Date A Live (Indonesia):JIlid 3 Bab 2

From Baka-Tsuki
Revision as of 11:36, 3 October 2014 by Riztupoki (talk | contribs) (Created page with "==Bab 2: Ajakan Seorang Spirit== ===Bagian 1=== Pada saat Tama-chan-sensei meninggalkan kelas setelah homeroom pagi, seketika Shidou menarik keluar handphone-nya dari sakunya...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 2: Ajakan Seorang Spirit

Bagian 1

Pada saat Tama-chan-sensei meninggalkan kelas setelah homeroom pagi, seketika Shidou menarik keluar handphone-nya dari sakunya dan menelpon Kotori.

Kemudian, sebuah suara yang menandakan koneksinya berhasil berdering, suara Kotori datang dari handphone beberapa saat kemudian.

“Hallo—hallo, Onii-chan?”

Sebuah suara yang santai yang sepenuhnya berbeda dengan nada sarkatis itu sebelumnya. Itulah Kotori yang normal, bukan dalam mode komandan.

“Hei, Kotori.”

“Benarkah saat ini—mengapa kau menelpon pada waktu semacam ini? Jika teleponnya sudah berdering sepuluh detik yang lalu, kemungkinan akan disita guru tahu—”

“Kau seharusnya mengesetnya dengan baik menjadi mode diam pertama kali.”

“Aku pikir aku lupa melakukannya hari ini—”

Kotori mengatakannya dengan tidak senang.

“Lalu, apa ada masalah?”

“Ss, ah, itu benar. Sebenarnya….”

Saat Shidou melanjutkan bicaranya, dia melirik ke hadapan Kurumi.

Meskipun dia mengatakan sesuatu yang mengejutkan seperti “Saya adalah seorang Spirit” ketika perkenalannya, Kurumi saat ini dipersoalkan seperti situasi di mana dia dikelilingi oleh lautan orang-orang dan pertanyaan-pertanyaan. Itu tidak seperti murid-murid dari Kelas Empat, atas perintah untuk menyembunyikannya pada rumor gadis pindahan yang cantik, bahkan murid-murid dari kelas yang lainnya telah dikumpulkan. Itu seperti hari pertama datangnya Tohka.

Pada titik ini, dia secara tidak sengaja membuat kontak mata dengan Kurumi. Kurumi berhadapan dengan arahnya dan sedikit tersenyum, seketika Shidou memerah dan menahan nafasnya.

“Onii-chan?”

“Aa, aaah…..Hari ini kelasku memiliki, seorang murid pindahan……..tapi orang itu, bilang.”

“Apa?”

“Saya adalah….Spirit.”

“…………”

Ketika Shidou selesai berbicara, Kotori tidak menjawab apapun.

Merespon dengan itu adalah suara dari pakaian yang berdesir. Itu seperti, suara pita yang diganti di rambutnya.

“——Katakan padaku detilnya.”

Kotori melanjutkan bicaranya dengan sebuah nada yang berbeda dari yang sekarang.

“Meskipun kau menginginkan aku mengatakan detilnya……..Itu seperti bagaimana aku bilang kepadamu. Ketika murid pindahan melakukan perkenalannya, dia bilang ‘Saya adalah Spirit……Meskipun di sana tidak ada dasarnya, tapi itu terasa seperti dia mengatakannya kepadaku.”

“Apa itu hanya imajinasimu?”

“…….”

“Yah, lupakanlah. Seseorang yang tahu semacam terminologi seperti Spirit itu sudah sangat tidak normal. Aku akan lebih menginvestigasinya.”

“Oh…Mohon lakukanlah.”

Bersamaan dengan Shidou mengakhiri panggilan teleponnya , bel yang menandakan mulainya pelajaran pertama berdering.

Bagian 2

Di sebuah sudut Markas Tenguu. Di dalam ruangan observasi yang mengumpulkan data pada panjang gelombang Spirit seluruhnya di kota-kota wilayah selatan Kanto.

“…..Tidak mungkin.”

Ketua team AST Kusakabe Ryoko, mengerutkan dahinya sebagaimana dia mengeluarkan sebuah erangan.

“Apa ada kesalahan? Ini.”

Orang itu yang saat ini mengoperasikan menara kontrol pusat——Ashimura Sersan Kelas Satu memutar wajahnya padanya, menggoyangkan wajahnya yang berkeringat pada saat bersamaan.

“Aku sungguh minta maaf. Tapi ketepatan dari mesin pengobservasi, meskipun di dalam negara ini, ini juga dianggap sebagai yang terbaik.”

“…..Jika memang begitu.”

Mengecek lagi angka-angka yang ditampilkan di layar, setelah merasa yakin bahwa tidak ada kesalahan, dengan paksanya mengeluarkan desahannya seolah-olah dia mencoba membuang rasa frustasinya.

Yang ditampilkan oleh layar adalah hasil yang menurut angka dari seorangmanusia tertentu.

Tidak, menggunakan kata manusia akan terasa bohong.

Lagi pula, angka-angka itu, menyindir pada sebuah bencana yang membunuh dunia ini.

“…..Spirit, dipindahkan ke SMA? Lelucon itu tidak akan pernah menghibur.”

Itu benar. Hari ini saat jam 9 di pagi hari, dia menerima pesan dari Origami ke markas.

Meminta untuk menginvestigasi, karena ada seorang murid pindahan yang memproklamirkan dirinya bahwa dia adalah seorang Spirit di kelasku——

Meskipun dia ragu-ragu, dia masih menjalankan scanner pada gadis itu, tetapi—&mdash

Ryoko menyeka dahinya. Keringat membasahi lengan bajunya. Di samping AC-nya dinyalakan, kulitnya perlahan-lahan telah menjadi basah.

Tentu saja ini ada alasannya. Untuk dipindahkan ke SMA, sebuah daftar keluarga dan alamat tempat tinggal adalah suatu keharusan, tapi masih ada dokumen lain yang dibutuhkan juga.

Sebuah makhluk yang mampu menghapuskan sebuah jalan secara keseluruhan hanya dengan satu jari, dia masih bisa kabur dari lapangan observasi ini, dan menguasai pengetahuan tentang cara hidup bermasyarakat bekerja dan tahu cara menggunakannya dengan efektif. Mustahil tidak merasa ngeri bila memikirkannya.

“Ketua? Apa yang kau lakukan?”

Pada titik ini, sebuah sambutan yang aneh dinyatakan di belakangnya.

Hanya seorang anggota yang akan menggunakan kata-kata semacam ini. Memutar kepalanya, Mana berdiri di sana seperti yang diharapkan.

“…….Nn?”

Mana menampilkan sebuah ekspresi yang serius, mengerutkan alisnya dalam ketidak senangan.

“——Dia….akhirnya muncul juga huh, <Nightmare>.”

“<Nightmare>?”

Ryoko bertanya dalam keterkejutan. Mana dengan paksa mengeluarkan desahan kecil dengan alisnya yang keduanya terkunci.

“Codename <Nightmare>. —— Salah satu yang kuburu, Spirit yang paling brutal.”

“Spirit paling….brutal?”

Ryoko menggigil sebagaimana dia mengulangi kata yang serius itu, “Nn”, Mana menganggukkan kepalanya.

“Spirit yang menyebabkan kematian sedikitnya sepuluh ribu saat ini. Jika kita menanggap para korban itu yang belum diidentifikasi menjaadi akun, angka-angka seharusnya menjadi beberapa kali lebih besar.”

“Se, sepuluh ribu…….!? Ti, tidak mungkin, mengapa di sana tidak ada panggilan evakuasi? Dan juga, sebuah spacequake yang skalanya——”

“Kau salah.”

Seolah-olah mencoba menginterupsi Ryoko, suara Mana keluar dengan nada sedih.

“Spacequake yang <Nightmare> sebabkan sebenarnya hanya yang Spirit yang biasa. Meskipun kita tidak bisa bilang bahwa tidak ada korban, jumlanya tidak akan mencapai ratusan.”

“L, lalu mengapa….”

“Alasannya sangat simpel.——langsung, membunuh dengan tangannya sendiri. Sepuluh ribu manusia itu.”

“………….”

Ryoko menahan nafasnya.

<Princess> dan <Hermit> yang sudah muncul di Kota Tenguu dahulu, meskipun merekalah yang menyebabkan spacequake yang hebat, mereka tidak aktif menyerang manusia.

Namun, jika seekor monster mampu menghancurkan bumi, pasti akan mulai membunuh orang-orang dengan kekuatannya sendiri.

Betapa mengerikannya itu. Sebagai seorang anggota AST, adegan semacam itu digambarkan dengan mudahnya.

“——Lalu, apa persiapan yang harus kita buat?”

“Eh?”

Mana ditanyai ketika dia meregang pelan-pelan, Ryoko bertanya dengan kering.

“Jika seorang Spirit muncul. Maka tidak ada hal yang harus dipertimbangkan selain membunuhnya.”

“Itu benar…….Tapi, tidak-kah kita butuh mengevakuasi para penduduk? Lagi pula situasi ini adalah——”

“Tidak ada yang harus dikhawatirkan. Mohon tinggalkan saja kepadaku. ——Berhadapan dengan [itu], itulah hal terbaik yang kubisa.”

“Aa, tunggu, tahan dulu!”

Ryoko memegang lengan Mana saat dia mencoba pergi secepatnya.

“? Apa ada masalah. Bukankah lebih baik berhadapan dengannya secepatnya?”

“….Akan kubilang ini pertama-tama, pemimpin tim di sini adalah aku. Kau tidak diizinkan bertindak seorang diri.”

“……….”

Mana termenung untuk beberapa saat meskipun dia memikirkan sesuatu, kemudian dengan entengnya mengangkat tangannya.

“Dimengerti. Aku akan mengikuti perintahmu.”

Namun, dia kemudian memberikan Ryoko sebuah pandangan meskipun dia sedang memikirkan sesuatu.

“Tapi, tolong janganlah lupa. Aku ditugaskan di sini oleh [Assosiasi], mempunyai izin dari Jendral untuk mengambil tindakan yang independen.”

“……Aku paham.”

Ryoko membelitkan wajahnya dalam rasa bosan, melepaskan lengan Mana.