-SLASHDØG̙- (Indonesia) Bab 1
Kembali/Serangaɲ
Bagian 1
Juli. Waktu saat panas menjadi semakin panas——.
Ikuse Tobio dan seorang temannya berada di dalam kereta yang kembali dari sekolah——mereka membuka halaman majalah di dekat pintu.
“Sudah kuduga, skorsing yang satu ini mungkin lebih baik.”
“Kalau memang begitu, bukannya lebih cepat untuk barang-barang berkumpul di tempat barang rongsokan di dekat tepi sungai?”
Ujar pendapat Tobio, temannya mendesah dengan mata setengah terbuka.
“Bodoh. Hal-hal seperti itu, seseorang yang tidak mengerti hal-hal seperti mengambil bagian sepeda motormu sendiri tidak seharusnya mengendarai sendirian. Jika mereka menyebalkan, maka bukankah ada kemungkinan menderita hukuman berat yang tak diketahui dalam kecelakaan mobil? Sudah kuduga, pasti, dengan menabung uang untuk memasukkan bagian merek baru, bukannya itu membuat semuanya lebih romantis?!”
Temannya berbicara dengan penuh semangat, matanya berkilauan.
Belakangan ini, dia tampak tergila-gila pada sepeda motor, dan untuk menyelesaikannya dia dengan gembira bekerja paruh waktu meski dilarang sekolah.
Kebetulan, mendapatkan SIM sepeda motor umum di sekolahnya dan Tobio juga merupakan pelanggar aturan sekolah. Jika ketahuan, mendapat skorsing segera itu tidak dapat dihindari.
Tapi, itu adalah tahun kedua SMA. Dikatakan bahwa anak laki-laki seusia itu secara alami memiliki minat dalam sepeda motor dan mobil.
“Tobio juga harus mendapatkan SIM. Kita berdua bisa pergi tur! Ini akan sangat menyenangkan!”
Belakangan ini, dia telah sering mengundang Tobio untuk melakukannya.
Tobio sama sekali tidak memiliki minat. Tapi……
“Ooh, kedengarannya lumayan…….Tapi aku tidak begitu berminat.”
Jawab Tobio, tersenyum masam.
“Aku mengerti, tidak mudah untuk melupakan……”
Temannya tiba-tiba menatap lantai kereta.
‘Masih belum terjelaskan! Masalah kecelakaan tenggelam dari Heavenly of Aloha. Kasus yang melemparkan bayangan di Amerika Serikat.’
Bahkan waktu Tobio melihat itu, bayangan kecil muncul di wajahnya.
Dua bulan yang lalu, Tobio berada di tengah-tengah kejadian itu.
Tenggelamnya kapal mewah yang memuat 233 teman-teman sekolahnya. Sebagai orang yang selamat dari insiden tersebut, Tobio dikejar-kejar setiap hari oleh media.
Sudah diduga. Jika sebuah kapal yang memuat murid SMA Jepang terbakar dalam kecelakaan laut, itu adalah berita besar. Itu berita top di setiap stasiun setiap hari, dengan media tanpa menunjukkan kepedulian sementara mewawancarai korban yang selamat dari insiden itu, dan juga para pejabat diwawancarai.
Sebuah pemakaman bersama untuk mendiang teman sekelas, dilakukan di tengah keributan tersebut. Tobio, yang hadir sebagai orang yang masih hidup, itu sekilas info yang cukup saat pemakaman.
Beberapa murid selain Tobio yang juga selamat tidak dalam keadaan untuk menghadiri sekolah untuk sementara waktu.
Mereka menjadi target tatapan keingintahuan dan juga penuduhan tapi, lebih dari itu, ada masalah serius.
Mendadak tidak akan ada teman sekelas, sampai saat ini, masih hidup. Seperti para guru yang juga hilang dalam kecelakaan, tidak ada banyak orang di sekolah yang bisa menawarkan hiburan. Insiden itu, mengingat bagaimana masyarakat, waktu yang berarti diperlukan untuk mengatur dan menerima pengalaman tersebut dalam pikiran seseorang. Para murid yang tertinggal, diburu oleh pers, memiliki banyak pilihan selain tinggal di rumah sampai kehebohan atas insiden itu mereda.
“Dari kejadian itu, bukannya aneh bahwa mereka tidak pernah menemukan orang-orang yang masih hidup?”
Untuk pertanyaan temannya, Tobio menurunkan tatapannya.
“Aah, hanya mereka yang tidak berpartisipasi dalam perjalanan sekolah yang selamat…….Di antara kita, ada kurang dari sepuluh sama sekali, termasuk diriku.”
Mereka yang selamat dari tahun ajaran yang sama dengan Tobio, mereka semua terbatas pada murid yang juga tidak mampu untuk menghadiri perjalanan sekolah. Di antara murid yang hadir serta para guru, tidak ada yang selamat.
Ketika kapal itu hancur menjadi dua, satu sisi telah tenggelam ke dasar laut, sementara separuh lainnya terus dicari. Dari sini, mayat beberapa guru ditemukan, hanya mayat yang ditemukan dari orang-orang di atas kapal. Dari penelusuran itu, mayat murid tidak pernah ditemukan secara utuh. Pencarian dicoba dilanjutkan dan menyelamatkan sisa-sisa yang tenggelam ke dasar laut, tapi kapal tenggelam itu telah berakhir di sebuah celah sempit yang tidak diharapkan, dengan mengangkutnya pun sangat sulit. Sampai sekarang, tidak ada kemungkinan mereka ditemukan.
Mereka di TV mengusulkan berbagai teori pada kecelakaan tenggelam itu, sementara gosip yang mencurigakan beredar tentang bagian dalam kisah nyata. Setiap hari ada seorang komentator kurang ajar mengatakan, ‘Penyebabnya adalah senjata rahasia negara tetangga!’ atau ‘Fenomena supernatural!’, ‘Ini karya UFO!’ dan sejenisnya, tapi semua yang dibicarakan itu omong kosong.
——Itu karena penyebab kecelakaan tenggelam itu masih belum diketahui.
Teori yang diragukan itu yakni bermaksud mengikuti arus sementara tidak menghadapi kenyataan.
Tapi, orang Jepang cenderung mudah bosan. Tanpa kemajuan dalam kasus ini, pada saat sebulan telah berlalu liputan korupsi politik menjadi isu utama, sementara berita tentang kecelakaan tenggelam secara bertahap diperlakukan kurang layak diberitakan.
Mungkin keluarga korban dari para murid tidak ribut mengenai siapa yang harus disalahkan. Meski ada pendapat awal yang dibesar-besarkan mengatakan “mengambil risiko!” dan semacamnya, sedikit demi sedikit menjadi masalah yang tidak ingin mereka hadapi.
Pada saat itu, orang-orang yang selamat serta Tobio sudah memutuskan sekolah mana yang telah menerima mereka, akan mereka hadiri. Di antara mereka, tidak salah memilih untuk terus menghadiri SMA Ryoukuu yang akhirnya telah mereka lalui. Setiap seorang dari teman-teman sekolahnya tak lagi bersekolah di sana.
Dengan demikian murid yang masih hidup semua tersebar, melarikan diri dari wartawan media serta tetangga mereka sebelumnya ketika mereka menghadiri sekolah dulu itu, yang juga telah menyaksikan mereka dengan rasa ingin tahu tak terkendali.
“Waktu itu hal-hal gila itu terjadi. Karena kamera media massa setiap hari penuh di depan gerbang utama.”
Sembari temannya mengingat adegan itu, Tobio mengenakan ekspresi tak suka.
Setelah temannya mengatakan itu, ia telah diminta untuk mengomentari itu setiap hari di sekolah tapi tidak satupun dari itu dieksploitasi.
Awalnya ia diperlakukan seperti sedang sakit, melainkan juga memberinya tampilan menggangu, ia nyaris tidak berbicara kepada murid yang ditemuinya, dan akhirnya memberinya kedamaian.
Awal musim panas——karena memasuki bulan Juli, saat kejadian itu tidak lagi dibicarakan, kegelisahan menjadi ketenangan, dan ia mampu menenangkan diri dengan caranya sendiri. Dan untuk pertama kalinya ia mampu merasakan sangat kehilangan teman-teman sekelasnya.
“Yah, pikiran ini pastinya menyakitkan, jadi bukannya lebih baik bahwa kau mengabdikan diri untuk beradaptasi dengan kehidupan baru ini? Memikirkan hal-hal yang tidak menyenangkan seperti itu, pastinya itu berbahaya bagi pikiran dan tubuhmu.”
Memukul punggungnya, temannya memberinya kata-kata menghibur. Tobio bersyukur dan dengan patuh mengikuti kata-kata ini.
Sementara itu, kereta tiba di stasiun mana temannya keluar.
“Ah, baik aku turun di sini. Satu hal lagi. Jangan cemas dan bergembiralah.”
Dia keluar dari kereta dan menunjukkan sikap berani pada Tobio dengan senyum. Tobio memberikan balasan pendek, “Ah, sampai jumpa,” dan menjabat tangannya.
“……….”
Tobio tetap diam di dalam kereta dan menghembuskan napas.
Maaf——.
Tobio di dalam hatinya, meminta maaf kepada temannya.
Diantara teman-teman baru, kekosongan mendalam itu masih ada. Kekosongan yang masih belum terisi penuh.
Sembari tersentak di dalam kereta, Tobio sedang menatap langit.
Ketika ia sendirian, ia memiliki lebih banyak waktu menatap sesuatu dengan pusing seperti ini.
Tiba-tiba mengambil ponselnya, Tobio menurunkan pandangannya ke layar pesan. Kebanyakan kotak masuk digunakan untuk penjagaan, menjaga masa lalu yang mulai menghilang.
Alamat, dari teman-teman yang meninggal dalam kecelakaan. Pesan yang dikirim dari mereka sampai hari kecelakaan. Sementara berada di kereta sendirian, memeriksa pesan sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Setiap kali ia melihat pesan tersebut, wajah teman sekelas melayang di pikirannya, menyebabkan dia kesepian sambil merasakan perasaan nostalgia. Tidak mungkin mengirim pesan balasan, itu hanya kumpulan. Tapi kalaupun mereka tidak bisa mengirim pesan, itu hanya titik kontak Tobio dengan mereka.
Dan ia akan terus memeriksanya, sembari jarinya berhenti di salah satu pesan. Pengirim, Sae——Toujou Sae. Gadis yang telah menjadi teman masa kecil Tobio.
‘Naik pesawat sekarang. Menantikan perjalanan udara yang nyaman. Sampai ketemu lagi. Dan pastikan kau beristirahat dengan benar!’
Pesan yang akan dikirim dari bandara. Ini dia, kontak terakhir darinya.
Kehidupan barunya dimulai, kehidupan yang menjadi terbiasa, di mana Tobio, ketika dia sendirian, sering menangis di kamarnya. Karena dia akan tiba-tiba diserang oleh rasa kehilangan.
Istirahat makan siang, kebangkitan topik bodoh di atap, menghabiskan waktu dengan teman-teman yang berisik di karaoke dan game center sepulang sekolah, kenangan sehari-hari.
Sae yang pergi ke SMA dengannya——.Karena mereka tinggal dekat SMA itu umum terjadi. Dia akan selalu menunjukkan kepada Tobio senyumnya yang tak terlupakan.
——Kejadian sehari-hari itu hilang.
Pada hari ia pergi ke perjalanan sekolah, Sae memiliki tampilan yang kesepian saat ia pergi——.
Dia tidak akan pernah lagi bisa mendengar alasan untuk wajah seperti itu.
Sesuatu yang penting telah hilang selamanya. Sesuatu yang tidak dapat memulihkan Tobio.
Tobio, daripada ia turun di stasiun biasanya, ia turun dua stasiun awal.
Dia bisa mampir ke toko buku, menghabiskan waktu di game center.
Sendirian, kembali ke apartemen besar, ia hanya akan berpikir tentang teman-teman sekelasnya seharian. Setelah pikiran seperti itu muncul di kepalanya, mereka terus-menerus akan mengisi pikirannya sampai ia meninggalkan rumah pada keesokkan harinya.
Rasa kehilangan dengan hebat akan merusak pikirannya.
Jadi, sebisa mungkin, ia akan menelusuri toko buku, menikmati permainan di game center. Hanya dengan demikian rasa sakit itu akan berkurang.
Jam 6 malam berlalu, jam 7 tiba. Matahari tetap muncul untuk waktu yang lama di musim panas, dan masih keluar hingga akhir jam 7.
Tobio, setelah kalah bermain game bertarung setelah ia bermain sampai pertarungan bos terakhir, sembari mendesah memutuskan untuk pulang. Pada saat ini, jalanan itu jarang sekali penduduknya dengan orang-orang seperti pekerja kantor yang baru saja selesai bekerja. Tobio berjalan dengan mata kosong.
Itu ketika ia sampai di penyeberangan. Tiba-tiba melihat trotoar di seberang jalan, mata kosong Tobio ini melihat sesuatu. Seketika, matanya terbuka selebar mungkin.
——Sae.
Apa yang saat itu ia lihat, itu adalah sosok yang seharusnya mustahil. Melihat hal seperti itu, jantung Tobio mulai berdetak keras.
Mereka memiliki hubungan yang mana masing-masing telah menyaksikan pertumbuhan yang lain dari usia dini. Tidak mungkin dia salah.
Sebelum dia bisa mencoba untuk menjangkau, sinyal pejalan kaki berubah merah. Sudah diduga, orang-orang yang meninggalkan pekerjaan menjadi seperti dinding, dengan tidak mungkin berlanjut.
Dengan cepat berubah menjadi biru! Sae ada……, Sae ada di sana!
Sembari Tobio menyaksikan, beberapa pria dan wanita berkumpul di sekitar Sae. Menatap, Tobio yang lebih terkejut.
Di antara wajah-wajah tersebut, ada teman baik dari kelasnya; itu adalah sosok Sasaki Kouta.
Sasaki berbicara panjang lebar dengan Sae. Dan kemudian, kerumunan yang mencakup Sasaki dan Sae berjalan pergi ke suatu tempat.
Aku harus ke sana! Tapi, sinyalnya masih belum berubah.
Ia menyadari kerumunan Sae akan menyeberang dengan sinyal bolak-balik. Ketika sinyalnya berubah, kerumunan yang sedang berjalan itu hampir nyaris masih terlihat. Mengarungi kerumunan, Tobio mulai berlari.
Dia hidup——.
Dia belum tahu bahwa orang itu memang dirinya. Mungkin ilusi yang dibentuk oleh keinginannya sendiri.
Tapi, mayatnya belum ditemukan dari laut. Mayatnya belum ditemukan.
Mereka mungkin belum tentu mati. Mereka ada 200-an lebih, jadi seharusnya tidak aneh kalaupun beberapa orang melayang dan berakhir di suatu tempat di pulau! Kurangnya ketenangan, pikiran berputarnya karena ilusi menyebabkan dia berpikir begitu.
Tobio mengejar kerumunan itu.
Saat matahari terbenam, warna senja semakin dalam.
Tobio terengah-engah, saat ia mengejar kerumunan itu. Namun, tertangkap oleh sinyal lagi beberapa menit yang lalu, ia telah kehilangan pandangan ke mana kerumunan itu telah pergi.
Sedikit demi sedikit, ia melanjutkan untuk berjalan menuju jalanan yang kurang berpenghuni.
Saat ia maju di jalan remang-remang, jalanan itu menjadi sangat tenang. Pada saat itu, ia melihat sosok yang memasuki lokasi area konstruksi pada ujung pandangannya.
Ia mengejar, mencapai depan gedung yang dalam pembangunan. Tempat pembangunan kondominium. Pintu masuk ke lokasi pembangunan ini anehnya terbuka, sehingga mudah untuk menemukan pintu masuk.
Tobio, membenarkan bahwa tidak ada yang melihat, melangkah ke lokasi itu. Dia melanjutkan untuk masuk ke lokasi yang penuh dengan baja dan kayu.
Karena cahaya dari lampu listrik tidak sampai sini, dan karena langit gelap senja, jarak pandang sangat remang di dalam. Tobio mengaktifkan fungsi kamera ponsel, mengandalkan cahayanya.
Itu ketika ia menuju ke sekitar sudut. Seseorang berdiri disana——.
Tobio kenal dengan punggung itu. Meski mengenakan kemeja putih bukan seragam sekolah, itu adalah salah seorang kerumunan yang ia ikuti, tidak meragukan punggung teman yang telah menghadiri sekolah yang sama dengannya sampai musim semi tahun ini.
“……Sasaki?”
Hati-hati, Tobio berseru.
Meski begitu, Sasaki terus menantang berjalan ke arah belakang. …….Ia mulai merasa khawatir tentang apa yang ada di depan. ……Ia mulai bertanya-tanya apa orang itu sadar, atau bahkan manusia.
“Sasaki……apa yang kau lakukan?”
Sekali lagi, Tobio berseru. Kemudian anak lelaki itu berbalik untuk menghadapinya. Sembari tubuhnya berbalik, cahaya yang telah bersinar di punggungnya kini menerangi matanya.
“——!”
Tobio mengeluarkan suara tak jelas dan mundur.
Dari belakangnya…….sesuatu yang besar sedang mengunyah. Sesuatu yang melihatnya, dan menuju ke arahnya. ……Itu makhluk yang menyerupai kadal raksasa. Mulut makhluk itu berwarna dengan darah. Lidah itu muncul dengan suara menyeruput seperti menatapnya penuh rasa ingin tahu. Anak lelaki yang berdiri di dekatnya pasti Sasaki. Itu pasti Sasaki. Tobio yakin.
Pada saat itu, sesuatu yang berguling. Bersinar terang, ada kepala si anjing yang diamputasi berbaring di sana.
Ada bekas luka yang mendalam di kepala. Kulit di sekitar bola mata di satu sisi telah terkerok.
“Hii!”
Tobio mengeluarkan jeritan kecil, meringis saat melihat.
Kadal itu mulai mengunyah si anjing. ……Suara mengunyah ia dengar sebelumnya pasti……suara mengunyah sisa-sisa si anjing!
Di depannya Sasaki tetap tanpa ekspresi, menatap Tobio, lehernya sedikit condong. Dada kemeja putih telah berwarna merah dengan semprotan darah anjing.
Sasaki——. Dia Sasaki. Itu adalah teman sekelas yang sama, yang selalu pergi ke karaoke dan ke area bermain barengan. Tetapi sementara ia selalu mengenakan senyum iseng, kini ia hanya menatap Tobio tanpa emosi. “Sasaki,” ia ingin berseru lagi tapi suaranya tak bekerja. Itu mungkin karena tubuh dan pikirannya telah lumpuh karena ketakutan.
“Hei……apa yang kau lakukan?”
Itu adalah pertanyaan yang entah bagaimana Tobio ucapkan.
“……tem……u…”
Sasaki mengeluarkan suara. Itu pada volume yang tidak bisa kau dengar kecuali kau konsentrasi.
Saat berikutnya, tepat di depan matanya anak itu memakai senyum dunia lain. Mulutnya terbuka tipis, mata menyipit, menatap Tobio dengan senyum menakutkan.
Si kadal, yang telah memakan si anjing, menghentikan makannya dan mendekati. Tidak mungkin untuk merasakan emosi dari mata itu, yang penampilannya mirip binatang yang telah memojokkan mangsanya.
Secara keseluruhan Tobio terasa mati rasa dan menggigil, seseorang yang tampak seperti Sasaki, perlahan membuka mulutnya.
“Makanan”
Apa yang terdengar seperti suara desing merobek udara, diikuti oleh suara derik kusam dari belakang, sampai telinganya. Menatap kesana, ia menemukan bahwa kayu yang telah disandarkan ke dinding telah dipotong setengah. Tobio mendengar suara angin tambahan, dan berbalik.
Tobio menatap ke depan lagi, di mana dari mulut si kadal yakni lidah panjang nan jorok telah terulur dan berkelok-kelok seperti tentakel. Air liur menetes ke tanah.
Pada ujung tentakel aneh itu, ada tonjolan tajam nan keras yang berfungsi seperti cakar atau taring.
Tobio menyadari bahwa pipinya telah dilukai. Sambil mengelus pipinya, tangannya menjadi penuh dengan darah. Ia telah sampai dekat telinganya.
……monster…… kadal?
Itu adalah makhluk yang melebihi akal sehat minimal Tobio. Ukurannya sekitar 3 meter. Pada panjang seperti itu, itu mengingatkannya pada komodo, meski bahkan ia tidak bisa mengingatnya sembari memiliki tentakel aneh samacam itu dan bukan lidah.
“……Ketemu kau……”
Orang dengan penampilan Sasaki mendekat, tersenyum menakutkan, sambil bilang begitu. Monster kadal di depan Sasaki merespon.
Tobio secara naluriah meraih batang baja yang berada di kakinya. Memegang baja di tangan tiga kali lipatnya, diarahkan pada monster itu.
“K-kalau kau bercanda tolong berhenti, Sasaki.”
Meski ia mencoba tersenyum dengan memaksakan ujung mulutnya naik. Otot-otot di pipinya sepenuhnya telah tegang karena ketakutan.
Sementara Tobio mengangkat batang baja itu, monster kadal itu mendekati tanpa campur tangannya. Tobio menanggapi dengan melangkah mundur sedikit demi sedikit.
Ia tidak bisa memalingkan muka dari lidah menakutkan dan menggeliat monster itu. Secara naluriah, ia tahu bahwa ia akan mati saat ia memalingkan muka dari tentakel seperti lidah itu.
Dia tidak tahu seberapa jauh lidah itu dapat meregang, tapi pikirkan saja untuk mengambil kesempatan ini dengan berlari dan menjaga beberapa jarak. Ini adalah keputusan Tobio dapatkan.
Dia secara bertahap beringsut mundur sedikit demi sedikit untuk menjaga jarak.
(Ini benar-benar bukan ide bagus dengan memalingkan muka pada bentuk tentakel itu)
Tobio meletakkan tangan di saku celananya.
Dia merasakan sesuatu yang keras di tangannya. Ini koin tambahan kau tukar di game center.
Tobio mengambil koin di sakunya, dan melemparkannya pada monster kadal itu. Salah satu koin-koin itu dapat dengan mudah didapat dan lidah si monster kadal itu jatuh, sehingga ada celah dimana ia bisa melarikan diri sementara.
Dia mengubah postur tubuhnya untuk melarikan diri dan segera mulai berlari, tapi tentakel yang telah membentang memasuki pandangannya. Tobio dengan refleks bersiap untuk membela diri dengan potongan baja silinder. Tapi dililit lidahnya di sekitar potongan baja silinder itu.
“Ku……”
Dia mencoba untuk melepaskan lilitan tentakel dari potongan baja silinder itu, tapi kekuatan yang luar biasa diterapkan padanya.
Perlawanannya sia-sia, sembari baja di tangan Tobio telah dilepas oleh tentakel itu. Pada sinyal Sasaki, monster kadal itu melemparkan potongan baja silinder itu menjauh. Sebuah suara logam, pudar terdengar dari belakang.
Kembali ke Tobio, mangsa aslinya, monster kadal itu mendekat terus selangkah demi selangkah.
Tobio mengundurkan diri, diselimuti teror. Dia mencoba untuk melarikan diri lagi, tapi lidah itu baru melilit kakinya, menyebabkan dia untuk segera tersandung dan jatuh. Saat ia mencoba berdiri, ia melihat sesaat monster kadal itu mendekat.
Melihat adegan ini, orang dengan penampilan Sasaki menyeringai. Lidah si monster kadal itu membuat gerakan berliku-liku, mengarahkan ujung seperti taring itu pada Tobio.
Aku sudah selesai!
Setelah menyimpulkan begitu, sesuatu yang datang di antara Tobio dan monster itu dengan kecepatan sangat tinggi.
……Ketika tidak ada yang terjadi bahkan setelah menunggu beberapa detik, Tobio anehnya melirik ke arah monster itu. ——Lalu, ujungnya terputus, dan monster kadal itu berteriak tanpa kata-kata.
“Aku tidak akan membiarkanmu melakukannya semudah itu.”
Tiba-tiba, ia mendengar suara seorang wanita muda dari belakang. Pemilik suara itu, bersama dengan suara langkah kaki, muncul bersama Tobio. Gadis itu mengenakan seragam sekolah dari suatu tempat. Tahun yang hampir sama. Rambutnya diikat ke belakang.
Untuk Tobio sepertinya ia telah melihat siswi ini sebelumnya di suatu tempat, tapi……mungkin karena situasi ini membingungkan, dia tidak begitu ingat.
Sembari Tobio melirik gadis itu, ia mengambil satu langkah maju.
“Aku akan melawanmu.”
Jadi dia berkata pada kadal itu, memegang tangannya. Menanggapi provokasi gadis itu, Sasaki menginstruksikan monster kadal itu dengan tangannya. Lidah kadal itu mencoba untuk menyerangnya dengan cakarnya. ——Dalam sekejap, ada sesuatu yang terus lewat antara Tobio dan gadis itu dan kecepatan yang luar biasa. Menghilang dalam kegelapan sementara menyentuh sisi monster itu pada kecepatan tinggi.
Sesaat kemudian, lidah monster itu perlahan-lahan jatuh. Ada luka di leher, kepalanya jatuh ke tanah. Sementara tubuhnya memekik hilang kekuatan dan jatuh ke tanah.
Seolah-olah dia telah kehilangan kesadaran pada saat yang sama, orang yang tampak seperti Sasaki juga jatuh di tempat itu.
Masih tetap ketakutan, Tobio masih dalam keadaan bingung sekali untuk memahami apa yang telah terjadi. Monster kadal——dia mati. Suatu organisme seperti orang dengan leher putus, seharusnya tidak ada. Kalaupun ada, setidaknya itu akan menentang akal sehat.
Dari kegelapan di depan, kepakan sayap terdengar, tampaknya itu burung pemangsa yang besar——burung yang tampak seperti elang menuju ke arah mereka. Si burung, yang bertengger di lengan gadis itu, terutama sangat senang. Gadis itu juga membelai kepala si burung dan mengatakan, “Nah, nah”. Sebelumnya, apa yang melewati Tobio rupanya burung yang kini bertengger di lengan gadis itu. Kalau memang begitu, maka apakah burung ini yang mengalahkan monster itu?
Ia masih ragu-ragu, tapi Tobio kini lega bahwa ia telah selamat. Dia mendesah pelan.
Tapi lega itu hanya sekilas, selagi Sasaki yang tergeletak di tanah jadi diselimuti oleh fenomena bercahaya misterius. Itu juga menyelimuti si monster kadal yang kini sudah mati. Itu adalah cahaya biru, yang sedang dipancarkan dari sesuatu yang melingkar di tanah, yang diukir dengan karakter asing. ……Seolah, seperti “persegi sihir” yang sering terlihat di game dan manga. Persegi sihir yang serupa melepaskan pancaran yang lebih mempesona yang akan membuat orang ingin menutupi mata mereka. ……Setelah cahaya itu berhenti, dia melihat lokasi itu, di mana si monster kadal dan Sasaki tidak lagi dapat ditemukan.
……Setelah fenomena yang mirip dengan terjepit oleh rubah, apa yang telah terhampar di depan mata Tobio meninggalkannya begitu terkejut hingga tak bisa berkata-kata.
“Ikuse……-kun, ya?”
Sama sekali tidak terkejut dengan fenomena ini, gadis itu bertanya sambil melihat wajah Tobio.
“Y-ya itu aku…… dan kau……?”
Balas Tobio. Dia tampak agak familiar. Tapi dia tidak ingat dengan jelas. Itu karena dia melihatnya di suatu tempat……
“Aku Minagawa Natsume. Kau benar-benar…… tidak tahu…… kita tidak pernah berbicara langsung, bahkan nama dan wajahmu tidak sesuai. Kalau aku tidak melihat fotomu….”
Gadis, yang menyebut dirinya Natsume, mengeluarkan ponselnya dari saku roknya, dan menunjukkan layar padanya. Terbukti, tampaknya ada gambar Tobio sebagai gambar ponsel. Ini adalah apa yang ingin Natsume sampaikan dengan menunjukkan kepadanya layar ponselnya.
Di bagian bawah, bersama dengan pemandangan tak asing, aku telah difoto saat berbicara dengan teman-teman lama.
Melihat itu, Tobio memahami secara naluriah.
“Maksud, maksudmu——”
Ketika Tobio hendak mengatakan itu keras-keras karena terkejut, Natsume melanjutkan kata-katanya sambil mengenakan tersenyum puas.
“Oh ya, aku tahun kedua SMA Ryoukuu orang yang selamat seperti dirimu.”
Bagian 2
“Kalau aku, aku ingin memesan satu krim vanilla yang kaya rasa dengan sirup dan sesuatu dari bar minuman. Errr, apa yang ingin kau pesan Ikuse-kun?”
“Tidak, terima kasih, kau saja.”
Tobio menggeleng.
“Kalau begitu, baiklah.”
Menanggapi perintah Natsume, pelayan itu berjalan menuju dapur.
Setelah pertemuan dengan orang yang tampak seperti Sasaki dan serangan dari monster kadal, keduanya mengunjungi sebuah restoran keluarga. Natsume mengatakan, “Karena ceritanya panjang, mari kita pergi ke tempat lain di mana tempatnya tenang,” dan membawa Tobio kemari.
Setelah dia kembali ke tempat duduknya setelah memilih minumannya dari bar minuman, Tobio membuka pembicaraan.
“Apa maksudmu?”
“Apa?”
Pada pertanyaan Tobio, Natsume merespon dengan nada ringan. Dengan sikap sedikit kesal, Tobio mengernyitkan alisnya dan bertanya lagi.
“Apa semua itu? Apa cerita di balik ini?”
‘Itu’ jelas mengacu pada pertemuan sebelumnya dengan teman Tobio——insiden dengan Sasaki dan si monster kadal. Monster apa itu? Tobio ingin bertanya. Natsume, yang duduk di hadapannya, setidaknya tahu sesuatu tentang monster itu.
“Seperti yang kau lihat, itu adalah monster dan tuannya.”
Natsume menjawab tanpa ragu. Sebelum Tobio dapat mengajukan pertanyaan lain dia melanjutkan.
“Makhluk yang tampak seperti teman sekelas kita membuat monster itu, yang disebut ‘Utsusemi’. Lihat, mereka prototipe tipe avatar independen——atau begitulah kelihatannya. Mereka dan monster mereka, secara kolektif mereka disebut ‘Utsusemi’.”
Saat dia mengatakan demikian, dia membasahi jarinya pada segelas kopi dingin dan menulis karakter katakana untuk ‘Utsusemi’ di atas meja.
“Utsusemi?”
Tidak familiar dengan kata itu, Tobio mengenakan tampilan bingung.
“Oh ya, Utsusemi. Nah itulah nama resminya…… Tapi yah, mereka——dan gadis itu juga, Utsusemi semua memiliki penampilan para murid tahun kedua SMA Ryoukuu yang hilang di hari kecelakaan.”
“Ap…….”
Tobio terdiam. Natsume tetap menatap serius sambil terus cerita.
“Sementara aku tidak tahu persis rincian tersebut, 233 murid yang berada di kecelakaan laut, saat ini, masing-masing dan salah satu dari mereka akan dipasangkan dengan monster seperti yang kita temui beberapa saat yang lalu.”
Dia hanya terus mengatakan satu hal yang luar biasa setelah yang lain.
Sejak pemakaman bersama, ia bertemu korban lain dari kecelakaan. Tapi sebelumnya dia tidak pernah bertemu dengannya di SMA Ryoukuu.
Bisa bertemu seseorang dengan kondisi yang sama, ini berada di luar kemampuan Tobio pahami.
Melihat tampilan bingung di wajah Tobio, Natsume menghela napas dan meletakkan tangannya di tasnya.
“Aku tahu itu tampak aneh dan mendadak akan mengatakan hal-hal aneh seperti itu. Pokoknya, karena kau akan mendengar semua itu lagi nanti, untuk sekarang——”
Dia mengambil benda bulat putih dari tasnya. Seukuran softball.
“Peranku adalah untuk memastikan memberikan ini pada Ikuse-kun.”
Natsume menempatkan benda bulat putih di atas meja. Tobio mengangkatnya hati-hati.
Tampaknya ini hanya benda bulat biasa. Tapi, dengan segera, benda bulat itu mulai berdenyut dengan detak jantungnya sendiri.
“Uwah”
Mengeluarkan teriakan menyedihkan, Tobio menjatuhkan benda bulat itu di atas meja.
“Kau harus berhati-hati dengannya. Kau tidak ingin ia mati.”
Sementara menyendoki sendoknya ke dalam krim vanilla kaya rasa yang pelayan itu bawa, Natsume tanpa ragu mengatakan sesuatu yang tak menyenangkan.
Dia dengan senang hati meraup krim vanilla ke dalam mulutnya.
“Mati, maksudmu?”
Tobio yang khawatir memprotes pilihan kata-kata tak menyenangkan Natsume.
“Utsusemi, tampaknya, dimaksudkan untuk kita para murid yang selamat dari perjalanan itu dengan tidak berpartisipasi. Bahkan, bukannya kau juga baru saja ditargetkan? Aku juga telah ditargetkan baru-baru ini.”
“Cerita konyol macam itu, bagaimana mungkin aku bisa percaya itu?”
“Sangat egois untuk tidak percaya Ikuse-kun, terutama mengingatmu diserang. Jika aku tidak datang ketika itu, dia mungkin akan membunuhmu.”
Dia ingat bagaimana Sasaki dan monster itu tiba-tiba menghilang saat dibungkus cahaya dari wujud persegi sihir itu.
“……cahaya itu membawa mereka.”
“Un. Entah bagaimana, setelah mengalahkan monster itu, menyebabkan si pemilik tak sadarkan diri——ketika itu terjadi, mereka berdua menghilang bersama dengan fenomena bercahaya. Ini seperti khayalan.”
Dia tertawa kecil dan tertawa. Tobio tiba-tiba merasa mengerti.
Natsume menunjuk sendok padanya.
“Jadi, ‘telur’ itu penting. Bukankah seharusnya senjata berharga bagi murid SMA normal tak berdaya seperti kita?”
Natsume memandang ke luar jendela. Mengikuti tatapannya Tobio juga memandang ke luar toko. Di cabang-cabang pepohonan dengan trotoar di mana orang-orang datang dan pergi, burung yang sebelumnya bertengger. Burung itu memandang sekeliling sementara tampak gelisah. Matanya yang tajam bisa melihat jarak jauh.
“Yah, karena kita tidak bisa tinggal di dalam selamanya dan elang-chan ‘ku tidak melihat siapa pun menyelinap di luar, bisa kita pergi segera?”
Natsume, setelah menghabiskan krim vanilla kaya rasanya, berdiri.
“Hei, tunggu!”
Natsume menarik Tobio yang masih memiliki pertanyaan untuknya, dan berdiri menghadapnya. Selagi Tobio merasa malu dengan tindakan tiba-tiba itu, dia menarik mulutnya mendekat telinganya sambil tersenyum puas. Memasuki lubang hidung Tobio, ada aroma manis yang berasal dari rambut Natsume.
“Nanti, aku akan mengunjungimu di rumah.”
Dia membisikkan sesuatu yang mendalam di telinganya dan kemudian pergi.
Benar-benar terkejut Tobio menampar wajah memerahnya. Dia menggeleng untuk membersihkan pikirannya.
“……Tunggu, dia tahu di mana rumahku berada?”
Menyuarakan pertanyaan seperti itu, ia menatap benda bulat yang dibawanya.
‘Telur’——.
Akankah sesuatu lahir dari ini?
Sebelumnya, denyut yang ia rasakan dengan tangannya, sudah cukup jelas.
Dengan pikiran menakutkan, Tobio menempatkan ‘telur’ yang diduga ke dalam tasnya.