Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume14 Chapter2

From Baka-Tsuki
Revision as of 21:55, 5 November 2012 by Undesco (talk | contribs) (Created page with "==Chapter 2: Sebuah Pelatuk yang Menjadi Pukulan Penentu. <i>Muzzle_of_a_Gun</i>.== ===Part 1=== Setelah berpisah dengan Mikoto, Kamijou pergi menuju mal dekat stasiun sepert...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 2: Sebuah Pelatuk yang Menjadi Pukulan Penentu. Muzzle_of_a_Gun.

Part 1

Setelah berpisah dengan Mikoto, Kamijou pergi menuju mal dekat stasiun seperti yang direncanakannya sejak awal. Dia melihat bagian barang segar di basement tingkat satu dan memutuskan untuk membeli sayuran yang cukup untuk empat hari karena harganya yang murah hari itu.

(...Hm, bagian yang menjual makanan siap saji kelihatannya populer, sedangkan di bagian daging, sayuran, dan bahan-bahan lainnya tidak banyak orang.)

(Apa sudah semakin sedikit yang memasak sendiri sekarang ini?)

Kamijou memiringkan kepalanya bingung ketika memikirkan ini dan meninggalkan toko itu.

Dia melihat ke atas ke arah balon udara yang melayang di atas, memperlihatkan berita. Sama seperti sebelumnya, berita ini tentang protes-protes di Amerika...atau begitulah yang dia pikir. Berita kali ini sepertinya tentang Rusia. Semua berita yang ada adalah tentang protes-protes yang terjadi, jadi sulit untuk membedakan antara cerita lama dan yang baru.

“...”

Kamijou berhenti untuk berpikir sambil memegang kantung belanjaannya dengan kedua tangan.

Dia tidak bisa mengeluarkan apa yang Mikoto katakan padanya dari kepalanya.

Bukannya tidak ada sebab di balik demonstrasi-demonstrasi dan protes-protes di seluruh dunia; masalah ini terlalu besar dan terlalu banyak penyebabnya, dan karenanya tidak ada cara sederhana untuk menyelesaikannya.

Mikoto mungkin benci karena digunakan dalam insiden tanggal 30 September. Usaha mereka untuk mengembalikan kedamaian malah digunakan untuk membawa kekacauan yang benar-benar lain dari sebelumnya.

Kamijou juga ingin melakukan sesuatu tentang hal ini.

Vento dari Depan yang menyebabkan kekacauan itu memang memiliki alasan untuk melakukannya. Dan Kazakiri Hyouka yang berdiri di titik tengah antara Sains dan Sihir tidak menginginkan kekacauan itu. Yang sekarang melemparkan dunia ke dalam kekacauan adalah sekumpulan orang “dari luar”. Ini jelas salah.

Tapi...

(Apa yang bisa kulakukan...?)

Kamijou menggertakkan giginya sambil memandangi balon udara yang melayang di udara.

(Masalah ini harus diselesaikan. Yang ingin kulakukan sudah jelas, tapi apa yang bisa kulakukan?)

Dia bisa mengontak Tsuchimikado yang mengenal sisi bawah Academy City. Atau dia bisa mengontak Kanzaki dan yang lainnya di Gereja Anglikan. Tapi Kamijou bahkan tidak bisa membayangkan orang sehebat mereka bisa sepenuhnya menyelesaikan sebuah masalah yang sudah tumbuh begitu besar. Dia merasa bahwa bekerja di balik layar untuk mencegah masalahnya menjadi sebesar ini adalah cara mereka manangani mereka hal seperti ni.

(Yah, berdiri di sini tidak akan menyelesaikan apapun. Dan aku bahkan tidak tahu caranya mengontak Gereja Anglikan. Kurasa aku sebaiknya kembali ke asrama dan mengunjungi Tsuchimikado.)

(Dan aku perlu bicara padanya tentang kaburnya dia dari hukuman mencabut rumput.)

(Kurasa memiliki kontak dengan seorang agen seperti Tsuchimikado membuatku berada pada posisi yang lebih baik dari murid kebanyakan...)

Kamijou memaksakan pikirannya ke arah yang lebih positif dan mulai berjalan menyusuri jalan yang remang.

Mungkin karena pikiran yang berputar-putar di kepalanya, tapi kantung belanjaan di tangannya terasa lebih berat dari biasanya. Saat itu adalah waktu di mana semua orang mulai pulang jadi jalanan memang padat, tapi dia masih merasa seperti menabrak lebih banyak orang dibandingkan biasanya. Dia mulai berpikir menyiapkan makan malam dan menyiapkan bak mandi setelah dia sampai di asrama akan sangat menyusahkan dan mulai bertanya-tanya apakah ada resep mudah yang hanya perlu menggunakan microwave atau rice cooker dan melompati bagian paling sulit dalam memasak makan malam. Sepertinya Index akan menggigitnya karena tidak tahan menunggu dan melihatnya memasak makan malam dengan santai seperti biasanya.

Ketika memikirkan semua ini, dia bertabrakan dengan orang lain lagi.

Kali ini seorang wanita tua yang kelihatan seperti berumur 50 atau 60-an.

“Oh, maaf.”

“Tidak apa-apa.”

Wanita itu tersenyum anggun dan menundukkan kepalanya.

Punggungnya tidak bungkuk, tapi tingginya sekitar dua kali lebih kecil dari Kamijou bahkan ketika berdiri. Dia memakai pakaian yang cukup tebal untuk ukuran awal Oktober, dengan sebuah jas yang terlipat di tangannya yang dilipat dan sebuah syal di lehernya. Kamijou mengasumsikan mungkin dia mudah kedinginan.

Wanita tua itu mengangkat kepalanya yang tadi ditundukkan dan mulai berbicara dengan nada tenang.

“Akulah yang harusnya minta maaf.”

“Tidak, tidak. Akulah yang menabrakmu.”

“Bukan, bukan. Bukan tentang itu.”

Kamijou baru saja akan menaikkan alisnya pada kalimat wanita tua itu ketika dia melanjutkan perkataannya.

“Aku perlu meminta maaf untuk masalah yang akan kusebabkan untukmu sekarang.”

Kamijou mendengar sebuah suara metalik.

Dia menurunkan pandangannya ke tempat suara itu berasal-daerah di depan perutnya.

Tangan wanita tua itu juga ada di sana. Tetapi kain tipis dari jas yang terlipat di atasnya menyembunyikan area dari sikunya hingga tepat setelah pergelangan tangannya, jadi Kamijou tidak bisa melihat dengan jelas.

Yang dia tahu pasti hanyalah apa yang dirasakannya di perutnya.

Rasanya seperti ujung sebuah tongkat keras dan tubuh Kamijou sedikit menegang karena perasaan itu.

“Maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf.”

Wanita tua itu mengatakan kata-kata tersebut dengan perlahan dan menundukkan kepalanya sekali lagi.


Part 2

Misaka Mikoto tiba-tiba berhenti.

(Nnn...)

Dia sepenuhnya lupa ketika bertemu idiot itu, tapi ada yang ingin dibicarakannya dengan Kamijou.

(...Ichihanaransai.)[1]

Dia ingin bicara padanya tentang event semacam festival budaya yang digelar di seluruh Academy City itu. Hari pembukaan festival tahun ini masih lebih dari sebulan jauhnya, tapi karena hasil buruk dari Daihaseisai[2] (hasil sebenarnya adalah campuran bagus dan jelek, tapi karena inilah dia mulai memikirkannya sejak sekarang), dia merasa bahwa dia harus segera mengambil tindakan untuk memastikan kesuksesan di Ichihanaransai.

(Setelah dipikir-pikir, hampir setengah dari tujuh hari Daihaseisai cuma masalah berturut-turut yang berkaitan dengan idiot itu. Kalau itu yang akan terjadi, aku harusnya mengekang kendalinya dari awal...)

Tentu saja, tindakan yang akan dilakukannya adalah membuat Kamijou berjanji untuk berkeliling di festival bersamanya.

(Kenapa harus berakhir seperti ini? ...Yah, kurasa aku bisa menanyakannya lewat telepon.)

Mikoto memutuskan untuk melakukan itu dan mengeluarkan ponselnya.

Dia mengambil paket pasangan[3] dengan Kamijou di ponselnya pada 30 September, jadi dia memiliki nomor Kamijou di ponselnya.

(Merencanakannya benar-benar menyusahkan, tapi kurasa sekarang cukup berguna.)

Tapi setelah dia menggerakkan kursor ke nomor Kamijou di daftar nomor, matanya terhenti pada tanda antena di layar.

Tidak ada sinyal.

“...!!”

Mikoto melihat sekelilingnya, tapi jalan tempat dia berdiri sebenarnya tidak begitu kecil, jadi dia berlari ke jalan yang lebih besar. Dia memperhatikan tanda antena di ujung layar dan ketika dia mendapat sinyal yang baik, dia menggerakkan kursornya kembali ke nomor Kamijou dan menekan tombol panggil.

Tetapi dia hanya mendapatkan pesan tanpa emosi yang mengatakan bahwa telepon yang ditujunya tidak dapat dihubungi.

Kali ini ponsel Kamijou yang tidak punya sinyal.

“Be-benda ini sulit digunakan... Apa gunanya sebuah ponsel kalau kau tidak bisa menggunakannya untuk menelepon orang lain ketika dibutuhkan!?”

Mikoto menyimpan ponselnya dengan ekspresi kesal di wajahnya, melihat sekeliling, lalu berlari untuk mencari Kamijou.

Belum begitu lama sejak mereka berpisah.

Pasti dia masih berjalan di sekitar daerah ini.


Part 3

Part 4

Part 5

Part 6

Part 7

Part 8

Di antara baris 2

Catatan

  1. lit: Festival Pertunjukan Terdepan
  2. lit: Festival Bintang Juara; Festival olah raga antarsekolah Academy City.
  3. Paket tarif telepon


Previous Chapter 1 Return to Main Page Forward to Chapter 3