Suzumiya Haruhi ~ Indonesian Version:Volume9 Prologue

From Baka-Tsuki
Revision as of 19:55, 16 July 2009 by H3lm1-kun (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

Prolog


Cara-cara mengetahui perubahan musim berbeda-beda untuk tiap orang. Untukku, cara tergampang mungkin dengan mengamati kelakuan kucing calicoku, Shamisen.

Saat Shamisen tidak lagi menyelinap ke ranjangku tengah malam, aku akan tahu bahwa beberapa bulan musim semi, musim yang paling disenangi di daerah empat musim, telah tiba. Tetapi dibandingkan kucing, tumbuhan punya kemampuan yang sama, bahkan lebih hebat dan mengagumkan. Sakura yang berbunga di mana-mana seolah siap layu perlahan menurut jadwal yang telah mereka laksanakan. Langit di awal April cerah dan biru seolah diwarnai dengan krayon. Mentari, seolah bersiap untuk musim panas, menumpahkan cahya keemasannya ke daratan dengan segala kehebatannya. Tetapi, angin yang bertiup dari pegunungan terus membawa sedikit rasa dingin, mengingatkanku dengan ketinggian kota yang kutinggali ini.

Aku, tanpa ada yang ingin kulakukan, mengangkat kepala dan melihat ke langit biru, berkata lirih.

"Sudah musim semi, yah…"

Mungkin kukatakan sesuatu macam itu karena kebosananku. Karena itu aku tidak megharap jawaban dari siapapun. Tapi orang di sampingku, alih-alih mengetahui hal ini, bagaimanapun juga merasa harus menjawab.

"Nggak ragu lagi, ini sudah musim semi. Buat murid-murid, ini juga awal tahun pelajaran dan tahun kalender. Aku ngerasa ini awal lembaran baru juga."

Nada bicaranya - yang secara mengejutkan - menyenangkan itu cocok untuk musim semi, jadi sejauh ini tak apa. Kalau saja itu diucapkan saat musim panas hanya akan membuat orang merasa hangat. Soal musim dingin… satu-satunya orang yang aku harap sudi berbicara padaku adalah Asahina-san, dan hanya dirinya seorang.

Aku tidak terlalu yakin ia sadar bahwa hatiku tak lagi ada untuk pembicaraan itu, dan segala yang tersisa hanyalah tubuh fisikku. Tetapi ia melanjutkan bicaranya tanpa memperhatikan selaan apapun.

"Ini kali keduaku menyambut musim semi sejak aku masuk SMA. Aku nggak tau apa 'musim semi akhirnya datang' atau 'musim semi datang lagi begitu cepat' yang lebih tepat nunjukin maksudku di sini."

Aku penasaran bagian mana yang perlu dibingungkan soal itu. Andai ini Bahasa Indonesia, dia selalu bisa menggunakan 'dan' untuk menghubungkan kedua frase itu. Orang tidak mungkin mengingat semua yang mereka lakukan tiap saat. Karena itu, ketika seseorang mencoba mengingatnya lagi, banyak kejadian yang lalu ini kelihatannya berlalu begitu cepat atau lambat. Seperti yang terjadi sekarang ini, aku cuma harus menggunakan banyaknya rasa gembira yang aku alami untuk menilai seberapa cepat atau lambat kejadian itu terjadi. Mari kita pikirkan ini dari sudut pandang jarum jam; bukankah jarum-jarum itu bergantung pada hitungan detik untuk mengukur aliran waktu, sembari mengeluarkan suara detikan untuk mengingatkan orang-orang akan hal ini? Walau kadang seseorang tidak ingat mematikan alarm jam, kadang akhirnya alarm itu tidak menyala, membuatku marah sampai-sampai melempar jam alarm itu ke dinding. Musibah macam itu paling sering terjadi Senin pagi.

"Seperti kamu bilang, jarum jam itu satu dari sedikit benda yang bisa mengingatkan kita secara objektif tentang kejadian-kejadian. Tapi untuk manusia, bukan hanya jarum jam, yang paling penting itu apa yang sudah kita kerjakan atau lewati selama waktu itu."

"He eh."

Aku berhenti mengamati perubahan bentuk awan dan menoleh menghadap orang di sampingku.

Yang ada di depan mataku adalah sesosok wajah ganteng dengan senyum yang tak memudar, mengingatkan kita akan keberadaan pemiliknya - Koizumi Itsuki. Senyum yang dapat digambarkan sebagai pemandangan senormal jejak asap sebuah pesawat yang baru melintasi langit: tidak terlalu menyilaukan mata sehingga membuat kita tidak ingin melihatnya. Sadar bahwa tidak ada gunanya lagi menatap wajahnya lebih lama, aku tolehkan kepalaku kembali ke depan.

Tapi,

"Ngomong-ngomong soal perasaanku..."

Sementara pemandangan lapangan sekolah terpantul di retinaku, aku bilang ke Koizumi dengan tatapan lekatnya yang tertuju padaku.

"...'musim semi AKHIRNYA datang' itu lebih cocok!"


--Bersambung