Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume15 Chapter4

From Baka-Tsuki
Revision as of 17:06, 13 July 2013 by C.I.U (talk | contribs) (→‎Part 6)
Jump to navigation Jump to search

Chapter 4: Perbedaan Setipis Kertas antara Menghina Diri Sendiri dan Rasa Bangga. Enemy_Level5.

Part 1

Pada akhirnya, dia menghanyutkan abu mayat tersebut di sungai.

Hamazura Shiage tidak sanggup membuang abu tersebut ke mesin pengolah sampah dapur otomatis. Dia tahu bahwa tindakannya hanya memuaskan dirinya sendiri dan melakukannya membuat lingkungan tercemar, namun dia tetap menahan diri dari pikiran untuk membuang apa yang tadinya adalah manusia ke tempat sampah dapur.

(...Aku menyedihkan.)

Dia telah berpisah dari Takitsubo dan sekarang sedang berbicara pada dirinya sendiri sambil menelusuri jalan di pinggir sungai.

(Aku tidak bersimpati pada orang di kantung tidur itu, aku cuma takut bahwa akulah yang berikutnya ada di sana. Aku hanya melakukannya karena aku tidak ingin dibuang seperti itu ketika aku mati.)

“Sialan...”

Dia menahan dorongan untuk menanyakan dirinya sendiri apakah dia benar-benar harus kembali ke ITEM dan mulai berjalan kembali ke arah mereka.

Saat itulah seseorang memanggilnya.

Hamazura tidak menghiraukan orang tersebut dan mulai melanjutkan jalannya, tapi orang itu memegang pundaknya dari belakang.

Sebelum dia sempat berbalik, sebuah pukulan mendarat.

Dia menerima pukulan di belakang kepalanya dan jatuh ke tanah yang kotor.

Dia mendengar suara tawa dan menoleh. Dia melihat tiga anak laki-laki yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya. Salah satu dari mereka memegang tongkat golf. Dialah yang telah memukul Hamazura barusan.

(...!? Perampok?)

Delapan puluh persen populasi Academy City terdiri dari pelajar. Pada jam-jam tertentu, asrama siswa nyaris kosong sepenuhnya. Ada beberapa grup pelajar berandalan bersenjata yang bekerja sebagai perampok dan menggunakan saat-saat seperti itu demi keuntungan mereka.

“Aku benar. Aku pernah melihat orang ini sebelumnya. Dia dari Skill-Out Distrik 7, ‘kan?”

“Bukannya mereka sudah musnah?”

“Siapa peduli? Kita akan membuatnya babak belur di sini.”

Dengan perkataan itu, mereka semua tertawa. Tendangan demi tendangan meluncur ke arah Hamazura dari segala arah sebelum dia sempat mengatakan apapun. Mereka semua hanya tertawa.

“Kau tahu, Skill-Out? Sampai beberapa waktu lalu, hidup kami sulit.”

“Pemimpin kalian...Komaba, ya ‘kan? Dia benar-benar menyusahkan. Dia membuat kami tidak bisa melakukan pekerjaan kami dengan baik.”

“Untuk membayarnya, kami akan membuat wajahmu begitu rusak hingga mereka hanya bisa mengidentifikasikanmu sebagai ‘Pemuda A’. Mengerti?”

Hamazura ingin mengatakan bahwa itu bukanlah salahnya, tapi sebuah tendangan mendarat di bagian samping perutnya. Dia kesulitan bernapas dan tidak bisa mengatakan apapun.

(Si...al...an...)

Wajah tak dikenal di dalam kantung tidur kembali ke pikirannya. Dia tidak bisa menghilangkan pemandangan lelaki itu dibakar di tungku elektrik dan abunya hanyut di sungai dari pikirannya. Fakta bahwa dia juga bisa dimusnahkan seperti itu dan remehnya kehidupan seorang Level 0 mengisi kepalanya.

Kemudian sebuah pipa logam kira-kira setebal jempol yang digunakan sebagai pipa gas propana berguling di tanah yang kotor tersebut.

Hamazura Shiage tidak ragu-ragu.

“!!”

Dia menggenggam pipa berbentuk L tersebut dan mengayunkannya ke samping dengan penuh tenaga.

Pipa itu mengenai lutut si berengsek dengan tongkat golf dan Hamazura merasakan tulangnya retak. Si idiot itu tumbang ke tanah sambil berteriak dan Hamazura berdiri dibasahi darah seolah-olah untuk menggantikan perannya. Hamazura mengayunkan pipa itu ke bawah lagi untuk mendaratkan satu pukulan lagi.

Kedua berandalan lain meneriakkan sesuatu, tapi Hamazura tidak menghiraukan mereka.

Dia mengayunkan pipa itu ke bawah sekali lagi ke orang yang tumbang tersebut dan teriakan-teriakan yang manis memasuki telinganya.

Salah satu berandalan mengeluarkan sebuah palu dari tasnya ketika mendengar itu.

Hamazura merasa mungkin dia benar-benar berada dalam masalah. Pipa metal itu cukup destruktif, tapi masih sulit untuk menumbangkan seseorang dalam satu pukulan. Jika ini berubah menjadi pertarungan tinju berkepanjangan, mungkin saja mereka berhasil mengalahkan satu sama lain.

Namun dia masih tidak merasa ingin menghentikan tangannya yang menyerang.

Tekstur kain sintetis dari kantung tidur warna hitam tersebut secara mengejutkan terasa segar di telapak tangannya.

Kemudian...

“Di sini, Hamazura!!”

Di saat yang sama dengan teriakan itu, leher anak yang memegang palu bengkok ke samping dengan suara retak. Sebelum Hamazura menyadari bahwa anak itu telah terkena sesuatu seperti batu bata, seseorang telah mengenggam lengannya.

“Ayo, dasar idiot! Ayo pergi dari sini!!”

Hamazura merasakan kelesuan yang aneh selagi dibawa berlari dengan lengan yang ditarik.

Setelah dibawa cukup jauh, dia akhirnya menyadari milik siapa suara itu.

“Itu...Hanzou?”

Dia adalah seorang pemuda yang dulunya adalah anggota Skill-Out bersama Hamazura dan sering beraksi bersama Hamazura. Hamazura memikirkan aktivitas-aktivitas yang dilakukannya ketika menjadi Skill-Out dan menyimpulkan bahawa Hanzou pasti sedang berpikir untuk mencuri ATM lain jika dia berkeliaran di daerah ini.

Hanzou berkata dengan suara yang benar-benar terkejut, “Dasar idiot! Apa kau sudah lupa aturan di jalanan? Kalau kau memikirkan siapa yang menang dan siapa yang kalah, kau akan mati. Kalau kau peduli pada nyawamu, kau harus membuang pikiran selalu ingin menang!”

Kedua pemuda tersebut melihat ke belakang untuk memastikan bahwa tidak ada yang mengejar mereka dan berhenti berlari.

Hamazura menengok wajah Hanzou dengan ekspresi kebingungan di wajahnya.

“Kenapa kau menyelamatkanku? Aku menghancurkan Skill-Out lalu kabur dari hukumanku.”

“Itu bukanlah hal yang patut kaukatakan,” jawab Hanzou dengan nada tidak tertarik. “Kau perlu menyadari bahwa kami tidak menyimpan dendam padamu. Kami tidak berpikir bahwa itu adalah salahmu. Tidak peduli siapapun yang menjadi pemimpin saat itu, Skill-Out tetap akan hancur.”

“...”

“Skill-Out bukanlah jalan yang cukup enak hingga membuatku tidak ingin melepas masa lalu. Yah, kuakui itu cukup menyenangkan sampai bagian di mana aku memoles rencananya, kau mendapatkan bantuan, dan Komaba memimpin serangannya.”

“Yeah,” jawab Hamazura dengan nada emosi. “Kau benar. Itu adalah kehidupan yang jelek, tapi menyenangkan.”

“...Apa yang akan kaulakukan sekarang?”

“Aku tidak tahu. Aku punya firasat bahwa semuanya akan sama saja di mana pun aku berada. Walaupun aku ke Skill-Out, rasanya tidak akan sama seperti yang dulu. Aku rasa tidak ada artinya kembali ke sana.”

Hamazura menembakkan kata-kata tersebut dan mulai membalikkan diri dari Hanzou.

Hanzou mengeluarkan sesuatu dari kantungnya dan melemparkannya pada Hamazura.

“Ambil itu. Dari apa yang terjadi di sana tadi, kurasa kau tidak punya apa-apa yang bisa disebut senjata.”

Benda itu adalah sebuah pistol yang gagangnya hanya sampai setengah telapak tangannya ketika dipegang.

“...Ini pistol perempuan.”

“Ada masalah? Senjata yang sedikit sulit digunakan itu sempurna. Kalau pistol itu begitu nyaman dipegang di tangan, kau hanya akan menumpahkan darah yang tidak perlu.”

Hamazura memutar pistol di tangannya dan memasukkannya ke dalam lengan baju.

Kali ini dia meninggalkan lorong tersebut tanpa menoleh kembali pada Hanzou.

Tugas berikutnya untuk ITEM kemungkinan besar sedang menunggunya.



Part 2

Hamazura Shiage kembali ke salah satu tempat persembunyian ITEM.

“Kau telat, Hamazura,” kata Mugino Shizuri tak acuh.

Mereka sedang berada di salah satu bagian sebuah gedung tinggi di Distrik 3. Tempat itu adalah sebuah fasilitas yang dipenuhi dengan tempat bersantai dalam ruangan seperti gym untuk olahraga dan kolam renang. Kelas para penggunanya cukup tinggi. Untuk memasuki gedung itu saja kau memerlukan kartu anggota dan tingkatan kartu tiap orang harus diperiksa untuk menggunakan fasilitas tertentu. Tampaknya, menjadi anggota di sini adalah tanda status tinggi di antara orang-orang kelas atas kota ini.

Hamazura dan yang lainnya sedang berada di sebuah kamar VIP.

Kamar-kamar pribadi bisa dipesan dengan kontrak tahunan dan hanya orang-orang dengan tingkat keanggotaan “Dua Bintang” dan yang lebih tinggi yang bisa memesannya, jadi kamar ini terasa berkelas tinggi.

Di area yang disebut kamar pribadi meskipun ukurannya jauh lebih besar dari sebuah 3LDK[1], Mugino sedang duduk di atas sofa.

Hamazura melihat semua yang berkumpul di sana dan menanyakan pertanyaan dengan bingung.

“Di mana Frenda?”

“Hilang,” respon Mugino sigap. “Mati atau tertangkap, aku tidak tahu. Dan sepertinya kita tidak punya waktu untuk mengganti posisinya, jadi ITEM harus bekerja hanya dengan tiga orang saja. Yah, SCHOOL juga sudah tinggal tiga orang, jadi pas. Mengajak mereka bertarung juga tidak sulit karena kita punya Takitsubo.”

Mugino bilang tiga orang.

Hamazura mengernyit karena tidak dihitung, tapi mengatakan ini tidak akan menghasilkan apapun.

“Hamazura, kau terluka,” kata Takitsubo sambil melihat wajah Hamazura.

“Ini bukan apa-apa,” jawabnya. “Apa yang akan kalian lakukan sekarang? SCHOOL telah mencuri Pinset, ‘kan?”

“Benar,” Mugino mengakuinya dengan cepat. “Itulah kenapa ini adalah giliran kita untuk menyerang. AIM Stalker milik Takitsubo bisa mencari lokasi esper mana pun yang medan difusi AIM-nya telah diingat olehnya. Kita sudah menghadapi mereka sekali di lab teknik partikel, jadi kita bisa melacak mereka. Alasan eksistensi ITEM adalah untuk mencegah orang-orang kelas atas dan organisasi-organisasi lepas kendali. Ayo lakukan tugas kita.”

Hamazura mengengok ke arah Takitsubo.

Seperti biasa, lengan dan kaki gadis itu menjulur lemas. Mungkin cara bicaranya yang tidak percaya diri adalah akibat merasakan medan difusi AIM orang lain setiap saat.

“Apa kau bisa mencari Dark Matter?”

“Siapa itu?”

“Level 5 nomor dua. Dialah si berengsek yang memimpin SCHOOL.”

Sementara Mugino menjawab pertanyaan Hamazura, Takitsubo mengeluarkan sebuah kotak kecil dengan bubuk putih di dalamnya.

Kinuhata menengok ke kotak bening itu dengan pandangan aneh.

“Kau super-kasihan, Takitsubo-san. Kau bahkan tidak bisa mengaktifkan kemampuanmu tanpa Body Crystal.”

“Tidak begitu buruk juga. Cara ini sebenarnya terasa normal untukku,” kata Takitsubo sambil sedikit menjilat bubuk putih itu.

Cahaya kembali ke matanya.

Seolah-olah ini adalah keadaan normalnya, Takitsubo Rikou berdiri dan meregangkan punggungnya.

“Memulai pencarian medan difusi AIM. Selesai menemukan medan difusi AIM yang diperkirakan dan mirip. Hasil untuk medan difusi AIM yang dicari akan dilaporkan. Lima detik tersisa hingga akhir pencarian.”

Dia berbicara seperti mesin.

Kemudian dia mengatakan jawaban yang tepat.

“Kesimpulan: Dark Matter berada di dalam bangunan ini.”

Sebelum orang-orang di sana sempat bereaksi terkejut, sesuatu terjadi.

Pintu kamar pribadi itu ditendang hingga terbuka dari sisi lain.

Satu orang lelaki berjalan masuk.

Melihatnya, Mugino Shizuri mengatakan sesuatu dengan jengkel.

“Dark Matter...!!”

“Aku lebih senang kalau kau memanggilku dengan namaku. Omong-omong namaku Kakine Teitoku.”

Lelaki itu memakai “cakar” aneh yang terbuat dari mesin di tangannya.

“Pinset...”

“Keren, ‘kan? Aku datang ke sini untuk menyatakan kemenanganku.”

“Ha. Kau cuma Rencana Cadangan yang tidak dipilih Aleister. Beberapa waktu yang lalu, kau kabur entah ke mana-mana, tapi sekarang kau segini percaya dirinya?”

“Oh, iya. Aku lupa berterima kasih padamu atas apa yang kaulakukan di lab teknik partikel. Karenamu, aku kehilangan salah satu dari 4 anggota resmi SCHOOL.”

“Apa kau lupa dengan sniper yang kami bunuh beberapa hari yang lalu? Apa kau sudah menggantinya?”

Percakapan antara kedua Level 5 itu tiba-tiba terpotong.

Penyebabnya adalah Kinuhata Saiai. Dia mengangkat meja yang ada di dekatnya dengan satu tangan tanpa bangkit dari sofa. Gadis yang kelihatannya berumur 12 tahun itu mengangkat meja yang dipenuhi hiasan yang membuat beratnya paling tidak lusinan kilogram dan melemparkannya dengan penuh tenaga ke arah Kakine Teitoku.

Suara keras terdengar.

Meja itu pecah berkeping-keping, namun ekspresi Kakine tidak berubah.

“Sakit,” katanya dengan begitu alami hingga bisa membuatmu berpikir kalau dia tidak berbohong. “Dan itu membuatku jengkel. Pertama kau yang akan kuhancurkan berkeping-keping.”

Seperti perkiraan, Kinuhata tidak menerima begitu saja.

Dia berlari ke dinding dan menghancurkan dinding kamar dnegna tinju kecilnya. Dia lalu menggenggam tangan Hamazura dan Takitsubo, mengedipkan matanya pada Mugino, kemudian melompat melalui dinding yang hancur tersebut.

Di sisi lain dinding itu adalah kamar mewah yang mirip. Ada orang di dalamnya, tapi Kinuhata membuat mereka pingsan dengan tinjunya. Ketika mereka keluar ke lorong, ada seorang pria yang kelihayannya adalah anggota organisasi bawahan SCOOL, tapi Kinuhata mengalahkannya dengan tinju juga.

Kinuhata Saiai tidak memiliki kekuatan manusia super. Kemampuan espernya membuatnya bisa mengontrol nitrogen di udara dengan bebas. Kekuatannya begitu hebat hingga dia bisa mengontrol massa nitrogen yang dikompresi untuk mengangkat mobil dan bahkan untuk menghentikan peluru. Namun jarak efektifnya sangat kecil. Jaraknya hanya menjangkau beberapa sentimeter dari telapak tangannya. Hal ini membuatnya terlihat seperti mengangkat benda dengan tangannya.

“Hamazura. Tolong super-cepat cari mobil untuk kita,” kata Kinuhata. “Salah satu alasan SCHOOL ada di sini adalah Takitsubo. Karena mereka tahu di mana tempat persembunyian kita, super-bisa diasumsikan mereka tahu semua informasi lain tentang kita. Kemungkinan besar, mereka mengetahui kekuatan Takitsubo-san akan menjadi masalah besar untuk mereka dan datang ke sini untuk merampas cara satu-satunya yang kita miliki untuk melacak mereka.”

“Kemampuan mencarinya?” tanya Hamazura.

Hanya dari betapa destruktifnya Mugino dan Kinuhata, dia pikir SCHOOL akan lebih khawatir tentang mereka...

“Walaupun mereka tidak membunuh semua orang di ITEM, tindakan kita akan super-terbatasi jika mereka mengalahkan Takitsubo-san. Ada atau tdaknya dia menentukan apakah kita yang mengejar atau yang dikejar. Kalau aku mereka, aku akan mengalahkan dia lebih dulu.”

“...”

“Di sisi lain, ini berarti selama Takitsubo-san baik-baik saja, kita bisa membalikkan keadaan. Jadi bawa dia ke mobil dan bawa dia super-jauh dari sini. Kalau kau bersembunyi di tempat yang bukan persembunyian ITEM, mencarimu akan memakan waktu cukup lama.”

Sambil berbicara, Kinuhata mengeluarkan sebuah stun gun dari kantongnya.

Dia meletakkannya ke tangan Takitsubo.

“Kebengonganmu itu super-berbahaya, jadi paling tidak bawalah ini sebagai senjata. Dan dengan ini kau tidak akan mati kalau tidak sengaja menghidupkannya.”

Mereka mendengar suara ledakan.

Suara itu datang dari kamar tempat Mugino dan Kakine berada.

“Pergilah. Kau harus super-cepat,” ujar Kinuhata sambil mendorong Hamazura dan Takitsubo dari belakang.

Sebelum Hamazura sempat mengatakan apapun, gadis kecil itu telah berlari ke medan perang.

Part 3

Karena goncangan dari ledakan tersebut seluruh bagian gedung berguncang, membuat gedung tersebut terasa tidak bisa diandalkan.

Kinuhata Saiai berjalan melalui lobby dari fasilitas bersantai dalam ruangan tersebut sementara para tamu berlarian panik.

Beberapa pria dari organisasi bawahan SCHOOL terkapar di lantai. Kinuhata telah melumpuhkan mereka. Dia berjalan ke samping mereka dan menendang pistol dan senapan mereka menjauh.

Tiba-tiba, wajahnya terlempar ke samping.

Saat dia menyadari bahwa dia telah terkena peluru, beberapa tembakan lagi mengenainya dan tubuh kecilnya terhempas ke lantai. Dia membiarkan tubuhnya terbawa gaya dari tembakan tersebut dan meluncur ke balik pilar di dekat situ.

(...Sniper. Di mana?)

Dia telah ditembak di kepala, dada, dan bagian bawah perutnya. Semua itu adalah area vital. Kalau bukan karena pelindung yang dihasilkan oleh kekuatannya, dia pasti telah tewas. Sambil berbaring di lantai, dia memegang salah satu peluru yang hancur di atas telapak tangannya.

(Peluru baja...Apa ini senjata sniper magnetis itu? Dari seberapa hancurnya peluru ini dan asumsi bahwa kecepatan awalnya di bawah kecepatan suara, si sniper pasti ada di jarak antara 500 sampai 700 meter.)

Sambil berpikir, Kinuhata mengulurkan satu tangannya ke kantung. Yang dipegangnya di antara lima jarinya adalah tongkat-tongkat metal sepanjang sekitar 30 cm dengan gumpalan metal seukuran kaleng minuman pada ujung-ujungnya. Tongkat-tongkat itu terlihat seperti maraca dan mirip granat dengan pegangan zaman dahulu, tapi keduanya bukanlah jawaban yang tepat.

Tongkat-tongkat itu adalah hulu ledak misil anti-tank.

Para tamu yang berlarian terlihat syok dan mengatakan sesuatu, namun Kinuhata mengabaikannya.

Dia mengarahkan hulu-hulu ledak yang dipegang di antara jemarinya ke arah depan dan memegang tali-tali pendek di ujung belakangnya dengan tangan satunya. Gerakan yang mirip dengan cara memakai party cracker dan mirip dengan memegang panah di busur. Dia berhenti sejenak, kemudian melompat dari balik pilar sambil melihat pemandangan di luar jendela yang rusak. Ketika melakukan ini, peluru mengenai dirinya tepat di antara matanya, namun dia menghiraukannya dan menyiapkan bidikannya.

Dia menarik tali-tali tersebut tanpa ragu.

Dengan suara udara yang dilepaskan, kekuatan dari udara yang dikompresi bekerja dan hulu ledak-hulu ledak tersebut terbang dari pegangannya. Setelah maju 10 meter, hulu ledak tersebut menyala dan dengan cepat melalui jarak 500 meter sambil menyebarkan nyala api.

Beberapa misil tersebut mengenai sisi sebuah bangunan yang meledak seperti kue mille-feuille yang hancur. Bangunan itu pasti dibangun agar tahan gempa, karena gedung itu nyaris saja tidak berhasil menghindari keruntuhan.

“Ooh, bagus. Kurasa si berengsek Sunazara itu hancur berkeping-keping bersama dengan senjata sniper magnetisnya, huh? Yah, dia dijadikan pengganti dalam waktu panggilan yang singkat, jadi kurasa aku harusnya tidak mengharapkan lebih darinya.”

Dia mendengar suara gembira.

Kinuhata berputar tepat waktu untuk melihat Dark Matter Kakine Teitoku berjalan keluar dari lorong.

“Ah, jadi kau adalah sisa dari Dark May Project.[2] Menyusahkan saja. Di proyek itu mereka melihat cara kerja pola kalkulasi Accelerator dan mencoba mengoptimisasikan Personal Reality esper-esper tertentu, ‘kan?”

“...”

“Dan sebagai hasilnya, kau mendapatkan kekuatan pertahanan otomatis. Tapi sepertinya kau aslinya adalah tipe pengontrol atmosfer. Kekuatan yang sama dengan refleksi milik Accelerator, tapi batas yang bisa kau lakukan adalah membuka medan defensif di sekelilingmu dengan kekuatanmu secara otomatis. Pernahkah kau berpikir betapa menyedihkannya itu?”

“Tidak juga,” jawab Kinuhata cepat. “Aku super-senang dibandingkan dengan subjek tes dari Produce. Otak mereka diiris seperti kue Natal untuk mengetahui di bagian manakah Personal Reality berada di otak mereka.”

“Begitu,” jawab Kakine tanpa ketertarikan.

Kinuhata memperhatikan pria di depannya dengan hati-hati dan membuka mulutnya.

“Apa yang terjadi pada Mugino?”

“Oh, bukan apa-apa,” adalah jawaban singkatnya.

Dan dengan itu, Kinuhata tahu. Seorang Level 4 seperti dirinya tidak bisa mengimbangi seseorang yang telah menangani Level 5 terkuat keempat di Academy City dengan begitu mudahnya. Ketika mereka bertarung di lab teknik partikel, dia sudah mendapatkan perkiraan kasar, tapi sekarang dia memiliki bukti kekuatan Kakine.

“Jadi di mana si AIM Stalker? Cuma itu saja yang aku ingin tahu. Kalau kau memberitahuku di mana dia, aku bisa membiarkanmu pergi.”

“Apa kau pikir ada orang yang begitu bodoh untuk menyetujui permintaanmu?”

“Iya. Frenda dari ITEM contohnya.”

“...”

“Aku cuma ingin memberitahumu kalau kau punya pilihan itu. Dan agar kau tahu saja, kau tidak bisa mengalahkan Dark Matter-ku dengan Level 4 Offense Armor.[3] Aku bukanlah orang yang bisa kau kalahkan dengan rencana cerdas atau semacamnya.”

Kinuhata tidak mengatakan apa-apa.

Kakine berbicara sekali lagi pada gadis yang memandanginya dalam diam.

“Di mana AIM Stalker?”

“Kelihatannya aku tidak punya hak untuk menolak...” kata Kinuhata dengan senyum kecil di wajahnya.

Selagi berbicara, dia memegang sebuah bangku di dekatnya dan melemparkannya.

Namun...

Sebuah ledakan yang tidak bisa diidentifikasi muncul dengan Kakine sebagai pusatnya.

Bangku tersebut pecah berkeping-keping, dan Kinuhata sampai terlempar.

Tubuh kecilnya terbang di udara 10 meter sebelum mendarat. Dia menabrak menembus dinding dan masuk ke dalam sebuah ruangan.

Melihat itu, Kakine tersenyum tipis.

“Jadi kau memilih harga diri lebih berharga dibandingkan kematian. Itu sentimental tapi tidak realistik.”

Kakine memerintahkan seorang pria dari organisasi bawahan untuk membawa Kinuhata.

“Membawanya? ...Maksudmu dia masih hidup?”

“Dia itu memang esper yang seperti itu.”



Part 4

Hamazura Shiage dan Takitsubo Rikou lari menelusuri ruangan elevator.

Dia menekan tombol switch pada dinding dan kemudian lampu mengindikasikan bahwa elevator semula diberhentikan pada lantai ke 48 segera turun ke lantai 25, tempat mereka berada. Sementara itu terjadi, Hamazura mengambil peralatan pembobol dari sakunya.

(…Bidang parkir ada di bawah tanah. Semua orang di sekitar sini akan memiliki mobil mewah, tetapi aku tidak punya waktu untuk bimbang. Aku akan pilih mobil yang terdekat dari elevator..)

Elevator berhenti di lantai ke 25

Dengan suara elektronik, pintu logam otomatis tersebut terbuka ke kiri dan ke kanan.

“Ah, di situ mereka.”

Hamazura mendengarkan suara yang merusak semua harapannya.

Seseorang lelaki dari SCHOOL sedang berjalan dari ruang masuk. Level 5 terkuat kedua yang telah mengalahkan Mugino Shizuri perlahan mendekati mereka dengan cakar aneh di tangannya.

“Aku sedang mencarimu. Benar-benar mencarimu. Kau adalah si esper pelacak kan?”

Sambil berbicara, lelaki itu mengambil barang yang dia tarik dengan tangan kirinya dan melemparnya kepada mereka. Benda itu terbang beberapa meter melewati udara dan mendarat di kaki Hamazura. Benda itu adalah orang yang telah berpisah dengan mereka beberapa waktu yang lalu, Kinuhata Saia.

“..!!”

“Dia membuat keputusan yang benar. Inti dari ITEM bukanlah si level 5, tetapi kamu. Kau tahu, akan jadi cukup buruk bila kamu meloloskan diri.”

Maksud dibalik kata-kata Kakine Teitoku adalah mereka tidak bias meloloskan diri karena dia sudah di sana.

Setiap langkah berikutnya yang akan dia ambil adalah detik-detik berakhirnya nyawa Hamazura dan Takitsubo.

Hamazura memikirkan handgun yang ada di lengan bajunya. Dia melihat pintu elevator terbuka di dekatnya dan kemudian berbicara kepada Takitsubo dengan suara sepelan yang dia bisa.

“(...Pergilah ke elevator dan turun ke bawah..)”

“(..Tetapi…Hamazura…)”

“(…Bahkan jika aku bisa meloloskan diri dari SCHOOL disini dengan menelantarkanmu, ITEM tetap akan dihancurkan! Sial, aku tejepit diantara batu dan tempat yang sama kerasnya!!)”

Kakine Teitoku berhenti berjalan.

Dia bimbang, tetapi tidak juga hendak membiarkan mereka pergi. Mereka sudah berada pada jarak yang efektif dari serangan level 5.

“Apa yang akan kau lakukan? Berapa lama waktu yang akan kau ambil untuk mengucapkan perpisahan?”

“…!! Pergilah!!”

Hamazura mendorong badan kecil Takitsubo ke dalam elevator.

Akan tetapi, Takitsubo juga menarik Hamazura.

Mereka berputar-putar, membalik-balikkan badan mirip seperti di ballroom dance, dan Takitsubo mendorong Hamazura ke dalam elevator. Hamazura terkejut dengan reaksi tiba-tiba tersebut dan dia jatuh di elevator tepat pada pantatnya.

Cuma bagian tangan Takitsubo yang ada di elevator.

Dia menekan tombol B1 yang itu berarti akan membawa elevator ke lapangan parkir bawah tanah.

“Apa yang sedang kau…??”

“Ma’afkan aku Hamazura.”

Takitsubo melihat kepadanya dari sisi lain pintu elevator yang tertutup.

“Aku menceritakan kepada semua tentang apa yang kau katakan ketika di dekat tungku itu. Aku tidak ingin kamu menjadi abu seperti itu.” Ada senyuman menghina di matanya.

“Jangan khawatir, Aku level 4 dan kau level 0. Maka, aku akan melindungimu, Hamazura.”

“..!!”

Sebelum dia sempat berkata-kata, pintu tertutup sepenuhnya dan elevator berkecapatan tinggi mulai bergerak ke bawah. Sesuatu yang mengerikan baru saja terjadi, namun anehnya tubuhnya merasa santai karena dia sudah terhindar dari bencana.

Ketika duduk di lantai dengan punggung menyandar di dinding, Hamazura menatap keatas langit-langit.

(..Tetapi aku pikir esper tidak peduli dengan nyawa seseorang sepertiku..) pikir Hamazura sembari elevator berkecepatan tinggi itu memberikan perasaan kepribadian yang mengambang-ngambang kepada dirinya.

Dia menutupi wajahnya dengan tangan sembari menatap ke atas langit-langit.

(Aku pikir kami mirip seperti sekumpulan payung yang terbuang. Jadi jika aku mati, aku tidak akan cuma dibakar menjadi abu di tungku dan kemudian dibuang bersamaan dengan sampah dapur??)

“Terkutuk,” Hamazura bergumam.

Sepertinya, dia bukan satu-satunya yang telah mengalami shock ketika dia membakar karung tidur hitam pada tungku elektik itu. Gadis yang melihat dari belakangnya merasakan shock yang sama seperti yang dialaminya. Mungkin Takitsubo Rikou selalu mencoba untuk melindungi level 0 atau mungkin insiden pembakaran itu telah memberikan perubahan di hatinya.

Di sisi lain, suatu hal yang dapat dikatakan adalah\

Takitsubo Rikou telah melawan lelaki yang menduduki peringkat kedua sebagai esper terkuat di Academy City dengan tujuan menyelamatkan Hamazura, si level 0.

Dia menghantamkan telapak tangannya pada tombol di dinding untuk menghentikan elevatornya.

Hamazura menggertakkan giginya dan mengambil nafas dalam yang panjang.

Nyatanya, dia tidak memiliki harapan menang. Cowok bernama Kakine itu adalah level 5 dan dia tidak sendiri. Paling tidak ada beberapa lelaki berpakaian hitam-hitam yang terlihat seperti dari organisasi bawahan.

Tetapi..

“Apakah ada tempat untuk level 0? Tentu saja ada! Apakah ada takdir lain dari mereka selain untuk dimangsa? Tentu saja ada!” Perkataan level 0 yang sepenuhnya berbeda berbeda dari dia yang telah lari ke pusat database Universitas Dangai timbul di pikirannya secara alami.

“Jika kau hanya memakai tenaga yang diambil dari Skill Out dan menggunakannya untuk menolong orang-orang yang lebih lemah darimu, itu akan merubahmu! Jika kamu memakai tenaga yang kamu gunakan untuk melawan balik esper kuat dengan tujuan menolong yang mereka membutuhkan, orang-orang di Academy City akan menerimamu!”

“…Yeah..”

Hamazura Shiage menekan tombol untuk lantai ke 25, tempat dimana dia dan Takitsubo telah berpisah tadi dan pintu elevator pun tertutup. “Itu tentu saja benar, dasar secuil kotoran!”

Dia menutup jalannya sendiri untuk kabur dan kemudian kembali ke medan perang dimana seorang level 5 menunggu

Part 5

Elevator berhenti di lantai ke 25

Hamazura keluar melalui pintu otomatis yang terbuka ke kiri dan kanan dan apa yang dia lihat adalah pemandangan yang telah dia kira sebelumnya.

“Oh, kau kembali?”

Seseorang yang mengatakan itu dengan ringannya adalah Kakine Teitoku, si level 5 dari SCHOOL.

Di dekatnya, Kinuhata Saia terbaring di tanah, terlihat sama seperti saat dia tadi telah pergi.

Tetapi kini, Takitsubo Rikou terbaring dengan tersungkur di dekat kaki pria itu yang terlihat tanpa luka jadi dia tidak bisa melihat wajah gadis itu. Bahkan dia tidak bisa bilang gadis itu masih hidup atau sudah mati.

“Dia melakukan pertimbangan yang cukup baik karena dia tidak memiliki kemampuan bertarung secara langsung. Dia harusnya sudah menggunakan kemampuan pelacaknya untuk mengganggu difusi AIM milikku dan kemudian ‘membalikkan arusnya’ sebagai percobaan menguasai kekuatanku. Sungguh, jika dia berkembang lebih baik, dia bahkan bisa menjadi yang kedelapan terkuat.”

Setiap komentar berupa pujian yang Kakine buat, terdengar seperti dia sedang mengejek gadis itu.

Hamazura tidak mengatakan apapun sebagai balasannya. Malahan, dia mengambil handgun yang tersembunyi di lengan bajunya dan menodongkannya kedepan.

“Oh, kau belum selesai?” datanglah suara dengan tiba-tiba.

Seorang gadis dengan gaun menyolok datang dengan berjalan dari pojok belakang Kakine.

(Itu adalah si gadis bangau!!)

Selama sedetik, Hamazura tidak bisa memutuskan kepada siapa hendaknya pistolnya ditujukan. Tetapi..

“Kau harusnya menghentikan itu”

Dengan kata-kata itu, Hamazura Shiage tidak dapat menggerakkan tubuhnya.

“Adalah penting untuk membunuhmu tadi, tapi kini kami punya Pinset, maka tidak dibutuhkan untuk membunuh seseorang dari organisasi bawahan mereka.”

(..!?..)

Tubuhnya telah menjadi lumpuh karena suatu alas an tertentu. Tidak ada masalah pada tubuhnya secara jasmani. Itu hanyalah ‘perasaan’ bahwa dia tidak dapat menembak walaupun dia sangat menginginkannya.

Itu sama seperti dia tidak bisa meremas kucing yang tidur di bawah kakinya.

Itu sama seperti dia tidak mampu membunuh seorang anak yang sakit dan mencuri kepunyaan anak tersebut.

Itu sama seperti dia tidak kuasa menodongkan pistolnya ke arah Takitsubo Rikou yang sudah jatuh tersungkur.

“Dari paras di wajahmu, kau pasti orang yang sewajarnya baik dari dalam. Aku harusnya sudah menggunakan kekuatanku untuk mendapatakannya dan kemudian pergi.”

Senyum yang lebar tampak pada gadis yang bergaun itu.

“Measure Heart milikku dapat dengan bebasnya mengatur jarak antara hati milik seseorang. Apa yang kau pikir bakal terjadi jika aku mengatur itu pada jarak dari beberapa orang yang kau kenali?”

“Kh..!”

(Apa ini? Pengguna telepati??)

“Bagaimana dengan berhenti. Sekarang ini aku berada pada jarak 20. Dengan kata lain, aku sedang menahan itu pada jarak hati yang sama antara ‘Hamazura Shiage – Takitsubo Rikou’. Kau tidak dapat menembakku dan juga kau tidak akan mampu menembak Takitsubo. Jika kamu berharap kembali untuk gadis itu, kau tidak akan pernah ingin untuk melukainya kan?”

Tangannya yang memegang pistol bergetar.

Dia tidak dapat menembak. Dia tahu wanita bergaun dan Takitsubo adalah dua orang yang berbeda, namun dia tidak bisa melakukannya.

Lantas Kakine mengganggu kesenangan rekannya dengan merusak suasana.

“Betapa membosankan. Kau membuatnya seakan-akan kita orang jahat di sini.”

“Seorang pria dan wanita saling melindungi satu sama lain mirip di film. Ini seperti pemandangan yang jarang terjadi yang membuatku tidak ingin menghancurkannya.”

“Ya, sayangnya si gadis akan mati dengan sendirinya tanpa menghiraukan apa yang kita lakukan.”

Hamazura mulai berbicara ketika mendengar kata-kata itu.

“Apa…? Kata-kata sialan apa yang barusan kau katakan?”

Kakine menendang kotak bersih yang terjatuh di dekat Takitsubo kearah Hamazura.

“Ini adalah Body Crystal. Apakah kau tahu dia tadi sedang menggunakan ini?”

“Dia tadi…sedang menggunakan itu untuk mengaktifkan kekuatannya.”

“Aku tegaskan, ini dengan sengaja menyebabkan penolakan yang berakibat pada lepasnya kendali kekuatan seorang esper. Jika kau ingin detailnya, ini biasa digunakan untuk memancing ledakan kekuatan seorang esper pada suatu penelitian guna menganalisis bagaimana kerja kekuatan esper tersebut bisa lepas kendali. Sering kali, ini hanyalah menjadi hal buruk, tapi pada beberapa kasus yang jarang kekuatan yang lepas kendali adalah sangat berguna. Dia pasti sudah menjadi seorang esper semacam itu.”

Kakine menerangkannya dengan nada yang menunjukkan betapa membosankannya hal itu.

“Pada tahap gadis ini, dia tidak akan tahan menggunakannya. Jika dia tidak menggunakan kekuatannya lagi, dia akan baik-baik saja, namun dia akan hancur bila dia menggunakannya sekali atau dua kali lagi.”

Hancur. Wajah Hamazura mengaku ketika dia mendengar kata yang sangat mengganggu itu. Tapi Kakine mengabaikannya dan melanjutkan omongannya. “Bahkan kami tidak perlu menghabisinya. Jika gadis ini tidak memiliki kemampuan pelacak, aku tidak peduli dia mati atau hidup.”

“Asal kau tahu saja, dia roboh seperti itu gara-gara tindakannya sendiri,” ucap si gadis bergaun. “Ini dikarenakan dia tetap memaksa menggunakan Body Crystal untuk melawan kami di bangunan ini. Jika kami sudah menyerangnya dengan serius, tidak akan tersisa bahkan sepotong daging pun.”

Hamazura menatap mereka tanpa banyak bergerak, tetapi dia tetap berusaha untuk mengabaikan dua anggota SCHOOL ini dan kemudia menekan tombol elevator.

“Lantas, apa yg harus kulakukan?” Tanya Kakine dengan simpelnya sembari Hamazura menunggu elevator bergerak mengampirinya. “Haruskah aku bunuh dia atau membiarkannya pergi?”

“Kita cuma bisa meninggalkannya sendiri, kan? Seorang anggota ITEM yang diambang kehancuran tidak dapat menghentikan kita.” Hamazura menggertakkan giginya ketika gadis bergaun berkata “diambang kehancuran”, tetapi dia tetpa tidak dapat menarik pelatuknya. Dia benar-benar terjebak dalam kemampuan Measure Heath miliknya.

“Tetapi akan lebih mudah untuk membunuh gadis ini.”

“Esper pelacak ini menggunakan AIM milikmu untuk mengacaukan Personal Reality-mu, kan? Tidakkah kau harus mengeceknya? Kekuatanmu yang lepas kendali akan jauh lebih berbahaya dari setengah anggota ITEM yang telah dikalahkan ini. Dan aku lebih suka tidak mati akibat tindakan teman yang lepas kendali.”

Kakine meretakkan lehernya dengan perasaan tidak suka ketika dia diperintah-perintah.

Kakine tidak punya pistol karena dia terlalu percaya dengan kekuatan yang telah dimilikinya. Tetapi jika kekuatannya lepas kendali, dia akan menjadi orang pertama yang terikat karena ini semua.”

“Baik, kita pergi. Melakukan pengecekan adalah cukup mudah, tetapi kita tidak memiliki peralatannya di sini.” Dengan waktu yang tepat, elevator pun tiba.

“Terkutuk!!” teriak Hamazura sembari menggunakan ibu jarinya untuk menurunkan hammer handgun. Tetapi ekspresi gadis bergaun tidak berubah.

“Aku sekarang ada pada jarak 20. Berada pada jarak hati yang sama dengan Hamazura Shiage – Takitsubo Rikou “. Tetapi aku bisa memperpendek jaraknya.

“!!”

“Kau tidak ingin perasaanmu yang sesungguhnya terlukiskan dengan kebohongan, kan? Kau semestinya membagi kenikmatan hidup kepada gadis yang sekarat itu.”

Mereka berdua mendapati elevator berhenti dan kemudian pintu otomatisnya tertutup.

Hamazura melihat kebawah kepada kotak Body Crystal di kakinya dan Takitsubo Rikou yang masih tidak bergerak. Kemudian dia duduk dengan perlahan.

(Setelah menggunakan kekuatannya sekali atau dua kali lagi, Takitsubo akan hancur..)

Seorang preman idiot seperti Hamazura tidak tau secara spesifik apa arti kata “hancur”. Namun dia bisa menebak itu adalah sesuatu yang tidak baik.

(Apa yang ku lakukan?)

Hamazura menatap wajah Takitsubo. Tubuh gadis itu bahkan tidak kejang sedikitpun. Dia tidak menunjukkan pertanda akan bangun. Dia pasti sudah berusaha dengan keras karena tubuhnya diselimuti keringat yang terlihat tidak menyenangkan.

Takitsubo Rikou sudah melawan Kakine sampai pada titik seperti ini terjadi padanya.

Sepertinya, dia melakukan ini dengan tujuan menyelamatkan Hamazura Shiage.

Dan dia memakai sesuatu yang bernama Body Crystal untuk melakukannya.

(……)

Hamazura menggertakkan giginya dengan senyap.

Lelaki itu belum siap akan ini semua dan dia tidak memiliki sesuatu hal beradab yang disebut tekad. Walaupun dia telah memperoleh sesuatu yang memotivasinya untuk memaksa lengan dan kakinya bergerak.

“Terkutuk…”

Dia tidak bisa mengembalikan Takitsubo Rikou ke ITEM. Organisasi itu dengan mudahnya bisa mengganti anggota yang lenyap. Bahkan di saat genting, Takitsubo sepertinya akan menggunakan kekuatannya lagi.

Hamazura meletakkan handgun cewek di lengan bajunya dengan tangan bergetar. Dia mengambil tempat peluru dan mengecek berapa tembakan yang telah dia punya. Mungkin itu karena jepitannya telah dibuat pendek, tetapi dia tidak punya banyak. Tidak, bahkan jika dia punya ribuan peluru, itu kemungkinan tidak cukup untuk melewati ini semua. Sisi gelap dari Academy City akan mengejar Takitsubo, bahkan ITEM akan menjadi musuh. Dapatkah dia melawan itu semua?

“Terkutuklah oleh Tuhan!!”

Akan tetapi, dia harus melakukannya.

Jika Takitsubo melanjutkan menggunakan kekuatannya lagi, ini akan sepenuhnya berakhir.

Kinuhata yang roboh di dekat Takitsubo melihat Shiage tanpa menggerakkan jari sekalipun. Sepertinya Kinuhata telah menyadari apa yang terjadi setelah melihat tindakan Hamzura yang tidak sabaran itu.

“…Itu jawaban yang benar. Bawa Takitsubo-san dan enyahlah.”

“Terimakasih.”

“Aku tidak mengucapkan itu untuk terimakasih. Aku sedang menjelek-jelekkanmu. Kami tidak membutuhkan orang yang super-tidak berguna sepertimu dan Takitsubo-san di ITEM maka aku memberitahumu untuk pergi dari jalan kami.”

Ketika berbicara, ada senyuman remeh di bibir Kinuhata.

Dia bukannya tanpa cedera. Ada darah meluap dari mulutnya. Dan dia masih tersenyum ketika memandang tindakan Hamazura demi Takitsubo. “Apakah ada hal terakhir yang bisa kulakukan untukmu?”

“…Hmmm. Gunakan kode 52 untuk mengontak suatu organisai bawahan dan panggil tim penindas infomasi dan ambulan. Seperti yang kau lihat, aku super-tidak bisa bergerak”

“Akan kulakukan,” kata Hamazura.

Adalah menyakitkan meninggalkan Kinuhata dalam keadaan seperti itu, tetapi dia harus membawa Takitsubo dan melarikan diri. (Toh, selama dia tidak menggunakan kekuatannya, akan baik-baik saja. Dia harusnya akan mengundurkan diri dari ITEM, tetapi itu lebih baik daripada dihancurkan.)

Seperti dugaan Hamazura, HP miliknya tiba-tiba mulai berdering.

Ini dari Mugino Shizuri.

“Hamazuraaaaaaa. Apakah Takitsubo disana?”

“Apakah kau baik-baik saja? Kau tadi melawan Kakine, kan? Apa yang ter-…”

“Oh, diam. Ini saatnya untuk serangan balik kita ke SCHOOL. Kita perlu menggunakan kekuatan Takitsubo untuk melacak mereka. Jika dia disana, bawa dia kemari. Takitsubo akan memeberikan kita petunjuk bahkan jika itu akan membunuhnya.

Part 6

Hamazura meninggalkan bangunan tersebut sambil menggendong Takitsubo di punggungnya yang masih tanpa gerak seperti mayat. Dia tidak mengikuti instruksi Mugino Shizuri untuk memaksanya menggunakan kekuatannya. Dia sedang melakukan kebalikannya. Dia sedang berusaha menjauhkan Takitsubo dar ITEM sejauh yang dia mampu.

Dia berada di atas sebuah jembatan pendek. Ada jalur kereta api dibawahnya, dan bukan sungai. Itu adalah salah satu tempat diamana jalur bawah tanah dengan singkat keluar ke permukaan tanah. Di sis lain jembatan ada mobil sports.

“Aku tidak begitu mengerti apa yang sedang terjadi, tetapi aku akan membawa gadis itu?”

Seseorang yang berbicara itu adalah Yomikawa Aiho dari Anti-Skill yang telah keluar dari mobil dan meletakkan tanagannya di pinggang. Rute yang akan digunakan Hamazura dan Takitsubo untuk melarikan diri dan tempat bersembunyi adalah sama tempat-tempat yang diketahui ITEM, maka Mugino akan menemukan mereka dengan mudah. Dia memutuskan untuk mengalihkan Takitsubo kepada seseorang yang memiliki “rute” yang benar-benar berbeda.

“Hamazura, kau tahu betul apa pekerjaanku, kan? Aku adalah seorang Anti-Skill. Apakah kau benar-benar berpikir aku akan membiarkanmu lolos setelah menitipkan padaku seorang gadis tidak sadarkan diri pada situasi yang jelas-jelas mencurigakan seperti ini??” “…Diam,” kata Hamazura sembari menggertakkan giginya.

Yomikawa cemberut kepada ketidakasabaran nada bicara Hamazura yang tidak terdengar seperti biasanya.

“Aku akan menerangkan semuanya kepadamu nanti. Aku akan muncul kapanpun kau mau. Bawa dia ke tempat aman dimanapun itu secepat yang kau bisa. Dia tidak berada pada tahap yang baik. Dia telah menggunakan sesuatu yang disebut Body Crystal. Aku tidak memahami sepenuhnya, tetapi nampaknya dia bisa hancur kapan pun.”

“Body Crystal…? Tunggu, Hamazaura. Apakah kau tadi baru saja mengatakan Body Crystal!?”

Ekspresi Yomikawa benar-benar berubah setelah mendengar istilah itu, tetapi Hamazura tidak menerangkan lebih lanjut. Itu adalah beratnya waktu.

“…Hamazuraaaaaaa..”

Tiba-tiba suatu suara datang dari belakangnya.

Dia memutar kepalanya dan melihat Mugino Shizuri berdiri dengan dibalut darah pada sisi lain dari jembatan. Beberapa noda adalah darahnya sendiri, tetapi `beberapa adalah milik orang lain. Dia mengenali sesuatu yang diseret oleh tangan kanan Mugino yang sedikit terlihat seperti boneka dari potongan kain.

“Frenda…”

Secara teknis, itu cuma bagian atasnya saja.

Kemanapun, itu telah lenyap, bagian tengah bawah tubuhnya telah lenyap dan sesuatu berwarna merah gelap menetes dari potongan penampang tubuhnya.

“Itu benar. Tampaknya dia takut kepada SCHOOL lantas menghianati ITEM kemudian bersembunyi. Maka aku harus melaukan sedikit pembersihan… Apa yang sedang kau lakukan? Kau tidak membutuhkan pembersihan, kan?”

Mugino melepas "bagian" Frenda jatuh ke tanah.

Dia bahkan tidak melihat kearah Franda.

Pada dasarnya, itulah Frenda yang sebelumnya adalah rekan Mugino.

Wajah Hamazura terkaku seketika setelah meilhatnya, tidak seperti Takitsubo yang jelas-jelas mirip mayat. Meskipun dmeikian, dia tidak ragu. Dia memberikan gadis dipunggungnya kepada Yomikawa dan berbicara dengan pelan.

“…Kumohon pergilah.”

“Hamazura. Seperti yang telak kukatakan, aku adalah seorang Anti-Skill. Aku tidak bisa menerima seoarang bocah melindungiku…”

“Pergi!!!!!” teriak Hamzura memotong perkataannya. “Aku tahu kau tidak bisa mengabaikan kasus pembunuhan namun wanita itu jauh melebihi level itu! Aku tidak paham detailnya, akan tetapi Frenda adalah seseorang yang cukup memiliki kemampuan. Perempuan itu adalah seseorang yang dapat membunuhnya hanya dalam sekali serangan saja. Itulah kenapa aku suruh kau bawa Takitsubo dan pergi!!”

Setelah itu Hamazura melihat ke arah Takitsubo yang belum siuman dengan ekspresi seakan dia bakal roboh.

“Kumohon… Aku tidak ingin dia mati. Aku tidak pernah dapat membuat keputusan sebelumnya, akan tetapi aku akhirnya paham apa yang ingin aku lakukan. Maka kumohon pergilah. Aku tidak dapat melindunginya sendirian. Tanpa pertolonganmu, aku akan kehilangan semuanya di sini!!”

“Hamazura…”

“Apakah kamu sungguh berpikir kamu dapat melakukan sesuatu semaumu? Wanita itu adalah level 5. Dia adalah monster menakutkan yang berperingkat ke 4 di Academy City! Aku akan mengalihkan waktu beberapa saat, maka kumohon bawa Takitsubo dan pergi dari sini!!”

Dia berteriak sampai pada titik dimana dia kira tenggorokannya akan robek berkeping-keping. Yomikawa mendapati nafasnya seperti diambil oleh Shiage yang telah berputus asa. Dia ragu-ragu, tetapi akhirnya dia mengangguk, seolah-olah cahaya mata Hamazura sedang memaksanya.

“Begitu aku taruh gadis itu pada tempat aman, aku akan datang kembali dengan tim Anti-Skill berpelindung penuh. Maka jangan mati sampai aku kembali.”

“…Tentu.” respon Hamazura.

Yomikawa mengguncangkan keragu-raguannya, mendapati kursi pengemudi, dan kemudian menginjak pedal gasnya. Mobil sportnya melaju dengan kecepatan tinggi dengan Takitsubo di dalamnya.

Hamazura mendengarkan sebuah siulan.

Dia mengalihkan pandangannya dan melihat level 5 Mugino Shizuri mendekat sembari melintasi jembatan kecil itu.

“Pertarungan dengan hidupmu sedang berlangsung. Sebuah perasaan mati rasa, ya kan? Hamazura?”

“Aku…” dia mulai berbicara.

Begitu dia mendekat, Mugino mengayunkan tangannya ke samping dengan biasa. Itu memukul Hamazura dan dia terbang ke samping dan pagar besi membenamkan keberaniannya dengan suara yang bodoh. Guncangan yang hebat memberinya keinginan untuk muntah. Itu terasa seperti kekuatannya pergi meninggalkan lengan dan kakinya lantas dia jatuh telentang diatas rel seperti bantal yang digantung sampai kering. Dia bisa melihat jalur kereta api dibawah jembatan.

“Diam. Aku tidak menanyakan pendapatmu.”

Menghiraukan rintihan Hamazura, Mugino membuatnya benar-benar melintasi jembatan.

Itu bukanlah kekuatan level 5 miliknya. Itu hanyalah kekuatan lengannya. Dia telah menggunakan kekuatan fisiknya dengan maksud tertentu, maka bukanlah sesuatu yang bisa dijelaskan sebagai perbedaan level 5 dan level 0.

Mugino masih belum menyerah. Bahkan jika itu akan menghancurkan Takitsubo, dia tetap akan menemukan dimana tempat SCHOOL berada. “Ha ha” tawa Hamazura sembari dia telentang di rel kereta api. “Haruskah kau menghabisiku sekarang?”

“Ah?”

Mugino memandangnya dengan tatpan mata yang jengkel.

Kemudian matanya melebar.

Di tangan Hamazura ada kotak Body Crystal yang sudah digunakan Takitsubo.

“Dia membutuhkan ini untuk menggunakan AIM Stalker, kan?”

“Kau bedebah, itu adalah…!!”

Seketika kemarahan yang tampak jelas memasuki mata Mugino, Hamazura lompat melewati rel besi dan kabur dari jembatan.

Sebuah kereta sedang lewat dibawahnya pada saat yang tepat.

Tubuh Hamazura terjepit di atap kereta. Dia telah mengimajinasikan atapnya sebagai sesuatu yang datar, tetapi sebenarnya itu cukup bergelombang karena ada AC yang dipasang diatasnya. Tubuhmya berguling ketika dia mendarat, kulitnya tercabik seperti ketika sedang tergesek oleh kikir, dia hampir terjatuh karena dia tidak mampu menaksir momentum tubuhnya. Walaupun demikian, akhirnya dia berhasil menahan dirinya dan berhenti.

Itu ketika kereta berhenti dengan tiba-tiba.

Tubuh Hamazura meluncur melewati atap kereta. Dia mengatur dirinya untuk berhenti dan kemudian melihat sekelilingnya dengan terkejut. Dia melihat Mugino berdiri pada posisi yang cukup baik dibelakang jalur.

Dari ratusan meter jauhnya, Mugino Shizuri mengatakan sesuatu.

Hamazura tidak dapat mendengar suaranya, tapi dia memahaminya dari pergerakan mulut Mugino.

Aku – akan – membunuh – mu – bedebah.

Part 7

Part 8

Part 9

Part 10

Di Antara Baris 4

  1. Ukuran apartemen: 3 room, living room, dining room, kitchen. 3 kamar, ruang keluarga, ruang makan, dapur.
  2. lit: Proyek Mei Gelap
  3. lit: Pelindung Ofensif


Previous Chapter 3 Return to Main Page Forward to Chapter 5