Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid2 Bab7

From Baka-Tsuki
Revision as of 08:27, 24 June 2012 by SATRIA (talk | contribs) (Created page with "==Bab 7 : Pertarungan di Tambang yang Terlantar== ===Bagian 1=== Saat ini tengah malam ketika, setelah menaiki kuda mereka sepanjang hari, kelompok akhirnya mencapai pintu mas...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 7 : Pertarungan di Tambang yang Terlantar

Bagian 1

Saat ini tengah malam ketika, setelah menaiki kuda mereka sepanjang hari, kelompok akhirnya mencapai pintu masuk Kota Tambang.

Karena semua anggota secara teknis mengendara kemari tanpa istirahat, mereka benar benar kelelahan.

Namun, tak mungkin bagi mereka untuk beristirahat dengan santai.

“Ini Kota Tambang Gado.........seperti Kota hantu.”

Rinslet, yang melompat turun dari kuda, bergumam dengan tenang.

“Itu karena beberapa dekade sudah berlalu sejak itu menjadi tambang terlantar. Pastinya tak ada manusia yang tinggal disini.”

“Manusia—ya.”

Claire menyudutkan matanya menatap ke dalam kegelapan.

Untaian putih kebiruan tengah melayang disini dan disana di dekat reruntuhan.

Mereka adalah Roh Peringkat Rendah yang tengah beterbangan. Dalam reruntuhan semacam ini, ada banya Roh Roh liar berkumpul.

Sama halnya kondisi [Hutan Roh] di malam hari.

Di sisi lain dari kota terlantar, masih terisi lorong lorong tak terhitung jumlahnya, tambang besar berdiri menjulang sepanjang sekelilingnya.

Tambang Gado—dahulu pernah memproduksi Bijih Roh dalam jumlah besar, merupakan Tambang terbesar Kekaisaran.

Sepanjang peperangan, seluruh Bijih Roh digali sampai habis, dan bahkan belum sampai dua puluh tahun sejak ia menjadi tambang yang terlantar.

Dibawah tambang itu, Jormungandr Roh Militer-Tipe Strategi tengah tertidur; tersegel oleh para Ksatria Ordeshia pada saat itu.

“—Ngomong ngomong, kamu sebaiknya menjauh dari dia.”

Claire memelototi Fianna, yang dengan erat menempel di lengan Kamito.

“Aku nggak mau, apalagi, Kamito-kun akan melindungiku.”

“Kamu mungkin dalam posisi untuk dilindungi. Namun, sejak awal, ada masalah apa dengan Roh Terkontrakmu? Karena Kontraktor Roh itu mungkin sedang dalam persembunyian, buatlah dia dalam kondisi dimana kamu bisa segera menggunakannya.”

“Itu—“

Kata kata Fianna terhenti secara tidak normal.

Dia menutup bibirnya erat erat dan membuang wajahnya dengan canggung.

“I-Ini masih belum waktunya. Roh Terkontrak dari Keluarga Kerajaan Ordeshia tak boleh dipanggil secara tak terhormat. Ia jelas jelas berbeda dari kucingmu.”

“A-Apa apaan itu......!”

Tanah dimana mereka berempat berdiri mendadak berguncang dengan kuat.

“Gempa bumi.....?”

“Sepertinya kita harus buru buru. Aku dapat firasat buruk.”

Claire menggumam dengan lembut, dan di telapak tangannya, api sihir Roh menyala.

Tempat tujuan mereka ditemukan dalam sekejap bahkan tanpa mencari.

Di bagian terdalam dari jalan utama yang menuju ke Tambang terlantar—di depan pintu masuk kota, terdapat Kuil Agung raksasa.

Itu adalah Kuil megah yang menggunakan beberapa pilar batu raksasa.

Kuil Agung sebesar ini hanya ada di Ibukota bahkan di Kekaisaran Ordeshia.

Namun—

“Sungguh mengerikan, ini.........”

Kuil Agung, yang mana semua patungnya hancur, semua Bijih Roh yang terdapat di batu pilarnya dirampok dan membuat Roh disekitarnya kegirangan, telah bertransformasi menjadi reruntuhan yang bahkan nampak tragis untuk dilihat.

“Sungguh aneh—“

Seorang, yang menyadari fenomena tak biasa, adalah Fianna, yang telah menerima latihan sebagai Tuan Putri Roh.

“Apanya yang aneh?”

“Kuil ini, meskipun sudah menjadi reruntuhan, menunjukkan jejak kalau seseorang pernah repot repot menampilkan ritual. Lebih jauh lagi, beberapa kali sepanjang periode bulan bulan ini.”

“Ritual?”

Mengangguk pada Claire, yang mengernyitkan alis, dengan wajah serius, Fianna berlutut ke tanah.

Sepertinya ia tengah mencari jejak kaki dan jejak jejak luka dan semacamnya dari jalan batu.

“Tarian ini—Mungkin adalah ritual pelepasan. Nampaknya kurang lebih sangat diatur dengan baik, menurutku.”

“Ritual pelepasan...........”

Kamito menggumam dalam nada rendah.

Itu karena dia mengingat bagaimana Kontraktor Roh, yang juga Kontraktor Roh laki laki seperti kamito, menyerbu Akademi dan mencuri material sangat rahasia mengenai spesifikasi penyegelan.

“Apa bocah itu benar benar berniat melepaskan segel pada Jormungandr?”

Mustahil bagi setiap Kontraktor Roh untuk mengendalikan Jormungandr secara individual.

Kalau memang begitu, lantas apa tujuannya?

Yang jelas, kalau segel Roh itu dilepaskan, sudah tentu kalau kota di sekitarnya akan berubah menjadi daratan hangus.

“Apa segel itu hampir terlepas?”

“Belum, masih baik baik saja. Kuil ini bukan «Kuil Sejati» yang superior.”

“«Kuil Sejati».......? Apa maksudmu?”

“Kuil Agung disini, paling paling tujuannya adalah untuk menyembunyikan Kuil yang asli—yang mana berada di tempat penting seperti tambang. Ada banyak Kuil Agung megah yang dibangun tanpa tujuan di atas tanah untuk menyembunyikan eksistensi Kuil yang asli. Tentu saja, bukan berarti kuil ini tak bisa dipakai, sih.”

“Itu artinya ada Kuil yang asli entah dimana?”

“Ya, kemungkinan besar ia tersembunyi jauh di dalam tambang.”

Fianna mengangkat tangannya, pada saat itu.

“Hati hati, ada sesuatu disini!”

Rinslet, yang tengah mengawasi sekelilingnya, mendadak berteriak.

Kamito menoleh.

Di sekeliling kuil tempat mereka berada, terdapat kerumunan sosok sosok manusia yang meronta.

“Manusia? Bukan, mereka........”

“Api, menyalalah!”

Claire melafalkan mantra, dan Roh Api sihir menyala di ruang kosong.

Sosok yang disinari oleh cahaya api adalah—

“A-Apa!?”

Itu adalah sosok beberapa tengkorak yang memegang pedang dan tongkat berkarat di tangan mereka.

Dari celah tulang tulang mereka, sesuatu seperti kabut hitam mengepul.

“Apa, apa mereka.......Roh!?”

“Tengkorak yang dibiarkan sendiri sepertinya dirasuki oleh Roh Roh Level Rendah.”

Sambil bergumam—kamito menyadari sesuatu dengan “hmm”.

Claire sedikit menggenggam lengan seragam Kamito.

“......Kamu, jangan jangan, apa kamu takut dengan hal hal horor seperti ini?”

“Bu-Bukan itu! — Kamu pikir aku ini siapa!?”

“Kamu nggak perlu memaksa dirimu, tuh, lihat.”

“.....Sa-Sama sekali nggak seram!”

Claire, yang menyembunyikan wajahnya sambil menggigit bibirnya, nampak sangat imut.

“Yang jelas, ini aneh sekali.........”

Normalnya, yang dinamakan Roh Level Rendah tak akan merasuki makhluk tak bernyawa.

Biarpun ada saat saat langka ketika mereka menyerang manusia, seharusnya tak mungkin bagi mereka membentuk kelompok seperti ini.

“Kamito-kun, makhluk makhluk ini, kamu tahu. Merekalah yang melakukan ritual disini.”

“Apa apaan itu?”

Kamito terkejut dan menoleh. Fianna mengangguk.

“Pergerakan semua tengkorak itu sangat kasar, tapi.........sangat mirip Ritual Pelepasan.”

“Jangan jangan, para Roh Level Rendah itu melakukan Ritual Pelepasan lebih jauh?”

Kamito menatap pada sosok sosok yang mendekat. Sesuai ucapan Fianna, Kamito bisa melihat kalau semua tengkorak itu dirasuki Roh Roh yang bergerak dengan keteraturan tetap.

“Tidak, hal semacam itu mustahil.......Pasti ada praktisi yang memanipulasi Roh Roh itu.”

“Jadi, bukankah itu artinya makhluk makhluk ini takkan menyerang kita?”

Claire menggenggam erat lengan seragam Kamito sambil mengatakan itu.

Sekelompok tengkorak berjalan menaiki tangga Kuil dalam cara berjalan yang lamban.

“Taring Es Pembeku, tembuslah [Panah Pembeku]!”

Panah es, yang dilepaskan oleh Rinslet, terkumpul dan menggilas sekelompok tengkorak yang meronta.

Itu adalah Senjata Elemental dari Roh Es Sihir Peringkat Tinggi [Fenrir].

Bagi Kontraktor Roh, musuh selevel ini hanyalah lalat kecil.

Dari tengkorak yang remuk, kabut hitam mengepul keluar dan lenyap ke ruang kosong.

“Itu Roh beratribut kegelapan—“

Tiba tiba, sebuah kilasan melintas di pikiran Kamito.

“Jangan jangan—“

Ia mengarahkan pandangannya pada tangan kirinya yang terbungkus sarung tangan kulit hitam.

Rasa sakit seperti ditusuk terasa di tempat segel rohnya, pada saat itu—

“....!?”

Suara ledakan besar menderu keras dari arah Tambang.

“Jangan jangan pertarungan sudah dimulai!?”

“Ayo pergi, Kamito!”

Claire menyentakkan cambuk di tangannya, dan mulai berlari.