Absolute Duo (Indonesia):Jilid 3 Bab 3

From Baka-Tsuki
Revision as of 11:06, 18 March 2015 by DarksLight21 (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 3 『Aku Juga Menyukaimu』

Bagian 1

Iblis berpakaian hitam itu menendang tanah tepat saat aku pulih dari rasa terkejut setelah melihat <<Blaze>>nya.

“Kuh………..!!”

Dia tidak memberiku waktu sedikitpun, dan jarak 10 meter diantara kami menjadi berkurang------

Si baju hitam mengayunkan <<Blaze>>nya.

Tank topku tergores walaupun aku menghindar.

Si baju hitam tidak berhenti sampai disana dan terus melangkah maju.

“Kuh!------<<Blaze>>!!”

Aku memblok serangan kedua dan tiga yang tanpa henti dengan <<Perisai>>ku.

Serangannya keras dan cepat.

Kekuatan dan kelincahannya sama sepertiku----saat aku masih seorang level <<II>>.

Dia akan menjadi lawan yang berat jika lawannya adalah aku sebelum Sublimasi <<III>>, tapi kemampuan fisikku sudah menjadi sangat tinggi hanya karena aku naik satu <<Level>>. Peningkatannya sangat tinggi sampai-sampai hampir tidak mungkin aku kalah pada seorang lawan yang levelnya sama denganku yang dulu. Hal ini juga membuatku berpikir, kerja keras rutin itu sia-sia saja.

Namun, aku sedang dalam posisi bertahan sekarang.

Aku dipaksa bertahan karena kekacauan dalam hatiku.

(Mengapa orang ini memiliki <<Blaze>>……!)

Senjata yang kublok adalah sebuah sebilah senjata berkurva satu sisi----senjata ini kemungkinan besar adalah sebuah <<Pedang>>.

*Gyaariri*…………!! Musuh ini mendorongku. Saat aku balik mendorong untuk mencegah diriku terdorong, si baju hitam dengan mudah melompat mundur tanpa membuat kontak yang kokoh dengan tanah.

Aku bertanya saat kami saling menghadap lagi setelah dia menjauh sekitar 5 meter.

“Siapa kau?”

“……………..”


Tidak ada jawaban. Namun, bukannya aku tidak tahu sama sekali siapa dia.

Musuh ini tidak salah lagi adalah seorang <<Exceed>> karena dia memiliki <<Blaze>>.

Jika itu memang benar maka si baju hitam mungkin rekan lama Tsukimi atau sesuatu yang dekat dengan itu.

Pemikiran kalau ada seorang pengkhianat yang sudah disewa oleh sebuah organisasi atau negara yang tidak menyukai keberadaaan <<Exceed>> telah menyusup ke dalam staf muncul di pikiranku.

Berbeda dengan hal itu, ada satu hal lagi yang aku perhatikan.

(<<Blaze>> ini. Dimana aku pernah-----)

“-------!!”

Si baju hitam menendang tanah seakan ingin menyela pemikiranku. Dia kemudian mengurangi jarak tanpa menghiraukan bentang tanah yang kompleks dalam hutan gelap ini.

Berbeda dari sebelumnya, dia merendahkan postur tubuhnya dan mencoba untuk melakukan sebuah terjangan kali ini. Saat aku mencapai area serang <<Pedang>>nya, pedang itu datang menyerang kaki bagian bawah dari arah kiri.

Si baju hitam melangkah sekali lagi dan menebas kembali di saat yang sama saat aku melompat kecil dan mundur. Serangan itu adalah serangan 2 tahap untuk membuatku lompat di udara-----tapi, aku sudah memprediksi hal itu.

*Gainnnn*!! Aku memutar tubuhku sambil memblok pedangnya seakan aku memukulkan <<Perisai>>ku ke arahnya.

Sepertinya guncangannya tidak terduga oleh si baju hitam dan dia sedikit terhuyung-huyung sebelum giliranku untuk menyerang.

Aku tidak memberi kerusakan sedikitpun walaupun pukulan hookku menggores musuh. Tapi, pukulan itu memiliki keuntungan lebih besar daripada pedangnya saat aku sudah memasuki area dadanya.

Walaupun dia memblok 2 pukulanku dengan cengkeraman saat aku memukul berturut-turut, pukulan ketiga mendarat di bahunya dan dia menjadi terhuyung-huyung.

“Sekarang!! ------Kuh!?”

Aku menghentikan gerakanku saat dia menendangku saat aku hampir melancarkan serangan lanjutan.

Walaupun si baju hitam terhuyung-huyung, dia memasuki bayangan pepohonan dan menyembunyikan dirinya.

(Sialan, peluangku hilang!!)

Saat aku berpikir dia bersembunyi dibalik bayangan pepohonan, aku bisa mendengar suara tanah yang ditendang dan----

Kehadiran si baju hitam menghilang dalam kegelapan.

*Zaa*…………!! Beberapa pohon di sekelilingku bergerak secara tidak alami dan bergemeresik.

“--------!!”

Aku bisa merasakan kehadirannya dibelakangku secara tiba-tiba. Saat aku menoleh ke belakang, si baju hitam yang sedang mengayunkan <<Pedang>>nya ada disana.

*Jigiin*!! Dengan cepat aku menyiapkan <<Perisai>>ku dan membloknya. Lebih tepatnya, <<Perisai>>ku memasuki jalur pedang itu dengan keberuntungan.

(Kuh…….jadi inilah gaya bertarungmu yang sebenarnya ya!!)

Kecepatan dan kekuatannya tidak berubah. Pergerakannya yang berubah.

Loncatan yang mempesona di batang pohon, cabang pohon dan tentu saja tanah terlihat seperti apa yang Tsukimi lakukan saat aku melawannya terakhir kali.

Saat itu arenanya adalah ruang kelas dengan 4 sudut, tapi sekarang berbeda. Pohon-pohon yang berbaris tidak alami itu tentu saja tidak berperan sebagai satu kesatuan dan menjadi layar yang menutupi pandanganku. Momen saat aku berpikir dia bergerak ke kiri, dia menendang cabang pohon dan naik ke atas sebelum menendang cabang pohon lainnya dan turun ke bawah dengan cepat. Dia kemudian melompat ke kanan dan bersembunyi di balik batang pohon, membuatku kehilangan dia------sebelum tiba-tiba melompat keluar dari semak belukar di belakangku.

*Giin*!! Entah bagaimana aku berhasil membloknya dan langsung akan melakukan serangan balasan tapi musuh sudah menghilang duluan dari tempat itu.

Dia melompat mundur saat pedangnya terayun, kemudian tubuhnya meloncat ke dalam kegelapan lagi.

(Dia benar-benar memakai pola gerilya. Benar-benar musuh yang menyebalkan!!)

Apalagi dia benar-benar menghindari masuk ke dalam jarak pukulanku.

Gaya bertarung gerilya itu cukup untuk mengisi perbedaan kemampuan fisik kami.

(Tapi, aku tidak punya waktu untuk bermain denganmu……….!!)

Aku harus pergi ke tempat 2 gadis itu.

Aku membetulkan pernafasan kasarku sambil membereskan telingaku untuk berkonsentrasi membaca kehadiran musuh.

(Oke, datanglah…..!)

Dimana si baju hitam akan datang? Kanan, kiri, dari belakang lagi, atau mungkin-------

*Zaaaaa*……….!! Suaranya dekat. Asalnya bukan dari kanan, kiri atau belakang.

“Atas!!”

*Baki**baki* suara ranting kecil terdengar dan si baju hitam menyerang dari atas.

Tebasan daijoudan[1] dengan tambahan berat gravitasi, mungkin memiliki kekuatan yang sangat tinggi.

Tubuhku kemungkinan akan terlempar walaupun aku membloknya dengan <<Perisai>>ku.

Karena itulah-----aku menghindari jalur pedangnya.

Aku menghindarinya dengan pergerakan tubuh yang kupelajari dari Tachibana yang sudah kulatih terus menerus selama 2 bulan setelah <<Survive>> sampai hari ini, dan di saat yang sama aku menyelinap ke dalam area dada setelah aku memutar tubuhku.

“------!!”

Momen saat si baju hitam merasa terkejut, aku sudah menggenggam tangannya yang memegang <<Pedang>> itu----dan membanting si baju hitam. Udara dalam paru-parunya keluar di saat yang bersamaan dengan goncangan itu. Aku tidak berhenti di sana dan menindihnya memanfaatkan momentum bantingan tadi.

“Inilah……….akhirnya!!”

Aku menekan dada si baju hitam dan mengayunkan pukulanku-----itulah yang harusnya terjadi tapi.

“Eh……..?”

Aku menghentikan pukulanku.

Karena tudung yang menyembunyikan wajah si baju hitam itu terlepas saat aku membantingnya.

Karena aku melihat wajah di balik tudung itu.

Karena wajah itu----dimiliki oleh seseorang yang kukenal.

“K-ka-ka-kau……….”

Aku tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutku saat aku melihat gadis dengan kuncir kuda yang panjang itu.

Dia adalah------

“Imari!?”

Dia adalah orang yang kulawan saan ujian masuk akademi Kouryou. Dia terlihat lebih dewasa dibandingkan dengan terkahir kali. Seperti biasanya Nagakura Imari------adalah seorang gadis ceria yang manis juga cantik.

“Ah…………”

*Pokan* dia memasang ekspresi kosong mendengar teriakanku------sebelum tertawa lepas.

“Ahaha, aku ketahuan.”

“E-err…………?”

“Kita mungkin bertemu kembali dalam cara yang aneh tapi-----lama tidak berjumpa, Tooru.”

“A-aah……Lama tidak berjumpa…………”

Karena kejadiannya begitu mendadak, aku menjawab sambil tetap tercengang.

“Aah, kali ini aku kalah lagi ya. Sudah kuduga kau memang kuat.”

“I-iyaa………Imari juga bertambah kuat.”

“Fufu, aku senang kau mengatakan hal itu.”

Setelah dia mengangguk puas mendengar komentarku----

Ekspresi Imari berubah menjadi sedikit canggung.

“………Ngomong-ngomong Tooru. Bisa kau lepaskan?”

“Lepaskan……..?”

Imari menmindahkan pandangannya untuk menunjukkan alasannya saat dia mendengar katakataku.

Setelah aku mengikutinya, tanganku masih menekan tubuhnya.

Aku sedang memegang erat pada------payudara lembutnya yang bisa disebut sebagai simbol seorang wanita.

“Tooru………………kau mesum.”

Imari berdiri sebelum menghapus <<Pedang>>nya.

(Tidak aneh aku merasa sudah pernah melihatnya……..)

Walaupun aku berpikir mengapa aku tidak mengingatnya tadi, kukira alasan terbesar mengapa aku tidak bisa mengingatnya adalah karena kudengar <<Lucifer>> orang yang kalah dari <<Upacara kualifikasi>> telah dihapus dan kehilangan kualifikasi mereka untuk menjadi seorang <<Exceed>>.

“Aku benar-benar tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Bisakah kau memberiku penjelasan?”

Absolute Duo Volume 3 Non-Colour 2.jpg

“Tentu saja. Tapi sebelum itu-----”

“Jika yang kau maksud itu bagian kami maka, kami sudah selesai.”

Si gadis emas menampakkan dirinya dari kegelapan.

Di sebelahnya, ada seorang gadis dengan Blonde perakRambut perak berlawanan dengan warna rambutnya.

“Sepertinya bagianmu juga sudah selesai, Tooru.”

“A-ahh………Err, apa itu?”

Julie sedang membawa seseorang berbaju hitam.

“Dia yang menyerang duluan.”

“Dia adalah <<Duo>>ku”

Seakan meneruskan kata-kata Julie barusan, Imari menjelaskan.

“<<Duo>>…………..tidak sebenarnya apa yang sedang terjadi……….”




Aku membawa si baju hitam menggantikan Julie dan mulai berjalan menuju gedung yang disinari lampu.

Pembicaraan yang Imari mulai saat kami berjalan cukup mengejutkan.

“Se-sekolah cabang!?”

“Ya, sekolah cabang akademi Kouryou. Saat ini aku berafiliasi dengan sekolah itu. Secara kebetulan, gedung yang kalian semua tuju adalah tempat pondokan kami dan di saat yang sama gedungnya sekolah cabang.”

Itu adalah kejutan berturut-turut walaupun dia mengatakan hal tersebut.

3 bulan lalu-------<<Upacara kualifikasi>> berakhir dan setelah orang yang kalah meninggalkan auditorium, mereka dibawa ke tanah gedung dan diberi sebuah pilihan.

Walaupun mungkin akan ada beberapa peraturan, mereka harus memilih akan pindah ke SMA biasa atau----mungkin pindah ke sekolah cabang akademi Kouryou untuk menjadi seorang <<Exceed>> lagi tapi, lingkungannya akan lebih kasar.

Sepertinya Imari memilih jalur sekolah cabang tanpa pikir panjang dan membawa dirinya ke pulau ini.

Selama 3 bulan berikutnya, dia menerima latihan sangat keras dan setelah dia disublimasi ke <<II>> dengan <<Upacara sublimasi>> semester lalu, dia diberitahu kalau siswa dari sekolah utama--------yang berarti kami, akan datang mengunjungi pulau ini untuk sekolah tepi pantai.

Selain itu, mereka akan mengadakan sebuah <<Latihan Blaze>> dengan menyembuntikan identidas mereka dan menyerang kami.

“Jadi itu yang terjadi……….aku tidak tahu harus berkata apa tapi pokoknya ini hebat. Aku merasa senang kalau jalan Imari tidak terputus……….”

“Fufu, sepertinya aku membuatmu sangat khawatir saat itu. Terima kasih, Tooru.”

Aku terus berpikir kalau itu adalah kesalahanku karena aku memotong jalannya terakhir kali tapi aku merasa satu beban di dadaku sirna di saat aku mendengar kalau itu tidak terjadi.

“Tapi, aku bilang padamu sebelumnya tapi kau benar-benar menjadi lebih kuat. Jika <<Level>> kita sama tadi, kupikir aku tidak bisa menang.”

“Ahaha, pertarungannya menjadi menarik karena medannya sangat menguntungkanku. Selain itu, mataku menjadi terbiasa dengan kegelapan berkat waktu yang kuhabiskan di pulau ini. Karena itu kondisinya bisa dibilang adil------uuun, sebetulnya kupikir aku masih lebih diuntungkan……………..tetap saja, dinilai dari fakta kalau aku bahkan tidak punya peluang melawanmu terakhir kali, aku sejujurnya senang kalau kau bilang kalau aku menjadi lebih kuat.”

Senyum itu sama persis dengan waktu aku pertama kali bertemu dengannya.

Berbeda dari bagian akhir <<Upacara kualifikasi>>, aku mengendurkan pipiku karena rasa senang keluar dari hatiku.

“Ngomong-ngomong, Tooru. Bisakah kau mengenalkan mereka berdua padaku? Aku melihat gadis itu saat upacara penerimaan tapi, aku tidak tahu nama mereka.”

“Hnn? Aah, benar juga. Dia bernama Julie dan dia adalah <<Duo>>ku”

“Ja---. Julie=Sigtuna. Aku adalah <<Duo>>nya Tooru. Senang bertemu denganmu.”

“Senang bertemu denganmu Julie. Namaku Nagakura Imari.”

Julie dan Imari bersalaman dan---------

“<<Duo>>!?”

Dia terkejut setelah beberapa saat.

“Tunggu, errr, dia adalah seorang gadis dan, Ueee!? Ah……ja-jangan bilang kalau sekolah utama itu berbeda dari sekolah cabang, dan kamarnya berbeda, seperti itu………?”

“Kamar yang sama.”

“To-Tooru……….kau tidak melakukan hal apapun di balik layar, kan…….?”

“Aku tidak melakukannya!”

Reaksi itu cukup membuatku merasa nostalgia karena teman sekelas kami sudah terbiasa mengenai fakta kalu aku dan Julie tinggal di kamar yang sama dan sudah berhenti menggoda kami………….tentu saja, aku masih harus membantahnya dengan suara yang keras.

“Benarkah……..aku hanya bisa merasa kalau itu mengagumkan, meskipun dalam satu hal tertentu……….”

Aku tidak merasa aku sedang dipuji, tapi kemungkinan besar dia sedang memujiku.

“Err, mengenai gadis satunya…………”

“Namaku Lilith=Bristol. Tunangan Tooru.”

“Tapi hanya anggapan dia sendiri.”

Setelah bersalaman dengan Lilith, Imari------

“Tunangan!?”

“Sudah kubilang, hanya anggapan dia sendiri.”

Itu sudah menjadi bantahan karena ini adalah kali kedua.

“Hanya anggapanku sendiri ya, dingin sekali kau ini. Bukannya kita berpacaran sejak kita berciuman?”

“Ci………!?”

Matanya terbuka lebar dan Imari terlihat kaget.

“Itu kan sesuatu yang kau lakukan secara sepihak tanpa mempedulikan kehendak Tooru. Ditambah lagi, ciuman itu hanya di pipi.”

“Kalau begitu, aku akan meminta izin Tooru. Tooru cium aku. Tentu saja di bibir juga boleh.”

“Aku tidak akan…………..”

Si gadis emas meletakkan jarinya di bibirnya. Julie sedang berdiri disana seakan dia sedang melindungiku dari Lilith.

Si kuncir kuda mengatakan hal ini saat menatap mereka berdua.

“…………Sepertinya kau menikmati kehidupan yang menyenangkan, Tooru.”

“Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu setelah melihat situasi ini………”

Aku mengganti topik pembicaraan setelah menghela nafas ke arah Imari, yang menatapku dengan mata yang mengandung maksud tersembunyi.

“Tapi, setelah kupikir-pikir, benar-benar kebetulan ya? Walaupun kalian semua diberitahu untuk menyerang kami, tak disangka aku akan bertarung melawan Imari lagi.”

Walaupun sudah diputuskan kalau siswa sekolah cabang akan menyerang siswa sekolah utama di dalam hutan, aku tidak akan pernah menyangka aku akan bertemu dengan Imari dari <<Upacara kualifikasi>> lagi.

---Aku memunculkan obrolan itu saat aku memikirkannya dan aku mendapat jawaban yang tidak kuduga.

“Aah, ada sedikit trik disana. Kau menerima sebuah gelang saat kau turun dari kapal kan? Sebenarnya, ada sebuah pemancar yang ditempelkan pada gelang itu, dan karena itulah kami bisa mengidentifikasi setiap individu.”

Dia kemudian mengeluarkan sebuah terminal portabel mirip smartphone dari sakunya dan menunjukkannya padaku. Sepertinya peta yang diperlihatkan dalam layarnya adalah peta pulau ini. Ada sebuah lingkaran muncul di peta itu. Ada nomor tertulis di dalam lingkaran itu dan nomornya mengikuti nomor absen grup sekolah utama.

“Jadi, kau bilang kalau sekolah cabang sudah mengetahui penuh pergerakan kami?”

“Seperti itulah…………..jadi, aku ingin menunjukkan pada Tooru hasil yang kudapat selama 3 bulan ini dan meminta semuanya untuk memberiku prioritas untuk menantangmu…………yah, berkat Tooru yang datang dari titik berbeda dibandingkan dengan yang lain, membuat situasi dimana bertarung satu lawan satu menjadi lebih mudah.”

Berkat hal itu Imari membuat Miwa------lawan yang Julie dan Lilith hadapi-----mendapat bagian yang sulit dan dia tersenyum masam.

“Tapi, mengapa kau berakhir di bagian timur?”

“Itu karena Julie tidak bisa berenang. Kami terpisah dari yang lain saat aku pergi menolongnya.”

“Hee, Julie tidak bisa ya……….itu sedikit mengejutkan.”

Itu mungkin sangat mengejutkan baginya karena dia melihat pertarungan Julie saat upacara penerimaan.

“------?”

Mata Julie dan Imari bertemu dan Julie *Chirin* memiringkan kepala kecilnya menghasilkan sebuah dentingan bel.

“Setelah kupikir-pikir, Tooru. Aku ingat hal ini saat topik mengenai gelang itu muncul, tapi mengapa kau tidak mengirim sinyal pertolongan saat kita bertarung tadi?”

“………Setelah kau mengatakannya sekarang, ada fungsi itu juga ya?”

“Kau sedang diserang oleh musuh yang tidak dikenal, jadi kau harusnya mengirim sinyal itu karena sinyal itu juga termasuk dalam sarana kontak darurat. Jika kami benar-benar musuh yang mengincar nyawa Tooru dan siswa sekolah utama apa yang akan kau lakukan? Nyawa orang lain dapat diselamatkan hanya dengan meminta bantuan.”

“Uu, tegas banget.”

“Gunakan semua yang kau miliki di tanganmu. ………..instruktur kami menghantamkan hal itu sepenuhnya ke dalam kepala kami.”

Aku memasang anggukan 'mengerti' ke arah Imari yang mengeluarkan lidahnya dengan bercanda.

“Oke, kalau begitu. Kita sampai.”

Di depan hutan yang Imari sedang tunjuk, gedung itu mengeluarkan cahaya.

Gedung bergaya barat itu terlihat tidak cocok bagi sebuah gedung di laut selatan, dan gedung itu memberi sedikit suasana yang mirip dengan asrama dimana kami menghabiskan waktu.

Imari berlari ke bagian depan gedung itu dan berbalik.

“Selamat datang, ke sekolah cabang akademi Kouryou!”



Saat kami memasuki gedung bergaya barat itu, Lilith pergi dan memberitahuku dia ingin ganti pakaian dan menghilang ke dalam bersama dengan Sara yang datang untuk menjemputnya.

Walaupun ada cahaya lampu disini, Julie dan aku sedang dibawa melalui koridor kayu yang redup oleh Imari.

*Gishi**gishi* suara seperti ini terdengar dan sepertinya ruangan yang kami datangi adalah kafetaria.

Saat kami mengintip ke dalam, kami melihat teman sekelas kami dari sekolah utama sudah ada disini.

“Sepertinya belum semuanya ada disini.”

“Uun, kalian adalah yang terakhir. Alasan mengapa jumlahnya tidak sama adalah karena mungkin ada beberapa yang tidak sadarkan diri setelah dikalahkan oleh kelompok sekolah cabang. Mereka seharusnya sedang tidur di ruangan berbeda sampai mereka terbangun.”

Aku mengingat kembali saat dia memberitahuku hal itu. Kami beristirahat dulu sebelum pergi dari pantai.

Rasanya normal bagi semua orang yang sampai di titik lain untuk mencapai tempat ini beberapa waktu yang lalu.

“Baiklah kalau begitu, kami kelompok sekolah cabang punya hal-hal yang harus dipersiapkan jadi kami permisi dulu. Sampai jumpa, Tooru, Julie.”

Sambil merasa penasaran persiapan seperti apa, Imari berpamitan dan memasuki kafetaria.

“Julie. Hait-hati.”

“Ja, Ja---……..”

Barang bawaan kami telah dipindahkan ke kafetaria siang tadi.

Kami berjalan menuju barang bawaan kami yang ada di sudut ruangan secepat mungkin dan mengambil pakaian dalam Julie.

Saat waktu itu, aku mengambil posisi dimana orang sekeliling tidak bisa melihat Julie.

(Aku tidak pernah mengira akan mempraktekkan hal-hal yang kami pelajari di kelas seperti ini……..)

Hal ini adalah sesuatu yang tidak kusadari mungkin berguna di suatu tempat di dunia ini.

………..Harusnya ada batasan seberapa langka pengandaian hal ini.

Julie kemudian berjalan keluar untuk mengenakan pakaian dalamnya di toilet.

Aku kemudian menjatuhkan diriku di meja sebelum Tora berbicara padaku.

“Fuun, kau benar-benar lama.”

Tora menyeringai dan kata-kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah [Aku duluan yang sampai ke sini jadi aku menang].

…………Entah bagaimana itu membuatku frustasi.

[Kokonoe. Sepertinya kau sampai ke sini dengan selamat][Ke-kerja bagus, Tooru-kun……….]

Tachibana dan Miyabi bergabung saat momen itu.

“Kemana Julie-chan pergi………?”

“Dia bilang padaku dia pergi ke toilet.”

Itu bukan sebuah kebohongan.

“Ngomong-ngomong, kalian berada di ruangan ini berarti kalian sudah mengatasi kelompok sekolah cabang juga?”

“Itu karena To-Tomoe-chan melindungiku.”

“Fufu, bukan hanya aku. Jika itu bukan karena Tora, siapa yang tahu apa yang dapat terjadi.”

Dari apa yang kudengar dari Tachibana, mereka bergerak dalam kelompok 6 orang sesuai usulan Tora dan sampai di sekolah cabang tanpa meninggalkan siapapun.

“Seperti yang diharapkan-------adalah apa yang ingin kukatakan tapi, apa tidak apa-apa untuk bilang aku salah dengar kalau Tora mengusulkan untuk bergerak dalam kelompok?”

“Itu benar.”

Tachibana menjadi saksinya dan Miyabi *un**un* mengangguk.

“……………….Tora, apa kau terkena demam setelah tubuhmu kedinginan di laut?”

“Tentu saja tidak!! Aku mengusulkannya karena akan menyebalkan jika orang yang lambat terlukan dan memberitahumu kalau aku ada di dekatnya saat itu terjadi.”

“Uu………..Maaf aku ini lambat….tapi, terima kasih, Tora-kun………..”

“A-aku toh tidak butuh rasa terima kasihmu!!”

Tora berpaling mungkin karena malu.

“Tapi begitulah, seperti apa yang Tora katakan. Aku kemungkinan besar akan merasa khawatir bila seseorang terluka. Jadi-----Terima kasih.”

“------! Fu-funn, berterima kasihlah padaku sebanyak yang kau mau…….!”

Mengapa tingkah lakumu jelas sekali berbeda padaku.

“Tooru, aku kembali.”

Julie kembali di momen itu.

Dengan wajah familiar sudah berkumpul, mereka mengobrol seperti biasanya------

Dengan cepat teman sekelas lainnya yang sudah beristirahat di ruangan lain mulai bermunculan.

Dan tepat saat semuanya sudah berkumpul, Mikuni-sensei mengikuti direktur ke dalam ruangan.

“Kerja bagus kalian semua untuk hari ini. Mikuni akan mengatakan sesuatu mengenai menginap di tempat ini sekarang, tapi sebelum itu, aku harus meminta maaf pada semuanya disini.”

Permintaan maaf direktur-----adalah mengenai kebohongannya tentang <<Upacara kualifikasi>>.

“Saat waktunya datang dimana kalian harus bertarung untuk membuka jalan kalian, kalian harus memiliki tekad kuat untuk menghadapinya------dalam rangka mencapai hal itu, aku berbohong kalau aku tidak akan mengizinkan penerimaan kalian kecuali kalian melakukan hal itu, dan dengan ini aku meminta maaf mengenai hal itu.”

Setelah direktur membungkukkan badannya dalam-dalam, ruangannya menjadi sedikit berisik.

Rumor kalau kita adalah kelinci percobaan baginya untuk menguji eksperimennya telah didengar oleh siswa akademi Kouryou setidaknya sekali.

Kami mungkin tidak tahu kebenarannya tapi kami tidak bisa begitu saja menganggap kalau rumor itu tidak benar.

Ada institut penelitian <<Lucifer>> di bawah akademi, dan sudah menjadi para siswa sudah mengetahui kalau direktur adalah orang yang memimpin institut itu.

Seseorang dengan status seperti itu menerima tanggung jawab perbuatannya dan menundukkan kepalanya mengubah kesan yang kumiliki terhadapnya sampai sekarang, dan aku mungkin tidak sendirian berpikir begitu di tempat ini.

Hal ini membuatku berpikir kalau dia adalah orang dengan tekad yang cukup kuat karena dia siap untuk dibenci; saat aku diberitahu kalau wanita berdarah dingin itu memiliki kebijakan mengajar yang hanya bisa digambarkan sebagai tidak rasional ternyata memikirkan siswanya.

Saat pidato direktur-----permintaan maafnya selesai, Mikuni-sensei mulai berbicara mengenai jadwal untuk sepekan ini.

Isinya tidak sepenuhnya baru dan bisa dibilang hampir sama dengan yang biasanya.

Kami akan tinggal di pulau ini selama sepekan, kami akan berpartisipasi dalam latihan yang tidak bisa dilakukan di sekolah utama dengan siswa sekolah cabang, kami tidak boleh menanggalkan gelang ini karena latihannya sedikit berbahaya, kami akan dibebaskan untuk hari terakhir, dll, dll…………..

“Selanjutnya adalah waktunya makan malam, tapi orang-orang di sekolah cabang sudah menyiapkan makanan bagi kalian hari ini. Setiap individu, tolong pindah ke aula.”

Setelah mendengar kata makan malam, beberapa siswa (termasuk diriku) menelan ludah dan berdiri membuat kegaduhan disaat bersamaan dengan perkataannya berakhir.

“Yang benar saja, matamu bersinar saat itu mengenai makanan, kau ini seorang pemuda yang aneh……”

Saat Tachibana tersenyum masam, dia melanjutkan kata-katanya.

“Namun………….bukannya ini bagus, Kokonoe?”

“Tentang apa?”

“Aku bicara mengenai si gadis kuncir kuda. Mungkin ini pertemuan kembali yang tidak terpikirkan tapi, bukannya kau merasa lega kalau dia bekerja keras disini?”

“Aah, mengenai Imari ya. Benar juga, itu memang bagus.”

3 bulan lalu, aku menutup jalan Imari dengan tanganku sendiri. Kami berdua sepakat dengan hasilnya, tapi faktanya rasa bersalah itu menjadi duri yang menusuk diriku.

Karena itulah aku merasa senang mengetahui dia bekerja keras di sekolah cabang seperti ini.

“………Ah, benar juga. Bicara mengenai kejadian Imari, ini mungkin terlalu terlambat tapi, terima kasih sudah mencoba menghiburku tepat setelah penerimaan. Aku sangat senang berkat perasaannya Tachibana.”

“I-itu sudah lama.”

Pipi Tachibana, yang sedang berpaling, sedikit merona.




Saat kami pergi keluar, gelombang panas yang berbeda dari gelombang musim panas bertiup melewati kami. Ada beberapa panggangan barbekyu disiapkan dan siswa sekolah cabang ada di sana.

Seorang perwakilan darri sekolah cabang mendekati kami saat mereka melihat kami keluar dari gedung bergaya barat itu.

“Selamat datang di sekolah cabang akademi Kouryou!! Banyak yang tejadi saat upacara penerimaan dan dalam <<Latihan Blaze>> hari ini, tapi lupakan semua hal itu dengan air atau daging yang akan kalian telan. Jadi, senang bertemu kalian dan senang bekerja dengan kalian semua selama sepekan ini!!”

Sepertinya Imari adalah perwakilan sekolah cabang.

Tetap saja, itu bisa dimengerti jika aku memikirkan tentang sifat supelnya. *Un**un* seseorang mengangguk sebelum orang bertelinga kelinci yang familiar mengeluarkan suaranya sambil menggantungkan sebuah tusuk daging dengan sekerat daging panggang tertusuk pada tusukan itu.

“Jadi dengan demikian, kita akan mengadakan barbekyu untuk makan malam sambil memperdalam hubungan kita, semuanya♪”

“Hey, Tsukimi-sensei kan? Mengapa kau sudah memanggang dagingnya walaupun kami belum bersulang!?”

“Tidak usah dipikirkan, Kuncir-chan☆”

Siswa sekolah utama tersenyum masam saat mereka melihat apa yang ditunjukkan oleh Tsukimi dan kepanikan Imari; ada beberapa yang merasa muak (Terutama orang-orang yang ada di sekitarku), dan selama saat itu, piring kertas, sumpit, dan cangkir kertas dibagikan ke semuanya.

[Bagaimana dengan cola? Ada jus jeruk juga] [Aku ingin cola]

[Aku minta oolong] [A-apa ada susu………..?]

Percakapan seperti itu terdengar antara siswa utama dan cabang selama beberapa saat-----

Dan tidak lama kemudian, semuanya sudah memegang cangkir yang diisi dengan minuman.

Secara kebetulan selama waktu ini, sebagian besar dari siswa sekolah utama termasuk diriku mulai gelisah karena bau daging yang tercium dari apa yang sedang Tsukimi panggang.

“Oke----Bersulang!”

“““Bersulang!!”””

Setelah sebuah tegukan, aulanya dipenuhi kegaduhan.

[Jangan saling dorong. Ada banyak daging dan sayuran] [Hey kau! Daging itu belum dimasak!] [Diam, aku suka daging setengah matang!!] [Bawang adalah sesuatu yang dinanti-nanti♪]

Hal ini bukan tingkatan kegaduhan kecil. Remaja-remaja lapar------ ditambah lagi karena mereka disuruh berenang dengan pakaian penuh saat tengah hari, dan bertarung dengan siswa sekolah cabang dalam sebuah <<Latihan Blaze>>, rasa lapar kami telah mencapai puncaknya. Berkat hal itu, semuanya menjadi nekat dalam hal makanan sampai-sampai mengambil daging dan sayurang yang dipanggang menjadi sulit.

“Julie, apa kau hanya akan memakan sayuran saja?”

Saat aku pergi ke sampingnya setelah mengambil daging, daging dan hanya daging, aku melihat piring yang sedang Julie pegang hanya berisi sayuran saja.

“Nai. Aku ingin mengambil beberapa daging tapi, dagingnya sudah hilang dalam waktu yang sangat cepat……….”

“Ah---………..yah, ini menjadi kontes daging panggang sekarang.”

Ini akan menjadi pertarungan yang cukup sengit di bagian awalnya.

“……………Jika kau tidak keberatan, apa kau mau punyaku?”

“Bolehkah?”

“Aah, seperti yang kau lihat, piringku dipenuhi daging jadi tidak masalah kalau aku membaginya sebagian. Sebagai balasannya, tolong rahasiakan ini dari Tachibana.”

Aku melirik ke arah Tachibana yang sedang mengobrol dengan seorang siswa sekolah cabang di tempat yang jauh.

Seperti aku dan Imari, sepertinya itu adalah lawannya dari pertarungan <<Upacara kualifikasi>>, dan Tachibana sedang mengobrol padanya.

“Ja---. Aku mengerti, aku akan mengambil ini dan ini.”

Julie tersenyum tipis dan *Chirin* belnya berdentang saat dia mengangguk.

Aku kemudian mengambil sebuah sosis besar dan satu ‘’steak’’ kotak dan memindahkannya ke piringnya.

Si gadis perak menggigit sosis itu dengan mulut kecilnya dan *Byuu* air dagingnya keluar menyembur.

“Hnn………panas……..”

“Kau baik-baik saja? Hati-hati jangan sampai terbakar oke?”

“Ja----, aku akan berhati-hati. *Jilat*………….*chu**Hnkun*……..enak………..”

Julie menyeka air daging di pipinya degna jarinya dan menjilatinya.

Dia kemudian *Fuu**fuu* meniup sosis paanas itu lagi sambil memasukkannya ke dalam mulutnya.

Mungkin karena sosis itu panas, tapi dia sedang memakan stik daging itu dengan pipi merona.

“Ahmu……….Hnn…………..sosisnya Tooru panas dan enak……..*Hamu*, *Chuu*………..”

“A-ahh………….”

Walaupun aku hanya menatapnya sedang memakan sosis itu, hatiku *doki**doki* berdtak kencang karena suatu hal.

Entah kenapa hal ini membuatku merasa aku menyuruhnya melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan atau bagaimana aku mengatakan……….

“Hnkuhnn, punyanya Tooru sangat besar……….Hamu, Hnn, fuu…….”

Tadi itu mungkin pertarungan sengit tapi aku berhasil mengambil daging yang besar. Seperti yang diharapkan dari diriku.

Namun, sepertinya daging itu mungkin sedikit terlalu besar bagi mulut kecil Julie.

“Tooru, Julie, apa kalian sedang makan?”

[Yup. Porsi penuh] [Ja---]

Imari datang dengan sebuah piring kertas berisi gundukan daging, saat aku sedang makan dan mengobrol dengan Julie.

“Begitu. Itu bagus. Masih ada lebih banyak jadi makanlah sampai kalian kenyang………….tunggu, dagingnya banyak sekali.”

“Bisa dibilang, lakukan sesuatu saat sang iblis sedang tidak ada.”

Tentu saja, Tachibana berada di ujung pandanganku saat aku meliriknya.

“Aku tidak mengerti tapi, sepertinya Tooru itu pecinta daging ya. Fufu, Aku juga sama.”

Aku menyadarinya saat dia mengatakannya tapi, ada sejumlah besar daging di piringnya Imari.

[Rekanku!!] [Rekan!!]

*GaShii* kami mengangkat tinggi bahu kami dan menggenggamkan tangan kami bersama-sama.

“Apa yang kalian berdua lakukan…………..”

Tora datang dan menghela nafas panjang saat dia melihat kami melakukan hal tadi.

“…………..Ah-re, kau itu temannya Tooru, kalau tidak salah kau itu------”

“Aku tadinya ingin bilang kalau kau punya ingatan yang bagus tapi, aku bukan temannya.”

Imari memasang ekspresi [Apa aku salah] untuk sesaat. Namun, sepertinya dia mengingat kembali percakapan yang dia alami saat upacara penerimaan. Setelah dia tersenyum dan memperkenalkan dirinya, Tora balik memperkenalkan dirinya.

Dia kemudian berbicara dengan Tora selama beberapa saat.

Baik lawan bicaranya itu Julie yang sedikit bicara maupun Tora yang blak-blakan dengan hampir semua orang, Imari akan menunjukkan kesupelannya dan keriangan alaminya untuk menyambung percakapan dengan penuh keahlian.

Momen pendek itu bahkan membuatku berpikir kalau dia sudah ada dalam kelompok sejak terakhir kali.

“Dan, aku kehabisan daging. Waktunya tambah.”

Aku mengatakannya pada mereka bertiga dan pergi ke salah satu dari beberapa panggangan yang lebih sedikit dikelilingi orang lain.

Kami bisa memanggang daging kami sendiri, dan diperbolehkan untuk mengambil daging yang diletakkan di panggangan oleh staf yang bertugas memanggang, jadi bagiku yang rakus ini, aku memutuskan untuk melakukan keduanya.

Sambil memasak dagingku sendiri, aku mengulurkan tanganku ke arah sate daging yang dipanggang oleh para staf dan------

Tanganku bertumpuk dengan tangan orang lain yang sedang mengincar daging yang sama.

[Ah, maaf] [Ti-tidak, aku juga salah-----------To-To-Tooru-kun!?]

Itu adalah Miyabi.

“Ah………”

Miyabi memalingkan pandangannya dari wajahku ke tangannya yang bertumpuk dengan tanganku dan-----

““…………….””

Kesunyian sekitar 3 detik.

“Pyaa--------------!?”

Miyabi menaikkan kedua tangannya bersamaan dengan teriakan.

Tentu saja, kami menjadi pusat perhatian.

“Ma-maaf. Seekor serangga terbang kemari………..iya kan, Miyabi.”

*Anggukanggukanggukanggukanggukangguk*

Dengan ceepat aku membuat alasan dan membuat Miyabi mengikutinya. Karena orang yang berteriak berkata kalau itu benar, sekeliling kami kembali dalam percakapan mereka sendiri dengan cepat.

“Ma-maaf, telah berteriak seperti itu…….”

“Tidak apa. Aku minta maaf sudah menakutimu juga.”

“Uu………..Memang benar jika kau bilang aku menjadi takut sih………”

*Shunn* Saat aku melihat Miyabi patah semangat, aku berpikir itu tidak bisa dihindarkan karena dia tidak nyaman dengan lawan jenis.

Menurut pendapatku, kami seharusnya sudah lebih dekat selama 3 bulan kami mengenal satusama lain.

Itu sudah cukup bagiku untuk membusungkan dadaku dengan bangga dan bilang kalau akulah teman terdekatnya dalam golongan laki-laki.

Tapi walaupun begitu, karena dia berteriak itu berarti bahwa------

(Ini mungkin hanya imajinasiku saja tapi, dinilai dari fakta kalu dia berteman dengan Julie dan Tachibana, dia mungkin memaksakan dirinya untuk bertingkah sebagai temanku walaupun dia sebenarnya tidak menyukainya!?)

Kalau itu benar maka itu akan menjadi kejutan bagiku tapi, aku merasa itu tidak mustahil.

(Tapi saat di kapal, Miyabi memintaku untuk meminjamkan bahuku……….)

Aku tidak mengerti lagi.

Setelah aku melirik ke arah Miyabi, dia memperoleh kembali ketenangannya dan meletakkan sayuran dan daging ke piringnya dengan penjepit.

“Hey, Miyabi. Ada sesuatu yang mau kutanyakan tapi…………”

“Errr, apa itu…….?”

Aku merenungkan bagaimana cara untuk menanyakannya dan memilih untuk menanyakannya secara acak.

“Apa kau membenciku?”

“Uuuh!?”

Miyabi terkesiap.

Tangannya melepaskan penjepit itu dan penjepitnya jatuh ke tanah membuat suara *Gachan*.

“A-apa……..yang kau maksud……..?”

Miyabi membelalakkan matanya dan balik bertanya.

“Ah…….kukira itu sedikit terlalu acak ya. Yah, topik seperti ini baiknya ditanyakan dengan terang-terangan jadi, aku hanya ingin bertanya kalau aku masih ada dalam kategori tidak disukai tanpa perubahan apapun?”

“Ah………Ja-jadi itu yang kau maksud……….err, itu tidak benar………Sungguh, sungguh…………”

Perasaan menanyakan sesuatu yang seharusnya tidak kutanyakan terasa sangat kuat dan aku merasa sedikit menyesal sudah menanyakan hal ini padanya.

“Se-selain itu…………..”

Miyabi memunggunguku dan berjongkok sebelum mengambil penjepit itu sambil meneruskan kata-katanya.

“Aku su-su-susu-suu-su-sua Tooru-kun………sebagai seorang teman, sebagai seorang teman…………”

Dia mengatakannya dua kali untuk berjaga-jaga. Tapi walaupun begitu, jantungku berdetak kencang untuk sesaat.

“Begitu. Terima kasih, aku juga menyukaimu Miyabi.”

“Pyaa!?”

Penjepitnya terlempar-------jika aku mengatakannya, ini terasa seperti malam yang lembab akan berubah menjadi dingin dengan segera.

“Apa yang kau lakukan, Miyabi?”

“A-ada serangga betulan kali ini……Ahaha………..”

Dia memungut penjepit itu sambil tersenyum melihat kemalangan itu dan setelah dia melakukan hal itu, aku kembali kepada Julie bersama dengan Miyabi.




“Tooru, jadi kau ada disini. Mouu, aku sudah mencari-carimu.”

Saat aku melanjutkan makanku bersama teman-teman kecuali Tachibana, Lilith yang sudah selesai berganti pakaian datang dan bergabung dengan kami. Di belakangnya seperti biasa, Sara sedang mengikutinya (dan sedang melotot ke arahku).

“Lama juga kau berganti pakaian.”

“Aku mandi terlebih dahulu.”

Setelah mengatakan hal itu, Lilith mengibaskan rambutnya dengan tangannya. Topas kuningrambut pirang yang terlihat lembut menari dengan ringan.

Secara kebetulan, bau harum tercium dan menggelitik hidungku.

“Setelah kupikir-pikir, kita memang berenang di samudra.”

Aku benar-benar melupakan hal itu karena sudah beberapa jam yang lau tapi, rambutku terasa sedikit kering saat aku mencoba menyentuhnya.

“Rambutku terasa kaku………….”

Julie menyentuh rambutnya seperti diriku dan mengeluarkan komentarnya.

“Bukannya lebih bagus mandi dulu setelah kalian selesai makan?”

“Ja----, Aku akan melakukannya. Miyabi ayo mandi bersama.”

“Ah…….Ma-maaf. Aku sudah mandi saat aku baru sampai disini jadi…………”

Dari yang kudengar, sepertinya Tora dan yang lain sudah mandi dan hanya kami yang belum mandi karena kami datang terlambat.

“Rambutku terasa sedikit kau setelah aku menyadarinya.”

“Sekaku itukah?”

“Mau coba menyentuhnya, Tooru?”

“Aah, kau benar.”

Saat aku mencoba menyentuhnya, memang benar Blonde perakRambut peraknya kaku dan terasa benar-benar berbeda dengan rambut lembut yang nyaman saat siang tadi.

“Tooru. Bagaiamana kalau kau meneyentuh rambutku juga sekalian.”

Sambil berkata begitu, Lilith memegang sejumbai rambutnya dan menunjukkannya padaku.

“Dalam hal ini, kupikir tidak ada artinya aku menyentuh rambutmu karena kau kan sudah mandi-----”

“Tidak apa, lakukan saja. Kau bisa mencium baunya juga.”

“A-aku mengerti……..”

Walaupun aku mengangguk, aku tidak akan mencium bau rambutnya, seperti yang kuduga…………itu sedikit terasa mesum.

“Oke, aku akan menyentuhnya oke?”

“Mengapa kau meminta konfirmasi saat giliranku”

Sambil menjawab, aku menyentuh rambut Lilith.

…………Aku memutuskan untuk berpura-pura aku tidak bisa melihat kepala pelayan yang sedang memasang wajah iblis di belakang Lilith.

“Uwah. Rambutmu terasa sangat bagus.”

“Fufu, Terima kasih♪”

Sepertinya dia sudah merawat rambutnya secara berkala dan rambutnya terasa lembut juga elastis, membuatnya terasa enak disentuh.

Aku kemudian mengerti mengapa dia memintaku menyentuh rambutnya saat aku benar-benar menyentuh rambutnya dan-----

“Enaknya……….”

Miyabi bergumam.

“Ada apa. Apa kau mau menyentuhnya juga Miyabi?”

“Eh? Errr, i-itu, ah-tidak…….!!”

Miyabi menjadi panik saat aku bicara padanya. Itu mungkin karena aku mendengar gumamannya yang dia pikir tidak bisa didengar orang lain.

“Lilith. Sepertinya Miyabi juga ingin menyentuhnya. Boleh?”

“Miyabi juga? Ya, aku tidak keberatan.”

“Itu bagus, Miyabi.”

“U-un……….”

Miyabi mengangguk dalam suasana hati yang kompleks tapi, ekspresinya berubah menjadi terkejut saat dia menyentuh rambut Lilith.

(Dia mungkin berpikir rambutnya terasa bagus walaupun mereka berdua itu perempuan. Rambut Miyabi juga cantik jadi, terlihat enak untuk disentuh juga.)

“……………..Apa yang kau lakukan tadi, Tooru?”

Saat aku berbalik, seorang gadis mengibaskan kuncirnya ada disana.

“Kami hanya meminta dia untuk membiarkan kami menyentuh rambutnya?”

“………….Aku akan bertanya hal ini dulu tapi, apa dia pacarmu?”

“Ha? Apa yang kau maksud?”

“Ah, un. Lupakan saja…….”

Imari langsung menyudahi percakapan kami walaupun dia yang memulainya duluan; dia kemudian menghela nafas muak.

“Tooru. Bisa minta waktu sebentar?”

Saat aku menoleh ke arah Lilith ketika aku dipanggil, dia memberiku piring berisi daging.

“Boleh aku memakannya?”

“Kau masih punya beberapa di piringmu sendiri. Aku memintamu untuk menyuapiku.”

“Mengapa aku harus melakukannya……..makanlah sendiri.”

“Ini tidak ada artinya kalau kau tidak menyuapiku.”

“Oke, buka lebar-lebar.”

Julie mengambil daging dari piring itu dan memasukkannya ke dalam mulut Lilith.

“*Kunyah**kunyah*………….Hafuhafuu………..Hnn, lumayan………….tunggu, siapa yang memintamu untuk menyuapiku!?”

“…………Kedua tangan Tooru sedang sibuk.”

“Bukannya satu tangannya sedang memegang sumpit!!”

“…………..Nai, jangan pikirkan al itu. Dengan demikian, buka lebar-lebar sekali lagi.”

“Hn, Hafuu, Hafuu, *Kunyah**kunyah*……….tunggu, dengarkan apa yang orang lain katakan!!”

(Dia tetap memakannya, walaupun dia mengeluh……….)

Miyabi dan Imari tertawa melihat percakapan yang mirip dengan sebuah skit.[2].

“Oke, kalau begitu------”

“Ah, Ah-re? Mau pergi kemana, Tooru-kun……….?”

Miyabi menghentikanku saat aku akan menambah daging lagi karena daging di piringku sudah habis.

“Karena aku belum kenyang jadi, aku ingin mengambil makanan sedikit lagi.”

“Fufu, yang kau maksud daging?”

“Aah. Karena Tachibana tidak ada disini saat ini, sekaranglah saatnya aku bisa makan daging.”

“Fumu. Sekarang saatnya karena aku tidak ada disini ya?”

““………….””

Pemilik suara anggun itu menyentuh bahuku dan aku berbalik dengan lambat.

Orang itu-----Tachibana seperti yang kuduga sedang menatapku dengan sebuah senyuman.

Tachibana itu wanita yang cantik dan aku merasa kecantikannya itu sudah cukup untuk memikatku jika dia tersenyum.

Namun di saat itu, aku hanya bisa melihat senyuman seorang hannya[3].

“Kokonoe, duduk disana.”

“Ya……….”

Absolute Duo Volume 3 Non-Colour 3.jpg




Setelah makan malam, Julie dan aku mandi sebelum pergi ke kafetaria bersama.

Saat kami sampai disana, kami meneraima sebuah tas dari staf sebelum pergi keluar lagi.

Aulanya benar-benar berbeda dari sekita sejam yang lalu dan ada tenda yang berdiri dimana-mana.

Sudah ditentukan kalau kami akan kemping selama kami mengikuti sekolah tepi pantai------tentu saja, bersama dengan <<Duo>> kami.

Berkat hal itu, aku diperingati oleh Tachibana dan Imari untuk tidak melakukan hal aneh pada Julie.

Aku tidak ingin menyakiti perasaan Julie yang menganggapku sebagai ayahnya jadi, aku mendapat kepercayaan mereka untuk sementara ini.

---Karena itulah, aku harus mengabaikan ejekan beragam dari pemuda lainnya.

“Tooru, apa area ini cukup bagus?”

“Ahh, Baiklah.”

Kami memutuskan untuk memasang tenda di sudut aula dan setelah mengeluarkan tendanya dari tas, kami mendirikannya dengan cepat sebelum Julie masuk duluan dan aku mengikutinya.

Tenda yang akan kami tempati selama sepekan ini berukuran sekitar sebuah ranjang ganda yang luas, dan karena ada tikar yang diletakkan di bawah tenda, kami tidak bisa merasakan tanah yang keras. Dan karena ada jendela di atap dan sisi tenda untuk mencegah berkumpulnya panas, sepertinya ventilasi disini bagus juga. Dan karena ada penutup yang disebut terpal menutupi bagian luar bertindak sebagai dinding ganda bagi kami, privasi kami menjadi terjamin.

Saat aku memasuki tenda, Julie sedang melakukan seiza di dalam.

Mataku bertemu dengan Mata rubimata merahnya dan memikirkan hal ini karena suatu hal.

“………….Hey, Julie. Apa cuma perasaanku saja kalau kau terlihat senang?”

*Chirin**Chirin* belnya erdentang saat si gadis perak menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.

Prediksiku tadi benar saat aku melihat postur itu.

Walaupun tidak ada perubahan pada ekspresinya, sebenarnya hal itu terlihat dari suasananya.

---Mungkin saja karena waktu yang kami habiskan bersama sudah cukup lama hingga aku bisa mengerti hal-hal seperti ini.

Namun, aku tetap menanyakannya karena aku masih belum ada di tingkatan dimana aku bisa merasakan apa yang membuatnya senang.

“Sebenarnya, aku berbohong pada Imari tadi. Dia bertanya apa yang kurasakan mengenai tidur bersama Tooru dan aku menjawab kalau aku tidak keberatan tapi-------”

(Dia bilang mereka berdua membicarakan hal itu tapi, kapan percakapan itu berlangsung?)

Namun sepertinya jawaban yang dia katakan pada Imari adalah kebohongan dan aku terus menunggu bagaimana hal itu berkaitan dengan suasana hati Julie yang sedang bagus.

“Aku benar-benar berminat mengenai hal ini. Aku merasa sangat senang saat aku berpikir kalau aku bisa tidur bersama tanpa mempedulikan janji selama sepekan.”

“Be-begitu………..errrr……bagus untukmu?”

“Ja---♪”

Walaupun ekspresinya tidak berubah seperti biasanya, aku merasa suasana di sekitarnya menjadi *Baaa* selapis lebih ceria.

(…………..Aku memikirkan hal ini sebelumnya tapi, Julie benar-benar terlihat seperti sejenis hewan kecil.)

Jika Julie memiliki ekor, tidak salah lagi kalau dia akan mengibaskan ekornya ke kiri dan kanan, saat ini.

Dan di saat yang sama, aku berpikir kalau akan sangat mudah bagiku kalau dia benar-benar seekor hewan kecil.

Saat aku tidur bersama Julie, dia akan melekat padaku menghasilkan sensasi lembut, bau harum, dia juga akan bernafas di deka leherku dan aku akan merasa gugup agar tidak menyentuh titik yang aneh jadi, hal ini cukup melelahkan.

“Ngomong-ngomong Tooru. Ada sesuatu yang harus kuberitahu padamu sebelum kita tidur. Terima kasih untuk hari ini. Aku akan berhati-hati mulai saat ini agar aku tidak mengulangi kesalahan yang sama.”

Dia menunduk dalam-dalam.

“Dengan demikian, aku punya satu hal yang ingin kuminta dari Tooru, walaupun itu memalukan.”

“Oke. Apa itu?”

Kemungkinan besar itu adalah permintaan untuk mengajarinya berenang atau-------tepat saat aku memikirkan hal itu, dia memberiku sesuatu.

“Aku ingin Tooru menyimpan ini.”

Benda itu adalah bola kain.

“Apa ini?”

Saat aku melebarkannya-----benda itu adalah sebuah pakaian dalam.

“…………….”

“Tooru, melebarkannya itu sedikit……….”

(Begitu begitu.)

Memang benar kalau permintaan ini memalukan.

Namun, dia mungkin akan merasa lebih tenang jika aku menyimpan benda ini, karena akan ada gantinya jika pakaian dalamnya tertiup angin seperti hari ini.

Tapi------

“…………..Maaf, ampuni aku.”

Karena nyawaku akan berakhir kalau situasinya menjadi buruk, aku menolaknya dengan jelas.

Hanya seperti itu, aku memiliki percakapan melelahkan ini sebagai akhir dan hari pertama sekolah tepi pantai telah sampai akhirnya.

Bagian 2

“Persiapan kita disini sudah selesai.”

Seorang pria seperti tentara veteran dengan beberapa bekas luka di wajahnya melapor pada remaja Kaukasian.

“Dimengerti. Tolong mulai misimu sesuai jadwal…………..tolong tahan dirimu dari melakukan tindakan selain yang diperintahkan sampai waktunya tiba, untuk mencegah pihak itu membaca niat kita.”

“Aku mengerti, tuan.”

Pria yang menerima perintahnya itu berbalik dan keluar dari ruangan.

Dia mendistorsi mulutnya sambil tersenyum vulgar.

(Ahh, aku akan menjadi anak yang baik dan melakukan misi……….tapi akan berbeda saat hal itu dimulai.)

Dalam pikirannya, wajah seorang remaja laki-laki yang membuatnya meminum air mendidih 2 bulan lalu muncul di pikirannya.

Badai kebencian dan kemarahan mengamuk di dalam hati si pria.

“Bocah sialan…..aku pasti akan mengalahkanmu dengan telak kali ini…..!!”



Catatan Penerjemah dan Referensi

  1. Postur kendo-menggenggam pedang di atas kepala
  2. Sandiwara pendek yang lucu.
  3. topeng noh yang menyeringai, topeng iblis


Sebelumnya Bab 2 Kembali ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 4