Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume3 Chapter4

From Baka-Tsuki
Revision as of 16:23, 8 October 2012 by Undesco (talk | contribs) (→‎Part 4)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 4: Accelerator. Level5(Extend).

Part 1

Seiring malam yang semakin larut, rasa dingin semakin menusuk. Walaupun hari itu adalah tengah musim panas, gadis itu merasa kedinginan seperti ada pisau dingin yang ditekan ke perutnya.

Nomor Serial 10032 alias Misaka Imouto meninggalkan sebuah distrik perbelanjaan dan berjalan dengan langkah akurat seperti mesin menuju sebuah bagian daerah industri yang hening.

Sambil berjalan menyusuri jalanan kosong yang dibarisi lampu jalan, Misaka Imouto mengulang isi eksperimen yang akan dimulai dalam kepalanya.

Koordinat absolut area yang akan digunakan adalah X-228561, Y-568714. Waktu dimulainya tepat 8:30 PM Waktu Standar Jepang. Spesimen yang akan digunakan adalah #10032. Tujuannya adalah mencari cara bertarung agar penggunakan pemantulan tidak dapat diaplikasikan.

“...”

Misaka Imouto menjalankan skenario yang di dalamnya dia akan dibunuh dalam pikirannya, tapi tidak ada ekspresi tragis yang muncul di wajahnya. Tidak ada ketakutan, kebencian, dan bahkan tidak ada ekspresi pasrah di wajahnya.

Wajahnya benar-benar tanpa ekspresi.

Jika ada orang yang melihatnya, mereka akan merasakan bahaya yang sama seperti memandangi sebuah boneka clockwork[1] berjalan menuju ujung tebing.

Misaka Imouto bukanlah orang menyimpang yang tidak tahu nilai dari kehidupan sebuah makhluk hidup.

Jika ada orang yang akan mati di depan matanya, dia akan segera mencari pilihan-pilihan apa yang bisa dia ambil, lalu bertindak sesuai pilihan yang paling cocok.

Tetapi, dia tidak bisa mengaplikasikan konsep itu pada dirinya sendiri.

Ibarat informasi yang ditulis pada hard disk, hatinya yang kosong telah di-install menggunakan sebuah Testament ke tubuh fisiknya yang bisa dibuat ulang sebanyak yang diperlukan hanya dengan menekan sebuah tombol menggunakan peralatan yang tepat. Harga nyawanya adalah 180.000 yen. Dia seperti komputer rumahan berperforma tinggi. Bahkan, dia adalah tipe yang akan dilemparkan ke kotak berdiskon.

(‘...Itulah kenapa ada satu hal yang Misaka tidak mengerti,’ pikir Misaka.)

Misaka Imouto memiliki pikiran seperti itu sembari menyusuri jalanan yang gelap.

Ketika anak laki-laki itu bertemu dengan sejumlah Misaka di gang itu, dia begitu syoknya sampai berhenti bernapas. Seperti kenyataan yang tidak bisa dia tanggung disodorkan ke hadapannya. Seperti dia tidak ingin menerima kenyataan itu walaupun disodorkan ke depan matanya.

Misaka Imouto mengingat kembali apa yang anak itu katakan.

-Siapa kalian?

Kata-kata itu bukan pertanyaan yang anak itu inginkan jawabannya.

- Apa yang sedang kalian lakukan?

Lebih seperti dia menanyakan hal itu karena dia ingin Imouto menyangkal sesuatu.

Wajah Misaka Imouto tetap tanpa ekspresi.

(Apakah dia segitu inginnya menyangkalnya?)

Apakah dia segitu inginnya menyangkal kenyataan bahwa ada 20.000 Sisters, dan dunia di mana berhentinya jantung mereka adalah sesuai dengan rencana?

(‘...Misaka tidak mengerti. Misaka tidak bisa mengerti,’ pikir Misaka sambil menanyakan pertanyaan yang terkait dengan situasi mental anak laki-laki itu.)

Misaka Imouto menyimpulkan bahwa tidak ada artinya memikirkan hal-hal yang mustahil bisa dimengerti olehnya.

Seolah-olah dia sedang mengatakan bahwa tidak ada masalah jika tidak mengerti kenapa kodok berenang di selokan.

Tapi kalau begitu...

Kenapa dia mengingat wajah anak laki-laki itu?

Jika benar-benar tidak ada artinya, dia tidak akan memikirkannya. Tidak ada alasan untuk mengingat kembali bentuk dan warna permen karet yang menempel di peron stasiun seminggu yang lalu.

Dia seharusnya menyusun informasi eksperimen yang akan dijalankan di kepalanya. Jika dia gagal, hal itu akan menyebabkan masalah bagi banyak orang, jadi kenapa pikirannya mengambang ke wajah anak laki-laki itu ketika dia tidak ada kaitannya dengan eksperimen ini?

“...”

Misaka Imouto tidak bisa mengerti.

Dan dia telah menyimpulkan bahwa tidak ada artinya memikirkan hal-hal yang mustahil bisa dimengerti olehnya.

Misaka Imouto bahkan tidak bisa mengerti hal remeh dan tidak berarti seperti itu.

Gadis itu berjalan sendirian menuju tempat eksekusi dirinya sendiri tanpa mengerti sedikit pun.

Suara langkah kakinya yang teratur terdengar seperti berdetiknya bom waktu.

Part 2

Kamijou berbaring menyamping di atas jembatan besi tak berangin itu.

Dia perlahan membuka matanya. Kemungkinan besar, belum lama waktu yang lewat setelah dia terkena arus listrik tegangan tinggi itu dan kehilangan kesadarannya. Mungkin hanya 10 atau 20 detik, tapi anehnya kaki dan tangannya yang terlegetak dingin. Sirkulasi darah biasanya telah dihalangi. Setruman listrik itu mungkin membuat detak jantungnya tidak reguler atau bahkan berhenti satu dua kali ketika dia tidak sadarkan diri.

Tanpa menggerakkan kepalanya, Kamijou memandangi anggota tubuhnya yang kelihatan seperti milik boneka yang sudah dibuang ke sudut kamar oleh anak kecil yang sudah bosan dengannya.

“...”

Dia mencoba menggerakkan jemarinya dan telunjuknya perlahan bergerak seperti serangga yang sekarat. Dia berhasil menggerakkan kelopak matanya dan berkedip. Dia menarik dan menghembuskan napas yang benar-benar halus dan dia bisa mendengar suara detak jantung lemah yang keluar dari dalam tubuhnya.

“Syukurlah,” dia menggerakkan mulutnya tanpa suara.

Dia masih bisa menggerakkan tubuhnya. Itu berarti dia bisa bangkit lagi.

“Apa yang kaulakukan?” kata suara seorang gadis dari jarak yang sangat dekat di atas kepalanya.

Index v03 219.jpg

Kamijou tiba-tiba menyadari sensasi lembut di pipinya yang terbaring menyamping.

Sepertinya kepalanya terbaring di atas pangkuan Mikoto.

“Kau begitu babak belur, terbaring di tanah yang kotor, dan jantungmu bahkan mungkin telah berhenti untuk beberapa saat. Jadi...”

Suaranya bergetar.

Itu bukanlah suara salah satu dari tujuh Level 5 Academy City, bukanlah dari seorang putri Tokiwadai, atau suara Railgun. Itu adalah suara gadis biasa yang tidak bisa berhenti gemetar dalam kegelapan.

“Bagaimana kau bisa tersenyum seperti itu?”

Tetesan cairan transparan jatuh dari atas ke pipi Kamijou.

Tetes-tetes air itu hangan seperti hujan pada musim semi.

“...”

“Syukurlah,” dia menggerakkan mulutnya lagi tanpa berbicara.

Dia lega bahwa dia bisa menjadi pihak Mikoto. Mata Kamijou memicing bahagia.

Si kucing hitam mengeong di samping teliganya.

Lidahnya yang kasar menyentuh tangan Kamijou seperti ingin menjilati ludahnya dengan tulus.

“Aku tahu caranya,” katanya masih terbaring di sana.

Mikoto tidak menjawab. Kamijou hanya mendengar suara menggosok seperti Mikoto sedang menghapus air matanya sendiri dengan ujung jarinya.

“...Aku sudah tahu cara menghentikan eksperimen itu.”

Dia mendengar suara kecil dari tenggorokan Mikoto seolah napasnya tercekat di sana karena terkejut.

“Kalau kau memikirkannya, sebenarnya cukup sederhana.”

Seluruh eksperimen itu hanyalah para periset yang mengikuti skenario yang diciptakan oleh Tree Diagram.

Itulah kenapa Mikoto berpikir untuk menghentikan eksperimen itu dengan membuat para periset berpikir bahwa skenario itu tidak akan berhasil.

Jika sesuatu sesimpel itu bisa menghentikan eksperimen itu, berarti memang cukup sederhana menghentikannya.

“...Aku yakin Tree Diagram memasukkan fakta bahwa Accelerator adalah yang terkuat di Academy City ke dalam perhitungannya.”

Jika eksperimen itu bisa dihentikan dengan membuat para periset itu percaya sebuah gertak sambal, maka...

“Kalau begitu, gampang. Kita hanya perlu membuat para periset itu berpikir bahwa Accelerator yang mereka katakan paling kuat itu sebenarnya sangat-sangat lemah.”

Bagaimana jika Accelerator, yang katanya esper terkuat Academy City, kalah dengan mudah dalam pertarungan jalanan biasa?

Bahkan jika simulasi mengatakan bahwa dia adalah yang terkuat di Academy City, akankah para periset itu terus percaya bahwa Accelerator adalah yang terkuat setelah melihat hal yang semenyedihkan itu?

Bukankah itu akan membuat para periset berpikir bahwa prediksi mesin itu salah?

“Itu mustahil,” jawab Mikoto. “Eksperimen itu tidak bisa dihentikan segampang itu. Aku juga seroang Level 5, sama sepertinya. Jika seorang Level 5 yang lain mengalahkannya, aku yakin mereka akan menganggapnya masih berada dalam batas galat yang bisa diterima. Mereka tidak akan berpikir bahwa Accelerator itu sebenarnya lemah.”

Mikoto terdengar seperti menggertakkan giginya dan mengucurkan darah.

“Dan kita tidak bisa mengalahkannya walaupun kita mengeroyoknya.” Mikoto terlihat seperti merenungkan ketidakberdayaannya. “Aku hanya pernah bertemu Accelerator sekali, tapi itu sudah cukup. Aku meretas ke dalam Bank dan melakukan pencarian tentang kekuatannya, dan hasilnya membuat bulu kudukku berdiri. Baginya, pertarungan bukanlah sesuatu di mana dia mungkin menang atau kalah. Ketika dia bertarung, pertarungan itu adalah pembantaian sepihak.”

“...”

Kamijou tahu bahwa Mikoto benar.

Tree Diagram telah menentukan bahwa Mikoto akan terbunuh dalam 185 gerakan jika dia bertarung melawan Accelerator. Itu pasti adalah jawaban akurat. Bahkan jika Misaka Mikoto menggunakan seluruh kekuatannya dan berusaha sekuat tenaga, dia tidak bisa mengalahkan Accelerator. Itulah kenapa gadis yang kuat dan biasanya impulsif itu tidak mencoba mengalahkannya dengan pertarungan, dan sebagai gantinya telah tersudut dalam situasi di mana kematiannya adalah satu-satunya cara menghentikan eksperimen itu dan menyelamatkan para Sisters.

Kamijou tahu bahwa Misaka Mikoto tidak bisa mengalahkan Accelerator.

“Itu cuma berarti bahwa akulah yang harus bertarung.”

Napas Mikoto tercekat di tenggorokannya karena kata-kata Kamijou telah mengejutkannya hingga ke dasar hati.

Tapi itu adalah jalan satu-satunya.

Bahkan jika seorang Level 5 yang lain mengalahkan Accelerator, para periset itu tidak dapat diyakinkan bahwa dia sebenarnya lemah.

Tapi bagaimana jika yang terkuat di Academy City dikalahkan oleh salah satu yang terlemah di Academy City, seorang Level 0?

Tentu saja, mungkin akan kelihatan seperti bahwa Kamijou adalah esper kuat yang tidak terlacak, tapi System Scan Academy City telah memeriksanya dengan seksama dan dia tidak bisa keluar dari cap Level 0. Seperti itulah Imagine Breaker milik Kamijou Touma.

Jika Accelerator dengan mudah dikalahkan oleh seseorang yang terlihat sebagai Level 0 berapa kali pun diperiksa, apa yang akan dipikirkan oleh para periset itu tentang si terkuat menurut mereka?

“...”

Sekarang setelah Kamijou tahu apa yang harus dilakukannya, sisanya gampang.

Kamijou mencoba mengangkat kepalanya dari paha Mikoto dan berdiri, tapi tubuhnya tidak bisa bergerak seperti yang diinginkannya. Dia merasakan gesekan dan kepalanya merosot dari paha Mikoto ke tanah yang keras.

Meskipun begitu, dia menggertakkan giginya dan menggerakkan jemari gemetarnya seperti ulat. Dia dengan perlahan-lahan memegang aspal yang tak rata, lalu mengumpulkan seluruh tenaganya untuk mengangkat tubuhnya dari tanah seolah sedang mengangkat barbel.

Dia begitu kerasnya berusaha hanya untuk berlutut hingga dia merasa umurnya seperti telah memendek 5 tahun.

Mikoto mengeluarkan suara bergetar ketika melihat Kamijou menggertakkan giginya.

“Apa yang kaulakukan?” Dia berkata seperti sedang melihat sesuatu yang tidak bisa dia percayai. “Kau tidak bisa. Kau cuma mengatakan akan mengalahkannya karena kau bahkan tidak tahu apa kekuatan Accelerator! Berpikir melawan penjahat yang overpowered seperti dalam manga itu gila. Dia adalah jenis orang yang hanya akan terkekeh ketika mengetahui bahwa seluruh pasukan di dunia ingin membunuhnya!”

“...”

Kamijou tidak merespon.

Dia hanya tetap diam dan mengumpulkan tenaga ke kakinya untuk berdiri dari keadaan berlutut.

“Kekuatan Accelerator adalah kemampuan untuk mengendalikan segala jenis vektor seperti gerakan, panas, dan listrik dengan bebas selama vektor itu menyentuh kulitnya. Kau tidak akan bisa menemukan bukaan dalam kemampuan yang overpowered seperti itu bahkan jika kau tahu apa kekuatannya!” Mikoto seperti meneriaki kenyataan yang tidak adil. “Seluruh serangannya akan masuk, tapi tak satu pun seranganmu yang akan menyentuhnya. Bahkan semua yang kautembakkan padanya akan dipantulkan kembali padamu. Tidak ada manusia yang bisa melawan jalan searah yang absolut seperti itu!”

“...”

Kamijou tidak merespon.

Dia menuangkan seluruh tenaganya ke lututnya yang gemetar, dan mencoba berdiri.

“Dia berbeda. Lebih baik memikirkannya sebagai orang yang berada di dimensi yang berbeda dari esper seperti kita. Kau tidak bisa menang melawan orang yang dari awal sudah bermain curang. Dan kau sekarang sudah benar-benar babak belur! Kau tidak dapat mengalahkan monster sepertinya dengan keadaanmu sekarang!”

Mikoto memohon padanya dengan hampir berlinang air mata. Dia memohonnya agar tidak berdiri lagi.

“...”

Meskipun begitu, Kamijou tidak merespon.

Dia menggerakkan tubuhnya yang bahkan saat itu akan tumbang, dan perlahan berdiri.

“Kenapa?” tanya Mikoto dengan suara seorang anak yang tersesat.

“...”

Kamijou tidak tahu.

Dia tidak tahu sekuat apa Accelerator.

Dia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya dengan tubuh sebabak-belur itu.

Tapi Imagine Breaker bersemayam di tangan kanannya.

Dan sebuah alasan untuk mengepalkan tinju kanannya ada di dalam dadanya.

Dia tidak akan mengandalkan orang lain dan dia tidak akan berharap hal lain.

Jika dia bisa menggunakan tangan itu untuk menyelamatkan seorang gadis yang terpojok ke jalan buntu oleh Accelerator, maka dia rasa itu adalah hal yang indah.

Jadi Kamijou berdiri.

Dia berdiri di atas kedua kakinya.

“Misaka, tadi kaubilang kau akan pergi ke tempat Accelerator berada, ‘kan?”

Kamijou melihat wajah Mikoto.

Dia merasa bahwa dia sudah lama tidak melihat mata Mikoto dan mata itu sekarang merah karena menangis.

“Beri tahu aku, Misaka. Di mana dia akan memulai eksperimen itu?”

Part 3

Misaka Imouto telah tiba di sebuah dipo kereta api.

Mirip dengan garasi bus transit, di tempat itu banyak kereta api diperbaiki dan disimpan setelah kereta terakhir bekerja hari itu. Sebuah area seukuran lapangan sekolah tertutupi oleh kerikil seperti yang ada di rel kereta dan lebih dari 10 jalur kereta berjejer menyamping. Di ujung rel itu adalah garasi dengan pintu shutter besar, membuatnya terlihat seperti area penyimpanan yang bisa disewa di pelabuhan. Sejumlah besar kontainer metal yang digunakan pada kereta kargo mengelilingi area dipo itu. Kontainer-kontainer itu ditumpuk seperti balok bangunan mainan dan ketinggiannya menyaingi gedung berlantai tiga. Tumpukan-tumpukan kontainer yang tidak teratur membuat area sekeliling dipo kereta itu terlihat seperti maze tiga dimensi. Kontainer-kontainer itu ibarat pegunungan dan dipo kereta itu seperti lembah di antara pegunungan.

Dipo kereta bukanlah tempat yang populer.

Karena seluruh pelajar harus kembali dari sekolah ketika kereta terakhir hari itu bekerja, dipo kereta itu dengan cepat dikosongkan. Lampu elektrik yang digunakan untuk kerja dimatikan dan tidak ada rumah di dekat tempat itu, jadi tidak ada penerangan yang tersisa. Walaupun 2.3 juta orang tinggal di kota itu, area itu begitu diselimuti kegelapan sampai bintang yang biasanya tak kelihatan bisa terlihat di langit malam.

Yang berdiri di tengah kegelapan yang kosong itu adalah esper terkuat Academy City, Accelerator.

Figurnya kelihatan menyatu dengan kegelapan di sekitarnya, jadi Misaka Imouto merasa seperti dia sedang dilemparkan ke dalam organ raksasa milik Accelerator ketika memasuki dipo kereta itu.

Anak laki-laki putih itu tersenyum dalam kegelapan hitam.

Warna putihnya yang mengerikan membuat Imouto merasa kedua bola matanya dilemparkan ke dalam air mendidih.

“Jadi sekarang jam 8.25... Kurasa kau adalah boneka selanjutnya yang akan ditarget dalam eksperimen ini?”

Suara Accelerator terdengar seperti sebuah kegelapan warna putih yang menyembur keluar dari senyuman yang membelah wajahnya.

Tapi ekspresi Misaka Imouto tidak berubah sedikit pun.

“‘Ya, Misaka adalah Nomor Serial 10032,’ jawab Misaka. ‘Tapi bukankah seharusnya kau memeriksa dengan menggunakan kode untuk meyakinkan bahwa Misaka adalah bagian eksperimen ini?’ kata Misaka menyarankan.”

“...Tch. Kau benar-benar gila,” desis Accelerator. “Yah, mungkin sebagai orang yang memaksamu mengikuti eksperimen untuk membuatku lebih kuat, aku tidak punya hak untuk mengatakan ini. Tapi kau benar-benar tenang. Apa kau tidak merasakan apa pun tentang situasi ini?”

“‘Sulit untuk mengerti apa yang kaumaksud ketika kau menggunakan kata yang samar seperti “apa pun”,’ balas Misaka. ‘Eksperimen akan dimulai dalam waktu 3 menit 20 detik. Apa kau sudah siap?” tanya Misaka untuk meyakinkan.”

Mata Accelerator memicing. Dia mengunyah sesuatu di mulutnya dengan wajah yang terlihat seperti dia sedang muak karena sesuatu. Seolah-olah dia sedang mengunyah permen karet yang sudah kehilangan rasa manisnya.

“‘? Apa kau sedang makan sesuatu?’ tanya Misaka.”

“Yeah, sebuah jari,” kata Accelerator santai sambil meludahkan benda dalam mulutnya ke samping.

Potongan daging itu sudah dikunyah-kunyah dan tertutupi air liur, tapi bentuk ujung jari seorang gadis masih bisa terlihat.

Karena ada kesempatan, kupikir aku bisa meminjamnya, tapi daging manusia ternyata tidak seenak itu. Kudengar jari tidak punya banyak lemak dan rasanya sedikit asam, tapi rasanya bahkan tidak seperti itu. Kau menggigitnya dan kau bisa merasakan ikatan-ikatan otot terkoyak-koyak. Sama sekali tidak enak. Kurasa kita tidak berevolusi untuk dimakan seperti babi atau sapi.”

Accelerator mengelap bibirnya dengan lengannya, seolah ingin menghapus rasa itu dari mulutnya.

Tapi ekspresi Misaka Mikoto tidak berubah sedikit pun ketika mendengar itu.

“‘Biasanya, daging babi atau sapi sudah dikeluarkan darahnya dan rasanya ditambah dengan menggunakan garam dan bumbu-bumbu lain,’ kata Misaka memberi saran. ‘Apakah perbedaan antara daging mentah dan daging yang sudah dimasak karena perubahan pada protein yang disebabkan oleh pemanasan memberikan galat pada percobaanmu?’ tanya Misaka memberikan pandangannya tentang situasi ini.”

“Begitukah?” kata Accelerator, terdengar muak dengan semua ini.

Misaka Imouto tidak mengerti kenapa Accelerator menanyakan itu. Memang benar dia terkejut ketika melihat Accelerator di depan toko buku bekas, tapi keterkejutannya itu karena kucing hitam di dekat kakinya. Dia hanya takut jika seekor makhluk yang tidak terkait hilang nyawanya karena eksperimen itu.

“Sialan, setelah 10.000 kali, ini jadi sangat membosankan. Padahal aku berharap untuk menghabiskan waktu, tapi tidak. Tidak ada percakapan yang bisa dilakukan dengan satu pun dari kalian,” kata Accelerator santai. “Aku tidak mengerti kenapa kalian membuang nyawa kalian seperti itu. Bagiku, nyawaku sendiri adalah prioritas tertinggi dan aku berpikir bahwa tubuhku adalah yang terbaik. Itulah kenapa tidak ada batas dari kekuatan yang kuinginkan dan itulah kenapa aku cuma tertawa mengejek ketika aku membunuh ratusan, ribuan, dan sepuluh ribu dari kalian.”

“‘Ada bagian dari yang kaukatakan yang Misaka tidak mengerti,’ balas Misaka. ‘Kau sudah menjadi Level 5 terkuat Academy City, bukan? Jika kau sudah berada pada titik di mana tidak ada seorang pun bisa mencapaimu, seharusnya tidak ada keperluan untuk menuju tingkat yang lebih tinggi,’ kata Misaka memprediksi.”

“Yang terkuat, hm?” Accelerator terdengar bosan ketika menjawab. “Terkuat? Terkuat!? Terkuat!!? Cukup benar. Aku memang esper terkuat di kota ini dan karenanya adalah esper terkuat di seluruh dunia. Tapi,” Accelerator terdengar bosan dari lubuk hatinya yang paling dalam, “pada akhirnya, aku cuma yang terkuat. Bagaimana orang lain tahu bahwa aku adalah esper terkuat di Academy City? Karena mereka melawanku dan kalah. Dengan kata lain, kekuatanku cuma pada tingkat di mana mereka mencoba bertarung melawanku karena kedengarannya menyenangkan.”

Mata merahnya sepenuhnya berubah menjadi mata yang tersenyum senang.

“Segitu saja tidak cukup. Sama sekali tidak cukup. Level 5 – yang terkuat – itu membosankan. Aku ingin sesuatu yang di atas itu. Aku ingin kekuatan absolut hingga membuat keinginan untuk melawanku terdengar seperti lelucon dan hingga tidak ada orang yang berpikir untuk melawanku. Aku menginginkan ketidak-terkalahan yang dikenal sebagai Level 6.”

Ketika anak itu bicara tentang mimpinya, dia dengan perlahan merentangkan tangannya.

Tangan kanan penderitaan dan tangan kiri beracun.

Anak laki-laki itu tersenyum dengan tangannya yang terentang. Kedua tangannya seperti ular beracun yang bisa membunuh dengan hanya satu sentuhan.

Dia terlihat seperti sebuah salib yang memancarkan kegelapan.

“Jadi, apa kau sudah siap? Saatnya mati, dasar produk berlebih yang gagal.”

Anak laki-laki putih itu tersenyum mengejek, tapi ekspresi Misaka Imouto tidak berubah sedikit pun.

Dia hanya berbicara tanpa peduli, seperti sebuah boneka dengan jam.

“‘8.29 PM dan 45 detik, 46 detik, 47 detik... Eksperimen #10032 akan segera dimulai. Subyek Tes Accelerator, silakan tunggu di tempat yang sudah ditentukan,’ kata Misaka menginformasikan.”

Dan eksperimen yang tak terelakkan itu dimulai pada pukul 8.30 PM.

Part 4

Kamijou meninggalkan si kucing hitam bersama Mikoto, lalu berlari melalui kota di malam hari itu.

Di ujung barat Academy City terdapat area industri yang besar.

Sepertinya, sebuah dipo kereta api adalah lokasi untuk eksperimen ke-10032.

“...”

Dia mengenal angka 10032. Itu adalah nomor serial yang disebut oleh Misaka Imouto di lorong belakang toko.

Ketidaksabaran yang hebat menyerbu dada Kamijou.

Dia harus pergi ke dipo kereta itu secepat mungkin, tapi seluruh bus dan kereta sudah disimpan ke dalam garasinya masing-masing.

Dengan kebanyakan fasilitas transportasi yang mati, Kamijou tidak punya pilihan selain berlari dengan kedua kakinya.

Dia tahu bahwa dia tidak punya banyak stamina tersisa, tapi dia terlalu diburu waktu untuk berlari lebih lambat untuk menyimpan staminanya. Dia menggertakkan giginya dan berlari dengan kecepatan penuh melalui sebuah distrik perbelanjaan.

Dia menggerakkan tubuhnya yang babak belur dan terus berlari walaupun melakukan itu mengikis staminyanya yang memang sudah sedikit.

Meninggalkan distrik perbelanjaan itu, dia memasuki daerah pemukiman dan keramaian dan kesibukan kota kelihatan seperti semakin jauh. Selama dia berlari, asrama siswa juga mulai jadi jarang. Setelah melewati pohon-pohon kecil yang ditanam manusia, dia akhirnya sampai ke area industri.


Academy City memiliki daerah industri agar benda yang dihasilkan dari riset yang dijalankan di dalam kota juga bisa diproduksi di dalam kota. Tetapi, daerah itu tidak terisi dengan pabrik-pabrik yang terlihat seperti daerah penyimpanan kotor yang disewa di daerah perkotaan. Sebagai gantinya, daerah itu dijejeri oleh gedung-gedung industri tanpa jendela. Daerah itu anehnya tersusun rapi dan tidak ada rasa bahwa daerah itu ditinggali. Sedikit mirip dengan area kota yang terisi dengan kantor-kantor.

Tidak ada orang di sana.

Pabrik-pabrik itu disusun dengan pasti untuk bekerja 24 jam dalam sehari, tapi tidak ada suara yang terdengar karena sistem peredam suara yang sempurna. Pemandangan itu terlihat seperti kota mati bagi Kamijou dan dia merasa kedinginan pada malam tengah musim panas itu.


Mikoto tinggal sendirian di atas jembatan besi, sambil menggendong si kucing hitam yang ketakutan di lengannya.

Dia ingat kembali bahwa gelombang elektromagnetik yang secara tanpa sadar dipancarkan tubuhnya membuat kucing tidak menyukainya, tapi dia tidak begitu peduli saat itu.

“...Apa dia itu idiot?” gumamnya dalam kegelapan.

Dia ingin menghentikan Kamijou. Paling tidak dia ingin menuju area eksperimen bersama Kamijou.

Tapi Kamijou melarangnya.

Yang penting adalah bahwa si Level 0Imagine Breaker sendirian mengalahkan si Level 5 Accelerator. Jika Mikoto, seorang Level 5 lain, membantu Kamijou, kalahnya Accelerator akan ditentukan sebagai dikalahkan sekumpulan orang, termasuk seorang Level 5.

“Kalau kau mau menyelamatkan Misaka Imouto, serahkan ini padaku,” kata anak laki-laki itu.

“Aku akan kembali bersamanya,” janjinya.

Mikoto melihat ujung jembatan tempat anak laki-laki itu menghilang.

Secara logika, dia tahu bahwa dia tidak bisa melakukan apa pun dengan pergi ke sana. Bahkan, ada kemungkinan bahwa dia akan menghancurkan solusi yang akhirnya bisa didapatkan anak itu. Karena itu, tetap di jembatan itu adalah pilihan yang benar. Dia tahu itu. Semua orang bisa mengerti itu secara logika.

Tetapi...

Sesuatu yang melebihi logika tidak ingin mengerti hal itu.

Mikoto menggertakkan giginya.

“...Apa kau benar-benar pikir aku bisa melakukan itu!?”

Pada akhirnya, Mikoto mengejar Kamijou sambil masih menggendong si kucing hitam.

Dia sama sekali tidak bisa duduk diam begitu saja.

Part 5

Part 6

Part 7

Part 8

Catatan

  1. Biasanya boneka yang ada kunci di punggungnya, jika diputar akan berjalan.


Previous Chapter 3 Return to Main Page Forward to Epilog