Hakomari (Indonesia):Jilid 7 Prolog

From Baka-Tsuki
Revision as of 18:02, 23 July 2016 by Sakamiyo (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

Hakomari7 t001.jpg



Akankah ini juga, menjadi saat yang hanya bisa kuingat dalam mimpi?

“Apa kamu siap?”

Lawanku, O, berdiri di hadapanku dalam apartemen yang pernah Maria tinggali. Aku menatapnya, dan fikiranku mulai berjalan.

Aku menghadapi sebuah keindahan yang memancarkan kehangatan yang menakutkan; dia memiliki rambut panjang seharum milik Maria, tangan kurus dan kaki bak model kelas atas, dan sebuah wajah lembut dengan senyuman yang tertempel. Ya... "Tertempel" adalah bagaimana cara mengatakannya: senyumannya sangat sempurna bahkan itu seperti boneka yang dibuat dengan sangat baik.

Senyuman luar biasanya menimbulkan rasa takut.

Sampai sekarang, wajah O selalu muncul dalam ingatanku ketika aku bangun. Ini akan berhenti sekarang.

O tidak lagi menjadi sosok misterius seperti sebelumnya, karena aku sudah tau kalau gadis itu dibuat oleh box Maria, Kebahagiaan yang Tak Sempurna. Jika box Maria adalah penyebab amnesiaku, maka aku bisa menghadapinya dengan Utsuro no Hako
Box yang Kosong
milikku.

Ya! Fokus padanya, Kazuki!

—O (Otonashi Aya)

Dia adalah musuhmu.



“─────────────────────────────” Semua baik-baik saja.

Fikiranku telah kembali normal sekarang setelah kuanggap dia musuhku. Aku mencium minyak wangi dimana-mana. Harum peppermint memberikan kekuatan untuk mengingat kembali tujuanku.

—Akan kukembalikan Maria.

—Akan kubuat dia menjadi bagian keseharianku.

—Akan kutemukan Zero no Maria

Maria ke-0

, gadis yang masih tidak tau perihal box.

Aku akan pergi ke manapun untuk tujuanku. Aku telah mengorbankan satu temanku. Jika aku harus membunuh setiap manusia di planet ini, aku akan melakukannya tanpa fikir panjang. Sungguh. Aku benar-benar serius.

Aku mengambil nafas panjang dan menatap pada O.

“Apa kamu siap?” Dia bertanya dengan senyuman nan sempurna dan juga luar biasa. “Untuk mengucapkan selamat tinggal pada dunia ini?”

Aku mengerutkan wajahku.

“Kenapa aku ingin melakukannya?”

Adalah kenyataan yang tak terbantahkan bahwa box itu telah menghancurkan hartaku yang paling berharga, keseharianku.


Yanagi Yuuri akan terus menderita akan dosanya yang telah melakukan pembunuhan.

Sifat Shindou Iroha dan masa depan palsu yang ia percayai keduanya dihancurkan.

Kamiuchi Koudai terbunuh.

Miyazaki Ryuu membunuh orang tuanya dan dimasukkan ke dalam penjara.

Asami Riko menghilang.

Mogi Kasumi takkan pernah berjalan lagi dengan kedua kakinya.

Kirino Kokone baik fisik dan mentalnya terluka sampai dia hancur.

Usui Haruaki kehilangan semua temannya, termasuk diriku.

Oomine Daiya tidak akan kembali.

Dan bahkan aku, Hoshino Kazuki—

Aku melihat pada tangan kananku—dalam tatapanku, adalah luka yang dilakukan sendiri. Luka ini mengingatkanku kalau aku adalah pendosa dan fanatik yang telah melewati batas dari tidak akan kembali.


“Tapi—” aku menggumam pada diriku saat aku mengepalkan tangan kananku. Sebuah ledakan dari kekuatan yang tak terbatas terkumpul di dalamnya.

Benar! Aku tak akan menyerahkan harapan akan dunia sempurnaku, tidak peduli seberapa hampanya harapan dari situasiku.

“Terakhir kali kita bertemu, kamu kalah," O mencemoohiku dengan gampangnya. Aku mengeluarkan kemarahan dalam wajahku saat menatapnya, tapi dia tidak kelihatan peduli sedikitpun.

“Kamu ingin membuat Otonashi Maria dengan sengaja memberikan boxnya, 'kan?" dia melanjutkan. "Tapi, kamu harus sadar kalau perbuatanmu sendiri telah membuang kemungkinan terjadinya hal itu.”

Aku menggigit bibirku. Dia benar.

“Untuk mengalahkan Oomine Daiya, kamu memilih mengorbankan Kirino Kokone didepan matanya - sepenuhnya sadar kalau Maria mungkin berubah jadi tuli pada semua percobaan bujukkanmu setelah melihat tingkah burukmu. Kecemasan yang kamu fikirkan itu benar.”

“…”

Maria takkan pernah memaafkan hal yang kulakukan, meskipun aku tau kalau itu adalah satu-satunya jalan keluar yang bisa kufikirkan. Aku menggali sendiri kuburanku.

Menghancurkan ketenangannya, O melanjutkan: “Tapi itu tidak penting, karena sesuatu yang lebih serius telah terjadi.”

Apa yang dia maksud

O menjawab pertanyaanku bahkan sebelum kubisa mengeluarkannya.

Otonashi Maria lupa tentangmu.”

“Apa—!”

Tujuanku adalah membuat Maria membuang boxnya. Aku harus membuatnya membuang tujuannya yang membuatnya mencari box baru: secara langsung berharap untuk menolong orang lain. Itu berada jauh dari pandangan imajinasiku untuk mengetahui cara bagaimana aku bisa mengajak seseorang yang memiliki keinginan besi seperti Maria untuk melakukan itu.

Dan seperti situasi masih belum sebegitu buruknya … Maria kehilangan ingatannya?

Aku harus membujuknya seperti itu? ...Mustahil. Maksudku, siapa yang ingin mendengar omongan orang asing? Bagaimana orang asing mempengaruhi hati seseorang? Kata-kataku takkan lagi bisa sampai padanya.

Sekarang sudah tidak ada harapan.

Tidak, tidak ada harapan sama sekali.

Tetapi, bukan itu yang sangat kukhawatirkan. “…Dia lupa tentang diriku...? Dia melupakan ingatan dari waktu yang telah kita lewati bersama ...ini pasti hanyalah lelucon yang buruk...”

—TIDAK!

—Aku takkan menerimanya!

“Uh … gh…”

Aku telah menjadi orang asing bagi Maria. Ikatan kami, yang mana telah tumbuh lebih kuat dari siapapun karena melebihi umur kehidupan seseorang, telah menghilang menuju udara yang tipis.

Maria, akankah kamu tidak lagi mengingatku saat kamu melihatku?

Maria, akankah kamu tidak lagi tersenyum padaku saat kusebut namamu?

Maria, apakah kamu bukan lagi gadis yang pernah kutau?

—Lalu kenapa harus berjuang? Meski aku berhasil menghancurkan Kebahagiaan Tak Sempurna, tidak ada lagi ingatan yang tersisa untuk membuat kami bersama.

“Kelihatannya kamu berada dalam kesedihan.”

Tentu saja! Aku tidak bisa memenuhi tujuanku meski menghancurkan boxnya!

Dan tetap—

Tapi kamu takkan menyerah, 'kan?”

Ya. Aku sulit untuk mengerti, kenapa, tapi dia benar.

Dalam kesedihanku yang masih berputar, aku masih menatap O.

Aku akan menyelamatkan Maria, meskipun dia tidak mengingatku. Aku akan menyelamatkan Maria, meski dia tidak inginku melakukannya.

Aku takkan menyerah. Tidak... Itu tidak cukup benar. Aku tidak bisa menyerah. Box yang Kosong telah membuatku di dalam pengaruhnya. Aku akan terus mengikuti Maria, meski jika itu artinya aku akan mati dari dalam. Aku harus melanjutkan pencarianku terhadapnya, meski jika aku harus tenggelam ke dalam lautan di mana aku akan buta dan takkan bisa bernafas. Menyerah bukanlah pilihan.

O terus menatapku dan berhenti tersenyum. Dia menunjukkan ekspresi tajam yang pernah kulihat dari wajahnya.

“Jujur saja: aku cukup takut padamu.”

—Seorang musuh.

O telah mengingatku sebagai musuhnya.

“Tidak ada harapan untukmu. Itu tak bisa terbantahkan. Dan tetap… aku tidak bisa menghancurkan perasaan kalau kamu masih bisa mencapai hati Otonashi Maria. Lagipula, itu adalah kekuatan yang telah diberikan padamu.”

Dia membicarakan kekuatan “penyelamat,” kekuatan untuk menghancurkan box.

Maria membuat Kebahagiaan yang Tak Sempurna dengan harapan membuat semua orang senang. Tetapi, karena ketepatan yang menggelikan dari setiap box, keraguannya tentang keinginannya dan keinginan rahasianya untuk seseorang agar menghentikannya, datang di saat yang sama.

Keinginan Maria yang berkontradiksi menciptakan dua hal: keberadaan yang mengabulkan keinginan, dan seorang “penyelamat” penghancur keinginan.

Bernama, O dan aku—Hoshino Kazuki.

Aku adalah ksatrianya. Hanya aku yang memiliki kekuatan untuk menyelamatkannya.

“—Ya.”

Aku melihat pada tangan kananku yang terluka. Kekuatan mengerikan untuk menghancurkan keinginan berada di dalamnya, bahkan kekuatan untuk menghancurkan O.

Satu-satunya alasanku tidak menghapus O sekarang adalah Kebahagiaan yang Tak Sempurna juga akan hancur. Jika aku melakukannya, hati Maria pasti akan hancur.

Di satu sisi, ini akan membuat seperti Maria menolak pertolonganku. Di sisi lain, aku pasti tidak akan ada jika bukan untuk menyelamatkan keinginannya.

Meski begitu, pasti akan ada jalan keluar, tidak peduli betapa tidak mungkin itu. Aku bisa dan percaya itu.

Baiklah, kusimpulkan.

Apa yang bisa kulakukan untuk menyelamatkan Maria?

Hanya ada satu jawaban pendek: aku harus membebaskannya dari orang di hadapanku.

Kusebut namanya.


“Otonashi Aya.”


O—Otonashi Aya—mulai tersenyum lagi, dipenuhi dengan kepercayaan diri.

“Otonashi Aya, hm? Itu adalah sosok yang telah kuambil. Dan memang, dia adalah asal usulku. Tapi aku bukan sebenarnya Otonashi Aya.”

“Aku juga berfikir begitu. Kamu hanyalah gambaran Maria dari Aya, bukan yang nyata. Aku yakin Aya yang sebenarnya adalah orang yang luar biasa juga, tapi dia masihlah hanya seorang manusia. Dia tidak mungkin bisa tidak masuk akal sepertimu. Sesuatu pasti telah membuat Maria mendewakan kakaknya.”

Aku menggemertakkan gigiku saatku membayangkan bagaimana Maria telah tumbuh.

“Otonashi Aya telah tumbuh terlalu besar di dalam Maria. Maria tidak bisa lari darinya dan, saat ini, dia akan terjebak. Dia menolak dirinya—meniadakan dirinya—agar bisa menjadi monster yang dikenal sebagai Otonashi Aya. Jadi—”

Aku menunjuk O dengan tangan kanan, dan berteriak:

“Jadi—lepaskan dia sekarang ‘Otonashi Aya!’”

Tentunya, O tidak sedikitpun peduli saat menjawabnya.

“Kamu menggonggong di pohon yang salah. Aku tidak tau bagaimana melepasnya, dan kamu juga tidak. Ah, tapi aku tau dengan pasti apa yang akan kamu lakukan.”

“Apa…?”

Aku tidak tau apa yang harus kulakukan selanjutnya. Meskipun ternyata, O tau apa yang akan kulakukan.

“Bagaimana bisa aku tau, kamu tanya? Yah, aku bisa mengatakannya karena kamu hanya punya satu pilihan, kamu akan memilihnya dengan cepat atau lambat, tak peduli betapa sia-sianya itu. Itu hanyalah gertakan yang takkan menumbuhkan buah, seperti tanpa alasan menyelam ke dalam laut. Tetapi, kamu tidak memiliki pilihan kecuali untuk menuju sana, bahkan jika di sana tidak ada harapan sama sekali.”

Tiba-tiba saja, aku mengingat apa yang O katakan sebelumnya.

“…Satu-satunya hal yang bisa kulakukan—”

“—Adalah meninggalkan dunia ini. Tepatnya.”

Meski aku tidak mengerti apa yang O maksud, aku entah kenapa berfikir kalau dia benar.

“Kamu akan meninggalkan dunia ini dan takkan kembali. Tentu, itu artinya aku menang. Jika itu terjadi, Otonashi Maria akan terus mengejar keinginan ‘tak sempurnanya' hingga tak ada yang tersisa untuknya. Aku hanya perlu menunggunya.”

“Aku takkan membuat itu terjadi.”

“Ya, aku berfikir kamu bisa kembali pada dunia ini, itu artinya kamu entah bagaimana memenuhi misimu untuk menyelamatkan Otonashi Maria. Itu akan menandakan kekalahanku dan aku akan kalah. Kamu akan bisa melepasnya dari kakaknya— dari Otonashi Aya.”

Itu cukup mudah.

Dengan kata lain, aku hanya perlu kembali. Kembali ke “keseharianku” yang berharga.


Akan kutemukan dia. Aku akan bertemu Maria dalam sosoknya yang paling murni, sebelum dia memasuki dunia pengulangan tanpa akhir.


—Akan kutemukan Zero no Maria.


Ah—tapi akan seberapa sulitnya tugas ini? “Keseharianku” yang berharga telah dihancurkan; bagaimana aku bisa membawa Maria ke tempat yang sudah tidak ada lagi?

Tetapi, seperti yang O katakan, tidak peduli seberapa hampanya harapan pada masalahku, aku akan tetap melawan.

“Baik, Hoshino Kazuki. Ini adalah waktunya untuk pertarungan terakhir,” O berkata sembari dia merentangkan kedua tangannya. Dengan tatapannya yang dengan kuat terfokus padaku, dia mengubah wajah cantik dan seramnya.


“Silahkan menikmati dirimu di dalam Kebahagiaan yang Tak Sempurna.”


Dengan kata-kata itu, O memelukku.

Itu menjijikan, akan tetapi aku tidak bisa melawannya. Aku mencoba mendorongnya menjauh, tapi tanganku menembus tubuhnya yang tak bisa disentuh. Itu seperti aku tertangkap jaring laba-laba. Sedikit demi sedikit, aku termakan tubuh O.

Aku tak bisa bernafas.

Aku tenggelam di dalam O.

Perlahan tapi pasti, aku tenggelam ke dalamnya. Perubahannya sangat pelan sampai aku berfikir seperti aku sepenuhnya tak bergerak. Tetapi, cahayanya perlahan semakin lemah; aku bisa sadar kalau aku terjatuh.

Tenggelam, tenggelam, selamanya tenggelam—

—Di mana aku?

Itu hampir seperti aku berada di laut yang terdalam, tetapi kecerahannya membuatku merasa seperti aku mandi sinar mentari di siang hari.

Suara yang tak berhenti menyerang kepalaku. Aku mendengar tawaan di sekitarku, tapi aku tidak bisa mengatakan darimana asalnya. Aku tidak bisa menghindar dari tawaan, meski jika aku mencoba menutup telingaku. Itu terlalu keras sampai aku juga ingin berhenti berfikir.

Aku tidak bernafas, tapi aku tidak merasakan penderitaan. Tubuhku mulai meleleh ke dalam ruanngan di sekitarku. Ruangan di sekitarku mulai mengambil alih tubuhku.

Aku kehilangan diriku.

Aku menghilang.


Aku tidak tau apa yang akan terjadi, tapi satu hal yang pasti.

Pada akhirnya, aku akan sepenuhnya meleleh.




Sebelumnya Illustrasi Novel Kembali Halaman Utama Selanjutnya Bab 1