Baka to Tesuto to Syokanju:Volume5 Soal Pertama

From Baka-Tsuki
Revision as of 16:37, 13 November 2012 by Razor 127 (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

"...Yuuji."

"Apa, Shouko?"

"...Aku ingin lihat handphone-mu."

"Kenapa? Kenapa tiba tiba pingin lihat HP-ku?"

"...Karena kemarin, program di TV bilang."

"TV? Apa katanya?"

"...Banyak bukti perselingkuhan akan tetap di handphone."

"Hoho."

"...Jadi, tunjukkan padaku."

"Ditolak."

"...Kencangkan gigimu."

"Tunggu! Aku pikir kau telah melewatkan banyak langkah! Kau tiba tiba ingin menonjokku? Kau ingin menonjokku?"

"...Perlihatkan."

"Ah-...Tidak, tidak bisa, nggak sengaja ketinggalan dirum-AAHHHHHHH! M-MATAKU!"

"...Harusnya aku lakukan ini daritadi."

"Kau selalu menusuk mataku! Kenapa kau minta aku mengencangkan gigiku kalo begitu!? Itu boongan, dasar hewan!"

"...Yuuji, longgarkan tanganmu. Kalau begini aku tidak bisa mengambil handphonemu."

"Ngg-Nggak akan kukasih! Ini baru aku dapet balik abis dibenerin! Nggak akan kubiarin kamu curi!"

"...Kalau kamu menolak, Akan kuambil celana dan dalaman-mu."

"Da...!? Kalo celana mah terserah walaupun aku nggak rela, tapi kenapa dalemanku juga ikutan!? Maksudmu aku harus sekolah dengan bagian bawah telanjang!?"

"...Anak setengah-telanjang yang hanya memakai baju sangat disukai ibu-ibu, aku dengar dia bilang sekali."

"Salah! Ini nggak ada urusannya dengan 'suka'! Pentingnya lagi, aku nggak mau, jangan salah!"

"...Juga, aku juga mau lihat bagian sana-nya Yuuji."

"Kamu bokep ya!?"

"...Aku tidak cabul. Aku, teman masa kecil-mu, mempunyai kewajuban untuk mengecek pertumbuhan Yuuji."

"Beh, lepaskan gesperku! Jangan sentuh! Oke oke! Nih! Ambil handphoneku!"

"...........ya."

"Shouko. Kenapa kamu sangat kecewa..."

"...Perlihatkan handphone-mu."

"Serius... Tolong jangan dirusak, kau bodoh dalam mesin."

"...Akan kucoba."

"Tolong."

"........."

"Dan? Nggak ada apa apa kan? Kalau mengerti, kembalikan handphone-kuuu—UOH! Tanganmu ngapain deket deket celanaku? Kamu udah ambil handphone-ku kan!?"

"...SMS dari Yoshii lebih banyak dari SMS dariku."

"Heh? Apa salahnya?"

"...Singkatnya, kau akan selingkuh dengan Yoshii."

"Salah hesar."

"...Jadi, hukuman."

"Kenapa disekitarku banyak yang mikir perbedaan jenis kelamin itu spele...? Oke, Shouko, lihat isi SMS-nya. Cuma bercanda saja kan?

"...tapi,"


Pip, Pip, Pip, Pip, Pip


"Ah, SMS? Di HP-ku, kan? Biar aku cek!...tunggu, balikin dulu gesperku yang kau curi dengan jago-nya."

"...Tidak, tak akan kukembalikan."

"Ha? Kenap—aAAAAH!? Sekarang kau ingin mengambil celanaku lagi? Semua orang bisa lihat kita dari sini—NGGAK, NGGAK, OKE!! Aku sudah dewasa, nggak apa apa nyerah dan ngasih celana walaupun aku sangat sangat nggak rela, jadi seenggaknya dalemanku!"

"...tidak"

"Kau gila!? kau tahu kau sedang apa sekarang!?"

"...Aku tak akan, mengampunimu, selingkuh...!"

"Sialan! Apa kata SMS-nya!?"

【Message From: Yoshii Akihisa】

Bisa aku menginap dirumahmu? Malam ini aku...tidak ingin pulang.


Pertanyaan Pertama

Sebutkan nama alat disamping.

BTS vol 05 016.png


Jawaban Himeji Mizuki:

Tabung Pengukur.

Komentar Guru:

Benar. Mengetahui nama dan kegunaan peralatan lab itu yang palin gdasar. Bisa megingat nama peralatan peralatan ini pasti ada hasilnya. Juga, tolong ingat untuk melihat besaran yang ada di peralatan tersebut.

Jawaban Tsuchiya Kouta:

Mesu Shiri.[1]

Komentar Guru:

Kau hanya ingat bagian yang kau anggap menarik. Kuharap kau tak lupa dengan tiga huruf terakhir [ンダー] (ndaa).


Jawaban Yoshii Akihisa:

Tabung kaca dengan besaran

Komentar Guru:

Tidak ada harapan kalau kamu...



BTS5-Hideyoshi.jpg

Saat ini Minggu sore, dan tempat yang sangat jarang terpengaruh cuaca penghujan ini gerimis tadi pagi, tapi sekarang sudah berhenti maka diluar sekarang cerah. Namun aku tak kemana-mana melainkan ngetem dirumah bermain game.

“Yak! Ho... yak, Dan—!”

Di layar TV adalah game tinju yang baru kubeli minggu lalu, dan aku mengontrol alat ditanganku ini seperti kesurupan. Yuuji waktu itu ikut main dan anehnya dia lebih hago dariku. Mengesalkan, namun orang itu memang selalu lebih baik dalam game yang berhubungan dengan refleks dan gerakan.

"Walau begitu, aku tak akan kalah dengan orang seperti itu!"

Tapi game apapun itu, Kalah kepada Yuuji saja membuatku mual, jadi aku janjian untuk tanding ulang besok pulang sekolah, dan aku akan berusaha latihan

--DING DONG.

Suara tajam dari bel tiba tiba berbunyi saat aku latihan.

"Ha? Surat ekspress-kah? Mengganggu saja..."

Mau gimana lagi? Aku hanya bisa menghela napas dan menekan tombol pause, bangun dari duduk dan berjalan ke koridor.

"Ya~ Siapa disana?"

Aku berkata sambil membuka kunci pintu dan mendorongnya.

Panas dan kelembaban musim panas masuk dari ruang kecil diantara pintu.

Aku sedikit manyun dengan rasa terganggu, tapi kudorong pintu lebih lebar sedikit lagi.

Dibalik pintu besi ini, langitnya cerah dan terang setelah hujan, ada cahaya sisa pelangi yang hampir bercampur dengan langit, dan wanita berambut pendek yang membawa tas koper.

“…Eh? Arre…?”

Aku tak bisa memercayai mataku dan mulai melihat orang itu lebih dekat. Apa ini? Mata lebar, muka lalai, orang ini...sepertinya aku tahu...

Perasaanku nggak enak. Aku kurang yakin, tapi mungkin...

“…Nee, nee…san…?” [2]

Aku mencoba memanggil anggota keluargaku ini yang seharusnya ada diluar negeri dan harusnya tidak muncul disini.

Dan, orang itu langsung...

"Ya. Lama tak bertemu, Aki-kun."

Dia menjawabku. Rambut pendeknya berkibar lembut dengan hembusan angin, dan dengan senyum muncul di wajahnya.


—Dan untuk alasan tertentu, dia menggunakan mantel mandi.


"KENAPA KAU MEMAKAI MANTEL MANDI!?"

Aku kaget melihat kakakku, yang telah lama tak kutemui berpakaian seperti ini.

Pertanyaan mengenai Kenapa kau disini? Kalau ingin kembali kenapa tidak bilang padaku? Hilang seketika. Dandanannya itu membuatku benar benar pusing.

Nggak, mungkin saja untuk kakakku yang baru kembali dari luar negeri baru keluar dari suatu ruangan. Jarang di Jepang, tapi memang ada beberapa rang yang berpakaian seperti ini setelah mandi, tapi...

"BUKANNYA ANEH PAKE BEGINIAN BUAT MENGUNJUNGI SESEORANG!?"

Sejauh yang kutahu, mantel mandi tidak berevolusi untuk digunakan diluar, kan? Aku nggak pernah tahu.

"Aki-kun...Jepang benar-benar panas?"

"KENAPA KAU MULAI BICARA TENTANG CUACA KAYA NGGAK PERNAH DENGER KOMENTARKU!? HARUSNYA KAU BERINTERAKSI DENGAN NORMAL DENGAN ADIKMU YANG TIDAK KAMU TEMUI SATU TAHUN!!"

"Aki-kun, Bisa bisanya kau berdiri di koridor dan membuat kericuhan? Nee-san tidak ingat membesarkan anak yang kurang akal sehat."

"Uhh...Aku tidak percaya diomeli tentang akal sehat oleh orang yang memakai mantel mandi sambil jalan didepan semua orang..."

YANG BERAKAL SEHAT ITU AKU KAN!?

"Dan aku pasti sudah bilang sebelumnya. kau harus dengarkan yang lain sampai selesai, kan? Nee-san punya alasan kenapa aku berpakaian seperti ini."

Nee-san mulai mengomeliku.

"Eh? Ahh...iya."

Setelah mendengarnya bilang begitu, aku bernapas lega.

Benar, siapa yang mau jalan-jalandiluar dengan mantel mandi tanpa alasan?

"Tentu saja."

Setelah melihatku mengertim Nee-san mengangguk dan pelan pelan mulai menjelaskan padaku.

"Tadi benar benar panas, dan aku harus membawa barang barang berat, Nee-san jadi sangat berkeringat..."

"hmm."

"Walaupun aku akan bertemu adikku, Nee-san tetap wanita. Normal kan untuk memperhatikan bagaimana penampilanku."

"Benar, perempuan seharusnya memperhatikan ini."

"Jadi nee-san berganti ke mantel mandi ini untuk menyerap keringat."

"Nah itu salahnya."

"Karena mantel mandi ini adalah satu satunya pakaian yang bisa menyerap keringat lebih banyak. Keringat nee-san langsung kering"

"Kenapa otakmu tak berpikir 'ambil handuk dan keringkan diri'?"

"Jadi karena aku berganti memakai mantel mandi ini aku bisa menjaga harga diri sebagai kakak, dan bertemu kembali dengan adikku yang sudah setahun tak kutemui dengan keadaan bersih."

"Menurutku, walaupun kau bangga terhadap penyelesaianmu ini, kau akhirnya gagal karena terlalu banyak berpikir kan?"

Dalam pikiranku, harga dirinya sebagai kakak sudah hilang.

"Kau bicara apa? Walaupun keringat mengandung hal hal seperti sodium klorida, magnesium, kalium dan kalsium, kebanyakan isinya adalah air. Baan mantel mandi ini kan katun, jadi bisa menyerap dan sangat permeabel, dan berhasil menghisap keringat dari tubuh nee-san seperti yang kuingingkan."

"Nggak... kau memang berhasil menghilangkan keringat..."

Tapi bukannya nggak perduli tentang apa yang kau pakai cuma karena itu bisa menyerap keringat!

"Kalau kau mengerti, biarkan aku masuk. Nee-san harus melihat bagaimana keidupan Aki-kun dan laporkan ke ibu."

"Ah, benarkah?"

"Ya."

"Mengerti~ jadi kau ingin mengecek bagaimana aku hidup~"

"Benar."

"Oke oke.. Oh ya, Nee-san..."

"Ada apa?"

"Apa itu?"

"Apa maksudmu?"

Aku menunjuk jauh, dan nee-san melihat kearah yang aku tunjuk tanpa ragu.

—BLAM. CREK CKREK

Saat dia melihat kesana tadi, aku langsung menutup pintu dengan santai, dengan kecepatan yang paling cepat, dan bahkan ingat menguncinya.


DING DONG

"Aki-kun, cepat buka pintu. Nee-san belum masuk!"

Aku menutup telingaku sambil mulai berjongkok, nggak ingin mendengarkan suara yang datang dari luar.

"Kau benar benar melakukannya, ibu!!"

Kenapa dia harus melakukan hal ini!? Mengirim nee-san untuk mengecek kehidupanku tanpa pemberitahuan kan licik!


DING DONG

"Aki-kun, kau dengar? Kau tahu kakakmu masih berdiri diluar?"


Gimana nih? Kalau ini berlanjut kehidupanku selama ini akan ketahuan. Kalau dia laporkan ke ibu tentang situasi disini, aku tak akan tahu apa lagi yang akan terjadi terhadap kehidupan bahagiaku tinggal sendiri. Aku bisa saja menyembunyikan manga dan console game-ku kalau mereka sudah menghubungiku dulu!


DING DONG.

"Aki-kun, apakah kau membully kakak? Apa kau benci melihat kakak dalam mantel mandi?"


Dan dia datang sebelum Ulangan Akhir Semester! Ibu pasti akan tahu hasilku bagaimana. Dia pasti menunggu waktu yang tepat untuk mengirim pembunuh ini kemari. Aku hanya bisa pikir kemungkinan itu. Bagaimana ini!?


"Kenapa kamu tidak mau membiarkan nee-san masuk? Adakah alasan kenapa kau tidak mau nee-san masuk? Alasannya...apa?"


Saat aku sedang memegang kepala dan berpikir, nee-san diluar tampaknya sedang berpikir juga. Dia mikir apa sekarang?


"Aah, aku mengerti. Jadi Aki-kun sedang memikirkan itu."


Aku nggak melihat apa apa, tapi tampaknya nee-san sadar. Apa dia ingin memberikan aku waktu untuk beres beres? Kita saudara jadi pikiran mungkin sama.]


"Maksudmu kalau aku ingin masuk aku harus pakai seragam pelayan, dan bukan mantel mandi, kan?"


AKU NGGAK NGOMONG ITU!!!!


"Nggak, jangan! Ini jebakan dari Nee-san! Kalau aku buka pintu ini dan mengomel balk dia akan menggeledah rumah seperti detektif tanpa ragu!"

Jangan jawab, Akihisa! Jangan!-- Aku terus menerus memperingati diriku dalam hati. Ini masalah hidup mati.


"...serius deh, kalau begitu aku akan mampir ke tetangga untuk pinjam seragam pelayan."


"JANGAN! JANGAN TIBA TIBA MINTA TETANGGA UNTUK PINJAM BAJU PELAYAN DENGAN MANTEL MANDI! DAN JUGA KENAPA RUMAH TANGGA ORANG JEPANG PUNYA SERAGAM PELAYAN!? KAU MIKIR APA!?”

Aku terpaksa membuka pintu dan berteriak.

Aku sudah tidak tahan! Aku benar benar tidak bisa meninggalkan orang ini sendiri di koridor!

"Benarkah? Tapi temanku bulan lalu bilang 'Fujiya-ma, Tempo-ra dan seragam pelayan adalah bagian dari kebudayaan jepang."

"Nee-san, orang itu benar benar tidak normal! Lagian juga kenapa dia nggak bisa bilang 'Gunung Fuji' dan 'Tempura' dengan benar tapi bisa nyebut seragam pelayan jelas jelas?"

Teman macam apa yang dia punya? Orang aneh menarik perhatian orang aneh. Ini bukannya seperti sekupulan bulu saling nempel?

"Dia suka bermain. Dia bahkan menyebut dirinya A-Boy."

"Kau sadar nggak sih!? Harusnya kan B-Boy!"

Akiba-Boy dan Bad-Boy pertamanya nggak terlalu beda, tapi ada banyak perbedaan disana.

"Ngomong ngomong ya, walaupun kau tinggal diluar negeri, kesalahpahamanmu terhadap budaya Jepang itu parah...Bukannya kau sering pulang, nee-san?"

Dan dia sebenarnya sudah tinggal di Jepang sampai beberapa tahun yang lalu. Kesalahpahamannya kok bisa jadi parah begini? Tapi sebenarnya benar juga, kakakku nggak akan melihat apapun yang dia nggak tertarik. Tapi beberapa tahun tinggal diluar negeri tampaknya hanya memperparah keadaan.

"Sudahlah, nanti saja. Lebih baik aku masuk dulu."

“Ahh.”

Sebelum aku bisa berhenti, nee-san masuk koridor.

"Setidaknya aku masih tahu kalau aku harus meletakan sepatuku dengan rapi saat masuk rumah orang jepang, Aki-kun."

Setelah ngomong itu, dia langsung melepas sepatunya dan menempatkannya di koridor. Dan akhirnya mulai sadar sambil menepok tangannya.

"Ooh, jadi begitu. Kau mengunci nee-san diluar untuk merapihkan ruanganmu 'kan, Aki-kun?"

“Uuhh…”

Setidaknya dia sudah berpikir alasan 'beres beres ruangan' setelah melihat koridor yang terisi dengan sepatu berserakan. Biasanya orang akan berpikir masalah rumah tangga sebelum seragam pelayan, tapi...lupakanlah. Lagipula dia kakakku ini.

"Jadi, Aki-kun..."

"Bukan, ehhh...aku..."

Uuh...mata orang penceramah itu mulai melihatku.

"Nee-san sekarang sudah dewasa. Kalau Aki-kun pakai lebih dari 2000 buku-H memenuhi ruang tamu nee-san tidak akan kaget."

Ehh...Kalau mungkin, aku harap kau bisa kaget.

"Aku nggak punya uang untuk beli 2000 buku-H"

Bisa gitu aku punya uang sisa kalau aku hidup miskin dan keras...yah, tapi sebearnya aku juga punya sih...

"Kudengar ginjal anak laki laki harganya lumayan."

"KAU PIKIR AKU AKAN JUAL GINJALKU UNTUK BELI BUKU-H!? KAU PIKIR ADEKMU ITU ORANG MACAM APA,NEE-SAN!?"

"Yah... adik dengan keinginan hubungan seksual yang sampai kalau ada kesempatan saat study tour sekolah, kau akan mengorbankan semua tanpa perduli integritas ataupun kehormatan untuk mengintip kamar mandi perempuan."

"Ahaha, kau bicara apa? Gimana mungkin?"

Aku jelas jelas merasa keringat dingin keluar dari segala sisi tubuh ini. Ke-kemampuan observasi kakak terlalu tajam...

"Jadi, aku harus mengecek apakah kamu menjalani hidup dengan sesuai."

Koridor yang agak berantakan, tapi ruang tamu yang rapi. Yuuji mampir untuk main game kemarin. Lagian kalau ruangan ini kotor kan aku nggak bisa memainkan joystick-nya dengan benar.

“Arree…? Nggak terduga, bersih."

Setelah melihat sekeliling ruang tamu, nee-san meletakkan kopernya, mematikan console game yang aku sedang mainkan, dan perlahan duduk disofa.

"KENAPA KAU MATIKAN CONSOLE GAME-NYA!? AKU BARU AJA SAMPE SITU! TEGA BANGET SIH!"

Aku baru saja menemukan karakter yang bisa kupakai, dan dia mematikannya tanpa kata. Seenggaknya biar ku-save dulu dong!

"Diam."

Aku terpaksa protes kepada perlakuan tidak berperikemanusiaan ini, tapi kakakku dengan tegas menyuruhku diam.

"Aki-kun, nee-san memberikan 2 syarat untukmu kalau mau tinggal sendiri. Kau belum lupa kan?"

"Aku sudah lama lupa-kalau aku bilang itu apa nee-san akan marah?"

Alisnya kelihatan bergerak saat aku billang 'lupa', maka dengan cepat aku tambahkan bagian terakhir-nya.

Tapi, nee-san malahan kelihatan tenang.

"Tidak, aku tidak akan marah."

"Eh? Serius?"

"Ya, aku tak akan marah."

"Baguslah~ Sebenarnya aku sudah lama lupa—"

"Tapi kau kucium saja."

"—Nggak! Tentu saja aku ingat jelas!"

"Ciumannya akan sangat kuat sampai akan menjadi tak mungkin untuk jadi istri."

"Kau ingin apa!? Mikir apa kau kepada adikmu sendiri!? Dan aku cowok, jadi dari awal juga aku nggak akan jadi istri!"

"Jangan khawatir, Nee-san yang tidak akan bisa jadi istri."

"ITU MALAH TAMBAH SEREM KALAU KAU BILANG BEGITU! KALO GITU JANGAN BUAT HUKUMAN KAYA BEGINI!"

"Kalau begitu, hidup Aki-kun akan selalu terpenuhi rasa bersalah karena membuat nee-san tidak bisa menikah."

"TERLALU SEREM!!!"

Lagipula tidak ada yang bisa kau nikahi. Jangan salahkan orang lain dong!

"Aku mengerti, Nee-san. Jangan hukum aku..."

"Serius? Kau mengerti? Ayo dengar apa isinya."

“Hm. Eh—ehhhmm…”

Yang masih bisa kuingat...aku pernah janji pada ibu sebelumnya, tapi ingatanku sedang ngacak sekarang, jadi aku tidak tahu apa yang harus dikatakan.

Kalau nggak salah, janji yang kubuat dengan kakak...

"Aki-kun...waktunya menutup mata..."

"AKU INGAT! Serius! Jangan ngebuat situasi nggak enak dan jangan deket deket!"

Orang ini bukan seseorang yang suka bercanda. Kalau dia bilang dia ingin lakukan sesuatu, pasti dilakukan tanpa ragu. Walaupun kekerasan langsung oleh Minami dan teman sekelas lain, ancaman macam ini bukanlah yang ingin aku hadapi.

"Janji yang aku buat dengan nee-san itu satu: 'boleh main game cuma 30 menit sehri' dan dua: 'nggak boleh ada hubungan seksual yang dilarang'. Ya, aku ingat jelas!"

"Benar...begitulah."

Nee-san tampak kurang senang sambil duduk kembali. Ahh, nyaris. Aku hampir mencium bibir kakak sendiri. Serius.

"Walaupun kau ingat, sepertinya kau tidak melaksanakannya."

"uhh...maaf..."

Game ini adalah game yang memberitahu jumlah waktu dimainkan-nya. Sayangnya dia sudah lihat. Nggak mungkin ngeles lagi kalau aku bilang aku nggak main lebih dari setengah jam sehari.

"Kalau begitu aku harus mengurangi poin."

Nee-san mengeluarkan catatan dari kantongnya dan mulai menulis. Dia menulis apa?

"Mengurangi poin, maksudnya?"

"Aku menghitung poin untuk mengukur apakah Aki-kun bisa tinggal sendiri. Aku akan menambah dan menguran point dari sikapmu sampai kehidupan sehari hari dan nilaimu sebagai standarnya. Kalau nilaimu tidak cukup, aku akan lapor ke ibu dan menjelaskan bahwa kau tak bisa tinggal sendiri."

"EEEHHH!? KENAPA JADINYA BEGINI!?"

"Ngomong-ngomong, aku baru mengurangi 20 poin darimu."

20 poin. Itu termasuk banyak atau sedikit?

"Nee-san, saat kau bilang mengurangi poin, pada poin berapa aku termasuk tidak lulus?"

"Saat nilaimu di UAS ada, kalau totalnya kurang dari 0, kau gugur."

Jadi...dengan kata lain, kalau hasil UAS keluar dan sisa poin-nya negatif, kehidupanku tinggal sendiri akan selesai.

"Kalau mau menambah poin aku harus apa?"

"Hiduplah dengan teratur dan perlihatkan hasil yang bagus. Kalau sudah kunilai, aku yang atur apakah aku bisa tambahkan poin."

Geh... Makananku sehari hari cuma air tambah garam, dan nilaiku jelek jelek... Bakal parah kalau nee-san tahu tentang ini.

"Kamu tidak usah kelihatan putus asa begitu, Aki-kun. Kemampuan belajarmu lebih parah dari rata-rata. Neesan dan ibu tahu, Yang paling penting adalah apakah kamu punya hati untuk menjadi lebih baik."

"Eh? dengan kata lain kau akan melepaskanku kalau aku lebih giat?"

"Ya. Aku akan pakai nilai ulangan terakhir-nilai ulangan streaming,kan? Aku akan bandingkan apakah kamu lebih baik atau tambah buruk dan pakai itu sebagai standar-nya."

Dengan kata lain, total nilai ulangan terakhirku adalah 800 poin. Kalau aku bisa dapat 820 poin di UAS, ekstra 20 poin itu bisa dipakau untuk menetralkan poin yang baru dikurangi. Dengan kata lain, kalau aku giat sekarang, mungkin ada gunanya.

"Benar. Bagaimana dengan janji satunya? Kau ikuti tidak?"

"Tentang tidak boleh ada hubungan seksual yang dilarang?"

"Iya. Tapi perempuan yang ingin melihatmu yang bego yang tak ada harapan, tidak ada kemampuan hidup, sangat bodoh dan jelek di dunia ini, hanya antara nee-san atau ibu."

Kenapa nilai nilai burukku kau bicarakan dengan kejam begitu? Tapi dari awal ingatanku, aku sudah sering dibilang seperti ini, jadi aku sudah mulai tahan dengan kalimat ini, walaupun tetap sakit kalau mendengarnya.

"Tapi sebagai pencegahan, aku harus periksa. Kau tidak mengalami hubungan yang dilarang, kan?"

Pelototan tajam langsung diarahkan kepadaku.

Hubungan yang dilarang, hubungan yang dilarang...masalah kalau aku melakukan tindakan cabul kepada perempuan atau Hideyoshi? Pada dasarnya...hal hal seperti apa? Apa misalnya (walaupun cuma salahpaham) kejadian dengan Minami dihitung? Lebih baik tanya secara nggak langsung.

"Nee-san, berapa poin yang diambil kalau aku melakukan sesuatu?"

"Pegangan tangan dengan perempuan, 100 poin."

—Matilah aku kalau dia tahu.

"…"

"Kenapa, Aki-kun? Kenapa kelihatan pucat?"

“Ah, ahaha…kau kebanyakan mikir.”

"Mencurigakan. Kau tidak menyembunyikan apa apa dari nee-san, 'kan?"

Dasar kakak. Dia kelihatannnya sadar kalau ada yang mencurigakan. Biarpun itu Hideyoshi, Yuuji atau bahkan kakakku, kenapa semua bisa membongkar kebohonganku?

"N-nggak kok, aku tidak menyembunyikan apa-apa darimu. Dan aku tidak pernah mencium perempuan sebelumnya!"

"Oh, jadi ada kejadian seperti itu. Silahkan jelaskan."

"Sudah kubilang tidak, kan!?"

Aku mencoba untuk ngeles tapi nee-san tetap memelototiku. Sial, nggak tahan...

"Aki-kun, kalau kau tidak mau beritahu...aku akan lakukan sesuatu yang kejam."

Nee-san mengatupkan tinjunya kencang seperti sedang mengancamku, dan bahkan menghela napas.

Eh, jadi sekarang serangan biasa?"

“Hm~melakukan sesuatu yang kejam..."

"Ya, aku akan lakukan sesuatu yang kejam padamu."

Memang terdengar nggak terhormat, tapi daripada ancaman nggak jelas kaya tadi, ancaman seperti ini nggak akan sakit.

Menggunakan tinju untuk memukul anak SMA biasa nggak akan banyak ber-efek. Lagian, aku yang selalu bertarung untuk kehidupanku setiaphari, serangan tingkat ini hanya ecek ecek. Walaupun aku seharusnya takut,aku malah berpikir kakakku kelihatan lucu kalau mengatup tangannya seperti itu.