Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume14 Chapter3

From Baka-Tsuki
Revision as of 15:52, 13 November 2012 by Undesco (talk | contribs) (→‎Part 3)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 3: Sesuatu yang Jauh dari Penyihir. Power_Instigation.

Part 1

Distrik 23 Academy City adalah sebuah zona industri yang berspesialisasi di bidang penerbangan dan luar angkasa. Semua bandara besar Academy City dipusatkan di Distrik 23.

Distrik itu dipenuhi oleh landas pacu dan situs peluncuran roket, jadi tidak ada gedung-gedung tinggi seperti bagian lain kota. Sejauh mata memandang, yang ada hanya aspal datar dengan beberapa menara kontrol dan laboratorium yang kadang-kadang mencuat.

“Seperti lapangan dari batu dan besi...”

Kamijou mengatakan ini ketika keluar dari kereta dan melihat lansekap yang luas di depannya.

Ini adalah tempat dia bertarung dengan Oriana Thomson saat Daihaseisai, tapi dia mendapat impresi bahwa keamaanannya bahkan menjadi lebih ketat lagi.

Dia meletakkan kantung belanjaan yang dia bawa di dalam sebuah loker koin[1] di stasiun. Karena ada banyak periset di kota ini, loker koin yang ada kedap udara dan kau memiliki pilihan untuk mendinginkan isi lokernya.

Tapi...

“...Ini mahal. Apa benda-benda ini biasanya harga per jamnya semahal ini!?”

“Nyah. Kelihatannya akan lebih murah kalau kau membuang kantung itu dan membeli isinya lagi di supermarket murah ketika kita kembali.”

Tsuchimikado benar, tapi Kamijou tidak suka membuang-buang makanan. Dia memasukkan kantung belanjaannya ke dalam loker, merekam sidik jarinya, mengunci lokernya, lalu mengaktifkan pilihan refrigerasi.

“Karena kita ada di Distrik 23, kuasumsikan kita akan naik pesawat?”

“Yah, kita akan ke luar negeri.”

“Serius!? ...Tunggu, ada yang membawa pasporku?”

“Tidak.”

Kamijou terdiam karena jawaban satu kata dari Tsuchimikado.

Tsuchimikado terdengar bosan sambil terus bicara.

“Kita juga bukan pergi untuk jalan-jalan ke luar negeri. Aktivitas kita sepenuhnya tidak resmi. Dan jika kita ketahuan, kita akan berada dalam masalah internasional yang jauh melebihi sekadar tidak memiliki satu dua stempel di paspormu.”

“A-aku mengerti.”

Ada banyak hal yang ingin dikatakan Kamijou, tapi cara bicara Tsuchimikado yang mengatakannya seperti semuanya sudah pasti membuatnya bertanya-tanya apakah jalan ini memang lebih baik.

Setelah keluar dari stasiun, mereka berada di sebuah terminal bus skala besar. Di Distrik 23, orang-orang pergi dari satu tempat ke tempat lain dengan bus, bukan dengan berjalan.

Tsuchimikado menemukan bus yang menuju bandara internasional dan menaikinya; Kamijou juga melakukan hal yang sama.

Karena distrik itu memiliki banyak landas pacu dan kurang gedung, jalannya selurus anak panah. Batas kecepatan juga cukup tinggi; tanda-tanda yang dipasang menunjukkan 100 kph.

Dengan dataran dari aspal yang terlihat dari jendela, bahkan horizon warna abu-abu itu adalah buatan manusia.

Awan putih besar dari uap air bisa terlihat membumbung dari horizon.

Gemuruh bernada rendah menggoyangkan kaca, menyebabkan getaran pada kaca.

“Oh, roket. Sepertinya roket itu meluncur dengan baik.”

Tsuchimikado menghela napasnya ketika mengatakan itu.

Kamijou mengeluarkan ponselnya dan mengaktifkan fungsi televisi di dalamnya. Berita sedang menunjukkan berbagai sudut dari sebuah roket yang meninggalkan tanah.

“Katanya itu satelit keempat Academy City. Aku penasaran apakah ini benar atau tidak.”

“Kalau mereka meluncurkan roket sekarang, salah satu alasannya adalah untuk membuat orang-orang berspekulasi tentangnya. Orang-orang akan mengatakan semua hal, mulai dari sebuah satelit militer hingga tes peluncuran ICBM. Semakin banyak kemungkinan, semakin efektif dia dalam menahan yang lainnya agar tidak bergerak.”

(Jadi ini yang disebut dengan peperangan informasi...)

Kamijou tiba-tiba membatu.

“...Tunggu. Bagaimana dengan Index?”

Dia tidak ingin membawa Index ke tempat yang berbahaya, tapi dia juga tidak bisa meninggalkannya sendirian tanpa makanan begitu saja.

“Jangan khawatir. Maika akan pergi ke kamarmu, Kami-yan. Dia mungkin cuma lapar sepertiga dari biasanya setelah Maika selesai dengannya.”

Kamijou lega mendengarnya, tapi kemudian menyadari bahwa satu-satunya tujuan dirinya di mata Index adalah untuk membuatkan makanan untuknya.

Tidak lama, bus itu tiba di bandara internasional.

Kamijou turun dari bus dan memeriksa jam di ponselnya.

“Tsuchimikado. Memangnya ke mana kita akan pergi?”

“Prancis.”

Tsuchimikado menjawab dengan santai.

“Ugeh!? Eropa! Itu jauh... Tunggu, berapa lama kita akan pergi? Dan bukankah penerbangan ke Eropa itu lamanya sekitar 10 jam?”

“Tidak, kita akan sampai di sana hanya dalam waktu di bawah satu jam.”

“Hah?”

Kamijou menjawab dalam kebingungan.

Tsuchimikado terlihat jengkel jika harus menjelaskan, jadi dia hanya menunjuk ke landas pacu yang sedikit jauh dari gedung terminal.

Ada sejumlah pesawat penumpang ukuran besar yang berjejer, masing-masingnya memiliki panjang lusinan meter.

“Kita akan naik salah satunya.”

“...Tolong bilang kau sedang bercanda.”

Kamijou nyaris tidak bisa berkata apa-apa ketika menanyakan kepastian dari Tsuchimikado.

Dia pernah naik pesawat seperti itu sebelumnya.

“Kalau ingatanku benar, itu tipe pesawat yang membawaku dari Venesia ke Jepang.”

“Yeah, kudengar begitu, Kami-yan. Aku tidak begitu banyak terlibat dalam insiden ‘Ratu Adriatik’, jadi aku tidak tahu detailnya.”

“Jadi pesawat-pesawat itu benar-benar pesawat yang terbang dengan kecepatan 7000 kph?”

“Hahaha,” Tsuchimikado tertawa. “Lebih cepat lebih baik, ‘kan?”

“Itu terlalu cepat!! Ketika aku naik benda itu, rasanya seperti ada lempengan metal tebal yang dengan perlahan menghancurkan tubuhku! Index akhirnya mulai membuka hatinya ke sisi sains dan benda itu membuat hatinya tertutup ketat!!”

Ada juga bagian di mana Index memesan makanan dalam penerbangan dan makanan itu terbang ke belakangnya dengan spektakuler.

“Oh, ayolah, Kami-yan. Kita pergi dalam misi tidak resmi ke luar negeri. Apa kau benar-benar berpikir kita akan ke Prancis sambil makan di pesawat dan menonton film dengan santai?”

“Y-yah, tidak. Aku mengharapkan sedikit lebih tegang lagi, tapi... Tunggu. Kita benar-benar akan naik benda itu? A-aku benar-benar tidak bisa merekomendasikan pengalaman menaikinya!!”

“Jangan khawatir. Jangan khawatir. Setelah melewati Mach 3, seorang amatir tidak akan merasakan perbedaannya.”

“Bagaimana itu bisa membuatku lebih tidak khawatir!?”

Kamijou terus mengeluh, tapi Tsuchimikado berhenti mendengarkannya dan mulai menjelaskan apa yang akan mereka lakukan setelah mereka naik ke pesawat. Sepertinya tidak ada pesawat lain, jadi mereka benar-benar tidak punya pilihan lain. Tsuchimikado membawa Kamijou melewati sebuah pintu “khusus staff” dan melalui koridor yang membawa mereka ke pesawat penumpang supersonik, tidak melewati gate untuk umum.



Part 2

“Dokumen-C. Itulah nama benda spiritual di tengah semua ini.”

Suara Tsuchimikado bergema di pesawat yang luas itu.

Pesawat penumpang supersonik itu lebih besar dari pesawat penumpang biasanya, tapi selain kru pesawat, hanya mereka berdua yang ada di atasnya, membuat pesawat itu terasa kosong.

Karena hanya mereka berdualah penumpang yang ada, Kamijou dan Tsuchimikado duduk tepat di tengah area dengan kursi kelas satu yang paling nyaman. Tidak seperti kursi ekonomi yang sempit, kursi-kursi ini memiliki ruang yang cukup untuk menyelonjorkan kaki mereka.

Tsuchimikado sedang melihat kursi di sampingnya, tempat Kamijou duduk.

“Nama resminya adalah Dokumen Constantine.[2] Gereja Kristen pada awalnya melalui penyiksaaan oleh Kekaisaran Romawi hingga akhirnya Kaisar Constantine mengakuinya sebagai sebuah agama resmi. Dokumen-C adalah sebuah dokumen yang dibuat oleh Constantine untuk Gereja Katolik Roma.”

Kata-kata itu bukanlah kata-kata teman sekelas yang dikenal Kamijou. Tsuchimikado Motoharu sekarang berada dalam mode penyihir penuh.

“Dokumen-C menyatakan bahwa Paus Roma adalah pemimpin Gereja Kristen dan bahwa tanah di Eropa yang dikuasai Constantine adalah milik sang Paus. Karena Constantine memiliki mayoritas tanah Eropa, ini sama saja artinya dengan Paus memiliki Eropa dan seluruh orang yang tinggal di sana harus mematuhi Gereja Katolik Roma. Dari sudut pandang mereka, ini adalah sebuah sertifikat yang memberikan Gereja Katolik Roma hal-hal yang kedengarannya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.”

Tsuchimikado terus berbicara sambil mengulik LCD layar sentuh di samping kursinya.

“Sebagai sebuah benda spiritual, kekuatan Dokumen-C... yah, kau bisa mengatakan kekuatannya mirip dengan kompas. Untuk tanah yang dikuasai Constantine lebih dari 1700 tahun yang lalu, kau bahkan bisa menggunakan Dokumen-C bahkan hingga hari ini untuk membuat simbol-simbol yang mengindikasikan bahwa tanah itu diwarisi dari sang kaisar muncul. Karena warisan sang kaisar terdiri dari hal-hal yang diberikan pada Gereja Katolik Roma, Gereja Katolik Roma diberikan tanah dan benda-benda yang sesuai dengan Dokumen-C untuk digunakan atau dikembangkan sesuai yang diperlukan.”

Tsuchimikado berhenti bicara dan memandangi wajah Kamijou.

“Kami-yan, apa kau mendengarkanku?”

“Ugh-ugh-ugh-ugh-ugh-ugh-ugh-ugh-ugh-ugh-ughh-ughhh-ughhhh!!”

Kamijou tidak bisa merespon.

7000 kph. Gaya-G kuat yang dihasilkan kecepatan seperti itu sedang meremukkan organ dalam Kamijou Touma, membuatnya tidak bisa menjawab dengan baik. Rasanya seperti ada sebuah bola basket yang ditekan ke perutnya dan ada orang yang menginjak bola itu sekuat yang dia bisa.

Dengan baik-baik saja dalam keadaan seperti itu, Tsuchimikado lah yang aneh.

“Yah, terserah. Cukup dengarkan aku.”

“Ugh-gh!!”

Tsuchimikado tidak yakin apa itu adalah jawaban atau erangan.

“Seperti yang sudah kukatakan, Dokumen-C terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan bagi Gereja Katolik Roma. Bahkan, seorang akademisi abad 15 menyatakan bahwa dokumen itu palsu, dan dia benar. Kekuatan dan efek Dokumen-C sebagai sebuah benda spiritual sedikit berbeda.”

“Ggh-gh-ghh-gh!!”

“Kekuatan Dokumen-C yang sebenarnya bertindak pada skala yang jauh lebih besar. Kekuatannya membelokkan apa yang dikatakan oleh Paus Roma menjadi ‘informasi akurat’.”

Tsuchimikado dengan mulus menggerakkan bibirnya ketika berbicara dengan pelan.

“Contohnya, jika Paus mendeklarasikan bahwa anggota kepercayaan tertentu adalah musuh kemanusiaan yang mengganggu ketertiban umum, itu akan menjadi sebuah fakta sejak saat dia mengatakannya. Jika dia mendeklarasikan bahwa ‘tanganmu tidak akan terbakar jika kau menyentuh lempengan metal yang panas selama kau berdoa ketika melakukannya’, itu juga akan dipercayai tanpa bukti sedikit pun.”

“Ohh-gh-gh-gh!”

“Ayolah, Kami-yan! Paling tidak lihat ke arahku!”

Tubuh bagian atas Kamijou sedang bergetar parah tapi dia masih berhasil bicara.

“Jadi... jika dia menggunakan Dokumen-C itu... semua yang dikatakan sang Paus... adalah benar...?”

Sepertinya dia bisa mengikuti pembicaraan itu dengan cukup baik hingga bisa menangkap sampai situ. Kamijou sedang berusaha melihat apakah berbicara, bukannya mendengarkan, akan meringankan rasa sakit yang dialaminya. Itu adalah usaha terakhirnya.

“Jadi... dia bisa membuat apa pun yang dia inginkan menjadi nyata? ...Mirip Ars Magna dalam alkimia? ...Oghh!!”

“Tidak, bukan seperti itu.”

Tsuchimikado terlihat begitu santai hingga dia nyaris terlihat seperti akan bersenandung.

“Dokumen-C hanya bisa membuat orang-orang ‘percaya’ bahwa hal-hal yang dikatakannya benar. Tak peduli sekonyol apapun, dokumen itu membuat orang-orang berpikir bahwa itu pasti benar karena sang Paus mengatakan bahwa itu benar. Dokumen itu sebenarnya tidak mengubah hukum-hukum fisika.”

Tsuchimikado melakukan sesuatu ke layar sentuh yang terpasang pada sandaran tangan kursi.

“Dan juga, dokumen itu hanya membuat orang-orang percaya jika mereka memedulikan apa yang dikatakan Gereja Katolik Roma. Sebaliknya, orang-orang yang tidak peduli apakah yang dikatakan oleh Gereja Katolik Roma itu benar atau tidak, tidak terpengaruh olehnya. Entah lebih baik atau lebih buruk, benda spiritual ini hanya untuk digunakan oleh Gereja Katolik Roma saja.”

“J-j-jadi... itu adalah benda spiritual yang membuat orang-orang berpikir bahwa apa yang kaukatakan tu benar? T-tapi itu... Ugh.”

“Haha. Kurasa itu mungkin terdengar curang. Tapi ada banyak trik yang digunakan untuk menjaga keagungan seseorang jauh ketika hal-hal yang dikatakan orang yang kuat dianggap sebagai hukum absolut. Bagaimanapun juga, keagungan orang-orang yang memiliki kekuatan tu ditentukan dari apakah orang-orang memercayai hukum-hukum absolut mereka atau tidak. Dan jika kepercayaan itu goyah, seluruh negara bisa berada dalam bahaya. Bahkan di zaman Edo di Jepang ada praktek membelah seseorang jadi dua jika mereka mengatakan hal buruk tentang samurai. Apa ada cara lain yang lebih mudah untuk mengatur apa yang dipikirkan orang-orang?”

“J-j-j-j-jadi...mereka membuat Dokumen-C karena...”

“Ya, karena mereka takut. Mereka takut kehilangan kontrol dunia yang mereka ciptakan. Gereja Katolik Roma telah menghadapi berbagai krisis sepanjang sejarah. Tapi Gereja Kristen dan Tuhan harusnya absolut. Tuhan harusnya adalah entitas yang akan menyelamatkan manusia dari krisis apapun. Dan meskipun begitu, populasi Eropa jatuh begitu rendah ketika Wabah Hitam, banyak kegagalan selama Perang Salib, dan tidak ada yang tahu kapan Turki Usmani akan menyerbu Eropa.”

Tsuchimikado mengatakan semua ini dengan nada tidak berperasaan, tapi ada kilatan lembut di matanya.

“Pemikiran bahwa ‘Tuhan itu absolut’ ditantang berkali-kali. Dan Gereja Katolik Roma perlu menjaga agar pemikiran itu tetap ada. Itulah kenapa mereka memerlukan Dokumen-C. Dengannya, mereka bisa memastikan bahwa hati orang-orang akan tetap bersama mereka bahkan dalam krisis paling parah.”

Kau mungkin bisa mengatakan bahwa itu adalah sebuah benda spiritual yang mengisi celah antara kenyataan dan yang ideal.

Itu adalah alat yang melindungi harapan orang-orang dengan memaksa mereka untuk “percaya”.

Mungkin terlihat sedikit kejam, tapi di saat yang sama terdapat kebaikan dalam niat di baliknya.

(J-j-jadi Gereja Katolik Roma sedang menggunakan Dokumen-C itu...)

Kamijou mengambil napas dalam ketika berpikir.

(Mereka membuat orang memercayai bahwa informasi orang-orang Academy City lah yang jahat itu “benar”. Dan karena mereka memaksakan informasi itu pada orang-orang, kekuatannya muncul dalam bentuk gila berupa demonstrasi-demonstrasi ini.)

Kamijou lalu menggerakkan bibirnya yang sudah menjadi pucat karena efek gaya-G.

“T-t-t-t-tapi...jika mereka punya benda spiritual yang semengerikan itu...kenapa mereka belum menggunakannya...?”

“Karena efek Dokumen-C itu besar sekali. Sekali satu hal dinyatakan sebagai ‘benar’, sulit mengembalikannya bahkan dengan menggunakan Dokumen-C lagi. Karenanya, mereka tidak bisa menyatakan setiap hal kecil sebagai ‘benar’.”

Tsuchimikado menjawab pertanyaannya dengan mulus.

“Dan juga, Dokumen-C itu sebenarnya tidak semudah itu digunakan. Seperti yang sudah kukatakan, benda itu membuat orang-orang berpikir bahwa yang dikatakan Popa Roma itu ‘benar’. Tidak bisa digunakan siapa saja dan tidak bisa digunakan di mana saja. Dokumen itu awalnya dibuat agar hanya bisa digunakan ketika berada di pusat Vatikan. Perintah yang dikatakan menyebar ke seluruh dunia di saat yang sama dari sana melalui gari-garis ley.”

“Eh?Ghh... T-tapi bukankah kita...pergi untuk mencegah mereka menggunakannya?”

“Memang.”

“J-jadi kenapa Prancis? Kau barusan bilang...Dokumen-C hanya bisa...digunakan di Vatikan...”

“Hm? Oh, benar. Tentang itu.”

“D-dan...kau bilang...setelah mereka menggunakannya...mereka tidak bisa menghapus perintah itu, ‘kan? Tapi itu berarti...kita tidak bisa melakukan apa-apa...padanya.”

“Mari kita lihat. Pertanyaan mana yang harus kujawab lebih dulu?”

Ketika Tsuchimikado berbicara, sebuah nada elektronik halus terdengar dari pengeras suara di pesawat.

Lalu sebuah suara wanita yang terdengar sintetis membuat pengumuman. Pengumuman itu dalam bahasa asing, tapi Kamijou rasa bukan bahasa Inggris. Setelah mendengar pengumuman itu, wajah Tsuchimikado menjadi suram.

“...Yah, kelihatannya kita kehabisan waktu. Kami-yan, apa kau baik-baik saja? Kalau kau merasa tidak terlalu enak, coba ambil napas dalam dalam. Ayo, tarik napas.”

“Huhh.”

“Keluarkan.”

“Hoo.”

“Tarik napas lagi.”

“Huhh.”

“Dan keluarkan lagi.”

“Hoo.”

Setelah melakukan itu, Kamijou memang merasa lebih baik...atau paling tidak dia pikir dia merasa lebih baik.

Tapi wajah Tsuchimikado terlihat lebih suram lagi.

“Tidak terlihat begitu bagus. Mungkin kau akan merasa lebih baik kalau kau muntah? Yah, ayo, Kami-yan. Lepaskan sabuk pengamanmu dan ikuti aku. Ayo, tidak ada pramugari, jadi kau tidak perlu khawatir terlibat dalam masalah, Kami-yan.”

Tsuchimikado berdiri dari kursinya dengan tenang dan Kamijou dengan perlahan mengikuti. Kamijou tidak merasa seperti bergerak karena kehendak bebasnya sendiri; dia merasa seperti dilepaskan dari situasi yang ada dan tubuhnya bergerak dengan sendirinya.

Tsuchimikado berjalan melalui lorong antara kursi, membuka sebuah pintu, berjalan masuk ke lorong yang bahkan lebih kecil lagi, melangkah melalui sebuah lubang palka yang begitu pendek hingga kelihatannya kepalanya akan terantuk, dan berjalan ke dalam sebuah area yang hanya terdiri dari logam di mana suara deru bisa didengar dari segala arah.

(Kita di mana?)

Kamijou berada dalam kebingungan dan mengambil benda seperti ransel yang diberikan Tsuchimikado padanya.

“Ini. Pasang.”

“??? Tsuchimikado? Yang tadi apa, merasa lebih baik kalau aku muntah?”

“Jangan khawatir. Jangan khawatir. Aku akan segera membukanya, jadi cepat pasang itu.”

Tsuchimikado sudah memasang sabuk yang ada di ransel itu ke tubuhnya. Semuanya cukup berlebihan. Sabuk yang menghubungkan ransel itu padanya tidak hanya berada di kedua pundak, tapi mengelilingi perut dan dadanya juga.

Kamijou tidak terlalu mengerti apa yang sedang terjadi, tapi dia memasang sabuknya dengan cara sama seperti yang dilihatnya dilakukan Tsuchimikado.

“Oke, Kami-yan. Sepertinya kau sudah siap.”

Tsuchimikado menggunakan telapak tangannya untuk menekan sebuah tombol besar di dinding yang terlihat seperti tutup kaleng timah.

“Oke, sekarang kau bisa muntah sebanyak yang kauinginkan!!”

Kamijou mendengar suara keras yang aneh.

Tepat setelah Kamijou menyadari bahwa itu adalah suara pompa besar, bagian besar dari dinding itu tiba-tiba membuka, memperlihatkan hanya langit biru saja.

“Apa?”

Kamijou terkejut.

Dan sebelum dia sempat berpikir hal lain, angin keras muncul di dalam pesawat dan mulai menghisap semuanya ke luar.

“Ts-Ts-Ts-Ts-Tsuchimikadoooooooo!?”

Kamijou dengan panik menggenggam sebuah tonjolan di dinding, tap dia ragu dia bisa bertahan untuk waktu lama.

Di tengah angin yang bergemuruh, terdapat seringai besar di wajah Tsuchimikado.

“Ayo, Kami-yan. Kau sudah siap, jadi silakan muntah sebanyak yang kau mau.”

“Diam kau!! K-kenapa kau membuka pintu palka bagasi!?”

“Karena kalau kita mendarat di bandara Prancis seperti kumpulan idiot, para berengsek Katolik Roma itu akan tahu. Pesawat ini menuju London. Kita turun di tengah jalan di Prancis.”

“Apa kau bodoh!? Pikirkan seberapa cepat pesawat ini bergerak! Membuka pintu palka di kecepatan lebih dari 7000 kph akan mengoyak-ngoyak pesawat ini berkeping-keping!!”

“Maaf, tapi sudah terbuka.”

“Kita akan mati!!”

“Kaulah yang bodoh, Kami-yan. Kalau aku benar-benar melakukan itu, kita tidak akan bisa berbicara seperti ini.”

Pesawat itu pasti sudah menurunkan kecepatannya untuk menurunkan mereka. Dan memang benar bahwa Kamijou merasa lebih baik karena dia tidak terpengaruh oleh gaya G sebanyak sebelumnya...

“H-hei. Kalau begitu untuk apa kau menyuruhku mengambil napas dalam-dalam!? Tidak ada artinya, ‘kan!?”

“Ayolah, Kami-yan. Berhenti berusaha sia-sia dan lepaskan saja dindingnya.”

“Aku berterima kasih. Aku benar-benar berterima kasih kau mengkhawatirkanku!! Dan meskipun begitu kau baru saja menjadi seorang berengsek!!”

“Diam saja dan pergi.”

Tsuchimikado menendang tangan Kamijou dari tonjolan di dinding dan anak laki-laki berambut spiky itu kehilangan pegangan terakhirnya.

Angin keras yang bertiup ke luar pesawat mengangkatnya dan dia terbang keluar dari pintu palka bagasi menuju ke langit kosong.

Saat itu adalah tengah hari waktu lokal.

Di bawah langit biru yang menyegarkan, seorang siswa SMA sedang berteriak dari paru-parunya yang paling dalam.

“Gyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhh!!”

Index v14 131.jpg

Hanya ada langit biru 360 derajat di sekelilingnya.

Mungkin karena dia mengayun-ayunkan tangan dan kakinya dan juga karena tahanan udara menggerakkan angin dengan cara yang aneh, tapi tubuhnya jatuh berbelok-belok dalam arah yang membingungkan.

(A-apa yang terjadi? Baru saja beberapa jam yang lalu aku bermain kompetisi forkball dengan Fukiyose. Jadi kenapa aku dijatuhkan ke langit di atas Prancis!?)

Ketika dia jatuh, dia berhasil melihat Tsuchimikado melompat dari pesawat, tersenyum seperti seseorang yang sangat berminat pada olahraga udara.

(Aku akan membunuhnya... Ketika kita sampai ke tanah, aku akan membuat si berengsek itu babak belur!!)

(...Sebenarnya, bagaimana kita akan mendarat dengan aman?)

Wajah Kamijou memucat.

Tapi kemudian ransel yang dipakainya meledak.

Sebuah parasut besar membuka dari dalamn ya. Pasti benda itu diatur agar aktif secara otomatis pada ketinggian tertentu.

Tapi itu benar-benar mengejutkan Kamijou.

“Ghhh!? Leherku! T-talinya tersangkut di-...!”

Dia tidak sempat menyelesaikan keluhannya.

Tangan dan kakinya menggantung lemas sementara dia melayang turun dalam postur yang sangat natural.

Dia tidak mungkin tahu bahwa parasutnya tertiup angin dan meleset dari area tempat dia seharusnya mendarat dan bahwa dia mendarat di Sungai Rhone yang dikenal memiliki lebar lebih dari 100 meter.



Part 3

Kamijou mendengar suara air.

Yang membuatnya bingung adalah suara itu datang dari mulutnya sendiri.

Parasutnya tertiup angin dan dia berakhir di tengah sungai. Dia tidak bisa menyentuh dasar sungai di bawah kakinya. Dia tidak begitu hebat dalam berenang, tapi juga tidak terlalu buruk. Tetapi, dengan bajunya yang basah dan parasut raksasa yang melilitnya, dia tidak terapung dengan baik.

Tidak ada tanda-tanda Tsuchimikado mendarat di dektanya. Tapi karena dia sedang tenggelam, terpisah dari Tsuchimikado adalah hal terkecil yang dikhawatirkannya.

Dia tidak tahu seberapa dalam air sungai itu.

Mungkin saja tidak terlalu dalam, tapi itu pasti cukup untuk menenggelamkan Kamijou karena betapa bingungnya dia. Air itu tidak melakukan apapun selain membuatnya panik.

Dia mulai mendayung dengan tangannya pada laju 2 atau 3 kali lebih lambat dari pikirannya yang berlomba.

Lengannya gemetar hebat.

Gemetarannya karena ototnya yang lemah, air yang merampok panas tubuhnya, dan ketakutan bahwa dia tidak akan pernah bisa mengeluarkan kepalanya dari dalam air. Semua ini membuatnya merasa seperti ada yang menahan gerakannya.

(Sial.)

Udara yang disimpannya di mulutnya bocor keluar.

Dia bisa melihat sinar matahari yang menyinari permukaan air di atas kepalanya.

Sinar yang bergoyang-goyang itu menghilangkan sense jaraknya.

(Dipikir-pikir, ini pernah terjadi padaku ketika aku dilemparkan dari kapal es di Chioggia...)

Ketika Kamijou memandangi permukaan air, dia melihat sesuatu yang terlihat seperti lentera aneh yang berputar-putar turun ke arahnya.

Permukaan air terbuka dengan sejumlah besar gelembung udara.

(...!!)

Sebelum Kamijou sempat terkejut, sebuah tangan langsing terulur dari balik tirai putih gelembung udara.

Baru saja dia sadar bahwa pasti ada seseorang yang terjun ke dalam air, tangan putih itu menggenggam pinggangnya.

Dia lalu ditarik ke atas oleh sebuah tenaga besar.

Anehnya tubuh Kamijou lemas ketika dia ditarik seperti oleh sebuah tali ke permukaan air.

Tidak sampai 10 detik bagi wajahnya untuk menembus permukaan air dan bertemu udara.

Dia mendengar suara percikan air yang besar.

Otot-otot yang menggerakkan tenggorokan dan paru-parunya tidak bekerja dengan baik.

“A-apa kau baik-baik saja!?”

Dia mendengar suara seorang gadis di dekatnya.

Parasutnya terus menjadi beban yang menarik tubuh Kamijou ke bawah. Gadis itu meninggikan suaranya sementara dia menyokong berat badan keduanya.

“Aku akan menuju tepi sungai. Jangan lemas begitu!!”

Ketika merka sampai ke dekat sisi sungai...atau lebih tepatnya bagian yang lebih dangkal dari sungai itu, Kamijou berhasil duduk. Karena baju dan parasutnya menyerap begitu banyak air, dia merasa sangat berat. Dan tali parasutnya terbelit-belit ketika dia berusaha di dalam air membuat parasutnya tidak lebih dari sebuah beban saja.

“A-apa begini caranya?”

Gadis itu mengulurkan tangan langsingnya.

Kamijou mendengar sebuah suara klik besar dan mendapati dirinya akhirnya terbebas dari parasut itu.

Dia melihat ke atas dan melihat matahari yang tinggi di langit, jadi saat itu pasti baru saja lewat tengah hari. Tapi tidak ada orang lain di sekitar, selain Kamijou dan gadis itu. Mungkin orang-orang tetap berada di dalam gedung karena ketakutan pada demonstrasi dan kerusuhan.

Dia melihat sekelilingnya.

Ada sebuah jembatan batu berbentuk melengkung di dekatnya, tapi jembatan itu hancur setengah dan hanya memanjang hingga ke tengah sungai

Gadis itu mungkin melompat ke dalam air dari sana.

Kamijou lalu berbalik ke arah gadis yang menyelamatkannya.

Dia harusnya berada di Prancis, tapi gadis itu adalah orang Jepang.

Dia terlihat seumuran dengan Kamijou.

Dia berambut hitam sebahu dan berkelopak mata ganda. Dia memakai tank top warna pink dan celana putih setinggi lutut. Siluet keseluruhannya langsing.

“Apa ada air yang tertelan...?”

Gadis yang melihatnya dengan khawatir terlihat familier.

Dia cukup yakin bahwa gadis itu adalah...

“Uhuk. Itsuwa dari Amakusa?”

“Ah, iya. Senang bertemu kau lagi.”

Itsuwa menundukkan kepalanya dengan manis.

Tapi dia seharusnya tinggal di London bersama anggota Amakusa yang lain. Dia tidak akan berada di Prancis tanpa alasan.

(Kenapa Itsuwa ada di sini? ...Sebenarnya, cuma ada satu alasan kenapa dia ada di sini.)

“Hei, Itsuwa. Apa kau dipanggil ke sini oleh Tsuchimikado?”

“Um... Siapa Tsuchimikado-san?”

Tidak seperti harapan Kamijou, Itsuwa memiringkan kepalanya ke samping kebingungan.

“Uhuk. Hah, bukan itu?” Kamijou jelas tidak menyangka hal itu. “Maksudku, kau pasti ada di sini karena Gereja Katolik Roma menggunakan Dokumen-C untuk menyebabkan demonstrasi dan protes-protes di seluruh dunia, ‘kan?”

“B-bagaimana kau bisa tahu tentang itu!?”

Itsuwa mengangkat tangannya ke mulutnya terkejut.

“M-memang benar kami sedang menginvestigasi Dokumen-C, tapi bagaimana kau tahu tentang petunjuk yang kami dapatkan setelah begitu lama mencari!? Kurasa inilah yang diharapkan dari orang yang mengalahkan Priestess[3] dalam satu pukulan saja!!”

Matanya entah kenapa bersinar-sinar, tapi Kamijou tidak mengingat hal semacam itu karena ingatannya yang hilang. Sebenarnya hal ini sedikit membuatnya takut.

(Hal macam apa yang kulakukan pada Kanzaki?)

“Um, yah, uh... Kenapa kau tiba-tiba melayang turun dengan parasut? Apa sekolahmu di Jepang baik-baik saja?”

Kamijou dihadapi oleh pertanyaan yang lebih dasar lagi.

Dia menggaruk rambutnya yang basah oleh air sungai yang kotor ketika menjawab.

“Aku datang ke sini dengan Tsuchimikado untuk menghentikan Dokumen-C. Apa Gereja Anglikan tidak memberitahumu tentang tindakan Tsuchimikado?”

“Kami sedang menginvestigasi garis-garis ley dan sifat-sifat sihir lain dari tanah di Prancis karena permintaan dari Gereja Anglikan.”

“Aku mengerti.”

Kamijou tidak begitu memperhatikan. Tapi kemudian dia mengerjap.

“Kami?”

“Iya,” kata Itsuwa mengangguk kecil. “Ke-52 anggota siap tempur Gereja gaya-Amakusa . Kami semua berkeliling di kota-kota besar Prancis. Aku bertanggung jawab untuk Avignon, tapi kemudian kau jatuh dari langit...”

“...Begitu. Jadi ini Avignon.

Dia diseret dan dijatuhkan dari pesawat oleh Tsuchimikado, jadi dia tidak tahu sama sekali di mana dia berada. Ketika dia memikirkannya, dia sangat beruntung bertemu dengan seorang Jepang yang dia kenal.

Dan karena Tsuchimikado membawanya ke Avignon, kemungkinannya tinggi bahwa Gereja Katolik Roma menyimpan Dokumen-C di sini.

Ini berarti tempat ini adalah markas musuh.

Dan Kamijou jatuh tepat ke tengahnya.

“Hei, Itsuwa. Tsuchimikado bilang Dokumen-C hanya bisa digunakan di Vatikan.”

“I-itu benar.”

“Jadi kenapa kalian menginvestigasi Prancis dan bukan Itali? Aku menanyakan ini padanya, tapi aku dilempar keluar dari pesawat sebelum dia sempat menjawab.”

Itsuwa pasti berpikir bahwa bagian terakhir itu adalah semacam lelucon yang tidak dimengertinya, karena dia kelihatan tersenyum terpaksa.

Lalu Itsuwa mengingat sesuatu.

“U-um... Bisakah aku mengambil tasku sebelum menjawabnya?”

“Tasmu?”

“Aku meninggalkannya di atas jembatan. A-aku sedikit khawatir kalau tasku dicuri.”

Dia pasti mengacu pada jembatan melengkung setengah-hancur yang ada di dekat mereka.

Sepertinya, dia benar-benar melompat dari jembatan itu.

“Aku mengerti. Oh, dan terima kasih. Aku benar-benar akan berada dalam masalah jika kau tidak menyelamatkanku.”

“T-tidak, tidak! Itu bukan apa-apa, benar!!”

Itsuwa menggelengkan kepalanya dengan kecepatan mengagumkan dan melambai-lambaikan kedua tangannya di depan wajahnya ketika mengatakan itu. Tetesan kecil air terbang dari ujung jemarinya.

Melihat itu, Kamijou menanyakan satu pertanyaan padanya.

“Oh, satu lagi, Itsuwa. Apa kau punya baju ganti di tasmu?”

“Eh? Y-ya, Gereja gaya-Amakusa memang menspesialisikan diri pada kerahasiaan.”

Dia kebingungan karena pertanyaan Kamijou yang tiba-tiba, tapi sedikit rasa bangga bisa terlihat di ekspresinya ketika memberikan penjelasan itu.

“Hampir semua barang bawaanku ada di hotel, tapi aku punya sepasang baju ganti untuk menguntit seseorang atau untuk kabur. Walaupun aku belum menggunakannya sampai sekarang.”

“Begitu. Bagus.”

“?”

Itsuwa masih tidak mengerti apa yang dibicarakan Kamijou.

Tapi Kamijou merasa ragu untuk memberitahunya secara langsung.

Jadi dia mengalihkan pandangannya dari Itsuwa ke arah langit biru dan menunjuk ke apa yang sedang dibicarakannya.

“...”

Itsuwa mengikuti jari Kamijou dengan matanya dan melihat apa yang sedang ditunjuknya.

Dadanya.

Lebih spesifik lagi, ke tank top warna pink yang sudah bisa dilihat tembus dan melekat pada tubuhnya karena basah dan karenanya menyebabkan siluet penuh tubuhnya terlihat.



Part 4

Part 5

Part 6

Part 7

Part 8

Part 9

Part 10

Di antara baris 3

Catatan

  1. Loker untuk umum; masukin koin dan lokernya bisa dipakai.
  2. Constantine biasa diindonesiakan menjadi Konstantinus, tapi karena singkatannya Dokumen-C, jadi...
  3. Pendeta wanita, mengacu pada Kanzaki Kaori, pendeta tertinggi Amakusa


Previous Chapter 2 Return to Main Page Forward to Chapter 4