Unlimited Fafnir (Indonesia):Jilid 1 Bab 2

From Baka-Tsuki
Revision as of 20:58, 8 July 2015 by Sekishirou (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

Status: Incomplete

Part 1

Melihat ruangan putih itu, aku teringat kembali pertemuan pertamaku dengan dia.

Ya, itu terjadi tiga tahun lalu.

Setelah aku menyerahkan diriku sendiri sebagai D, aku disuntik dengan semacam obat dan tidak sadarkan diri. Ketika aku terbangun, aku berada di ruangan yang sempit.

Langit-langit, lantai dan dindingnya semua berwarna putih. Berdiri di depanku adalah seorang pria muda dengan seragam militer.

—siapa dia? Seseorang yang aku kenal? Atau seseorang yang baru bertemu?

Aku tidak punya ide walau sekeras apapun aku berpikir. Dengan satu pengecualian, semuanya tampak sangat kabur dan tidak jelas.

Menatap padaku, pria itu kemudian berbicara:

"...Walaupun penyebabnya tidak diketahui, kau tampaknya rusak dengan pas. Dengan tambahan bakat langkamu membuatku sangat menyukaimu."

Sura pria itu sangat keras, kuat dan tegas seakan dia tidak membolehkan siapapun untuk melewatkan kata-katanya.

"Bagaimana? Apa kau mau bekerja dibawahku? Itu pekerjaan yang sangat berarti. Kau bisa menyelamatkan ratusan, ribuan, bahkan puluhan ribu orang. Kau memang kau memang sangat cocok dengan pekerjaan ini."

Aku tidak bisa menjawab walaupun aku diberi sebuah pertanyaan.

Karena mulutku disumbat. Tangan dan kakiku juga diikat.

melihatku, pria itu tersenyum dan mengulurkan tangannya padaku. Aku berpikir dia akan mengeluarkan benda yang menyumbat mulutku—tapi pria itu ternyata memegangku di bagian rambut.

Memaksa kepalaku menunduk dengan dorongan, dia membuatku untuk mengangguk.

"Benarkah? Jadi kau setuju? Terima kasih. Mulai dari hari ini, kau adalah bawahanku."

Pria itu tersenyum sambil berbicara.

Sebuah hawa dingin yang tidak dapat dijelaskan terdapat di sekujur tulang belakangku. Ini bukan perbincangan, ini hanya sekedar formalitas.

Dan pada saat itu juga aku sadar bahwa takdir sudah ditentukan.

Yang keluar dari mulut pria ini adalah masa depanku, takdirku kedepan.

"Kau pasti bisa mencapainya. Kau pasti akan jadi pembunuh yang bisa menyelamatkan ribuan, miliaran—"

Part 2

"Eh, dimana tempat ini?"

"Hah... akhirnya kau bangun. Sekolah sudah selesai. Ini adalah ruang UKS, Iris. Aku membawamu kesini setelah kau pingsan."

Iris mengedipkan matanya dan melihat langit-langit putih sementara aku menjelaskan padanya.

Setelah ledakan dari kegagalan perubahan mithril, Shinomiya-sensei langsung menghubungi bagian administrasi. Tidak lama Wanita yang memanggil dirinya perawat datang.

Walaupun suster bilang Iris baik-baik saja tanpa cedera parah, hanya untuk berjaga-jaga dia masih dibawa ke ruang UKS dan istirahat. Aku dengan suka rela tinggal untuk merawatnya.

Tidak lama, suster itu harus pergi untuk menghadiri suatu hal, dan meninggalkan Iris dan aku sendirian saat ini.

"Mononobe...? Ahhh... aku mengacaukannya lagi, benar?"

Dia sepertinya mengubungkan ingatannya. Dengan ekspresi murung, Iris berbicara.

"Ya, ledakan itu menghembuskan mu sepenuhnya. Kegagalan besar yang tidak bisa lebih mudah dan jelas."

"Kau sangat jahat... bukankah kau seharusnya menyemangati dan menghiburku pada saat seperti ini?"

Iris bilang itu sambil tersenyum masam.

"Dukungan setengah seperti itu untuk memberimu harapan tak berdasar hanya akan membuatmu mengulangi kesalahan yang sama—atau itu bahkan bisa membuatnya lebih buruk. Orang yang tidak bisa menghadapi kesalahan mereka cenderung mati lebih awal—itu sesuatu yang aku pelajari dari NIFL."

"Menghadapi kesalahan..."

"Ya, selain itu, Iris, kau pasti berpikir kau berhasil selama kau berpikir kau berusaha keras, bukan?"

"B-Bagaimana kau tau!?"

Iris membuat ekspresi terkejut.

"Aku bisa tau dari sebelum latihan."

"A-Apa aku gagal besar?"

"Ya, kau memang gagal besar hari ini, Iris."

Aku mengangguk setuju. Iris menurunkan bahunya dan bertanya kembali dengan suara kecil:

"Seorang idiot, tolol dan tidak berguna?"

"Kalau sekarang, mungkin tidak ada cara untuk menyangkal kritikan tersebut."

"Benarkah...? Kalau begitu aku rasa mustahil bagiku untuk bergabung dengan satuan Counter-Dragon ..."

Iris menghela napas berat.

"Iris, kau ingin bergabung satuan Counter-Dragon? Tapi itu merupakan pekerjaan paling berbahaya, menempatkan dirimu sendiri di garis depan, kau tau?"

"Ya... karena itulah alasanku datang ke Midgard."

Iris mengangguk untuk membenarkan kemudian berbicara seakan melihat ke kejauhan:

"Aku... sebelum satu tahun yang lalu, selalu hidup secara biasa di dunia luar. Tapi ketika aku berada di kapal laut dengan keluargaku, Dragon putih—Leviathan 'Putih'—yang saat itu sedang melewat ... menyebabkan kapal kami tenggelam."

"Sebuah bencana dragon huh..."

Aku bergumam dengan marah. Bencana yang disebabkan hanya dari gerakan para Dragon disebut bencana Dragon. Tiga tahun lalu, Mitsuki dan aku sama-sama mengalami bencana Dragon yang disebabkan oleh Hekatonkeir "Biru".

"Itu benar... karena bencana Dragon itu, semuanya mati. Kemudian Kekuatanku bangkit untuk pertama kalinya... aku satu-satunya yang selamat."

Senyuman yang terdapat di wajah Iris tidak membawa keceriaannya yang biasa. Melainkan elemen celaan diri sendiri.

"Karena tidak ada seorangpun yang melihatku menggunakan kekuatanku pada saat itu, aku bisa tetap diam dan melanjutkan hidup di luar... tapi aku mengakui identitasku sebagai D oleh diriku sendiri."

"...Kau berniat untuk membalas dendam terhadap para Dragon?"

"Bagaimana aku mengatakannya...? Sebenarnya, aku tidak punya perasaan negatif seperti benci di hatiku... tapi aku berpikir aku harus melangkah kedepan untuk bertarung. Untuk alasan itulah aku selamat."

Melihat padaku, mata Iris bersinar dengan tekad yang kuat.

Melihat matanya yang teguh, aku tidak bisa menolong untuk terkesiap. Pada saat yang dulu ketika Mitsuki bilang dia akan melindungi kota, dia juga memperlihatkan mata yang sama.

"...Itu artinya kau masih tidak berniat untuk menyerah, bukan?"

"Huh?"

"Walaupun kau baru saja bilang bergabung dengan Counter-Dragon Squad itu mustahil, kau tidak berniat untuk menyerah dengan tesnya, bukan?"

"I-Itu tentu saja! walaupun aku masih sering gagal... aku akan bekerja keras!"

Mendengar jawaban yang diharapkan, aku tersenyum.

"Sudah kubilang, hanya bekerja keras saja tidak cukup. Kau jangan terus mengulangi kesalahan yang sama."

"Urgh... aku mengerti logika ini, tapi bahkan jika aku mengerti, aku masih tidak bisa melakukannya..."

Melihat Iris berkecil hati, aku membuat keputusan di hatiku.

"Iris, berapa banyak sesi latihan semuanya sebelum tes?"

"Uh, aku rasa tidak ada kesempatan lagi untuk menggunakan tempat latihan nomber tiga... kita hanya bisa melakukan latihan dasar dari sekarang di tempat yang lebih kecil."

"Hmm... itu bisa bagus. Kita kehabisan pilihan jika tidak ada waktu untuk latihan. apa latihan sendiri sepulang sekolah diperbolehkan disini?"

"Menggunakan tempat latihan membutuhkan persetujuan dan seseorang untuk mengawasi."

"Oh oke, kalau begitu, aku akan mendiskusikannya dengan Mitsuki terlebih dahulu. Jika persetujuan itu diperbolehkan, mulai besok ayo mulai latihan bersama sepulang sekolah."

"Eh... latihan bersama?"

Mulut Iris terbuka lebar terkejut.

"Ya, latihan hari ini terpaksa terganggu. Aku sangat pemula dalam cara bertarung dengan Dragon, jadi aku harus belajar gaya bertarung Midgard secepat mungkin."

"Mononobe..."

Air mata menggenang di mata Iris.

"H-Hei! Kenapa kau menangis?"

"Aku-Aku tidak tau..."

Melihat air matanya mengalir tanpa henti, aku secepatnya menenangkan dia.

Tapi Iris tidak bisa berhenti menangis untuk waktu yang lama...

Part 3

Part 4

Part 5

Part 6