Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid3 Bab4

From Baka-Tsuki
Revision as of 11:39, 2 December 2012 by Lulu-Me (talk | contribs) (→‎Bagian 2)
Jump to navigation Jump to search

Bab 4 - Keikhlasan Ksatria

Bagian 1

Begitu mereka semua berhasil menghabiskan Parfait Jumbo, hari telah petang.

Kamito, yang telah kembali dari kota akademi menunggu di auditorium seperti janjinya dengan Ellis tadi.

Tidak lama setelah itu Ellis datang berlari seperti kehabisan nafas.

"...Maaf, membuat mu menunggu"

"tidak selama itu"

Kamito membuat senyuman melihat Ellis masih mengambil nafas.

"Hey, Ellis, katakan jika aku salah, barusan kamu dari kota akademi kan?"

"K-kau melihat ku!"

Kuncir kuda Ellis mencuat.

"Ahh, kebetulan aja dari jendela restauran, sedang bertugas?"

"Eh, aku..sedang belanja beberapa barang"

"Ahem" wajah Ellis menjadi merah.

Terlintas tanda tanya di pikiran kamito tapi...tidak apa lah.

"Baiklah sejak kita akan belajar, perpustakaan atau-"

"Tidak...bukan perpustakaan"

Ellis menggelengkan kepalanya.

"Hn, bukan perpustakaan, kelas kosong-"

"-Kamar!"

"..huh?"

Kamito seolah tidak mempercayai telinganya.

"...kamar?"

"e...m-maksud ku kita...belajar di kamar ku"

Ellis mengatakannya dengan wajah memerah.

"..."

"..K-kau keberatan?"

"tidak, sebentar, untuk laki laki seperti ku masuk kamar perempuan"

"P-perempuan!...."

Dalam sekejap Ellis membuat wajah seperti menerima kejutan.

"Bu-bukannya kau sendiri sekamar dengan Claire Rouge dan Fianna?"

"I-itu karena keadaan memaksa"

Kamito menggaruk punggungnya ketika menjawab.

"A-atau kau tidak suka ke kamar perempuan seperti ku"

"Tidak!, enggak seperti itu kok"

Kamito segera menjawab melihat Ellis sedikit terluka.

"J-jadi..?"

"...ahh, baiklah, kita belajar di kamar mu"

Kamito masih belum bisa menerima Situasi hanya menurut mengagguk saja mengikuti ajakan Ellis.



Bagian 2

Sekarang Kamito berada di Asramah Weasel.

Kebalikan dari Asramah Raven dimana tempat berkumpulnya semua murid bermasalah, Asramah Weasel adalah tempatnya murid teladan.

Kamar Ellis berada di atas tangga lantai dua.

"ini kamar ku, dan t-tentu saja ini pertama kalinya aku mengajak laki-laki ke dalam sini"

"..jika kau seperti itu aku jadi semakin tegang"

Ellis membuka kamarnya dengan mantra yang di lafalkan dalam bahasa Roh.

Di saat memasuki ruangan kamarnya menjadi terang tersinari cahaya.

Interior bagian dalam tidak jauh berbeda dengan kamar claire, hanya kamar Ellis lebih rapih.

"kamar mu rapih, sangat mencerminkan diri mu Ellis"

"Jika aku bersih-bersih, teman sekamar ku yang kelewat serius bisa marah"

"Teman sekamar yang lebih serius dari Ellis......"

Kamito tidak bisa bayangkan, jika Ellis saja seperti ini, bagaimana temannya?.

"terus dimana dia sekarang?"

"dia sedang keluar beberapa minggu ini setelah menerima tugas dari akademi, jika ia di sini sekarang, kau tidak akan bisa keluar hidup-hidup"

Ketika mengatakan sesuatu yang berbahaya, Ellis mengeluarkan bantal bersantai untuk Kamito.

"Silahkan, biasakan dirimu selagi aku menghidangkan cemilan dan Teh"

"Ah..maaf merepotkan"

Ellis segera menyiapkan air panas dan daun Teh hitam berserta cemilannya.

Meskipun ia seorang Ojou-sama dan juga bangsawan, Ellis sangat bisa di andalkan dalam hal Domestic, bisa di bilang sejak Keluarga Fahrengart berlatar belakang militer,ia telah menerima pelatihan sedari awal dengan sangat ketat.

"Ini lezat sekali, kau yang membuatnya Ellis?"

"B-bisa kau katakan seperti itu, ini seperti Hobi"

Ellis bersikap cangung dengan sedikit malu-malu.

Ini adalah Sponge cake yang di taburi bubuk daun teh hitam di atasnya. Rasanya sedang saja sejak tidak terlalu manis.

Kamito tau Ellis memang pandai memasak, tapi tidak mengira ia bisa membuat sesuatu yang seperti ini.

"Tunggu di sini sebentar, aku mau ambil sesuatu"

"Hn, ambil apa?"

Ketika Kamito terlihat ingin beranjak untuk mengikuti- Ellis menarik pedangnya.

Dengan nada yang aneh Ellis berkata.

"Aku mau bersiap"

"B-b-baiklah...."

Dengan pedang yang di acungkan ke lehernya Kamito mengaguk.

Ketika Ellis menghilang di balik pintu Kamito merasa lega mengeluarkan nafas.

apa-apaan sih dia?...

Kamito meneguk teh yang di buat Ellis dan melihat sekitar interior ruangan.

Ada seragam terlipat rapi dan piyama diatas tempat tidur.

Ada teddy-bear cantik dan boneka kelinci mewah berbaris disamping mereka.

Mengejutkan, dia memiliki sisi kewanitaan..

Ketika memikirkan hal semacam itu, ia mengubah arah pandangannya, lalu—

Secara tidak langsung, pandangannya terhenti diatas meja tulis.

Sebuah bijih roh yang memancarkan cahaya redup, sudah berada di dekat meja.

Itu—

Kamito mendekat, dan mengambil bijih itu ke tangannya.

Didalam bijih roh transparan, berbagai bayangan muncul dan menghilang—.

“Bijih roh itu menyegel memori, huh?...”

Ini adalah suatu benda yang bisa mengurung kejadian didalam memori seseorang dengan memasang kekuatan tuhan kedalamnya.

Perempuan yang sama muncul berulang-ulang didalam bijih roh.

Rambut glamor nya berkibar dan dia memegang pedang setan hitam— penampilan seorang perempuan yang masih sangat muda.

“…Eh, bukankah itu aku tiga tahun yang lalu?!”

Kamito tidak sengaja berteriak.

Ya, orang yang tercermin disitu tidak salah lagi—

Penampilan dari Penari Pedang terkuat, Ren Ashbell.

Aku ingat, dia pernah bilang bahwa dia mengagumi Ren Ashbell…

Dia membuat desahan keras, lalu menaruh kembali bijih roh pengurung memori ke meja.

Jika Kamito tidak memastikan bahwa jati dirinya tidak diketahui Ellis—

Dia akan menghancurkan mimpi murni perempuan itu, yang mana ia tidak bisa memaksakannya.

…Hn?

Tiba-tiba, Kamito menyadari bahwa penampilan seorang gadis selain Ren Ashbell sedang diproyeksikan dalam bijih roh.

Dia memiliki rambut pirang mengkilap dan bercahaya. Dia adalah seorang gadis cantik, yang memiliki tampilan seperti es dingin.

Orang yang berdiri malu-malu di samping gadis itu mungkin Ellis ketika ia masih muda—

Aku memiliki ingatan gadis ini di suatu tempat ...

Kamito meragukannya— pada saat itu.

“…M-Maaf, aku membuat mu menunggu.”

Dia mendengar suara Ellis yang seolah akan hilang kapan saja dari belakang karena terlalu tipis.

“Ellis?”

Kamito berbalik—

“…” Mulutnya ternganga.

Disana ada seorang maid.

“…?”

Setelah Kamito menggosok mata, ia membuka matanya lagi.

…Ya, itu adalah seorang maid.

Dia memakai seragam maid berwarna biru gelap rapi cocok dengan celemek putih, dan rok panjang yang indah dengan hiasan.

Dan kemudian, dia memakai penutup kepala, yang diletakkan di kepalanya.

Itu Ellis dalam pakaian maid lengkap.

“K-Kau, apa itu…”

Kamito menelan ludahnya, dan—

“A-Aku menjadi maid eksklusifmu dari sekarang… B-Bagaimana?”

Ellis, yang wajahnya berubah menjadi merah cerah, memegang ujung rok panjangnya dan membungkuk.

Di bagian bawah rok Ellis, Kamito melihat sekilas sebuah pengikat stoking hitam.

“Ap—"

Kamito terkejut dan menutupi matanya dengan kedua tangan dengan gugup.

“J-Jangan lihat-lihat… Ini memalukan.”

Wajah Ellis semakin memerah, dan dia mengusap lututnya dengan malu-malu.

Karena dia tidak mengenakan baju besi nya, payudara nya yang besar terlihat lebih bergoyang dari biasanya.

Kamito kehilangan kata-katanya—

Ellis berbisik dengan ekspresi yang tampaknya gelisah.

"S-Seperti yang kupikir, jenis pakaian ini... tidak cocok untukku?”

“Tidak… err, bukan itu.”

Kamito berkata sembari ia mengalihkan pandangan matanya.

…Atau lebih tepatnya, Ellis manis. Sangat manis.

Tidak, setiap saat Ellis memang manis tapi—

Kamito tidak berfikiran jika Ellis mengenakan seragam maid bisa membuatnya menarik.

Tapi, selain itu, Kamito sangat terkejut.

“…M-Mengapa seragam maid?”

“I-Ini adalah keikhlasan dariku…”

“Keikhlasan?”

Kamito bertanya kembali kepada Ellis yang sedang bergumam dengan malu.

Seragam maid adalah keikhlasan… Dia tidak mengerti maksudnya.

Ellis melipat tangannya dan melotot tajam kearah Kamito dengan mata cokelat kemerahannya.

“I-Ini tentang misi kemarin. Sebagai kebiasaan dari Ksatria Syphid, aku berfikir kalau aku harus berterima kasih untuk bantuanmu diwaktu itu… I-Ini hanya sebagai kebiasaan dari Ksatria Syphid!”

“Tidak, aku sudah katakan aku tidak butuh sesuatu seperti terima kasih. Itu wajar untuk membantu teman sendiri.”

Kamito mengatakannya—

“Kalau begitu, aku tidak bisa tenang. Ap-Apa yang harus kulakukan agar kau menerima terima kasihku… Aku sudah khawatir diminggu ini.”

“… Kenapa keluarnya adalah seragam maid?”

“Umm, aku meminta saran kepada teman setimku Rakka dan Rieshia, mereka berkata kepadaku kalau yang terbaik adalah kalau aku memakai pakaian ini untuk menunjukkan keikhlasanku padamu. Bagaimanapun juga, kau orang gila, yang bisa gelisah dengan melihat penampilan ini. Diawal, aku juga punya masalah dengan ini, tapi aku mengabdikan seluruh badan dan jiwa untuk menunjukkan terima kasihku karena berhutang budi sebagai anggota dari keluarga Fahrengart ku.

“Mengapa mereka berdua, mengajarkan sesuatu yang tidak berharga…”

Wajah Kamito tersentak… Singkatnya, Ellis sudah tertipu oleh mereka berdua.

“Ellis, jangan salah paham. Aku bukan orang gila yang tertarik dengan seragam maid.”

Kamito berusaha menyelesaikan kesalahpahaman, tapi—

“… A-Apa? Artinya—“

Sepertinya Ellis mengartikannya dengan arti yang berbeda.

“… Melakukan itu, maksudmu itu?

“Huh?”

“Y-Yang kau maksud menuruhku memakai pakaian yang lebih seksi, kan?”

“Apa yang kau katakan!”

“Kuu, dasar raja galau sialan…!”

“Sebutan raja galau sudah dipakai oleh penduduk kota!?”

“Aku tidak akan menyerah untuk melakukan permintaan yang lancang!”

Ellis mengeluarkan pedang dari pinggangnya dan dengan cepat menusuknya ke belakang leher Kamito.

Itu terlihat kalau dia tidak akan kehilangan kemampuannya sebagai ksatria walaupun dia menjadi maid… itu sudah jelas.

“A-Aku mengerti , itu sangat cocok bagimu, seragam maid yang terbaik, seragam maid horayy!”

“… Hmm, itu sudah cukup.”

Saat Ellis menusukkan lagi ujung dari pedangnya sebelum mengenai belakang lehernya—

“Ayo, Kamito, kau bisa menyuruhku melakukan apapun yang kau mau!”

“Kau adalah maid cantik yang sombong… Kalau begitu, Ellis, apa yang kau bisa?”

“Aku spesialis dalam menusukkan tombak.”

“Maid macam apa kau…?”

“Aku juga bisa menggunakan satu pedang, tapi kahlianku adalah menggunakan tombak.”

Dengan bangga Ellis membusungkan dadanya.

“Apa kau tidak punya kemampuan selain kemampuan berbahaya?”

“Memasak mungkin spesialisku.”

“Ahh, aku tahu. Jadi, bisakah aku membuat sebuah permintaan?”

“Tentu saja. Apa yang kau mau?”

“Mari kita lihat. Aku punya makan malam nanti, jadi aku mau makanan ringan dan bisa digenggam.”

“Aku mengerti. Terus terang, aku sudah berfikir apa yang terjadi jika kau mengatakan body sushi, but—“

“… Mengapa kau.”

Kamito menggeram dengan tatapan tajam—

Tiba-tiba, ia mencoba bertanya sebuah pendat yang datang dari pikirannya.

“Ngomong-ngomong, maksudnya kau akan melakukannya asalkan aku memintannya?”

“K-Kau orang sialan!”

Disaat yang bersamaan, pedang tersembunyi, yang tadi Ellis longgarkan, dikencangkan lagi di bawah rambut Kamito.


“… B-Bagaimana rasanya, Tuan?”

Hanya seperti itu—

Itu berakhir dengan Ellis menyiapkan makanan untuk Kamito.

Seperti yang diharapkan dari yang telah dilatih demi pria yang akan menikah dengannya di masa depan, dari memasak makanan, keahliannya sangat baik. ... Dia adalah jenis orang yang sebagai incaran seorang laki-laki yang ingin ojou-sama kucing liar tertentu untuk mengikutinya.

Bagaimanapun—

“Tolong, jangan panggil aku seperti itu.”

Kamito mengeluh dengan ekspresi datar.

“Um, meskipun begitu, mereka berdua berkata bahwa ini cara resmi untuk memanggil.”

“Bukan, kau sudah tertipu, kau tahu?”

Kamito menggerutu sambil mengunyah sepotongan daging keju seukuran mulut.

Adonannya renyah yang menggunakan tepung terigu kelas satu. Keju kelas tertinggi, yang ditempatkan di antara daging, rasanya lezat dan seperti meleleh di atas lidahnya.

“... Lezat. Lezat secara umum.”

“Mm, itu normal?...”

Ellis cemberut, terlihat sedang frustasi.

“Aku memujimu. Ini susah untuk membuat sesuatu yang normal dan lezat secara umum.”

“A-Apa iya...!”

Ellis tersipu malu dengan mengencangkan dadanya.

“Ellis akan menjadi pengantin yang baik.”

“...! Ap-Apa yang kau katakan!”

-*Bishuu!”

Dia menusukkan garpu ke daging keju sebelum Kamito.

“Ke-Kenapa begitu!”

“Hmm, ini karena kau mengatakan sesuatu yang aneh!”

Ellis melotot kearah Kamito.

Lalu—

“… Buka mulutmu.”

“Huh?”

Kamito bertanya balik—

-*Bishuu, bishuu!*

Tusukan berkecepatan dewa terlepas sekali lagi.

“Owa!?”

“Jangan menghindar! Aku mencoba menyuapimu—“

“Mencoba menyuapiku… Kenapa!?”

“Aku mendengar jika itu adalah tugas seorang maid. Ayo, cepat… bilang ‘Ahh’!”

Ellis menusukkan garpu dengan kecepatan dewa, sebelum mengenai Kamito.

Ellis pernah berkata jika menusuk adalah keahliannya, seperti dugaan, bahkan untuk Kamito, itu membutuhkan semua keberuntungannya untuk menghindar.

… Eh, latihan macam apa ini?!

“Ini berbahaya, kau hamper menusuk mataki!”

“Hmm, itu karena kau menghindar. Jangan menghindar!”

—*Hamuu*.

Akhirnya, garpu itu didorong kemulut Kamito.

-*Mogumogumogu*.

“B-Bagaimana?”

“… Enak.”

Kamito menjawab dengan jujur—

“B-Baiklah, satu suapan lagi…”

Lalu dia menggerakkan garpu dengan lembut kemulut Kamito.

-*Hamuu*.

“B-Bagaimana dengan yang ini?”

“… Ahh, enak.”

Kamito mengangguk sekali lagi, Ellis tertawa ringan seperti sedang senang.

... Hmm. Ini, sedikit memalukan.