Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume3 Chapter1
Error creating thumbnail: Unable to save thumbnail to destination |
Warning: This translation is considered a PREVIEW Script.
Be warned that the degree of translation error may be higher than usual due to the translation method employed.
|
Karena di versi Inggris juga ada.
Chapter 1: Imagine Breaker. Level0(and_More).
Part 1
20 Agustus, 6:10 PM.
Senja di tengah musim panas, dan Kamijou Touma sedang berjalan pulang sendirian, lelah karena kelas tambahannya. Walaupun ada alasannya, dia masih merasa kalau kembali ke sekolah untuk kelas tambahan selama liburan musim panas mengancam kewarasannya.
Karena yang disebut “kelas musim panas” biasanya dimulai tepat di hari pertama liburan musim panas, Kamijou mungkin seharusnya mengikuti kelas ini dari tanggal 19 Juli sampai 28 Juli juga.
Atau setidaknya, kemungkinan besar begitu. Kamijou tidak punya ingatan tentang apa pun yang terjadi sebelum 28 Juli, jadi dia merasa seperti sedang dihukum karena orang lain, dan bukan dirinya, bolos dari kelas itu.
Ada apa?
Kamijou berdiri membatu di depan sebuah vending machine berisi jus yang berada di sisi jalan dengan ekspresi syok.
Tidak mungkin. Ayolah. Tolong.
Dia tidak mau menyerah terlalu cepat. Kamijou yakin dia sudah memasukkan pecahan 2000 yen ke dalamnya, tapi kenapa vending machine itu tidak merespon sama sekali? Yah, dia tahu dengan baik kalau pecahan 2000 yen sudah langka sekarang, tapi itu adalah uang yang didapatkannya dengan susah payah. Sebuah mesin merebutnya uang sebesar itu darinya dan tidak merespon... kerajaan mesin mana yang sedang memberontak!? Kamijou mennarik-narik tuas kembalian dengan sia-sia, hatinya menjerit.
Sungguh sangat sial!
Dia tanpa ragu mengetahui kalau dia menendang atau menggoyangkan vending machine karena kemarahannya, alarm akan berbunyi.
Bahkan di dalam Academy City, sebuah kota yang jauh berlawanan dengan hal supernatural dibangun di Tokyo bagian Barat, seorang skeptis yang melihat Kamijou hanya bisa berpikir “Jadi memang benar-benar ada orang yang sial karena hal supernatural di dunia ini...” Kamijou memang setidak-beruntung itu.
Masih murung, Kamijou mendengar langkah kaki sepasang sepatu dari belakangnya.
“Hei... Jangan berdiri seperti orang idiot di depan vending machine. Kalau kau tidak membeli apa-apa, minggir, minggir. Aku perlu rehidrasi, kalau tidak, aku tidak akan bisa bergerak lagi.”
Ketika dia mendengar suara tiba-tiba dari belakangnya, dia didorong lembut ke samping di lengannya oleh tangan halus seorang gadis.
Tinggal di kota yang dipenuhi pelajar, ini mungkin kadang terjadi, tapi walau begitu sentuhan yang jarang terjadi itu mengejutkan Kamijou.
Apa, apa? -- Ketika Kamijou memutarkan wajahnya, dia melihat seorang siswi SMP. Gadis itu berambut sebahu warna coklat muda, wajahnya cantik tanpa perlu riasan. Dia memakai blus putih lengan pendek dengan sweater musim panas dan rok berlipat abu-abu... Kamijou rasa itu adalah seragam SMP Tokiwadai yang terkenal. Tapi memanggilnya “Ojou-sama” di depannya akan sedikit janggal. Mengeluh tentang panasnya hari itu, gadis itu lebih mirip seperti pekerja kantor penderita trauma perang yang baru saja keluar dari kereta yang penuh dibanding seorang gadis bertata krama tinggi.
... Siapa orang ini?
Apakah dia seorang kenalannya, atau orang asing yang terlalu ramah? Kamijou sedikit khawatir. Dengan hilangnya ingatan, membedakan kenalan dan orang asing adalah hal yang paling sulit. Dia tidak tahu sejauh apa dia harus melangkah ke teritori orang lain.
Insting Kamijou memberitahunya kalau gadis itu adalah seorang kenalannya. Mungkin, kalau dia bukan orang yang tak dikenal, dia perlu melangkah dengan hati-hati. Ehh, selesaikan sajalah... Kamijou menyerah.
“...Jadi, kau siapa?”
“Ini aku, namaku Misaka Mikoto! Cobalah mengingatnya, dasar tolol!!”
Ketika dia berteriak, gadis itu mengeluarkan percikan warna pucat dari poni coklat mudanya.
Sial, dia tidak punya rasa humor? Persis ketika Kamijou dengan instingnya langsung berjaga-jaga, sebuah petir berwarna pucat menyambar dari dahi gadis itu dan dengan cepat menuju Kamijou.
Walaupun dia tidak mungkin bisa bereaksi cukup cepat hanya dengan penglihatan saja, tubuh Kamijou bergerak secara insting sebelum petir itu mengenainya. Seakan tubuhnya, setelah berulang kali diserang oleh serangan listrik, mengetahui dari pengalaman bagaimana cara meresponnya.
Seperti mengusir serangga yang terbang di depan matanya, Kamijou mengayunkan tangan kanannya horizontal seperti pukulan backfist.
Cukup dengan itu saja dia berhasil menghilangkan petir yang mendekati hampir semilyar volt seolah petir itu hanya semprotan air.
Imagine Breaker.
Tak peduli kalau dia menghadapi esper, penyihir, siapa pun yang memiliki kekuatan aneh, atau bahkan mukjizat ilahi; semua yang supernatural akan ditiadakan ketika tangan kanannya menyentuhnya. Itulah kekuatan khusus Imagine Breaker.
“???”
Kamijou melihat ke gadis SMP yang memelototinya marah, yang dia pikir seharusnya ditahan untuk percobaan pembunuhan.
Tubuhnya bergerak karena insting dan menghindari serangan itu seolah dia pernah mengalami fenomena ini sebelumnya. Ketika menghadapi pedang api yang dikeluarkan oleh seseorang bernama Stiyl Magnus, Kamijou juga selamat karena instingnya. Kalau begitu...
Kamijou kehilangan ingatannya.
Dia kehilangan “ingatan”nya, tapi “pengetahuan”nya masih tetap ada, dan itu sedikit aneh.
Sebelumnya, Stiyl pasti telah mencoba menyerangnya dengan pedang api itu, walaupun dia tidak bisa mengingatnya. Mungkin itulah kenapa tubuhnya bisa bergerak dengan sendirinya.
Kalau itu benar, berarti dia juga kenalanku...? Benar, kenalanku. Sial, kenapa orang yang kukenal semuanya seperti ini!?
“Kenapa kau menangis di sana?” tanya Misaka berkacak pinggang. “Kalau kau tidak mau menggunakan mesin ini, minggir. Aku akan menggunakannya.”
“Ah...”
Kamijou melihat bolak-balik antara mesin itu dan gadis bernama Misaka Mikoto.
Walau dia berpikir kalau tidak memeringatkan orang bahwa mesin itu memakan uang itu adalah tindakan yang tidak bisa dimaafkan, tapi gadis itu telah menyerangnya. Tunggu, tidak, akan lebih buruk kalau melihatnya marah dan mengamuk... akan sangat menyeramkan.
“Mesin itu akan menelan uangmu.”
“Aku sudah tahu,” balas Mikoto.
“Kau tahu mesin itu makan uang, dan kau tetap akan membayar? Apa mesin itu kotak sumbangan atau semacamnya?”
“Kau benar-benar idiot. Ada trik yang dibutuhkan untuk mesin ini, trik licik yang akan membuatnya memuntahkan gratis sekaleng jus .”
“...”
Dia punya firasat buruk – firasat yang sangat buruk. “Trik licik”... Dia memikirkan “trik” yang gadis itu gunakan setiap hari. Dia juga memikirkan ketika mesin itu menelan uang 2000 yen-nya.
Jangan bilang kalau mesin ini rusak!
“Legenda di antara siswi SMP Tokiwadai, tendangan seperti nenek-nenek dengan kemiringan 45 derajat akan menghidupkan kembali mesin mana pun yang tak berfungsi!”
“Chaser –!” Dengan teriakan itu, dia mengirimkan tendangan setinggi roknya ke sisi mesin itu.
*Bang!* Suara dentum sesuatu yang jatuh bergema di dalam mesin itu, lalu sebuah kaleng keluar.
“Kau tahu, karena sudah usang, per yang menahan jusnya sudah longgar. Sayang kau tidak bisa memilih jus apa yang keluar – Hei, ada apa?”
“Tidak ada,” jawab Kamijou dengan nada monoton.
Di balik roknya adalah celana pendek untuk olahraga. Kamijou merasa sebagian mimpinya telah dihancurkan.
“Legenda Tokiwadai ini, apa semua putri dari Tokiwadai melakukannya?”
“Kebanyakan tidak bisa! Hampir semua tidak akan bermimpi melakukannya...”
“...” Kamijou berpikir. “Maksudku bukan begitu! Aku bertanya apakah bocah-bocah seperti kalian bersatu setiap hari untuk menghancurkan vending machine itu dengan teknik itu!”
“Tidak apa-apa, ‘kan!? Kenapa kau marah? Kami tidak secara langsung merugikanmu, ‘kan?”
“...”
“Eh? Ngomong-ngomong, sepertinya mesin ini selalu menelan uangmu—“ Berhenti di tengah kalimatnya, Mikoto terdiam. “...Jangan-jangan, apa kau sudah membeli sesuatu?”
“...”
“Hey, apa kau sudah minum? Kau benar-benar mendapat minuman? Hey, jawab dengan jujur, atau aku akan memelorotimu[1]; apa kau bengong seperti itu karena dirampok oleh mesin ini?
“...Dan kalau aku menjawabnya?”
“Tentu saja, aku akan mengirimkan foto wajah bodohmu ke seluruh dunia— Aku cuma bercanda! Cuma bercanda! Jangan menyeret kakimu seperti itu, kau benar-benar kelihatan seram!”
Kamijou menghela napas, melepaskan semua ketegangan dari tubuhnya.
Semarah apa pun dia, dia tetap tidak akan bisa mendapatkan uang 2000 yen itu kembali. Dia tadinya bermaksud membeli kembang api untuk seorang biarawati berjubah putih yang menumpang gratis di rumahnya dengan uang itu. Bahkan seharusnya dia menabungnya dan tidak membeli apa-apa dengan uang itu, tapi tidak ada gunanya memikirkan hal ini sekarang. Kurasa sekarang aku harus bertindak seperti seorang pecundang sesuai kenyataannya... pikir Kamijou sambil menurunkan pundaknya lemas dan berbalik membelakangi Mikoto.
Ketika melihat punggung Kamijou yang dibungkukkan, Mikoto menghela napas sambil berkacak pinggang.
“Kau, tunggu! Beri tahu aku, berapa banyak uang yang kaumasukkan?”
“...Tidak akan bilang, tidak bisa bilang, tidak mau bilang.”
Kamijou melihat gadis itu. Dia mungkin saja baru bertemu dengannya, tapi dia sudah menyadari kalau memberi tahu gadis itu “Aku kehilangan 2000 yen” tidak akan membuatnya mengatakan “Yah, sayang sekali!” Yang dikatakannya akan lebih seperti “Gwahahahahaha!!!” seperti tertawanya seorang komandan dari era Sengoku.[2]
Mikoto terlihat sedikit lebih serius, seolah dia merasa bertanggung jawab karena membuatnya kehilangan uang 2000 yen itu.
“Aku tidak akan tertawa, aku janji. Sebagai tambahan, aku akan mengambil uangmu kembali!”
Kenapa dia sebaik ini!? pikir Kamijou. Semua ini tidak akan terjadi kalau Mikoto tidak menendangi vending machine itu; Kamijou tidak memikirkan hal ini sejak awal.
Tapi ia sedikit takut kalau dilabeli sebagai “Si Idiot yang Kehilangan 2000 Yen pada Sebuah Mesin”, tapi kata-kata Mikoto “Aku tidak akan tertawa, benar-benar tidak akan, aku benar-benar, benar-benar tidak akan tertawa” meyakinkannya kalau tidak ada masalah untuk mengakuinya.
“...2000 yen.”
“2000 yen? Kau memasukkan sebanyak itu?” tanya Mikoto.
“Tunggu, ‘2000 yen’? Maksudmu uang kertas pecahan 2000 yen? Wow, aku mau lihat, aku benar-benar mau melihatnya! Pecahan 2000 yen yang belum dihancurkan! Heheh, ahahahahahahaha! Jadi itu kenapa vending machine-nya terkena bug! Bahkan toko serba ada sudah tidak menerima lagi pecahan 2000 yen, hahahahaha!!
Melihat Mikoto memanas sampai tingkat yang menggelikan seperti itu, dia berteriak sengit, “Pembohong!!” Dia seharusnya tidak memberitahunya tentang uang 2000 yen itu. Dia seharusnya menukarkan uang itu sebelumnya. Siapa tahu dia bisa, walau untuk sejenak, mendapatkan senyuman manis dari kasir department store, walaupun sepertinya cuma “Ooh” saja yang akan didapatkannya.
“Hohoh. Yah, mari berharap mesin ini akan memuntahkan 2000 yen itu kembali. Aku tidak akan terima kalau rongsokan ini mengeluarkan dua uang kertas pecahan 1000 yen.”
Sambil berdiri di depan mesin itu, Mikoto perlahan menempatkan telapak kanannya di atas tempat memasukkan koin.
Tiba-tiba, Kamijou memikirkan sebuah pertanyaan.
“Hey, kau, bagaimana kau akan mengambil kembali uangnya dari mesin ini?”
“’Bagaimana’, kaubilang?”
Mikoto memberinya pandangan kosong, kemudian,
“Seperti ini...”
Percikan listrik warna pucat melompat keluar dari telapak kanannya dan langsung menyambar vending machine itu.
*Bam!* Mesin yang berat itu bergoyang ke kanan dan ke kiri seperti seorang pembumbung sumo. Asap hitam dari bagian dalam mesin itu membumbung keluar melalui melalui lipatan-lipatan mesin itu seperti awan asap yang terlihat di manga.
Kamijou memucat.
“Hah...? Aneh, aku tidak bermaksud menyerangnya sekuat itu. Ah, banyak kaleng jus yang keluar. Hey, uang 2000 yen-mu tidak keluar, tapi paling tidak jumlah kaleng yang keluar ini seharga 2000 yen; apa ini tidak apa-apa-? Hey, kenapa kau kabur!? Oi!”
Kamijou tidak berani berbalik. Dia berlari dengan kecepatan penuh untuk menjauhi vending machine itu bahkan satu milimeter lebih jauh. Kamijou biasanya bisa mengetahui kapan kesialan akan menyerang; dia biasanya mendapat firasat sekitar sedetik sebelum sesuatu yang salah akan terjadi. Tapi tidak kali ini.
S-sial!! Entah kenapa aku tidak memerkirakan ini, tapi aku harusnya menyadarinya lebih cepat...!!
Biasanya, menendang vending machine hanya akan menghasilkan berbunyinya alarm kecil, tapi mesin ini meraung sekuat tenaga, seolah mengeluarkan semua tenaganya yang tersimpan.
Part 2
Dia tidak bisa mengingat kenapa dia berlari. Yang dia tahu pasti hanyalah bahwa dia telah berlari sekitar sepuluh menit.
Ketika dia sadar, Kamijou sudah duduk di sebuah halte bus distrik bisnis. Sambil terduduk kelelahan, dia memandang ke langit bulan Agustus yang disinari oleh matahari tenggelam berwarna seperti api. Sebuah balon udara[3] mengambang di langit berwarna oranye, display X-Vision yang terpasang di perutnya menunjukkan berita Academy City: “Organisasi Mizuho Berhenti dari Riset Patologis Distropi Muskular.”
“Jangan mengkhayal ke tanah mimpi dan bawalah sebagian kaleng jusnya. Bukankah ini aslinya memang untukmu?” Mikoto menghela napas sambil duduk di sampingnya, melemparkan kaleng demi kaleng ke pangkuannya. Mikoto melihat baling-baling pembangkit listrik yang berputar di dekatnya dengan damai.
Dia mungkin merasa sedikit kecewa karena tidak bisa mengontrol kekuatannya dengan sempurna tadi.
“...Aku takut kalau tepat ketika aku menerima jusnya, aku akan menjadi seorang rekan kriminal. Apa yang harus kukatakan, jangan lempar kepadaku—Ow! Panas! Kenapa shiruko[4] panas ini tercampur di dalamnya?”
“Ketika ada malafungsi di mesin itu, kau tidak bisa memilih jus apa yang keluar!”
“Apa kau merasakan dendam di dalam sider kedelai hitam dan susu kedelai ini?”
“Hah? Itu bukan apa-apa. Kau harusnya bersyukur. Kita beruntung karena dua jus dari neraka, jus guarana hijau dan oden stroberi, tidak keluar.”
Dengan kata lain, Academy City juga merupakan “Kota Eksperimen”.
Dengan laboratorium riset dan universitas yang jumlahnya tak terhitung mengirimkan model tes dari produk mereka, jalanan dipenuhi dengan benda-benda eksperimental seperti automaton pembuangan sampah dan robot keamanan yang bekerja secara mandiri. Ini berarti produk yang ada baik di toko serba ada maupun vending machine berbeda, tapi...
“...Walau begitu, faktanya para pelajar masih membayar dengan uang yang sama, jadi aku ingin bertanya kenapa para petinggi tidak mengetahui ini.”
“Baiklah, baiklah; bahkan langkah kecil menuju mimpimu berarti kau itu penuh ambisi. Ah, aku mau sider plum itu,” kata Mikoto sambil mengambil sebuah kaleng dari tangan Kamijou tanpa peringatan. “Kau tahu, bahkan walau satu kaleng saja, kau tidak seharusnya selalu kabur. Walau aku memang benar-benar kuat, tidak bisakah kau menganggapku sebagai seorang yang lemah dan memandang rendah aku? Cobalah lihat seperti itu dan panggil aku Mikoto-san, oke –?
“...Apa-apaan gadis ini, membicarakan yang tidak jelas dengan bangga seperti itu?”
“Apa?” Misaka melihat ke Kamijou, memasang muka seorang pemabuk. ”...Hm, mungkin aku tidak seharusnya mengatakan itu. Tapi selama yang lemah mengaing, yang kuat bisa menyombongkan diri... Begitulah yang aku percayai. Kenapa kau berbeda? Hanya ada tujuh orang Level 5 di Academy City, jadi kenapa kau dikejar-kejar oleh preman yang setingkat dengan anjing chihuahua?”
“???”
Walaupun Mikoto mengatakannya dengan penuh percaya diri, Kamijou sama sekali tidak bisa mengingat yang seperti dikatakannya.
Kalau begitu, apakah perkataan Mikoto salah, atau dia tahu sebagian dari masa lalu Kamijou yang dirinya sendiri tidak ketahui? Tidak bisa menanyakan kedua pertanyaan itu, Kamijou membiarkan kesempatan itu lewat.
“Kau, kau seharusnya tidak menunjukkan fakta bahwa kau telah mengalahkanku, Misaka Mikoto, si Railgun. Tapi karena kau menunjukkannya, kau seharusnya tidak meminta maaf padaku di depan umum. Tapi sekarang kau melakukan itu, ‘kan? Sejak saat itu, semua orang akan mengingatnya. Mereka akan berkata, ‘Ah, Misaka Mikoto itu, bukankah dia dikalahkan seorang bocah yang kelihatan seperti habis dikejar anjing chihuahua?’” kata Misaka sambil menghabiskan sider plumnya.
“Karena kau mengalahkanku, kau harus bertanggung jawab sebagai pemenang. Aku, satu dari hanya tujuh Level 5 di Academy City, telah dikalahkan oleh seseorang yang hebat seperti itu... Aku bisa setuju dengan itu dan mengumumkannya secara terbuka, kau tahu?”
“Apa-apaan itu? Ini bukan periode Edo dengan semangat Bushido-nya...”
Tapi setelah dia mulai mengatakan itu, sebuah frasa menempel di pikirannya dan membuatnya tidak nyaman.
“Kau mengalahkan aku”?
Walaupun aku memang tidak mengingatnya, apa yang telah kulakukan hingga membuat seorang gadis mengatakan “kau harus bertanggung jawab” padaku –!!
“Uh, uhhhhhhhhhh...”
“Kenapa kau mengerang seperti itu?” tanya Mikoto jengkel. “Walau memang kau pasti juga merasa sebal. Bagaimanapun juga, kejadian itu terlihat persis seperti di manga shounen.”
Mikoto melipat tangannya marah dan menghela napasnya, walaupun Kamijou tidak melihatnya.
“Aku tidak pernah berniat untuk benar-benar mengenaimu, tapi kau menangkis semua seranganku seolah seranganku itu adalah serangan sungguhan... teknik bertarung yang sangat hebat. Walaupun aku bersifat tinggi hati dan jengkel karenanya, fakta kalau yang kaulakukan memiliki efek itu tidak bisa dimaafkan.”
“...Uhhhh... hah?”
Dia tidak pernah sungguhan ingin mengenaiku? Apa itu berarti hubungan kekuatan kami mirip dengan seorang ayah yang tertawa ketika menenangkan anaknya yang mengayunkan tangannya?
Walaupun dia menghadapi seorang electromaster[5], dia tidak pernah sekali pun menyerah pada gadis ini?
...
...Sayang sekali, Kamijou Touma.
“Sepertinya kau itu jenis orang yang kehilangan kepercayaan dirinya ketika berada dalam tekanan,” kata Mikoto tidak tertarik. “Hei, sudah cukup, minum saja. Kalau kau adalah seorang adik kelas yang diberi hadiah dari Mikoto-sensei, kau pasti pingsan karena bahagia.”
“’Pingsan’? Memangnya ada orang yang mau menerima jus yang tidak higienis ini!? Ini bukan manga shoujo; tidak mungkin kita berada dalam cerita cinta sekolah putri – kupikir.”
“...Bukan. Kalau seperti manga shoujo, akan menyenangkan.” Entah kenapa, Mikoto mengalihkan pandangannya. “Akan lebih bervariasi, kau tahu – bukan, lebih keruh?”
“Onee-sama?[6]”
Sebuah suara perempuan yang nyaring seperti lonceng bergema. Wajah Mikoto kelihatan seperti ditusuk dengan es dari belakang.
Onee-sama? Onee-sama!!
“Guh,” gumam Kamijou karena telinganya tuli oleh suara tadi. Apa-apaan...!? Berbalik secepat yang dia bisa, dia melihat seorang gadis – mungkin seorang siswi kelas satu SMP – berdiri di dekat mereka, memakai seragam yang sama dengan Mikoto. Gadis berambut kuncir dua warna coklat, dengan kedua tangan di depan tubuhnya dan mata yang bersinar.
“Maa, Onee-sama! Maa, maa, maa, Onee-sama![7] Aku sedang bertanya-tanya kenapa kau tidak lagi tertarik dengan kelas musim panas, ternyata alasannya untuk ini, ya!?”
Kamijou melihat ke gadis yang duduk di sebelahnya, dan tangan Mikoto ada di kepalanya, sangat merasa kesusahan. Tapi untuk Kamijou yang tidak punya kekuatan, dia merasa kalau hati Mikoto secara misterius memberitahunya untuk tidak usah melakukan tsukkomi[8].
Sambil menekan-nekan pelipisnya dengan tangannya untuk memperringan rasa sakit kepalanya, Mikoto mulai berbicara ke gadis misterius itu.
“Aku cuma ingin memastikan, aku penasaran apa kau tadi mengatakan ‘karena ini’ atau ‘karena dia’.”
“Tentu saja aku mengatakan tentang pertemuan rahasiamu dengan lelaki di sana, ya ‘kan?”
Percikan listrik keluar dari rambut Mikoto, tapi gadis berkuncir dua itu kelihatan tidak peduli. Terbengong, Kamijou memperhatikan gadis yang tersenyum manis itu mendekati bangku tempat dia duduk dengan kecepatan mengerikan. Sial, dia datang! Tapi sebelum Kamijou bisa bergerak, gadis itu sudah menggenggam tangan Kamijou dengan kedua tangan miliknya.
“Senang berjumpa denganmu, tuan. Aku adalah pengawal Onee-sama, panggil aku Shirai Kuroko.”
“Ap?” Kamijou melihat ke tangan yang Shirai pegang, khawatir terhadap reaksi yang diperlihatkannya.
“Omong-omong, apakah kegugupan seperti ini adalah tanda bahaya kalau dia suka menggoda gadis lain?”
“Pfft!” Kamijou tergelak. Mikoto yang duduk di samping Kamijou berdiri perlahan, dan,
“KAU! Orang aneh ini bukan pacarku!”
Ditemani kata-kata dari hati yang terluka, petir menyambar dari poni Mikoto.
Shirai Kuroko melepaskan tangan Kamijou dan mundur selangkah, petir itu tidak mengenai apa-apa ketika Shirai menghilang begitu saja.
“Tch, dan dia menggunakan teleportasi di waktu seburuk ini. Kalau rumor ini tersebar, aku tidak akan mengakuinya, sialan!”
Mikoto menyerang dengan serangan listriknyake kekosongan penuh kemarahan, kelihatan sangat ingin membuat seseorang tersengat listrik. Sial, sekarang bagaimana aku bisa menenangkannya? pikir Kamijou ketika tiba-tiba sebuah suara terdengar dari belakang bangku.
“Onee-sama?”
Lagi!!! Kamijou berbalik,
Dan melihat di belakang bangku sedang berdiri Misaka Mikoto yang lain.
“Ap-?”
Dari apa yang bisa dia lihat, gadis di belakangnya tidak berbeda dengan “Misaka Mikoto”. Rambut coklat muda sebahu, wajah dan tubuh yang menarik, blus lengan pendek warna putih, sweater musim panas, dan rok berlipat. Dari ciri tubuh dan seragam sampai aksesoris, tidak ada keraguan lagi: “Misaka Mikoto” sedang berdiri di sana.
Tapi,
Kamijou mengembalikan pandangannya ke gadis yang duduk di sebelahnya. Rambut coklat muda sebahu, wajah dan tubuh yang menarik, blus lengan pendek warna putih, sweater musim panas, dan rok berlipat. Walaupun dia sudah memerkirakannya, dia sedang melihat seorang “Misaka Mikoto” yang sedang duduk.
Tapi ada beberapa perbedaan. Gadis yang berdiri di belakang bangku memakai sesuatu yang kelihatan seperti sebuah night vision goggles[9] di dahinya seperti kacamata renang yang tidak digunakan, dan matanya terlihat tanpa ekspresi. Pandangannya yang tidak fokus mengikuti bagian belakang kepala Misaka Mikoto yang sedang duduk.
“...Eh? Mereka mengganda!? Misaka nomor dua!”
Kamijou dengan terkejut melihat bolak-balik antara kedua “Misaka Mikoto”. Dibandingkan dengan wajah yang duduk di sampingnya yang juga terkejut sepertinya, Misaka yang berdiri di belakang bangku hanya balas memandang tanpa ekspresi.
“Jadi,” gumam Kamijou ketika dia melihat ke Misaka yang berdiri lagi, “kau siapa?”
“‘Imouto,’[10] kata Misaka dengan cepat.”
“...”
Cara yang aneh untuk mengatakannya, pikir Kamijou. Terlalu banyak orang yang berbicara dengan aneh di sekitar Kamijou hingga sulit baginya untuk mengetahui apa mereka itu benar-benar aneh atau tidak.
“Kau, Misaka, menyebut dirimu sendiri dengan ‘Misaka’ ketika berbicara tentang dirimu sendiri? Aku tidak menyebut Misaka dengan ‘Misaka’ karena kami tidak menggunakan nama depan. Bukankah ini akan membuat kekacauan di rumah kalau kau menyebut dirimu sendiri sebagai ‘Misaka’?”
“ ‘Tapi nama Misaka masih tetap Misaka,’ jawab Misaka segera.”
“...”
Tidak mungkin Misaka menyebut dirinya sendiri sebagai “Misaka”; pasti ada aturan tidak tertulis. Kamijou melihat Mikoto yang duduk di sampingnya untuk meminta bantuan, tapi dia sekali lagi terkejut; Mikoto sedang memelototi adiknya yang diam.
“A-aku mengerti, Imouto. Tapi kalian berdua kelihatan identik – identik dalam tinggi dan berat yang sama, ya ‘kan?”
Mikoto terus memelototi Imouto.
“‘Bahan genetik kami sama,’ jawab Misaka. ‘Dan juga, menanyakan berat seorang gadis itu tidak sopan,’ kata Misaka menyuarakan pikirannya.”
Mikoto masih memelototi Imouto.
“...” Orang yang aneh, pikir Kamijou. “Kalau begitu, kurasa kalian pasti anak kembar. Hmmm, ini pertama kalinya aku melihat kembar indentik, tapi kalian berdua memang benar-benar terlihat sama. Yah, apa yang akan kaulakukan, Futago-chan[11]? Kembali ke Nee-chan[12]?”
Mikoto telah terus-terusan, terus-terusan memelototi Imouto untuk beberapa lama.
“‘Sangat naif pemikiran anak yang dangkal ini, jadi Misaka akan menjawab pertanyaanmu agar kau bisa mengetahui apa yang terjadi. Misaka datang untuk melihat dan memastikan siapa yang memiliki kekuatan yang sama, yang terdeteksi dalam radius 600 meter dari Misaka...”
Kalau mereka adalah kembar identik, maka kekuatan mereka yang sama itu cukup memungkinkan.
Walaupun dia memikirkan kemungkinan itu... Kamijou sangat takut dengan pandangan mata Mikoto.
Oh, sial. Dia adalah tipe yang benci kalau keluarganya terlihat oleh temannya di hari kunjungan orang tua, pikir Kamijou.
“‘...dan di tempat ini, aku menemukan sebuah vending machine yang rusak dan kalian berdua sedang membawa jus kalengan dalam jumlah yang banyak. Aku tidak pernah menyangka Onee-sama mau terlibat dalam pencurian,’ kata Misaka sambil mendecakkan lidahnya,” lanjut Misaka Imouto sambil berdiri tegak. “ ‘Metode apa yang harus digunakan agar Onee-sama merubah sifatnya?’ tanya Misaka dalam nada memastikan seperti polisi.”
Karena tuduhan aneh itu, Kamijou tidak punya pilihan lain selain meneruskan.
“Hei, dia itu tersangkanya, dan aku cuma seorang saksi mata, kau tahu.”
“ ‘Kebohongan hanya akan membuktikan kejahatan,’ jawab Misaka. ‘Dari pengukuran jejak yang dihasilkan oleh sengatan listrik yang berada di bagian depan vending machine, dipastikan bahwa sidik jari yang lebih baru itu adalah milikmu,’ kata Misaka memberikan buktinya padamu.”
“Bohong! Aku tidak memerkirakan adanya serangan listrik saat itu!”
“‘Itu bohong,’ jawab Misaka sejujurnya.”
“...”
“...”
Tolong aku! Sambil melihat Misaka Imouto, Kamijou terus-terusan menarik bahu Mikoto yang duduk di sampingnya.
Tapi Mikoto tidak bereaksi sama sekali. Aneh, pikir Kamijou. Kami memang baru berjumpa dengan Imouto sekitar sepuluh menit, tapi Mikoto itu adalah tipe orang yang terus berbicara dengan inisiatifnya sendiri. Apa mungkin Mikoto punya sesuatu yang tidak bisa diomongkan tentangnya?
“...?”
Kamijou melihat Mikoto yang duduk di sampingnya dengan biasa saja. Kemudian,
“...Kau! Kenapa kau berkeliaran di sekitar sini!?”
Tanpa peringatan, Mikoto yang tadinya selalu diam menaikkan suaranya dalam kemarahan yang meledak.
“Uwaah!” kata Kamijou, terkejut oleh teriakan menulikan dari sampingnya. Teriakan tinggi yang hanya dimiliki perempuan menembus gendang telingaku; seperti rasa sakit yang kurasakan setelah memakan es serut dalam jumlah banyak!
Mikoto hanya berteriak sekali itu saja sebelum kembali diam.
Seolah dia sedang menunggu pandangan dari Misaka Imouto.
Persis seperti setelah petir menyambar, keheningan menyelimuti mereka.
Balon udara melayang di langit malam. Dalam X-Vision yang terpasang di sampingnya, berita hari ini, “Virus Baru [HDC. Cerberus] Menyerbu Jaringan”, berulang-ulang dilaporkan, suara pembacanya membuat keributan aneh.
Dalam keadaan seperti itu, Misaka Imouto berdiri tegak dan melihat ke mata Mikoto dengan pandangan kosong.
“‘Satu pertanyaan atau yang lainnya... Latihan,’ jawab Misaka singkat.”
“‘Latihan’.”
Mikoto memotong napasnya seolah dipukul dari belakang, dan mengalihkan matanya. Dia menggumamkan sesuatu, tapi tidak terdengar oleh telinga Kamijou.
“??? Kalau latihan, apa Imouto-san adalah anggota Judgment</ref>Furigana: Komite Moral Publik; dibaca Judgment (Penghakiman)</ref>?”
Kalau status seorang pelajar adalah “kosong” dan “sedang latihan”, hal pertama yang masuk ke pikiran adalah “Judgment”.
Seperti yang dimengerti oleh orang yang melihat kekuatan Mikoto, kekuatan seperti itu jauh lebih mematikan dari sebuah pisau. Untuk 2.3 juta pelajar di dalam Academy City, ada organisasi-organisasi khusus yang menangani esper yang mengamuk.
Ada dua posisi yang melumpuhkan esper yang mengamuk: para pengguna senjata generasi terbaru, korps para guru yang disebut dengan Anti-Skill[13]
Anggota Anti-Skill dan Judgment awalnya tidak berada lebih tinggi dari para guru dan pelajar. Untuk itu, demi masuk ke jajaran profesional mereka, seseorang harus menandatangani sembilan kontrak, melewati tiga belas tes bakat yang berbeda, dan menyelesaikan pelatihan selama empat bulan.
Mikoto menepukkan tangannya dan mengalihkan matanya dari Kamijou.
“Ah, aaah, Judgment? Ah – ah – iya, itu. Kau melakukan ini karena itu, ada banyak masalah, eh? Banyak masalah- atau haruskah kukatakan membuat capek?”
Dia mengatakannya dalam nada yang manis namun mencurigakan.
“Hei. Entah kenapa, kurasa kau berbicara seperti mengabaikan informasi dari telepon iseng.”
“Heh, aku tidak mengabaikannya. Aku hanya menyatakannya lagi dengan sesuai, jelas, tegas.” Mikoto lalu melihat ke adiknya sendiri. “Kita punya banyak yang harus dibicarakan, banyak. Hei, Imouto, bisakah kau ikut denganku sebentar?”
“Ha? Tidak, Misaka juga punya jadwal yang harus diikuti dan –”
“Sudah cukup.” Mikoto memandang lurus ke Imouto. “Ke sini.”
Nada bicara aneh yang datar itu... Kamijou seperti merasakan ada sesuatu.
Mikoto tidak punya alasan untuk melakukan sesuatu yang khusus. Dia hanya melihat wajah adiknya dan mengatakan hanya satu kalimat sambil tertawa.
Tapi satu kalimat itu. Dia telah masuk ke titik itu, pusaran perasaan curiga yang ada dalam hati Kamijou.
Mikoto melihat ke arah Kamijou. Saat itu, dia sudah kembali menjadi siswi SMP yang berisik.
“Yah, kami lewat jalan ini. Kau juga harus pikirkan jam malam asramamu juga!”
Mikoto meninggalkan Kamijou yang duduk dan mengalungkan tangannya di bahu adiknya. Dua gadis yang kelihatan biasa saja itu kemudian berjalan menuju jalan raya yang lebar.
Kamijou refleks mulai mengikuti Mikoto – tapi kemudian menghentikan dirinya sendiri.
Kembali duduk di bangku, dia bergumam sambil memandang balon udara yang melayang di langit malam,
“Sepertinya sangat pelik...” katanya pelan. “Kira-kira keluarga seperti apa yang mereka punya?”
Part 3
Catatan
- ↑ TN: Dalam artian membuatnya miskin, bukan memeloroti celana atau sejenisnya
- ↑ Perang sipil Jepang antara abad ke-15 sampai abad ke-17.
- ↑ TN: Bukan yang untuk anak-anak, tapi yang biasa untuk iklan. http://www.seeing-stars.com/Images/Slides/Blimp.JPG
- ↑ Sup kacang merah yang manis
- ↑ lit: Pengendali listrik
- ↑ Panggilan kepada kakak perempuan yang dihormati.
- ↑ TN: Saya ga bisa menerjemahkannya dengan baik. www.youtube.com/watch?v=WLwsbgeJuIE
- ↑ Jenis komedi Jepang, http://id.wikipedia.org/wiki/Manzai#Si_pintar_dan_si_bodoh
- ↑ Kaca mata infra merah; yang biasa dipakai militer untuk melihat dalam kegelapan.
- ↑ Adik perempuan, di sini digunakan sebagai nama
- ↑ lit: Kembar-chan
- ↑ Kakak perempuan
- ↑ Furigana: Penjaga; dibaca Anti-Skill (lit: Anti-Kekuatan), dan para pelajar yang dipilih dari setiap sekolah yang disebut dengan Judgment.
Previous Prolog | Return to Main Page | Forward to Chapter 2 |