Oregairu (Indonesia):Jilid 9 Bab 1
Bab 1: Lagi, Isshiki Iroha Mengetuk Pintunya
1-1
…Apa dia tolol?
Sesaat sebelum kelas akan dimulai, gugaman itu menyelip keluar dari mulutku.
Pada selembar kertas yang tercampur dalam tasku adalah suatu tulisan tangan yang kukenali. Kelihatannya, itu tertuju padaku dari adik kecilku, Komachi.
Surat menawan itu dihiasi dengan pita lamé dengan warna bertema Natal yang berkilau seperti salju dan di dalam amplop itu terdapat suatu daftar permintaan hadiah yang sangat tidak imut.
Yah, apa yang benar-benar ingin dia beritahu padaku itu mungkin untuk membeli deterjen sewaktu akan pulang ke rumah yang ada di bagian terakhir itu. Ini adalah apa yang mereka sebut sebuah lelucon Komachi… benar? Jika tidak, maka bukankah ini sebenarnya suatu daftar permintaan berlikuiditas tinggi, bukan? Oh astaga, adik kecilku begitu menakutkan.
Untuk sekarang, mengabaikan tiga barang pertama itu, aku akan memastikan untuk membeli deterjen sewaktu akan pulang ke rumah.
Tapi tiga barang pertama itu satu-satunya yang bisa kuabaikan. Bagian tulisan yang tersisa itu membuat hatiku mencelos.
–Kebahagiaanku.
Apa lagi itu persisnya?
Apa lagi kebahagiaan itu…? Kecap lezat di rumahku[1]? Yang benar saja, aku sudah punya itu! Aku begitu senang aku dilahirkan di Chiba!! Kecap Chiba itu nomor satu di Jepaaaaaaaaaaaaaaaaaaang! (Hasil produksi kami).
Oooh, tadi itu hampir saja. Kalau aku tidak dilahirkan di Chiba, “Aku heran apa itu kebahagiaan…” akan mengisi kepalaku dan aku akan dalam masalah besar. Terima kasih, Kikkoman[2]. Jadi itulah itu, tapi apa maksudnya kikko dalam Kikkoman itu? Selamanya berusia 17 tahun[3]? Hei, hei.
Atau terserahlah. Aku harus membanggakan tentang Chiba sedikit selagi menertawainya karena kalau tidak, aku tidak akan bisa menerima kata-kata itu secara langsung karena itu begitu memalukan. Komachi mungkin merasakan hal yang sama sehingga itulah kenapa dia bersusah payah menghiasi surat itu dengan kata-kata yang tidak perlu. Kami bersaudara memanglah bagai pinang dibelah dua.
Tapi tetap saja, bagi Komachi untuk memberikanku sebuah surat, kelihatannya dia mungkin ada suatu maksud tertentu.
Rentetan kejadian mengenai pemilihan ketua OSIS tempo hari itu adalah sesuatu yang juga melibatkan Komachi. Atau malah, akulah yang meminta Komachi untuk kerja samanya.
Entahkah itu suatu hal yang bagus atau bukan, aku masih tidak pasti.
Komachi tidak mendesakku untuk detail-detail hasilnya seakan dia sedang bersikap pengertian akan apa yang sedang kurasakan. Yah, bahkan jika dia menanyaiku terus-terusan, aku tidak merasa aku akan bisa menjelaskannya dengan baik dan aku malah mungkin hanya akan merasa jengkel. Dan kemudian, jika kami berakhir bertengkar sekali lagi, aku tidak akan bisa menang.
Aku rasa itu karena Komachi sadar akan ini sehingga dia sedang bersikap pengertian meskipun itu secara tidak langsung. Seperti yang kuduga, adik kecil yang terhebat.
Karena itu adalah permintaan dari adik kecilku, mengabulkan keinginannya itu bergunung-gunung[4], tapi sayangnya, aku tidak ada uang. Ditambah lagi, aku bahkan juga tidak bisa mengabulkan salah satu keinginan yang dimasukkannya sebagai suatu lelucon.
Kebahagiaan Hikigaya Hachiman, harapan Hikigaya Hachiman, dan keinginan Hikigaya Hachiman.
Sampai hari ini, aku tidak pernah banyak memikirkan semua itu sebelumnya.
Jadi, apa itu kebahagiaanku dan apa itu yang aku inginkan? Aku tidak tahu satupun dari itu semua, tapi di sinilah aku hari ini.
Jika aku ada sesuatu yang bisa kuminta persis seperti Komachi meminta sesuatu untukku. Jika permintaanku itu benar-benar bisa didengar. Dan jika permintaan itu diizinkan.
Jika itu aku…
…Jika itu aku, aku akan meminta kebahagiaan Komachi, duh! Aku akan meminta Pretty Cure Cure Lovely dan Honey Princess Fortune kami dan melakukan sebuah Happiness Charge[5]!
Namun, karena dia adalah adik kecil imutku, aku harus memastikan untuk tidak menggangunya selama musim sekarang ini. Bagaimanapun juga, dia adalah murid yang sedang ikut ujian sekarang ini.
Aku tidak mau membuatnya merasakan kekhawatiran yang tidak perlu dan juga memakan waktunya selama masa penting seperti ini.
Jadi untuk sekarang, mengesampingkan kebahagiaanku dan semacamnya, aku melipat surat itu dan menyelipkannya ke dalam kantong dalam seragamku. Aku merasa sedikit hangat hanya pada area kecil itu. Apa ini? Bukankah kamu sedikit terlampau mencintai adik kecilmu? Tidak masalah, dia itu adik kecilku, jadi aku aman. Tapi dipikir lagi, aku sepenuhnya hancur dalam artian yang berbeda, bukankah begitu?
Membiarkan ekspresi wajahku mengendur hanya karena melihat sebuah surat yang diberikan oleh adik kecilku itu sangat buruk, jadi aku berdiri tegak dan merapikan kerahku.
Itulah. Aku sebaiknya melindungi citra kerenku. Omong-omong, ada banyak kejadian dimana sementara kamu merasa kamu keren, orang-orang di sekelilingmu malah melihatmu sebagai orang yang muram, jadi kamu harus berhati-hati (hasil penyelidikan sendiri).
Selagi aku membuang-buang waktu melihat pada surat dari Komachi, sudah hampir saatnya homeroom pagi akan dimulai. Teman sekelasku akan buru-buru berlari ke dalam kelas.
Dan di dalam kelompok itu muncul seorang gadis yang berjalan dengan lesu, tidak menghiraukan pada hal-hal seperti loncengnya. Rambut gelap kebiruannya melambai-lambai dengan serempak pada setiap langkahnya.
Kawaentahapa… Tidak, Yamaentahapa? Atau apa dia Yutakaentahapa? Yah, mari kita cukup pakai Apakawayutaka-san. Kawaentahapa-san menuju ke tempat duduknya, tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi di dalam kelas, Di tengah jalan, mata dingin dan kalemnya bertemu dengan mataku.
Setelah mata kami bertemu, kami berdua terdiam untuk sesaat. Dan kemudian untuk beberapa alasan, kami berdua mematung.
Kami mungkin saja saling tak mengenal, tapi aku seharusnya paling tidak menyapanya. Yah, toh, itu tidak seperti aku tahu namanya. Omong-omong, aku berhutang padanya untuk bantuannya dalam pemilihan ketua OSIS tempo hari itu juga. Aku tidak pernah berhasil mengucapkan terima kasih padanya. Tapi kembali ke masa kini, aku masih tidak tahu apa yang harus dikatakan atau bagaimana berbicara padanya.
“Aah… yah, kamu tahu.”
Untuk sementara ini, aku menuturkan helaan tak berarti dan kata-kata kosong, berharap untuk menemukan suatu pemicu untuk memulai sebuah percakapan. Ketika aku melakukannya, pihak yang lain terlihat seperti dia mungkin juga sedang mencoba untuk mencari tahu apa yang mau dikatakan. Bibirnya bergoyang dan dia kemudian berbicara dengan suara yang kecil.
“…Pagi.”
“Y-Ya.”
Dia menyapaku dengan ekspresi masih sedingin batunya dan aku secara refleks memberikan jawaban yang bodoh.
Karena dia menghancurkan rencanaku, aku terduduk di sana tidak mampu berkata apapun yang berguna. Percakapannya tidak berjalan lebih jauh lagi dari itu dan dia buru-buru pergi ke mejanya di dekat sisi jendela di belakang.
Yah, toh, itu agak canggung dengan jeda sepanjang itu. Pilihan terbaik pada saat-saat seperti itu adalah untuk melarikan diri. Melihat bahwa aku sudah duduk di tempat dudukku, pilihan satu-satunya yang tersisa ada di arahnya.
Entahkah dia tidak tidur atau dia tidak termotivasi, setelah mencapai mejanya, dia tumbang ke atasnya. Selagi aku mengamatinya, aku dengan kalem merenungkan percakapan kami tadi.
…Hei, hei, yang benar saja? Kawaentahapa-san menyapaku. Kami berdua bahkan tidak tahu nama satu sama lain, jadi bukankah ini suatu kemajuan besar?
Walau, bahkan anak SD akan menyapa orang dengan benar. Malah, mereka bahkan diajari di SD untuk bersikap tegas ketika menyapa orang yang mencurigakan. Dengan memikirkan itu, bagi pihak lain untuk memberikan sapaan mereka terlebih dahulu berarti mereka lebih dulu menyebarkan rumor terhadap orang yang mencurigakan! Pada dasarnya begitu adanya. Sesuatu yang mirip seperti “apa yang kau lihat-lihat, brandalan, dari SMP mana kau?”[6] mungkin?
Yah, bagi orang mencurigakan yang ekspresinya mengendur dari suatu surat yang diberikan adik kecilnya pada dia, hantaman selevel ini sudah bisa diduga. Tapi tunggu dulu sejenak. Jika ingatanku benar, aku ingat melihatnya menyeringai karena suatu pesan teks dari adik laki-lakinya, Kawasaki Taishi. Ah, itu benar, namanya adalah Kawasaki.
…Wah wah, ada apa dengan gadis itu, dia begitu mencurigakan. Lain kali, aku akan menyapanya dan mewaspadainya.
Sapaan itu benar-benar penting, bukan?
Dunia ini telah menjadi suatu dunia dimana kamu harus waspada dengan mereka yang menyapamu, bukan dunia dimana kamu harus waspada akan kesalahpahaman bahwa disapa itu berarti dia ingin lebih dekat denganmu. RACUN[7].
Selagi aku mengawasi Kawasaki, aku menyandarkan daguku pada tanganku dan melihat-lihat ke sekeliling ruangan juga.
Tidak ada perubahan yang mencolok pada teman sekelasku, tapi pemandangan tempat mereka berada terlihat sedikit berbeda.
Loker di belakang dijejali dengan mantel dan syal. Bahkan ada sebuah panci ceret teh yang dibawa seseorang sesuka hatinya juga. Para gadis memiliki selimut di pangkuan mereka, menutupi sejumlah bagian kaki mereka.
Dan di antara gadis itu ada seorang gadis yang terang-terangan menampilkan kaki panjangnya. Dia adalah Miura Yumiko.
Selagi dia memutar rambut pirangnya, dia dengan perlahan mengganti kaki tersilangnya yang menjulur dari rok pendeknya. Ketika dia melakukannya, keliman roknya melambai sedikit.
Aku secara refleks memakai kekuatan tekadku untuk menahan mataku supaya tidak tertarik ke sana. Aku berhasil untuk menahan sampai dia hampir tidak ada dalam lapangan pandangku. Tidak mungkin aku bisa menahan diriku, huh? Aku juga sudah sedang melihatnya. Ah, tapi tunggu sebentar! Bagi dirinya untuk duduk berarti dia sedang menurunkan kewaspadaannya dan pemandangannya akan… Atau begitulah yang kupikir, tapi ada seberkas kabut ini yang melayang-layang di sekeliling Miura. Apa ini, sensor? Apa mereka akan menghilangkannya dalam BD[8]nya?
Mataku biasanya setengah terbuka, tapi aku rasa mungkin aku bisa melihat sesuatu (pink) jika aku menyipitkan mataku. Ketika aku menatap dengan mata berkabutku, apa yang kutemukan adalah suatu mesin kecil yang mengepulkan kabut. Aah, itu pastilah pelembab yang sedang Yuigahama bicarakan. Itu memang mengepulkan sesuatu keluar. Itu sudah menjadi sejenis kabut yang digunakan ketika seorang karakter musuh muncul keluar.
Miura sedang bersikap seperti tingkah Ratu biasanya dan di sampingnya ada dua pelayan yang sama, Yuigahama dan Ebina-san.
“Yumiko, kamu tidak dingin?”
Ebina-san berbicara dengan pengertian dan Miura dengan lembut menjentikkan rambut bor pirangnya dengan senyuman yang percaya diri.
“Tidak begituuuuuuuuuu? Suhu segini itu normal, bukan?”
Walaupun dia mengatakan itu, Miura terbersin pelan. Yuigahama dan Ebina-san melihat ke arah Miura yang memiliki tampang malu dan membuat ekspresi hangat. Yap, yap, aku sendiri merasa agak hangat.
Berlawanan dengan Miura yang kakinya terbuka untuk umum, Ebina-san dan Yuigahama mengenakan celana jersey di bawah rok mereka. Hei, pikirkan orang yang harus melihatmu dalam penampilan seperti itu. Itu benar-benar menurunkan semangat, jadi tolong hentikan itu.
…Tidak, tapi tunggu sebentar. Sekarang setelah aku memasukkan ke dalam pertimbangan bahwa hanya gadis SMA yang memamerkan penampilan seperti itu, kalau begitu aku merasa bahwa itu bagus dalam caranya sendiri. Ketidak-cocokan celana jersey jelek dan menyedihkan di bawah rok itu menghasilkan sebuah gabungan yang misterius. Bukankah persis karena sifat tersembunyi inilah sehingga ada sebuah kemegahan yang membuat kalian dapat mengembangkan sayap imajinasi kalian? Kalian adalah sayapku! Itu bermasalah jika kalian meremehkan imajinasi seorang lelaki!
Tapi para pria di samping mereka terlihat seperti mereka tidak tertarik sama sekali seakan celana jersey yang dikenakan Yuigahama dan yang lain tidak membuat mereka terpesona. Yah, itu tidak seperti mereka sedang meminta untuk melihat ke arah mereka, jadi itu tidak masalah, kurasa.
Tapi selagi aku sedang mengamati mereka dengan cermat, kelihatannya itu bukanlah suatu masalah dalam hal kurangnya imajinasi.
Aku tidak yakin apa aku bisa menyebut ini buktinya, tapi Tobe sedang menggoyang tubuhnya dengan gelisah selagi dia menyisir dan menarik rambut di tengkuknya. Selagi dia melakukan itu, dia akan mengintip sedikit-sedikit ke arah kelompok itu. Itu terlihat agak tidak mengenakkan.
Dia melihat ke arah Hayama, kemudian ke arah Miura dan yang lain, dan kemudian dia berpaling ke arah Oooka dan Yamato.
“Tapi ya, itu benar-benar dingin.”
“Ya.”
Oooka menjawab dan mengangguk dan Yamato membuat helaan yang berlebih-lebihan.
“Untuk mengikuti klub pada hari seperti ini, tidak mungkin.”
“Aah. Itu juga.”
Jadi ada ikut klub atau tidak…? Aku menangkap bahwa “tidak ada” dan “ada” itu memiliki artian yang sama dan aku benar-benar berpikir bahwa dunia ini dituntun oleh Hukum Siklus[9].
Tobe membuat senyuman nakal dan melihat ke arah Hayama, Miura, dan yang lain berharap mendapat pendapat yang sama dengan sebuah kata “iya?”
Ketika dia melakukannya, Hayama membuat suatu senyuman dan tidak memberikan jawaban yang cukup berguna.
Miura memandang sekilas percakapan itu. Dia mengintip ke arah wajah Hayama, tapi dia tidak mengatakan apapun.
Dari kejauhan, kamu mungkin tidak akan berpikir ada sesuatu yang berbeda mengenai kelompok Hayama. Jika aku mengabaikan percakapan sepele yang baru saja mereka lakukan, bahkan aku akan merasa tidak ada sesuatu yang tidak biasa.
Namun, pasti ada suatu kerenggangan di sana entah di mana.
Walaupun para lelaki dan para gadis itu berada di tempat yang sama, tidak benar-benar ada interaksi di antara mereka berdua.
Aku akhirnya menyadari bahwa Tobe dan yang lain itu tidak terlalu menguatirkan tentang Miura dan yang lain, tapi persisnya karena itu menganggu merekalah sehingga mereka sedang mencoba untuk bersikap seakan mereka tidak manyadari apapun.
Itu mungkin terlihat sama seperti biasanya, tapi itu tentu berbeda.
Mungkin itu karena ada jarak yang tidak mengenakkan antara dua orang utamanya, Hayama dan Miura, yang merupakan pusat dari kelompok itu. Jika ada suatu kerenggangan di antara pusatnya, maka itu jelas akan ada suatu kerenggangan juga di antara kelompok tersebut.
Tidak ada yang mau membicarakannya.
Tapi memilih untuk tidak membicarakannya menandakan betapa terpisahkannya mereka dan ini hanya membuat kerenggangan di antara mereka melebar.
Apa ada sesuatu yang terjadi di antara mereka? Tobe tidak sedang diabaikan karena Miura membencinya, bukan? Wah wah, sungguh kasihan dia! Mengingatkanku akan diriku sendiri!
Masalahnya mungkin tidak terletak pada Tobe, tapi pada Miura yang sedang menguatirkan tentang kencan ganda tempo hari itu. Yah, jika kamu memikirkannya seperti biasanya, maka itu Hayama yang sedang kita bicarakan. Aku begitu pasti berpikir bahwa itu tidak berarti apa-apa jika dia hanya jalan-jalan dengan para gadis dari sekolah lain. Tapi kelihatannya cara aku melihatnya itu sedikit berbeda.
Dan benar, Hayama bukanlah tipe orang yang akan menjadi pusat rumor kentara bahwa dia itu orang yang suka merayu. malah, kamu bisa melihat bahwa dia menjaga suatu jarak tertentu dengan para gadis yang tidak begitu dikenalnya dengan baik.
Tapi mungkin persis karena itulah sehingga Miura merasa tidak nyaman melihatnya secara langsung di tempat itu.
Si Hayama yang kulihat dan si Hayama yang Miura lihat itu mungkin berbeda. Dengan kata lain Miura melihat Hayama sebagai seseorang yang tidak akan melakukan hal semacam itu.
…Yah, kamu tahu, aku merasa agak tidak enak akan itu. Alasan Hayama melakukan itu sebagian salahku dan Miura berakhir menjadi risau karena Hayama terlibat denganku. Tapi orang yang tidak perlu ikut terlibat itu juga patut disalahkan, jadi aku sepenuhnya bukanlah yang sepenuhnya salah di sini. Tapi itu tidak seperti aku melakukan sesuatu yang buruk pada Miura… Aku memang melihat celana dalamnya (pink) satu kali itu sehingga perasaan bersalahku terhadap Miura lebih bertambah lagi.
Seperti yang bisa diduga, jika Miura tidak bersemangat, maka seluruh kelompok itu juga akan menjadi muram. Tapi Miura bukan satu-satunya yang janggal.
Yuigahama juga bukanlah dirinya yang biasa.
Dia akan tersenyum selagi dia mendengar dengan hening pada percakapan yang dibuat Tobe dan yang lain dan dia akan bergiliran mendengarkan pada Miura dan Ebina-san selagi mereka berbicara.
Yuigahama berbeda dari dirinya yang di ruang klub.
Dia tidak akan berusaha keras untuk berbicara atau memaksa percakapannya untuk terus berjalan. Di atas itu semua, dia tidak bertingkah dalam cara yang terlihat seperti dia akan mencoba untuk membaca respon dan ekspresi lawan bicaranya.
Itu mungkin bahwa bersama dengan Miura dan yang lain memberikan Yuigahama ketenangan hati. Dan benar, klub itu bukan tempat dimana dia bisa merasa tenang lagi.
Fakta itu meninggalkan beban yang berat pada hatiku.
Percakapan pada grup Hayama sudah berhenti, tapi Tobe akan berkata “aah” selagi menjaga helaannya agar tidak terselip keluar. Dari sana, dia melanjutkan kata-kata berikutnya.
“…Tapi ente tahu? Itu begitu dingin s'kali belakangan ini. Benar-benar membekukan di sini.”
Tobe! Sama! Kamu sedang membicarakan hal yang sama dari tadi kamu tahu! Maksudku, tentu cuacanya adalah topik nomor satu untuk diangkat ketika kamu memerlukan sesuatu untuk dibicarakan, tapi kamu sedang menyalah-gunakannya, kamu tahu… Itu sudah menjadi sesuatu seperti Gondoh, Gondoh, Hujan, Gondoh itu[10].
Oooka dan Yamato menyahut pada kata-kata Tobe dengan cara yang sama seperti yang mereka lakukan tadi.
“Yah, sudah musim dingin.”
“Benar, bukan?”
Tobe dan yang lain melanjutkan percakapan yang sama seakan dunia ini bekerja berputar-putar dan bukan Harmonie préétablie [11]. Tapi Tobe yang hari ini itu berbeda. Yah, walau aku tidak tahu bagaimana dia biasanya itu. Maaf untuk tidak tertarik sama sekali dengan Tobe, oke?
“'mong Omong, ente-ente ada merencanak'n 'pa-apa untuk Natal?”
Walaupun Tobe terlihat seperti dia sedang menanyakan Hayama, bukankah telinganya itu sedang mencurigakannya menunjuk ke arah Ebina-san?
Menyadari tanda itu, Ebina-san mengambil inisiatifnya.
“Aku akan sibuk bersiap-siap untuk tahun depan, kurasa.”
Aah, Aku rasa begitu. Bagaimanapun juga, ada festival musim dingin itu yang akan dibuka dari subuh hari. Selagi dia mengangguk dengan meyakinkannya, Miura bereaksi tersentak, terlihat tidak tertarik sampai barusan tadi. Dia menghentikan tangan yang sedang memutar rambutnya itu.
“Natal huh…? Ebina, yah, terserahlah… Tapi apa yang akan kalian yang lain lakukan?”
Selagi dia mengatakan itu, pandangannya sedang sedikit melihat ke arah Hayama, tapi dia segera berpaling. Dia sedang dengan risih menyentuh-nyentuh keliman roknya dan mendorongnya ke bawah meja. Pipinya terlihat sedikit merona (pink).
Ooh, majulah! Lakukan yang terbaik, Miura…! Dipikir lagi, kenapa aku sedang menyemangati Nona Ratu? Ah, itu tidak seperti aku sama sekali mau menyemangati Tobe .
Tapi Hayama memiringkan kepalanya, membuat dukunganku menjadi sia-sia.
“Aku mungkin ada sesuatu yang perlu kulakukan…”
“Eh?”
Seakan kata-kata itu mengejutkan, suara Miura sedikit tersendat selagi dia menanyainya.
“Ha-Hayato… A-Apa kamu sudah ada rencana?”
“Hm…? Ah, hanya sedikit urusan di rumah.”
Hayama merespon dengan senyuman yang tidak terlihat serisih sebelumnya. Malah senyuman itu memiliki kehangatan yang biasa di dalamnya.
“H-Hmmm…”
Miura berpaling dari Hayama dan mulai memutar-mutar rambutnya lagi, bertingkah acuh-tak-acuh. Dia terlihat risih seakan dia ingin menanyakan sesuatu, tapi dia tidak pernah mendesaknya leih jauh dari itu.
Ketika percakapan di antara mereka berdua berhenti, para lelaki dan para gadis itu terpecah lagi. Topik pembicaraannya tentu saja terpisah di antara mereka berdua; para lelaki membicarakan tentang aktivitas klub selama liburan musim dingin dan para gadis sedang membicarakan apa yang akan mereka beli untuk hari Natal.
Tobe terlihat enggan dengan bagaimana keadaannya berjalan dan setelah dia menggaruk kepalanya, dia mengacungkan jarinya dan melihat pada semuanya.
“Oh, kalau begitu bagaimana dengan ini! Hatsumode[12] atau apa.”
Kelihatannya Tobe sedang berusaha yang terbaik untuk mengalihkan topiknya ke topik tadi. Aku tidak yakin ketika Hayama mendeskripsikan Tobe sebagai si pembuat suasana, tapi aku rasa itu benar… Walaupun itu terlihat seperti dia tidak memikirkan tentang apapun, dia mengejutkannya pengertian dengan mereka yang di sekelilingnya. Atau mungkin itu karena dia menyadari itu tidak akan bagus jika jarak di antara mereka terus bertambah. Karena dia sudah hidup sampai sekarang sebagai seseorang yang cepat ikut dengan suasana, dia mungkin sensitif pada suasananya.
“Mmm, Namun aku rasa aku akan menghabiskan Tahun Baru dengan keluargaku…”
Tobe sedang berusaha keras, tapi Ebina sekali lagi mengesampingkan topiknya. Bahu Tobe langsung jatuh.
Atau begitulah yang kupikir, tapi Ebina-san menaruh jarinya pada pipinya dan berpikir.
“Tapi itu tidak harus pada hari tersebut… Itu akan bagus jika kita semua bisa jalan-jalan keluar.”
Ebina-san menekankan kata “kita” dalam kalimatnya dan Miura langsung mendongakkan kepalanya.
“Ah, apa itu terdengar bagus?”
“Yap, bagus.”
Ketika Yuigahama setuju, begitu pula dengan Yamato dan Oooka yang mengangguk. Ketika mereka melakukannya, Tobe akan melihat ke wajah semuanya selagi dia akan berkata “Baik? Baik?” Setelah melihat itu, Hayama dengan lembut membuat senyuman lebar.
“…Tentu.”
“Ba-baik!? Kalau, kalau, kalau begitu, kemana sebaiknya kita pergi? Ah, Hayato-kun, apa ente tipe yang bisa pergi kapan saja? Omong-omong, aku bisa pergi kapan saja.”
“Kita ada klub, kamu tahu…”
Hayama menghela dengan campuran pasrah. Yang mendengar dari samping adalah Miura yang berbicara dengan ketidak-tertarikan.
“Jadi, kapan sebaiknya kita melakukannya…? Aku macam sepenuhnya senggang kapan saja.”
Nada Miura jelas sekali terdengar seakan dia tidak tertarik, tapi ketika dia melihat ke arah kukunya yang diangkatnya ke arah cahaya, dia entah kenapa terlihat gelisah. Ketika dia memastikan bahwa seluruhnya sesuai, dia membuat suatu kekehan.
Ebina-san melihat ke arah Miura dengan mata yang lembut.
Mereka akhirnya bisa membuat percakapan yang hangat lagi. Yuigahama menghela lega melihat itu.
“Ah, maaf.”
Yuigahama permisi dari Miura dan yang lain dan meninggalkan mereka. Wah wah, mungkinkah dia mau pergi keluar memetik beberapa bunga? Tapi tetap saja, bagaimana jargon ini bisa dipakai untuk para laki-laki? “Aku akan pergi memburu rusa sejenak” mungkin akan terdengar sedikit keren.
Aku pikir begitu, tapi kelihatannya bukan begitu adanya. Yuigahama pergi menuju lokernya di belakang dan sedang memilah-milah sesuatu. Setelah itu, daripada kembali ke arah Miura dan yang lain, untuk beberapa alasan, dia sedang mendekatiku.
“Hikki.”
Ketika dia memanggilku, aku berpaling ke arah Yuigahama. Ketika aku melakukannya, Yuigahama berdiri terpatung untuk sejenak dan menggeliatkan tubuhnya dengan rasa tidak nyaman. Dan kemudian, dia berbicara dengan enggan.
“Kamu terus-terusan melihat kemari jadi…”
“Eh, er, itu tidak seperti aku ada melihat atau apa…”
Tanpa kusengajai aku menggugamkan jawabanku. Tentu, aku sudah pasti mengamati mereka, tapi untuk dibilang secara langsung agak sedikit canggung. Baru saja aku mau melanjutkan dengan alasan-alasanku, Yuigahama melambaikan tangannya dan menyelaku dengan nada pasrah.
“Tidak, tidak, kamu benar-benar melihat kami. Itu karena Hikki sedang membuat tampang menatap aneh itu. Jujur saja, itu benar-benar membuatku merasa ‘ugh’.”
Ada apa dengan “ugh” itu…? Bukankah itu agak jahat?
“Kalau begitu, kamulah seharusnya yang tidak melihat ke arah sini…”
“Eh!? Er, ,itu macam, macam kamu tahu! Aku hanya macam merasakannya kamu tahu! Macam ada tekanan atau hawa dingin ini atau apa…”
Dua hal itu cukup berbeda, tapi terserahlah… Selagi dia melambaikan tangannya dengan risih dan menyuarakan alasan-alasan dengan tingkah panik, Yuigahama menambahkan sesuatu di paling akhir.
“Jadi, kenapa kamu melihat ke arah sini? Apa kamu butuh sesuatu?”
Walaupun aku rasa tidak benar-benar ada alasan untuk kenapa aku melihat mereka sebagai jawaban pertanyaan itu, tapi itu membuat hatiku mencelos entah di mana. Kenapa aku melihat ke arah mereka?
“…Tidak, tidak sungguh… Yah, kalian menonjol jadi aku tidak bisa menahannya.”
“Uh huh…”
Respon Yuigahama memberikan perasaan aneh bahwa dia itu baik teryakinkan dan tidak teryakinkan pada waktu yang sama. Namun, itu tidak seperti aku berbohong. Kelompok Hayama menonjol. Hal yang menonjol akan secara alamiah menarik matamu. Itulah kenapa tanpa sengaja melihat mereka itu bukanlah sesuatu yang aneh.
Namun, alasan aku melihat mereka sudah pasti bukan hanya itu saja.
Bagaimana persisnya kamu bisa memperbaiki sesuatu yang hancur dan jatuh ke dasar?
Jika itu kelompok Hayama, maka aku rasa mereka akan memberikanku jawaban untuk itu.
Kunci utama di balik pengamatan manusia bukan hanya untuk mengamati orang lain. Malah, itu mungkin untuk meniru apa yang mereka lakukan serta juga merenungkan kehidupanmu sendiri.
Alasan aku mengamati kelompok Hayama mungkin karena meskipun aku sadar bahwa di dalam kelompok itu ada suatu hubungan yang aku rasa dangkal dan penuh kebohongan, aku sedang mengasimilasikannya ke dalam diriku yang sekarang ini.
Tobe mungkin saja bereaksi tanpa disadarinya akan suasana yang sensitif itu, tapi Ebina-san mungkin menyadarinya selagi dia mencoba untuk menutup kerenggangan itu.
Dengan perlahan-lahan menyesuaikan sedikit perbedaan dalam pendapat dan perasaan tidak nyamannya, Miura, Hayama, Tobe, dan Ebina-san akan mengatur bagaimana mereka akan bersikap pada satu sama lain, mencari sebuah kompromi universal yang akan disetujui oleh mereka sema. Itulah bagaimana aku melihatnya.
Bahkan hubungan seperti itupun ada.
Mereka, juga, memiliki keraguan yang nyata akan komunikasi mereka, menguatirkan dan menanganinya dengan canggung.
–Jika demikian, apa sebenarnya yang palsu?
“Hikki?”
Baru saja aku akan terperangkap ke dalam pemikiranku itu, suara Yuigahama membawaku kembali. Aku mengangkat wajahku dan Yuigahama sedang melihatku dengan tampang sedikit kuatir. Sebelum kami menyadarinya, wajah kami sudah cukup dekat sampai aku bisa merasakan dengan jelas nafas hangatnya dan merasakan mata berairnya yang tertuju padaku.
Aku menyentak mundur ke kursiku dan menaruh sedikit jarak. Sekarang bukan saatnya untuk menunjukkan suatu ekspresi yang akan membuat Yuigahama risih. Tidak diragukan lagi dia juga merasa kebingungan mengenai situasi Klub Servis sekarang ini. Aku juga merupakan penyebab di balik itu, jadi aku seharusnya paling tidak berusaha untuk berlaku sebagaimana semestinya.
Aku berhenti berpikir untuk sekarang. Aku rasa itu adalah suatu masalah yang kupikirkan hanya ketika aku sendirian. Dan saat-saat tersebut berlimpah ruah. Inilah di mana menjadi seorang penyendiri itu memudahkan.
Aku dengan cepat mengganti topiknya.
“Jadi, kalian harus sedikit lebih diam jika kalian tidak mau seseorang melihat ke arahmu. Itu lo, kamu tahu. Aku jamin 40% tatapan yang diarahkan padamu itu mungkin mengatakan betapa menjengkelkannya kalian itu.”
“Uu, Aku heran tentang itu… Tapi Tobecchi ada di sana, jadi aku pikir itu mungkin-mungkin saja.”
Dia tentu mengatakan sesuatu yang benar-benar kejam tadi. Memang, Tobe mungkin saja menjengkelkan dan memuakkan, tapi dia memiliki sisi baik dalam dirinya juga. Seperti betapa kuatnya akar rambutnya atau semacamnya.
Yah, namun, ribut ataupun tidak, ada saat-saat ketika matamu masih akan tertarik ke sana. Bahkan selagi aku sedang berbicara dengan Yuigahama sekarang ini, mataku bergerak-gerak semaunya.
Lihat, masalahnya itu, ketika sesuatu bergerak ke dalam lapangan pandangmu, itu cenderung menarik perhatianmu benar? Aku rasa aku tidak perlu menyebutkan lagi bahwa seseorang yang imut bahkan akan lebih menarik lagi.
Mungkin itu mengapa mataku melihat ke arah pintu pada waktu yang bersamaan saat pintunya terseret di depan kelas.
Orang yang masuk mengenakan kemeja jersey bermanset panjang dan celana panjang itu adalah Totsuka Saika. Dia masuk menghembuskan nafas seakan lorong itu mendingin. Secara refleks, aku menarik nafas. Aah, udara yang baru saja dihembuskan Totsuka sekarang sudah ada di dalam diriku… Oke, bahkan untukku, itu benar-benar menjijikkan.
Ketika Totsuka menyadari Yuigahama dan aku, dia berjalan ke arah kami.
“Pagi.”
Yang mengiringi sapaan paginya adalah suatu senyuman yang terlihat seperti bunga yang mekar. Persis seperti yang kuduga, sapaan itu penting… Aku rasa itu akan menjadi hal yang benar-benar menyedihkan jika sapaan itu digunakan hanya demi mencegah tindak kriminal, yap.
“Pagi, Sai-chan.”
“Yo, pagi.”
Ketika Yuigahama dan diriku menyapa balik dia, mata Totsuka berkedip-kedip dengan kekanak-kanakan. Dia memanglah imut… Ah, tidak, bukan itu. Kenapa Totsuka dengan manisnya sedikit kaget? Malah, akulah yang seharusnya kaget akan betapa imutnya dia.
“Ada yang salah, Totsuka?”
Apa kami baru saja mengatakan sesuatu yang aneh? Aku menanyakan Totsuka dan dia mencoba untuk menampiknya selagi dia melambaikan tangannya sedikit di depan dadanya setelah menyadarinya.
“Aku hanya merasa itu jarang sekali untuk melihat kalian berdua bersama di dalam kelas seperti ini.”
“Su-Sungguh?”
Yuigahama menjawab dengan kaget dan Totsuka segera menambahkan dengan panik seakan untuk bersikap pengertian.
“Ah, itu hanyalah suatu gambaran yang tidak kusangka.”
Setelah dia mengatakan itu, itu tentu membuatku menyadarinya. Itu memang jarang bagi Yuigahama untuk datang berbicara padaku di dalam kelas.
Aah, itu mengingatkanku. Meskipun dia pergi ke loker di belakang, dia tidak membawa apapun bersamanya, bukan? Jika dia tiba-tiba datang berbicara padaku, mungkin-mungkin saja bagi orang untuk berpikir apa yang terjadi. Itulah kenapa dia menutupinya dengan tindakan lain untuk menghindari itu. Aku rasa itu seprti yang bisa diduga dari rasa pengertiannya…
Namun, meskipun dengan pengertian itu, jika orang yang mengamati benar-benar memperhatikan, mereka akan menyadari betapa tidak wajarnya itu.
“…Apa ada sesuatu yang terjadi?”
Totsuka melihat ke arah Yuigahama dan aku secara bergantian dan bertanya dengan nada kuatir.
“Tidak, sama sekali tidak…! Y-Yah, itu hanya sesuatu yang berhubungan dengan permintaan pada klub, kurasa.”
“Aah, klub huh?”
Yuigahama bergugam panik dan Totsuka terlihat percaya selagi dia menepuk tangannya. Yap, tidak bisa tahu untuk mencurigai orang lain itu suatu sifat baik. Bagi seseorang semurni Totsuka, mungkin ada kemungkinan mereka-mereka yang mencoba untuk memperdayainya malah akan berakhir meninggal dunia dari rasa bersalah dari hati nurani mereka.
“Tapi jika kalian bisa mengikuti klub kalian seperti biasa, aku senang.”
Totsuka tersenyum selagi dia mengatakan itu dan aku rasa dia sedang mengatakannya dengan polos. Totsuka terlibat dalam rentetan kejadian mengenai pemilihan ketua OSIS juga. Itu mungkin bahwa melihat Yuigahama dan aku dari samping berbicara mengenai klub merupakan bukti bahwa semuanya berjalan dengan sangat lancar.
Namun, ekspresi Yuigahama mengeras.
“Y-Ya… Ah, aku tahu! Jika kamu ada masalah lain, kamu boleh datang lagi, Sai-chan!”
“…Ya.”
Yuigahama terlihat sedih sampai tak mampu berkata-kata sejenak, tetapi dia segera menutupinya dengan suatu senyuman dan mengatakan itu.
Aku tidak yakin kamu bisa mengatakannya “seperti biasa”. Kami memang berbicara dengan Yukinoshita dan tentu, itu sama sekali bukanlah situasi yang serius. Tidak ada orang yang diabaikan dan tidak ada pendapat yang bertentangan.
Tidak ada yang terjadi.
Tidak, sama sekali tidak ada apa-apa. Hanya itu saja.
Totsuka memiringkan kepalanya pada percakapan terbata-bata kami dan dia melemparkan tatapan sangsi. Matanya sedang bertanya apa ada sesuatu yang terjadi. Tapi aku merasa seperti aku tidak akan mampu menjelaskannya dengan benar. AKu segera mengalihkan arah percakapan itu.
“Tidak, lihat. Singkatnya itu. Hanya tidak ada sesuatu yang terjadi sampai kami akan sepenuhnya siap untuk apa saja yang datang ke sini! Kami akan menyambutnya kapan saja, ya!”
“Kamu lebih termotivasi daripada biasanya!?”
Mata Yuigahama terbuka dengan kaget. Tunggu, apa aku biasanya terlihat setak-termotivasi itu…?
“Ahaha. Oke, kalau begitu jika ada sesuatu yang terjadi, aku akan pergi ke sana.”
Totsuka tersenyum geli dan melirik ke arah jam. Sudah hampir waktunya bagi guru homeroom untuk datang.
“Kelihatannya homeroom akan segera dimulai.”
“Oh, kamu benar. Oke, kalau begitu kita sebaiknya pergi.”
Setelah mereka berbicara, Yuigahama dan Totsuka pergi dari tempat dudukku. Dan saat itu.
“…Ah, oh iya, Hikki.”
Yuigahama segera berpaling kembali dan dengan diam-diam menggerakkan mulutnya ke telingaku.
Suatu bau tanaman yang tipis melayang kemari dan suatu nafas halus menyentuh telingaku. Ketika dia tak terduganya mendekat, kehangatan yang kurasakan pada saat itu, pada sore hari setelah sekolah di ruangan yang dingin dimana sesuatu telah berakhir teringat olehku.
Jantungku tiba-tiba melompat. Yuigahama berbisik dengan suara pelan.
“…Ayo kita pergi ke klub bersama-sama, oke?”
Setelah mengatakan beberapa kata-kata itu, Yuigahama berlari ke tempat duduknya tanpa menunggu jawabanku. Selagi aku melihatnya pergi, aku sedang menekan dadaku tanpa kusadari.
Jantungku tidak berdetak tak menentu lagi. Malah, itu terasa seperti pada waktu jantungku berdetak tak menentu, itu mengikisku di dalam diriku dan aku hanya mampu nyaris bisa menahannya.
Alasan Yuigahama bersusah payah utnuk mengatakan itu adalah karena dia merasa itu sulit untuk pergi ke klub.
Aku merasakan hal yang sama. Aku hanya tidak merasa berniat untuk pergi.
Meskipun kami selalu pergi ke sana setiap hari, itu terasa kejam entah di mana. Meskipun kami bertiga mungkin bahkan tidak ingin pergi ke sana.
Namun, kami tidak mau mengakuinya sehingga kami masih akan pergi. Itu karena kami hanya tidak bisa mengakui betapa besarnya hal yang kita hilangkan itu.
Atau mungkin, kami hanya pergi karena kewajiban, karena dorongan tugas seakan kami ingin melindungi dan mempertahankannya, mirip seperti bagaimana makhluk hidup lain akan mencoba untuk melindungi sesamanya serta diri mereka juga.
Hari-hari dimana kamu cukup menjalaninya sehingga kamu tidak sedang melarikan diri.
Ini adalah hari-hari kamu menangisi orang yang sudah meninggal dunia.
Supaya tidak membuat alasan untuk hal-hal yang sudah hilang. Supaya tidak menerima untuk menyerah pada ketidaklogisan. Itulah mengapa, kami akan bersiap-siap menghadapinya dan bersikap seperti kami biasanya melakukan lebih dari apa yang akan kami lakukan sebelumnya.
Itu pastilah kebohongan.
Namun, orang yang memilih itu adalah diriku.
Kamu tidak diizinkan untuk mempertimbangkan kembali pilihanmu. Waktu sudah tidak dapat dibalik dan ada banyak hal yang tidak dapat pulih kembali. Untuk menangisinya berarti mengkhianati diri masa lalumu.
Untuk menyesali sesuatu merupakan bukti bahwa apa yang kamu pegang itu memang sebesar itu. Itulah kenapa, aku tidak akan menangisinya. Kenyataannya, aku bisa mencengkram pada sesuatu yang biasanya tidak bisa kupegang. Fakta itu saja seharusnya sudah cukup memuaskan.
Jika kamu terbiasa dengan nasib baik dan kebahagiaan, maka itu semua tidak lebih dari sesuatu yang biasa, kehidupan sehari-harimu. Sekali itu berakhir, maka itulah saat dimana kamu akan merasa tidak bahagia.
Jika demikian, jika aku menganggap bahwa meraih tidak pada apapun mulai sekarang ini merupakan hal yang wajar untuk dilakukan, hanya melakukan itu saja akan menuntunku ke kehidupan yang memuaskan.
Setidaknya, itu sebaiknya dilakukan dengan suatu cara yang tidak akan menyangkal diri masa laluku.
Aku akan menghabiskan sisa-sisa hariku mulai sekarang dengan cara itu.
Catatan Translasi
<references>
- ↑ Kecap
- ↑ Pembuat kecap yang berpusat di Chiba
- ↑ Kikuko Inoue VA yang terobsesi dengan angka 17.
- ↑ Tidak begitu yakin dengan lelucon ini, tapi kurang lebih artinya, "Aku akan melewati semua rintangan yang ada jika aku bisa
- ↑ Happiness Charge Precure! Anime Pretty Cure
- ↑ Cara bicara preman SMP yang berubah jadi lelucon
- ↑ Lelucon ini berasal dari judul lagu bernama “POISON ~言いたいことも言えないこんな世の中は~ dalam album, HIGH LIFE. Lagu ini dapat diterjemahkan sebagai “RACUN ~Dunia ini dimana Kamu tidak Bisa Mengatakan Hal-Hal yang Ingin Kamu Katakan~”
- ↑ Blue-ray Disc
- ↑ Puella Magi Madoka Magica
- ↑ Sesuatu mengenai seorang pemain baseball Jepang professional yang bermain dalam pertandingan berturut-turut yang diikuti hujan dan seterusnya.
- ↑ Harmoni yang telah ditetapkan sebelumnya
- ↑ Hatsumode