Saenai Heroine no Sodatekata (Indonesia):Jilid 3 Bab 6

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Little Love Rhapsody ~ Selvis Special Event[edit]

Silakan masukkan nama protagonis

'Ely'


※ ※ ※


Kembang api besar dan menyolok menyemarakkan langit selatan.

Lalu, dengan sinyal itu suara besar bergemuruh satu demi satu, dalam sekejap langit telah berubah menjadi taman bunga.

Di sini, festival musim panas kerajaan Eldoria, alias 'Eldric Carnival' adalah festival besar yang dimeriahkan oleh seluruh masyarakat.

Dalam tiga hari ini, gerobak membanjiri kota, minum sake sejak siang hari, orang-orang dengan pakaian yang beraneka warna menari, bernyanyi, melupakan kehidupan sederhana yang biasanya dan bersenang-senang.

Kemudian, yang ditembakkan dari tadi adalah kembang api yang menghiasi bagian puncak dari tiga hari.

Ely menatap ilusi suara dan cahaya itu dari balkon kastel kerajaan......

Tapi sekarang, kecantikan itu hanya bisa dibalas dengan ekspresi sedih.


Awalnya hanyalah hal yang sepele.

Ketika ia keluar ke kota untuk menikmati suasana festival di siang hari, terlihat dari jendela kereta kuda, pemandangan yang seharusnya mengharukan, mengirimkan rasa sakit yang menusuk dalam dada Ely.

Sosok kesatria itu, dengan senangnya berbincang dengan gadis kota......


Saat itu, Ely langsung ingin turun dari kereta kuda.

Ely ingin menyeruak kedua orang itu, ke tengah orang-orang di sekitarnya yang sedang bergembira.

Sebagai seorang putri, dengan menyeruak akan membuat suasana yang agak susah bagi tiap orang di kota, lalu mungkin akan membuat para penjaga sangat ribut, meski begitu, Ely ingin melakukan itu.


Pada akhirnya, saat itu, Ely tidak melakukannya.

Tapi itu, yaitu kesadaran sebagai seorang putri, tak bisa menekan hatinya.

Berbeda posisi dengan mereka......karena kalau dilihat darinya ada perasaan kompleks berupa 'aku tidak cocok'.

Orang-orang yang memuji kehidupan, membuka jalan dengan kekuatan sendiri.

Sebaliknya, aku menghiasi diri dengan barang pemberian orang lain, memenuhi nafsu makan, tidur di ranjang.

Itu hanyalah posisi yang disebut putri, bukan kemampuan, juga bukan pesona apa-apa.

Lalu, kesatria itu pun, sudah jadi manusia di sisi sana.

Entah sejak kapan, telah terbentuk jarak ini.


Kembang api naik satu demi satu.

Dari cahaya sesaat itu, Ely menatap seperti mengintip dari celah pepohonan.

Balkon ini yang biasanya hanya diisi oleh orang-orang dari keluarga kerajaan, tiap tahun, hanya waktu kembang api ini saja, dibuka kepada kerabat keluarga, teman, para pelayan, ramai dengan orang-orang.

Tapi, tempat Ely berada sedikit terpisah dari keramaian itu.

Kanan balkon luas terbuka yang menghadap ke selatan......dengan kata lain sisi barat.

Akibat hanya di sana ditutupi pohon besar, langit tertutup sebagian, tempat yang agak tidak enak untuk menikmati kembang api.

Tapi, tempat di pojok yang tidak ada siapa pun mendekat dan pemandangannya buruk itu, Ely menyukainya.

Soalnya, dari kecil, di sana adalah tempat khusus Ely dan orang itu.

Mengabaikan orang-orang dewasa yang menatap langit selatan dari bagian depan balkon, kedua orang itu dari celah pepohonan, atau susah-susah melompati cabang pohon itu dan menikmati kembang api, apalagi kalau lagi ingin melompat turun begitu saja dari pohon ke taman, pergi bermain keluar festival yang ramai.

......hari berikutnya, kedua-duanya dimarahi perdana menteri juga, sudah menjadi kebiasaan tiap tahun.


Kedua orang waktu itu, tidak hanya saat festival selalu bersama.

Berlari keliling bukit dan lembah, melakukan kenakalan di kota dan menyusahkan orang dewasa, menyelinap masuk kastel kerajaan dan kejar-kejaran dengan penjaga berdua.

Tapi tanpa disadari posisi sebagai putri, dan mimpi menjadi kesatria menjauhkan keduanya......

Saat ini, kesempatan bertemu sebulan sekali saja, bagi Ely waktu pertemuan yang sangat-sangat tidak cukup.


Kembang api mengabur. Itu bukan karena gagal saat peluncuran, apalagi langit yang berubah.

Hanya saja, karena benda dari matanya sendiri yang terlalu banyak meluncur keluar.

Ely memandang ke langit, mengingat orang itu yang bersama sejak kanak-kanak, yang telah terpisah tanpa disadari, diam-diam air matanya......


'Ely'

'......?'


Hal itu, apa salah dengar kah ?

Perasaan Ely, kalau memang demikian, orang yang seharusnya tidak ada di sana, suara yang seharusnya tidak terdengar di sana, hanya bergema dalam kepala saja kah ?


'Ely......sini'

'Eh......'


Tidak, bukan.

Hanya saja, karena terdengar dari arah yang seharusnya tidak ada orangnya, jadi terasa seperti itu.

Tidak dari tengah balkon atau dari sisi timur, tapi dari sisi barat.

Tidak dari sisi yang ramai dengan pesta, tapi dari luar balkon......

Tepat di sebelah, yang penuh ditumbuhi pepohonan, atas pohon yang besar......


'Sini, "Eriri"'

'!?'


Bab 6 Asli • Eriri Special Event (nb: masih rute bersama ! <Kasumi>[edit]

"Sini, Eriri"

"!?"

Kembang api raksasa mencolok membuat bunga besar mekar di langit selatan.

Hari ketiga natsukomi, malam finale.

Hal itu, bagi distrik kami tinggal ini adalah malam pertunjukan kembang api yang diadakan setiap tahunnya.

Lalu, di sini adalah mansion yang terletak di bukit yang lebih di atas lagi dari rumahku......

Ya, dengan kata lain, balkon kediaman Sawamura.

Kediaman Sawamura mengundang keluarga para kenalan, dan menjadi tempat pesta keluarga menyaksikan pertunjukan kembang api bersama semuanya.

"Apa, yang kau lakukan ? Tomoya......"

"Sstt, jangan keras-keras"

Balkon rumah Eriri menghadap ke selatan, dari sana adalah lokasi sempurna untuk melihat ke lokasi pertunjukan yaitu taman.


Oleh karena itu, sekarang pun ledakan bola-bola cahaya yang melayang ke angkasa bisa dinikmati tanpa halangan apa pun.

Tapi, tempatku berada sekarang sedikit terpisah ke kiri dari balkon itu, di atas cabang pohon yang tumbuh besar......

Dengan kata lain, balkon rumah ini, dan yang di kastel Eldoria hampir sama rancangannya.

Waktu SD, Eriri sangat bahagia dengan kebetulan itu, persis seperti anak-anak......yah, memang masih anak-anak sih.

"Maukah kau menyelinap keluar sebentar ? Eriri......"

"Eh......?"

Di tempat yang penuh dengan selebriti seperti itu sekarang, komposisi yang sangat dramatis, dan tergantung dengan orang yang melihatnya, paling bodoh sedang terbentang.

Memakai gaun pesta yang menonjolkan bahunya, dari pojok balkon Eriri menatapku yang berada di atas pohon.

Memakai pakaian ksatria......cosplay, dari atas cabang pohon aku menghadap ke arah Eriri dan mengulurkan tangan.

"Setelah sekian lama, maukah kau ke kota denganku ?"

"Kau, apa......eh, ini ? Jangan-jangan......?"

Tapi pada pemandangan aneh itu, Eriri membuka matanya lebar-lebar seakan-akan menyadari sesuatu.

"Ini Selvis ? Kau berniat jadi ksatria suci Selvis......?"

"Sekarang panggil saya Tomoya......yang mulia"


Karya pertama dari seri 'Little Love Rhapsody' yang patut diperingati......

Itu adalah game agung simulasi cinta di mana sang gadis protagonis keturunan keluarga kerajaan Eldoria, dalam tiga tahun waktu permainan, dengan saling berhubungan dengan laki-laki yang mengelilinginya, melewati rute yang bermacam-macam, menjalin cerita cinta masing-masing.

Misalnya dalam rute Earl, saudaranya dari selir raja, adik perempuan yang terus mencinta sepenuh hati di tengah beraneka macam harapan politik yang berkecamuk, terlibat dalam konspirasi mengenai hak meneruskan takhta,

Dalam rute pangeran negeri tetangga Zeas, tragedi seorang ratu yang walau cintanya berbuah dan berhasil menikahinya, pada akhirnya terlibat peperangan dengan negeri tempatnya lahir dan dibesarkan Eldoria.

Dalam rute penyanyi pengembara buta Symphogne, membuang negara dan posisinya, pengembara abadi yang bersama dengan lelaki yang dicintai, mengembara dunia sebagai matanya.

Lalu Selvis sang teman sepermainan......

Ia yang menjadi ksatria suci demi melindungi sang putri, terikat oleh posisi itu dan tanpa disadari menjadi terpisah dengan putri.

Namun, tanpa disadari perasaan masing-masing sedikit demi sedikit bertambah kuat, pada akhirnya, di tengah-tengah festival pertunjukan kembang api Selvis menyatakan perasaannya pada sang putri, kemudian keduanya melampaui perbedaan posisi dan terhubung......

Yah, sebuah cerita dengan prinsip ala manga shoujo seperti itu.


"Mari kita pergi, tuan putri, tidak, ayo pergi, Eriri......"

"............"

Kelihatannya Eriri pun akhirnya mengerti tujuan......atau harus kusebut peranku.

Tapi, sekarang tanpa meraih tanganku itu, masih menatapku yang ada di atas pohon.

Entah reaksinya bagus kah, atau mungkin terlalu keheranan kah, dalam kegelapan ini aku tidak mengerti.

"Maukah kau, menghabiskan akhir festival ini bersama denganku ?"

Tapi, berharap kalau itu yang pertama, aku semakin menuangkan perasaan dalam kata-kata.

Karena tentu, ekspresi Eriri yang sesaat disinari kembang api tadi, sama dengan protagonis di adegan itu......

"......kau tidak malu melakukan ini ?"

"Aku malu ! Aku mau mati melakukan ini ! Tapi aku sekarang masih belum boleh mati !"

Oleh karena itu, aku hanya bisa percaya.

Bahwa Selvis, ksatria suci teman sepermainan, sama-sama teman sepermainan sepertiku, Tomoya Aki.

Mau dihina bagaimana pun, mau dijauhi bagaimana pun, mau dengan tenang diprotes bagaimana pun, saat ini aku hanya bisa lanjut ke depan.

"Karena, aku tidak bisa mati hingga aku berbaikan denganmu"

"Ch......"

Eriri menahan nafasnya.

Entah menangkap keseriusan dan kesakitanku kah, dari tingkahnya itu sikap seperti menolakku terhenti.

"Oleh karena itu, raihlah tanganku ini, Eriri......"

"Tomoya......"

Kembang api naik lagi secara berurutan, dengan cerah menyinari wajah Eriri beberapa detik.

Ekspresi yang terlihat saat itu, memang, tidak berubah dari yang pertama kulihat.

Ekspresi wajah 'walau kita kawan sampai beberapa saat yang lalu, Eriri sekarang sudah beda' itu sendiri......tujuh tahun yang lalu.

"Bodoh......kalau ketahuan semuanya bagaimana ?"

Oleh karena itu, Eriri mengalihkan inti yang harus dibahas.

"Masuk tanpa izin kan......alarm akan berbunyi lho ? Nanti satpam datang"

"Nyalimu ciut dengan itu ?!"

"A, ah......"

......kalau sampai mengatakan hal yang kasar, tidak apa-apa.

Persiapan penting selain Eririnya sendiri sudah lama selesai.

Pada kedua orang tua Eriri, sudah kuceritakan di circle space comiket.

Mereka yang sejak tujuh tahun terus mengkhawatirkan perpisahan kami, dengan bahagia berjanji membantu.

Pakaian ini saja, dipinjam dari cosplayer menggunakan koneksi Iori di comiket.

Walau bertaruh apa ada karena '1', tapi untung genre yang kuat.

Tapi karena sebenarnya ini adalah kostum yang dipakai anak perempuan, agak sedikit ketat sih.

Walau Iori menggerutu 'Kenapa aku harus menjadi kawannnya lawan', aku membuatnya menyetujui dengan bagaimana pun juga permintaan teman sepermainan harus didengarkan kan.

Lalu, yang membangun skenario adegan ini adalah kak Utaha. Yang membuatnya begitu Katou......

Dengan bantuan dari banyak orang, yang tak jelas bercampur kawan dan lawan, strategi menggelikan ini berdiri.

Makanya, aku pasti tidak akan gagal, juga aku tidak akan membiarkannya gagal.

"Oy, siapa yang di sana itu ? Apa yang dilakukan di tempat seperti itu ?"

Detik berikutnya......

Entah datang supaya sadar dari mabuk kah, paman yang mendekat ke sini, akhirnya menemukanku di atas pohon.

"Pa, paman Sakaki ? Ti, tidak, ini......"

"Eriri ! Ayo !"

"A......"

Tapi, aku tak menangkapnya sebagai keadaan genting, mengubahnya jadi kesempatan.

"Kumohon, raih tanganku !"

Pandangan Eriri pindah-pindah dari paman dan aku.

Tapi ekspresi itu, daripada kebingungan mau pergi atau tidak......

"Ta, tapi aku, gaun......"

"Yang begituan berapa pun akan kuganti !"

"Tomoya......"

Ya, hanya tersisa kebingungan mengenai bagaimana cara sebaiknya melarikan diri.

"Makanya cepat......cepat !"

"~~~!"

"O, oi, nak Eriri !"

Detik berikutnya......

Eriri menggulung ke atas ujung roknya, meletakkan kaki di pegangan balkon.

Lalu seperti itu, dengan kemampuan yang sudah lama dipelajari, menendang sekuat tenaga pegangan, melompat ke arahku yang menunggu di batang pohon.


※ ※ ※


"Aduh......"

"Kenapa ?"

Eriri berjongkok menahan pergelangan kakinya, beberapa detik setelah melompat dari dahan ke dahan, terus pelan-pelan menuruni pohon, lalu dengan indahnya mendarat.

"Kakiku......sepertinya terkilir"

"Kau tidak apa-apa ?"

"Tidak, tidak apa......aduh"

"O, ooi......"

Dengan gigih mencoba berdiri sekali, tapi langsung merengut dan kembali tersimpuh.

Dari kelihatannya, situasi yang sangat tidak mungkin untuk bisa berjalan.

"Ternyata, memang tidak mungkin ya......"

"Ah"

Tapi, detik Eriri yang kesakitan mengalihkan wajahnya padaku......

Dalam kepalaku, perkembangan berikutnya terhubung.

"Hey, Tomoya......walau kau seorang, cepatlah melarikan diri"

"Eriri......"

Akibat aku melihat ekspresi Eriri yang seperti berharap, seperti ingin dimanja, tapi agak merasa bersalah itu.

Begitukah, ini, seperti skenario Selvis......


Protagonis meraih tangan Selvis, melompat turun dari atas pohon, dan mencoba untuk keluar melarikan diri.

Tapi sayangnya, ia gagal mendarat dan membuat kakinya terkilir.

Orang-orang pesta gempar, perdana menteri berteriak, penjaga berlarian.

Selvis yang terpojok dengan baiknya berlutut di depan protagonis yang mau menangis......

"......sebentar saja, sabar ya ?"

"Ya......"

Mungkin, Eriri sama sekali tidak terluka, tapi, saat tanganku melewati bawah lututnya pun ia sama sekali tidak melawan.

Seperti itu melepaskan tenaga seluruh tubuh, menyandarkan tubuhnya padaku.

"Mungkin, akan sangat bergoyang......"

"Aku sudah berjanji akan bersabar kan ? Tadi"

"......baiklah"

Seperti itu aku, melintasi taman, mulai berlari menuju ke luar mansion.

Sambil dengan kuatnya membopong tuan putri......Eriri......


Selain itu, sekali lagi aku minta maaf dengan hal yang kasar, tapi paman yang tadi juga sebenarnya sudah disiapkan.

Bertemu juga di sini pada malam pertunjukan kembang api delapan tahun yang lalu, teman kerja paman Spencer.

Waktu itu beliau sering menggoda kedekatan Eriri denganku, jadi kami saling ingat satu sama lain, saat bertemu lagi sebelum pesta, pas bicara sedikit beliau sangat senang dan berjanji membantu.

......kalau tidak salah, delapan tahun yang lalu juga, ada menteri luar ****** sungguhan.


※ ※ ※


"Gedung sekolah......tanpa disadari, sudah jadi baru ya"

"Rasanya dua tahun yang lalu, sudah dibangun kembali"

"Hmm, begitu ya"

"Terus diperbaiki, kau tidak ingat ya ?"

"Biasanya, aku tidak lewat jalan sini, pastinya"

"............"

Sudah kuduga, kaki Eriri tidak terluka.

Saat tangan dan nafasku sudah sampai batasnya, sebentar lagi tidak bisa menyokong Eriri......

Sampai situ Eriri yang dengan tenang berpegang padaku, tiba-tiba membalik telapak tangannya, setelah menghinaku 'tak bertenaga' habis-habisan, meninggalkanku dan mulai berjalan dengan cepat.

Setelah itu pun, sambil menahan macam-macam hal yang ingin diprotes, aku menyemangati tubuh yang kelelahan, dan mati-matian mengejar Eriri.

Kota di malam festival sedikit lebih banyak pejalan kaki dari biasanya, tapi karena Eriri terus meninggalkan jalan raya, orang-orang yang berlalu-lalang perlahan-lahan jadi makin sedikit......

Lalu sekarang, di tempat ini hanya ada kami berdua.

Tidak, kami memasuki tempat yang seharusnya tidak ada orang lain di dalamnya.


SD Shimamura......

Tempatku dan Eriri sekolah enam tahun lalu itu, di tengah musim panas, apalagi malam-malam sangat sunyi.

Gerbang itu dinaiki Eriri yang sudah tidak punya niat menyembunyikan luka bohongannya lalu melompat masuk ke dalamnya.

Lalu sekarang berjalan perlahan melalui kompleks sekolah seperti ini, melamun memandangi gedung.

......beda dengan kediaman Sawamura tadi, kalau ketahuan di sini, beneran masuk tanpa izin.

"Walau dibangun kembali pun sekolah yang membosankan ya"

"SD negeri sih"

Modelnya bisa dikatakan baik kompleks sekolahnya, gedungnya, kolam renangnya pun sepenuhnya klise SD.

Walau kekasarannya bedanya seperti langit dan bumi dengan sekolahku sekarang Toyogasaki, namun tetap saja, menjemukan.

Tidak, bukan itu alasannya menjemukan......

"Curang kau, Tomoya......"

"Ya"

"Apanya, mau berdamai......sekarang setelah sekian lama"

"Eriri......"

Ya, karena ini adalah tempat yang dipenuhi dengan kenangan 'buruk' kami.

"Yang tadi itu......tidak kau pikirkan sendiran kan ?"

"Begitulah"

"Utaha Kasumigaoka ?"

"Dan Katou mungkin. Ia yang bilang lakukan dengan LitRhap"

Demi menulis skenario penaklukan Eriri berdasarkan LitRhap, Katou memainkan gamenya, Kak Utaha sambil menyaksikan permainan itu membangun perkembangannya.

"Meminta pertolongan semuanya itu curang. Memakai LitRhap sebagai dalih itu, lebih curang lagi......"

Ya, mengeluarkan LitRhap di sini adalah curang.

Justru karena itu aku dan kak Utaha tanpa ragu-ragu menaikinya, ide yang dikeluarkan Katou itu.

......karena sepenuhnya licik.

"Judul pertama kali, yang kau membuatku terobsesi kan"

"Tapi sekarang, jadi judul yang menghubungkan kau dengan bocah Izumi itu......"

Eriri yang bereaksi berlebihan pada LitRhap, mungkin, ini alasan utamanya.

Generasi pertama 'Little Love Rhapsody' yang ada di rumahku, adalah hadiah ulang tahun yang pertama kali diberikan Eriri waktu kelas tiga SD, juga yang terakhir.

Padaku yang merendahkan 'otome game segala', Eriri memberitahuku model karakter yang menarik itu, dan cerita dalam yang sama sekali tak kalah dengan galge.

Oleh karena itu, aku mengakui LitRhap karya yang bagus, sekuat tenaga menggilainya, juga menyebarkannya......

Setelah pindah dari satu orang ke orang lainnya, lahirlah telur genius bernama Izumi Hashima.

Interaksi yang tak tergantikan bagi kedua orang itu, jika dilihat dari pihak ketiga yang mengetahui keadaannya, dianggap 'mengulang Eriri Sawamura' juga mungkin apa boleh buat.

Hanya saja, pihak ketiga yang mengetahui keadaan itu, di dunia ini hanya Eririsatu orang.

Itulah kenyataan yang menggelikan, serius, mudah dimengerti, sangat tidak ingin dimengerti, kalau bisa, terus mengalihkan pandangan darinya.

"Tomoya, kau melihat bocah itu, dengan mata yang sama saat melihat Utaha Kasumigaoka"

"Itu......"

Aku tidak tahu bagaimana wajahku saat itu.

Tapi, tidak ada artinya menyangkal.

Karena sungguh-sungguh mengejutkan, buku itu.

Kesuksesan besar, sejak 'Koisuru Metronome'......

"Untung ya bisa kebetulan bertemu buku yang bagus. Apalagi, pengarangnya adalah teman sepermainan, terlebih lagi murid nomor satu......hebat sekali kan"

Wajah Eriri yang mati-matian berpegang padaku sampai tadi, sekarang sudah tidak ada.

Kembali lagi ke ekspresi yang sedikit malu-malu, saat awal, waktu pesta.

"Tapi, ini, karena......karena aku kan......"

Sepatu kaca hancur berkeping-keping.

Kereta kembali ke labu, kuda jadi tikus, hanya gaun yang......sebagaimana adanya.

"Kalau saja, aku tidak mengajarkan LitRhap padamu......"

Dengan begini Eriri dari dunia dua dimensi, telah pulang ke kenyataan.

"Kalau saja, aku tidak bertemu denganmu......kh"

Tapi, masih belum lewat jam dua belas......


Dari sekitar atap gedung olah raga, sekali lagi, bunga cahaya mekar dengan hebatnya.

Mungkin, secara waktu ini adalah finale......dengan kata lain, pesta keluarga Sawamura pun, akan segera berakhir.

Kalau Eriri tidak pulang ke rumah juga, mungkin akan menimbulkan keributan kecil.

Tapi......

"Asal aku minta maaf, sudah cukup kah ?"

Aku, masih belum menyerah.

"Bahanmu, aku minta maaf sudah merenggutnya......maaf sudah membuat LitRhapler baru, itu saja yang harus kukatakan ?"

"Setelah sekian lama meminta maaf pun, sudah terlambat......"

"......makanya kau pun tidak ingin meminta maaf kah ?"

"Hah......?"

"Karena kau rasa sudah terlambat......tujuh tahun yang lalu, hal yang kau perbuat padaku......makanya kau tidak ingin meminta maaf kah ?"

"Apa-apaan itu......memangnya apa yang telah kuperbuat padamu ?"

Pada awalnya pengaturan latar ini, adalah demi membuat Eriri berhadapan denganku.

Tentu, kak Utaha telah menunjukkan cerita hingga pemicunya.

Tapi, karangan cerita yang tertulis setelah ini, hanya tiga baris.


'Turunkan hujan, keraskanlah tanah'[1]

'Berdoalah semoga sukses'

'Berjuanglah, Rinri'


"Selama tujuh tahun, terus tak bisa kukatakan, tapi......aku, sangat-sangat dendam padamu !"

"......!?"


Sihir telah terlepas, setelah ini pertarungan sebenarnya.

Aku sudah tidak meminjam tenaga Selvis, dan orang lain lagi.

Hanya sekadar teman sepermainan Eriri Sawamura, Tomoya Aki.


※ ※ ※


Memasuki kelas tiga, untuk pertama kalinya terjadi pergantian kelas di SD.

Hanya sekitar lima orang teman yang terus sekelas sejak kelas satu dan dua, pertama kali kuingat terasa susunan anggota yang lumayan segar.

Tapi aku, bukan, kami, sambil menghabiskan waktu bersama di kelas yang sama dengan teman-teman yang baru itu pun, hampir tidak mengubah kenalan hingga sekarang.

......karena di antara lima orang yang jadi sekelas tiga tahun berturut-turut itu, termasuk Eriri.

Jadi sekelas denganku, Eriri kurang lebih sama bahagianya denganku, kami memutuskan meramaikannya dengan topik game, anime, manga lebih dari sebelumnya.

Tapi, komunitas eksklusif berdua saja dengan anak perempuan berdarah campuran yang luar biasa manis, dilihat secara objektif, menimbulkan perselisihan yang ganas dengan teman sekelas yang baru......terutama anak laki-laki denganku.


Saat mulai caturwulan kedua, aku dan Eriri jadi target penindasan.

Ras, laki-perempuan, otaku, tidak seimbang, diolok-olok dengan segala macam elemen negatif, ditulisi, disebarkan.

Terlebih lagi, 'penggunaan kekuatan langsung' terhadapku oleh anak laki-lakinya hampir tiap hari berlanjut.

Kalau dipikirkan sekarang, bagaimana pun juga karena sebabnya adalah perasaan jelek yang sering ada pada anak laki-laki, tergantung cara melakukannya pun, mungkin bisa dilakukan dengan 'cemburu nih ye' dan sebagainya, membiarkan dengan hangat.

Tapi, bagaimana pun juga aku dan Eriri waktu itu sensitif, juga hati tidak terlatih seperti sekarang, anak SD yang lugu.

Eriri terluka, tak bisa tertawa, sedikit demi sedikit tidak membicarakan manga atau anime, walhasil sampai mengambil jarak denganku.

Kalau seperti itu dari aku pun menjauh, tentu para anak laki-laki akan puas, lepas apa yang terjadi padaku, Eriri mungkin akan berhenti dijadikan target.

Tapi, aku tak akan membiarkan kalah dengan tidak masuk akal seperti itu.

Kehilangan teman otaku pertama sejak masuk SD......tidak, lebih tepatnya, dengan keluarganya, sekongkol yang telah menyeretku jadi otaku itu, tidak mungkin.


Kemudian, ketika caturwulan tiga mulai, pertarunganku seorang diri dimulai.

Mencalonkan diri sebagai anggota komite penyiaran, aku menyiarkan lagu anime saja saat istirahat siang.

Membawa manga ke sekolah, menyebarkan tak pandang bulu.

Walau berkali-kali disita oleh guru, sampai orang tua dipanggil pun aku sama sekali tidak berhenti.

Rapat kelas pun, tanpa membaca suasana memaksakan ceramah otaku, sampai guru saja jadi muak.

Tentu saja, selama waktu itu pun, 'penggunaan kekuatan langsung' anak laki-laki terus berlanjut.

Tapi, tanpa bertahan langsung seperti anak-anak, dengan sungguh-sungguh menunggu benih-benih yang kutabur bertunas.

......lalu, setelah beberapa saat, sedikit demi sedikit hasilnya kelihatan.

Awalnya, anak laki-laki penakut yang tidak ikut menindas.

Berikutnya, dari awal mengambang di kelas, sebagian anak perempuan yang sudah busuk.

Teman-teman yang menerima kalau manga, anime dan gameku menarik mulai bertambah.

Mereka tidak mendukungku secara terbuka, meski begitu, mereka jadi tidak memandangku dengan mata yang merendahkan seperti sampai sekarang.

Mendapat keberanian dari kekuatan secara tersembunyi itu, aku menambah kekuatan menceritakan otaku.

Walau ditindas, diancam, diabaikan, menyebarkan karya yang sungguh-sungguh kusukai tidak berhenti.

Waktu dikatai dengan terbuka 'orang ini kepalanya aneh' berlanjut untuk sementara waktu, April, kami beranjak ke kelas empat......

Seakan-akan pamungkasnya, aku mencalonkan diri sebagai ketua kelas, dan berhasil terpilih langsung tanpa pemilihan.

Para anak laki-laki, akhirnya berhenti melawan dengaku yang sampai segitu seriusnya.

Seperti itulah, memakan waktu setahun, aku membuat tempat kami berada di kelas.

Membangkitkan kembali kerajaan otaku Eriri dan aku.


Tapi, Eriri Spencer Sawamura, anak perempuan riajuu yang populer di kalangan anak laki-laki dan perempuan, akhirnya tidak kembali ke kerajaan itu.


※ ※ ※


......malah jadi penjelasan panjang, tapi kalau diringkas jadi 'ditindas lalu berpisah', semua orang bisa mengerti, inilah situasi kami yang biasa.

Setelah saat ini membongkarnya pun memalukan tahu, semua ini......


"Aku tidak mungkin kembali......"

"Kenapa......"

"Soalnya kalau kembali, aku akan dikeluarkan lagi......ditinggalkan oleh teman baru yang susah-susah makan setengah tahun membuatnya"

Dari akhir kelas tiga, komunitas baru yang dimasuki Eriri, adalah kelompok anak perempuan yang mencolok, yang di antara kelas pun dipenuhi kesan selebritis.

Anak SD tapi membaca majalah fashion, bicara hal-hal yang tidak kumengerti macam pakaian, make up, dan merek ini itu segala.

Padahal sampai setengah tahun sebelumnya, kalau kami bicara merek, adalah perusahaan pembuat game atau anime.

"Kalau teman, aku ada kan......?"

"Itu......kalau itu, aku tidak tahu apakah suatu saat akan dihancurkan lagi !"

Eriri yang (berpura-pura) berhenti sebagai otaku sudah berubah menjadi apa yang para perempuan itu kagumi, kelompok yang sedikit lebih dewasa dari anak laki-laki, dengan dinginnya tak memedulikan penindasan yang dimaksud, bukan lawan atau musuh kami, dan pada dasarnya, sama sekali tidak ada kontak dengan kami.

Karena Eriri yang pada dasarnya beda jauh bibitnya, walau pun tidak mengerti topik pembicaraan yang mereka sukai, hanya dengan keturunan dan penampilan itu bisa mengumpulkan rasa hormat dari mereka.

"Oleh karena itu aku hanya bisa berhenti jadi otaku......waktu itu, aku tidak mungkin bicara dengan Tomoya"

"Kau tidak berhenti kan ! Tanpa disadari sampai jadi pembuat kan !"

"Maka dari itu aku sangat menyembunyikannya ! Aku berjuang keras supaya sama sekali tidak ketahuan !"

"Kalau begitu, kenapa kau membuangku !?"

"Karena kau tidak mau menyembunyikannya bersama-sama denganku !"

"Apa......"

"Karena walau penampilan saja, kau tidak mau berhenti jadi otaku !"

Jadi itu salahku, itu maksudnya ?

Kalau aku tidak menuntut keberadaan otaku dengan serangan frontal seperti itu......

Kalau saja aku juga, rame-rame bicara bola dengan anak laki-laki lainnya, dan hanya pada akhir pekan kami berdua saja melanjutkan pertemuan otaku secara sembunyi-sembunyi.

Maksudmu kalau kita melakukan itu, kita tidak perlu berpisah......?

"Kalau aku bicara denganmu, akan ketahuan aku tidak berhenti......akan disebarkan lewat jaringan anak perempuan dan aku jadi sendiri lagi"

"Cuma terlihat ketawa-ketiwi dengan orang-orang yang bahkan tak bisa kau percayai itu lebih penting daripada bicara soal anime denganku !?"

"Penting atau tidak, bukan soal itu kan !"

"Minta maaf !"

"Mana mungkin aku minta maaf !"

"Yang salah kamu kan ! Kenapa......kenapa melakukan seperti itu padaku......"

Pikiranku sepertinya telah jadi kosong.

Kemarahan, kesedihan dan penderitaan yang terus terkumpul selama tujuh tahun.

Perasaan yang seharusnya telah terlupakan itu, tumpah keluar, tak terhentikan......

"......To, Tomoya ?"

"......eh ?"

Oleh karena itu, tumpah.

Bohong ? Kenapa ? Kacau......

Kenapa, aku duluan yang menangis ?

"Ti, dak.....sial, u, uwaa......"

Harusnya aku yang memperingatkan Eriri kan ?

Harusnya aku memancing perasaan sesungguhnya Eriri, dan saling bicara dengan serius kan ?

Meski begitu, kenapa, malah aku sendiri yang tak sabaran.

Aku terlalu bersemangat......

"Ti, tidak......E riri......bo doh......minta maaf......ayo minta maaf"

Kalau begini, aku hanya anak manja kah ?

Hanya dengan memaki lawan secara sepihak, tidak berusaha, berdoa, apalagi menginjak mengeraskan tanahnya kan ?

"Aku tidak akan minta maaf......apa pun yang terjadi, aku sama sekali tidak akan minta maaf"

Oleh karena itu, Eriri tak mau meladeni keluhanku yang tak masuk akal, dan memotong hanya dengan satu kata.

"E..., eriri......?"

......kelihatannya seperti itu.

"Soalnya Tomoyaa......kau tidak mengerti, berapa banyak aku menangis......!"

"Ah......"

Mungkinkah karena aku melakukannya duluan ia merasa lega......?

Seakan-akan kali ini adalah gilirannya, wajah Eriri berantakan.

"Putus hubungan dengan Tomoya, bahkan tak bisa bicara di sekolah, terpaksa mengabaikanmu !"

Lebih dariku, sekuat tenaga menumpahkan.

"Sedih, duka, sesal, pahit, betapa banyaknya aku menangis karenanya !"

Ngomong-ngomong, rasanya dari dahulu, selalu aku yang duluan.

Terobsesi pada suatu karya, memberi, juga menyebarkan.

"Sepahit itu yang kurasakan, tapi kenapa, mengapa aku masih harus minta maaf ?!"

Tertawa, marah, dan kembali pulih juga.

Menyadari......lawan bicara juga.

"Sekejam itu hukuman yang kuterima, kenapa aku harus menerima balasan lebih banyak lagi ?!"

Kenapa, pada wanita yang egois dan tak masuk akal ini......


Setelah beberapa saat, hanya suara isakan kami berdua yang terdengar di kompleks sekolah.

Terlepas dari saling bentak sekencang itu, dari dalam atau luar sekolah pun, tidak ada tanda-tanda akan muncul orang.

"Kalau kau tidak mau minta maaf, aku juga tidak"

Tapi bukan berarti itu maksudnya......

Sekali lagi, sambil tersedu-sedu kulanjutkan.

"Aku tidak akan minta maaf karena tergila-gila dengan buku Izumi, juga tergila-gila dengan buku kak Utaha"

"Kenapa, mengapa......padahal kau tidak tergila-gila dengan bukuku"

"Soalnya aku mengerti bukumu, sesuai yang diharapkan, menggambar yang ingin kulihat"

"Apa yang salah dengan itu ! Maksudmu aku......di bawah bocah itu ?"

"Iya ! Kau di bawahnya! Kau lebih rendah ! Tidak berguna !"

"A......!"

Tapi, itu sudah hanya sekadar alasan orang kalah atau celaan, tak lebih dari level ejekan dan cacian semacam itu.

Meski begitu, tidak ada kebohongan, juga melebih-lebihkan dalam kata-kata itu.

"Saat ini, akan kukatakan tanpa segan-segan. Kamu itu, kurang kemampuan !"

Tapi, bukan berarti aku sudah segan sampai sekarang.

Bukan berarti aku mengatakan rayuan manis saat memintanya memasuki circle.

"Baik gambar maupun cerita semuanya tidak mengkhianati harapan kan ! Sama sekali tidak ada kejutannya ! Kalau begini bagaimana bisa berdebar-debar !?"

Hanya saja, aku tidak memintanya.

Untuk membuat buku yang membuatku sangat terobsesi.

Hal itu sebaiknya ditampilkan untuk pertama kali dalam game.

Sebaiknya akhirnya dibongkar, dalam karyaku.

"Dari dahulu terus begini kan ! Hanya lebih baik, sama sekali tidak jadi hebat ! Melihatnya aku luar biasa geregetan tahu !"

Karena setelah mengintai Eriri, ia adalah yang nomor satu di antara pelukis kenalanku.

Tapi, kalau itu dibalik, bukan berarti benar-benar nomor satu bagiku.

......beda, dari kak Utaha dan Izumi.

"Kalau kau bilang begitu......kalau kau bilang begitu, juga !"

Eriri, seperti yang diharapkan, sepenuhnya memakannya.

"Aku berusaha sekuat tenaga semampuku ! Baik sepengetahuanmu atau tidak, aku sudah berusaha mati-matian !"

Ia tidak menertawakan omong kosong tak masuk akal yang dipikir bagaimana pun hanya bisa dikatakan perasaan sendiri oleh amatiran yang tak mengetahui penderitaan pengarang, yang telah mengatakan hal merendahkan seperti ayo buat game hanya karena ide yang terlintas.

"Meski begitu, kalau tak sampai apa yang harus kulakukan !? Kalau aku tak punya bakat apa yang mesti kulakukan !"

Tak memotong bahkan dengan celotehan sembarangan dari mulut, seperti biasanya.

"Mana kutahu apa yang mesti kau lakukan ! Pokoknya tidak cukup !"

Tidak, bukan itu.

Orang ini, tidak pernah menertawakan apa yang kukatakan. Tidak memotongnya.

Dengan sepenuh hatinya, terlalu memikirkan kritik seenaknya dariku.

"Mana kutahu kau punya bakat atau tidak. Berapa banyak kau sudah berusaha pun aku tidak tahu. Hanya saja, sekarang pasti tidak cukup. Tidak hebat tahu !"

"Lebih dari ini tidak mungkin tahu ! Aku sudah berusaha sekuat tenaga, menyembunyikannya dari semua orang, tapi aku ingin menang telak, aku ingin balas membodohi, akhirnya sampai sini tahu !?"

Walau salah, walau tahu salah, walaupun menyangkal telah salah.

"Ya, kau sudah sampai sini. Dengan cepat, baik, mantap......"

Meski begitu, sama sekali tidak bisa dihapus dari pojok pikirannya.

"Kalau begitu berikutnya jadilah luar biasa ! Dengan cepat, baik dan mantap, jadilah luar biasa !"

"Sudah tidak mungkin ! Dari sini sudah wilayah bakat tahu !"

"Mau usaha keras kek, bakat kek, sama saja bagiku ! Berusaha lebih keras dari sekarang, atau suatu hari tiba-tiba kembangkan bakat, lakukan saja !"

"Bagaimana aku berusaha lebih keras daripada sekarang ? Bagaimana aku bisa mengembangkan bakat !?"

"Mana kutahu ! Pikirkan saja sendiri !"

Ya, inilah masalah terbesar Eri Kashiwagi.

Lalu, bagi penciptaan, adalah motivasi terbesar.

Walaupun tahu ini tak masuk akal, walau kaget karena ini keterlaluan......

"Pikir, pikir, bertarung, bertarung, bertarung, menang, menang......lalu Izumi, pengarang apa pun......bahkan Akane Kousaka juga, lampauilah !"

Apa yang kukatakan, tak satu pun bisa kau tertawakan dan abaikan kan, Eriri.


"Kalau begitu, kalau begitu......"

"Apa ?"

"Kalau aku berhasil melakukannya......kalau begitu kau akan jadi pemujaku ?"

Eriri masih belum terkejut, tidak mundur.

"Kau akan datang, untuk membeli bukuku ?"

"Sudah jelas kan, hal itu"

Makanya, aku pun masih belum berhenti, belummundur.

"Aku akan datang dengan kereta pertama, mengantre paling pertama, membelinya, lalu mengantri dari barisan paling belakang lagi, membelinya, antre, berkali-kali kuulangi ! Akan kubeli sampai habis ! Lalu kuberikan pada kenalan, kusebarkan......akhirnya akan kukatakan ini"

"......apa ?"

"'Aku sebenarnya kenalannya Eri Kashiwagi tahu~'......begitu !"

Soalnya, bagiku adalah satu-satunya 'pengarang spesial, walaupun bukan fans'.

"Dasar bajing doujin"

"Emangnya salah......"

Keegoisan dan ketidakmasukakalanku itu, diejek Eriri dengan arah yang sepenuhnya salah.

Dengan arah yang sangat positif, diterjemahkan secara bebas.

"Akan kulakukan......aku akan jadi pelukis yang siapa pun mengakuiku hebat"

Dengan senyuman seperti sesal.

Dengan kesegaran dan kegeraman.

"Aku akan jadi pelukis yang diakui hebat oleh semua orang, termasuk kau juga......"

Sekarang, dengan saat ini, Eriri Spencer Sawamura......

Eri Kashiwagi dari 'egoistic-lily', sudah pulih sepenuhnya.


"Perdamaiannya......ditunda ya"

"Ah, tunggu......"

Perdamaian kami yang bersejarah, pasti, akan jadi event suatu saat di suatu tempat.

Aku mengeluarkan uang sepuluh ribu yen dan berkata 'mohon sebanyak batasnya !'.

Eriri akan menjauhkanku dengan tersenyum 'maaf tidak ada kembalian'.

"Tunggu, bodoh"

Ya, aku percaya akan suatu hari dimana diadakan upacara yang bodoh, tapi seperti mimpi itu.


Maaf, kak Utaha, Katou......

Pada akhirnya, aku tidak berhasil memenuhi janji dengan semuanya.

Aku tidak bisa, berdamai dengan Eriri, setelah tujuh tahun.


Tapi, sudah cukup.

Harapan telah terhubung.

Eriri telah bangkit kembali.

Dengan ini, aku bisa berjalan dan melihat ke depan lagi.

Makanya, hari ini segini saja......


"Nah, ayo pulang Tomoya......bukan, Selvis ?"

"Ah......"

Pada akhirnya, dari tengah kompleks sekolah, Eriri berjongkok menahan pergelangan kakinya seperti kesakitan.

Sekali lagi, menginginkan aroma sihir yang tertinggal padaku.



Catatan[edit]

  1. Dari 'Hujan turun tanah mengeras'. Secara umum, berarti akan muncul hal baik setelah terjadi hal buruk. Secara khusus, hubungan antara dua orang akan jadi lebih baik setelah mereka bertengkar