Baka to Tesuto to Syokanju:Volume2 Soal Kedua

From Baka-Tsuki
Revision as of 14:26, 20 July 2012 by Razor 127 (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

Pertanyaan Kedua

Jawablah Pertanyaan berikut:

Tuliskan nama nama ketiga negara negara Baltik.



Jawaban Himeji Mizuki:

Lithuania, Estonia, Latvia.[1]

Komentar Guru:

Benar



Jawaban Tsuchiya Kouta:

BTS vol 02 031.jpg

Asia, Eropa, Urayasu.[2]

Komentar Guru:

Saya lebih khawatir tentang bagaimana Tsuchiya-san menjelaskan kata 'negara'.



Jawaban Yoshii Akihisa:

Kagawa, Tokushima, Ehime, Kochi.[3]

Komentar Guru:

Sebelum saya membetulkan jawabanmy, saya berharap kamu sadar kamu tidak menjawab dengan jumlah jawaban yang benar.




"Aki, bisa bicara sebentar?"

Sekarang sudah waktu pulang sekolah. Baru saja ingin pulang tanpa memikirkan apa apa yang penting, Minami memanggilku.

"Un, kau butuh bantuanku?"

"Bukannya bantuan... lebih seperti aku ingin diskusi sesuatu denganmu."

Dia kelihatan normal sekarang. Sepertinya dia tidak ingin berbicara yang aneh aneh.

"Diskusi? Oke akan kudengarkan jika kau mau."

"Um, thanks. Aku merasa Aki adalah yang paling cocok diajak bicara tentang ini-itu. Beneran nggak ada cara agar Sakamoto bisa ikut?"

Ngomong ngomong tentang Sakamoto, dia teman parah terbaikku, ketua kelas F-Sakamoto Yuuji

Sepertinya Minami pikir kalau kedai teh hanya akan sukses kalau Yuuji memimpin kelas F. Tapi dia nggak mau bikin repot begini, sepertinya dia pintar juga.

"Mm-Ini bakalan susah...Kan sudah kubilang, Yuuji nggak akan peduli tentang apapun yang dia nggak tertarik."

Orang itu juga paling nggak tahu kelas ini akan ngapain.

"Tapi kalau Aki minta dia mungkin dia akan melakukan sesuatu?"

Minami melihatku dengan tampang penuh harap

"Eh? perasaan kalau aku yang tanya juga dia nggak akan merubah jawabannya-"

"Tidak, itu nggak akan mungkin. Dia pasti akan menerima permintaan Aki, karena-"

"Walaupun kita sering main bareng, nggak akan ada perbedaan..."

"Karena kalian saling cinta, kan?"

"SUDAHLAH AKU TAK BISA MENIKAH LAGI!!"

Bisa bisanya kau mengatakannya dengan muka segitu rata...

"Dari awal juga siapa yang mau sama Yuuji? Kalau begitu aku lebih pilih Hideyoshi!"

"...Ah, Akihisa?"

Saat ini, Hideyoshi yang sedang berdiri disebelah kami menghentikan pergerakannya. Sial, situasi ini menjadi aneh begini.

"Itu...itu, terima kasih tentang perasaanmu, tapi walau kau bilang begitu, ada banyak halangan yang tidak bisa dilewati. Itu, misalnya, misalnya perbedaan umur..."

"Hi...Hideyoshi! Bukan seperti itu!! Kau telah salah paham! Itu cuma kiasan! Dan halangan terbesar kita bukan umur!!"

Hideyoshi tersipu sambil dia merunduk. Apa, sekarang apa! Aku mulai berpikir itu malah nggak apa2 kalau itu Hideyoshi.

"Jadi maksudmu kau tidak bisa meyakinkan Sakamoto juga?"

"Eh? Ah, pada dasarnya iya."

Aku menggeleng, mencoba mengeluarkan seluruh pemikiran bahaya ini, dan menoleh ke arah Minaki.

"Ada cara lain nggak sih? Kalau begini terus kedai teh-nya akan gagal"

Matanya melihat kebawah, serta wajahnya juga kelihatan murung. Benar, aku juga berpikir bagaimana cara agar Yuuji mau ikut.

Kalau kedai teh-nya sukses, kami bisa memakai uang penghasilannya untuk meningkatkan fasilitas kelas F, dan mengurangi beban untuk tubuh Himeji-san sekalian. Kalau memungkinkan aku juga inin kedai ini sukses.

"Oh ya, kalian tadi ngomongin apa? Kelihatannya kalian kerepotan banget, pasti tadi tentang sesuatu yang serius."

"Nggak serius amat, cuma tentang manajemen kedai-nya dan perlengkapan kelas"

"Aki, itu bukan cuma seperti itu. Ini benar benar serius."

"Eh? Tentang apa?"

Minami kelihatan agak aneh. Dia bukannya nggak senang dengan fasilitasnya tapi untuk dia untuk se-entusias ini. Dia mikirin apa sih?

"Walaupun dia bilang jangan bilang siapa siapa, tapi situasi ini...bisa kau jaga rahasia?"

"Um, mm, iya."

Aku malah kaget dengan muka serius Minami.

"Ini ada hubungannya dengan Himeji."

"Himeji-san? Ada apa dengannya?"

"Dia bisa bisa pindah sekolah"

"Eh?"

Himeji-san pindah sekolah!? Bagaimana mungkin! Kami akhirnya sekelas dan baru mulai dan dia akan pindah sekolah!? Aku belum membuat kenangan yang bagus dengannya, maupun tiduran di pangkuannya atau membiarkannya membersihkan kupingku! Ngomong ngomong jadi kelas ini nantinya gimana? Sebagai bintang kelas sekelas ini akan hancur berantakan kalau dia tidak ada, dan akan jatuh menjadi neraka yang penuh kekerasan dan penjarahan. Gaya rambut sekelas akan menjadi Mohican yang seperti penyelamat akhir abad... Setelah itu akan ada perang bear besaran untuk Hideyoshi-

"Payah. Akihisa mulai kacau"

"Aduh si bego! Dia emang bener bener nggak bisa mengatasi situasi yang tiba tiba"

"Akihisa! Sadar woy!"

Siapa yang menggoyangkan pundakku sekeras ini? Ah, Hideyoshi. Kau manis sekali hari ini

"Hideyoshi...kalau aku punya Mohawk akankah kau tetap suka aku?"

"...Apa hubungannya dengan pindahnya Himeji?"

"Dalam arti tertentu ini mungkin bakat langka."

...Ack! Sial, aku kebanyakan mikir.

"Minami, apa apaan dengan Himeji-san pindah sekolah tiba tiba?"

"Tepat kaya yang aku bilang, kalau ini berkelanjutan, Himeji bisa bisa pindah sekolah"

"Kalau ini berkelanujutan...?"

Ini adalah cara aneh untuk ngejelasinnya. Kupikir di situasi normal, sekalinya orang berpikir mau pindah sekolah, itu sudah nggak terhindarkan.

"Shimada. Bukannya alasan Himeji-san pindah sekolah nggak ada hubungannya sama masalah sebelumnya?"

Hideyoshi memperlihatkan muka bingungnya.

"Bukan begitu. Alasan Himeji pindah sekolah adalah 'Lingkungan kelas F'."

"Dengan kata lain, bukan karena pekerjaan orangtuanya."

"Yah, pada dasarnya adalah fasilitas"

Mendengarnya ngomong ini, aku tiba tiba sadar.

Siapa saja bisa mengerti dengan mudah kalau fasilitas kelas F tidak cocok untuk Himeji-san. Walaupun aku tidak melawan metode sekolah yaitu menaikkan edikasi melalui kompetisi, ini aneh untuk Himeji-san, yang sudah level tinggi, untuk menahan perlakuan payah ini. Kita hanya punya tikar jerami dan kerdus. walaupun dia harus belajar dengan kelas kita, hanya ada idiot di sekitar kita. Dia tidak melakukan sesuatu yang salah sendirinya, tapi dipaksa belajar dengan lingkungan parah ini, orang tua manapun pasti mau dia pindah sekolah.

"Dan juga, Kondisi Himeji tidak terlalu bagus"

"Ya, Ngerepotin banget."

Seperti yang Minami bilang, kondisi kaya gini bisa merusak kesehatan Himeji-san dalam waktu yang lama. Walaupun kami sudah menyapu kadang (yah, kadang banget), tetap saja tempatnya nggak bersih. Sekarang, kondisinya nggak apa apa, tapi saat musim dingin datang menghembus lewat jendela, walau bukan Himeji-san, banyak yang bakal sakit.

"Begitu ya... jadi kau mau kedai teh ini sukses biar bisa menaikkan kualitas fasilitasnya?"

"Walaupun Himeji ingin merubah pola pikir ayahnya tentang kelas F dengan memenangkan 'Turnamen Summoning', kalau kita nggak naikin kualitas fasilitasnya..."

Salah satu alasan Himeji-san transferadalah kelas F yang penuh orang idiot, jadi tindakannya tidak sia sia. Namun yang paling penting adalah kesehatan Himeji-san. kalau tidak dapat fasilitas yang bagus orangtuanya tidak akan berubah pikiran.

"...Aki...kau tidak suka dengan Himeji pindah sekolah kan?"

Minami menatapku dengan pandangan sementara. Ini tak terduga; aku terlihat segitu kejamnya-kah?

"Iyalah aku nggak suka! Jangankan Himeji-san, kalau itu Minami dan Hideyoshi aku bakal nggak suka"

Kalau itu karena masalah keluarga, ya mau apa lagi, aku tidak mau terpisah dari teman temanku gara gara masalah bodoh ini.

"Benarkah...yah, aku rasa kau orang macam itu."

Kebetulan, kalau itu Yuuji, aku nggak akan repot repot

"Jika gitu, mau nggak mau kita harus mengajak Yuuji"

"Benar, setelah mendengar ini aku nggak bisa diam aja."

"Kalau begitu kita lebih baik menghubungi Yuuji."

Aku mengeluarkan handphone-ku dan menelepon Yuuji. Tasnya masih di sekolah walaupun dia tidak disekitar sini. Dia pasti masih disekolah.

Tuuuuuut~ Nada sambung telepon masih kedengaran.

"Halo-"

"Ah Yuuji, Ada sesuatu yang aku-"

"Akihisa? Timing yang bagus. Sori, bisa ambilkan tas-AAGH! SHOUKO!"

"Eh? Yuuji, kau sedang apa?"

"Sialan aku ketauan! Tolong tasku!"

"Yuuji? Halo! Halo-!?"

Teleponnya ditutup. Yang tersisa hanya suara "tuut tuut tuut"