Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume3 Chapter2

From Baka-Tsuki
Revision as of 16:12, 29 September 2012 by Undesco (talk | contribs) (→‎Part5)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 2: Radio Noise. Level 2(Product_Model)

Part 1

Hari berikutnya juga diisi les pribadi.

Kelihatan menyedihkan melihat seorang siswa duduk di tengah kelas pada sore hari. Awalnya, Kamijou berpikir, “Ayolah, apa ini sebuah SD di kota yang ditinggalkan penduduknya?” tapi selama pelajaran tambahan itu berlanjut dari tiga hari menjadi empat dan lima hari menjadi enam, cahaya di jiwanya telah menghilang, dan les pribadi itu hanya membuatnya muak.

Tapi pelajaran tambahan itu akan selesai dalam dua hari, termasuk hari ini. Kamijou mungkin bisa merasa tidak semangat bahwa “Liburan musim panas akhirnya dimulai pada tanggal 22 Agustus!?” tapi dia cukup senang hanya dengan keluar dari pelajaran tambahan itu.

Kamijou memandang meja guru di depannya.

Di sana berdiri seorang guru perempuan dengan tinggi 135 cm yang membuatnya terlihat seperti berumur 12 tahun, Tsukuyomi Komoe, yang hanya kelihatan wajahnya di balik meja. Dia sedang berbicara dengan kertas teksnya diletakkan di atas meja, tapi Kamijou bertanya-tanya kenapa dia meletakkan kertasnya di atas meja. Akan lebih mudah untuk dibaca kalau dia memegang kertasnya.

“Jadi untuk eksperimen kartu ESP, bahan kartunya diubah dari resin vinyl menjadi resin ABS, kondisi ini diperlukan dan diberlakukan oleh Amerika pada tahun 1992. Ini adalah sebuah trik agar sidik jari di kartunya memungkinkan untuk menebak kartu apa yang dibalik... Hey, Kamijou-chan, apa kau mendengarkanku?”

“...Iya, Komoe-sensei. Aku dengar, tapi apa hubungannya ini dengan kekuatan psikis?”

Kamijou adalah seorang Level 0. Dengan pemeriksaan dari sebuah mesin tanpa tanding, dia diberi tahu bahwa sekeras apa pun dia berusaha, dia tidak akan bisa membengkokkan satu sendok pun, tapi tidak masuk akal bahwa dia diberi pelajaran tambahan karena dia “lemah”.

Kelihatannya Komoe-sensei mengetahui kontradiksi itu, karena dia berkata,

“Kau tidak boleh menyerah karena kau tidak punya kekuatan. Kalau kau menyerah, hal-hal yang bisa kau peroleh tidak akan kau peroleh. Jadi dengan mempelajari dasar dari kekuatan psikis, kurasa kau bisa mencari jalan untuk menemukan kekuatan milikmu.”

“Sensei?”

“Ya?”

“...Yah, sepertinya kau berusaha keras, tapi hal-hal yang tidak bisa diraih memang tidak akan bisa diraih.”

“Kamijou-chan! Aku tidak bisa mengatakan kalau semua usaha akan menghasilkan kesuksesan, tapi orang-orang yang tidak pernah mencoba tidak akan pernah berhasil! Bahkan peringkat ketiga dari 2.300.000 orang, Misaka Mikoto dari SMP Tokiwadai, pernah menjadi Level 1, tapi dia berusaha keras dan naik hingga menjadi Level 5! Jadi Kamijou-chan juga harus berusaha keras!

“...Seorang elit? Dia? Dia itu seorang gadis yang selalu menendang vending machine!”

“? Kamijou-chan, kau kenal dia?”

“Tidak juga. Yah, kembali ke topik utama, menonton acara di TV dan berkata ‘Lihat siswa SMA itu: mereka seumuran denganmu, tapi coba lihat seberapa aktifnya dia! Dibandingkan dengan dia, coba lihat dirimu, tidakkah kaupikir kau jadi tidak ada harganya?’ Aku bukan tipe orang yang akan termotivasi dengan ceramah seperti itu! Arrrggghhh...”

“Jangan bilang ‘arrrggghhh’ seperti itu padaku! Hal itu membuatku susah!”

“Oke? Jadi kenapa kau kelihatan begitu senang kalau kau merasa susah_”

“Oh, um... Yah, itu karena... um... Karena aku... suka kau...?”

“Buowahh!”

“...Mengajarmu.”

Index v03 065.jpg

“...Oh. Oke, mengajar. Itu membuatku takut... Oh, tunggu! Ayolah! Aku baru saja ingin membelokkan pembicaraan, tapi langsung dikembalikan ke jalur yang benar lagi!”

“Ahaha. Kau terlalu cepat 100 tahun untuk menghadapiku dengan kata-kata. Sekarang, Kamijou-chan, buka halaman 82 bukumu dan baca mengenai kekuatan perlindungan pikiran seorang Psychometer yang digunakan dalam investigasi kriminal.”

Seperti itu, pelajaran tambahan hari ini berlanjut.

Part2

Dan begitulah, pelajaran tambahan hari itu berakhir.

Saat itu pukul 18.40. Kamijou melewatkan kereta terakhir yang berangkat ketika seluruh siswa seharusnya meninggalkan sekolah, jadi dia sedang dengan santai berjalan melewati distrik perbelanjaan. Demi mencegah pelajar menghabiskan malam di luar, semua kereta dan bus paling akhir di Academy City berangkat pada pukul 18.30. Pemikirannya adalah orang-orang tidak akan keluar larut malam jika sistem transportasi dihentikan.

(Aku tidak yakin apakah harus senang karena tinggal satu hari lagi atau mengeluh karena masih ada satu hari lagi. Bagaimanapun juga, pelajaran tambahan ini sudah berlangsung terlalu lama. Sial. Kalau ini berakhir, aku akan pergi ke pantai!)

Pikir Kamijou pada dirinya sendiri ketika dia pulang sore itu. Tidak kelihatan jika angin sedang berhembus, tapi baling-baling dari kincir angin memang berputar.

“Mh?”

Kamijou menemukan punggung yang kelihatan familier di tengah kerumunan. Punggung milik seorang gadis berambut coklat yang memakai seragam musim panas SMP Tokiwadai. Misaka Mikoto.

Kamijou tidak punya alasan untuk menghindari Mikoto, jadi dia berlari kecil untuk menyusul Mikoto.

“Hei. Apa kau sedang pulang dari pelajaran tambahan juga?”

“Ahn?” respon tidak feminim Mikoto. “Oh, kau.. Aku cukup capek dan aku ingin menyimpan tenagaku yang tersisa, jadi jangan paksa aku mem-biri biri-mu. Jadi apa yang kauinginkan?”

“Tidak ada. Kita kebetulan berada di jalan yang sama, jadi aku cuma berpikir kita bisa jalan bersama.”

“Oh?” Mata Mikoto sedikit memicing. “Kau ‘cuma berpikir’ kau bisa berjalan dengan seorang putri dari Tokiwadai? Heh. Apa kau tahu seperti apa usaha yang dilakukan banyak lelaki untuk berada dalam posisi ini?”

“...Cukup buruk kalau kau menyebut dirimu sendiri sebagai ‘putri dari Tokiwadai’.”

“Aku bercanda, dasar bodoh.” Mikoto menjulurkan lidahnya sedikit. “Apa yang kaupelajari di sekolah lebih penting dari di mana kau bersekolah. Aku yakin kau cukup tua untuk mengetahui paling tidak sebanyak itu.”

“Hmm. Yah, setiap orang punya bidang spesialisasi masing-masing. Omong-omong, adik perempuanmu tidak bersamamu? Aku mau berterima kasih padanya karena membawa minuman kemarin.”

Bulu mata Mikoto berkedut sedikit.

Hanya beberapa milimeter, tapi beberapa milimeter itu terlihat aneh bagi Kamijou.

“Adik perempuanku...? Apa kau menemuinya setelah itu?”

“Yeah...”

(Sial.)

Kamijou mengingat kembali bahwa Mikoto menarik tangan Misaka Imouto dan dengan paksa membawanya pergi dari Kamijou. Apakah dia seharusnya merahasiakan kalau mereka bertemu setelah itu?

Mikoto memicingkan matanya sedikit.

“Apa kau begitu tertariknya dengan adik perempuan ini?”

“Bukan. Aku hanya ingin berterima kasih karena telah membawakan minuman kema-...”

“Jadi kau lebih memilih adikku walaupun kami berdua identik secara visual? Atau kau tidak bisa memilih dan ingin kami berdua?”

“Kubilang bukan! Dari mana kau mendapat pengetahuan seperti itu!!”

Kamijou dan Mikoto berjalan menyusuri jalan utama, melanjutkan perdebatan mereka dalam jalur seperti itu.

Banyak kincir angin yang berbeda berdiri di sepanjang jalan. Kamijou melihat ke atas ke arah baling-baling yang berputar lalu memperhatikan sebuah balon udara mengambang di langit senja. Layar ekshibisi di sisinya menampilkan berita hari itu. Sepertinya, tiga fasilitas riset yang terkait dengan distrofi muskular telah dikosongkan dalam periode dua minggu dan ada kekhawatiran tentang suhu dingin yang intens akan datang ke seluruh kota.

Pembicaraan antara mereka terhenti karena fokus Kamijou teralih ke balon udara itu. Balon udara mungkin terdengar kuno, tapi balon itu menggunakan tenaga matahari untuk memanaskan karbon dioksida dengan menggunakan pemanas untuk daya angkat dan untuk memutar sebuah motor besar untuk daya dorong, jadi balon itu adalah perangkat ekologis yang tidak memerlukan bahan bakar.

Karena usaha yang pasti telah dilakukan dalam pengembangan benda itu, Kamijou bertanya-tanya apakah persediaan minyak dunia akan segera habis. Konsep itu tidak terlalu mengganggunya.

“Aku benci balon udara itu,” gumam Mikoto.

“Ahn? Kenapa?” tanya Kamijou sambil melihat kembali ke arah balon udara. Dia cukup yakin kalau dia pernah mendengar bahwa balon udara itu diterbangkan karena dewan direktur Academy City mengatakan bahwa para pelajar perlu lebih sadar tentang kejadian terbaru.

“...Karena orang-orang mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh sebuah mesin,” balas Mikoto diam-diam seolah dia sedang memuntahkan sesuatu yang sangat menjengkelkannya.

Kamijou mengembalikan pandangannya pada Mikoto dengan terkejut. Tidak ada yang aneh di wajahnya. Tidak ada yang aneh sedikit pun. Seolah topeng tanah liat yang hancur telah dibuat ulang ketika dia tidak melihat.

“Kau kenapa? Apa nama benda itu? Um... Tree Diagram[1], ya? Hah, apa kau ini jenis orang yang tidak tahan kalau mesin mengalahkan manusia dalam catur?”

Singkatnya, Tree Diagram adalah super komputer paling pintar di dunia. Komputer itu adalah simulator terhebat yang diciptakan dengan alasan untuk menjadi pembuat prakiraan cuaca yang sempurna.

Prakiraan cuaca mungkin terdengar familier, tapi itu adalah bidang yang hal-hal di dalamnya hanya bisa diprakirakan. Tidak bisa dinyatakan sebagai fakta. Karena pergerakan tiap-tiap partikel udara yang menciptakan “cuaca” sangat kompleks dan terbelit dengan efek kupu-kupu dan teori kekacauan, seseorang bisa mengatakan bahwa ada 80% kesempatan hujan hari berikutnya, tapi tidak ada yang bisa mengatakan bahwa pasti akan hujan pada pukul 09:10:00. Hal itu mulai memasuki ranah mekanika kuantum.

Akan tetapi, Tree Diagram telah memindahkan prakiraan cuaca menjadi prediksi cuaca.

Komputer itu tidak melakukan sesuatu yang rumit. Pada dasarnya, jika komputer itu bisa dengan sempurna memprediksi pergerakan setiap partikel udara di seluruh dunia, hanya ada satu jawaban yang bisa dia capai.

Tree Diagram punya spesifikasi yang cukup gila untuk bisa melakukan itu, tapi beberapa orang punya teori bahwa penggunaannya untuk prakiraan cuaca hanyalah sebuah kedok dan komputer itu punya kegunaan sebenarnya yang lain.

Kebetulan, ada satu aspek yang tidak biasa dari prakiraan cuaca Tree Diagram.

Komputer itu memperhitungkan prakiraan cuaca selama satu bulan sekaligus.

Sebenarnya tidak terlalu masalah karena prakiraannya masih akurat, tapi perhitungan ini masih kelihatan seperti usaha yang tidak diperlukan. Bagaimanapun juga, cuaca bulan depan itu lebih, jauh lebih mungkin meleset dibanding cuaca besok. Jika tujuannya adalah prakiraan cuaca yang akurat, lebih baik jika komputer itu mengulang perhitungannya setiap hari.

Tapi Tree Diagram menggunakan metode yang lebih sulit.

Ada rumor bahwa waktu sisanya digunakan untuk simulasi riset.

Reaksi obat, reaksi fisiologis, reaksi elektris, dan banyak jenis hal lain bisa diperhitungkan oleh Tree Diagram dan beberapa tes bisa dilakukan untuk mengkonfirmasikan jawaban yang diberikan. Bisa menciptakan obat-obatan baru seperti itu terdengar gila. Menurut rumor ini, ada periset yang tidak tahu cara menggunakan tabung percobaan dan yang tidak suka menyentuh tikus lab.

Sebuah super komputer dengan kekuatan sebanyak itu punya banyak musuh. Pendukung supremasi manusia yang benci mesin bisa mencoba meledakkannya dalam serangan teroris kapan saja dan pendukung supremasi AI yang benci manusia mungkin mencoba menyelinap ke dalam area penyimpanan untuk Tree Diagram demi mencuri teknologi yang digunakan.

Demi melindunginya dari musuh eksternal, Tree Diagram sekarang disimpan di tempat di mana tangan manusia tidak bisa menyentuhnya.

Satelit yang diluncurkan oleh Academy City pada dasarnya adalah Tree Diagram.

Fakta bahwa Academy City bisa secara swasta menggunakan teknologi roket yang biasanya hanya diperbolehkan oleh badan nasional menunjukkan seberapa besar pengaruh yang dimiliki Academy City di dunia.

(Yah, fakta bahwa mereka membolehkannya juga menunjukkan seberapa berharga komputer itu.)

Kamijou memandang kosong ke langit senja. Tree Diagram sedang mengorbit di luar atmosfer saat itu dan mungkin akan terus menghitung bahkan jika dunia berakhir.

“Komputer itu adalah otak baja yang melihat umat manusia dari atas, tapi komputer itu tidak bisa berkhianat atau semacamnya. Ini bukan film SF murahan. Sama seperti ATM, komputer itu beroperasi sesuai tombol yang kautekan.”

Tidak peduli seberapa kuat pun superkomputer itu, Tree Diagram hanya bisa beroperasi sesuai apa yang diperintahkan padanya. Sama seperti ATM tidak menghancurkan kehidupan manusia karena mesin memberontak. Mesin itu menghancurkan kehidupan karena tidak digunakan dengan baik.

“...”

Mikoto tidak memberi respon dan melihat ke atas ke langit senja lagi. Kamijou tidak tahu apakah dia sedang melihat balon udara itu atau pandangannya menuju jarak yang lebih jauh dari itu.

“Tree Diagram... Superkomputer terkuat di dunia yang diluncurkan di atas satelit Academy City, Orihime I, untuk menganalisa data cuaca. Sudah dipastikan bahwa tidak ada yang bisa menyusul tingkat teknologinya dalam waktu 25 tahun ke depan,” gumam Mikoto di sela napasnya seperti sedang membaca pamflet Academy City. “Mereka bilang begitu, tapi apa simulator absolut segila itu benar-benar ada?”

“Hah?”

Kamijou melihat balik ke wajah Mikoto, tapi...

“Cuma bercanda! Ah, kurasa aku mulai jadi seorang penyair atau semacamnya. Ah ha ha ha!!”

Mikoto tiba-tiba memukul Kamijou dengan pukulan chop tanpa alasan.

Yang berdiri di depannya memang Misaka Mikoto yang riang, sok pintar, dan egois.

“Ow! Kenapa kaupukul aku begitu!?”

“Kau benar-benar tidak punya mimpi, ya? Bukankah drama pertemanan antara seorang manusia dengan sebuah komputer SF tingkat tinggi berhati manusia kedengaran seperti ada romantismenya!?”

“Dengarkan aku, sialan...”

“Atau bagaimana dengan seorang robot maid tempur?”

“Kubilang dengarkan aku! Dan tidak ada kisah cinta atau hal lain dari drama pertemanan dalam hal-hal seperti itu! Dan apa kau ini benar-benar seorang ‘putri’!? Kupikir seorang putri membaca novel roman dengan secangkir teh di tangan!?”

“Hahn? Tolong hentikan itu. Imej idola dari zaman mana itu? Aku juga manusia, jadi aku membaca manga di toko serba ada tiap Senin dan Rabu.”

“Beli manganya! Membacanya cuma mengganggu saja!”

“Yah, aku harus pergi ke arah ini,” kata Mikoto mengabaikan teriakan Kamijou.

Semangat Mikoto telah berubah setiap saat, tapi lalu dia pergi. Kamijou memandang kosong kepergian Mikoto dengan ekspresi kebingungan di wajahnya.

“...Aku tidak mengerti dia. Apa ini yang kausebut ciri-ciri pubertas? Atau apa dia cuma membenciku?”

Part3

Tapi kalau begitu, dia tidak bisa mengerti apa yang sedang terjadi di depannya.

(...Itu Mikoto, ‘kan? Apa yang dilakukannya?)

Setelah menyusuri jalan sedikit setelah Mikoto meninggalkannya, dia melihat Mikoto berjongkok di pinggir jalan. Dia berjongkok di samping kotak karton yang berada di bawah kincir angin pembangkit listrik. Tepat ketika otak Kamijou mengirimkan sinyal bahaya karena pemandangan di depannya terasa familier, dia melihat seekor kucing hitam mengintip dari dalam kotak karton itu.

Mikoto sedang mencoba memberi makan kucing itu dengan mendekatkan sebuah roti manis, tapi kucing yang takut itu menekan turun kupingnya dan meringkuk seperti ada yang mengayunkan tinjunya ke kucing itu.

(??? Apa dia begitu membenciku hingga dia sengaja pergi lewat jalan lain demi pergi dariku? Kalau begitu kenapa sekarang dia ada di depanku? Kenapa dia memutar sampai ke depanku?)

Kepala Kamijou penuh pertanyaan, tapi kemudian dia menyadari sesuatu. Di dekat kaki Mikoto yang berjongkok adalah sebuah NV goggles.

Itu bukan Mikoto. Itu adalah Misaka Imouto yang kelihatan sama persis dengan Mikoto.

“...Tanpa kaca mata itu, kau benar-benar tidak bisa membedakan mereka,” gumam Kamijou.

Misaka Imouto tiba-tiba berhenti bergerak sambil memandang kucing hitam itu tanpa emosi. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, dia memutarkan kepalanya seperti sebuah mercusuar untuk melihat ke arah Kamijou.

“Hei. Terima kasih sudah membawakan minuman dan membunuh kutu kemarin.”

“...‘Misaka tidak melakukan itu untuk diberi ucapan terima kasih’, balas Misaka.”

Sedikit rasa jengkel tercampur dalam ketanpaekspresiannya ketika Misaka Imouto mengambil kaca mata infra merahnya dari tanah dan menggantungkannya di dahinya. Dia juga menarik tangannya yang memegang roti manis.

“‘Misaka hanya melepaskan kaca matanya karena dia pernah dengar kalau kucing benci benda bersinar seperti lensa,’ kata Misaka menjelaskan. ‘Apakah dia harus meminta maaf karena membuatmu salah mengira kalau dia adalah Onee-sama?’”

Sambil berbicara, Misaka Imouto entah kenapa menyembunyikan roti manis itu di balik punggungnya tanpa ekspresi.

Walaupun merasa takut sebelumnya, kucing hitam itu mengeong tidak puas.

Kamijou terlihat bingung.

“Kalau aku butuh permintaan maaf hanya untuk hal seperti itu, kurasa ujungnya aku akan meminta setiap orang di dunia untuk mengucapkan permintaan maaf.” Kamijou menghela napas. “Tapi kalau kucing benci dengan lensa, kenapa kau memasang kaca matamu lagi? Apa kau ingin menjaga rasa individualitas?”

Sulit untuk mengetahui kepastiannya karena Imouto memang tidak punya ekspresi dan bertindak sangat tenang, tapi entah kenapa Kamijou merasa seperti dia dengan panik memasang goggles-nya kembali ketika dia tahu seseorang sedang melihatnya.

“‘...Tidak, tidak juga,’ jawab Misaka.”

Dia menjawab dengan cepat, tapi kata-katanya sedikit samar.

Kamijou sekali lagi terlihat bingung. Memang benar melepaskan kaca matanya agar tidak menakuti kucing dan berjongkok sambil mengulurkan roti manis untuk kucing itu kelihatan di luar watak dari Misaka Imouto yang tanpa emosi dan ekspresi, tapi tidak ada alasan untuk menyembunyikan hal ini.

“Jadi kau cukup memberikan roti manis itu ke kucingnya. Kucing itu suka, ‘kan?”

“Bukan... Bukan itu.” Misaka Imouto membatu. “‘Bagaimanapun juga, mustahil bagi Misaka untuk memberi makan kucing ini,’ kata Misaka menyimpulkan. ‘Misaka memiliki cacat yang fatal,’ kata Misaka memberi penjelasan tambahan.”

“Cacat? Jangan mengatakannya seperti itu.”

“‘Tidak, itu adalah istilah yang tepat. Tubuh Misaka terus-menerus menghasilkan medan magnet yang lemah,’ kata Misaka menjelaskan. ‘Tubuh manusia tidak bisa mendeteksinya, tapi sepertinya binatang lain bisa.”

“???”

“Katanya pergerakan aneh binatang yang bertindak sebagai tanda akan terjadi gempa adalah reaksi binatang-binatang itu pada perubahan medan magnet bumi yang disebabkan perubahan di kulit bumi,’ kata Misaka memberi contoh yang mudah dimengerti.

“...Hm. Binatang tidak suka medan magnet dan lari, ‘kan? Jadi apa medan magnetmu membuat binatang membencimu, Misaka Imouto?”

Misaka Umouto terlihat sedikit, sedikit sekali, jengkel.

“‘Hewan-hewan tidak membenci Misaka, hanya sedikit tidak suka saja,’ kata Misaka mengoreksi pernyataanmu.”

“...”

Kamijou merasa sedikit kasihan dengannya, jadi dia memutuskan untuk tidak bercanda lagi. Binatang tidak suka Misaka Imouto karena medan magnet yang dipancarkan tubuhnya dan dia sedang memandang ke kucing yang takut itu dengan mata tanpa ekspresi. Kamijou merasa tidak enak jika mengganggunya, jadi dia memutuskan untuk pergi.

“‘Tunggu,’ kata Misaka memintamu berhenti.”

“Oh! Kau merasakan kalau aku mau pergi hanya dari hawa keberadaanku!”

“‘Dengarkan. Ada seekor kucing hitam di sini,’ kata Misaka sambil menunjuk ke arah kardus. ‘Bagaimana mungkin kau bisa pergi tanpa memberi apa pun pada kucing yang lapar ini?’ tanya Misaka.”

“...Kenapa aku yang harus memberikan makanan ke kucing ini hanya karena kau suka kucing!? Dan yang punya roti manis di tangannya itu kau!”

“‘Bukan, bukan itu. Ada kucing yang terlantar di sini, jadi kenapa kau tidak berpikir untuk memungutnya?’ tanya Misaka sekali lagi. ‘Apa kau tahu bagaimana binatang diperlakukan ketika dipungut oleh pusat kesehatan?’ tanya Misaka sebagai contoh. ‘Pertama, mereka memasukkan binatang itu ke dalam kotak polikarbonat tembus pandang dan menyuntikkan 20 mililiter gas syaraf yang bernama ASD 10 ke dalam...”

“Waa!” teriak Kamijou memotong Misaka Imouto.

Mendengarkan perkataan Imouto ketika kucing yang takut itu melihat Kamijou di mata terasa sangat canggung.

“Kau yang pungut dia! Kau yang menemukannya dan kaulah yang sedang memberinya makanan!”

“‘...Mustahil bagi Misaka untuk memelihara kucing ini,’ jawab Misaka jujur. ‘Misaka tinggal di lingkungan yang sedikit berbeda denganmu,’ kata Misaka memberi alasannya.”

Kamijou menduga peraturan asrama Imouto pasti cukup ketat, tapi kemudian dia ingat kalau asramanya sendiri juga tidak membolehkan hewan peliharaan. Kamijou adalah tipe orang yang tidak punya niat mematuhi peraturan yang dia tidak bisa melihat alasan di balik peraturan itu, jadi terlihat aneh baginya jika Misaka Imouto menyerah memungut kucing itu untuk alasan seperti itu.

Misaka Imouto berjongkok dan hanya memandang mata kucing hitam itu.

Matanya yang tanpa ekspresi mengikuti kucing hitam itu walaupun tahu bahwa kucing itu tidak akan menyukainya.

“...Ahh.”

Kamijou berdiri diam.

Index v03 079.jpg

Dia sudah mengkhawatirkan tentang hal ini ketika dia memungut kucing pertamanya. Dia khawatir bahwa satu kucing akan menyebabkannya memungut kucing kedua dan yang kedua akan menuju yang ketiga dan yang keempat. Tentu saja, keuangan Kamijou tidak cukup baik untuk menciptakan kerajaan binatang.

Kamijou ingin menolak memungut kucing hitam itu, tapi dia punya firasat bahwa Misaka Imouto akan tetap di sana memandangi kucing itu sepanjang malam dan berkelahi dengan orang-orang dari pusat kesehatan jika Kamijou meninggalkannya di sana.

“S-sialan! Kejadian ini persis seperti dengan kucing tiga warna itu!!”

“‘Misaka tidak mengerti apa yang kaukatakan, tapi apa kau berniat memungut kucing hitam ini?’ tanya Misaka. ‘Jika kau tidak memungutnya, pekerja pusat kesehatan akan-...”

“Ya, aku mengerti, aku mengerti. Berhenti memandangku dengan mata tanpa ekspresi itu dan berbicara tentang pusat kesehatan!”

(Kau dan aku memang hidup dalam kemalangan, ya ‘kan?)

Ketika Kamijou memikirkan kucing hitam yang ketakutan itu, dia memungutnya dari dalam kardus.

“Ah, iya! Nama! Ini kucingmu jadi bertanggungjawablah dan berikan dia nama!”

“...Milik Misaka?”

“Yeah, kucing ini milikmu.”

Kamijou melihat ke bawah ke kucing di tangannya dan kucing itu dengan takut memandang balik. Misaka Imouto melihat ke langit senja dengan wajah tanpa ekspresinya seperti biasa.

“Anjing.”

“Hah?”

“Misaka menamai kucing ini Anjing. ...Anjing, padahal kucing. Heh he.”

Ekspresi Misaka Imouto adalah ekspresi seseorang yang teringat lelucon lucu, tapi ekspresinya terlihat sedikit menakutkan.

“...Jangan, um... Tolong berikan nama yang lebih serius dan terhormat agar cocok dengan tipe binatang ini.”

“‘Kalau begitu Tokugawa Ieyasu,’ kata Misaka setelah memikirkan kembali.”

“Itu terlalu terhormat! Tunggu, apa kau ini tipe karakter yang pura-pura berpikir padahal tidak memikirkan apa-apa!?”

“Bagaimana dengan Schrödinger?”

“Jangan! Bahkan walaupun hanya contoh, seorang profesor yang dengan senang hati memikirkan cerita tentang memasukkan kucing ke dalam kotak dan menyemprotkan gas beracun ke dalamnya tidak mungkin menyukai kucing.”

Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk menamai kucing itu nanti. Tapi, Kamijou punya firasat buruk bahwa mereka juga tidak bisa menyetujui sebuah nama nanti dan akhirnya Imouto secara literal memanggil kucing itu “Nanti”.

Part4

Langit oranye telah berubah warna menjadi ungu.

Kamijou berjalan menyusuri sebuah jalan raya sambil melihat ke arah kucing hitam di tangannya.

Kalau mereka benar-benar akan memelihara hewan, mereka perlu tahu caranya.

(Yah, aku cukup tahu caranya. Tapi Index...)

Kamijou menghela napas sambil menyusuri jalan itu sementara hari terlihat semakin malam. Jika hanya lelucon iseng yang kejam, kau hanya perlu menyingkirkan kekejaman itu, tapi Index melakukannya murni karena kebaikan hatinya, jadi melakukan hal yang sama akan mempunyai efek berlawanan. Karena dia melakukannya karena kebaikan hatinya, dia akan merasa bahwa melakukan seperti yang dilakukannya adalah benar dan tidak akan ragu untuk melanjutkan. Jika Kamijou tidak segera pergi ke toko buku dan membeli buku tentang memelihara kucing, biarawati putih bersih yang tersenyum itu mungkin akan berakhir dengan panggilan Death End.

“‘Ini adalah rute yang berbeda dengan yang kemarin,’ kata Misaka menunjukkan,” kata Misaka Imouto ketika berjalan di sampingnya.

Setiap kali dia melirik ke kucing hitam di lengan Kamijou, dia kelihatan hampir tidak bisa menahan dirinya. Kelihatannya dia sangat sangat ingin mengelus kucing itu, tapi dia memberikan prioritas kepada perasaan takut kucing itu pada medan magnetnya dan menahan diri.

“Oh, aku cuma mau mampir ke suatu tempat sebelum pulang. Ada sebuah buku yang kuinginkan.”

“‘Apa kau sedang menuju toko buku?’ tanya Misaka. ‘Secara geografis, berbelok kanan di persimpangan tadi adalah rute terpendek,’ kata Misaka sambil berbalik.”

“Bukan, aku tidak ingin buku yang baru. Aku menuju ke toko buku bekas di depan sana. Bagaimana cara memelihara kucing tidak berubah. Seratus yen per buku itu harga ideal.”

Kamijou tidak mungkin tahu, tapi pengetahuan dan informasi yang terkait dengan makhluk hidup akan berubah seiring waktu. Mari gunakan latihan baseball sebagai contoh. Sebuah buku sepuluh tahun lalu akan menyuruh seseorang untuk terus melempar dan cukup gunakan nyali untuk menahan rasa sakit agar bisa melempar lebih cepat. Padahal, orang itu akan menghancurkan pundaknya jika dia melakukan itu.

“‘Apa kau ingin membeli buku tentang memelihara kucing?’ tanya Misaka memastikan.”

“Bukan bukunya, tapi lebih ke pengetahuan di dalamnya. Kau kemarin lihat gadis berjubah biarawati dan gadis kuil itu, ‘kan?”

“...” Misaka Imouto melihat wajah Kamijou dengan mata tanpa emosinya. “‘Kuulangi, memperlakukan nyawa kucing dengan ceroboh termasuk tindak kriminal perusakan barang milik,’ kata Misaka memperingatkan.”

“Ah...Eh? Apa, apa kamu marah?”

“‘Misaka tidak marah. Ini bukanlah situasi di mana semuanya akan baik-baik saja selama kau tidak terlibat secara langsung,’ kata Misaka memperingatkan. ‘Jika kau membiarkan mereka berdua melakukan sesuai kehendak mereka walaupun kau tahu apa yang akan mereka lakukan, kau juga turut bertanggung jawab,’ kata Misaka memberikan opini objektifnya.”

“...Maaf. Apa kau marah, Misaka Imouto?”

“‘Misaka tidak marah. Dan tidak semuanya dibolehkan karena tidak dilarang secara hukum,’ kata Misaka menegurmu. ‘Cukup berpikir dengan akal sehat dan...’”

“Ah, aku sudah muak.” Kamijou mengatakannya seolah itu adalah mantras sihir. “Tapi jangan khawatir. Index dan Himegami hanya melakukan itu karena mereka pikir hal itu baik untuk kucingnya. Mereka tidak akan melakukan hal yang jelas-jelas buruk bagi kucingnya seperti memukul atau menyiksanya.”

“‘Dari apa yang Misaka lihat kemarin, pernyataan itu mempunyai kredibilitas hampir mendekati nol,’ respon Misaka. ‘Dan apa yang akan kaulakukan jika buku itu memiliki informasi yang tidak benar? Misaka tahu cara menangani kucing, jadi kau lebih baik meminta nasihatnya tentang car-...”

“Ahhh!” Kamijou tidak membiarkannya menyelesaikan kalimatnya. “Kubilang jangan khawatir! Index dan Himegami hanya melakukan itu karena mereka pikir hal itu baik bagi kucingnya! Mereka tidak akan melakukan hal yang jelas-jelas buruk bagi kucingnya! Seperti memukulnya! Atau menyiksanya!”

“‘...Misaka pikir kau hanya mengatakan hal yang sama kata per kata dengan lebih banyak tenaga di dalamnya,’ kata Misaka menyuarakan pikirannya. ‘Itu bukan inti pembicaraan Misaka. Dia mengatakan bahwa kau seharusnya meminta nasi-...”

“Abhah!” Kamijou menjadi benar-benar tidak bisa dimengerti. “Bubilang bangan bawatir! Bindex dan Bimegami hanya belakukan itu barena mereka bikir hal itu baik buntuk bucingnya! Bereka tidak bakan melakukan bal yang belas-belas buruk bagi bucingnya! Beperti bemukulnya! Batau benyiksanya!

“...(marah)”

“Hah hah...! Ah, itu toko bukunya.”

Mereka sedang berdiri di depan toko buku bekas besar yang merupakan anggota dari rantai toko. Kamijou melihat ke kucing hitam di lengannya dan berpikir sejenak.

“Mh. Setelah kupikir-pikir, aku seharusnya tidak boleh masuk ke toko ini sambil memegang kucing.”

“‘...Itu adalah pernyataan yang sangat ekspositoris, tapi tolong jangan tinggalkan kucing itu dengan Misaka,’ kata Misaka menolak secara preemptif.”

“...Karena medan magnetmu akan membuat kucing ini tidak menyukaimu? Yah, kalau kau bisa melalui penghalang itu, persahabatan sebenarnya akan tumbuh. Makan ini! Ultimate Cat Bomb!”

Kamijou melempar kucing itu pelan ke arah Misaka Imouto yang berdiri di sampingnya (dengan asumsi bahwa dia akan menangkapnya). Tentu saja, refleks kucing itu akan membuatnya mendarat dengan baik walaupun tidak ada yang menangkapnya. Tapi Misaka Imouto dengan refleks menangkapnya (seperti yang sudah diprediksi Kamijou). Itu adalah kebiasaan menyedihkan orang yang cinta binatang.

Misaka Imouto baru saja akan mengeluh, tapi Kamijou sudah masuk ke dalam toko buku bekas itu.

“‘...Sungguh. Apa yang salah dengannya sampai berpikir tidak ada masalah melempar seekora anak kucing?’ tanya Misaka bergumam pada dirinya sendiri.”

Misaka Imouto sekarang sendirian di jalan senja Academy City.

Kucing hitam itu bereaksi pada gelombang elektromagnetik yang dipancarkan tubuhnya dan melihat ke arahnya dengan mata bergetar. Imouto berpikir untuk menurunkan kucingnya ke tanah, tapi kucing itu belum mengakui Kamijou atau dirinya sebagai pemilik. Jika dia melepaskannya di sana, dia punya firasat kalau kucing itu akan lari begitu saja.

Walaupun hanya seekor anak kucing, tidak mungkin seorang manusia bisa menyusul dengan kedua kakinya seorang kucing yang benar-benar berusaha kabur. Hal pertama yang seorang pemilik harus lakukan adalah memberi kucing itu makan dan tempat untuk tidur agar kucing itu merasa aman dan tidak merasakan keperluan untuk kabur.

“‘...Dan dia masih melemparnya,’ kata Misaka sambil menghela napas.

Dia berbicara dengan wajah yang benar-benar tanpa ekspresi. Untungnya, kucing yang dia pegang tidak mengeluarkan cakarnya atau memberontak. Hal ini lebih karena ketakutan dibanding kepatuhan. Memang benar dia ingin menyentuh kucing itu, tapi dia menghela napas lagi karena fakta bahwa menahan diri itu lebih baik daripada melihat kucing itu begitu ketakutan.

Kemudian dia menyadari sesuatu.

Saat itu adalah liburan musim panas, jadi di senja hari Academy City itu, jalanan dipenuhi gadis dan laki-laki yang memakai pakaian kasual. Karena Misaka Imouto memakai seragam sekolah, dia sedikit mencolok.

Tapi, dia tidak semencolok seorang anak laki-laki yang dia lihat.

Kulit dan rambut lelaki itu putih menyeramkan. Kulit dan rambutnya putih, tapi berlawanan dengan imej kesucian yang biasa diberikan warna putih. Warna putih ini adalah warna putih yang sangat kotor. Warna putih busuk itu diperkuat oleh fakta bahwa seluruh baju yang dipakainya berwaran hitam.

Dan matanya.

Matanya merah seperti darah segar, merah seperti api yang terbakar, dan merah seperti dasar neraka.

Dia berada di tengah kerumunan di kejauhan, tapi keberadaan anak itu terlalu jelas. Anak spesial itu tidak melakukan apa-apa. Anak yang berbeda itu memang tidak melakukan apa-apa.

Tapi sekadar fakta bahwa anak yang menyeramkan itu berdiri di jalan yang damai itu sendiri adalah tidak normal.

Dia adalah Accelerator.

Dia adalah Level 5 terkuat di Academy City...bukan, mungkin di seluruh dunia.

Dia memandangi Misaka Imouto dan diam-diam tersenyum.

“...”

Misaka Imouto menurunkan kucing itu ke tanah dalam diam.

Kucing itu akan terbunuh. Kalau kucing itu tetap bersamanya, kucing hitam itu akan terlibat dalam pertempuran dan akan terbunuh. Dia tahu itu, tapi kucing itu tidak mau meninggalkannya. Terus gemetar, kucing itu hanya melihat ke wajahnya sambil mengeong.

Accelerator terus melihati Misaka Imouto dan tersenyum. Senyuman di kejauhan itu sesat, gila, dan aneh. Warna putihnya berpijar, kotor, dan gila.

Sebuah bayangan melintas di pikiran Misaka Imouto.

Bayangan lengan seorang gadis yang putus di malam hari karena Metal Eater miliknya meledak.

Tepat saat itu, keseharian Misaka Imouto berakhir.

Tepat saat itu, neraka untuknya dimulai.

Part5

Laki-laki dan perempuan membanjiri toko yang berpendingin udara itu.

Rantai pertokoan buku bekas itu mengiklankan kemurahannya dan bahwa membaca di dalam toko diperbolehkan. Kebanyakan orang di dalam toko itu berada di sana karena mau membaca suatu manga tapi tidak cukup ingin untuk membelinya.

“...”

Kamijou berdiri bengong di antara semua itu.

Memang ada buku berjudul “Cara Memelihara Kucing” di rak buku di depannya. Punggung bukunya sudah pudar dan buku itu jadi lebih mudah karenanya, jadi dia tidak ada keluhan tentang itu.

Tapi Kamijou tidak bisa mengerti kenapa sebuah buku berjudul “Cara Memasak Daging Sapi yang Enak” berada tepat di samping “Cara Memelihara Kucing”.

“...Yah, kurasa memang keduanya sama-sama tentang binatang.”

Ketika dia mengedarkan pandangannya lebih jauh ke samping, dia menemukan sebuah buku berjudul “Baru! Sapi-Sapi Ilmiah dari Gedung Peternakan”.

Ada beberapa bangunan di Academy City yang tidak memiliki jendela. Bangunan-bangunan itu disebut dengan bangunan agrikultur dan digunakan untuk menanam sayuran hidroponik dan memelihara hewan untuk diambil dagingnya.

Di dalam bangunan itu terdapat sayuran yang bermandikan sinar ultraviolet, menghirup karbon dioksida yang telah melalui pemurni udara, dan akar-akarnya menyebar di air yang telah dicampurkan berbagai jenis nutrisi. Sepertinya orang-orang dari luar Academy City menganggap semua itu “menjijikkan”. Mereka kelihatannya berpikir bahwa memakan makanan yang diciptakan secara ilmiah tidak baik untukmu.

(...Padahal kebalikannya. Bagaimana mungkin kau bisa memakan sayuran yang tumbuh di tanah yang mungkin tercampur dengan limbah industrial atau entah apalah?)

Perbedaan nilai-nilai kehidupan adalah salah satu dinding yang memisahkan orang-orang di dalam Academy City dan orang-orang di luar kota itu, tapi Kamijou hanya menarik “Cara Memelihara Kucing” dari rak itu tanpa memikirkannya lebih lanjut.


Seorang gadis berlari di lorong di belakang toko buku bekas itu.

Salah satu sepatunya lepas.

Gadis itu merasa kalau berlari dengan hanya sebelah sepatu akan menyusahkan, jadi dia melepaskan sepatu satunya dan terus berlari.

Dengan rambut coklat sebahu, blus putih lengan pendek, sweater musim panas, dan rok berlipat, gadis itu mengingatkan seseorang pada seorang siswi SMP Tokiwadai pada pandangan pertama. Dan seseorang yang lebih familier dengan seorang siswi Tokiwadai akan teringat dengan nama Misaka Mikoto.

Tapi ada dua hal yang tidak cocok dengan seorang siswi SMP.

Yang pertama adalah kaca mata militer di dahinya.

Yang kedua adalah senapan serbu yang dipegangnya dengan tangan kanannya.

Senapan itu terbuat bukan dari baja, tapi dari plastik berlapis. Karena senjata itu dibentuk dengan tipe estetis fungsional seperti yang bisa dilihat pada pesawat tempur, senapan itu kelihatan seperti senjata mainan dari dunia sci-fi. Dan penampilan itu tidak sepenuhnya salah.

Senapan itu, F2000R Toy Soldier, mendeteksi target dengan sinar infra merah dan menggunakan kontrol elektronis untuk mengatur jalur proyektil secara real time untuk memberi peluang terbesar agar peluru mengenainya. Si penembak tidak perlu memikirkan arah angin atau pola menghindar dari targetnya. Jika seseorang membidikkan larasnya sesuai yang “mesin yang berpikir” itu suruh, siapa pun bisa menjadi penembak jitu. Ditambah lagi, senapan itu dibalut dengan karet khusus untuk menyerap benturan dan menggunakan karbon dioksida untuk mengurangi rekoil tembakan sebanyak mungkin. Sementara senapan anti-tank Metal Eater adalah monster yang hanya bisa dipakai orang dewasa yang besar, F2000R dengan rekoil ringannya yang katanya bahkan tidak meretakkan cangkak telur juga adalah monster karena bisa digunakan dengan mudah oleh siswa kelas dua SD.

Akan tetapi, gadis itu tidak punya jalan untuk menangani situasinya, walaupun memegang monster itu di tangannya.

Detak jantungnya yang berpacu, pernapasannya yang sangat tidak teratur, dan pikiran-pikiran yang kacau dan muncul-hilang dengan jelas menunjukkan bahwa dialah yang sedang diburu.

Sebuah figur mendekatinya dari belakang.

Seorang anak laki-laki berkulit putih menuju ke arahnya dari jarak tidak sampai 10 meter.

“Ha ha! Apa-apaan pinggul yang kabur itu? Kenapa kau menggoyangkan pantatmu seperti itu!? Kau memintanya, ya!!”

Gang yang sempit itu lurus dan tidak memiliki benda-benda untuk berlindung dari peluru, tapi “si pemburu” yang tak bersenjata itu dipenuhi hasrat yang gila.

Tanpa berhenti kabur, gadis itu memutar tubuhnya untuk melihat ke belakangnya.

Dia membidikkan laras F2000R miliknya ke arah anak kulit putih bernama Accelerator yang kelihatan seperti membekukan musim panas.

Dia tidak ragu-ragu menarik pelatuknya.

Senapan itu menyerap hentakan dan suara tembakan tanpa suara, jadi hanya suara ledakan yang sangat kecil yang terdengar dari ujung larasnya, seperti suara petasan murahan. Walau begitu, peluru kaliber 5.56 mm dengan akurat ditembakkan ke titik vital anak laki-laki itu.

Atau begitulah yang dia pikirkan.

“...!?”

Tubuh gadis itu membatu karena syok. Peluru 5.56 mm memiliki kekuatan destruktif yang cukup untuk menembus sebuah mobil jika ditembakkan dari sisi mobil, tapi peluru itu dipentalkan ke segala penjuru ketika menyentuh tubuh anak itu. Seolah dia barusan menembakkan pistol murahan ke bagian depan tank.

Dengan suara daging yang hancur, sebuah lubang merah menganga di pundak kanan gadis itu.

Salah satu peluru yang dipentalkan telah menembus tubuhnya.

“...E...Gh!”

Gadis itu terhuyung. Dia segera mencoba meraih dinding, tapi keduak kakinya tersangkut dan kepalanya menghantam dinding yang kotor. Setelah itu, dia merosot ke tanah.

“Ayolah, bagaimana kalau kuberikan teka-teki untuk menghabiskan waktu? Pertanyaan untukmu: Apa yang dilakukan oleh kekuatan Accelerator!?”

Gadis itu mendengar tawa gila. Ketika dia melihat ke atas, dia melihat kaki anak itu turun bersama dengan seluruh berat tubuh untuk menghancurkan tengkoraknya.

“!”

Dia segera berguling di atas tanah yang kotor dan menghindari kaki yang diayunkan ke bawah itu. Dia lalu membidik F2000R ke atas dan menarik pelatuknya.

Dia menembak dalam jarak kosong. Pelurunya kelihatan seperti diserap ke arah mata anak putih itu, tapi tepat ketika peluru itu menyentuh bola matanya yang lembut, peluru itu dipentalkan ke samping.

Anak putih itu bahkan tidak mengedipkan matanya.

Ekspresinya berubah menjadi senyuman yang membuat wajah putih-kotornya terlihat terbakar parah.

Dia mengayunkan tangannya yang putih. Dia mengayunkan tangannya ke atas, tangan yang tidak diketahui mempunyai efek atas.

“...!”

Gadis itu segera melempar F2000R ke wajah anak itu karena senapan itu sudah kosong. Dia tidak merasa kalau serangan itu bisa menjadi pukulan fatal, tapi dia berharap serangan itu bisa memberikan bukaan sesaat yang bisa dia gunakan untuk kabur.

Tapi anak laki-laki itu bahkan tidak bergerak sedikit pun. Tepat saat senapan itu menghantam wajahnya, F2000R pecah berkeping-keping. Seolah senjata itu dikunyah oleh taring-taring tidak kelihatan berukuran raksasa.

Gadis itu tidak punya waktu untuk terdiam terkejut. Dia memutar tubuhnya dan berhasil berguling sejarak satu langkah dari anak itu. Dia mengayunkan tangan kirinya yang masih bisa digerakkan dan mengumpulkan tenaga di sana.

Dia mengeluarkan serangan tombak listrik dari tangannya.

Tombak listrik warna ungu bergerak dengan kecepatan cahaya dan memiliki cukup kekuatan untuk membuat orang pingsan.

Dia tidak merasa itu bisa menjadi pukulan fatal.

Selama serangan itu membuat anak itu teralih cukup lama agar dia bisa kabur, itu cukup.

Tapi, tombak petir yang ditembakkannya ke arah anak itu dipentalkan dan menyambarnya di dadanya sendiri.

“Gah...!?”

Gadis itu terhempas kembali ke tanah dengan hantaman yang terasa seperti dipukul di dadanya dengan palu. Napasnya berhenti dan setiap otot di tubuhnya bergerak tidak teratur.

Bibir gemetar gadis itu berhasil mengeluarkan sepatah kata.

“Re...fleksi...!?”

“Maaf, jawaban itu tidak sepenuhnya salah, tapi masih belum mencapai inti dari apa yang bisa kulakukan!”

Gadis itu mencoba menjauhkan dirinya dari anak itu, tapi tubuhnya tidak mematuhi perintahnya karena serangan listrik yang dia tembakkan sendiri.

“Jawabannya adalah pengubahan vektor! Gerak, panas, listrik.[2] Aku bisa mengubah segala jenis vektor yang menyentuh kulitku. Walau aku memang menyetelnya untuk memantulkan pada keadaan biasa!”

Gadis itu melihat ke atas ke wajah anak laki-laki itu dengan terkejut.

Seluruh 2.3 juta esper di Academy City memang manusia spesial, tapi tidak banyak yang bisa mengalahkan bahkan hanya sebuah pistol dengan kekuatan mereka. Dan jika mereka bisa mengalahkan pistol, kau bisa menggunakan senapan mesin. Jika mereka bisa mengalahkan senapan mesin, kau bisa gunakan tank, pesawat tempur, kapal perang dengan kapal selam, atau sebagai pilihan terakhir, senjata nuklir.

Tidak ada esper yang bisa mengalahkan itu. Bahkan, jauh lebih mudah membeli sebuah pistol dibandingkan mengendalikan otak dan mengubah susunan gen untuk menciptakan kekuatan yang bisa melawan sebuah pistol. Kelihatan absurd menciptakan institusi pengembangan kekuatan psikis raksasa yang “menyelinap” melewati hukum internasional demi menciptakan sesuatu yang sama tingkatnya dengan senjata murahan yang bisa dibeli di supermarket Amerika seharga 30.000 yen.

Itulah kenapa tujuan Academy City bukan untuk menciptakan esper. Esper tidak lebih dari sejenis kertas litmus. Sepertinya yang sesungguhnya penting adalah kenapa esper lahir dan mekanisme apa yang membuat mereka muncul.

Tapi anak di depan matanya berbeda.

Anak itu bisa mengubah semua vektor baik gerak, panas, atau listrik, jadi dia tidak akan terluka bahkan jika terkena pilihan terakhir berupa senjata nuklir secara langsung. Dia hanya akan memantulkan gelombang kejut yang akan meledakkan apa pun, panas yang membakar segalanya, dan neutron dan radiasi yang membunuh makhluk apa pun.

Dia adalah Accelerator, Level 5 terkuat Academy City.

Kata “monster” muncul di pikiran gadis itu. Makhluk berbentuk manusia di depan matanya memiliki kekuatan untuk memusuhi seluruh dunia sendirian dan tetap akan bertahan hidup setelahnya.

Anak itu berjongkok di samping gadis itu.

“Kekuatan Level 5-ku membuatku bisa mengontrol segala jenis vektor.” Anak itu terlihat sangat berbeda, tapi dia berbicara seolah tidak ada apa-apa. “Kalau aku menggunakan kekuatanku, aku bahkan bisa melakukan ini.”

Anak laki-laki itu memasukkan jari telunjuknya yang lentik ke dalam lubang warna merah tua di pundak kanan gadis itu. Seperti seorang anak yang menekan seekor serangga sampai hancur.

“...!!”

Ada suara seperti buah warna merah dşremas dan tubuh gadis itu menegang karena rasa sakit yang intens.

“Sekarang, pertanyaan untuk babak hiburan,” kata Accelerator mengejek. “Sekarang aku menyentuh darahmu. Aku menyentuh aliran darahmu. Sekarang, kalau aku memutarbalikkan vektor itu... Kalau aku memutarbalikkan vektor darahmu, apa yang akan terjadi pada tubuhmu? Jawaban yang benar akan dihadiahi tidur yang nyenyak!”

Ekspresi kosong muncul di wajah gadis itu seolah dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Sesaat setelahnya, rasa sakit yang tak terbayangkan menyerbu seluruh tubuhnya.


“Hah?” kata Kamijou ketika keluar dari toko buku bekas dengan kantung kertas di satu tangannya.

Misaka Imouto tidak ada di sana.

(Mungkin dia marah karena aku memaksanya mengambil kucing itu, jadi dia pergi.)

Hanya kucing itu sendiri yang duduk di atas tanah.

Kamijou mengangkat kucing itu, telinganya diturunkan dan sedikit gemetar. Kamijou melihat sekeliling daerah itu lagi, tapi segala sesuatu di jalan yang diwarnai senja terlihat normal. Banyak anak laki-laki dan perempuan yang memakai baju pribadi berjalan pulang kembali ke asrama masing-masing setelah hari menyenangkan yang melelahkan.

(...?)

Ketika Kamijou melihat sekelilingnya, dia merasakan ada sesuatu dari pemandangan biasa itu. Dia berputar ke belakang dan melihat gang di antara toko buku bekas dan gedung berpenghuni banyak di sebelahnya. Sesuatu dari gang itu menarik perhatiannya.

(Ada apa? Apa yang aneh dengan gang itu?)

Kamijou melihat lebih dekat. Trotoar berubin berjalan di depan ujung masuk gang itu dan sebuah kincir angin berputar di depannya. Ujung masuk ke gang itu pasti sering dibersihkan karena sedkit daun dan sebelah sepatu perempuan terkumpul di sana. Pengubinan trotoar berakhir tepat di ujung masuk ke gang dan tanah di gang itu terbuat dari aspal yang kelihatan sangat seadanya.

...Sebelah sepatu perempuan?

“...?”

Masih menggendong kucing hitam itu, Kamijou mendekati ujung masuk ke gang. Firasat buruk merayap di tubuhnya seperti kaki seribu. Memang benar hanya ada sebelah sepatu seorang gadis di sana. Sepatu kulit kecil warna coklat yang terlihat seperti dibutuhkan untuk sekolah. Sepatu itu bersih dan tidak berdebu, jadi pasti belum lama di sana.

Kamijou memandang ke dalam gang itu.

Matahari sudah tenggelam ke bawah horizon, jadi sinarnya tidak mencapai celah antara bangunan. Kegelapan membuat tempat itu terlihat seperti pintu masuk sebuah gua dan dia tidak bisa melihat apa pun di dalam dengan mengintip dari luar saja.

“...”

Kamijou mengambil satu langkah masuk ke dalam gang.

Dengan satu langkah itu, terasa seperti suhu turun 2 atau 3 derajat. Perasaan bahwa dia telah melangkah ke tempat yang tak dikenal perlahan naik dari kaki ke tubuhnya.

Kamijou terus masuk. Di sana dia menemukan sepatu sebelahnya tergeletak di tanah kotor gang itu. Dia melanjutkan lebih dalam. Firasat buruk itu terus tumbuh. Dia mencoba untuk menjaga kecepatan langkahnya, tapi kakinya terus memcepat. Kamijou sendiri bahkan tidak tahu kenapa dia terburu-buru, tapi napas dan detak jantungnya meningkat kecepatannya seperti kecepatan jatuh dari sebuah bukit.

Lalu Kamijou menyadari ada tanda-tanda bagian dinding yang terkikis. Seolah ada seseorang yang menggores sepanjang beton dengan tongkat logam. Dan bukan hanya satu atau dua tanda goresan. Dinding di kedua sisi dipenuhi tanda itu seperti ada yang mengayunkan sebuah tongkat metal dengan ugal-ugalan.

Kamijou menginjak sesuatu.

Sebuah metal berwarna mirip emas...atau lebih tepatnya, tembaga. Sebuah silinder metal berukuran seperti baterai. Kamijou rasa benda itu mirip dengan selongsong kosong yang hanya pernah dia lihat di film-film. Ada bau asap samar yang tersisa seperti ada yang menembakkan kembang api.

(Apa...?)

Kamijou hampir mengeluarkan suara tanpa sadar, tapi dia menahan rasa itu. Entah kenapa, dia mencoba berjalan diam-diam terus ke dalam. Dengan setiap langkah, dia merasa bahwa udaranya semakin kotor.

Dia terus berjalan, dan menemukan sesuatu tergeletak di atas tanah di depannya dalam kegelapan. Bukan sesuatu, seseorang pingsan di atas tanah. Dia bisa melihat kaki orang itu dari tempat dia berdiri. Dia bisa melihat dua kaki, tapi dia tidak bisa melihat bagian atas tubuhnya seolah sudah ditelan oleh kegelapan. Sesuatu berserakan di sekitar kakinya. Pecahan-pecahan seperti plastik dan per. Mirip seperti sisa-sisa dari sejenis mainan.

“Misaka...?”

Kamijou tidak tahu kenapa nama itu yang keluar pertama. Dia mendekat seperti ingin memotong kegelapan yang menghalangi pandangannya.

Dan di sana dia berada.

Mayat Misaka Imouto terbaring di tanah.

Part6

Part7

Part8

Part9

Catatan

  1. lit: Diagram Pohon; seperti dalam cabang sains.
  2. TN: Di sini panas disebut sebagai vektor, mungkin lebih kepada “aliran panas”.


Previous Chapter 1 Return to Main Page Forward to Chapter 3