Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume3 Chapter1

From Baka-Tsuki
Revision as of 10:47, 27 September 2012 by Undesco (talk | contribs) (→‎Part 3: wrong part)
Jump to navigation Jump to search
Error creating thumbnail: Unable to save thumbnail to destination
Warning: This translation is considered a PREVIEW Script.

Be warned that the degree of translation error may be higher than usual due to the translation method employed.



Please read Template:PREVIEW for further information.


Karena di versi Inggris juga ada.

Chapter 1: Imagine Breaker. Level0(and_More).

Part 1

20 Agustus, 6:10 PM.

Senja di tengah musim panas, dan Kamijou Touma sedang berjalan pulang sendirian, lelah karena kelas tambahannya. Walaupun ada alasannya, dia masih merasa kalau kembali ke sekolah untuk kelas tambahan selama liburan musim panas mengancam kewarasannya.

Karena yang disebut “kelas musim panas” biasanya dimulai tepat di hari pertama liburan musim panas, Kamijou mungkin seharusnya mengikuti kelas ini dari tanggal 19 Juli sampai 28 Juli juga.

Atau setidaknya, kemungkinan besar begitu. Kamijou tidak punya ingatan tentang apa pun yang terjadi sebelum 28 Juli, jadi dia merasa seperti sedang dihukum karena orang lain, dan bukan dirinya, bolos dari kelas itu.

Ada apa?

Kamijou berdiri membatu di depan sebuah vending machine berisi jus yang berada di sisi jalan dengan ekspresi syok.

Tidak mungkin. Ayolah. Tolong.

Dia tidak mau menyerah terlalu cepat. Kamijou yakin dia sudah memasukkan pecahan 2000 yen ke dalamnya, tapi kenapa vending machine itu tidak merespon sama sekali? Yah, dia tahu dengan baik kalau pecahan 2000 yen sudah langka sekarang, tapi itu adalah uang yang didapatkannya dengan susah payah. Sebuah mesin merebutnya uang sebesar itu darinya dan tidak merespon... kerajaan mesin mana yang sedang memberontak!? Kamijou mennarik-narik tuas kembalian dengan sia-sia, hatinya menjerit.

Sungguh sangat sial!

Dia tanpa ragu mengetahui kalau dia menendang atau menggoyangkan vending machine karena kemarahannya, alarm akan berbunyi.

Bahkan di dalam Academy City, sebuah kota yang jauh berlawanan dengan hal supernatural dibangun di Tokyo bagian Barat, seorang skeptis yang melihat Kamijou hanya bisa berpikir “Jadi memang benar-benar ada orang yang sial karena hal supernatural di dunia ini...” Kamijou memang setidak-beruntung itu.

Masih murung, Kamijou mendengar langkah kaki sepasang sepatu dari belakangnya.

“Hei... Jangan berdiri seperti orang idiot di depan vending machine. Kalau kau tidak membeli apa-apa, minggir, minggir. Aku perlu rehidrasi, kalau tidak, aku tidak akan bisa bergerak lagi.”

Ketika dia mendengar suara tiba-tiba dari belakangnya, dia didorong lembut ke samping di lengannya oleh tangan halus seorang gadis.

Tinggal di kota yang dipenuhi pelajar, ini mungkin kadang terjadi, tapi walau begitu sentuhan yang jarang terjadi itu mengejutkan Kamijou.

Apa, apa? -- Ketika Kamijou memutarkan wajahnya, dia melihat seorang siswi SMP. Gadis itu berambut sebahu warna coklat muda, wajahnya cantik tanpa perlu riasan. Dia memakai blus putih lengan pendek dengan sweater musim panas dan rok berlipat abu-abu... Kamijou rasa itu adalah seragam SMP Tokiwadai yang terkenal. Tapi memanggilnya “Ojou-sama” di depannya akan sedikit janggal. Mengeluh tentang panasnya hari itu, gadis itu lebih mirip seperti pekerja kantor penderita trauma perang yang baru saja keluar dari kereta yang penuh dibanding seorang gadis bertata krama tinggi.

... Siapa orang ini?

Apakah dia seorang kenalannya, atau orang asing yang terlalu ramah? Kamijou sedikit khawatir. Dengan hilangnya ingatan, membedakan kenalan dan orang asing adalah hal yang paling sulit. Dia tidak tahu sejauh apa dia harus melangkah ke teritori orang lain.

Insting Kamijou memberitahunya kalau gadis itu adalah seorang kenalannya. Mungkin, kalau dia bukan orang yang tak dikenal, dia perlu melangkah dengan hati-hati. Ehh, selesaikan sajalah... Kamijou menyerah.

“...Jadi, kau siapa?”

“Ini aku, namaku Misaka Mikoto! Cobalah mengingatnya, dasar tolol!!”

Ketika dia berteriak, gadis itu mengeluarkan percikan warna pucat dari poni coklat mudanya.

Sial, dia tidak punya rasa humor? Persis ketika Kamijou dengan instingnya langsung berjaga-jaga, sebuah petir berwarna pucat menyambar dari dahi gadis itu dan dengan cepat menuju Kamijou.

Walaupun dia tidak mungkin bisa bereaksi cukup cepat hanya dengan penglihatan saja, tubuh Kamijou bergerak secara insting sebelum petir itu mengenainya. Seakan tubuhnya, setelah berulang kali diserang oleh serangan listrik, mengetahui dari pengalaman bagaimana cara meresponnya.

Seperti mengusir serangga yang terbang di depan matanya, Kamijou mengayunkan tangan kanannya horizontal seperti pukulan backfist.

Cukup dengan itu saja dia berhasil menghilangkan petir yang mendekati hampir semilyar volt seolah petir itu hanya semprotan air.

Imagine Breaker.

Tak peduli kalau dia menghadapi esper, penyihir, siapa pun yang memiliki kekuatan aneh, atau bahkan mukjizat ilahi; semua yang supernatural akan ditiadakan ketika tangan kanannya menyentuhnya. Itulah kekuatan khusus Imagine Breaker.

“???”

Kamijou melihat ke gadis SMP yang memelototinya marah, yang dia pikir seharusnya ditahan untuk percobaan pembunuhan.

Tubuhnya bergerak karena insting dan menghindari serangan itu seolah dia pernah mengalami fenomena ini sebelumnya. Ketika menghadapi pedang api yang dikeluarkan oleh seseorang bernama Stiyl Magnus, Kamijou juga selamat karena instingnya. Kalau begitu...

Kamijou kehilangan ingatannya.

Dia kehilangan “ingatan”nya, tapi “pengetahuan”nya masih tetap ada, dan itu sedikit aneh.

Sebelumnya, Stiyl pasti telah mencoba menyerangnya dengan pedang api itu, walaupun dia tidak bisa mengingatnya. Mungkin itulah kenapa tubuhnya bisa bergerak dengan sendirinya.

Kalau itu benar, berarti dia juga kenalanku...? Benar, kenalanku. Sial, kenapa orang yang kukenal semuanya seperti ini!?

“Kenapa kau menangis di sana?” tanya Misaka berkacak pinggang. “Kalau kau tidak mau menggunakan mesin ini, minggir. Aku akan menggunakannya.”

“Ah...”

Kamijou melihat bolak-balik antara mesin itu dan gadis bernama Misaka Mikoto.

Walau dia berpikir kalau tidak memeringatkan orang bahwa mesin itu memakan uang itu adalah tindakan yang tidak bisa dimaafkan, tapi gadis itu telah menyerangnya. Tunggu, tidak, akan lebih buruk kalau melihatnya marah dan mengamuk... akan sangat menyeramkan.

“Mesin itu akan menelan uangmu.”

“Aku sudah tahu,” balas Mikoto.

“Kau tahu mesin itu makan uang, dan kau tetap akan membayar? Apa mesin itu kotak sumbangan atau semacamnya?”

“Kau benar-benar idiot. Ada trik yang dibutuhkan untuk mesin ini, trik licik yang akan membuatnya memuntahkan gratis sekaleng jus .”

“...”

Dia punya firasat buruk – firasat yang sangat buruk. “Trik licik”... Dia memikirkan “trik” yang gadis itu gunakan setiap hari. Dia juga memikirkan ketika mesin itu menelan uang 2000 yen-nya.

Jangan bilang kalau mesin ini rusak!

“Legenda di antara siswi SMP Tokiwadai, tendangan seperti nenek-nenek dengan kemiringan 45 derajat akan menghidupkan kembali mesin mana pun yang tak berfungsi!”

“Chaser –!” Dengan teriakan itu, dia mengirimkan tendangan setinggi roknya ke sisi mesin itu.

*Bang!* Suara dentum sesuatu yang jatuh bergema di dalam mesin itu, lalu sebuah kaleng keluar.

“Kau tahu, karena sudah usang, per yang menahan jusnya sudah longgar. Sayang kau tidak bisa memilih jus apa yang keluar – Hei, ada apa?”

“Tidak ada,” jawab Kamijou dengan nada monoton.

Di balik roknya adalah celana pendek untuk olahraga. Kamijou merasa sebagian mimpinya telah dihancurkan.

“Legenda Tokiwadai ini, apa semua putri dari Tokiwadai melakukannya?”

“Kebanyakan tidak bisa! Hampir semua tidak akan bermimpi melakukannya...”

“...” Kamijou berpikir. “Maksudku bukan begitu! Aku bertanya apakah bocah-bocah seperti kalian bersatu setiap hari untuk menghancurkan vending machine itu dengan teknik itu!”

“Tidak apa-apa, ‘kan!? Kenapa kau marah? Kami tidak secara langsung merugikanmu, ‘kan?”

“...”

“Eh? Ngomong-ngomong, sepertinya mesin ini selalu menelan uangmu—“ Berhenti di tengah kalimatnya, Mikoto terdiam. “...Jangan-jangan, apa kau sudah membeli sesuatu?”

“...”

“Hey, apa kau sudah minum? Kau benar-benar mendapat minuman? Hey, jawab dengan jujur, atau aku akan memelorotimu[1]; apa kau bengong seperti itu karena dirampok oleh mesin ini?

“...Dan kalau aku menjawabnya?”

“Tentu saja, aku akan mengirimkan foto wajah bodohmu ke seluruh dunia— Aku cuma bercanda! Cuma bercanda! Jangan menyeret kakimu seperti itu, kau benar-benar kelihatan seram!”

Kamijou menghela napas, melepaskan semua ketegangan dari tubuhnya.

Semarah apa pun dia, dia tetap tidak akan bisa mendapatkan uang 2000 yen itu kembali. Dia tadinya bermaksud membeli kembang api untuk seorang biarawati berjubah putih yang menumpang gratis di rumahnya dengan uang itu. Bahkan seharusnya dia menabungnya dan tidak membeli apa-apa dengan uang itu, tapi tidak ada gunanya memikirkan hal ini sekarang. Kurasa sekarang aku harus bertindak seperti seorang pecundang sesuai kenyataannya... pikir Kamijou sambil menurunkan pundaknya lemas dan berbalik membelakangi Mikoto.

Ketika melihat punggung Kamijou yang dibungkukkan, Mikoto menghela napas sambil berkacak pinggang.

“Kau, tunggu! Beri tahu aku, berapa banyak uang yang kaumasukkan?”

“...Tidak akan bilang, tidak bisa bilang, tidak mau bilang.”

Kamijou melihat gadis itu. Dia mungkin saja baru bertemu dengannya, tapi dia sudah menyadari kalau memberi tahu gadis itu “Aku kehilangan 2000 yen” tidak akan membuatnya mengatakan “Yah, sayang sekali!” Yang dikatakannya akan lebih seperti “Gwahahahahaha!!!” seperti tertawanya seorang komandan dari era Sengoku.[2]

Mikoto terlihat sedikit lebih serius, seolah dia merasa bertanggung jawab karena membuatnya kehilangan uang 2000 yen itu.

“Aku tidak akan tertawa, aku janji. Sebagai tambahan, aku akan mengambil uangmu kembali!”

Kenapa dia sebaik ini!? pikir Kamijou. Semua ini tidak akan terjadi kalau Mikoto tidak menendangi vending machine itu; Kamijou tidak memikirkan hal ini sejak awal.

Tapi ia sedikit takut kalau dilabeli sebagai “Si Idiot yang Kehilangan 2000 Yen pada Sebuah Mesin”, tapi kata-kata Mikoto “Aku tidak akan tertawa, benar-benar tidak akan, aku benar-benar, benar-benar tidak akan tertawa” meyakinkannya kalau tidak ada masalah untuk mengakuinya.

“...2000 yen.”

“2000 yen? Kau memasukkan sebanyak itu?” tanya Mikoto.

“Tunggu, ‘2000 yen’? Maksudmu uang kertas pecahan 2000 yen? Wow, aku mau lihat, aku benar-benar mau melihatnya! Pecahan 2000 yen yang belum dihancurkan! Heheh, ahahahahahahaha! Jadi itu kenapa vending machine-nya terkena bug! Bahkan toko serba ada sudah tidak menerima lagi pecahan 2000 yen, hahahahaha!!

Melihat Mikoto memanas sampai tingkat yang menggelikan seperti itu, dia berteriak sengit, “Pembohong!!” Dia seharusnya tidak memberitahunya tentang uang 2000 yen itu. Dia seharusnya menukarkan uang itu sebelumnya. Siapa tahu dia bisa, walau untuk sejenak, mendapatkan senyuman manis dari kasir department store, walaupun sepertinya cuma “Ooh” saja yang akan didapatkannya.

“Hohoh. Yah, mari berharap mesin ini akan memuntahkan 2000 yen itu kembali. Aku tidak akan terima kalau rongsokan ini mengeluarkan dua uang kertas pecahan 1000 yen.”

Sambil berdiri di depan mesin itu, Mikoto perlahan menempatkan telapak kanannya di atas tempat memasukkan koin.

Tiba-tiba, Kamijou memikirkan sebuah pertanyaan.

“Hey, kau, bagaimana kau akan mengambil kembali uangnya dari mesin ini?”

“’Bagaimana’, kaubilang?”

Mikoto memberinya pandangan kosong, kemudian,

Index v03 025.jpg

“Seperti ini...”

Percikan listrik warna pucat melompat keluar dari telapak kanannya dan langsung menyambar vending machine itu.

*Bam!* Mesin yang berat itu bergoyang ke kanan dan ke kiri seperti seorang pembumbung sumo. Asap hitam dari bagian dalam mesin itu membumbung keluar melalui melalui lipatan-lipatan mesin itu seperti awan asap yang terlihat di manga.

Kamijou memucat.

“Hah...? Aneh, aku tidak bermaksud menyerangnya sekuat itu. Ah, banyak kaleng jus yang keluar. Hey, uang 2000 yen-mu tidak keluar, tapi paling tidak jumlah kaleng yang keluar ini seharga 2000 yen; apa ini tidak apa-apa-? Hey, kenapa kau kabur!? Oi!”

Kamijou tidak berani berbalik. Dia berlari dengan kecepatan penuh untuk menjauhi vending machine itu bahkan satu milimeter lebih jauh. Kamijou biasanya bisa mengetahui kapan kesialan akan menyerang; dia biasanya mendapat firasat sekitar sedetik sebelum sesuatu yang salah akan terjadi. Tapi tidak kali ini.

S-sial!! Entah kenapa aku tidak memerkirakan ini, tapi aku harusnya menyadarinya lebih cepat...!!

Biasanya, menendang vending machine hanya akan menghasilkan berbunyinya alarm kecil, tapi mesin ini meraung sekuat tenaga, seolah mengeluarkan semua tenaganya yang tersimpan.

Part 2

  1. TN: Dalam artian membuatnya miskin, bukan memeloroti celana atau sejenisnya
  2. Perang sipil Jepang antara abad ke-15 sampai abad ke-17.