Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume3 Chapter4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 4: Accelerator. Level5(Extend).[edit]

Part 1[edit]

Seiring malam yang semakin larut, rasa dingin semakin menusuk. Walaupun hari itu adalah tengah musim panas, gadis itu merasa kedinginan seperti ada pisau dingin yang ditekan ke perutnya.

Nomor Serial 10032 alias Misaka Imouto meninggalkan sebuah distrik perbelanjaan dan berjalan dengan langkah akurat seperti mesin menuju sebuah bagian daerah industri yang hening.

Sambil berjalan menyusuri jalanan kosong yang dibarisi lampu jalan, Misaka Imouto mengulang isi eksperimen yang akan dimulai dalam kepalanya.

Koordinat absolut area yang akan digunakan adalah X-228561, Y-568714. Waktu dimulainya tepat 8:30 PM Waktu Standar Jepang. Spesimen yang akan digunakan adalah #10032. Tujuannya adalah mencari cara bertarung agar penggunakan pemantulan tidak dapat diaplikasikan.

“...”

Misaka Imouto menjalankan skenario yang di dalamnya dia akan dibunuh dalam pikirannya, tapi tidak ada ekspresi tragis yang muncul di wajahnya. Tidak ada ketakutan, kebencian, dan bahkan tidak ada ekspresi pasrah di wajahnya.

Wajahnya benar-benar tanpa ekspresi.

Jika ada orang yang melihatnya, mereka akan merasakan bahaya yang sama seperti memandangi sebuah boneka clockwork[1] berjalan menuju ujung tebing.

Misaka Imouto bukanlah orang menyimpang yang tidak tahu nilai dari kehidupan sebuah makhluk hidup.

Jika ada orang yang akan mati di depan matanya, dia akan segera mencari pilihan-pilihan apa yang bisa dia ambil, lalu bertindak sesuai pilihan yang paling cocok.

Tetapi, dia tidak bisa mengaplikasikan konsep itu pada dirinya sendiri.

Ibarat informasi yang ditulis pada hard disk, hatinya yang kosong telah di-install menggunakan sebuah Testament ke tubuh fisiknya yang bisa dibuat ulang sebanyak yang diperlukan hanya dengan menekan sebuah tombol menggunakan peralatan yang tepat. Harga nyawanya adalah 180.000 yen. Dia seperti komputer rumahan berperforma tinggi. Bahkan, dia adalah tipe yang akan dilemparkan ke kotak berdiskon.

(‘...Itulah kenapa ada satu hal yang Misaka tidak mengerti,’ pikir Misaka.)

Misaka Imouto memiliki pikiran seperti itu sembari menyusuri jalanan yang gelap.

Ketika anak laki-laki itu bertemu dengan sejumlah Misaka di gang itu, dia begitu syoknya sampai berhenti bernapas. Seperti kenyataan yang tidak bisa dia tanggung disodorkan ke hadapannya. Seperti dia tidak ingin menerima kenyataan itu walaupun disodorkan ke depan matanya.

Misaka Imouto mengingat kembali apa yang anak itu katakan.

-Siapa kalian?

Kata-kata itu bukan pertanyaan yang anak itu inginkan jawabannya.

- Apa yang sedang kalian lakukan?

Lebih seperti dia menanyakan hal itu karena dia ingin Imouto menyangkal sesuatu.

Wajah Misaka Imouto tetap tanpa ekspresi.

(Apakah dia segitu inginnya menyangkalnya?)

Apakah dia segitu inginnya menyangkal kenyataan bahwa ada 20.000 Sisters, dan dunia di mana berhentinya jantung mereka adalah sesuai dengan rencana?

(‘...Misaka tidak mengerti. Misaka tidak bisa mengerti,’ pikir Misaka sambil menanyakan pertanyaan yang terkait dengan situasi mental anak laki-laki itu.)

Misaka Imouto menyimpulkan bahwa tidak ada artinya memikirkan hal-hal yang mustahil bisa dimengerti olehnya.

Seolah-olah dia sedang mengatakan bahwa tidak ada masalah jika tidak mengerti kenapa kodok berenang di selokan.

Tapi kalau begitu...

Kenapa dia mengingat wajah anak laki-laki itu?

Jika benar-benar tidak ada artinya, dia tidak akan memikirkannya. Tidak ada alasan untuk mengingat kembali bentuk dan warna permen karet yang menempel di peron stasiun seminggu yang lalu.

Dia seharusnya menyusun informasi eksperimen yang akan dijalankan di kepalanya. Jika dia gagal, hal itu akan menyebabkan masalah bagi banyak orang, jadi kenapa pikirannya mengambang ke wajah anak laki-laki itu ketika dia tidak ada kaitannya dengan eksperimen ini?

“...”

Misaka Imouto tidak bisa mengerti.

Dan dia telah menyimpulkan bahwa tidak ada artinya memikirkan hal-hal yang mustahil bisa dimengerti olehnya.

Misaka Imouto bahkan tidak bisa mengerti hal remeh dan tidak berarti seperti itu.

Gadis itu berjalan sendirian menuju tempat eksekusi dirinya sendiri tanpa mengerti sedikit pun.

Suara langkah kakinya yang teratur terdengar seperti berdetiknya bom waktu.

Part 2[edit]

Kamijou berbaring menyamping di atas jembatan besi tak berangin itu.

Dia perlahan membuka matanya. Kemungkinan besar, belum lama waktu yang lewat setelah dia terkena arus listrik tegangan tinggi itu dan kehilangan kesadarannya. Mungkin hanya 10 atau 20 detik, tapi anehnya kaki dan tangannya yang terlegetak dingin. Sirkulasi darah biasanya telah dihalangi. Setruman listrik itu mungkin membuat detak jantungnya tidak reguler atau bahkan berhenti satu dua kali ketika dia tidak sadarkan diri.

Tanpa menggerakkan kepalanya, Kamijou memandangi anggota tubuhnya yang kelihatan seperti milik boneka yang sudah dibuang ke sudut kamar oleh anak kecil yang sudah bosan dengannya.

“...”

Dia mencoba menggerakkan jemarinya dan telunjuknya perlahan bergerak seperti serangga yang sekarat. Dia berhasil menggerakkan kelopak matanya dan berkedip. Dia menarik dan menghembuskan napas yang benar-benar halus dan dia bisa mendengar suara detak jantung lemah yang keluar dari dalam tubuhnya.

“Syukurlah,” dia menggerakkan mulutnya tanpa suara.

Dia masih bisa menggerakkan tubuhnya. Itu berarti dia bisa bangkit lagi.

“Apa yang kaulakukan?” kata suara seorang gadis dari jarak yang sangat dekat di atas kepalanya.

Index v03 219.jpg

Kamijou tiba-tiba menyadari sensasi lembut di pipinya yang terbaring menyamping.

Sepertinya kepalanya terbaring di atas pangkuan Mikoto.

“Kau begitu babak belur, terbaring di tanah yang kotor, dan jantungmu bahkan mungkin telah berhenti untuk beberapa saat. Jadi...”

Suaranya bergetar.

Itu bukanlah suara salah satu dari tujuh Level 5 Academy City, bukanlah dari seorang putri Tokiwadai, atau suara Railgun. Itu adalah suara gadis biasa yang tidak bisa berhenti gemetar dalam kegelapan.

“Bagaimana kau bisa tersenyum seperti itu?”

Tetesan cairan transparan jatuh dari atas ke pipi Kamijou.

Tetes-tetes air itu hangan seperti hujan pada musim semi.

“...”

“Syukurlah,” dia menggerakkan mulutnya lagi tanpa berbicara.

Dia lega bahwa dia bisa menjadi pihak Mikoto. Mata Kamijou memicing bahagia.

Si kucing hitam mengeong di samping teliganya.

Lidahnya yang kasar menyentuh tangan Kamijou seperti ingin menjilati ludahnya dengan tulus.

“Aku tahu caranya,” katanya masih terbaring di sana.

Mikoto tidak menjawab. Kamijou hanya mendengar suara menggosok seperti Mikoto sedang menghapus air matanya sendiri dengan ujung jarinya.

“...Aku sudah tahu cara menghentikan eksperimen itu.”

Dia mendengar suara kecil dari tenggorokan Mikoto seolah napasnya tercekat di sana karena terkejut.

“Kalau kau memikirkannya, sebenarnya cukup sederhana.”

Seluruh eksperimen itu hanyalah para periset yang mengikuti skenario yang diciptakan oleh Tree Diagram.

Itulah kenapa Mikoto berpikir untuk menghentikan eksperimen itu dengan membuat para periset berpikir bahwa skenario itu tidak akan berhasil.

Jika sesuatu sesimpel itu bisa menghentikan eksperimen itu, berarti memang cukup sederhana menghentikannya.

“...Aku yakin Tree Diagram memasukkan fakta bahwa Accelerator adalah yang terkuat di Academy City ke dalam perhitungannya.”

Jika eksperimen itu bisa dihentikan dengan membuat para periset itu percaya sebuah gertak sambal, maka...

“Kalau begitu, gampang. Kita hanya perlu membuat para periset itu berpikir bahwa Accelerator yang mereka katakan paling kuat itu sebenarnya sangat-sangat lemah.”

Bagaimana jika Accelerator, yang katanya esper terkuat Academy City, kalah dengan mudah dalam pertarungan jalanan biasa?

Bahkan jika simulasi mengatakan bahwa dia adalah yang terkuat di Academy City, akankah para periset itu terus percaya bahwa Accelerator adalah yang terkuat setelah melihat hal yang semenyedihkan itu?

Bukankah itu akan membuat para periset berpikir bahwa prediksi mesin itu salah?

“Itu mustahil,” jawab Mikoto. “Eksperimen itu tidak bisa dihentikan segampang itu. Aku juga seroang Level 5, sama sepertinya. Jika seorang Level 5 yang lain mengalahkannya, aku yakin mereka akan menganggapnya masih berada dalam batas galat yang bisa diterima. Mereka tidak akan berpikir bahwa Accelerator itu sebenarnya lemah.”

Mikoto terdengar seperti menggertakkan giginya dan mengucurkan darah.

“Dan kita tidak bisa mengalahkannya walaupun kita mengeroyoknya.” Mikoto terlihat seperti merenungkan ketidakberdayaannya. “Aku hanya pernah bertemu Accelerator sekali, tapi itu sudah cukup. Aku meretas ke dalam Bank dan melakukan pencarian tentang kekuatannya, dan hasilnya membuat bulu kudukku berdiri. Baginya, pertarungan bukanlah sesuatu di mana dia mungkin menang atau kalah. Ketika dia bertarung, pertarungan itu adalah pembantaian sepihak.”

“...”

Kamijou tahu bahwa Mikoto benar.

Tree Diagram telah menentukan bahwa Mikoto akan terbunuh dalam 185 gerakan jika dia bertarung melawan Accelerator. Itu pasti adalah jawaban akurat. Bahkan jika Misaka Mikoto menggunakan seluruh kekuatannya dan berusaha sekuat tenaga, dia tidak bisa mengalahkan Accelerator. Itulah kenapa gadis yang kuat dan biasanya impulsif itu tidak mencoba mengalahkannya dengan pertarungan, dan sebagai gantinya telah tersudut dalam situasi di mana kematiannya adalah satu-satunya cara menghentikan eksperimen itu dan menyelamatkan para Sisters.

Kamijou tahu bahwa Misaka Mikoto tidak bisa mengalahkan Accelerator.

“Itu cuma berarti bahwa akulah yang harus bertarung.”

Napas Mikoto tercekat di tenggorokannya karena kata-kata Kamijou telah mengejutkannya hingga ke dasar hati.

Tapi itu adalah jalan satu-satunya.

Bahkan jika seorang Level 5 yang lain mengalahkan Accelerator, para periset itu tidak dapat diyakinkan bahwa dia sebenarnya lemah.

Tapi bagaimana jika yang terkuat di Academy City dikalahkan oleh salah satu yang terlemah di Academy City, seorang Level 0?

Tentu saja, mungkin akan kelihatan seperti bahwa Kamijou adalah esper kuat yang tidak terlacak, tapi System Scan Academy City telah memeriksanya dengan seksama dan dia tidak bisa keluar dari cap Level 0. Seperti itulah Imagine Breaker milik Kamijou Touma.

Jika Accelerator dengan mudah dikalahkan oleh seseorang yang terlihat sebagai Level 0 berapa kali pun diperiksa, apa yang akan dipikirkan oleh para periset itu tentang si terkuat menurut mereka?

“...”

Sekarang setelah Kamijou tahu apa yang harus dilakukannya, sisanya gampang.

Kamijou mencoba mengangkat kepalanya dari paha Mikoto dan berdiri, tapi tubuhnya tidak bisa bergerak seperti yang diinginkannya. Dia merasakan gesekan dan kepalanya merosot dari paha Mikoto ke tanah yang keras.

Meskipun begitu, dia menggertakkan giginya dan menggerakkan jemari gemetarnya seperti ulat. Dia dengan perlahan-lahan memegang aspal yang tak rata, lalu mengumpulkan seluruh tenaganya untuk mengangkat tubuhnya dari tanah seolah sedang mengangkat barbel.

Dia begitu kerasnya berusaha hanya untuk berlutut hingga dia merasa umurnya seperti telah memendek 5 tahun.

Mikoto mengeluarkan suara bergetar ketika melihat Kamijou menggertakkan giginya.

“Apa yang kaulakukan?” Dia berkata seperti sedang melihat sesuatu yang tidak bisa dia percayai. “Kau tidak bisa. Kau cuma mengatakan akan mengalahkannya karena kau bahkan tidak tahu apa kekuatan Accelerator! Berpikir melawan penjahat yang overpowered seperti dalam manga itu gila. Dia adalah jenis orang yang hanya akan terkekeh ketika mengetahui bahwa seluruh pasukan di dunia ingin membunuhnya!”

“...”

Kamijou tidak merespon.

Dia hanya tetap diam dan mengumpulkan tenaga ke kakinya untuk berdiri dari keadaan berlutut.

“Kekuatan Accelerator adalah kemampuan untuk mengendalikan segala jenis vektor seperti gerakan, panas, dan listrik dengan bebas selama vektor itu menyentuh kulitnya. Kau tidak akan bisa menemukan bukaan dalam kemampuan yang overpowered seperti itu bahkan jika kau tahu apa kekuatannya!” Mikoto seperti meneriaki kenyataan yang tidak adil. “Seluruh serangannya akan masuk, tapi tak satu pun seranganmu yang akan menyentuhnya. Bahkan semua yang kautembakkan padanya akan dipantulkan kembali padamu. Tidak ada manusia yang bisa melawan jalan searah yang absolut seperti itu!”

“...”

Kamijou tidak merespon.

Dia menuangkan seluruh tenaganya ke lututnya yang gemetar, dan mencoba berdiri.

“Dia berbeda. Lebih baik memikirkannya sebagai orang yang berada di dimensi yang berbeda dari esper seperti kita. Kau tidak bisa menang melawan orang yang dari awal sudah bermain curang. Dan kau sekarang sudah benar-benar babak belur! Kau tidak dapat mengalahkan monster sepertinya dengan keadaanmu sekarang!”

Mikoto memohon padanya dengan hampir berlinang air mata. Dia memohonnya agar tidak berdiri lagi.

“...”

Meskipun begitu, Kamijou tidak merespon.

Dia menggerakkan tubuhnya yang bahkan saat itu akan tumbang, dan perlahan berdiri.

“Kenapa?” tanya Mikoto dengan suara seorang anak yang tersesat.

“...”

Kamijou tidak tahu.

Dia tidak tahu sekuat apa Accelerator.

Dia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya dengan tubuh sebabak-belur itu.

Tapi Imagine Breaker bersemayam di tangan kanannya.

Dan sebuah alasan untuk mengepalkan tinju kanannya ada di dalam dadanya.

Dia tidak akan mengandalkan orang lain dan dia tidak akan berharap hal lain.

Jika dia bisa menggunakan tangan itu untuk menyelamatkan seorang gadis yang terpojok ke jalan buntu oleh Accelerator, maka dia rasa itu adalah hal yang indah.

Jadi Kamijou berdiri.

Dia berdiri di atas kedua kakinya.

“Misaka, tadi kaubilang kau akan pergi ke tempat Accelerator berada, ‘kan?”

Kamijou melihat wajah Mikoto.

Dia merasa bahwa dia sudah lama tidak melihat mata Mikoto dan mata itu sekarang merah karena menangis.

“Beri tahu aku, Misaka. Di mana dia akan memulai eksperimen itu?”

Part 3[edit]

Misaka Imouto telah tiba di sebuah dipo kereta api.

Mirip dengan garasi bus transit, di tempat itu banyak kereta api diperbaiki dan disimpan setelah kereta terakhir bekerja hari itu. Sebuah area seukuran lapangan sekolah tertutupi oleh kerikil seperti yang ada di rel kereta dan lebih dari 10 jalur kereta berjejer menyamping. Di ujung rel itu adalah garasi dengan pintu shutter besar, membuatnya terlihat seperti area penyimpanan yang bisa disewa di pelabuhan. Sejumlah besar kontainer metal yang digunakan pada kereta kargo mengelilingi area dipo itu. Kontainer-kontainer itu ditumpuk seperti balok bangunan mainan dan ketinggiannya menyaingi gedung berlantai tiga. Tumpukan-tumpukan kontainer yang tidak teratur membuat area sekeliling dipo kereta itu terlihat seperti maze tiga dimensi. Kontainer-kontainer itu ibarat pegunungan dan dipo kereta itu seperti lembah di antara pegunungan.

Dipo kereta bukanlah tempat yang populer.

Karena seluruh pelajar harus kembali dari sekolah ketika kereta terakhir hari itu bekerja, dipo kereta itu dengan cepat dikosongkan. Lampu elektrik yang digunakan untuk kerja dimatikan dan tidak ada rumah di dekat tempat itu, jadi tidak ada penerangan yang tersisa. Walaupun 2.3 juta orang tinggal di kota itu, area itu begitu diselimuti kegelapan sampai bintang yang biasanya tak kelihatan bisa terlihat di langit malam.

Yang berdiri di tengah kegelapan yang kosong itu adalah esper terkuat Academy City, Accelerator.

Figurnya kelihatan menyatu dengan kegelapan di sekitarnya, jadi Misaka Imouto merasa seperti dia sedang dilemparkan ke dalam organ raksasa milik Accelerator ketika memasuki dipo kereta itu.

Anak laki-laki putih itu tersenyum dalam kegelapan hitam.

Warna putihnya yang mengerikan membuat Imouto merasa kedua bola matanya dilemparkan ke dalam air mendidih.

“Jadi sekarang jam 8.25... Kurasa kau adalah boneka selanjutnya yang akan ditarget dalam eksperimen ini?”

Suara Accelerator terdengar seperti sebuah kegelapan warna putih yang menyembur keluar dari senyuman yang membelah wajahnya.

Tapi ekspresi Misaka Imouto tidak berubah sedikit pun.

“‘Ya, Misaka adalah Nomor Serial 10032,’ jawab Misaka. ‘Tapi bukankah seharusnya kau memeriksa dengan menggunakan kode untuk meyakinkan bahwa Misaka adalah bagian eksperimen ini?’ kata Misaka menyarankan.”

“...Tch. Kau benar-benar gila,” desis Accelerator. “Yah, mungkin sebagai orang yang memaksamu mengikuti eksperimen untuk membuatku lebih kuat, aku tidak punya hak untuk mengatakan ini. Tapi kau benar-benar tenang. Apa kau tidak merasakan apa pun tentang situasi ini?”

“‘Sulit untuk mengerti apa yang kaumaksud ketika kau menggunakan kata yang samar seperti “apa pun”,’ balas Misaka. ‘Eksperimen akan dimulai dalam waktu 3 menit 20 detik. Apa kau sudah siap?” tanya Misaka untuk meyakinkan.”

Mata Accelerator memicing. Dia mengunyah sesuatu di mulutnya dengan wajah yang terlihat seperti dia sedang muak karena sesuatu. Seolah-olah dia sedang mengunyah permen karet yang sudah kehilangan rasa manisnya.

“‘? Apa kau sedang makan sesuatu?’ tanya Misaka.”

“Yeah, sebuah jari,” kata Accelerator santai sambil meludahkan benda dalam mulutnya ke samping.

Potongan daging itu sudah dikunyah-kunyah dan tertutupi air liur, tapi bentuk ujung jari seorang gadis masih bisa terlihat.

Karena ada kesempatan, kupikir aku bisa meminjamnya, tapi daging manusia ternyata tidak seenak itu. Kudengar jari tidak punya banyak lemak dan rasanya sedikit asam, tapi rasanya bahkan tidak seperti itu. Kau menggigitnya dan kau bisa merasakan ikatan-ikatan otot terkoyak-koyak. Sama sekali tidak enak. Kurasa kita tidak berevolusi untuk dimakan seperti babi atau sapi.”

Accelerator mengelap bibirnya dengan lengannya, seolah ingin menghapus rasa itu dari mulutnya.

Tapi ekspresi Misaka Mikoto tidak berubah sedikit pun ketika mendengar itu.

“‘Biasanya, daging babi atau sapi sudah dikeluarkan darahnya dan rasanya ditambah dengan menggunakan garam dan bumbu-bumbu lain,’ kata Misaka memberi saran. ‘Apakah perbedaan antara daging mentah dan daging yang sudah dimasak karena perubahan pada protein yang disebabkan oleh pemanasan memberikan galat pada percobaanmu?’ tanya Misaka memberikan pandangannya tentang situasi ini.”

“Begitukah?” kata Accelerator, terdengar muak dengan semua ini.

Misaka Imouto tidak mengerti kenapa Accelerator menanyakan itu. Memang benar dia terkejut ketika melihat Accelerator di depan toko buku bekas, tapi keterkejutannya itu karena kucing hitam di dekat kakinya. Dia hanya takut jika seekor makhluk yang tidak terkait hilang nyawanya karena eksperimen itu.

“Sialan, setelah 10.000 kali, ini jadi sangat membosankan. Padahal aku berharap untuk menghabiskan waktu, tapi tidak. Tidak ada percakapan yang bisa dilakukan dengan satu pun dari kalian,” kata Accelerator santai. “Aku tidak mengerti kenapa kalian membuang nyawa kalian seperti itu. Bagiku, nyawaku sendiri adalah prioritas tertinggi dan aku berpikir bahwa tubuhku adalah yang terbaik. Itulah kenapa tidak ada batas dari kekuatan yang kuinginkan dan itulah kenapa aku cuma tertawa mengejek ketika aku membunuh ratusan, ribuan, dan sepuluh ribu dari kalian.”

“‘Ada bagian dari yang kaukatakan yang Misaka tidak mengerti,’ balas Misaka. ‘Kau sudah menjadi Level 5 terkuat Academy City, bukan? Jika kau sudah berada pada titik di mana tidak ada seorang pun bisa mencapaimu, seharusnya tidak ada keperluan untuk menuju tingkat yang lebih tinggi,’ kata Misaka memprediksi.”

“Yang terkuat, hm?” Accelerator terdengar bosan ketika menjawab. “Terkuat? Terkuat!? Terkuat!!? Cukup benar. Aku memang esper terkuat di kota ini dan karenanya adalah esper terkuat di seluruh dunia. Tapi,” Accelerator terdengar bosan dari lubuk hatinya yang paling dalam, “pada akhirnya, aku cuma yang terkuat. Bagaimana orang lain tahu bahwa aku adalah esper terkuat di Academy City? Karena mereka melawanku dan kalah. Dengan kata lain, kekuatanku cuma pada tingkat di mana mereka mencoba bertarung melawanku karena kedengarannya menyenangkan.”

Mata merahnya sepenuhnya berubah menjadi mata yang tersenyum senang.

“Segitu saja tidak cukup. Sama sekali tidak cukup. Level 5 – yang terkuat – itu membosankan. Aku ingin sesuatu yang di atas itu. Aku ingin kekuatan absolut hingga membuat keinginan untuk melawanku terdengar seperti lelucon dan hingga tidak ada orang yang berpikir untuk melawanku. Aku menginginkan ketidak-terkalahan yang dikenal sebagai Level 6.”

Ketika anak itu bicara tentang mimpinya, dia dengan perlahan merentangkan tangannya.

Tangan kanan penderitaan dan tangan kiri beracun.

Anak laki-laki itu tersenyum dengan tangannya yang terentang. Kedua tangannya seperti ular beracun yang bisa membunuh dengan hanya satu sentuhan.

Dia terlihat seperti sebuah salib yang memancarkan kegelapan.

“Jadi, apa kau sudah siap? Saatnya mati, dasar produk berlebih yang gagal.”

Anak laki-laki putih itu tersenyum mengejek, tapi ekspresi Misaka Imouto tidak berubah sedikit pun.

Dia hanya berbicara tanpa peduli, seperti sebuah boneka dengan jam.

“‘8.29 PM dan 45 detik, 46 detik, 47 detik... Eksperimen #10032 akan segera dimulai. Subyek Tes Accelerator, silakan tunggu di tempat yang sudah ditentukan,’ kata Misaka menginformasikan.”

Dan eksperimen yang tak terelakkan itu dimulai pada pukul 8.30 PM.

Part 4[edit]

Kamijou meninggalkan si kucing hitam bersama Mikoto, lalu berlari melalui kota di malam hari itu.

Di ujung barat Academy City terdapat area industri yang besar.

Sepertinya, sebuah dipo kereta api adalah lokasi untuk eksperimen ke-10032.

“...”

Dia mengenal angka 10032. Itu adalah nomor serial yang disebut oleh Misaka Imouto di lorong belakang toko.

Ketidaksabaran yang hebat menyerbu dada Kamijou.

Dia harus pergi ke dipo kereta itu secepat mungkin, tapi seluruh bus dan kereta sudah disimpan ke dalam garasinya masing-masing.

Dengan kebanyakan fasilitas transportasi yang mati, Kamijou tidak punya pilihan selain berlari dengan kedua kakinya.

Dia tahu bahwa dia tidak punya banyak stamina tersisa, tapi dia terlalu diburu waktu untuk berlari lebih lambat untuk menyimpan staminanya. Dia menggertakkan giginya dan berlari dengan kecepatan penuh melalui sebuah distrik perbelanjaan.

Dia menggerakkan tubuhnya yang babak belur dan terus berlari walaupun melakukan itu mengikis staminyanya yang memang sudah sedikit.

Meninggalkan distrik perbelanjaan itu, dia memasuki daerah pemukiman dan keramaian dan kesibukan kota kelihatan seperti semakin jauh. Selama dia berlari, asrama siswa juga mulai jadi jarang. Setelah melewati pohon-pohon kecil yang ditanam manusia, dia akhirnya sampai ke area industri.


Academy City memiliki daerah industri agar benda yang dihasilkan dari riset yang dijalankan di dalam kota juga bisa diproduksi di dalam kota. Tetapi, daerah itu tidak terisi dengan pabrik-pabrik yang terlihat seperti daerah penyimpanan kotor yang disewa di daerah perkotaan. Sebagai gantinya, daerah itu dijejeri oleh gedung-gedung industri tanpa jendela. Daerah itu anehnya tersusun rapi dan tidak ada rasa bahwa daerah itu ditinggali. Sedikit mirip dengan area kota yang terisi dengan kantor-kantor.

Tidak ada orang di sana.

Pabrik-pabrik itu disusun dengan pasti untuk bekerja 24 jam dalam sehari, tapi tidak ada suara yang terdengar karena sistem peredam suara yang sempurna. Pemandangan itu terlihat seperti kota mati bagi Kamijou dan dia merasa kedinginan pada malam tengah musim panas itu.


Mikoto tinggal sendirian di atas jembatan besi, sambil menggendong si kucing hitam yang ketakutan di lengannya.

Dia ingat kembali bahwa gelombang elektromagnetik yang secara tanpa sadar dipancarkan tubuhnya membuat kucing tidak menyukainya, tapi dia tidak begitu peduli saat itu.

“...Apa dia itu idiot?” gumamnya dalam kegelapan.

Dia ingin menghentikan Kamijou. Paling tidak dia ingin menuju area eksperimen bersama Kamijou.

Tapi Kamijou melarangnya.

Yang penting adalah bahwa si Level 0Imagine Breaker sendirian mengalahkan si Level 5 Accelerator. Jika Mikoto, seorang Level 5 lain, membantu Kamijou, kalahnya Accelerator akan ditentukan sebagai dikalahkan sekumpulan orang, termasuk seorang Level 5.

“Kalau kau mau menyelamatkan Misaka Imouto, serahkan ini padaku,” kata anak laki-laki itu.

“Aku akan kembali bersamanya,” janjinya.

Mikoto melihat ujung jembatan tempat anak laki-laki itu menghilang.

Secara logika, dia tahu bahwa dia tidak bisa melakukan apa pun dengan pergi ke sana. Bahkan, ada kemungkinan bahwa dia akan menghancurkan solusi yang akhirnya bisa didapatkan anak itu. Karena itu, tetap di jembatan itu adalah pilihan yang benar. Dia tahu itu. Semua orang bisa mengerti itu secara logika.

Tetapi...

Sesuatu yang melebihi logika tidak ingin mengerti hal itu.

Mikoto menggertakkan giginya.

“...Apa kau benar-benar pikir aku bisa melakukan itu!?”

Pada akhirnya, Mikoto mengejar Kamijou sambil masih menggendong si kucing hitam.

Dia sama sekali tidak bisa duduk diam begitu saja.

Part 5[edit]

Tepat pukul 8.30 PM, dipo kereta api itu berubahh menjadi medan perang.

Kilatan putih kebiruan seperti dari flash kamera menerangi dipo yang gelap itu.

Kaki Misaka Imouto dan Accelerator menendang batu-batu kerikil di tanah.

Jarak antara mereka kurang dari 10 meter.

“Hah. Apa!? Apa kau berkeliling begitu saja tanpa rencana? Kalau kau begitu suka dengan rasa sakit, akan kubuat kau menangis begitu hebatnya jadi kau lebih baik makan permen pelega tenggorokan sekarang!”

Dengan tangannya yang masih terentang, Accelerator menunduk dan mendekati Misaka Imouto seperti hewan karnivora yang buas.

Dia tidak perlu memikirkan pertahanan. Bahkan sebenarnya dia juga tidak perlu memikirkan penyerangan. Bagi seseorang yang bisa memantulkan segala jenis serangan dan karenanya bisa membunuh lawannya hanya dengan menyentuh, sebuah pertarungan tidak lebih dari memikirkan cara yang paling cepat dan paling pasti untuk menyentuh lawan.

Karena dia bisa memantulkan segala jenis serangan, tidak ada yang bisa menghalangi kakinya dari membawanya semakin dekat. Misaka Imouto dihadapi oleh kekejaman yang tidak masuk akal yang seperti mengemudikan sebuah tank ke tengah kerumunan demonstran.

“Ah!?” adalah teriakan tidak senang dari Accelerator.

Misaka Imouto mundur untuk menjaga jarak antara dia dan Accelerator, seolah dia sedang kabur dari majunya Accelerator. Misaka Imouto memperhatikan situasi di sekelilingnya dengan seksama dan terus mundur, kadang ke kiri dan kadang ke kanan. Hewan buas yang adalah Accelerator mengejarnya dengan mata yang terlihat sepenuhnya bosan.

“Ayo ayo ayo! Ini menyedihkan! Apa yang kauharapkan?! Tak peduli seberapa lama kau mengulur waktu, keajaiban tak akan datang!”

Misaka Imouto tidak mendengarkan. Dia tidak melakukan apa pun kecuali menjaga jarak antara dirinya dan musuhnya sambil tetap menjaga musuhnya dalam jarak pandangnya. Accelerator merasa seperti pembuluh darah di kepalanya akan meledak, tapi kemudian dia menyadari bahwa gadis itu sedang menyetrum udara sekitarnya.

“Oh, ayolah! Kau pasti tahu kalau itu tidak berguna sama sekali! Dan aku tidak akan ikut bermain dengan usahamu bertahan hidup yang menyedihkan ini!”

Accelerator tertawa mengejek. Dia bisa memantulkan semua serangan yang dilancarkan kepadanya dan Misaka Imouto sengaja tidak menembakkan listrik padanya karena takut pada hal itu. Percikan listrik berterbangan di sekeliling Accelerator, tapi tidak ada serangan yang mengarah padanya.

“Kenapa dia?”

Accelerator menggertakkan giginya, tapi kemudian dia sadar bahwa dia kehabisan napas. Awalnya dia pikir bahwa dia telah terlalu banyak menggunakan oksigen dengan berbicara sambil berlari, tapi ini terlalu aneh untuk hal itu. Sebuah bau tajam membuat suara lonceng bahaya di kepalanya.

“Malam ini adalah malam yang tidak berangin.” Suara Misaka Imouto bergema ke seluruh udara diam di dipo kereta. “‘Karena itu, Misaka mungkin punya kesempatan menang,’ kata Misaka mengklaim.”

Accelerator memeriksa sekelilingnya sekali lagi. Misaka Imouto terus berlari kabur, Imouto terus menembakkan serangan listrik padanya, dia anehnya kekurangan napas, dan dia bisa memantulkan segala serangan langsung.

(Ohhh, aku mengerti. Ozon, hah?)

Oksigen di udara bisa dipecahkan dengan listrik. Molekul oksigen biasanya dibentuk dari dua atom oksigen, tapi ketika kedua atom oksigen itu memisah, mereka cenderung membentuk ikatan dalam grup tiga atom sebagai ozon.

Oksigen dan ozon adalah dua hal yang berbeda. Menghirup ozon tidak akan memuaskan paru-paru.

Dan jelas dari penggunaan ozon dalam sterilisasi, ozon itu beracun.

Tidak ada serangan yang bisa mencapai Accelerator, tapi itu tidak mengubah fakta bahwa dia masih seorang manusia yang menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Jika seluruh oksigen dihilangkan dari sekelilingnya, dia akan menderita karena kekurangan oksigen.

Misaka Imouto tidak perlu mendekati Accelerator. Bahkan, dia harus menjaga jaraknya dengan Accelerator agar serangan Accelerator tidak bisa mengenainya sementara dia terus merampok oksigen dari Accelerator.

“Bagus, bagus, sempurna!! Kutarik kembali kata-kataku, kau adalah musuh yang pantas! Ha ha!! Sekarang, ini baru perubahan yang sempurna! Setelah aku membunuh 10.000 dari kalian, akhirnya kalian berhasil memikirkan ide bagus!”

Accelerator mengejar Imouto sambil tertawa senang. Walaupun dia sedang terpojok, dia masih menikmatinya dari hatinya yang paling dalam.

“Tapi!! Ada satu titik lemahnya!”

Pundak Misaka Imouto bergetar karena terkejut.

“Rencanamu akan gagal kalau aku menyusulmu!!”

Kaki Accelerator sekonyong-konyong membuat batu kerikil di belakangnya meledak. Dia telah mengubah vektor untuk pergerakan kakinya. Seolah-olah ada roket yang ditembakkan dari bawah kakinya, dia melesat seperti peluru sejauh 7 meter ke depan dalam satu langkah. Misaka Imouto berusaha melompat lebih jauh ke belakang, tapi Accelerator tanpa ampun terbang berkali-kali lipat lebih cepat darinya.

“Kalau kau tidak berusaha menghindar ini dengan seluruh kemampuanmu, kau benar-benar akan mati!”

Sambil berteriak, dia memukul dengan tangan kanannya. Pukulannya lembut, seolah dia sedang mengelus pipi Imouto…dan meskipun begitu, sebuah suara patah keluar dari leher Misaka Imouto ketika menerima serangan itu. Pandangannya berputar-putar sebagaimana seluruh tubuhnya berputar seperti baling-baling bambu sebelum terhempas ke tanah kerikil.

Serangan Accelerator menghasilkan semua efek itu, tapi sebenarnya dia tadi menahan kekuatannya.

Jika Accelerator benar-benar serius ingin membunuhnya, badan Imouto harusnya meledak tepat ketika Accelerator menyentuh kulitnya.

“Sekarang, sebuah pertanyaan. Sudah berapa kali kau dibunuh!?”

Sambil memberikan senyuman yang kelihatan hancur, Accelerator terlihat seperti kegelapan yang mengambang di atas Imouto.

Senyuman yang membelah wajahnya memenuhi pandangan Imouto.

Ejekan keluar dari mulutnya yang terbuka begitu lebar hingga air liurnya hamper bertumpahan.

Accelerator kembali memiliki posisinya yang tak terkalahkan. Misaka Imouto menggulung di tanah, tapi ujung sepatu Accelerator melewati celah pertahanan yang dilakukannya dan menusuk tubuhnya. Tinju Accelerator berterbangan dan memukul Imouto di punggung. Accelerator menahan tenaga di setiap pukulannya agar tubuh Imouto tidak hancur. Imouto dilemparkan ke dalam spiral berisi rasa sakit yang intens seolah-olah dia dilemparkan ke dalam drum yang dipukul dengan bat metal dari luar.

“Ghgh…!?”

Misaka Imouto bahkan kesulitan tetap menggulung diri, dan akhirnya kalah oleh tenaga sebuah tendangan ke perutnya. Dia pingsan menghadap ke atas. Dahinya pasti telah tergores karena dia tidak bisa melihat dari salah satu matanya karena ditutupi darah yang mengalir dari dahinya. Dia bisa melihat Accelerator yang napasnya memburu dengan penglihatannya yang kabur. Accelerator mengusap air liur yang mengalir dari senyuman yang membelah wajahnya.

Walaupun setelah semua yang terjadi, Misaka Imouto tidak membenci Accelerator. Bukan karena dia ingin tapi tidak bisa. Dia hanya sekedar tidak melihat nilai dari nyawanya sendiri. Setelah eksperimen yang nyawa seharga 180.000 yen-nya digunakan ini selesai, tubuhnya akan diambil dan dibuang, seperti katak yang telah dibedah.

Hanya itu saja.

Harusnya cuma begitu saja.

Tetapi Accelerator tiba-tiba berhenti bergerak seolah-olah menyadari sesuatu. Dengan perlahan dia memutar kepalanya dan melihat sesuatu dari atas pundakya.

(Apa…?)

Dari posisi Misaka Imouto yang telentang di atas tanah, tubuh Accelerator menghalangi pandangannya kepada apa pun itu yang sedang Accelerator lihat. Tetapi Accelerator membatu. Seluruh eksperimen ini ada untung mengangkatnya dari status “terkuat” menjadi “tak terkalahkan”, tapi sepertinya saat itu dia melupakan semuanya.

Index v03 241.jpg

“…Hei. Apa yang akan terjadi pada eksperimen ini kalau hal ini terjadi?” gumam Accelerator masih membatu di tempatnya.”

Misaka Imouto merasa bahwa itu adalah hal yang aneh untuk ditanyakan pada orang yang sedang dibunuhnya, tapi Accelerator masih tidak bergerak dari tempat itu.

Misaka Imouto merangkak di atas kerikil agar dia bisa melihat apa yang sedang dilihat Accelerator.

Seseorang sedang berdiri di celah antara tumpukan container yang mengelilingi dipo kereta api.

Yang berdiri di sana adalah seorang manusia biasa yang tidak berhubungan sama sekali dengan eksperimen ini.

Yang berdiri di sana adalah Kamijou Touma.

Accelerator tidak tahu apa prosedur yang harus dilakukan jika ada orang biasa yang masuk ke area eksperimen. Dia kelihatan tidak tahu apa yang harus dilakukan pada anak SMA yang tiba-tiba mucul itu.

“…Menyingkir darinya,” kata Kamijou seolah sedang menusuk Accelerator.

Tubuh Kamijou begitu diselimuti amarah hingga sepertinya percikan listrik statis akan muncul jika ada yang menyentuhnya.

“Menyingkir dari Misaka Imouto. Apa kau tidak bisa mendengarku?”

Accelerator mengernyit karena kata-kata Kamijou. Dia lalu menoleh kembali ke Misaka Imouto. Dia megembalikan pandangan merahnya pada Imouto.

“Hei, Misaka itu nama dari yang asli, ‘kan? Kalau dia tahu itu, berarti dia pasti mengenalmu. Ayolah, jangan bawa orang yang tidak terkait ke tempat eksperimen.”

Ekspresi Accelerator jelas memastika bahwa Kamijou menghancurkan kesenangannya.

“…Maksudku, ayolah. Sekarang apa yang harus kulakukan? Kurasa hal yang standar adalah membungkam orang yang mengetahui eksperimen rahasia ini, tapi itu akan menyisakan rasa tidak enak di mulutku. Dia bukan boneka yang bisa dibuang. Dia cuma seorang manusia bia-…”

“Tutup mulutmu dan jauhi dia, dasar preman rendahan!!”

Kemarahan Kamijou yang bagaikan petir memotong perkataan Accelerator.

Accelerator melihat ke arahnya seakan-akan dia sedang melihayt sesuatu yang sama sekali tidak bisa dipercaya.

Seolah-olah dia adalah seorang anak kecil yang belum pernah diteriaki orang lain sebelumnya.

“Kau siapa? Apa kau tahu kau sedang bicara degan siapa? Aku bukan hanya salah satu dari tujuh orang Level 5, tapi akulah yang berdiri di atas mereka semua. Dan kau memanggilku preman rendahan? Kau gila? Kaupikir kau itu dewa atau semacamnya? Jangan buat aku tertawa.”

Suara pelan dan rendahnya ditemani niat membunuh yang keluar ke udara di sekitarnya seperti listrik statis.

Niat membunuhnya yang masif terasa seperti jutaan bola mata yang memelototi Kamijou dari dalam kegelapan malam itu.

“…”

Walau begitu, anak laki-laki itu terus memelototi Accelerator.

Pandangannya yang bersinar mengatakan dalam diam bahwa dia tidak peduli sedikit pun apakah lawannya itu adalah yang terkuat atau yang terbaik atau yang terhebat atau yang paling apa pun.

“…Heh. Ini baru menarik.”

Mata merah Accelerator membeku.

Terkuat dan tak terkalahkan itu berbeda. Ketika seseorang itu tak terkalahkan, siapa yang akan menang itu sudah jelas bahkan sebelum pertarungan dimulai, tapi jika seseorang adalah yang terkuat, kekuatannya baru bisa diketahui setelah pertarungan dimulai.

Dengan kata lain, fakta bahwa Accelerator adalah yang terkuat berarti dia masih berada dalam level di mana orang-orang masih mencoba bertarung dengannya.

“…Kau benar-benar menarik.”

Pandagan Accelerator telah berpindah dari Misaka Imouto ke Kamijou. Dia menyisihkan eksperimen itu dan memberikan prioritas seratus kali lipat pada menghancurkan pandangan Kamijou.

Panas merah yang gila menghuni mata bocah putih itu.

Senyumannya tipis dan lebar. Membelah wajahnya seperti keju meleleh yang melar ke kiri dan ke kanan.

“…”

Meskipun begitu, Kamijou tidak mundur sedikit pun.

Sebaliknya, dia maju selangkah.”

“Apa yang sedang kau-…?”

Misaka Imouto benar-benar syok.

Anak laki-laki itu akan menghadapi Accelerator. Dia tidak memiliki senjata apa pun dan dia akan melawan orang yang bisa menghancurkan seluruh tentara sendirian sambil tetap tersenyum.

Anak laki-laki itu telah bicara pada Accelerator.

Dia telah menyuruh Accelerator agar menjauhi dirinya.

Dengan kata lain, alasan anak laki-laki itu berada di medan perang ini adalah…

Alasan anak laki-laki itu mempertaruhkan nyawanya dalam pertarungan itu adalah…

“‘…Apa yang sedang kaulakukan,’ tanya Misaka?” kata Misaka Imouto dalam suara bergetar.

- A-aku mengerti, Imouto. Tapi kalian berdua kelihatan identik – identik dalam tinggi dan berat yang sama, ya ‘kan?

Berapa kali pun Misaka Imouto mati dalam eksperimen itu tidak menjadi masalah karena kehidupannya tidak memiliki nilai.

- Hei. Terima kasih sudah membawakan minuman dan membunuh kutu kemarin.

Tapi anak laki-laki itu tidak terkait sedikit pun dengan eksperimen ini dan dia tidak bisa diproduksi secara massal.

-Ah, iya! Nama! Ini kucingmu, jadi bertanggungjawablah dan berikan dia nama!

Seorang yang asli, yang hanya ada satu di dunia ini, akan terluka karena eksperimen ini.

(Apa ini…?)

Misaka Imouto merasakan semacam rasa sakit dalam tubuhnya sendiri.

Tak peduli seberapa keras pun dia berpikir, dia tidak bisa memastikan sumber rasa sakit itu.

(Misaka memiliki beberapa pertanyaan tentang keadaan mentalnya sendiri.)

Meski begitu, Kamijou tidak merespon. Dia maju selangkah lagi ke arah medan perang itu.

Misaka Imouto berhenti berpikir dan berbicara untuk menghentikan Kamijou.

“‘Apa yang sedang kaulakukan?’ tanya Misaka untuk kedua kalinya. ‘Misaka adalah sebuah imitasi yang bisa dibuat ulang sebanyak apa pun yang diperlukan sedangkan kau tidak bisa digantikan, jadi apa yang sedang kaulakukan?’ tanya Misaka untuk ketiga kalinya.”

Tidak ada yang inkonsisten dengan logikanya. Tidak ada gangguan dalam nada suaranya. Kata-katanya sangat tepat seolah-olah dia dijalankan berdasarkan sebuah program, jadi Imouto menyimpulkan bahwa keadaan mentalnya baik-baik saja.

Walau begitu, jantungnya masih berdetak sangat kencang. Napasnya begitu pendek dan dia tidak bisa menghirup oksigen sebanyak yang diperlukan.

Misaka Imouto ingin menghentikan anak laki-laki itu dari memasuki wilayah eksperimen itu.

Misaka Imouto ingin menghentikan anak laki-laki itu dari berhadapan dengan Accelerator.

Tetapi tubuhnya yang babak belur dan tidak berguna tidak mengizinkannya bergerak seperti yang dia inginkan. Itulah kenapa dia terus berusaha menghentikan anak laki-laki itu dengan perkataanya sementara dia tergeletak di atas tanah penuh kerikil.

Dia tidak sadar bahwa perkataannya itu sendiri tidak berfungsi apa pun selain menarik anak laki-laki itu lebih cepat ke dalam medan tempur.

“‘Misaka bisa diproduksi secara otomatis hanya dengan menekan sebuah tombol selama mesin dan bahan kimia yang sesuai sudah dipersiapkan,’ jelas Misaka. ‘Misaka memiliki tubuh buatan dan pikiran pinjaman. Harga dirinya adalah 180.000 yen dan ada masih ada cadangan 9968 lagi, jadi menghentikan eksperimen ini hanya untuknya itu…’”

“…Diam,” gumam anak laki-laki itu memotong perkataan Misaka Imouto.

“Apa?” balasnya.

“Kubilang diam. Itu semua tidak ada artinya. Kau punya tubuh buatan? Kau punya pikiran pinjaman? Kau bisa diproduksi secara otomatis hanya dengan menekan sebuah tombol selama mesin dan bahan kimia yang sesuai sudah dipersiapkan? Hargamu 180.000 yen? Yah, aku tidak peduli dengan semua itu! Itu semua tidak ada artinya!” teriak anak laki-laki itu ke langit malam seiring api kemarahannya membara.

Dan meskipun begitu, suaranya terganggu seolah dia sedang berdiri di bawah hujan yang dingin.

“Aku berdiri di sini untuk menyelamatkan kau! Aku di sini bukan untuk orang lain. Aku bertarung untuk menyelamatkan dirimu! Jadi fakta bahwa kau punya tubuh buatan, pikiran pinjaman, bisa diproduksi secara otomatis hanya dengan menekan sebuah tombol, berharga 180.000 yen, atau hal tidak signifikan lainnya tidak ada artinya !”

Misaka Imouto tidak mengerti.

Dia tidak mengerti apa yang ingin dikatakan oleh anak itu. Tidak ada kebohongan sedikit pun dalam perkataan Imouto. Dia adalah sebuah entitas yang bisa diproduksi secara otomatis hanya dengan menekan sebuah tombol. Jika ada satu yang hilang, satu lagi bisa dibuat untuk menggantikannya. Jika 20.000 hilang, 20.000 lagi bisa dibuat untuk menggantikannya. Itulah dirinya.

“Dirimu cuma ada satu di dunia ini! Kenapa kau tidak bisa mengerti hal sesederhana itu!?”

Tapi entah kenapa, teriakan anak itu sampai padanya.

Bukannya dia tidak percaya apa yang anak itu katakan.

Misaka Imouto masih merasa bahwa tidak ada masalah berapa pun nyawanya yang hilang.

Tetapi, masih ada satu orang yang berteriak bahwa dia tidak ingin kehilangan eksistensi kecil itu.

Anak laki-laki itu memang tidak memiliki kekuatan.

Tidak mungkin dia memiliki apa pun yang bisa membuatnya disebut sebagai yang terkuat dari Academy City.

“Jangan pergi dan mati begitu saja. Masih banyak hal yang ingin kukatakan padamu.”

Walaupun begitu, Misaka Imouto merasa bahwa anak laki-laki itu kuat.

“Aku akan menyelamatkanmu sekarang, jadi diam dan lihat saja.”

Dia merasa bahwa cara hidup anak itu membuatnya lebih kuat dari siapa pun juga.

Part 6[edit]

Accelerator mungkin memang yang terkuat, tapi dia bukan tak terkalahkan.

Imagine Breaker milik Kamijou bisa menghancurkan segala jenis kekuatan supernatural, bahkan jika itu adalah mukjizat Tuhan. Meskipun kekuatan refleksi milik Accelerator adalah pertahanan sempurna yang bahkan bisa menolak ledakan nuklir, Kamijou tahu bahwa kekuatannya itu harusnya tidak bisa menahan tangan kanannya.

Accelerator adalah yang terkuat dan karenanya dia bisa berdiri melawan seluruh dunia di saat yang sama.

Tetapi, kekuatannya tidak cukup absolut untuk bisa bertahan melawan Imagine Breaker.

Kesempatan untuk menang berada dalam galat yang sedikit itu.

“...”

Kamijou memperhatikan area itu.

Seratus meter di sekitarnya, tanah hanya ditutupi oleh kerikil dan rel baja. Kamijou Touma dan Accelerator berdiri di permukaan yang datar tanpa tempat untuk bersembunyi itu. Mereka dipisahkan jarak 10 meter. Jarak itu bisa ditutup dalam tiga empat langkah jika salah satu dari mereka mulai berlari.

Kamijou berhenti bernapas.

Dia menurunkan seluruh tubuhnya seperti pegas dan...

“Ooohhhhhh!”

Dia mulai berlari seperti ledakan ke arah Accelerator.

Tetapi Accelerator tidak bergerak dari tempatnya. Bahkan dia tidak mengepalkan tangannya. Kedua tangannya tetap menggantung di sisinya, dia tidak menggunakan kakinya untuk memindahkan pusat gravitasinya, dan sebuah senyuman membelah wajahnya.

Accelerator menghentakkan tumitnya ke atas kerikil seolah-olah dia sedang menghentakkan kakinya sesuai ritme lagu.

Tepat saat itu, kerikil di bawah kakinya meledak seperti dia baru saja menginjak ranjau darat.

Sejumlah besar batu kerikil menyebar ke setiap arah dan di jarak dekat ledakan itu mengingatkan pada tembakan shotgun.

“...!”

Ketika Kamijou menyadari apa yang sedang terjadi, semua sudah terlambat.

Dia segera mengangkat tangannya untuk melindungi wajahnya dan lebih dari selusin batu dengan ukuran bervariasi menghantam tubuh Kamijou. Baru saja dia rasa kakinya terangkat dari tanah karena hantaman yang keras itu, seluruh tubuhnya dihempaskan dengan paksa ke belakang. Dia terguling-guling di atas tanah sebelum akhirnya berhenti beberapa meter ke belakang.

“...Terlalu lambat,” kata sebuah suara tidak senang yang kedengaran seperti potongan-potongan logam berkarat sedang digesekkan satu sama lain.

Rasa sakit yang intens membuat Kamijou kehilangan arah dan dia hanya melihat ke arah suara itu dengan pandangan kosong, sama sekali lupa untuk bangkit.

“Itu sama sekali tidak cukup. Kecepatanmu itu seratus tahun terlalu lambaaaaaattt!”

Accelerator menghentakkan kakinya lagi.

Dia pasti telah mengubah vektor hentakan itu dengan cara tertentu karena sebuah rel baja yang ada di kakinya berdiri di atas salah satu ujungnya seolah-olah ada pegas di bawahnya. Accelerator menggunakan pukulan dengan punggung tangannya seolah-olah dia hanya sedang membersihkan jaring laba-laba dan menerbangkan rel itu.

Aksinya tidak lebih dari pukulan pelan yang digunakan seseorang pada anak kecil yang nakal, tetapi suara keras seperti lonceng gereja bergema ke seluruh dipo. Rel baja itu membengkok seperti huruf V dengan cekungan dangkal dan terbang lurus ke arah Kamijou seperti peluru.

“!!”

Kamijou dengan panik berguling dan melompat dari jalur terbang rel baja itu.

Segera setelahnya, potongan baja yang hancur itu menusuk tanah seperti sebuah pedang suci di tempat tepat Kamijou tadi berbaring.

Kamijou berpikir dia berhasil menghindarinya dengan tipis, tetapi potongan baja itu memiliki massa ratusan kilogram. Ketika rel itu menghantam tanah, sejumlah besar batu kerikil diterbangkannya ke udara. Seperti sebuah meteorit yang menghempas laut.

Bebatuan kecil yang jumlahnya tak terhitung menusuk-nusuk tubuh Kamijou.

Hantaman ke dadanya ini memaksa seluruh oksigen di paru-parunya keluar.

“Gh...Ah...!”

Accelerator menembakkan rel baja kedua dan ketiga ke arah Kamijou yang sedang berguling di tanah.

Potongan-potongan baja yang terbang melintasi udara itu sama tidak-bisa-dihindarinya bagi manusia dengan peluru pistol.

Satu saja serangan yang terkena langsung berarti kematian dan bahkan dengan tipis menghindarinya juga akan berujung pada luka karena kerikil yang berterbangan karena hantamannya, yang dengan perlahan tapi pasti menggunung dan berujung pada kematian.

Yang Kamijou bisa lakukan hanyalah berlanjut berguling sepanjang tanah, mencoba membaca arah kerikil akan terbang, kemudian melompat ke arah yang sama dengan kerikil itu untuk mengurangi lukanya sebanyak mungkin.

Dia tidak bisa mendekat.

Dia menghindari 10 atau 20 peluru baja itu dan dihantam oleh kerikil yang terbang setiap kalinya, tapi dia dengan bertahap menjauh dari pusat dipo kereta api dan menuju bagian luarnya.

Meskipun begitu, Kamijou merasa bahwa pertarungan itu berada dalam keadaan remis.

Memang benarr bahwa hanya dialah yang terkena serangan, tetapi dia percaya bahwa Accelerator tidak akan memberikan serangan yang menentukan.

Tapi suara udara yang diiris-iris memotong pemikirannya.

“...?”

Kamijou pikir ada rel yang terbang ke arahnya, jadi dia segera melompat ke belakang. Dia melakukan itu untuk mengurangi hantaman dari kerikil yang berterbangan walaupun hanya sedikit, tapi peluru baja itu tidak pernah datang.

Kamijou mengernyit curiga sambil menjaga pertahanannya.

Rel baja itu terbang melewati atas kepala Kamijou dan menancap ke tanah di belakangnya.

“!?”

Kamijou telah melompat ke arah belakang bermaksud untuk mengurangi luka yang diterimanya.

Kerikil terbang ke arahnya dari jarak dekat dari arah berlawanan dengan yang dia perkirakan. Seperti berlari ke arah truk yang bergerak dengan kecepatan 100 kph ketika kau juga berlari dengan kecepatan 100 kph. Aksinya sendiri menggandakan rasa sakit yang menusuk punggungnya. Napasnya berhenti seolah-olah dia dipukul dengan sebuah bat di punggungnya dan dia dengan menyedihkan tumbang ke tanah.

Suara benda-benda yang memotong langit malam berlanjut.

Kamijou melihat ke atas dan melihat sejumlah rel baja terbang ke arahnya.

(Ap-...?)

Kamijou segera berusaha berguling keluar dari jalurnya, tetapi seluruh rel itu mendarat di semua sisi Kamijou secara bersamaan. Seolah-olah dia sedang dipukuli oleh 5-6 orang, batu kerikil menghantamnya dari segala penjuru.

Dia tidak bisa bertahan atau menghindari serangan itu. Kehilangan seluruh pilihan, Kamijou hanya bisa terbengong di sana sementara lebih dari 100 batu-batu kecil menusuknya. Badannya terhempas-hempas, membuatnya terlihat seperti udang yang diseret ke daratan.

“Gh...gheah...! Ahh...aahhh...!”

Meskipun begitu, Kamijou berhasil menggenggam salah satu rel baja yang menancap ke tanah di dekatnya untuk berdiri. Kakinya masih gemetaran karena luka dari serangan listrik Mikoto dan mulutnya dipenuhi rasa darah.

Dia nyaris tidak bisa menjaga kesadarannya ketika dia melihat kejadian itu.

Di kejauhan di depannya, dia melihat Accelerator sedikit menundukkan seluruh tubuhnya seperti pegas.

“Ah hah! Lihat!? Kau lambat, sangat lambat, terlalu sangat lambat! Bisakah kau menjadi seekor rubah dan menyenangkan pemburumu atau kau tidak lebih dari babi yang menunggu untuk dimakan, preman rendahan!?”

Saat itu, ada jarak sekitar 30 meter antara Accelerator dan Kamijou.

Meskipun begitu, Accelerator menutup jarak itu menjadi 0 dalam hanya dua langkah.

Kerikil di kakinya meledak seperti disemburkan oleh roket dan Accelerator melesat ke arah Kamijou dengan kecepatan tinggi ketika dia bergerak nyaris seperti batu yang melompat di atas permukan air.

Ketegangan memenuhi perut Kamijou.

Dia langsung berusaha memukulkan tinjunya, tetapi kaki Accelerator menghantam tanah lebih dulu.

Rel baja yang terletak di kakinya berdiri seakan-akan ada pegas di bawahnya. Baut di rel itu lepas seperti kancing baju.

Sebelum Kamijou bisa merespon dengan terkejut, rel yang naik itu sudah menghantamnya di dagu seperti sebuah uppercut.

“Ghah...!”

Tubuhnya terbang dan ruang setinggi 20 cm terbuka antara kakinya dengan tanah. Accelerator memperhatikan ini dengan wajah puas dan membuka tangan kanannya seolah tangannya itu adalah cakar milik iblis dan mengarahkannya ke tubuh Kamijou yang terbang di udara.

Itu adalah tangan yang sama dengan tangan yang telah menerbangkan rel baja seperti peluru hanya dengan pukulan pelan.

“...!!”

Kamijou melihat tangan kanan Accelerator bergerak ke arahnya seperti ular berbisa dan dengan segera mengulurkan tangan kanannya meskipun dia masih berada di udara. Dengan keberuntungan kecil, tangan kanan Kamijou entah bagaimana berhasil menepis tangan Accelerator.

Yang dilakukannya hanya itu, tetapi Accelerator melihat ke atas ke arah Kamijou seolah-olah dia baru saja melihat suatu hal yang benar-benar mustahil.

Seperti untuk membuang sesuatu yang menempel, Accelerator menginjak tanah dengan penuh tenaga.

Injakannya mengubah kerikil menjadi sebuah senjata yang berbahaya dan senjata itu menghantam seluruh tubuh Kamijou yang masih melayang di udara. Dia berhenti bernapas dan jatuh ke tanah seperti mayat. Setelah berguling beberapa meter dengan lengan dan kaki yang terulur, dia terhenti karena punggungnya menghantam sesuatu.

“...?”

Sisi sebuah kontainer.

Itu adalah bagian dari tumpukan kontainer yang mengelilingi dipo kereta api itu. Accelerator dan Misaka Imouto berada di tengah dipo itu, jadi Kamijou pasti telah menempuh lusinan meter ketika menghindari berbagai serangan dari Accelerator.

Kontainer-kontainer itu ditumpuk lima atau enam tingkat dan tumpukan itu hampir sama tingginya dengan gedung tiga lantai.

Untuk sejenak, Kamijou melirik ke dinding kontainer yang ada di punggungnya, tetapi...

“Oh, jadi kau punya waktu untuk melihat ke arah lain!? Kalau kau segitu ingin matinya, aku akan mengubah tubuhmu jadi seni yang sangat indah sampai masuk ke Rekor Dunia Guinness!!”

Ada suara tawa yang penuh kegilaan.

Kamijou dengan panik berbalik tepat pada saatnya untuk melihat Accelerator menunduk, kemudian melompat dari tanah berkerikil beberapa meter darinya. Seharusnya itu hanyalah lompatan vertikal biasa, tapi tubuh ramping Accelerator melesat 4 meter ke udara.

Dia mengarahkan kakinya ke kepala Kamijou.

Kamijou langsung berguling ke samping untuk menghindai serangan itu dan tendangan dari Accelerator menghantam sisi metal dari kontainer yang disandari Kamijou tadi.

Suara keras seperti lonceng gereja bergema di seluruh area itu.

Sekonyong-konyong, tumpukan kontainer itu runtuh.

Seperti tumpukan balok mainan yang balok paling bawahnya ditarik.

Tepat ketika tendangan Accelerator meremukkan kontainer yang paling bawah seolah-olah kontainer itu terbuat dari kertas, kontainer-kontainer yang ditopang di atasnya bergoyang-goyang dan tiba-tiba rubuh. Ketika satu kontainer rubuh, kontainer di sampingnya ikut rubuh dengannya, membuat seluruh tumpukan kontainer itu rubuh seperti sebuah piramida dari kartu.

Kamijou menelan ludah dan melihat ke atas.

Sejumlah kontainer diterbangkan ke udara seperti dadu raksasa dan akan segera menghujaninya.

“!”

Dia langsung melompat berdiri. Tepat ketika dia akan melompat ke samping untuk mencoba menghindari kontainer yang sedang jatuh ke kepalanya, dia melihat sesuatu di ujung penglihatannya.

Dia melihat Accelerator merunduk seolah-olah seluruh tubuhnya adalah sebuah pegas.

Kemudian Accelerator melesat ke depan seperti peluru untuk mengejar Kamijou yang sedang berusaha kabur dari kontainer-kontainer yang jatuh itu.

Accelerator bisa memantulkan segala jenis hantaman, jadi dia tidak perlu mengkhawatirkan cara menghindari hujan kontainer itu meskipun tiap-tiap kontainer itu memiliki massa lebih dari satu ton.

Tapi tidak begitu bagi Kamijou.

Jika dia mencoba menghindari kontainer-kontainer itu, dia tidak bisa menghindari kejaran Accelerator.

Jika dia mencoba menyerang balik Accelerator dengan tangan kanannya, dia akan dihancurkan oleh kontainer-kontainer itu.

“...!”

Kamijou segera menendang kerikil di kakinya ke arah mata Accelerator yang mendekat.

Tentu saja, itu tidak akan menghentikan Accelerator.

“Hah hah! Apa kau benar-benar berpikir itu akan berhasil? Kalau kau mau mencoba itu, paling tidak pastikan kau melakukannya sampai ke batasnya...seperti ini!!”

Accelator memanipulasi vektor dari kerikil-kerikil yang menghantam tubuhnya sehingga kerikil-kerikil itu dipantulkan kembali ke Kamijou dengan kecepatan dua kali lipat.

Kamijou langsung menyilangkan tangannya untuk melindungi wajah dan dadanya.

Sesaat setelahnya, tembakan batu-batu kecil yang seperti shotgun itu menghantam tubuh Kamijou. Tubuhnya terbang beberapa meter ke belakang seolah-olah dia baru saja ditembak oleh selongsong meriam.

Dengan melakukan hal ini, dia menghindari hujan kontainer itu.

Dengan melakukan ini, dia berhasil mendapatkan jarak antara dirinya dan Accelerator.

“Ah?”

Accelerator mengeluarkan suara yang sedikit memuji itu dan kontainer-kontainer itu menghantam tanah sesaat kemudian. Sejumlah besar kerikil terbang ke udara dan awan pasir menghalangi pandangan Kamijou. Tiba-tiba, kontainer yang tak terhitung jumlahnya berguling melalui awan debu itu seolah-olah untuk menggilas Kamijou. Kontainer-kontainer itu menghantam sekelilingnya dengan jalur yang tidak bisa diprediksi, seperti makhluk hidup, seperti dadu yang berdansa di dalam cangkir raksasa.

(Sial...!)

Kamijou melompat keluar dari jalur kontainer itu dengan putus asa.

Akhirnya kontainer-kontainer itu berhenti bergerak, tapi awan debu itu terus mencuri penglihatan Kamijou. Bukan, itu bukan sebuah awan debu. Sepertinya kontainer-kontainer itu menyimpan tepung. Awan dari bubuk itu terlihat seperti kabut warna putih yang mengaburkan dan menghalangi penglihatan Kamijou.

Tirai putih itu mengelilingi Kamijou dari segala arah.

Dia tidak tahu kapan atau dari mana Accelerator akan menembus tirai itu dan menyerangnya. Kamijou merasakan ketegangan tanpa harapan seakan-akan dia dilemparkan ke dalam kandang berisi hewan karnivora dengan kain yang menutup matanya.

Tetapi dia mendengar suara datang dari balik tirai putih di depannya.

Seakan-akan Accelerator dengan sengaja menunjukkan lokasinya.

“Heh. Kelihatannya kontainer-kontainer ini menyimpan tepung, tapi malam indah tak berangin ini mungkin akan menjadikan ini situasi yang sangat berbahaya.

Kamijou melihat ke arah suara itu dengan pandangan bertanya.

“Ada banyak cerita tentang ledakan di dalam tambang, ‘kan? Ledakan-ledakan itu terjadi bukan karena ada yang menggunakan peledaknya dengan cara yang tidak tepat.” Suara itu terdengar seperti sedang menyeringai dan menikmati ini semua. “Ledakan itu terjadi karena debu halus dari bebatuan mengisi udara di dalam tambang. Mirip dengan sekarang.”

Kamijou melompat karena syok.

Dia sadar apa yang akan dilakukan Accelerator, jadi dia menggerakkan tubuhnya yang babak belur sebagai usaha untuk menjauh dari sana.

“Jika ada serbuk yang melayang di udara, serbuk itu bisa dibakar. Laju pembakaran oksigennya sangat cepat, jadi seluruh udara di tempat itu seperti menjadi sebuah bom raksasa.”

Kamijou sudah tidak mendengarkannya lagi.

Dia hanya berlari secepat yang dia bisa tanpa melihat ke samping.

Dia memberikan punggungnya pada Accelerator dan berusaha keluar dari ruang raksasa yang terisi dengan serbuk itu.

Dia berlari, dan berlari, dan terus berlari.

Kemudian suara Accelerator menusuk punggung Kamijou.

“Pasti kau paling tidak pernah mendengar tentang ledakan debu.”

Segera setelahnya, seluruh suara menghilang.

Area dengan radius 30 meter dengan tepung yang tersebar di dalamnya menjadi sebuah bom raksasa. Seluruh area itu diselimuti api dan panas seolah-olah ada bensin yang menguap ke udara dan dibakar.

Kamijou nyaris tidak berhasil keluar dari tirai dari tepung itu ketika ledakan itu terjadi.

Gelombang kejut dari ledakan itu menghantam punggungnya dan menghempaskannya ke tanah penuh kerikil, tapi dia berhasil menghindari dilalap api ledakannya.

Tetapi, ledakan debu berbeda dengan ledakan biasa, karena ledakan debu menggunakan oksigen sebagai bahan bakarnya. Ledakan itu langsung menghabiskan seluruh oksigen di area itu dan menurunkan tekanan udara secara dramatis.

Untungnya, ledakan itu terjadi di ruang terbuka dan bukan di ruang tertutup, jadi ruang vakum tidak tercipta. Tetapi perubahan tekanan udara yang tiba-tiba itu meremas organ tubuh Kamijou dari dalam sampai ke batasnya. Jika yang terjadi adalah ruang vakum, tubuhnya kemungkinan meledak terbuka dari dalam.

“Gah...Ahh...!”

Kamijou menggerakkan tubuhnya yang babak belur dan nyaris tidak berhasil berdiri, sementara lautan api itu menerangi dipo kereta api seolah-olah saat itu adalah tengah hari. Dia berbalik ke arah tumpukan kontainer, tempat awal dia kabur tadi.

Accelerator sedang berjalan di sana.

Dia berjalan melalui api penyucian warna merah yang diciptakannya sendiri.

“Sialan. Aku yakin kau juga baru mengalaminya sendiri, tapi tidak adanya oksigen juga membunuhku. Berengsek, kupikir aku akan mati. Kau harusnya merasa senang. Kurasa kaulah orang pertama di dunia yang membuatku, Accelerator, berpikir kalau dia akan mati.”

Suaranya ringan, seperti sedang berbincang biasa.

“Heh heh. Kurasa aku tidak bisa menggunakan tagline-ku tentang tetap tidak apa bahkan ketika ada ledakan nuklir lagi itu, ya ‘kan? Yah, aku bisa membawa tangki oksigen bersamaku. Mereka membuat tangki yang seukuran kaleng hairspray, ‘kan? Apa kau tahu harganya?”

Keceriaan Accelerator ketika berada dalam api yang seperti neraka itu membuat Kamijou takut.

“...!”

Kamijou segera berusaha mengambil posisi berjaga, tapi luka sudah menyebar ke seluruh kakinya, membuat kakinya gemetaran tak terkontrol.

“...Hm? Apa yang kau coba lakukan?”

Di tengah kobaran api, Accelerator memiringkan kepalanya ke samping seperti anak kecil.

“Seluruh usahamu bahkan tidak berhasil membuatmu selangkah lebih dekat denganku. Dan apa yang kau pikir bisa lakukan jika entah bagaimana kau berhasil mendekatiku?” Accelerator merentangkan kedua tangannya di tengah api neraka itu dengan santai. “Aku bisa memanipulasi setiap vektor yang menyentuh tubuhku. Termasuk aliran darahmu, kau tahu? Dengan kata lain, tepat ketika kau menyentuhku, seluruh pembuluh darah dan organ di dalam tubuhmu akan meledak. Apa kau benar-benar mengerti itu?”

“...”

Kaki Kamijou yang gemetar membeku.

Meskipun tangan kanannya bisa menembus kekuatan refleksi milik Accelerator, apa yang bisa dilakukannya?

Dia hanya bisa menyentuh Accelerator dengan tangan kanannya. Itu sama artinya dengan bertinju dengan satu tangan yang diikat. Dan bahkan jika dia bisa memukul wajah Accelerator dengan tangan kanannya, jika Accelerator berhasil memegang lengannya sebelum dia sempat menariknya...

Accelerator tertawa seperti seorang teman, sementara Kamijou berdiri membatu di tempatnya.

“Yah, tidak usah terlalu khawatir tentang itu. Kau sudah berusaha dengan baik. Bahkan ini adalah mukjizat, kau masih bernapas setelah menghadapiku. Menginginkan yang lebih dari itu sepertinya terlalu egois, tidakkah kau pikir begitu?”

Dia tertawa seperti seorang teman meskipun berada di tengah pertarungan mematikan.

“Berengsek. Kau beruntung potensialmu begitu rendah. Kau terlalu lemah sampai aku tidak bisa menggunakan kekuatan refleksiku padamu dengan tepat. Kau benar-benar menemukan titik lemahku. Judgment bertindak tanpa berpikir dengan kekuatan mereka dan Anti-Skill mengeluarkan seluruh senjata berteknologi tinggi mereka, jadi semuanya berakhir ketika aku memantulkan tembakan pertama.”

Accelerator bertepuk tangan di dalam lautan api itu.

Dia benar-benar terdengar seperti sedang berterima kasih pada lawannya dari lubuk hatinya.

“Kau sudah berusaha dengan baik. Kau benar-benar sudah berusaha dengan baik. ...Jadi sudah saatnya kau istirahat!”

Tubuh Accelerator sedikit merunduk di tengah kobaran api.

Dengan suara menggelegar, anak putih itu melesat seperti peluru ke arah Kamijou, bahkan memadamkan api ketika dia terbang. Ada jarak lusinan meter di antara mereka, tapi dia mengubahnya menjadi nol dalam dua atau tiga langkah. Accelerator menuju tepat ke depan Kamijou dengan gerakan seperti batu yang melompat di atas permukaan air.

Index v03 264.jpg

“...!”

Ketegangan merayap dari perut Kamijou ke atas tenggorokannya.

Tangan kanan penderitaan dan tangan kiri beracun.

Kedua tangan itu bisa mengubah segala vektor yang disentuhnya dan karenanya merupakan tangan-tangan kegelapan yang bisa membawa kematian pada makhluk hidup mana pun. Hanya dengan menyentuh kulit saja, tangan-tangan itu bisa menyebabkan jantung seorang manusia meledak dari dalam dengan memutarbalikkan aliran darah melalui pembuluh kapiler dan memutarbalikkan aliran listrik tubuh melalui permukaan kulit.

Accelerator menyatukan kedua tangannya.

Tangannya dirapatkan di bagian pergelangan seperti sedang memakai borgol dan dia mendorongkannya ke arah wajah Kamijou.

Kamijou langsung berusaha mundur, tapi kakinya yang gemetar tidak bisa bergerak dengan benar.

Tangan-tangan yang bisa menghancurkan jiwa seseorang itu mendekat di depan mata Kamijou.

“Berengseeeeeeeeeeeeeeeeeeeekkkkkkkkk!”

Kamijou dengan refleks menutup matanya dan mengayunkan tangan kanannya ke atas, bersiap untuk yang terburuk. Karena dia telah menutup pandangannya, dia tidak tahu sama sekali ke mana dia mengarahkan tinjunya.

Dengan sensasi tumpul, tangan kanannya memukul Accelerator di wajahnya.

“Eh?”

Yang pertama mengekspresikan keterkejutannya pada hasil itu adalah Kamijou, bukan Accelerator. Kamijou benar-benar tidak menyangka pukulannya kena dan bahkan jika kena, dia tidak menyangka tinjunya yang sudah babak belur memberikan luka sedikit pun.

Tetapi Accelerator terhuyung ke belakang dan sekarang sedang meringis di atas tanah berkerikil.

“Ah? Ow... Ha ha... Apa-apaan ini? Oh, wow. Ha ha ha. Sialan. Sempurna, sempurna. Yang barusan itu hebat! Bagus! Sekarang kau sudah melakukannya!”

Anak putih itu tertawa gila sambil berjongkok di tanah seperti seekor iblis yang akan tumbuh sayapnya.

Tapi Kamijou tidak mendengarkan.

Ketika dia memikirkannya, semuanya sudah aneh sejak awal.

Kenapa dia tidak menyadarinya setelah bertarung melawan Accelerator selama itu?

Ada perbedaan kekuatan yang sangat jauh antara Kamijou dan Accelerator. Accelerator bisa membunuh orang hanya dengan menyentuhnya. Di sisi lain, Kamijou akan mati dalam sesaat jika dia menyentuh Accelerator dengan bagian tubuh selain tangan kanannya.

Ditambah lagi, Kamijou tidak bisa menggerakkan kakinya dengan benar karena luka yang diterimanya dari serangan listrik Mikoto.

Dia berada dalam kerugian seberat itu, dan meskipun begitu...

(Mungkinkah...?)

Accelerator menerjang ke arah Kamijou.

Tangan kanan yang bisa membunuh hanya dengan sebuah sentuhan terarah langsung ke wajah Kamijou.

(Mungkinkah dia...?)

Kamijou menghindarinya hanya dengan mengayunkan kepalanya ke samping.

Kamijou tidak pernah mengikuti pelatihan militer atau apa pun, tapi dia dengan mudah menghindarinya.

(Apakah dia...?)

Kamijou mengepalkan tinju kanannya.

Dia bergerak masuk ke arah Accelerator untuk membalas serangan Accelerator yang meleset.

(Apa dia sebenarnya...benar-benar sangat lemah?)

“Gbah!?”

Tinju Kamijou menghantam wajah Accelerator. Kamijou menggerakkan tangannya maju dan mundur dalam jalur yang kompleks seperti seseorang yang mengayun-ayunkan pisau, tapi Accelerator tidak sekali pun menggores kulitnya. Kamijou menyelip melewati lengan mirip ular berbisa milik Accelerator dan menyerang wajah Accelerator dengan tinjunya berkali-kali.

“Berengsek, apa!? Gerakan aneh macam apa itu!? Kau bukan belut, jadi berhentilah meliuk-liuk dan diamlah!”

Accelerator berusaha menggenggam tinju yang menusuk wajahnya, tapi gerakan mulus tangan Kamijou yang seperti ular mencegahnya melakukan itu.

“Hah. Kau tidak pernah kalah.” Kamijou seperti berdansa dengan langkah kaki akurat. “Dan itulah kenapa kau lemah! Kau mengalahkan seluruh musuhmu dalam satu serangan dan kau bisa dengan mudah memantulkan serangan apa pun. Karenanya tidak mungkin kau bisa tahu cara berkelahibertarung!”

Perkataan itu menyimpulkan perbedaan di antara mereka.

Pertarungan Accelerator tidak memiliki kesempatan baginya untuk kalah. Pertarungan-pertarungannya hanyalah pembantaian satu arah. Karena kekuatannya terlalu kuat, dia tidak pernah perlu belajar bertarung.

Kuda-kudanya lemah. Dia tidak mengepalkan tinjunya. Jemarinya terbuka seperti sedang meminta untuk dimasukkan ke dalam dan dia tidak berpikir tentang pijakan atau pusat gravitasinya.

Tetapi kekuatan Accelerator begitu kuat hingga dia tidak perlu berpikir tentang hal-hal seperti itu.

Jika kau bisa membunuh musuh mana pun dalam satu serangan, tidak ada alasan untuk berlatih dalam teknik untuk mengalahkan musuhmu dengan baik.

Jika kau bisa memantulkan serangan apa pun, tidak ada alasan untuk berusaha memprediksi dan menghindari atau bertahan dari serangan lawanmu.

Sederhananya, teknik dan usaha adalah hal-hal yang orang lemah gunakan untuk menambah kekuatan mereka.

Tapi kekuatan itu bukanlah kekuatan milik Accelerator. Itu adalah kekuatan dari kemampuan espernya.

Jadi apa yang terjadi jika ada sebuah tangan kanan yang bisa menyegel kemampuan itu?

Accelerator bukanlah orang yang benar-benar tidak ada cara untuk mengalahkannya. Dia bukan seseorang yang tak terkalahkan.

Dia hanya jauh sangat susah untuk dikalahkan. Dia hanyalah yang terkuat.

Kesempatan bagi kemenangan Kamijou berada dalam celah sempit antara yang terkuat dan yang tak terkalahkan.

“Tch. Tutup mulutmu, dasar kelas tiga!!!”

Kaki Accelerator dihentakkan pelan ke tanah.

Seperti ada pegas di bawahnya, sebuah rel baja yang ada di kaki Accelerator berdiri.

Jika dia memukulnya, potongan baja itu akan terbang langsung ke tubuh Kamijou.

Tapi Kamijou tidak membiarkannya.

Untuk menghentikan serangan yang sudah dia prediksi kedatangannya itu, tinju kanan Kamijou menghantam wajah Accelerator. Accelerator terhempas ke tanah dan dia memanipulasi vektor dari kerikil yang terbang karena tubuhnya untuk mengirimkan tembakan bebatuan kecil ke tubuh bagian atas Kamijou.

Tapi serangan itu tidak kena.

Kamijou sudah memprediksi serangan itu juga, dan dia berhasil menghindarinya dengan berjongkok seperti akan mulai merayap di tanah.

Kamijou bukannya benar-benar hebat dalam berkelahi.

Dalam pertarungan melawan berandalan, dia bisa menang pada 1 lawan 1, dalam bahaya pada 1 lawan 2, dan dia tanpa ragu-ragu akan kabur pada 1 lawan 3. Begitulah kemampuannya.

Meskipun begitu, Accelerator tidak bisa mencapai Kamijou.

Pukulan yang dilancarkan Kamijou tidak memiliki berat tubuhnya di baliknya. Pukulan-pukulan itu adalah pukulan pengalih yang tenaga yang digunakan untuk menariknya ke belakang lebih besar dibandingkan pukulannya sendiri. Dalam tinju, pukulan-pukulan ini disebut jab

Meskipun begitu, Accelerator dipukul dengan kuat.

Accelerator tidak pernah kalah sekali pun, yang juga berarti dia tidak pernah sekali pun berada dalam perkelahian yang sebenarnya. Karena kekuatannya adalah yang terkuat, dia tidak pernah punya kesempatan untuk menggunakan kemampuan atletisnya secara normal. Kamijou bahkan tidak bisa meremukkan seorang berandalan dalam perkelahian, tapi dia bisa dengan mudah membuat babak belur seorang anak rumahan yang tidak pernah berkelahi.

“...! Kh. Hah! Menarik. Ada apa dengan tangan kanan itu!?” teriak Accelerator dengan tangan terentang setelah menerima tinju kanan itu ke wajahnya berulang kali.

Salah satu dari mereka adalah yang terkuat yang tidak pernah kalah sekali pun dalam hidupnya.

Yang lainnya adalah yang terlemah yang tidak akan pernah menyerah sebanyak apa pun dia kalah.

Siapakah yang lebih kuat? Jawabannya adalah Kamijou. Jika dia kalah 100 kali, dia akan kembali berdiri 100 kali. Jika dia kalah 1000 kali, dia akan merangkak kembali ke atas kakinya 1000 kali. Dan tiap-tiap kekalahan itu diubah menjadi kekuatan yang sekarang mengalir ke dalam tinju kanannya yang menghantam wajah Accelerator.

Accelerator selalu bisa memantulkan serangan apa pun, jadi walaupun sekarang dia berpikir bahwa serangan di depan matanya itu berbahaya, pikiran itu tidak mengarah pada tindakan apa pun untuk menghindarinya. Meskipun tinju itu memukulnya, dia dengan ceroboh mengayunkan tangannya, berusaha mengejar Kamijou yang menjaga jaraknya. Dia kelihatan persis seperti seorang anak kecil yang digoda orang dewasa.

Accelerator mengetahui itu lebih dari siapa pun juga, dan dia tidak tahan.

Rasa bangga milik yang terkuat di Academy City menggoyangkan celah antara kenyataan dan bayangan itu dan suara berderit bisa terdengar.

Rasa sakit yang tidak pernah diketahuinya, yang terasa seperti menghancurkan hidungnya mempengaruhi konsentrasi Accelerator lebih jauh.

“Berengsek. Berengsek! Berengseeeekkkk!!”

Ketika Accelerator berteriak, tanah di kakinya meledak. Tubuhnya melesat ke arah Kamijou seperti peluru. Dia telah memanipulasi hentakan tumitnya ke tanah. Dia telah menggunakan energi kinetik yang tersebar untuk menggandakan atau meniga-kali-lipatkan kecepatannya.

Tapi...

“Apa-apaan ini? Kenapa aku tidak bisa mengenaimu!?”

Bahkan dengan kecepatan seperti hewan karnivora buas itu, dia tidak bisa meraih Kamijou.

Meskipun dia lebih cepat, serangannya masih dengan mudah dihindari selama masih bisa diprediksi. Sama seperti bagaimana sebuah pisau tajam adalah senjata mematikan, tapi tidak mengancam sedikit pun jika dipegang oleh seorang anak TK.

Pertarungan itu kurang lebih sudah selesai. Luka yang disebabkan pukulan ringan Kamijou sudah menumpuk, dan kaki esper terkuat Academy City menyerah.

Tepat ketika kekuatan itu pergi dari lutut Accelerator, Kamijou menghantam wajahnya dengan pukulan serius.

Itu adalah sebuah pukulan yang mirip dengan seseorang yang menggunakan tongkat golf untuk memukul bola dengan seluruh kemampuannya. Untuk serangan membunuh itu, dia memutar pinggangnya untuk meletakkan beratnya pada pukulannya dan menghempaskan tubuh Accelerator ke tanah dan berguling sedikit setelahnya.

“Hah...hah...!?”

Accelerator mengangkat tubuh bagian atasnya dan melihat ke depan. Ketika dia melihat Kamijou Touma perlahan mendekat, dia mulai menggunakan tangannya untuk menyeret tubuhnya ke belakang.

Dia terluka.

Accelerator secara otomatis memantulkan semua serangan, jadi itu adalah sensasi yang tidak pernah diketahuinya. Baginya, indra perasa di kulitnya hanyalah sensor untuk mengirimkan kenikmatan dari kulitnya ke otaknya. Sensitivitas pada rasa sakitnya yang tidak berkembang hampir tidak memiliki ketahanan pada rasa sakit sama sekali, jadi sinyal yang intens itu terasa seperti sedang membakarnya.

“Para Sisters hidup dengan segala yang mereka punya.” Kamijou mengepalkan tangan kanannya erat. “Mereka mengumpulkan seluruh kekuatan mereka dan terus hidup. Mereka bekerja dengan segala yang mereka miliki.” Kamijou menggertakkan giginya. “Kenapa orang-orang seperti itu harus menjadi mangsamu!?”

“Ee!” Accelerator membatu di tempatnya.

Tapi Kamijou tidak berhenti.

“Jangan!” Accelerator menggelengkan kepalanya.

Dia tidak tahu rasanya kalah. Dia tidak pernah kalah sekali pun dalam hidupnya, jadi dia tidak sedikit pun memiliki ketahanan pada kekalahan. Dia bahkan tidak pernah perlu berpikir tentang kemungkinan dikalahkan sebelumnya.

Tapi meski begitu, Kamijou tidak berhenti.

Angin malam berhembus ke poni Kamijou, membuatnya berayun seperti bunga tanpa nama yang mekar di sebuah kuburan.

(...Angin?)

Accelerator akhirnya menyadari sesuatu ketika dia disudutkan oleh Kamijou Touma yang terlihat seperti semacam roh jahat.

Angin.

“Ku.”

Accelerator tertawa. Kamijou berhenti bergerak. Accelerator menebak bahwa Kamijou merasakan ada bahaya, tapi dia tidak peduli. Sudah terlambat, bahkan jika dia menyadarinya.

“Kuka.”

Kekuatan Accelerator menyebabkannya bisa mengubah vektor apa pun yang disentuhnya. Gerak, panas, listrik. Kekuatan apa pun itu, dia bisa mengontrolnya dengan bebas selama kekuatan itu memiliki vektor.

“Kukaki.”

Itu berarti, jika dia bisa menggenggam vektor angin yang mengalir melalui atmosfer, dia bisa membawa gerakan angin raksasa yang mengalir di seluruh dunia ke tangannya!

“Kukakikekokakakikukekikikokakakikukokokukekekekokikukakukekekokakukekikakokekikikukukukikikakikukokukukekukakikukokekukekukikukikokikakaka!!”

Accelerator mengangkat kedua tangannya ke atas kepalanya seolah-olah sedang mencoba menggenggam bulan yang tak terlihat.

Dengan suara menggelegar, aliran angin mulai berputar-putar.

Wajah anak laki-laki yang satu lagi berubah, tapi sudah terlambat. Pusaran atmosferik berukuran besar yang terlihat seperti ada lubang yang terbuka di bumi telah mengambil bentuk seperti bola di atas kepala Accelerator. Kerikil di area itu tersapu dengannya dan aliran kehancuran raksasa dengan radius lusinan meter itu mengeluarkan tangisan kelahiran bahagia.

Accelerator tertawa dan meneriakkan kata “bunuh”.

Bola kehancuran yang tercipta dari atmosfer dunia itu mengiris udara.

Bola itu menjadi tombak angin yang terbang dengan kecepatan 120 m/s. Pada kecepatan itu, angin bisa dengan mudah mengangkat sebuah mobil. Tombak dari angin itu dengan mudah menerbangkan anak laki-laki itu seolah-olah dia sedang dipukul oleh tangan seorang raksasa yang tak terlihat.

Part 7[edit]

Angin berhenti, suara menghilang, dan atmosfer mati.

Accelerator memperhatikan kekacauan yang telah diciptakannya. Batu kerikil yang menutupi tanah di dipo kereta api itu telah tersapu angin, meninggalkan tanah yang terlihat di beberapa tempat. Anak laki-laki itu diterbangkan sejauh dua puluh meter di mana punggungnya menghantam tiang kincir angin yang rusak. Dia lalu merosot ke tanah. Jatuh ke tanah berkerikil mungkin adalah hasil yang lebih bagus untuknya, tapi bagaimanapun juga takdirnya tetap sama. Mengenai sesuatu dengan kecepatan 120 m/s tidak jauh berbeda dengan kecelakaan mobil tanpa menginjak rem.

Kamijou tergeletak tak bergerak di tanah di bawah kincir angin dengan lengan dan kaki yang terulur. Tidak jelas apakah dia hidup atau tidak.

“...Hm.”

Accelerator baru saja memikirkan metode tadi dan kehancuran yang dihasilkannya melebihi apa yang dibayangkannya.

Tapi serangan itu masih tidak sempurna. Tidak seperti refleksi otomatisnya, dia perlu memikirkan vektor asli dan vektor yang diubah ketika dia sedang mengubah vektor di bawah kehendaknya.

Angin, aliran atmosfer, memerlukan perhitungan kompleks yang melibatkan teori chaos, jadi tidak bisa diprediksi sepenuhnya tanpa penggunaan Tree Diagram.

Dia meragukan aliran atmosfer seluruh dunia bisa diperhitungkan di dalam pikiran seorang manusia.

Dia hanya berhasil memanipulasi angin di dalam Academy City dan itupun masih belum sempurnya.

Meskipun begitu, serangan itu masih bisa menghasilkan kerusakan sebesar itu. Dia tidak memerlukan Level 6 lagi. Jika dia bisa memperhitungkan aliran angin dengan lebih sempurna dan lebih akurat, dia sudah memegang kekuatan untuk menghancurkan dunia di tangannya.

Dia memegang dunia di tangannya.

Perasaan itu mengalir deras ke seluruh tubuh Accelerator. Rasa kemenangan itu terasa lebih segar di dadanya karena dia baru saja dipaksa ke ujung batas kekalahan.

Dia sekali lagi yakin bahwa tidak ada apa pun di dunia ini yang bisa mengalahkannya.

Sebuah bom nuklir atau tangan kanan misterius itu tidak akan melukainya.

“Heh...!” Accelerator akhirnya mulai tertawa. “Kau kenapa!? Kau kenapa!? Kau kenapa!!? Setelah bualan sok tangguh itu, cuma itu saja yang bisa kaulakukan!? Aku akan menembakkan satu serangan lagi, jadi bagaimana kalau kau menunjukkanku kembalinya si pecundang yang tangguh!?”

Ketika Accelerator berteriak, dia merentangkan tangannya di atas kepalanya seperti sedang mencoba memeluk langit.

“Tekan udaranya. Kompres, kompres. Hahn, aku mengerti. Sempurna. Aku baru saja memikirkan hal yang sangat bagus. Ayo, berdirilah, yang terlemah. Ini tidak berharga kalau kau tidak ikut bermain!”

Kamijou tidak merespon.

Rel baja yang tak terhitung tertancap di tanah berkerikil seperti salib-salib dan angin yang mematikan berhembus melalui area seperti kuburan itu. Hanya angin yang ganas dan tawa gila itu yang bisa terdengar.


Si kucing hitam mengeong tidak senang di dekat kaki Mikoto.

Saat itu, Misaka Mikoto menginjakkan kakinya ke dalam dipo kereta api.

Dia telah menyaksikan pertarungan Kamijou dari awal. Dia ingin menerjang ke antara Kamijou dan Accelerator berkali-kali, tapi melakukan itu akan membuat rencana Kamijou gagal. Mikoto hanya bisa menyaksikan dalam diam Kamijou menjadi makin babak belur.

Tapi dia sudah mencapai batasnya.

Jika dia membiarkan anak laki-laki itu bertarung sendirian lebih lama lagi, dia benar-benar akan mati.

“Hentikan ini, Accelerator!”

Mikoto mengulurkan lengannya pada jarak lusinan meter. Sebuah koin terletak di jempol dari tangannya yang terkepal. Listrik warna ungu berkelebatan dari seluruh tubuhnya. Hanya dengan jentikan ringan dari jempolnya, Misaka Mikoto bisa menembakkan Railgun yang menjadi namanya dengan kecepatan tiga kali kecepatan suara.

Tapi Accelerator bahkan tidak melirik pada si Railgun.

Dia terus menambah kekuatan angin yang mengamuk seakan-akan mempersilakan Mikoto melakukannya.

Serangan apa pun yang ditembakkan Mikoto hanya akan memantul kembali dan melukainya.

Serangan kuat yang diterima Accelerator hanya akan dikembalikan pada yang menembakkannya.

“...”

Jemari Mikoto gemetar.

Jika serangan Railgun dikembalikan padanya, tubuhnya akan pecah berkeping-keping dengan kecepatan tiga kali kecepatan suara.

Jika dia dan Accelerator bertarung, dia akan dibantai dalam 185 gerakan. Hasil yang diberikan oleh mesin itu tidak bisa diubah dan hasil itu menusuk jantung Mikoto seperti serpihan es.

Meskipun begitu, Mikoto mengangkat kepalanya.

Bukan karena dia ingin melindungi seseorang karena dia bisa mengalahkan musuhnya.

Dia harus melawan musuh yang tidak bisa dikalahkannya karena dia memiliki orang yang ingin dia lindungi.

“...-ti, Misaka.”

Tiba-tiba Mikoto menyadari ada orang yang memanggil namanya.

Suara itu sangat-sangat lemah, tapi suara itu adalah milik seorang anak laki-laki yang dikenalnya dengan sangat baik.

“...Berhenti, Misaka!”

Teriakan sayu milik Kamijou Touma membuat tangan Mikoto membeku.

Dalam rencana Kamijou, dia sendiri harus mengalahkan Accelerator untuk menipu para periset. Sekali Mikoto ikut campur, rencana itu akan gagal.

Jika Mikoto tidak ikut campur, kumpulan angin yang ganas itu akan menghancurkan tubuh Kamijou.

Jika Mikoto ikut campur, Kamijou akan membiarkan 10.000 Sisters terbunuh.

“...”

Meskipun demikian, Mikoto tidak bisa hanya duduk diam dan menonton.

Dia tidak merasa bahwa dia sedang membiarkan para Sisters mati.

Dia memiliki rencana lain. Jika dia dengan sengaja kalah pada Accelerator, hal ini akan menipu para periset dan eksperimen itu akan dihentikan.

Mikoto tidak ingin mati.

Tapi sekeras apa pun mereka berusaha, dia tidak pernah memiliki pilihan lain.

“...Maafkan aku.”

Itulah kenapa dia meminta maaf pada Kamijou pada akhirnya.

Apa pun yang Mikoto pilih, Kamijou tidak lagi bisa diselamatkan. Jika Kamijou dihancurkan oleh pusaran angin itu, tentu dia akan mati, tapi jika dia harus melihat para Sisters mati atau hanya Mikoto yang mati untuk menghentikannya, dia tidak akan bisa menanggung kebenaran itu.

Kamijou Touma ingin semua orang pulang dengan senyuman dan tanpa kehilangan siapa pun atau apa pun. Mimpi itu akan dihancurkan di dipo kereta api itu pada malam itu.

“Jadi maafkan aku,” Mikoto meminta maaf meskipun ini adalah hal yang egois. “Tapi aku tahu kalau aku ingin kau hidup.”

“Berhenti!!” teriak Kamijou.

Dia begitu babak belurnya hingga dia tak lagi bisa berdiri, tapi dia masih dengan susah payah mengulurkan satu lengannya yang tidak akan pernah meraih Mikoto sebagai sebuah usaha untuk menghentikan Mikoto.

Mikoto tersenyum kecil.

Anak laki-laki itu tidak sadar bahwa teriakannyalah yang menyebabkan Mikoto bisa bertarung tanpa rasa takut akan kematian.

“.....................”

Mikoto mengulurkan tangan kanannya ke arah musuh yang tidak bisa dikalahkannya yang dikenal sebagai Accelerator.

Dia hanya perlu menciptakan rel magnetis dan menjentikkan koin itu untuk melewati titik di mana dia tidak bisa kembali lagi. Dia tidak akan bisa melukai Accelerator sedikit pun karena Accelerator bisa memantulkan serangan apa pun, tapi dia masih bisa menghentikan kematian yang mendekat di depan matanya.

(Kenapa semuanya berakhir seperti ini? Kenapa ini tidak berakhir dengan jalan lain? Kenapa tidak berakhir dengan cara paling indah di mana semua orang akhirnya pulang dengan senyuman dan tanpa kehilangan siapa pun atau apa pun?)

Sementara pikiran Mikoto mengambang ke udara, Accelerator menyeringai sambil merentangkan tangannya lebar ke langit malam. Sesaat setelahnya, angin yang mengalir melalui kota itu terfokus pada satu titik. Sebuah titik dengan ketinggian 100 meter di atas kepala Accelerator. Ketika angin yang ganas berkumpul di sana, cahaya putih seperti dari las muncul.

Plasma.

Mengkompres udara menciptakan panas. Mesin pembakaran internal menggunakan fakta ini. Dengan mengkompres udara kota memakai rasio kompresi yang sangat-sangat tinggi, udara kota berubah menjadi kumpulan dengan suhu melebihi 10.000 derajat Celcius. Hal ini memaksa atom-atom di udara di dekatnya berpisah menjadi kation dan elektron yang mengubah atom-atom itu menjadi plasma.

Titik cahaya itu menelan udara di sekitarnya dan dalam sesaat membesar hingga mencapai radius 20 meter.

Kegelapan di sekitar dibinasakan oleh cahaya putih murni itu.

Panas 10.000 derajat menyebabkan rasa sakit yang membakar pada kulit Mikoto

Index v03 282.jpg

“...!”

Rasa ngeri yang sepertinya membekukan tulang belakangnya menjalari punggung Mikoto.

Itu bukanlah serangan yang bisa ditahan oleh umat manusia. Kumpulan panas itu bisa mengeluarkan bunker nuklir dari dalam tanah, jadi tidak mungkin tubuh dari daging dan darah bisa melakukan apa pun melawannya.

Misaka Mikoto memang adalah yang terkuat dalam kategori Electromaster di Academy City.

Plasma diciptakan dari atom yang memisah menjadi kation dan elektron, jadi dia mungkin bisa mengembalikan plasma itu menjadi atom-atom yang asli dengan menggabungkan elektron dan kationnya kembali.

Tapi apakah itu bisa membantu?

Bahkan jika dia berhasil mengembalikan plasma itu ke keadaan aslinya, Accelerator hanya akan mengumpulkan angin sekali lagi untuk menciptakan plasma kembali. Untuk menyegel serangan Accelerator, listrik saja tidak cukup. Kau memerlukan kemampuan mengontrol angin seperti yang dilakukan Accelerator. Tapi Mikoto tidak bisa mengontrol angin dengan teknik listriknya. Mikoto menggertakkan giginya karena kekuatannya yang tidak berguna dalam situasi itu.

Dia menyadari fakta sederhana bahwa Accelerator bisa dihentikan selama angin bisa dimanipulasi.

“Ah.”

Mulut Mikoto jatuh terbuka seperti orang bodoh.

Kincir angin berputar-putar membuat suara seperti tengkorak yang tertawa.

Accelerator membuat plasma itu dengan mengkompres angin yang dikumpulkannya dari seluruh kota. Ukurannya terlalu kecil jika dia mengumpulkannya dari seluruh dunia, jadi kekuatannya pasti ada batasnya. Contohnya, ketika dia mengendalikan dan bukan memantulkan, dia mungkin perlu memperhitungkan vektor asli angin dan juga vektor yang sudah diubah.

Kalau begitu, perhitungannya bisa diganggu oleh suatu hal yang menyebabkan gangguan pada angin di seluruh kota.

Academy City memiliki kincir angin yang tersebar di seluruh kota. Mungkin ada lebih dari 10.000 kincir angin.

Dan kincir-kincir angin itu bisa dibuat berputar dengan menggunakan gelombang elektromagnetik tertentu.

Tiap-tiap baling-baling individual hanya bisa menghasilkan angin dalam jumlah kecil, tapi lebih dari 10.000 kincir yang berputar pada saat yang sama itu cerita lain. Accelerator mungkin akan kehilangan kendali pada anginnya sebagai hasilnya.

Tapi hal itu tidak ada artinya jika seorang Level 5 seperti Mikoto memanipulasi kincir-kincir angin itu.

Jika Mikoto ikut campur secara langsung dalam pertarungan ini, eksperimen ini tidak akan berakhir.

Jika dia ingin menjaga kondisi di mana kekuatannya sendiri tidak ikut campur, maka ini adalah sebuah pekerjaan yang hanya bisa dilakukan oleh Misaka Imouto seorang.

Tingkat kekuatan antara Misaka Imouto dan Mikoto terlalu berbeda. Kekuatan Radio Noise milik Misaka Imouto adalah versi buruk dari kekuatan Mikoto dan tingkatnya paling hanya setara dengan Level 2. Misaka Imouto tidak bisa menggerakkan banyak turbin sekaligus.

Tapi ada 10.000 Sisters di kota itu.

Dan tidak seperti Accelerator yang memperhitungkan aliran angin hanya dalam otaknya sendiri, gelombang otak milik 10.000 Sisters tersambung, jadi mereka bisa memprediksi aliran angin dengan menggunakan kalkulasi paralel. Sama seperti Tree Diagram menggunakan prosesor paralel berperforma tinggi.

Mikoto berlari menghampiri Misaka Imouto yang masih tergeletak di atas tanah berkerikil.

Seluruh tubuh Misaka Imouto babak belur dan kelihatannya dia bahkan tidak memiliki kekuatan untuk berdiri di atas kakinya sendiri. Mikoto tidak menyukai keharusan untuk meminta gadis itu melakukan hal ini ketika keadaannya sudah seperti itu, tapi dia tidak punya pilihan lain.

“Tolong, bangunlah. Aku tahu betapa konyol dan buruknya aku ketika memintamu melakukan ini, tapi tolong bangunlah!”

Dia tidak punya pilihan lain selain meminta.

“Ada hal yang aku ingin kaulakukan. Bukan, ada hal yang hanya bisa dilakukan olehmu!”

Semua orang pulang dengan senyuman tanpa kehilangan siapa pun atau apa pun itu harus.

“Sekali ini saja, tolong dengarkan perkataanku! Aku tidak bisa melindungi semua orang. Tak peduli seberapa keras pun aku berusaha, aku tidak bisa melakukannya! Jadi kumohon padamu!”

Mencapai akhir bahagia yang diinginkan semua orang dan di mana semua orang tersenyum itu harus.

“Tolong lindungi mimpi anak itu dengan kekuatanmu!”


Misaka Imouto mendengar teriakan yang Asli dalam kesadarannya yang terputus-putus.

Dia memang berpikir bahwa itu adalah permintaan yang konyol. Dia tidak tahu situasinya, jadi dia mengasumsikan bahwa lebih baik jika yang Asli, si esper paling kuat, untuk menggunakan kekuatannya sendiri dibandingkan melecut dan memaksa Misaka Imouto melakukannya bahkan ketika jantungnya hampir berhenti.

Tapi dia tidak mengeluh.

Kata-kata yang Asli tidak masuk akal dan juga kejam, tapi entah kenapa, Misaka Imouto melihat yang Asli sebagai seorang anak kecil yang menangis dan meminta bantuan.

“...”

Misaka Imouto tidak melihat nilai apa pun pada hidupnya sendiri.

Tubuhnya bisa diciptakan dengan menekan sebuah tombol dan hatinya yang kosong diberikan padanya berdasarkan sebuah program. Dia benar-benar percaya bahwa nyawa seharga 180.000 yen bisa dengan mudah digantikan jika nyawa itu mati.

Tapi dia tidak ingin mati.

Meskipun hidupnya sendiri tidak bernilai, sekarang dia tahu bahwa ada orang-orang yang akan sedih jika kehilangan eksistensi mungil berupa dirinya, jadi dia tidak bisa mati lagi.

Dan jika eksistensi mungil itu bisa menyelamatkan gadis yang menangis itu, maka dia merasa bahwa itu adalah hal yang indah.

Dia memiliki sesuatu yang harus dilakukannya.

Dia menemukan suatu hal yang harus dilindunginya.

“Ada hal yang aku ingin kaulakukan. Bukan, ada hal yang hanya bisa dilakukan olehmu!”

(“Misaka tidak bisa mengerti arti dari kata-katamu...”)

Misaka Imouto dengan perlahan mengumpulkan tenaga ke anggota tubuhnya.

(“...tapi kata-kata itu entah kenapa memberikan kesan padanya,” pikir Misaka mengekspresikan perasaan jujurnya.)

Karena ada seseorang yang mengatakan hal-hal itu, Misaka Imouto bisa berdiri sekali lagi.

Part 8[edit]

Dengan suara raungan angin, bola plasma yang mengambang di atas kehilangan bentuknya.

“Ap-...?

Accelerator melihat ke atas. Plasma itu diciptakan dari seluruh angin yang mengalir melalui kota dan dipadatkan ke satu titik. Aliran angin itu jelas-jelas digoyangkan untuk sejenak. Hal itu menyebabkan sebuah galat pada rasio kompresi yang menyebabkan plasma itu bergoyang.

Accelerator pikir dia mungkin membuat kesalahan pada perhitungan anginnya, jadi dia membuat lagi persamaan baru. Tidak seperti pemantulan yang sederhana, dia harus memperhitungkan keduanya, vektor sebelum perubahan dan vektor setelah perubahan yang merupakan tugas yang sangat menyebalkan.

Tapi Accelerator berhasil dengan sempurna membuat ulang kumpulan persamaan besar itu dalam waktu kurang dari sepuluh detik. Otaknya sudah berkembang hingga titik di mana hal setingkat itu bukan masalah baginya. Di Academy City, pengembangan kekuatan adalah bagian dari metode mengajar, jadi esper-esper terkuat di Academy City juga adalah murid-murid kebanggaan Academy City.

Tapi pergerakan angin yang mengalir melalui kota itu tiba-tiba berubah seolah-olah melepaskan diri dari persamaan yang harusnya sempurna yang telah dibangun di kepalanya. Bukan kebetulan belaka. Seolah-olah angin itu sendiri memiliki pikiran dan meloloskan diri dari celah-celah pada persamaannya.

Kumpulan udara yang terkompresi di atas kepalanya tersebar dan plasmanya menghilang seolah-olah menyatu dengan udara.

(Apa? Apa yang terjadi!? Tidak ada kesalahan pada persamaanku. Pergerakan tidak teratur seperti belut itu jelas-jelas bukan pergerakan alami udara!)

Dia bertanya-tanya apakah dia sedang sangat sial dan ada seorang pengguna kekuatan angin yang sedang menggunakan kekuatannya di satu tempat di kota itu, tapi hal itu tidak masuk akal karena aliran angin yang tidak teratur itu menyelimuti seluruh kota. Jika ada pengguna kekuatan angin dengan kemampuan pemrosesan yang diperlukan untuk mengalahkan kemampuan dan persamaan milik Accelerator, orang itu pasti akan ditunjuk sebagai seorang Level 5. Tetapi tidak ada satu pun orang seperti itu dalam tujuh orang Level 5 yang diketahui Accelerator.

Accelerator mulai panik dan bertanya-tanya apa yang telah terjadi, tapi kemudian dia mendengar suara berderak.

Suara kincir angin yang berputar.

(Tunggu. Aku pernah dengar kalau motor generator listrik itu bisa dibuat berputar dengan menggunakan gelombang mikro!)

Accelerator berbalik ke arah Sister yang dia pikir telah dikalahkannya, tapi dia tidak menemukan seorang gadis sekarat di sana.

Yang ditemukannya di sana adalah musuhnya.

Dia menemukan seorang musuh berdiri di atas kakinya yang kelihatan seperti akan rubuh, tanpa mengeluh sedikit pun tentang rasa sakit intens yang mengalir di seluruh tubuhnya, dan tanpa suara memelototinya.

(Dasar berengsek...!)

Mata merah Accelerator berubah menjadi merah darah yang mematikan.

Bahkan jika kontrolnya pada angin dan plasma sudah dicuri, seorang Sister tidak bisa melawan Accelerator. Tangan kanan itu adalah satu-satunya hal di dunia yang bisa menembus pertahanan sempurnyanya.

“Aku akan membunuhmu!”

Senyuman membelah wajahnya ketika dia maju selangkah ke arah si Sister.

Misaka Mikoto menghadang jalan antara Accelerator dan si Sister.

“...Apa kau pikir aku akan membiarkanmu?”

Suara Mikoto terdengar kecil di tengah angin yang mengamuk, tapi entah kenapa suara pelannya seperti menembus gendang telinga Accelerator.

“Hah. Jangan terbawa suasana. Dengan peringkatmu yang lebih rendah, kau tidak bisa mencapaiku. Kau bahkan tidak bisa memperlambatku. Sama seperti tes penglihatan di mana mereka hanya mengetes sampai 2.0.[2] Satu-satunya alasan aku terjebak pada level yang sama denganmu adalah karena tidak ada level di Academy City yang lebih tinggi dari 5.”

Mikoto tidak merespon. Dia tahu fakta itu lebih baik dari siapa pun juga dan dia berdiri di sana karena dia tidak ingin kabur meskipun mengerti kenyataan itu.

Accelerator akan melihat Mikoto sebagai penghalang dan memutuskan untuk membunuhnya lebih dulu.

Tiba-tiba, sebuah suara datang dari Accelerator.

“...”

Accelerator berbalik dengan takut-takut.

Pemandangan yang tak bisa dipercaya terhampar di depan matanya. Anak laki-laki yang telah diterbangkan angin berkecepatan 120 m/s dan menghantam tiang kincir angin itu dengan perlahan berdiri.

Anak itu memiliki luka yang tak terhitung dan kelihatannya darah tersembur ketika dia memberikan tenaga bahkan sedikit saja pada ototnya. Dia hampir tidak memiliki kekuatan tersisa, kakinya gemetar, dan lengannya tergantung seperti dahan pohon willow.

Meskipun begitu, anak laki-laki itu tidak tumbang.

Dia pasti tidak akan tumbang.

“................................................!”

Tenggorokan Accelerator menjadi sekering gurun pasir.

Biasanya, orang akan berpikir bahwa anak laki-laki itu tidak bisa lagi bertarung. Seseorang dengan luka sebanyak itu akan dihancurkan oleh Accelerator dalam satu serangan.

Bahkan jika Accelerator tidak ingin menghadapi anak itu langsung, dia selalu bisa membunuh Mikoto dan si Sister lebih dulu agar dia bisa mengambil kembali kontrol angin dan plasmanya. Accelerator berdiri jauh lebih dekat pada gadis-gadis itu dibandingkan anak laki-laki itu.

Logikanya memberitahunya bahwa dia bisa menang dengan mudah jika dia mengerjakan semuanya dengan tenang.

Tapi suatu hal yang melebihi logika memberitahunya bahwa sangat berbahaya memberikan punggungnya pada anak laki-laki itu.

Sinyal bahaya ditembakkan dari setiap bagian tubuhnya.

Orang biasa akan bisa mengerti sinyal-sinyal itu sebagai ketakutan akan rasa sakit.

“Kau luar biasa!”

Accelerator mengepalkan tinjunya.

“Kau ini sungguh luar biasa!”


Kamijou menggerakkan tubuhnya yang babak belur untuk maju selangkah.

Hanya dengan gerakan kecil itu, seluruh darahnya terasa seperti menguap. Rasanya seperti berpikir sedikit saja akan menghilangkan kesadarannya

Walaupun begitu, Kamijou terus maju.

Dengan kesadarannya yang buram, Kamijou tidak mengerti situasi ini sepenuhnya. Dia tidak tahu kenapa angin itu berhembus, dia tidak tahu kenapa plasma itu menghilang, dan dia tidak tahu kenapa dia masih hidup. Pikirannya bahkan sudah begitu babak belurnya hingga hal-hal penting itu hilang dari kesadarannya.

Meskipun begitu, dia melihat situasi di depannya.

Dia melihat Accelerator akan membunuh Misaka Imouto.

Dia melihat Mikoto berdiri di antara mereka berdua untuk bertindak sebagai tameng bagi Misaka Imouto.

Itu saja sudah cukup.

Itu sudah lebih dari cukup menjadi alasan baginya untuk berdiri.

“Kau luar biasa!”

Dia mendengar suara Accelerator.

“Kau ini sungguh luar biasa!”

Sambil melolong ke langit malam, Accelerator berlari ke depan sambil mengepalkan tangannya demi menghancurkan Kamijou Touma. Dia menggunakan perubahan vektor gaya di kakinya ketika menginjak tanah yang sama seperti sebelumnya jadi dia melesat maju seperti peluru. Kamijou bersyukur. Jika lawannya mendekatinya, dia tidak perlu berjalan lebih jauh lagi. Dengan tubuh Kamijou yang babak belur, kemungkinan besar dia akan tumbang sebelum berhasil sampai ke tempat Accelerator.

Kamijou Touma tidak punya kekuatan.

Dia bahkan tidak memiliki tenaga yang diperlukan untuk berjalan di atas kedua kakinya sendiri, untuk membentuk kata-kata dengan lidahnya sendiri, atau untuk berpikir dengan pikirannya sendiri.

Walaupun begitu, Kamijou mengepalkan tinju kanannya.

Dia mengepalkannya.

Dia melihat ke atas.

Accelerator hampir mencapainya sambil melesat maju seperti peluru.

Tangan kanan penderitaan dan tangan kiri beracun.

Kedua tangan Accelerator bisa membunuh hanya dengan sebuah sentuhan dan keduanya sedang menuju wajah Kamijou.

Untuk sesaat, waktu berhenti.

Kamijou mengumpulkan segala tenaga yang tersisa di tubuhnya dan merunduk seolah-olah sedang mengayunkan kepalanya ke bawah. Tangan kanan penderitaan lewat di atas kepalanya tanpa hasil dan tangan kiri beracun dipukul ke samping oleh tangan kanan Kamijou.


“Rapatkan rahangmu, yang terlemahyang terkuat!” kata Kamijou ke Accelerator yang jantungnya telah membeku karena serangannya yang pasti berhasil telah ditahan.

Kamijou tersenyum ganas seperti hewan buas ketika mereka berada di jarak yang begitu dekat hingga mereka berdua hampir bersentuhan.

Yang terkuatYang terlemah-ku akan sedikit bergema!!”

Sesaat setelahnya, tinju kanan Kamijou Touma menghantam wajah Accelerator.

Tubuh putihnya yang ramping dihempaskan dengan kuat ke tanah yang dipenuhi kerikil di mana dia berguling dengan lengan dan kaki yang terentang.

Catatan[edit]

  1. Biasanya boneka yang ada kunci di punggungnya, jika diputar akan berjalan.
  2. Tes seperti ini: http://ider.net/eye.html


Previous Chapter 3 Return to Main Page Forward to Epilog