Oregairu (Indonesia):Jilid 9 Bab 0

From Baka-Tsuki
Revision as of 12:27, 30 June 2014 by MEsato Ariq (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

Bab 0: Jadilah seperti seharusnya, ruangan itu terus menjadi tak berujung setiap hari

Angin mengetuk jendela. Dengan dekatnya laut dan sedikit bangunan tinggi di sekitar, angin terus berhembus menerpa bangunan tanpa lelah.

Sebuah suara menarik perhatianku ketika aku dengan santai melihat ke luar jendela.

Pohon-pohon dengan guguran daun bertebangan dan awan debu melayang di angin kering. Orang-orang lewat menyebar mulai menampakkan warnanya dan beberapa yang lewat mengenakan mantel yang kerahnya diangkat dan bahu merunduk sembari jalan.

Musim dingin telah menemukan jalannya ke sekolah. Meskipun musim yang sama diharapkan datang tahun lalu, aku tak tahu sedingin ini hembusan angin.

Bercampur dalam riuh angin, ada beberapa suara.

"Lihat, sekarang ini sangat kering, bukan? Jadi saat Yumiko membawa pelembab udara mini, suasana jadi sangat pengap selama kelas. Dan seperti baru-baru ini, USJ... USA? Atau apalah itu, membuatmu bisa memberikan listrik. Kalian pasti tahu itu!"

Gerakkan tubuh dan tangan Yuigahama seakan menyatu ketika dengan santai menggerakkan badannya saat dia berbicara penuh semangat.

Yukinoshita akan melihat ke dia dengan senyum dan mengangguk menanggapinya. "Aku mengerti. Pasti itu sangat praktis."

Yukinoshita normalnya tidak banyak berbicara. Jadi tanggapan singkat seperti itu bukan hal yang tidak wajar. Tapi senyumnya itu sesuatu yang tidak bisa ku tatap langsung begitu saja.

Aku dengan perlahan mengalihkan pandanganku dari lantai. Di depanku berada, ada kaki Yuigahama yang melangkah ke arahku.

“Aku tahu betul! Jadi aku berpikir mungkin kita harusnya dapat satu untuk ruangan ini. Betul, Hikki?...Hikki?”

Ini seperti seluruh tubuhnya menghadap ke arahku. Yuigahama menanyaiku lagi, mendorongku untuk menjawab. Karena larut dalam pikiranku sendiri, responku sedikit terlambat. Untuk menutupi selang waktunya, setelah aku sengaja mendesah pasrah. Aku menjawabnya.

“...Aku mendengar. Itu USB. Mengapa kita butuh listrik dari tempat Amerika Serikat [1] seperti itu?”

“Nah, itu dia!”

Yuigahama menepukkan tangannya dan menjawab. Dan tanpa menunggu baik balasanku atau Yukinoshita, dengan cepat ia melanjutkannya.

“Telepon seluler pada saat ini dapat dicas dengan menghubungkanya ke USB atau apalah itu, ini super praktis, lihat~. Dan akhir-akhir ini, bateraiku jadi habis lebih cepat juga!”

Yuigahama menlanjutkan pembicaraan dan setelah itu, dia lompat ke topik tentang model ponsel baru.

Terima kasih karena itu, pembicaraan berjalan tanpa banyak berhenti. Akan tetapi, hanya perkataannya terus berlanjut saat topik dan hal yang seharusnya dalam hati saja tidak perlu dikatakan.

Tapi buankah karena pepohonan yang mengintip ke dalam dari jendela, bergoyang oleh angin membeku yang aku pikir seperti es yang tertiup dari jauh?Jika aku melangkahkan kaki di tempat yang tepat, itu serasa akan tenggelam lebih jauh di kedalaman.

Walaupun ruangan tidak memiliki kalender, aku tidak butuh melihat tanggal. Mengecek tanggal sedikit menyerupai menghitung mundur tahun yang tersisa dalam hidupmu.

Kita sudah setengah jalan di Desember. Hanya tinggal lewat dua Minggu dan akan tahun baru. Tahun ini akan berakhir.

Semuanya akan berakhir dan kamu tidak akan bisa kembali ke hari itu.

Ketika kau menatapi matahari terbenam, kamu juga menyadari bahwa tahun akan segera berakhir.

Tentu matahari telah terbenam sampai sekarang dan tahun telah berlalu dengan cara yang sama. Jika kau mengatakan jika matahari hari ini berbeda dari matahari kemarin, jawabannya adalah tidak. Pada akhirnya, mereka benar-benar benda yang sama. Hanya saja kesadaran yang melihat telah berubah.

Aku, tidak, kami. Kami yakin sekali telah mengetahui apa yang ada di sana dan itulah mengapa bahkan tempat biasanya matahari terbenam pun sesuatu yang kami rasakan sentimen.

Tapi dalam aliran waktu, ruangan ini satu-satunya tempat di mana waktu membeku.

Bahkan saat pemilihan OSIS, tidak satu hal pun telah berubah saat kami menghabiskan waktu di ruangan ini. Saat kami melanjutkan dengan perbincangan yang tidak semestinya, bisa disebut kekosongan, dan waktu yang kami habiskan layaknya jika kami berjalan di atas es tipis.

“Aku baru berpikir betapa dinginnya ini, tapi itu mengingatkanku sesuatu yang lain. Seperti bagaimana hari ini hampir dekat malam natal dan semuanya...”

Yuigahama sekali lagi menyimpang ke topik lain.

Baik aku dan Yukinoshita ikut dalam percakapan dengan jawaban kosong seperti “Sekarang dingin”, “Sekarang benar-benar mulai dingin” , “Esok hari akan lebih dingin lagi”. Tapi menyadari bahwa percakapan tidak akan lebih jauh dari itu, Yuigahama penuh semangat menaikkan suaranya.

“Nah! Kenapa kita tidak meminta Hiratsuka-sensei untuk menambahkan sesuatu seperti kompor ke dalam ruangan!?”

“Aku pikir itu akan sedikit sulit.” Yukinoshita tidak terganggu sedikit pun oleh semangat Yuigahama saat ia dengan lembut tersenyum datar.

“Dalam kasus orang itu. Aku yakin ia ingin imbalan untuk dirinya dahulu.”

Dan lagi-lagi, aku merasa bahwa dia lebih mementingkan hadiah untuknya sendiri bukan untuk orang lain.

Ketika kami berdua menjawab dengan patah semangat, Yuigahama mulai putus asa juga.

“Aku mengerti... Aku juga berpikir begitu.”

Bahu Yuigahama turun sedikit dengan ekspresi kecewa.

Apakah ini perasaan seperti saat rantai berada di bawah berakhir?

Baik aku dan Yukinoshita sebenarnya orang yang pendiam, jadi tidak ada topik yang dapat kami bicarakan. Itulah kenapa, akhir-akhir ini, Yuigaha sudah menjadi seseorang yang memimpin sebagian besar percakapan.

Biasanya, semua topik bertema santai dan tidak berbahaya. Hal itu merupakan cara yang sulit untuk mengabiskan waktu.

Aku berpikir Yuigahama sudah lebih baik dari sebelumnya ketika mencari cara memperpanjang percakapan.

Tidak, mungkin itu sedikit salah.

Mungkin karena sebelumnya ia mengikuti klub relawan, ia menjadi pandai dalam hal ini. Ini adalah kemampuan yang telah ia usahakan sampai hari ini, kemampuan membaca situasi, memecah kesunyian, dan berbicara suatu hal dengan mudahnya.

Mungkin sama seperti bagaimana aku membuka buku hanya untuk tidak membacanya.

Kalimat demi kalimat dan waktu berjalan. Mengabaikan sekitar ketika berbaur dalam percakapan, aku dengan santai melihat jam.

Jika hari ini berjalan sama seperti hari sebelumnya, lalu ini hampir waktunya Yukinoshita mengajak pulang.

Karena semua orang sudah menyadarinya. Yuigahama menatap langit lewat jendela.

“Sekarang sudah mulai gelap, ya?”

“... Aku rasa begitu. Haruskah kita akhiri?”

Dengan kata-kata Yuigahama sebagai tandanya, Yukinoshita menutup buku dan memasukkan ke dalam tasnya. Kami berdua juga, bersiap-siap pulang ke rumah, dan berdiri.

Secepat lampu dimatikan, ruangan dengan cepat diselimuti kegelapan. Kami meninggalkan ruangan dan di depan kami kegelapan yang berlanjut. Kami berjalan tanpa berbicara turun ke ruang masuk, tenggelam dalam kesunyian dan kami sampai di luar lewat pintu masuk depan.

Matahari sudah terbenam dan menembus masuk bangunan sekolah ada hal yang tak dapat dipercaya, cahaya kelap-kelip. Perasaan senang tidak menerangi kegelapan sepanjang bangunan sekolah. Tempat kami berdiri sudah tenggelam dalam kegelapan malam.

"Oke, aku akan naik bus!"

"Iya."

Saat aku merespon teriakkan keras Yuigahama, saat itu juga ia melambaikan tangannya, aku berbalik ke arah area parkir sepeda. Dan satu-satunya yang tersisa, Yukinoshita, melihat kami pergi dan mengucapkan kalimat perpisahan.

"Ya, sampai nanti."

Karena gelap, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Akan tetapi, mungkin ada senyum yang ia buat. Yukinoshita perlahan menyesuaikan tasnya dan mengencangkan syal di mantelnya. Sikap tenang dia memberikan kesan bahwa dia tidak jauh berbeda dari sebelumnya.

"Sampai jumpa."

Saat aku menjawab dengan balasan singkat, aku mengalihkan mata dari Yukinoshita dan lekas pergi ke area sepeda.

Tetapi betapa pun susannya aku mencoba untuk tidak melihat, ekspresi dia itu akan kembali masuk dalam kepalaku dan tak mau menghilang.

Senyum itu belum berubah sejak hari itu.

Aku sekuat tenaga mengayuh sepeda menjauh dari situ.

Kalian harus terbiasa seperti itu, kalian bersikap ramah, dan kalian menjadi kurungan diri kalian sendiri.

Pada akhirnya, situasi yang disebut keseharian ini akan dikemas dan dikirim ke dalam memorimu yang terdalam dan dengan ragu-ragu kamu akan mencoba membenarkannya menyebutnya sebuah memori.

Waktu adalah obat segala sesuatu atau hal serupa yang mereka katakan.

Tapi itu salah. Waktu bukanlah apa-apa tetapi racun yang perlahan mempengaruhi. Ini sesuatu yang berarti mengakhiri suatu hal dan menyuruhmu untuk menyerah pada suatu hal, perlahan mengikis pergi masa lalu.

Saat aku terbang ke pusat kota dengan sepeda, penerangan yang menghiasi rumah-rumah menarik perhatianku. Seperti yang dikatakan Yuigahama, malam natal hampir datang.

Kembali saat aku kecil, aku mengenal hari itu hanya sebagai hari saat aku mendapatkan hadiah yang diinginkan. Ya, itu seperti versi kecilnya ulang tahun.

Akan tetapi, itu berbeda sekarang. Aku bukan lagi anak kecil dan tidak ada hadiah yang disiapkan.

Di atas itu semua.

Semua hal yang aku harapkan dan inginkan, aku tidak lagi memilikinya.

Dan sudah tentu, aku bahkan tidak dibolehkan menginginkan sesuatu.


Catatan Penerjemah

  1. Merujuk kata-kata Yuigahama sebelumnya yang salah menyebutkan USB jadi USA atau Amerika Serikat


Back to Ilustrasi Return to Halaman Utama Forward to Bab 1