Difference between revisions of "-SLASHDØG̙- (Indonesia) Prolog"
Jump to navigation
Jump to search
(Created page with "''Dia tidak tahu apakah itu mimpi atau visi. Tapi, itu adalah memori yang menempel dengan kuat. Selama masa kecilnya——yang baru saja menyelesaikan tujuh jam di sekolah da...") |
m (Blanked the page) |
||
Line 1: | Line 1: | ||
− | ''Dia tidak tahu apakah itu mimpi atau visi. Tapi, itu adalah memori yang menempel dengan kuat. |
||
− | |||
− | Selama masa kecilnya——yang baru saja menyelesaikan tujuh jam di sekolah dasar, pada saat itu ia telah melakukan perjalanan ke beberapa reruntuhan di kota tetangga untuk bermain saat ia berpura-pura bertualangan. |
||
− | |||
− | Di bawah langit musim dingin Januari, ketika salju telah hampir mulai menumpuk, orang yang muncul di depan matanya. |
||
− | |||
− | ——Itu adalah malaikat hitam. |
||
− | |||
− | Pria itu memiliki sayap hitam yang tumbuh di punggungnya. Malaikat bersayap hitam yang tampak seusia ayahnya, atau mungkin lebih tua. |
||
− | |||
− | Pria malaikat itu membungkuk sehingga mereka berdua bertatap mata dan berkata. |
||
− | |||
− | “…...maka, apa mungkin kau belum menyadarinya?” |
||
− | |||
− | Menepuk kepalanya, pria itu tersenyum. |
||
− | |||
− | “Kalau begitu, jika itu berdiam di dalam dirimu, maka dunia akan sepenuhnya berubah cepat atau lambat. Tapi, sekarang, sekarang, kau jangan putus asa? Toh, kau—” |
||
− | |||
− | Menempatkan jari di dadanya, ia berkata: |
||
− | |||
− | “Di antara tiga belas tipe, milikmu sendiri telah dinobatkan sebagai ‘Tuhan’. Meski, itu adalah ‘Tuhan’ palsu—” |
||
− | |||
− | Dia sering tidak bisa memahami apa yang orang bicarakan. Dia tidak bisa paham—tapi memori itu masih jelas. |
||
− | |||
− | Pada saat itu ia menanggapi suara teman yang datang menjelajahi telah memanggilnya, dan ketika menghadap ke arah pria itu lagi—sudah terlambat karena malaikat hitam itu tidak lagi ada. |
||
− | |||
− | Dia tidak tahu apakah itu mimpi atau visi.'' |
||
− | |||
− | |||
− | |||
− | ==Prolog== |
||
− | |||
− | Awal Mei— |
||
− | |||
− | Selama SMA— tidak, tepat sebelum satu-satunya, sekali dalam perjalanan sekolah seumur hidup SMA, Ikuse Tobio terpaksa absen. |
||
− | |||
− | Kemarin, kondisi fisiknya sudah lemah. Dia sudah demam yang tak kunjung turun dan tubuhnya tidak memiliki kekuatan. Kepalanya pusing, dan juga kakinya tak kuat. |
||
− | |||
− | Meski awal Golden week, tak ada alasan untuk ceroboh….ia masih menderita sakit mendadak. Dokter juga telah menyuruh bahwa ia beristirahat. |
||
− | |||
− | “Jadi, karena aku akan membeli souvenir, kau akan berbaring dengan patuh?” |
||
− | |||
− | Bilang begitu sambil tersenyum dan berdiri di depan pintu adalah seorang gadis berambut setengah panjang. Dia teman sekelas Tobio di tahun kedua SMA yang sama. Dia juga teman masa kecilnya, Toujou Sae. Senyumnya nakal. |
||
− | |||
− | “… Aah.” |
||
− | |||
− | Tobio menanggapi itu sembari cemberut di dalam maskernya. |
||
− | |||
− | Dia datang untuk memeriksa kondisi Tobio sebelum berangkat. Dari perspektif Tobio, tidak ada pilihan selain tak suka. |
||
− | |||
− | Jadwal perjalanan dengan jangka waktu sepuluh hari di tur kapal pesiar mewah Kepulauan Hawaii. |
||
− | |||
− | Untuk Tobio, itu seharusnya menjadi perjalanan pertamanya ke luar negeri. Sebagai murid pada saatnya, tidak mungkin dia tidak akan menikmatinya. Dengan keadaan tubuhnya yang terasa sangat berat, dia sedikit merinding. |
||
− | |||
− | Sae menusuk dahi Tobio yang telah menampilkan tampilan cemberut. |
||
− | |||
− | “Aku bisa pergi kapan saja setelah kita menjadi dewasa. Lalu kita akan pergi bareng, jadi cobalah untuk bertahan, ya.” |
||
− | |||
− | “……dasar bodoh. Aku ingin pergi hari ini. Dan lagian, kau bilang kau akan menemaniku, tapi kau hanya akan menjenguk aku, kan?” |
||
− | |||
− | “Yup.” |
||
− | |||
− | Sae tertawa dan tertawa kecil. Tobio menghembuskan napas, menggosok dahinya. |
||
− | |||
− | Setelah dia selesai menggoda Tobio, Sae mengambil tasnya. |
||
− | |||
− | “Yah sudah waktunya, maaf, ya.” |
||
− | |||
− | “Ah, tunggu dulu.” |
||
− | |||
− | Tobio panggil Sae kembali sambil merogoh saku celananya, dan mengeluarkan serangkaian manik-manik. |
||
− | |||
− | Dia menempatkannya di pergelangan tangan kiri Sae. |
||
− | |||
− | “Baa-chan yang kini tiada, beliau selalu akan memastikan aku akan memakainya ketika aku bepergian. Karena aku tidak bisa pergi, aku ingin kau memakainya dan semoga terlindung di dalam perjalanan.” |
||
− | |||
− | Sae melihat manik-manik itu, dan untungnya mengusap itu dengan tangannya. |
||
− | |||
− | “Terima kasih.” |
||
− | |||
− | “Um….etto, bagaimana harus kukatakan, aku ingin kau menjaga dirimu sendiri.” |
||
− | |||
− | Bilang begitu, wajah Tobio, yang sudah merah dengan demam, bahkan lebih merah lagi. |
||
− | |||
− | “Apa?” |
||
− | |||
− | “Uh…….kau tahu penyakit dan sejenisnya, virus dan sejenisnya.” |
||
− | |||
− | “Itu mungkin apa yang kau miliki.” |
||
− | |||
− | Menerima balasan tajam semacam itu, mulut Tobio menekuk ke dalam bentuk ‘へ’ di dalam maskernya. |
||
− | |||
− | Saat ia membuka pintu depan, Sae mengambil satu tampilan akhir ke belakang untuk mengatakan. |
||
− | |||
− | “Aku akan pergi sekarang.” |
||
− | |||
− | Dia tersenyum sedikit kesepian, dan berangkat. |
||
− | |||
− | |||
− | |||
− | Empat hari setelah teman-teman sekolahnya pergi——. |
||
− | |||
− | Mereka telah melakukan perjalanan dengan pesawat dari Narita ke Honolulu. Dari sana, mereka naik “Heavenly of Aloha” di pelabuhan, dan sekarang seharusnya tiba di Pulau Hawaii, Kauai. |
||
− | |||
− | Membayangkan teman-temannya mengecap-kecap bibir mereka setelah mengambil bagian dari masakan kapal mewah itu, tur setiap pulau, dan sangat menikmati pertukaran budaya ini cenderung untuk membuatnya merasa tak suka. |
||
− | |||
− | Dengan kondisi fisiknya setelah pulih sedikit demi sedikit menjelang siang, Tobio sedang mempersiapkan makan siang. |
||
− | |||
− | Tobio tidak ingat wajah orang tuanya. |
||
− | |||
− | Pada saat ia secara fisik dan psikologis sudah sadar, orang tuanya meninggal, dan dengan demikian, sampai SMP, ia dibesarkan oleh neneknya. Neneknya juga telah meninggal sekitar waktu ia menjadi murid SMP. Sejak itu, ia tidak tinggal dengan siapapun selain hanya warisan orang tua dan neneknya yang telah ditinggalkan. Karena maid-san yang sudah kenal dengan neneknya telah diminta untuk membantu kehidupan sehari-harinya, adalah mungkin bagi seorang murid SMA untuk membeli semua kebutuhan tanpa ketidaknyamanan sama sekali. |
||
− | |||
− | Ragu-ragu, dia tidak ingat kerabat atau wali——seseorang yang bisa menjadi pelindungnya, jadi tidak ada orang untuk dihubungi, dan juga tangannya memikul warisan itu. |
||
− | |||
− | Makanya, setelah menjadi murid SMA, dia sekarang tinggal sendirian di satu ruangan. Itu adalah bantuan untuknya sampai Sae akan datang untuk membuat makan malam. |
||
− | |||
− | Meski tanpa sejauh itu untuk seseorang menyiapkan makanan dan sejenisnya pagi itu, Tobio memang membuat telur goreng, yang ia makan bersama dengan roti. |
||
− | |||
− | Teman-teman sekolahnya mungkin akan sudah selesai makan sarapan mewah. Berpikir begitu, sarapannya tampak menyedihkan. |
||
− | |||
− | Dia menuju ke TV, dan sambil menatap dalam keadaan pusing, ia menggigiti rotinya. |
||
− | |||
− | ‘Pencarian masih berlangsung dalam kasus orang hilang——’ |
||
− | |||
− | Tobio menggerogoti rotinya dengan tenang sambil menonton TV tanpa minat khusus. |
||
− | |||
− | ‘Murid dan guru SMA Ryoukuu di tengah perjalanan sekolah menaiki——’ |
||
− | |||
− | Apa……? |
||
− | |||
− | Tobio mendengar nama SMA yang tak asing, tiba-tiba menempatkan perhatiannya ke TV. |
||
− | |||
− | TV menunjukkan video laut yang diambil dari udara. Seolah-olah keluar dari sebuah adegan film, ada sebagian dari lambung kapal mewah ini tenggelam ke laut sambil mengeluarkan asap. |
||
− | |||
− | Dia bertanya-tanya apa dia tidak salah dengar. Ini mungkin saja! Hal yang gila seperti ini, tidak seharusnya terjadi! |
||
− | |||
− | Hati Tobio yang berulang kali diserang cepat sembari sub judul TV yang brutal nan kejam menampilkan “Kapal karam misterius dari Heavenly of Aloha”. |
||
− | |||
− | Dengan nama penumpang kapal dikonfirmasi, Tobio membuka mata lebar-lebar dan terkaget. Menggigil menuju ke bawah tulang punggungnya. Dia mulai bernapas berat dan detak jantungnya menjadi cepat, dan dia menyadari jantungnya berdebar keras. |
||
− | |||
− | Tobio memeriksa informasi di Web melalui ponselnya. |
||
− | |||
− | Dia memeriksa berita yang ditulis dalam satu artikel. Isinya membuat tubuh Tobio menggigil. |
||
− | |||
− | ‘Kapal Mewah, Kecelakaan Laut!’ |
||
− | |||
− | ‘Mimpi Buruk pada Perjalanan Sekolah!’ |
||
− | |||
− | ‘Status 233 murid SMA di atas kapal tidak diketahui——’ |
||
− | |||
− | ‘Tak ada harapan pada orang hilang——’ |
||
− | |||
− | Nama SMA, SMA Ryoukuu——. |
||
− | |||
− | Dan Tobio, memikirkan teman masa kecilnya Sae yang berada di SMA yang sama. |
||
− | |||
− | ''——Aku akan pergi sekarang.'' |
||
− | |||
− | Di pikiran Tobio, kata-kata terakhir yang dikatakan oleh teman masa kecilnya muncul kembali. Sae, yang telah memberinya tampilan sedikit kesepian sambil tersenyum. ……Ada suatu kombinasi tentang yang ditandai sebagaimana hal itu sia-sia. |
||
− | |||
− | “……Sae.” |
||
− | |||
− | Menguras sepenuhnya, Tobio duduk tepat di mana dia berada. |
||
− | |||
− | Hari itu, Ikuse Tobio kehilangan 233 teman-teman sekolahnya, termasuk teman masa kecilnya Toujou Sae. |