu terlihat begitu berlinangan air mata…”

Aku tidak sedang menangis. Aku betul-betul tidak sedang menangis atau apapun yang mirip dengan itu. Lihat, hanya ada sedikit air yang keluar dari mataku. “Ya, itu adalah cerita dari liburan musim panas kelas empat SDku…”

“Onii-chan tiba-tiba mulai berbicara pada dirinya sendiri…” kata Komachi, memutar matanya.

Tapi Yukinoshita bersedia untuk mendengarkannya. Dia mengangguk, mendesakku untuk meneruskannya.

“Karena ibu kami itu teman atau apalah, Takatsu-kun datang ke rumah kami. Itu adalah yang pertama kalinya teman sekelasku pernah datang ke rumahku, jadi aku agak gembira. Ketika aku pergi ke depan pintu, Takatsu-kun sedang duduk di atas sepeda gunungnya, dan selagi dia berpindah ke gigi lima, dia menyerahkan itu padaku yang dibungkus dengan kertas koran..

“‘Hari ini hari ulang tahunmu, bukan? Mari, ibuku memberitahuku untuk memberikan ini padamu.’

“‘Te-Terima kasih…’

“Dia tidak mengatakan apapun. Kemudian aku berkata, ‘Kamu mau masuk ke dalam?’”

“‘Huh? Ohhh, um. Aku janji pergi main ke tempat Shin-chan.’

“‘Oh, oke…’

“APA-? DIA TIDAK MENGAJAKKU? Aku agak sedang berada di ambang air mata pada saat itu, karena aku pikir aku begitu akrab dengan Shin-chan. Takatsu-kun berkata ‘Sampai jumpa lagi’ dan mulai mengayuh pergi menaiki sepeda gunungnya. Setelah aku melihat dia pergi, aku membuka bungkusannya dan di dalamnya terdapat jagung segar, masih dibasahi oleh embun pagi. Ketika aku menyadari hal itu, setetes air mata jatuh, dan kemudian setetes lagi…”

Yukinoshita menghela sedikit di penghujung cerita. “Jadi pada akhirnya, kamu tidak pernah menerima hadiah dari seorang teman.”

“…astaga, kamu benar! Aku dan Takatsu-kun bukanlah teman!”

Aku sedang menyadari kebenarannya tujuh tahun setelah kejadian tersebut. Jika demikian, aku ragu kalau Shin-chan itu temanku juga.

Kelihatannya teriakan penuh kepedihanku mencapai Yukinoshita, karena dia memiliki tampang melamun di wajahnya. “Tapi memang, itu ada terjadi ketika orangtua pergi keluar…” gugamnya. “Aku benar-benar berharap para orangtua berhenti meninggalkan anak-anaknya untuk bertindak sesukanya selagi mereka berbincang-bincang dengan satu sama lain.”

“Ya, hal semacam itu ada terjadi. Kelompok anak dan tempat penitipan anak tentu terasa berat… Aku bahkan tidak akrab dengan anak-anak yang satu angkatan denganku, jangankan yang lain, kamu tahu? Aku selalu membaca sebuah buku sendirian… namun, hasilnya setelah menimang untung rugi itu bagus karena aku menemukan setumpuk buku-buku bagus.”

“Aku juga ada kenangan membaca buku sepanjang waktu… namun, aku merasa senang karena aku selalu suka membaca dan menulis.”

“Wow woooooow! Sungguh cuaca yang indah di luar!” Komachi tiba-tiba mulai melihat ke luar jendela, memecahkan suasana yang menyuramkan dan menyesakkan itu.

Langit biru terbentang tanpa henti, menandakan awal dari musim panas.

Hari ini akan menjadi hari yang panas, kelihatannya.


× × ×


4-2

Ketika kamu berjalan sedikit dari stasiun Minami-Funabashi, ada sebuah IKEA di sebelah tangan kirimu. Di samping menjadi sebuah toko perabot yang fantastis , toko itu juga salah satu tempat populer untuk jalan-jalan. Dahulu kala, tempat-tempat rekreasi di sekitar sini dipakai untuk membentuk sebuah labirin raksasa yang panjang dan lebar , dan setelah itu tempatnya menjadi sebuah bangunan ski dalam ruang. Bangunan lamanya, tentu saja, tidak lagi ada. Aku dapat merasakan betapa banyaknya waktu telah berlalu. Sebelum aku menyadarinya, aku sudah tumbuh dewasa.

Semua slogan “ski tanpa proteksi” benar-benar membangkitkan kembali kenangan-kenangan. Sekarang ini ketika aku mendengar kata “tanpa proteksi”, Aku hanya bisa terpikir akan kondom. Aku dapat merasakan betapa banyaknya waktu telah berlalu. Sebelum aku menyadarinya, aku sudah tumbuh dewasa…

Setelah kami selesai menyebrangi jembatan penyebrangannya, pintu masuk ke supermarket perbelanjaan terhubung padanya. Selagi dia melirik ke arah papan petunjuk arah di lingkungan bangunan itu, Yukinoshita melipat lengannya sambil berpikir. “Aku terkejut… tempat ini cukup besar .”

“Yap,” kata Komachi. “Mari kita lihat, kita lebih baik memisahkan zona-zonanya dan memperkecilnya pada apa yang kita inginkan.”

Tempat ini mungkin saja berada persis di samping lingkunganku, tapi itu adalah pusat perbelanjaan yang terbaik[2]. Aku tidak akan bisa memberitahumu ukuran tepatnya, tapi mungkin akan memakan satu hari penuh hanya untuk berjalan dari satu ujung ke ujung yang lain jika kamu bersantai-santai berjalannya. Kelihatannya, jika kami akan menghabiskan waktu disini, kami harus memetakan arah tujuan kami dengan saksama.

“Benar, kita harus memasukkan efisiensi ke dalam pertimbangan ketika kita mengelilingi tempat ini. Oke, aku akan pergi ke sekitar sini.” Aku menunjuk ke arah kanan papan penunjuk arahnya.

Yukinoshita merespon dengan menunjuk ke arah kiri. “Memang. Kalau begitu aku akan pergi ke arah sebaliknya..”

Baaaaaik, itu seharusnya akan membagi pekerjaannya menjadi dua. Semua yang kuperlukan sekarang adalah menetapkan tempat Komachi, dan efisiensi kami akan sempurna.

“Baik, kamu pergi turun ke arah sana, Koma-”

“Berhenti di situ,” kata Komachi dengan suara lantunan selagi dia menyentak jari telunjukku, yang menunjuk ke arah papan penunjuk arahnya.

“Apa-apaan…? Lontong sate, kamu menyakiti jariku…”

Komachi melihatku mengutuk dengan begitu pelan dan membuat helaan besar, sambil mengangkat bahu. Dia membuat semua reaksi “Men, orang ini benar-benar tidak mengerti”, persis seperti orang Amerika. Sial, tingkah itu langsung begitu menjengkelkanku.

Kelihatannya aku bukan satu-satunya orang yang tercengang dengan tingkah itu, karena Yukinoshita memiringkan kepalanya selagi dia melirik ke arah Komachi. “Apa ada semacam masalah?”

“Kalian berdua harus berhenti segera mengambil pilihan penyendiri, onii-chan, Yukino-san. Karena kita semua datang jauh-jauh kemari sebagai satu kelompok, kenapa tidak melihat-lihat bersama? Dengan begitu kita bisa bertukar saran, yang bisa membantu.”

“Tapi aku ragu kita bisa selesai mengelilinginya…”

“Bukan masalah besar! Menurut pendapat pakarku, kita seharusnya tidak ada masalah jika kita berfokus pada tempat ini dan memikirkan minat Yui-san,” kata Komachi selagi dia mengambil sebuah brosur yang terletak di bawah papan penunjuk arah dan membukanya.

Tempat yang ditunjuk Komachi berada di pusat lantai satu. Disana terjejer nama-nama seperti “Love Craft”, yang merangkak dengan penuh cinta[3], dan “Lisa Lisa”, yang merupakan semacam nama yang bisa mengajarimu bagaimana menggunakan Ripple. [4] Seluruh tempat itu mungkin dipenuhi dengan toko-toko yang menyetok prooduk-produk yang ditujukan pada gadis muda.

“Baik, ayo kita pergi ke sana?” kataku, yang kemudian Yukinoshita mengangguk seakan dia juga tidak ada keberatan khusus apapun.

Dan dengan itu, kami pergi.

Zona femininnya berada dua atau tiga blok di depan. Sekelompok toko dengan nama merek berbeda-beda menjual berbagai barang yang ditujukan pada laki-laki dan pada kedua jenis kelamin terjejer pada jalan ke sana. Ada begitu banyak barang yang berbeda sampai aku tidak bisa tidak mengaguminya – kamu benar-benar tidak bisa melihatnya semua dalam sekali pandang. Aku memimpin jalannya ke sana, tapi karena aku biasanya tiak datang ke jenis supermarket besat semacam ini, aku sepenuhnya tidak ada keyakinan mengenai kemana kami akan pergi.

Untuk sekali ini aku memiliki suatu hal yang sama dengan Yukinoshita, yang memaling-malingkan kepalanya dengan perhatiannya teralih-alihkan, melihat ke arah sana-sini. Paling tidak dia tidak terlihat bosan. Kadang-kadang, dia berhenti di tempat dan menatapi produk-produk yang terpajang. Tapi persis saat seorang pelayan toko mendekatinya, dia merasakan keberadaannya dan melesat pergi.

…ah, Aku mengerti benar apa yang dirasakannya. Aku benar-benar berharap mereka berhenti berbicara padamu ketika kamu sedang memilih-milih pakaian. Pelayan toko pakaian patut menguasai kemampuan merasakan aura “jangan bicara padaku” yang dipancarkan dari para penyendiri. Jika mereka melakukan itu, aku jamin penjualan mereka mungkin meningkat.

Selagi semua ini sedang terjadi, kami sampai ke persimpangan jalannya, dimana seseorang bisa berpindah ke blok lain ke kiri maupun ke kanan. Ditambah lagi, aku bisa melihat setiap jalannya memiliki tangga eskalator yang bergerak ke atas.

Mengingat kembali papan penunjuk arah tersebut, aku berpaling ke arah Komachi selagi aku menunjuk ke arah kanan. “Komachi, apa kita jalan terus saja dari sini?”

Tapi ketika aku berpaling ke belakang, Komachi tidak ada di sana.

“H-huh?”

Komachi tidak bisa terlihat dimanapun tidak peduli betapa banyaknya aku melihat ke sekeliling. Malah, untuk apa yang bisa kulihat, hanyalah sebuah boneka plushie panda aneh dengan mata keji dan cakar tajam, disertai taring yang berkilau di bawah cahaya. Yukinoshita sedang menarik pipinya dengan tampan sepenuhnya datar di wajahnya.

Itu adalah karakter populer dari Tokyo Disneyland, Pan-san si Panda. “Pan-san’s Bamboo Hunt” merupakan atraksi yang sedemikian populernya sampai itu biasa untuk menunggu dua atau tiga jam untuk itu.[5]

Tokyo Disneyland, sebuah atraksi turis yang tidak perlu perkenalan. Sebesar-besarnya tempat itu menjadi kebanggaan Chiba, tempat itu sebuah eksistensi funky yang berbau keaiban, melihat bagaimana tempat itu harus menyebutnya Tokyo Disneyland meskipun tempat itu ada di Chiba. Itu terletak di Maihama, tapi tampaknya alasan asli untuk itu adalah karena Maihama mirip sekali dengan Pantai Miami. Dan itulah pelajaran Perfektur Chibamu untuk hari ini.

“Yukinoshita,” Aku memanggil pada dirinya.

Yukinoshita dengan buru-buru meletakkan benda yang sedang dimainkannya sampai sekarang pada raknya dan menjentikkan rambutnya dengan kalem. “Apa?” tuntutnya dengan matanya saja.

Er, um… tidak seperti aku sedang akan mengatakan sesuatu yang khusus… Aku paham dari semua insiden kucing semalam bahwa, ketika dihadapkan dengan tingkah Yukinoshita, respon yang benar adalah untuk tidak mengungkitnya.

“Kamu ada lihat Komachi, tidak? Kelihatannya dia berkeliaran ke suatu tempat.”

“Aku tidak melihatnya, dipikir-pikir lagi… kenapa tidak kamu telepon dia?”

“Oke.”

Aku segera mencoba menelepon Komachi. Segera setelah aku melakukan itu, musik aneh yang tidak bisa kumengerti ini berdering sekali lagi. Jadi, um, mengapa ponsel gadis ini bernyanyi?

Pangggilannya terhubung dengan baik, tapi Komachi tidak ada disana untuk menjawab. Setelah mendengar layanan penjawabnya, aku menyerah dan mengakhiri panggilannya.

“Dia tidak mengangkat…”

Sementara aku sedang menelepon, barang Yukinoshita telah menumpuk. Dia sedang memegang tas plastik yang begitu terang dan mencolok bersama dengan tas rotannya. Jadi dia pergi membelinya, huh…

Mungkin menyadari bahwa aku sedang meliriknya dengan tampang jijik samar, Yukinoshita berpura-pura tidak menyadariku selagi dia menjejalkan barang belanjaannya ke dalam tasnya. “Aku heran apa sesuatu menarik minat Komachi-san…” katanya dengan acuh tak acuh. “Memang, ada produk-produk tertentu yang akan dibeli seseorang tanpa berpikir panjang.”

“Begitu mirip denganmu, kalau begitu.” Pandanganku menuju ke tasnya.

Yukinoshita mendadak terbatuk. “Omong-omong, karena Komachi-san sadar akan tujuan akhir kita, kita sebaiknya bertemu di sana. Tidak ada gunanya membuang-buang waktu di sini.”

“Ya, kurasa…”

Setelah aku mengirimkan pesan teks pada Komachi yang berisikan, “Telepon aku, tolol. Aku akan pergi duluan,” Aku memutuskan untuk pergi.

“…jaaaaadi, kita belok tepat di sini dan jalan lurus ke depan, hmm?” tanyaku, memastikan dengan suara keras karena aku sudah tahu kemana kita pergi.

Yukinoshita menatap dengan kosong sebagai jawabannya “Bukankah kiri?”

Jawaban yang benar adalah kanan.


× × ×


4-3

Suasana di sekeliling berubah menjadi terang. Corak warna yang lembut dan terang bercampur di ruangan terbuka itu, dimana sebuah bau bunga-bunga dan sabun melayang-layang di udara. Kami memang telah datang ke suatu tempat untuk para gadis: toko pakaian dan toko aksesoris, toko yang terspesialisasi pada sepatu dan toko lain yang terspesialisasi pada peralatan dapur. Dan lalu, tentu saja, toko celana dalam. Sebuah tempat yang tidak nyaman nan seperti dunia lain itu terbentang di hadapanku.

“Kelihatannya ini tempatnya, kurasa,” kata Yukinoshita dengan wajah kalem.

Tapi kalau aku, aku sepenuhnya letih. “Oh men, untuk dipikir kita akan tersesat empat kali… kamu benar-benar buruk dalam hal-hal seperti bidang matematika.”

“Itu agak lucu mendengar itu darimu…”

“Kamu tidak perlu matematika ketika kamu mempelajari sastra di sebuah universitas swasta. Aku membuangnya dari awal. Jadi mendapat nilai terendah itu tidak ada artinya untukku.”

“Nilai terendah, katamu… persisnya serendah apa yang kamu katakan?”

“Nilai sembilan dari seratus pastilah nilai terendah. Sumber: diriku.”

“…bisakah kamu bahkan naik kelas?”

Bisa, dengan ujian remedial setelah kamu dipanggil untuk pelajaran tambahan. Karena pertanyaan yang mereka paksakan untuk kamu lakukan di lembar kerja tambahan akan muncul pada ujian remedial juga, itu merupakan sebuah pertempuran penghapalan. Yah, kurasa dibuat tinggal kelas satu tahun akan juga menjengkelkan bagi para guru, melihat cara mereka mengambil semua tindakan pencegahan tersebut supaya mereka tidak perlu melakukan pengabsensiannya.

“Jadi omong-omong, apa yang akan kamu beli?” tanyaku.

“…hmm, mungkin sejenis benda tahan lama yang bisa digunakan untuk jangka waktu yang lama.”

“Itu cara yang cukup bertele-tele untuk mengatakan alat tulis kantor.” Tidak peduli bagaimanapun aku melihatnya, aku ragu itu adalah standar untuk apa yang seharusnya kamu beli sebagai hadiah untuk seorang gadis muda.

“Aku sedang mempertimbangkan untuk membeli itu.”

“Jadi kamu benar-benar mempertimbangkannya, huh…”

“Tapi itu semua tidak terlihat seperti jenis barang yang akan membuat Yuigahama-san senang… memang, aku juga tidak percaya dia akan senang mendapat sebuah bolpoin atau satu set perkakas.”

“Sungguh penilaian yang cerdas…”

Memang, aku sulit sekali bisa membayangkan Yuigahama mengatakan, “Wow! Aku selalu menginginkan satu set obeng ini! Oh, bahkan ada sebuah kunci L! Horeeee! Ada linggis juga! Yukinon, terima kasih banyaaaaak!” Tapi aku mendapat perasaan itu merupakan reaksi yang agak lazim di antara pecinta mesin wanita.

“Jaaaaadi,” kataku, “kamu memutuskan untuk membeli sesuatu yang sejalan dengan minat Yuigahama.”

“Memang. Aku ingin membuatnya senang dengan cara apapun yang kubisa…”

Yukinoshita senyuman kalem ini di wajahnya. Jika Yuigahama melihat ekspresi itu, aku rasa dia akan luar biasa senang.

“Baik, kalau begitu ayo kita cepat bergegas dan pilih sesuatu, huh?”

“Tunggu dulu sebentar. Bagaimana dengan Komachi-san?”

Ah, itu mengingatkanku bahwa dia tidak pernah menelepon balik. Tanpa Komachi di sini, kami tidak akan bisa mendapat saran detil apapun. Dia mungkin saja sudah memperkecilnya pada jenis tempat yang disukai Yuigahama, tapi kami tidak bisa membuat pilihan akhirnya jika kami tidak tahu apa yang mau dibeli. Aku mungkin memerlukan sedikit bantuan pada aspek-aspek yang lebih detilnya, tapi setidaknya aku tidak sebegitu tak tahunya mengenai gadis-gadis remaja dibanding Yukinoshita. Bolpoin dan set perkakas tidak terlihat keren bagiku.

Aku melirik sekilas pada ponselku, tapi tidak ada kabar dari Komachi. Ketika aku mencoba meneleponnya, musik familier dari ponsel Komachi setiap kali membuat suara keras yang tidak mengenakkan. Maksudku, serius, kenapa ponsel gadis ini bernyanyi?

“Haloooooo!”

“Hei, dimana kamu sekarang? Kami sudah ada di sini. Kami sedang menunggu jadi bergegaslah kemari.”

“Huh? …ohhh. Ada begitu banyak barang di sini yang mau kubeli jadi aku benar-benar lupa.”

“Untuk dipikir adikku bisa begitu berkepala angin… Aku agak terkejut aku ada hubungan darah denganmu.”

Wow, Aku tidak tahu ingatannya seburuk ini. Tidak heran dia selalu hancur dalam mata pelajaran yang memerlukan penghapalan. Selagi aku sedang merenungkan pemikiran itu, aku mendengar suatu helaan yang begitu mengejek dari ujung lain teleponnya.

“…men, kepala udangmu itu tidak bisa paham, huh, onii-chan? Yah, terserahlah. Kelihatannya aku akan pulang ke rumah sendiri saja karena aku mungkin akan memakan waktu lima jam lagi. Semoga sukses, kalian berdua!”

“Uh, tunggu, tunggu dulu sebentar!”

“Kenapa, apa Yukino-san gugup akan sendirian bersama denganmu? Tidak perlu kuatir sama sekali – kurasa.”

“Uh, Aku benar-benar tidak perduli dengan itu, tapi apa kamu tidak apa-apa sendirian? Maksudku, tempat ini benar-benar bukan tempat yang seharusnya dikunjungi anak SMP…”

Maksudku, ini adalah suatu tempat dimana ada begitu banyak jenis-jenis orang yang berbeda-beda berbaur pada hari libur. Ada kemungkinan kamu bisa terperangkap pada suatu insiden atau kecelakaan. Belum dibilang Komachi itu masihlah seorang gadis SMP. Dan dia itu imut karena dia itu adikku dan semacamnya. Dia mungkin mempermalukanku dan melakukan hal-hal yang membuatku geram, tapi aku tidak bisa tidak mengkhawatirkannya.

Komachi tidak mengatakan apa-apa untuk sejenak. “Men, Aku harap kamu sepengertian ini mengenai hal-hal yang lain. Aku akan baik-baik saja. Ini aku yang sedang kita bicarakan.”

“Uh, Aku khawatir karena itu kamu yang sedang kita bicarakan.”

Toh, dia mungkin akan dengan mudahnya pergi dengan seseorang jika dia membelikannya permen atau memikatnya dengan uang…

“Onii-chan, kamu anggap siapa diriku ini? Kamu tahu bukan aku itu adikmu?”

Whoa, dia mengucapkan sesuatu yang benar-benar agak menyentuh.

“Itulah mengapa kamu itu sepenuhnya baik-baik saja sendirian! Malahan, sendirian itu adalah apa yang membuatmu merasa hidup!”

Alasannya sendiri benar-benar menyedihkan.

Tapi sebenarnya, karena sendirian itu memang membuatku merasa hidup, tidak ada yang bisa kukatakan untuk membantahnya. Lihat, masalahnya itu, aku begitu cerewet ketika aku bermain game atau apalah. Macam “Meeeen, tidak muuuuungkin!” atau “Oho, jadi kamu datang, huh?” atau “Rinko, Aku cinta kamu”. Berkat itu aku mendapat situasi sulit ini ketika ibuku mengatakan sesuatu seperti, “Oh, jadi ada teman kamu yang datang?” dan aku akan menjadi begitu gugup dan menjawab, “Er, A-Aku sedang menelepon…” Tidak lagi aman untuk memainkan Love Plus di rumahku[6].

“Baiklah… telepon aku segera jika ada sesuatu yang terjadi. Tidak, tunggu, telepon aku bahkan jika tidak ada apapun yang terjadi.”

“Oke, oke. Baik, aku akan menutup teleponnya sekarang! Semoga beruntung, onii-chan!” Dan dengan itu, panggilannya berakhir. Semua yang tersisa hanyalah sebuah suara bip yang robotik.

Tidak seperti kamu butuh keberuntungan untuk pergi berbelanja…

Aku menutup ponselku dan berpaling pada Yukinoshita. “Kelihatannya Komachi ingin membeli beberapa barang. Jadi dia meninggalkan semua kerja sulitnya pada kita.”

“Begitu ya… yah, dia memang bersusah payah untuk datang jauh-jauh kemari pada hari libur, jadi aku tidak ada hak untuk mengomplain,” kata Yukinoshita, terdengar agak kecewa. “Kita tahu tentang jenis barang yang disukai Yuigahama, jadi ayo kita mengusahakannya cukup dengan itu sajaWe know about Yuigahama-san’s preferred genre, so let’s make do with that,” tambahnya untuk membuat dirinya bersemangat lagi.she added to get herself psyched again.

Sial, sekarang aku khawatir.

Tanpa memperdulikan kegelisahanku, Yukinoshita dengan segera pergi mengunjungi toko pakaian terdekat. Segera setelah dia masuk ke dalam, dia mengambil produk-produk terpajang dan memeriksanya dengan wajah datar. Aku memutuskan untuk berjalan ke dalam toko itu, mengikuti dirinya.

Aku hampir dengan segera menyesalinya.

Pertama-tama, itu menyakitkan bagaimana para wanita yang beraneka ragam ini menatap pada seorang pria yang baru saja masuk ke dalam. Itu seperti mereka menganggap aku itu seekor serangga. Dan lalu pelayan toko itu tiba-tiba berdiri, seakan waswas akan setiap gerakanku. Setiap orang di dalam ruangan itu menjaga jarak yang lebar dariku.

Kenapa, sialan…? Maksudku, ada pria lain di dalam toko ini! Apakah aku sedang didiskriminasi? Aku sedang didiskriminasi, bukan?! Toh, semua pria dalam toko itu tipe-tipe riajuu. Mereka mengenakan syal di sekeliling leher mereka meskipun udara tidaklah dingin dan mereka memakai rompi yang membuat mereke terlihat seperti pemburu. Aku bisa melihat dengan sangat jelas bahwa mereka itu tipe-tipe riajuu. Ada apa dengan untaian-untaian aneh di celana mereka? Fungsi apa yang diberikannya?

“Um, tuan… apa anda mencari sesuatu?” seorang pelayan toko wanita menanyakanku, menyembunyikan kewaspadaannya akan diriku di balik sebuah senyuman rapat.

“Uh, tidak, um… m-maaf,” Aku meminta maaf tanpa berpikir panjang .

Permintan maafku yang tidak perlu pastilah sudah membangkitkan perasaan curiga pelayan toko wanita itu lebih jauh lagi, karena pelayan yang lain segera datang kemari. Sial, dia memanggil temannya! Ini tidak akan berakhir baik!

Jika aku terus membuang-buang waktu di sini, dia akan memanggil lebih banyak temannya lagi. Persis saat aku sedang berpikir untuk melarikan diri, aku diberi pertolongan.

“Hikigaya-kun… apa yang kamu lakukan? Mencoba pakaian wanita? Kamu seharusnya melakukan hal semacam itu di rumah.”

“Kamu tidak melakukan itu dimanapun! Dan lagipula, aku tidak melakukan apapun, oke…”

Yukinoshita mendekatiku, memandang rendah pada diriku dengan angkuh. Sebagai hasilnya, rasa curiga menghilang dari mata pelayan toko tersebut. Persis seperti yang bisa kamu duga dari Yukinoshita. Membuat orang mundur termasuk ke dalam cakupan keahliannya.

“Oh, anda sedang menunggui pacar anda, ya. Silahkan menunggu selama yang anda mau ,” kata satu pelayan toko tersisa yang mengerti sebelum dia berpaling untuk pergi.

“Tidak, itu sama sekali bukan apa yang sedang kulakukan…”

“Bukan? Kalau begitu anda memang benar-benar orang yang mencurigakan…”

Matanya berubah dari biru menjadi merah! Aku mengambil pilihan yang salah! Sekarang dia begitu agresif! Jika begini terus, aku akan mengarah tepat ke akhir yang buruk.

“Ya Tuhan… Hikigaya-kun, ayo pergi.” Dalam usaha untuk melarikan diri dari pelayan toko yang bergegas ke lokasi, Yukinoshita menarik tanganku. Itu saja yang diperlukan untuk menepis mereka.

Setelah kami berada di luar toko, ketegangannya akhirnya mereda.

“…katakan, apa aku benar-benar terlihat se-mencurigakan itu?”

Dengan ekspresi berat di wajahku, mataku sejuta kali lebih busuk dari biasa, kuduga. Aku rasa kalau aku harus mengatakannya dalam bahasa Inggris, aku memiliki mata MEGA busuk.

Yukinoshita tidak berpura-pura mengejek penampilan yang terlihat mencurigakanku, mungkin bersusah payah untuk menunjukkan simpati. “Seorang laki-laki yang sendirian akan dipandang dengan rasa curiga bagaimanapun itu. Dari apa yang kulihat, semua laki-laki di toko itu bagian dari suatu pasangan.”

Aku mengerti sekarang. Itu adalah zona cuma para gadis/cuma para pasangan, persis seperti bilik foto itu. Kalau begitu keadaannya, tidak ada yang bisa kulakukan mengenainya. Aku tidak memiliki keberanian ataupun tekad untuk melewati rintangan itu lagi.

“…baiklah, kalau begitu aku akan berdiri di sebelah sana saja,” kataku, menunjuk ke arah sebuah bangku yang agak jauh dari sini.

Tokonya itu sendiri dipadati oleh para gadis. Jika aku sendirian di antara mereka, itu tidaklah sulit untuk membayangkan diriku memperoleh sekumpulan pandangan aneh. Bagaimanapun, itu sama buruknya dengan ditatapi dengan aneh di dalam ruang kelas. Tapi jika aku duduk di bangku yang jauh dari sana, maka aku kira tidak ada orang yang akan melaporkanku. Selama aku tidak bertindak mencurigakan, aku akan baik-baik saja. Kurasa. Mungkin. Apa aku akan baik-baik saja? Terserahlah, lebih baik bersiap-siap untuk yang terburuk, pikirku selagi aku mulai berjalan ke bangku itu.

“Tunggu dulu sebentar.”

“Huh?”

AKu berpaling ke belakang untuk melihat Yukinoshita berjalan ke arahku, kepalanya diangkat tinggi.

“Apa kamu berencana untuk menyerahkan semuanya pada keputusanku? Aku tidak bermaksud untuk terdengar angkuh, tapi standarku sangat berbeda sekali dari gadis remaja biasa.”

“Jadi kamu tahu…”

Yah, ini gadis yang berpikir untuk membeli satu set perkakas sebagai hadiah barusan tadi.

“Jadi, uh… Aku akan menghargainya kalau kamu mau menolongku – atau semacamnya…” kata Yukinoshita dengan begitu susah payah, dengan alisnya terkernyit, Pandangannya, yang terpaku pada tapak sepatunya, melayang-layang dengan gugup dari satu sisi ke sisi lain.

Dia pastilah benar-benar dalam kebuntuan jika dia meminta bantuanku. Mari aku perjelas bahwa aku tidak pernah membeli hadiah untuk seorang gadis dalam hidupku - setidaknya tidak dengan benar. Jika kita sedang membicarakan tentang mencoba untuk memberi hadiah dan ditolak, itu pernah terjadi padaku sebelumnya.

“Yah, seingin-inginnya aku berniat untuk menolongmu,” jawabku, “itu tidak seperti aku bisa masuk ke da-”

Yukinoshita membuat helaan dalam, seakan dirinya menyerah pada sesuatul. “Kalau begitu, tidak ada yang bisa dilakukan. Tolong, dekat-dekat denganku.”

“Huh? Dekat?” Aku menatap dirinya, merasa bingung.

Yukinoshita menjadi sedikit tersinggung sebagai responnya. “Haruskah aku menghafalkannya? Bahwa kalau kamu hanya mampu menghirup udara dan menghembuskannya keluar, maka pendingin ruangan di sebelah sana itu lebih hebat darimu?”

Memang. Membersihkan udara dan menghemat energi itu super berguna. Aku harap mereka bergegas dan memasangnya dengan kemampuan untuk membaca suasananya juga.

“Dengan kata lain, aku mengizinkanmu untuk berpura-pura menjadi pacarku, hanya untuk hari ini.”

“Angkuhnya.”

Wow, sungguh wanita brengsek.

Kejengkelanku pastilah muncul di wajahku, karena Yukinoshita menatapku dengan sengit. “Apa kamu tidak senang dengan pengaturan ini?”

“Tidak ada yang khusus, tidak.”

“B-begitu ya…” Yukinoshita terlihat terang-terangan terkejut, belum dibilang terlihat kecewa.

Tapi itu benar-benar bukanlah sesuatu yang perlu membuatnya merasa begitu kaget. Hal terakhir yang kuinginkan adalah menjadi pacar gadis ini atau apalah, tapi aku benar-benar tidak begitu keberatan dengan bagian berpura-pura itu. Yukinoshita tidak berbohong. Jadi ketika dia bilang “untuk hari ini”, dia tidak berarti satu menit lebih lama lagi, dan ketika dia bilang “pura-pura jadi pacarku”, tidak ada kesalahpahaman yang terjadi di sana.

Itulah mengapa aku bisa ikut ke dalam rencana ini tanpa rasa sangsi apapun.

Yukinoshita percaya sepenuhnya dalam kesampahanku, sementara aku memiliki kepercayaan penuh dia akan mengabaikan diriku sepenuhnya. Aku heran, bisakah kamu benar-benar menyebut ini kepercayaan? Itu sama sekali benar-benar tidak terasa seperti kita sedang menjaga satu sama lain. Apaan?

Menyadari bahwa dia memiliki tampang yang begitu bodoh di wajahnya, Yukinoshita mencoba untuk menyembunyikannya dengan berpaling tiba-tiba ke arah lain. “Kupikir sudah pasti kamu tidak akan setuju,” katanya setelah beberapa saat, berbicara pada dindingnya.

“Nah, Aku tidak ada alasan khusus untuk menolak. Bagaimana denganmu? Bukankah kamu sendiri tidak setuju?” bantahku.

Yukinoshita berpaling, ekspresinya tidak perduli. “Aku tidak keberatan. Aku tidak akan terlihat oleh siapapun yang mengenali wajahku, dan dilihat bahwa aku dikelilingi hanya oleh orang asing, aku tidak perlu khawatir akan kesalahpahaman atau rumor apapun yang bisa berakibat pada kerugian finansial.”

Jadi dia baru saja dengan santainya menganggap bahkan diriku sebagai orang asing. Yah, terserahlah.

“Baiklah kalau begitu, mari kita pergi?” kata Yukinoshita selagi dia berpaling pada toko berikutnya. Aku mulai berjalan di sampingnya.

Kami tidak ada ekspektasi pada satu sama lain, dan menurut pendapatku tidak ada yang perlu diharapkan darimu benar-benar meringankan beban pikiranmu. Maksudku, coba pikir begini. Bukankah Kotak Pandora diisi dengan segala kejahatan bersama dengan harapan? Itulah apa yang dimaksud dengan memiliki ekspektasi. Harapan dan Kejahatan.

Catatan Translasi

<references>

  1. Memang ada artinya, coba cek google/kbbi
  2. pièce de résistance
  3. Crawling with Love. Referensi pada judul LN : Haiyore! Nyaruko-san
  4. “Love Craft” adalah referensi pada penulis cerita horor Howard Phillips Lovecraft, dan bagian merangkak dengan penuh cinta adalah referensi pada Haiyore! Nyaruko-san (harfiah. ‘Nyaruko-san: Crawling with Love’), yang merupakan seri LN penuh dengn referensi dari H.P. Lovecraft. Lisa Lisa adalah karakter dari JoJo’s Bizarre Adventure. Dia mengajari para protagonisnya cara menggunakan Ripple, yang merupakan sumber kekuatan utama di Bagian Kedua manganya.
  5. Referensi pada Pooh's Hunny Hunt.
  6. Love Plus game dating sim di DS yang terkenal. Rinko itu salah satu karakter wanita yang bisa dikencani.