Oregairu (Indonesia):Jilid 1 Bab 7

From Baka-Tsuki
Revision as of 18:56, 10 October 2013 by Cucundoweh (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

Terkadang, Dewa Komedi Romantis Bisa Berbuat Hal Baik

— II —


Setelah itu, tinggal kami sendiri yang tersisa di sini.

"Kita memang menang, tapi rasanya seperti kalah."

Aku hanya bisa meringis setelah mendengar ucapan memelas Yukinoshita.

"Jangan konyol. Tak ada yang perlu dipersoalkan antara aku dengan mereka."

Mereka yang bersenang-senang di masa remajanya memang akan selalu jadi protagonis.

"Hmm... itu benar. Ini semua gara-gara Hikki. Sayang sekali harus jadi begini. Padahal kita yang menang."

"Hei, Yuigahama, jaga omonganmu, ya. Apa kau sadar kalau menumpahkan uneg-unegmu itu lebih menyakitkan ketimbang mendengarmu bicara kasar?"

Aku memelototi Yuigahama, namun ia tak menggubrisnya.

Yah, Yui memang benar, tak ada yang perlu direnungkan. Sejak awal orang-orang seperti Hayama dan Miura tak pernah berpikir untuk menang. Andaikata mereka kalah pun, itu justru akan jadi sebuah kenangan indah bagi masa remaja mereka.

Apa-apaan itu? Hei, masa remaja, meledak saja sana! Cepetan meledak!

"Be-benar juga, anak bernama Hayama itu, jika aku dilahirkan dan dididik dengan cara berbeda seperti sekarang, mungkin aku akan jadi seperti dia."

"Tak akan ada bedanya bagimu... namun kurasa kau memang harus me-reset hidupmu."

Tatapan dingin Yukinoshita secara tak langsung mengatakan, mati saja sana.

"...tapi, eng, mungkin hal itu akan bagus buat Hikki. Yah... bukan berarti yang sekarang ini enggak bagus."

Yuigahama bergumam seperti menelan kembali kata-katanya, aku pun sama sekali tak bisa mendengar yang diucapkannya. Kalau bicara itu yang keras. Memangnya ia itu pegawai distro, apa!?

Sepertinya Yukinoshita mendengar ucapan Yui seraya tersenyum tipis dan mengangguk.

"Rupanya masih ada orang yang bisa mengambil hal positif dari tindakan bodohmu. Sungguh disayangkan."

Ia berpaling setelah berkata begitu. Di depanku kini ada Totsuka yang khawatir dengan kakinya yang cedera, lalu di belakangku ada Zaimokuza yang tampak seperti seorang penguntit.

"Bagus, Hachiman, kau memang teman yang bisa kuandalkan. Namun suatu hari, kita harus menentukan siapa pemenangnya lewat pertarungan..."

Kuacuhkan Zaimokuza yang sedang menerawang sambil menggumamkan sesuatu itu, lalu berkata pada Totsuka.

"apa lukamu baik-baik saja?"

"Ya..."

Aku baru sadar kalau aku sedang dikelilingi laki-laki. Jangan-jangan ini semua gara-gara Zaimokuza yang datang bersamaan dengan perginya Yukinoshita dan Yuigahama.

Hayama diperlakukan seperti James Bond dan dikelilingi para perempuan ibarat pahlawan, sementara, aku hanya dikelilingi oleh para lelaki, sehingga kami pun tampak seperti sekumpulan Pasukan Gegana.

Kupikir Dewa Komedi Romantis hanyalah mitos.

"Hikigaya... eng, terima kasih."

Totsuka berdiri tepat di depanku, memandang ke arahku. Setelah itu, ia berpaling dan terlihat malu-malu. Jujur, aku jadi ingin segera memeluknya, tapi dia kan laki-laki...

Kisah komedi romantis seperti ini tak akan jadi kenyataan, dan itu juga berlaku untuk jenis kelamin Totsuka. Lagi pula, rasa terima kasihnya itu salah sasaran.

"Aku tak berbuat apa-apa. Kalau mau berterima kasih, berterimakasihlah pada para perempuan itu..."

Aku mulai pergi mencari mereka, lalu kulihat rambut yang dikuncir dua itu berayun masuk ke arah ruang Klub Tenis. Ternyata mereka di sana.

Dengan maksud ingin berterima kasih, aku berjalan ke arah ruang klub.

YahariLoveCom v1-297.png

"Yukinoshi... aah."

Mereka sedang berganti pakaian.

Pakaian dalam berwarna hijau jeruk limau terlihat di bawah blusnya. Ia masih mengenakan rok tenis, memperlihatkan jelas tubuhnya langsingnya yang kurang berisi itu.

"WA, WA WA WA WA WA!!"

Kenapa ia harus teriak? Berhenti dulu, aku ini sedang konsentrasi, tahu! Apa yang terjadi jika kenangan seperti ini hilang begitu saja? Sebenarnya aku juga sudah tahu kalau Yuigahama ada di sana.

Dan ia pun tampak sedang mau berganti pakaian.

Sepertinya Yuigahama terbiasa mengancing bajunya dari bawah sehingga dadanya terlihat jelas. Aku bisa melihat bra maupun belahan dadanya. Ia tampak sedang memegang rok yang sempat dipinjamkannya pada Yukinoshita, dengan kata lain, ia sedang tak memakai rok itu saat ini.

Kaus kaki tinggi berwarna biru laut yang cocok dengan celana dalam merah mudanya menutupi paha mulusnya hingga ke pergelangan kaki.

"MATI SAJA KAU SANA!!!"

DANG! Wajahku dihantam raket yang dilempar dengan kekuatan penuh.

...beginilah seharusnya. Kisah komedi romantis itu memang sudah seharusnya begini.

Kerja bagus, Dewa Komedi Romantis. Kerja bagus...



Mundur ke Bab 6 Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Bab 8