Saenai Heroine no Sodatekata (Indonesia):Jilid 3 Bab 6

From Baka-Tsuki
Revision as of 18:55, 20 November 2015 by Mikia (talk | contribs) (Bab 6 Palsu ~ tapi asli ~)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Little Love Rhapsody ~ Selvis Special Event

Silakan masukkan nama protagonis

'Ely'


※ ※ ※


Kembang api besar dan menyolok menyemarakkan langit selatan.

Lalu, dengan sinyal itu suara besar bergemuruh satu demi satu, dalam sekejap langit telah berubah menjadi taman bunga.

Di sini, festival musim panas kerajaan Eldoria, alias 'Eldric Carnival' adalah festival besar yang dimeriahkan oleh seluruh masyarakat.

Dalam tiga hari ini, gerobak membanjiri kota, minum sake sejak siang hari, orang-orang dengan pakaian yang beraneka warna menari, bernyanyi, melupakan kehidupan sederhana yang biasanya dan bersenang-senang.

Kemudian, yang ditembakkan dari tadi adalah kembang api yang menghiasi bagian puncak dari tiga hari.

Ely menatap ilusi suara dan cahaya itu dari balkon kastel kerajaan......

Tapi sekarang, kecantikan itu hanya bisa dibalas dengan ekspresi sedih.


Awalnya hanyalah hal yang sepele.

Ketika ia keluar ke kota untuk menikmati suasana festival di siang hari, terlihat dari jendela kereta kuda, pemandangan yang seharusnya mengharukan, mengirimkan rasa sakit yang menusuk dalam dada Ely.

Sosok kesatria itu, dengan senangnya berbincang dengan gadis kota......


Saat itu, Ely langsung ingin turun dari kereta kuda.

Ely ingin menyeruak kedua orang itu, ke tengah orang-orang di sekitarnya yang sedang bergembira.

Sebagai seorang putri, dengan menyeruak akan membuat suasana yang agak susah bagi tiap orang di kota, lalu mungkin akan membuat para penjaga sangat ribut, meski begitu, Ely ingin melakukan itu.


Pada akhirnya, saat itu, Ely tidak melakukannya.

Tapi itu, yaitu kesadaran sebagai seorang putri, tak bisa menekan hatinya.

Berbeda posisi dengan mereka......karena kalau dilihat darinya ada perasaan kompleks berupa 'aku tidak cocok'.

Orang-orang yang memuji kehidupan, membuka jalan dengan kekuatan sendiri.

Sebaliknya, aku menghiasi diri dengan barang pemberian orang lain, memenuhi nafsu makan, tidur di ranjang.

Itu hanyalah posisi yang disebut putri, bukan kemampuan, juga bukan pesona apa-apa.

Lalu, kesatria itu pun, sudah jadi manusia di sisi sana.

Entah sejak kapan, telah terbentuk jarak ini.


Kembang api naik satu demi satu.

Dari cahaya sesaat itu, Ely menatap seperti mengintip dari celah pepohonan.

Balkon ini yang biasanya hanya diisi oleh orang-orang dari keluarga kerajaan, tiap tahun, hanya waktu kembang api ini saja, dibuka kepada kerabat keluarga, teman, para pelayan, ramai dengan orang-orang.

Tapi, tempat Ely berada sedikit terpisah dari keramaian itu.

Kanan balkon luas terbuka yang menghadap ke selatan......dengan kata lain sisi barat.

Akibat hanya di sana ditutupi pohon besar, langit tertutup sebagian, tempat yang agak tidak enak untuk menikmati kembang api.

Tapi, tempat di pojok yang tidak ada siapa pun mendekat dan pemandangannya buruk itu, Ely menyukainya.

Soalnya, dari kecil, di sana adalah tempat khusus Ely dan orang itu.

Mengabaikan orang-orang dewasa yang menatap langit selatan dari bagian depan balkon, kedua orang itu dari celah pepohonan, atau susah-susah melompati cabang pohon itu dan menikmati kembang api, apalagi kalau lagi ingin melompat turun begitu saja dari pohon ke taman, pergi bermain keluar festival yang ramai.

......hari berikutnya, kedua-duanya dimarahi perdana menteri juga, sudah menjadi kebiasaan tiap tahun.


Kedua orang waktu itu, tidak hanya saat festival selalu bersama.

Berlari keliling bukit dan lembah, melakukan kenakalan di kota dan menyusahkan orang dewasa, menyelinap masuk kastel kerajaan dan kejar-kejaran dengan penjaga berdua.

Tapi tanpa disadari posisi sebagai putri, dan mimpi menjadi kesatria menjauhkan keduanya......

Saat ini, kesempatan bertemu sebulan sekali saja, bagi Ely waktu pertemuan yang sangat-sangat tidak cukup.


Kembang api mengabur. Itu bukan karena gagal saat peluncuran, apalagi langit yang berubah.

Hanya saja, karena benda dari matanya sendiri yang terlalu banyak meluncur keluar.

Ely memandang ke langit, mengingat orang itu yang bersama sejak kanak-kanak, yang telah terpisah tanpa disadari, diam-diam air matanya......


'Ely'

'......?'


Hal itu, apa salah dengar kah ?

Perasaan Ely, kalau memang demikian, orang yang seharusnya tidak ada di sana, suara yang seharusnya tidak terdengar di sana, hanya bergema dalam kepala saja kah ?


'Ely......sini'

'Eh......'


Tidak, bukan.

Hanya saja, karena terdengar dari arah yang seharusnya tidak ada orangnya, jadi terasa seperti itu.

Tidak dari tengah balkon atau dari sisi timur, tapi dari sisi barat.

Tidak dari sisi yang ramai dengan pesta, tapi dari luar balkon......

Tepat di sebelah, yang penuh ditumbuhi pepohonan, atas pohon yang besar......


'Sini, "Eriri"'

'!?'