Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume15 Chapter3
Di Tanah Kekuatan Tersegel. Reformatory.
Part 1
Keringat dingin bermunculan di seluruh tubuh Baba Yoshio.
Dia adalah anggota MEMBER, sama seperti Profesor. Dia membantu Profesor dengan mengendalikan si robot berkaki empat dari jauh.
“Dasar berengsek... Jangan mati begitu saja!!”
Dia mengutuk lelaki itu, tapi yang sudah mati tidak akan datang dan menyelamatkan dirinya.
Baba mendecakkan lidahnya dan memulai persiapan evakuasi. Dia berada beberapa ratus meter di bawah tanah di kota bawah tanah yang dibangun di Distrik 22. Lebih spesifik lagi, dia berada di sebuah bunker nuklir untuk para VIP yang dikenal sebagai “Resor Musim Panas”. Itu adalah properti swasta milik seorang anggota Dewan Direktur, tapi karena tidak begitu sering digunakan, Baba menon-aktifkan sistem pengaman dan menggunakannya untuk keperluan sendiri. Bagian dalamnya dibuat seperti sebuah vila mewah, dan bahkan memiliki jalur khusus untuk konferensi melalui internet. Jadi tempat itu adalah tempat yang sangat cocok untuk seorang hacker seperti Baba. Dia telah mengincar tempat itu untuk beberapa lama, tapi sekarang ketika dia mencoba tempat itu, dia mendapati bahwa tempat itu memang sangat istimewa.
Tetapi, itu bukanlah area yang benar-benar aman.
Dia tidak mengetahui kekuatan apa yang dimiliki musuhnya, tapi dinding tebal tidak akan berguna melawan esper tipe teleportasi. Profesor telah dibunuh dengan mudah oleh satu dari tujuh Level 5 di Academy City. Orang seperti itu akan dengan mudah mendobrak pintu bunker itu. Belum lagi ada kemungkinan bahwa si musuh bisa datang dengan perlengkapan terbaru seperti shotgun anti-pelindung.
(Tidak akan memakan waktu lama baginya untuk mencurigai aku ada di sini. Aku harus keluar dari sini.!!)
Dia memasukkan berbagai mesin yang terpusat di notebook miliknya ke dalam tas, mengambil tumpukan uang yang disimpan di “Resor Musim Panas”, lalu menuju elevator untuk keluar.
Tapi tidak ada respon ketika dia menekan tombol elevator.
“...?”
Dia menuju pintu ke tangga yang terletak di tempat lain, tapi kunci pintu itu tidak bisa terbuka.
Saat itulah lampu di bunker itu berubah menjadi warna merah terang. Terkejut, Baba menengok monitor kontrol pemeliharaan bunker itu. Terdapat tulisan, “Karena alasan keamanan, semua pintu sudah dikunci.”
Mata Baba melotot dan dia mendengar suara aneh.
Seperti suara air terjun.
Suara itu cukup besar. Pastinya begitu, untuk bisa didengar melalui dinding bunker yang tebal.
“Air...!?”
Berbagai kemungkinan buruk muncul di pikiran Baba Yoshio.
Jika seseorang sedang menuang berton-ton air ke jalur elevator atau tangga menggunakan selang untuk kebakaran...
Motor otomatis—dan tentu saja tangan manusia—tidak akan bisa membuka pintu dengan tekanan air yang begitu besar. Bahkan jika pintu bisa dibuka, yang menunggu di sisi lain hanyalah air dalam jumlah yang sangat besar.
MEMBER memiliki seorang esper tipe teleportasi yang bernama Saraku (Accelerator memanggilnya Kill Point), tapi dia telah dikalahkan di Distrik 23. Tidak ada yang bisa menyelamatkan Baba dalam situasi ini.
“Tch!!”
Baba dengan cepat mengeluarkan notebook-nya dari dalam tas dan menghidupkannya. Dia lalu menghubungkan jalur komunikasi untuk konferensi internet dan menghubungi orang lain dari MEMBER. Profesor dan Kill Point telah dikalagkan, jadi hanya ada satu orang yang tersisa untuk dihubungi. Seorang gadis yang dipanggil Profesor sebagai seorang penyihir.
Tetapi, jawaban e-mail yang menjelaskan situasi Baba datang dengan cepat dan cukup singkat.
“Kalau aku tidak salah ingat, informasi yang kaukumpulkan tentang organisasi-organisasi gelap disimpan di server berbeda untuk tiap organisasi. Dengan informasi itu, aku tidak membutuhkanmu. Aku akan mengejar musuhku. Aku tidak punya waktu untuk membersihkan kekacauan yang kausebabkan.”
“Dasar wanita jalang!!” umpat Baba.
Dia berpikir untuk membuang semua rasa malunya dan meminta organisasi bawahan atau “orang di telepon” untuk membantunya, tapi kemudian layar komputernya freeze. Dia memiliki firasat yang sangat buruk tentang itu dan berusaha memperbaikinya. Namun, sepertinya kabel komunikasi telah dipotong secara fisik. Sekarang dia tidak bisa memperoleh informasi baru.
Baba mencabut kabel komputernya dan mengerang. Dia berusaha memaksa dirinya sendiri untuk berpikir positif, tapi dia hanya bisa sampai pada satu kesimpulan.
Dia terjebak.
Ketika menerima kenyataan itu, dia bisa merasakan tekanan gelap yang mengarah padanya dari dinding tebal yang tadinya terlihat sangat bisa diandalkan hingga saat itu. Berapa banyak makanan yang dimilikinya? Apakah oksigen di ruangan itu akan mencukupi? Kapankah tim penyelamat datang? Akankah tim penyelamat datang?
Ketidaksabaran Baba semakin cepat membesar selagi pikiran-pikiran itu mengitari kepalanya. Dia akhirnya melemparkan tasnya ke lantai, mencabuti rambut di kepalanya dengan kedua tangan, dan berteriak seperti hewan buas.
Dia berada di tempat teraman di dunia. Ada cukup oksigen dan makanan di sekitarnya untuk hidup nyaman untuk setahun penuh. Dan meskipun begitu, pikiran Baba Yoshio ditelan oleh monster yang dikenal sebagai imajinasi.
Part 2
Distrik 11.
Academy City tidak berada di tepi laut, jadi material hanya bisa dibawa masuk dan keluar melalui jalur darat atau udara. Distrik 11 memiliki perbatasan dengan dinding luar kota dan berfungsi sebagai pintu masuk jalur darat.
Para anggota BLOCK dan Unabara Mitsuki berada di sana.
Gedung-gedung persegi berjejer di area itu. Tidak seperti bangunan biasa, bangunan-bangunan ini tidak memiliki dinding dan tampak seperti gedung tempat parkir. Mobil listrik buatan Academy City terparkir di dalamnya sebagai persiapan untuk dikirim ke luar.
Distrik gudang di Distrik 11 berukuran besar dan lebih dari 7000 ton material masuk dan keluar tiap harinya.
Area di sekitar gerbang yang mengatur apa yang masuk dan keluar dikontrol dengan ketat, tapi distrik tempat penyimpanan tidak bisa dijaga dari ujung ke ujung. Distrik itu mirip dengan dermaga pelabuhan pada umumnya. Jenis tempat di mana sering terjadi perdagangan gelap malam demi malam di film-film mafia lama.
Dan...
(Itu dinding luar...)
Unabara menengok ke arah dinding.
Meskipun dia berada lebih dari 500 meter jauhnya, dinding itu kelihatan sangat megah dengan ukuran besarnya. Ada jalan di atas dinding yang mirip Tembok Besar Cina dan dengan menggunakan teropong, mereka bisa melihat robot-robot keamanan berbentuk drum sedang berjalan bolak-balik di atasnya.
Beberapa penyihir telah berhasil melewati dinding luar, tapi itu terjadi karena dinding luar dilindungi oleh sensor-sensor “ilmiah” yang membuatnya lemah terhadap taktik “sihir”.
(Paling tidak kuharap begitu. Aku tidak ingin memikirkan kemungkinan bahwa Aleister sudah memperhitungkan begitu jauh dan membiarkan kami masuk begitu saja.)
Namun, karena data pantauan dari satelit sudah hilang, kekuatan keamanan telah jatuh cukup jauh. Sekarang orang biasa yang tidak bisa menggunakan metode sihir juga memiliki kesempatan untuk masuk.
Di sisi lain dinding, 5000 orang tentara bayaran yang telah dipanggil Saku harusnya sedang menunggu.
Mereka pasti telah menunggu satelit keamanan Academy City mati sambil bersembunyi, tersebar di gedung-gedung dan kendaraan yang berada cukup dekat.
Unabara mengetahui semua itu, tapi dia tidak mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan informasi itu pada rekannya.
Anggota lain GROUP tidak tahu tentang semua ini. Dia tidak tahu apakah orang-orang kelas atas Academy City mengetahui ini atau tidak. Kemungkinan besar mereka sedang bernapas lega karena serangan terhadap satelit sudah dihentikan.
(Jadi BLOCK memanggil pasukan bayaran ini untuk mencapai tujuan mereka... Tapi apa tujuannya? Di mana mereka akan menyerang...?)
“Apa kau khawatir, Yamate?” tanya Teshio Megumi yang berdiri di dekat Unabara tiba-tiba.
Yamate adalah nama pria yang menjadi penyamaran Unabara.
“Tidak juga...” jawab Unabara pendek.
Normalnya, dia akan mengikuti orang yang akan menjadi penyamarannya paling tidak seminggu untuk memantau orang itu. Jika dia tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang orang itu, lebih baik tidak berbicara dengan sembrono.
Teshio tidak terlihat begitu khawatir dengan tindak tanduk Unabara.
Dia mungkin berpikir kalau Unabara sedang gugup karena rencana besar mereka.
“Kita sudah melumpuhkan satelitnya, tapi robot keamanan berengsek itu masih bergerak,” ucap Saku Tatsuhiko.
Teshio memutar kepalanya ke arah si pria besar mirip beruang.
“Apa itu akan menjadi masalah?”
“Tidak. Robot seperti itu tidak dilengkapi dengan senjata, jadi mereka tidak bisa melukai kita. Pasukan bayaran itu bisa melewati dinding kalau mereka bergerak di waktu yang tepat.”
“Kenapa mereka tidak bersenjata?” tanya Unabara, memutuskan untuk bergabung dengan percakapan itu.
Saku melirik ke arahnya.
“Ada berbagai alasan. Robot-robot itu biasanya digunakan untuk menjaga perimeter luar. Jika mereka malfungsi dan menembak seseorang di luar dinding, itu akan menjadi masalah besar Juga ada masalah dengan reload peluru. Robot model itu tidak bisa mengganti magasin, jadi kalau mereka kehabisan peluru, mereka kehabisan peluru.”
“Jadi kalau kita terlihat, mereka akan membunyikan alarm, cuma begitu saja?” tanya Teshio Megumi dengan suara yang terdengar kecewa. “Kalau begitu, bukankah kita bisa menembus paksa dinding ini tanpa perlu melakukan semua persiapan yang menyusahkan ini?”
“Tidak. Robot keamanan di dinding luar memiliki jalur komunikasi spesial. Ketika mereka membunyikan alarm, sinyalnya akan langsung dikirimkan ke area kontrol di Distrik 23 dan helikopter tempur tanpa awak akan dikirim. Helikopternya kemungkinan besar adalah ‘Six Wings’, model terbaru yang ditunjukkan di Pameran Senjata Pencegat. Semuanya akan menjadi sulit jika kita terlihat.
Saku menengok ke bawah ke jam tangan yang terpasang di tangan besarnya.
“Dalam sepuluh menit, robot-robot keamanan itu akan berganti shift.”
“...”
“Mereka bertenaga listrik, jadi tidak bisa terus-terusan bergerak 24 jam. Energinya harus diisi ulang di satu tempat. Karena itu robot-robot itu dibagi menjadi grup yang aktif dan grup yang sedang diisi ulang.”
Kelihatannya, karena pergantian ini, terdapat celah keamanan sepanjang 20 hingga 30 menit.
Biasanya, itu bukanlah masalah karena satelit milik Academy City akan terus memantau kota dan area di sekitarnya.
Tapi saat ini tidak begitu.
Dua puluh menit itu akan menjadi celah yang benar-benar kosong.
“Persiapkan kendaraan sebanyak mungkin. Jangan lupa ganti plat nomornya,” Saku Tatsuhiko memberikan instruksi pada salah satu anggota organisasi bawahan BLOCK. “Gunakan mobil listrik yang dijadwalkan untuk dikirim keluar yang terparkir di gedung parkir. Kita perlu menggunakannya untuk membawa 5000 orang.”
Part 3
Celah 20 menit di sistem keamanan dimulai.
Dikelilingi oleh gedung parkir berbentuk persegi di distrik gudang Distrik 11, Unabara Mitsuki memusatkan perhatiannya pada pisau obsidian di kantongnya.
Dia tidak akan mendapatkan kesempatan untuk menghubungi Accelerator dan yang lainnya dari GROUP.
Meskipun dia bisa mengontak mereka sekarang, tidak ada jaminan mereka bisa segera datang.
Dari perkataan Saku Tatsuhiko ke radio yang didengar Unabara, tampaknya pasukan bayaran itu melempar tali ke atas untuk mengamankan jalur masuk mereka. Unabara mengamati melalui teropong yang diberikan oleh salah satu “rekan”-nya dan melihat beberapa figur manusia sedang mendaki ke atas dinding luar.
(...Aku tidak punya pilihan,) pikir Unabara.
Tombak Tlahuizcalpantecuhtli adalah mantra mirip proyektil yang memantulkan cahaya Venus dan menguraikan apapun yang terkena oleh pantulan cahaya itu. Apapun yang dikenai oleh cahaya itu akan terurai, tapi Tombak itu tidak bisa menyerang banyak target dalam waktu yang sama.
(Masalah utamanya adalah ke mana aku harus menggunakan satu-satunya seranganku.)
Ada 5000 pasukan bayaran.
Mengarahkan tombaknya ke arah mereka akan sia-sia. Itu hanya akan menyisakan 4999 musuh untuk dihadapi.
Dia bisa mengincar salah satu anggota utama BLOCK.
Dia berpikir bahwa mengalahkan Saku yang bertindak sebagai komandan akan menyebabkan gangguan, tapi rencana BLOCK sepertinya sudah berjalan begitu jauh untuk dihentikan sepenuhnya hanya dengan membunuh pemimpinnya.
(Aku perlu mengincar sesuatu yang memiliki efek yang lebih besar...)
Unabara melepaskan teropong dari matanya.
(Apa yang bisa kuserang, yang bisa memutuskan rencana mereka dalam satu serangan...?)
Dia mengalihkan pandangannya dari para pasukan yang sedang memanjat dinding luar.
Dia diserang oleh ketegangan yang intens, tapi dia tidak memiliki waktu untuk ragu.
(Di sana!!)
Dia mengeluarkan pisau obsidiannya.
Dia sedang mengarahkan cahaya Venus ke arah...
Gedung parkir di dekat sana.
Saku Tatsuhiko dan Teshio Megumi hanya menatap Unabara ketika dia mengeluarkan pisau obsidian itu. Mereka tidak memiliki pengetahuan tentang sihir, jadi mereka tidak tahu sama sekali apa yang sedang dilakukan Unabara.
Tetapi, imajinasi mengisi titik-titik pertanyaan mereka ketika melihat Unabara mulai berlari ke arah gedung itu dan diikuti oleh runtuhnya tiba-tiba gedung parkir itu.
Terdengar suara keras.
Gedung parkir di arah Unabara berlari yang terbuat oleh beton yang telah diperkuat mulai terurai seolah-olah pilar yang menyokongnya diambil satu demi satu. Ketika bahan bangunan menghantam tanah, debu berterbangan ke udara.
“Ap-...? Yamateeee!!”
Unabara mendengar Saku meneriakinya dari belakang.
Segera setelahnya, dia mendengar suara metalik dari banyak senjata yang diarahkan padanya.
Unabara tidak menghiraukan ini dan terus berlari.
Dengan suara debum, potongan-potongan beton raksasa menghujani tanah seperti pada longsor. Potongan-potongan itu melindungi punggung Unabara dari hujan peluru. Mobil-mobil listrik hancur di udara dan ujung-ujung tajam menancap ke tanah. Sedikit keberuntungan adalah mobil-mobil itu tidak menggunakan bensin dan karenanya tidak meledak.
Unabara mengarahkan pisau obsidiannya lebih rendah.
Dia menghancurkan tanah dengan cahaya Venus dan melompat ke gorong-gorong demi melindungi dirinya dari beton yang berjatuhan.
Namun, jumlah bahan bangunan yang jatuh terlalu banyak, dan mulai membuat gorong-gorong itu penyot ke bawah ke arah Unabara.
“Ooooohhhh!!”
Dia mulai berlari, tersandung dan jatuh, lalu mulai merayap maju.
Akhirnya, runtuhnya gedung parkir itu berakhir.
Hantamannya pasti telah merusakkan gorong-gorong itu di segala tempat, karena terjadi longsor yang membuat Unabara tidak bisa maju atau mundur.
Atap di atasnya telah hancur, membuat beberapa berkas sinar terang masuk.
Unabara meletakkan tangannya ke dinding dan mulai mendaki sambil melihat ke langit biru di atas.
Dan di sana dia melihat...
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Di Antara Baris 3
Previous Chapter 2 | Return to Main Page | Forward to Chapter 4 |