Difference between revisions of "Fate/Zero:Prologue 2~ Indonesian Version"
Line 2: | Line 2: | ||
Kalau kita membahas mengenai topik supernatural, teori tentang dimensi menegaskan keberadaan sebuah ‘kekuatan’ dari luar dunia ini. |
Kalau kita membahas mengenai topik supernatural, teori tentang dimensi menegaskan keberadaan sebuah ‘kekuatan’ dari luar dunia ini. |
||
+ | |||
Menemukan permulaan dari segala sesuatu, adalah mimpi semua magus yang paling besar, sang ‘Awal’,… Tahta Tuhan, Akashic Records, adalah sebuah dokumen yang mencatat semua awal dan akhir dari segala sesuatu di dunia ini. |
Menemukan permulaan dari segala sesuatu, adalah mimpi semua magus yang paling besar, sang ‘Awal’,… Tahta Tuhan, Akashic Records, adalah sebuah dokumen yang mencatat semua awal dan akhir dari segala sesuatu di dunia ini. |
||
200 tahun yang lalu, sekelompok orang melakukan eksperimen dan percobaan atas tempat ‘diluar dunia ini’. |
200 tahun yang lalu, sekelompok orang melakukan eksperimen dan percobaan atas tempat ‘diluar dunia ini’. |
||
+ | |||
Einsbern, Makiri, Tosaka. Disebut sebagai 3 keluarga permulaan, apa yang mereka lakukan adalah pembuatan ‘Cawan Suci’, sebuah topik yang terdapat di berbagai tradisi. Dengan harapan bahwa dengan memanggil Cawan tersebut dapat mengabulkan segala permintaan, tiga keluarga magus menggabungkan seni rahasia masing-masing untuk membentuk ‘wadah dengan kekuatan Tuhan’. |
Einsbern, Makiri, Tosaka. Disebut sebagai 3 keluarga permulaan, apa yang mereka lakukan adalah pembuatan ‘Cawan Suci’, sebuah topik yang terdapat di berbagai tradisi. Dengan harapan bahwa dengan memanggil Cawan tersebut dapat mengabulkan segala permintaan, tiga keluarga magus menggabungkan seni rahasia masing-masing untuk membentuk ‘wadah dengan kekuatan Tuhan’. |
||
Line 21: | Line 23: | ||
Seseorang, yang memiliki pesona dan ketegasan dalam suaranya, yang menjelaskan hal itu adalah Tosaka Tokiomi. |
Seseorang, yang memiliki pesona dan ketegasan dalam suaranya, yang menjelaskan hal itu adalah Tosaka Tokiomi. |
||
− | Di dalam sebuah |
+ | Di dalam sebuah ruangan yang terletak di dalam vila mewah yang dibangun diatas bukit kecil di distrik paling rapi di Turin selatan, Itali, 3 pria duduk di atas sofa panjang. Kirei dan Tokiomi, dan seorang pendeta yang memperkenalkan mereka dan mengawasi pembicaraan adalah Kotomine Risei… ayah kandung Kirei. |
Sebagai teman seorang pendeta yang sebentar lagi akan mencapai umur 80, Tosaka adalah orang jepang yang eksentrik. Dia terlihat seumur dengan Kirei, sukses dan memiliki aura seorang professional. Lahir dalam silsilah keluarga kuno yang terkenal bahkan dalam standar orang jepang, vila ini adalah tempat tinggalnya yang kedua, seperti yang pria itu bilang. Tetapi yang paling menarik adalah dia dengan gampangnya memperkenalkan diri sebagai seorang ‘magus’. |
Sebagai teman seorang pendeta yang sebentar lagi akan mencapai umur 80, Tosaka adalah orang jepang yang eksentrik. Dia terlihat seumur dengan Kirei, sukses dan memiliki aura seorang professional. Lahir dalam silsilah keluarga kuno yang terkenal bahkan dalam standar orang jepang, vila ini adalah tempat tinggalnya yang kedua, seperti yang pria itu bilang. Tetapi yang paling menarik adalah dia dengan gampangnya memperkenalkan diri sebagai seorang ‘magus’. |
||
Line 35: | Line 37: | ||
Bermula dari malam sebelumnya saat Kirei menemukan kemunculan sebuah pola yang terbentuk dari tiga bekas cakar. Dia telah mendiskusikan hal ini dengan ayahnya, dan Risei membawa anaknya ke Turin dengan segera keesokan paginya untuk bertemu dengan magus muda ini. |
Bermula dari malam sebelumnya saat Kirei menemukan kemunculan sebuah pola yang terbentuk dari tiga bekas cakar. Dia telah mendiskusikan hal ini dengan ayahnya, dan Risei membawa anaknya ke Turin dengan segera keesokan paginya untuk bertemu dengan magus muda ini. |
||
− | Dari sana, setelah perkenalan yang terburu-buru, penjelasan yang Tokiomi berikan kepada Kirei di pertemuaan rahasia ini adalah mengenai peperangan yang |
+ | Dari sana, setelah perkenalan yang terburu-buru, penjelasan yang Tokiomi berikan kepada Kirei di pertemuaan rahasia ini adalah mengenai peperangan yang sama, ‘Heaven’s Feel’. Arti dibalik tanda muncul di atas tangan Kirei… Itu adalah, hasil dari Kirei mendapatkan hak untuk memperebutkan kesempatan agar keinginannya dikabulkan oleh keajaiban yang akan dihasilkan dari kemunculan Cawan Suci yang keempat yang akan terjadi tiga tahun lagi. |
Bukan berarti dia menolak untuk ikut berpartisipasi. Pekerjaan Kirei di dalam Gereja Suci adalah, singkatnya, pemusnahan ajaran sesat, artinya dia adalah seorang prajurit yang berpengalaman . Dapat dikatakan bahwa tugasnya yang paling utama adalah berperang sampai mati dengan para magus. Lebih tepatnya, masalahnya adalah sebuah kontradiksi yang perlu dilakukan Kirei, seorang pendeta, untuk berpartisipasi sebagai ‘magus’ di Heaven’s Feel yang merupakan pertempuran para magus. |
Bukan berarti dia menolak untuk ikut berpartisipasi. Pekerjaan Kirei di dalam Gereja Suci adalah, singkatnya, pemusnahan ajaran sesat, artinya dia adalah seorang prajurit yang berpengalaman . Dapat dikatakan bahwa tugasnya yang paling utama adalah berperang sampai mati dengan para magus. Lebih tepatnya, masalahnya adalah sebuah kontradiksi yang perlu dilakukan Kirei, seorang pendeta, untuk berpartisipasi sebagai ‘magus’ di Heaven’s Feel yang merupakan pertempuran para magus. |
||
Line 67: | Line 69: | ||
“… Kegilaan macam apa itu? Di tempat dimana ribuan orang biasa tinggal?” |
“… Kegilaan macam apa itu? Di tempat dimana ribuan orang biasa tinggal?” |
||
− | Semua magus mengikuti prinsip untuk menyembunyikan diri mereka. Itu adalah jalan satu-satunya untuk hidup di sebuah jaman dimana teknologi adalah kebenaran satu-satunya. Menunjukan keberadaan mereka adalah tidak |
+ | Semua magus mengikuti prinsip untuk menyembunyikan diri mereka. Itu adalah jalan satu-satunya untuk hidup di sebuah jaman dimana teknologi adalah kebenaran satu-satunya. Menunjukan keberadaan mereka adalah sesuatu yang tidak masuk akal apalagi kalau kita memasukan keberadaan Gereja Suci ke dalam pertimbangan. |
Tetapi kamu juga harus menyembunyikan kekuatan Roh Para Pahlawan yang dapat membawa bencana kehancuran. Menggunakan tujuh Servants di dalam konflik diantara manusia di jaman ini dan membuat mereka bertempur dengan satu sama lainya… Itu sama saja dengan memberi perintah untuk melakukan genosida dan pembantaian besar-besaran. |
Tetapi kamu juga harus menyembunyikan kekuatan Roh Para Pahlawan yang dapat membawa bencana kehancuran. Menggunakan tujuh Servants di dalam konflik diantara manusia di jaman ini dan membuat mereka bertempur dengan satu sama lainya… Itu sama saja dengan memberi perintah untuk melakukan genosida dan pembantaian besar-besaran. |
||
Line 337: | Line 339: | ||
Dengan wajah muram, Kirei melihat ke tiga simbol yang muncul di atas tangan kananya. |
Dengan wajah muram, Kirei melihat ke tiga simbol yang muncul di atas tangan kananya. |
||
− | Mereka |
+ | Mereka berkata bahwa Command Seals adalah sebuah tanda suci. |
− | Apakah dia akan menemukan sebuah janji untuk |
+ | Apakah dia akan menemukan sebuah janji untuk dipegang, tiga tahun dari sekarang? |
<noinclude> |
<noinclude> |
Revision as of 03:43, 11 June 2011
3 tahun yang lalu
Kalau kita membahas mengenai topik supernatural, teori tentang dimensi menegaskan keberadaan sebuah ‘kekuatan’ dari luar dunia ini.
Menemukan permulaan dari segala sesuatu, adalah mimpi semua magus yang paling besar, sang ‘Awal’,… Tahta Tuhan, Akashic Records, adalah sebuah dokumen yang mencatat semua awal dan akhir dari segala sesuatu di dunia ini.
200 tahun yang lalu, sekelompok orang melakukan eksperimen dan percobaan atas tempat ‘diluar dunia ini’.
Einsbern, Makiri, Tosaka. Disebut sebagai 3 keluarga permulaan, apa yang mereka lakukan adalah pembuatan ‘Cawan Suci’, sebuah topik yang terdapat di berbagai tradisi. Dengan harapan bahwa dengan memanggil Cawan tersebut dapat mengabulkan segala permintaan, tiga keluarga magus menggabungkan seni rahasia masing-masing untuk membentuk ‘wadah dengan kekuatan Tuhan’.
… Sayangnya, Cawan itu hanya dapat mengabulkan permintaan satu orang. Segera setelah hal itu diketahui, ikatan kerja sama dengan cepatnya lenyap dalam darah oleh pertengkaran dan konflik.
Ini adalah awal dari ‘Perang Cawan Suci’, ‘Heaven’s Feel’.
Setelah itu, setiap 60 tahun sekali, Cawan itu akan datang di sebuah kota yang terletak jauh di timur, ‘Fuyuki’.
Lalu, Cawan itu akan memilih 7 magus yang memiliki kemampuan dan kriteria untuk memilikinya, dan membagikan sejumlah prana yang sangat besar kepada mereka, untuk membuat mungkin pemanggilan Roh Para Pahlawan, ‘Servants’. Hasil dari pertempuran sampai mati ini akan menentukan siapakah diantara ketujuh magus yang paling layak medapatkan Cawan itu.
- Untuk menjelaskan secara singkat, ini adalah hal yang sedang dialami oleh Kotomine Kirei.
“Pola yang muncul di tangan kananmu disebut ‘Command Seals’. Ini adalah bukti bahwa kamu telah dipilih oleh Cawan tersebut, dan sebuah tanda suci yang memberikanmu hak untuk memanggil Servant.”
Seseorang, yang memiliki pesona dan ketegasan dalam suaranya, yang menjelaskan hal itu adalah Tosaka Tokiomi.
Di dalam sebuah ruangan yang terletak di dalam vila mewah yang dibangun diatas bukit kecil di distrik paling rapi di Turin selatan, Itali, 3 pria duduk di atas sofa panjang. Kirei dan Tokiomi, dan seorang pendeta yang memperkenalkan mereka dan mengawasi pembicaraan adalah Kotomine Risei… ayah kandung Kirei.
Sebagai teman seorang pendeta yang sebentar lagi akan mencapai umur 80, Tosaka adalah orang jepang yang eksentrik. Dia terlihat seumur dengan Kirei, sukses dan memiliki aura seorang professional. Lahir dalam silsilah keluarga kuno yang terkenal bahkan dalam standar orang jepang, vila ini adalah tempat tinggalnya yang kedua, seperti yang pria itu bilang. Tetapi yang paling menarik adalah dia dengan gampangnya memperkenalkan diri sebagai seorang ‘magus’.
Menjadi seorang magus tidaklah seaneh kedengaranya, Kirei adalah, seperti ayahnya, seorang pastor, namun tugas sang ayah dan anak sangat berbeda dari apa yang orang-orang kenal dari seorang ‘Pastor’.
‘Gereja Suci’, sebuah tempat dimana orang-orang seperti Kirei bernaung dibawahnya mempunyai doktrin di luar lingkaran keajaiban dan misteri, tetapi tetap memikul beban untuk melenyapkan semua ajaran sesat dari dunia ini. Mereka melakukanya dengan, mengambil tempat dimana mereka bisa mengawasi kegilaan seperti seni magis.
Seorang magus bekerja hanya dengan magus lainnya, dan bersatu di bawah sebuah organisasi magis yang menyebut dirinya ‘Asosiasi’, merupakan sebuah ancaman sebagai rival kepada Gereja Suci. Saat ini, mereka sepakat untuk menjaga sebuah perdamaian sementara; tapi walaupun begitu, sebuah situasi dimana seorang Pastor dari Gereja Suci dan seorang magus berkumpul di tempat yang sama untuk sebuah ceramah adalah sesuatu yang tidak pernah terbayangkan oleh kedua belah pihak.
Dalam kasus Risei, sang pendeta, keluarga Tosaka adalah seseorang yang mempunyai koneksi dengan Gereja, walaupun mereka adalah keluarga magus.
Bermula dari malam sebelumnya saat Kirei menemukan kemunculan sebuah pola yang terbentuk dari tiga bekas cakar. Dia telah mendiskusikan hal ini dengan ayahnya, dan Risei membawa anaknya ke Turin dengan segera keesokan paginya untuk bertemu dengan magus muda ini.
Dari sana, setelah perkenalan yang terburu-buru, penjelasan yang Tokiomi berikan kepada Kirei di pertemuaan rahasia ini adalah mengenai peperangan yang sama, ‘Heaven’s Feel’. Arti dibalik tanda muncul di atas tangan Kirei… Itu adalah, hasil dari Kirei mendapatkan hak untuk memperebutkan kesempatan agar keinginannya dikabulkan oleh keajaiban yang akan dihasilkan dari kemunculan Cawan Suci yang keempat yang akan terjadi tiga tahun lagi.
Bukan berarti dia menolak untuk ikut berpartisipasi. Pekerjaan Kirei di dalam Gereja Suci adalah, singkatnya, pemusnahan ajaran sesat, artinya dia adalah seorang prajurit yang berpengalaman . Dapat dikatakan bahwa tugasnya yang paling utama adalah berperang sampai mati dengan para magus. Lebih tepatnya, masalahnya adalah sebuah kontradiksi yang perlu dilakukan Kirei, seorang pendeta, untuk berpartisipasi sebagai ‘magus’ di Heaven’s Feel yang merupakan pertempuran para magus.
“Heaven’s Feel adalah peperangan dimana pertempuran dilakukan dengan menggunakan Servants sebagai familiars. Jadi untuk meneruskan ke tahap selanjutnya, seni magis paling dasar diperlukan untuk memanggil seorang Servant … Singkatnya, tujuh orang yang dipilih sebagai Masters dari para Servants harus menjadi magus. Ini pasti sebuah hal yang luar biasa bagi seseorang seperti kamu, yang bukan seorang magus, untuk dipilih oleh Cawan itu di tahap yang sangat awal ini.”
“Apakah Cawan itu memiliki prioritas dalam memilih?”
Tokiomi mengangguk kepada Kirei yang masih belum yakin.
“Aku menyebutkan ‘3 keluarga permulaan’- pemilihan akan memprioritaskan magus dari keluarga Makiri, yang sekarang telah merubah namanya menjadi Mato, Einsbern atau Tohsaka. Dengan kata lain…”
Tokiomi mengangkat tangan kananya untuk memperlihatkan pola suci miliknya.
“Sebagai kepala keluarga Tokiomi yang sekarang, aku akan ikut berpartisipasi di perang selanjutnya.”
Jadi, apakah pria ini berencana untuk menusuk Kirei dari belakang sesudah membimbing Kirei dengan sabarnya? Walaupun Kirei tidak mengerti akan hal itu, dia tetap melangkah maju sambil membawa ratusan pertanyaan di benaknya.
“Aku tertarik tentang para Servants yang kamu sebutkan sebelumnya. Roh Para Pahlawan dipanggil dan dijadikan familiar, kau bilang…”
“Ini mungkin sulit untuk dipercaya, tapi hal itu adalah sebuah fakta. Ini adalah salah satu keajaiban Cawan itu.”
Legenda tentang para pahlawan dan raja, manusia super yang telah mengukir nama mereka di dalam sejarah dan dongeng. Mereka adalah seseorang yang tertinggal di dalam ingatan manusia setelah mereka mati dan dikeluarkan dari kategori manusia, dinaikan pangkatnya bahkan di dalam dimensi spritual; mereka adalah ‘Roh para Pahlawan’. Mereka yang memiliki status jauh lebih tinggi dari hantu atau roh jahat yang biasa dipanggil magus sebagai familiar. Intinya, mereka adalah sebuah eksistensi yang memiliki status spritual sebanding dengan Tuhan. Walaupun sebagian dari kekuatan mereka dapat dipanggil dan dipinjam, adalah sesuatu yang sangat mustahil untuk mejadikan mereka sebagai familiar di dunia ini.
“Kalau kamu mempertimbangkan fakta bahwa membuat mungkin sesuatu yang tidak mungkin ini adalah kekuatan Cawan itu, kamu pasti mengerti betapa mengejutkannya kekuatan Cawan itu. Namun pada akhirnya, bahkan pemanggilan seorang Servant hanyalah sebuah pecahan kecil dari kekuatan Cawan itu.”
Seperti berkata bahwa bahkan dirinya sendiri terkejut pada apa yang dia katakan, Tosaka Tokiomi menarik nafas panjang dan menggelengkan kepalanya.
“Roh Para Pahlawan dari jaman kuno para dewa sampai paling tidak satu abad yang lalu dapat dipanggil. Tujuh Roh Para Pahlawan akan menjadi pengikut tujuh Master, setiap dari mereka akan melindungi Master masing-masing dan melenyapkan musuh dari Masternya. Pahlawan dari segala jaman dan negara akan dipanggil ke jaman ini, dan akan bertempur di dalam perang sampai mati untuk memperebutkan supremasi. Itu adalah Perang Cawan Suci di Fuyuki, Heaven’s Feel.
“… Kegilaan macam apa itu? Di tempat dimana ribuan orang biasa tinggal?”
Semua magus mengikuti prinsip untuk menyembunyikan diri mereka. Itu adalah jalan satu-satunya untuk hidup di sebuah jaman dimana teknologi adalah kebenaran satu-satunya. Menunjukan keberadaan mereka adalah sesuatu yang tidak masuk akal apalagi kalau kita memasukan keberadaan Gereja Suci ke dalam pertimbangan.
Tetapi kamu juga harus menyembunyikan kekuatan Roh Para Pahlawan yang dapat membawa bencana kehancuran. Menggunakan tujuh Servants di dalam konflik diantara manusia di jaman ini dan membuat mereka bertempur dengan satu sama lainya… Itu sama saja dengan memberi perintah untuk melakukan genosida dan pembantaian besar-besaran.
“- Tentu saja, ini adalah sebuah hal yang harus dimengerti untuk melakukan konfrontasi secara rahasia. Kamu harus menyiapkan pengawasan yang ketat untuk menjamin hal tersebut.”
Terdiam saja sampai saat ini, pendeta Risei, melangkah maju dan menyuarakan pendapatnya.
“Heaven’s Feel berlangsung setiap 60 tahun sekali, dan ini adalah yang keempat kalinya. Pemasyrakatan jepang telah berjalan saat Perang Dunia kedua terjadi. Bahkan di tempat yang sangat terpencil, kita tidak bisa membiarkan orang-orang menyaksikan kerusakan yang serius menyebar. Jadi, sejak Heaven’s Feel yang ketiga, sebuah kesepakatan telah dibuat agar seseorang dari Gereja Suci dijadikan pengawas. Untuk meminimalkan bencana dari perang ini sedikit mungkin, kita harus menyembunyikan keberadaanya dan membuat para magus setuju untuk menjaga kerahasiaan perang ini.”
“Jadi Gereja akan menjadi juri di dalam peperangan antar magus ini?”
“Tepat sekali karena ini adalah konflik para magus. Tidak ada seorangpun di Asosiasi Magus yang bisa menjadi juri karena implikasi politik. Tidak ada lagi yang lebih baik daripada menggunakan pengaruh luar seperti Gereja Suci. Terlebih lagi, tidak mungkin Gereja kita akan membiarkan nama Cawan Suci digunakan sembarangan. Kita juga tidak bisa membiarkan kemungkinan bahwa Cawan itu adalah cawan yang pernah menampung darah dari anak Tuhan.”
Kirei dan Risei, ayah dan anak, memiliki tugas di dalam pasal yang disebut Assembly of 8th Sacrament. Tugas dari kelompok itu di Gereja Suci adalah mengumpulkan peninggalan-peninggalan suci. Harta yang bernama Cawan Suci muncul di berbagai dongeng dan legenda, dan pengaruh dari “Cawan” itu di dalam doktrin Gereja Suci sangat besar.
“Dibawah kondisi itu, waktu yang lalu, di dalam kekacauan Perang Dunia, pertemuaan diadakan di waktu yang tepat itu mengenai Heaven’s Feel ketiga dan aku, yang masih muda, dipilih untuk melakukan sebuah pekerjaan penting. Untuk pertempuran yang selanjutnya, aku akan pergi ke kota Fuyuki untuk mengawasi perang ini.”
Mendengar kata-kata ayahnya, Kirei hanya memiringkan kepalanya.
“Tunggu sebentar. Apakah pengawas dari Gereja sanggup bertindak dengan adil? Ini akan menjadi masalah kalu seorang peserta adalah saudara satu darah…”
“Tenang, tenang. Kamu pikir ini adalah sebuah lubang di peraturan?”
Senyuman yang tidak biasa dari ayah yang keras kepala menunjukan sesuatu yang Kirei tidak bisa baca.
“Kotomine-san, kamu tidak seharusnya menyusahkan anakmu. Mari kita pindah ke pertanyaan yang sesungguhnya.”
Tosaka Tokiomi berkata denagn terus terang ke pendeta tua itu.
“Hm, baiklah.- Kirei, apa yang kita sudah jelaskan hanya tentang ‘aspek luar’ dari Perang Cawan ini. Ada alasan lain aku membawamu bertemu dengan Tuan Tosaka hari ini.”
“… Yaitu?”
“Sebenarnya, kita telah menemukan bukti dari dulu bahwa Cawan yang muncul di Fuyuki berbeda dengan peninggalan suci ‘Anak Tuhan’. Pada akhirnya, peperangan di Heaven’s Feel di Fuyuki ini hanya memperebutkan harta yang sebenarnya adalah tiruan dengan kekuatan Tuhan, sesuatu yang dapat membuka jalan ke Utopia. Ini tidak ada hubunganya dengan Gereja kita.”
Itulah yang sebenarnya. Kalau tidak, Gereja Suci tidak akan puas dengan hanya menjadi seorang pengawas yang pasif. Kalau Cawan itu ternyata sebuah ‘Peninggalan Suci’ yang sesungguhnya, Gereja pasti akan melanggar perjanjian perdamaian sementara itu dan merebut Cawan itu dari tangan para magus.
“Jika tujuan akhir dari cawan itu hanya untuk mendapatkan Akashic Records, Gereja Suci tidak akan peduli dengannya. Karena, keinginan para magus untuk menemuka ‘Akasha’, sang ‘Awal’, tidak bertentangan dengan ajaran kita.
- Walaupun, untuk membiarkan diri kita untuk mengindahkan hal itu, kita memerlukan seseorang yang memiliki kemampuan. Jika seseorang yang tidak diinginkan masuk, kita tidak tahu kecelakaan macam apa yang akan terjadi.”
“Jadi, kalau kita melenyapkannya sebagai ajaran sesat-“
“Itu adalah seseuatu yang sulit. Para magus yang berperang untuk Cawan itu memiliki daya juang yang tidak biasa. Kalau kita melawan mereka secara langsung, sebuah peperangan denag Asosiasi Magus tidak mungkin dihindari. Dan hal itu akan menghasilkan korban yang terlalu banyak. Lebih tepatnya, sebagai laternatif yang kedua, tidak ada yang lebih menarik daripada menemukan cara untuk memberikan cawan itu ke ‘orang yang tepat’.”
“… Jadi begitu.”
Kirei sedikit demi sedikit mengerti alasan sebenarnya dari pertemuan ini mengingat ayahnya berteman dengan Tosaka Tokiomi, seorang magus.
“Karena mereka telah ditindas oleh kepercayaan di tempat asal mereka, keluarga Tosaka mengikuti ajaran yang sama dengan kita. Mengenal karakter Tokiomi, dia sendiri lolos dari kualifikasi untuk menggunakan Cawan itu.”
Tosaka Tokiiomi mengangguk, lalu kembali berbicara.
“Menemukan ‘Akasha’. Tidak ada tujuan yang paling besar bagi kami Tosaka. Tapi, sayangnya, Einsberns and Matos, yang dahulu mempunyai tujuan yang sama, sudah tersesat ke hal duniawi, dan telah melupakan keinginan mereka yang awal. Aku tidak akan masuk ke bagaimana mereka telah mengundang empat Master dari luar. Mereka menginginkan Cawan itu demi nafsu mereka yang menjijikan, hanya itu.”
Itu berarti Gereja Suci tidak akan mengijinkan orang lain selain Tosaka Tokiomi sebagai pemilik Cawan itu. Sekarang Kirei mengerti tentang tugasnya.
“Jadi kamu mau aku ikut dalam perang yang selanjutnya untuk membiarkan Tosaka Tokiomi menang?”
“Benar.”
Akhirnya, Tosaka Tokiomi menunjukan senyumnya untuk pertama kali.
“Tentu saja, kita akan bekerja sama secara rahasia melawan lima Master yang tersisa, dan membunuh mereka, untuk menambah kemungkinan kita untuk menang.” Mendenagr perkataan Tokiomi, Pastor Risei mengangguk. Netralitas Gereja Suci sebagai seorang juri sudah berubah menjadi sebuah bahan tertawaan. Heaven’s Feel kali ini akan menarik, mengingat keinginan gereja dari perang ini.
Mengenai itu, itu bukanlah sesuatu yang benar atau salah bagi Kirei. Kalau kemauan Gereja sudah jelas, yang tersisa adalah melakukan tugasnya sebagai eksekutor.
“Kirei-kun, kamu akan dipindahkan dari Gereja Suci ke Asosiasi Magus, dan kamu menjadi muridku.”
Tanpa berhenti dan dengan jelas, Tosaka Tokiomi mempercepat penjelasannya.
“- Dipindahkan?”
“Pemindahan telah diresmikan, Kirei.”
Mengatakan ini, Pastor Risei mengeluarkan sepucuk surat. Itu adalah surat pemberitahuan dengan tanda tangan Gereja Suci dan Asosiasi Magus didalamnya, dan ditujukan untuk Kotomine Kirei. Kirei lebih terkejut dengan kegunaan tindakan tersebut; hanya dari sehari sebelumnya ke hari ini, surat ini selesai.
Pada akhirnya, tidak ada gunanya memberi pendapat bagi Kirei, ataupun memiliki alasan untuk tersinggung dari diskusi ini. Karena Kirei tidak memiliki tujuan sama sekali.
“Yang paling penting yang harus kamu lakukan adalah berlatih seni magis di rumahku di Jepang. Heaven’s Feel yang selanjutnya terjadi 3 tahun lagi. Pada saat itu, kamu harus memiliki seorang Servant yang mengikutimu, dan menjadi magus yang berpartispasi di perang itu sebagai Master.”
“Tapi- apakah ini tidak apa-apa? Kalau aku belajar di bawahmu, bukankah ini akan mencipatakan keraguan bahwa kita bekerja sama?”
Tokiomi memberikan senyuman yang dingin dan menggelengkan kepalanya.
“Kamu tidak mengerti apa-apa tentang magus. Kalau kepentingan mereka bertentangan, konflik antara guru dan murid yang berakhir dengan pertempuran sampai mati adalah sesuatu yang biasa di dunia kami.”
“Aah, jadi begitu.”
Walaupun Kirei tidak bermaksud untuk mengerti tentang magus, dia sedikit banyak mengerti tentang karakter dari sebuah ras bernama magus. Dia telah melawan magus ‘sesat’ dalam berbagai peristiwa sebagai eksekutor. Jumlah orang yang telah ia lenyapkan dengan tanganya melebihi jumlah puluhan atau dua puluhan.
“Apakah kamu mempunyai pertanyaan lain?”
Saat Tokiomi akan mengakhiri pertemuan ini, Kirei membalas dengan pertanyaan yang ada di benaknya dari awal.
“Hanya satu – Cawan ini memilih para Master, apakah tujuan yang sebenarnya dari itu?”
Itu bukan merupakan pertanyaan yang telah Tokiomi prediksi. Alis sang magus mengerut sebentar, lalu dia memberikan jawaban dengan tenang.
“Cawan itu akan… Tentu saja, akan memilih para Master yang membutuhkannya dengan sepenuh hati. Seperti yang katakan sebelumnya, kami Tosaka akan dimasukkan ke dalam urutan paling atas sebagai salah satu dari 3 keluarga permulaan.”
“Jadi, semua Master yang dipilih memiliki alasan untuk menginginkan Cawan itu?”
“Tidak hanya sebatas itu saja. Cawan itu membutuhkan 7 orang untuk datang. Kalau jumlahnya tidak cukup pada saat yang sekarang, orang-orang yang biasanya tidak akan dipilih bisa mendapatkan Command Seals. Mungkin ada beberapa kasus seperti ini sebelumnya, tetapi- Aah, aku mengerti.”
Sambil berbicara, Tokiomi mengerti apa yang Kirei ragukan.
“Kirei-kun, kamu berpikir bahwa kamu tidak mungkin dipilih, benar kan?”
Kirei mengangguk. Tidak peduli betapa kerasnya kamu mencari, tidak mungkin ada alasan mengapa mesin pengabul permintaan itu memilih dia.
“Hm, benar juga, ini aneh. Satu-satunya hal yang menghubungkanmu dengan Cawan itu adalah ayahmu, yang dipilih sebagai pengawas, tetapi… Tidak, kamu bisa berpikir bahwa itu adalah alasan satu-satunya.”
“… Yaitu?”
“Cawan itu sudah mengantisipasi bahwa Gereja Suci akan membantu keluarga Tosaka. Jadi seorang eksekutor dari Gereja yang sanggup memiliki Command Seals akan membantu Tosaka.”
Mengatakan hal ini, Tokiomi, yang merasa puas saat mengakhiri diskusi ini, menambahkan.
“Dengan kata lain, Cawan itu memberikan aku, seseorang dari keluarga Tosaka, dua Command Seals, karena itu, dia memilih kamu sebagai Master.
… Bagaimana dengan itu? Apakah keismpulan ini menjawab pertanyaanmu?”
Jadi, dia memberikan penjelasannya sendiri dengan nada yang menantang.
“…” Rasa percaya diri yang sombong ini cocok dengan pria yang dipanggil Tosaka Tokiomi. Pria ini memegang sebuah harga diri yang mendekati sindiran.
Memang, sebagai seorang magus, dia adalah seorang yang sempurna. Dan dia pasti memiliki rasa percaya diri yang datang bersamaan dengan kesempurnaan itu. Itulah sebabnya dia mungkin tidak akan pernah meragukan pendapatnya sendiri.
Itu artinya dia tidak akan mendapatkan jawaban yang lain disini sekarang- Itu adalah kesimpulan Kirei.
“Kapan kita berangkat ke Jepang?”
Menyembunyikan kekecewaanya, Kirei merubah topik pembicaraan.
“Aku akan mengunjungi Inggris sebentar. Aku memiliki perkerjaan kecil di Clock Tower.
Kamu akan pergi ke jepang lebih dahulu. Aku akan memberitahu keluargaku.”
“Dimengerti. Jadi, Aku akan berangkat secepatnya.”
“Kirei, pergilah lebih dahulu. Aku memiliki sesuatu untuk didiskusikan dengan Tuan Tohsaka.”
Menganggukan kepala pada perkataaan ayahnya, Kirei bangkit dari tempat duduknya dan, setelah memberi salam dengan mengangguk, meninggalkan ruangan tersebut.
Tinggal di dalam ruangan itu, Tosaka Tokiomi dan Pastor Risei melihat Kotomine Kirei pergi dalam diam.
“Kau memiliki seorang anak yang dapat diandalkan, Kotomine-san.”
“Kemampuanya sebagai ‘Eksekutor’ dapat dijamin. Tidak ada dari seangkatan dia yang bekerja lebih keras daripada dia saat masa pelatihan. Akulah seseorang yang perlu kamu ragukan.” “Ho… Apakah ini kebiasaan teladan seorang pelindung iman?”
“Oh, aku malu mengatakan ini, tapi Kirei adalah kebanggaan satu-satunya orang tua yang bodoh seperti aku.”
Pendeta tua itu terkenal akan kekakuannya, tapi, merasa nyaman dengan Tokiomi, dia tersenyum. Saat matanya tertuju ke anak satu-satunya, kepercayaan dan cinta dia terlihat sepenuhnya.
“Saat aku masih juga tidak memiliki anak saat melewati umur 50, aku telah menyerah untuk mendapatkan seorang keturunan… Tapi sekarang, aku terkejut melihat betapa besarnya anak itu telah tumbuh.”
“Walaupun, dia setuju lebih mudah dari yang aku bayangkan.”
“Anakku akan melompat kedalam kobaran api jika itu adalah keinginan Gereja. Itu menunjukan betapa jauhnya ia akan pergi demi imannya.”
Walupun Tokiomi tidak bermaksud untuk meragukan perkataan Pastor tua itu, kesan yang dia punya tentang anak Pendeta Risei bukanlah ‘iman yang berapi-api’. Penampilan tenang pria bernama Kirei terkesan seperti kekosongan ke dia.
“Sejujurnya, itu adalah sebuah kekecewaan. Bagaimanapun aku melihat dia, dia terlihat hanya terlibat di sesuatu yang tidak hubungan dengannya.”
“Tidak… itu mungkin sebuah keselamatan bagi dia.”
Berbicara dengan tidak pasti, Pastor Risei mulai berkata dengan kelam.
“Ini adalah hal yang pribadi, tapi istrinya meninggal beberapa hari yang lalu. Mereka belum melewati bahkan dua tahun dalam pernikahan.”
“Oh, Saya-“
Tokiomi kehilangan kata-kata atas peristiwa yang mengejutkan itu.
“Walaupun tidak kelihatan, dia menahanya dengan baik… Dia memiliki terlalu banyak kenangan di Itali, Mungkin sekarang, bagi Kirei, kembali ke tanah kelahirannya untuk misi yang baru dapat membantu menyembuhkan lukanya.”
Risei mendesah setelah berbicara. Tokiomi tetap memandang orang tua itu.
“Tokiomi-kun, bukankah nilai seseorang yang sesungguhnya terlihat saat dalam kesusahan?”
Tokiomi membungkuk dalam atas kata-kata Pastor tua itu.
“Hutangku kepada Gereja Suci dan kedua generasi keluarga Tokiomi ini akan diukir di dalam prinsip keluargaku.”
“Tidak. Aku hanya memenuhi sumpahku untuk generasi masa depan Tosaka. – Sisanya hanya berdoa kepada perlindungan Tuhan sampai perjalanmu membawa kamu ke sang ‘Awal.”
“Ya. Penyesalan kakekku, impian terbesar Tosaka… ini adalah arti dan tujuan hidupku.”
Menyembunyikan betapa rasa percaya dirinya dicekik oleh beratnya tanggung jawab dia, Tokiomi mengannguk dengan pasti.
“Kali ini, aku akan mendapatkan Cawan itu. Aku akan membuat itu terjadi.”
Pada harga diri Tokiomi, Pastor Risei memberkati ingatan tentang temannya.
‘Temanku… Kau juga mendapatkan seorang keturunan yang luar biasa.’
Saat angin dari laut Mediterranian mengacak-acak rambutnya, Kotomine Kirei berjalan dari vila yang terletak di atas bukit, sendirian dan dalam diam, di jalan kecil yang panjang.
Akhirnya, Kirei dapat menyudun semua kesan yang dia dapat dari pria yang bernama Tosaka Tokiomi, yang baru saja dia bertemu dengan.
Mungkin dia telah melewati kehidupan yang keras. Seperti harga dirinya muncul dari melewati pengalaman yang keras itu, dia adalah seseorang yang memiliki harga diri yang besar yang bisa dia banggakan.
Dia mengerti karakter tersebut sangat baik. Ayah Kirei adalah orang yang sama dengan Tosaka Tokiomi.
Manusia yang telah mengartikan tujuan dibalik kelahiran mereka, dibalik eksistensi mereka, dan mengikuti tujuan itu tanpa ragu. Mereka tidak akan pernah bimbang, tidak pernah ragu.
Menempa itu dengan tekad baja dari tindakan dengan tujuan yang jelas, maju hanya dengan kepuasan dari ‘sesuatu’ yang merupakan tujuan hidup mereka, di semua aspek kehidupan.
‘Bentuk dari keyakinan’ ini bisa menjadi, dalam kasus ayah Kirei, seorang yang sangat beriman; dan dalam kasus Tosaka Tokiomi, mungkin itu adalah kepercayaan diri oleh orang yang terpilih – sebuah hak yang tidak dimiliki orang biasa, dan kesadaran seseorang yang memiliki tanggung jawab untuk dipikul. Dia adalah salah satu ‘bangsawan asli’ yang tersisa yang sangat jarang.
Mulai dari sekarang, eksistensi seorang Tosaka Tokiomi mungkin akan menyebabkan implikasi penting bagi Kirei… Tapi walaupun begitu, dia bukanlah orang cocok dengan orang seperti Kirei. Itu sama saja dengan berkata bahwa ia sama dengan ayahnya.
Mereka yang hanya melihat tujuan hidup mereka tidak akan dapat mengerti sakitnya seseorang yang tidak mampu memilikinya. Orang-orang seperti Tokiomi memiliki ‘tujuan hidup’ sebagai dasar keyakinan mereka, tapi itu tidak dapat dimengerti di dalam pikiran Kotomine Kirei. Tidak sekalipun di dalam 20 tahun lebih dia pernah merasakan sensasi seperti itu.
Karena itu, dia tidak dapat mempertimbangkan sebuah tindakan yang paling baik, mendapatkan kepuasan dari segala tantangan, atau dapat beristirahat di dalam segala kenyamanan. Orang seperti ini tidak memiliki tujuan hidup dari awalnya.
Dia bahkan tidak dapat mengerti bagaimana ia bisa begitu jauhnya terkucil dari norma-norma yang dipegang oleh orang-orang biasa. Kirei bahkan tidak mengerti sebuah keinginan dimana dia bisa melakukan apapun untuk mendapatkanya.
Dia percaya bahwa Tuhan itu ada. Bahwa ada sebuah eksistensi luar biasa, walaupun dia tidak cukup dewasa untuk tahu apa itu.
Dia hidup dengan kepercayaan bahwa suatu hari, suara Tuhan yang paling suci akan menuntun dia ke kebenaran yang sesungguhnya dan menyelamatkan dia. Berjudi atas harapan itu, memegang erat kepadanya.
Tapi didalam hatinya, dia tahu. Bahwa keselamatan tidak akan datang dari cintanya Tuhan untuk orang seperti dia.
Menghadapi kemarahan dan keputusasaan menyudutkan dia menjadi seorang masokis. Dibawah alasan untuk penebusan dosa untuk melatih moralnya, dia berulang kali melukai dirinya sendiri.
Tetapi penyiksaan itu justru menempa tubuh Kirei menjadi seperti besi, dan saat dia menyadarinya, dia telah sampai di puncak para elit di Gereja Suci sebagai ‘Eksekutor’, dimana tidak ada seorangpun yang dapat mengejar dia.
Orang-orang menyebut itu sebuah ‘kemuliaan’. Iman dan disiplin Kotomine Kirei dipuji sebagai contoh untuk semua pendeta. Bahkan ayahnya Risei juga bukan pengecualian.
Kirei mengerti sepenuhnya mengapa Kotomine Risei memiliki begitu percaya dan mengagumi anaknya, tapi itu adalah sebuah kesalahpahaman jauh dari poin yang sebenarnya; karena sebenarnya, hatinya malu. Bahkan mungkin menghabiskan seluruh hidup seseorang ridak akan cukup untuk mengubah kesalahpahaman itu.
Sampai sekarang, tidak ada seorangpun yang dapat mengerti betapa kosongnya seorang Kirei.
Ya, bahkan satu-satunya wanita yang ia cintai-
“…”
Saat kepalanya terasa ringan, Kirei memperlambat jalannya dan menaruh telapak tanganya dahinya.
Saat dia mencoba untuk mengingat istrinya, dia kehilangan pikirannya yang tidak fokus di dalam kabut yang turun. Ini terasa seperti berdiri di dalam kabut di ujung jurang. Naluri untuk hidupnya berteriak supaya ia jangan mengambil bahkan satu langkah maju.
Saat dia menyadari, dia sudah sampai di dasar bukit. Kirei berhenti dan melihat ke belakang ke vila di ujung bukit.
Akhirnya, dia belum mendapatkan kesimpulan yang memuaskan dari pertemuannya dengan Tosaka Tokiomi… Ini adalah sesuatu yang paling mengganggu Kirei. Mengapa ‘Cawan’ yang memiliki kekuatan Tuhan memilih Kotomine Kirei?
Penjelasan Tokiomi terdengar terburu-buru. Kalau Cawan itu menginginkan suporter untuk Tokiomi, pasti masih banyak orang-orang yang lebih cocok untuk itu karena Cawan itu pasti menginginkan seseorang yang dapat menjadi teman bagi dia; bukan Kirei.
Pasti ada sebuah alasan mengenai pemilihanya untuk ikut berperang di Perang Cawan yang selanjutnya.
Tapi… Semakin ia pikirkan, semakin Kirei menemukan bahwa inkonsistensi ini mengkhawatirkan.
Dia singkatnya tidak memiliki ‘tujuan hidup’, atau impian ataupun cita-cita. Bagaimanapun kamu melihatnya, dia tidak menemukan alasan untuk menjadi pemilik sebuah keajaiban seperti sebuah ‘mesin pengabul permintaan.’
Dengan wajah muram, Kirei melihat ke tiga simbol yang muncul di atas tangan kananya.
Mereka berkata bahwa Command Seals adalah sebuah tanda suci.
Apakah dia akan menemukan sebuah janji untuk dipegang, tiga tahun dari sekarang?
Back to Fate/Zero:Prologue 1 | Return to Main Page | Forward to |