Tsukumodo Bahasa Indonesia:Jilid 2 Make-Up

From Baka-Tsuki
Revision as of 11:51, 24 January 2013 by Meis-Mean (talk | contribs) (Created page with "Kapan dan bagaimana cewek belajar menggunakan make-up? Di TV, kalian dapat sering melihat anak-anak yang berubah menjadi monster dengan menggunakan make-up ketika ibu mereka ...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Kapan dan bagaimana cewek belajar menggunakan make-up?

Di TV, kalian dapat sering melihat anak-anak yang berubah menjadi monster dengan menggunakan make-up ketika ibu mereka lengah, tapi aku belum pernah melihat hal seperti itu di kehidupan nyata.

Sementara di lingkunganku sendiri, aku menyadari cewek-cewek di kelasku mulai menggunakan make-up sekitar saat kami mulai memasuki SMA.

Tidak hanya dalam urusan make-up para cewek lebih maju dari kami kaum adam, tetapi juga ketika menyangkut pakaian dan gaya rambut . Mereka pasti lebih sensitif pada fashion daripada kami.

Memang ada juga beberapa laki-laki yang modis di sana sini, tapi itu hanya minoritas. Cenderung lumrah bagi pria untuk tampil biasa dalam hal seperti ini. Bukannya aku mau menyebut diriku standar, tapi itulah fakta yang tidak bisa kusangkal dalam fashion.

Mungkin para cewek membaca majalah agar dapat lebih terampil dalam bidang ini? Tapi aku tidak percaya mereka bisa berhasil cukup dengan itu.

Artinya, mereka harus meminta nasihat pada ibu atau teman mereka dalam hal make-up dan fashion.

Tapi cewek-cewek yang tidak punya teman dan orang tua tidak diuntungkan dalam hal ini.

Mm? Kalian tanya siapa yang kumaksud?

Tidak, tentu saja aku tidak memikirkan seseorang yang spesifik.



A wide range of bottles was placed di atas meja.

Toner, lotion biasa dan lotion susu, alas bedak cair, krim... pelindung kulit, pelembab, perawatan kulit... produk-produk setelah perawatan untuk digunakan setelah mencuci muka, atau setelah memakai masker, atau sebelum menggunakan make-up...

Karena aku sama sekali belum tahu apa yang harus digunakan, kapan, dan untuk apa, aku hanya membeli beberapa secara acak, tapi sekarang setelah kuderetkan barang belanjaanku, aku pun masih belum tahu.

Faktanya, semua ini hanya sebagian kecil dari kosmetik-kosmetik yang dijual. Yang bisa kukatakan sekarang hanya masker wajah masih terlalu tinggi tingkatannya untukku.

Sudah sekitar pukul sepuluh malam. Aku masih memegangi kepalaku di depan cermin dan sederet produk-produk kecantikan sementara masih memakai slip dress yang kukenakan sehabis mandi tadi.

Mestinya, aku perlu melakukan sesuatu pada kulitku yang kering setelah mandi, tapi aku bahkan tidak tahu mengapa karena mandi saja kulitku bisa kering. Apalagi, toner dan semacamnya bisa saja seharusnya tidak hanya dioleskan, tetapi juga dipijat-pijat.

Pokoknya, duduk diam saja tidak akan ada gunanya.

Aku memutuskan untuk mulai sambil mengikuti petunjuk di bukuku.

Dengan hati-hati, aku menuang sedikit toner ke atas tanganku dan memijatnya memutar-mutar di permukaan wajahku untuk agar merasuk. Dengan mengikuti perintah di buku, aku juga mengoleskan sebagian ke tempat-tempat lain seperti lengan dan tengkuk leherku.

Aku takut harus mengulangi langkah yang sama lagi untuk lotion dan alas bedak, tapi karena keduanya disebutkan opsional, jadi aku mengabaikannya.

Jika aku memikirkan sebagian besar wanita melakukan ini setiap hari, aku jadi merasa salut.

Aku sendiri juga baru saja mulai menggunakan kosmetik, tapi aku tidak tahu berapa lama lagi aku bisa bertahan.

Tidak, ini pola pikir yang salah.

Aku tidak boleh menyerah.

Atau aku akan berakhir seperti...

Aku melirik sebuah foto yang berkerut-kerut di atas meja.

Aku berusaha meratakannya dengan telapak tanganku, tapi foto itu tetap saja berkerut-kerut. Dan orang yang tampak di dalamnya pun masih tetap penuh dengan kerutan seperti wanita tua.


Insiden itu terjadi beberapa jam yang lalu.

Towako-san sedang pergi belanja seperti biasanya, sementara kami berdua menjaga toko.

Selama waktu istirahatku, aku pergi keluar untuk membeli beberapa barang. Ketika aku kembali, aku meletakkan bahan-bahan makanan ke dalam kulkas. Saat hendak meletakkan castella cake (yang kubeli untuk dimakan saat minum teh) di ruang tamu saat aku tiba-tiba menyadari sebuah kamera di sana.

Itu adalah kamera analog yang kelihatan lumayan tua, dan aku pun tergoda untuk mengangkatnya dengan tanganku.

Saat itulah peristiwa itu terjadi.

Suara jepretan keras menggema.