High School DxD (Indonesia):Jilid 20 Faker
Faker
Italia, di suatu tempat.
Pemuda itu mengunjungi kebun anggur dari pertanian tertentu di daerah terpencil Italia. Sambil berjalan ke depan, si pemuda — pengguna Holy Spear, Cao Cao, memasuki pandangan si pria tua yang bekerja di pertanian. Pakaian pertanian dan topi jerami pria tua itu sangat cocok sekali, dan dia juga mempunyai tubuh mengesankan. Sekilas dari jauh, seseorang akan berpikir bahwa pria tua itu sebelumnya telah bertugas di militer atau suka berlatih atletik. Tapi, pria tua itu bukan orang kebanyakan. Meskipun pria tua itu telah mendeteksi keberadaan Cao Cao sesaat yang lalu, ia membuka mulutnya untuk berbicara tanpa melihat ke arahnya.
"Peninggalan suci, ini adalah kali pertama aku menemui aura begitu."
Pria tua itu mengenakan senyum lembut di wajahnya yang berkerut.
"Buongiorno, pengguna Holy Spear, selamat datang di pertanian ini."
Si pria tua yang memakai topi menyambutnya — bukan, dia Imam Kardinal Vatikan, Vasco Strada. Tempo hari, dia adalah orang utama dari Gereja yang memimpin banyak prajurit Gereja yang memberontak. Kalah dalam pertempuran melawan grup anti-teroris [DxD], ia menerima penghakiman Surga tanpa perlawanan. Melaporkan semuanya tanpa kebohongan ke Surga, Kardinal tua itu kini bekerja di peternakan ini. Bahkan ada penghalang kuat yang telah didirikan sekitar radius beberapa kilometer dari pertanian. Ini tidak akan menjadi tugas mudah atau sederhana untuk melarikan diri; ini disebut penghalang penjara. Demi Tuhan, ia mengabdikan sebagian besar hidupnya sebagai imam; dalam usahanya untuk mewujudkan perasaan para prajurit Gereja, mantan pengguna Durandal ini dicopot dari posisinya, dan terbatas dalam apa yang bisa disebut penjara agak tenang. Memang bersalah, kalau dilihat dari skala insiden yang ia bawa, tak hanya ia telah dicopot dari posisinya, mungkin juga ia akan harus menggunakan hidupnya sebagai hukuman atas kejahatannya. —Tapi, mengingat prestasinya di masa lalu, keyakinan, dan permintaan dari banyak prajurit Gereja, ia akhirnya dikirim ke peternakan ini.
"Ini adalah tanah di mana aku dibesarkan. Kadang-kadang, aku datang ke sini untuk menanam pohon... sepertinya aku harus sungguh-sungguh bekerja keras di sini nanti."
Ujar Strada sambil mengelus kulit pohon.
"Ini adalah kali pertama kami bertemu, Yang Mulia. Aku pelopor Indra."
Pengguna dari Holy Spear memperkenalkan diri dan Strada kemudian berbicara selagi ia menggunakan handuk untuk menyeka keringat dari wajahnya.
"Aku paham, seorang Dewa Berhala ingin mengajak pria tua ini sesuatu, bukankah itu benar?"
Kardinal tua itu berpikir bahwa kunjungan Cao Cao karena Indra memiliki pesan untuknya. Tapi, Cao Cao menggelengkan kepala.
"Tidak, tampaknya Anda tidak berpikir bahwa aku juga bisa datang berkunjung semata-mata atas dasar pribadi."
Mendengar kata-kata Cao Cao, Strada tertawa dengan daya tarik.
"...Hoho, sungguh tak terduga. —Kalau begitu, setelah datang jauh-jauh ke tempat yang jauh, apa yang mau kau tanyakan padaku?"
Cao Cao mendengar pertanyaan Strada, membuka mulutnya untuk menjawab tapi diam sejenak, sebelum akhirnya bertanya
"......Menjadi pahlawan, apa yang bisa Anda pikirkan, Yang Mulia?"
Mungkin karena itu melebihi harapan awal dari sebuah pertanyaan, awalnya Strada terkejut, tapi kemudian mengusap dagunya sambil berpikir.
"...Hmm, ini benar-benar pertanyaan aneh, Nak."
Cao Cao melihat ke bawah dan berbicara lagi
"...Aku lahir sebagai pewaris darah pahlawan tertentu. Selain itu, aku dipilih oleh Holy Spear. Aku percaya bahwa... yang disebut [Pahlawan] berada dipuncak kemanusiaan, mampu mengalahkan eksistensi dunia lain yang kuat, aku jadi berharap, jadi berpikir, dan jadi bersemangat."
Dia mengangkat kepalanya untuk melihat ke langit, dan kemudian berkata
"...Tapi, aku kalah oleh Iblis muda reinkarnasi tertentu. Jalan hidupku benar-benar tercuri dariku tepat di depan mataku olehnya. ...Mungkin dia tidak pernah menganggapnya, tapi kekalahan itu menjadi kesempatanku untuk meninjau dan mengubah jalan hidupku. ...Yang Mulia dikagumi oleh orang-orang sebagai pahlawan, aku sangat ingin Anda ceritakan apa pahlawan itu."
Untuk orang yang tidak hanya mewarisi darah pahlawan, tapi secara kebetulan juga Holy Spear, dilahirkan sebagai jenius, ini adalah kali pertama bahwa ia telah mengalami 'dinding' itu. Dia secara alami mewarisi garis keturunan leluhurnya ketika dia dilahirkan, dan oleh takdir, dia memegang tombak terkuat yang bahkan bisa mengalahkan Tuhan. Awalnya, dia adalah eksistensi yang tidak kompatibel dengan manusia — berburu ilmu gaib, mengalahkan ilmu gaib, menghukum ilmu gaib, sebagai jalan hidup, dan mengejar kekuatan sebagai alasan untuk ada. —Tapi di hadapan Red Dragon dan White Dragon, bahkan tombak yang dipegangnya di tangannya membantah dirinya.
Kau lemah, kau hanyalah seorang bocah yang memperoleh kekuatan tombak terkuat, itulah yang dibilang.
Mendengar pertanyaan Cao Cao, Strada tersenyum.
"...Hehehe"
Terhadap Cao Cao yang terkejut, si pria tua suci berkata
"Ini sangat tak sopan. —Tapi, kau terlalu muda. Kau hanya terlalu muda. Meski kau terlihat tua sekitar dua puluh tahun-an, dibandingkan denganku, kau tidak berbeda dari bayi kecil. Sejak kau menyebut dirimu pahlawan, kau sudah keliru."
Strada menegaskan.
"—Mereka yang menentukan pahlawan adalah orang-orang tanpa kekuatan. Karena mereka tidak punya kekuatan, mereka akan merindukan kekuatan, dan sehingga mereka akan mencari pahlawan, dan memutuskan siapa pahlawan itu. Pengguna Holy Spear, apa kau memainkan peran Pahlawan orang-orang?"
"......Umm"
Cao Cao terdiam... Dia tidak dipilih oleh siapa pun. Hanya karena ia adalah keturunan dari seseorang, ia berpikir bahwa harus begitu. Haruslah begitu, karena itulah ia menganggap remeh darah yang mengalir melalui pembuluh darahnya, dan tombak yang ia miliki. Strada membungkuk dan duduk di sebuah kotak kayu yang ditempatkan di peternakan lalu bicara lagi
"Tidak dikejar oleh orang-orang, yang mengaku sebagai pahlawan atau sesuatu, tapi yang ada permainan tipuan anak-anak. Justru karena ini, kau bukanlah tandingan untuk bocah Sekiryuutei yang berani berjalan di jalannya sendiri."
Kata-kata pria tua itu benar-benar membantah adanya Golongan Pahlawan itu sendiri. Sama seperti dia bilang, dan Cao Cao tak bisa membantahnya.
...Itu benar, sama seperti yang Strada bilang, dia, orang itu, berani menghadapiku langsung, dan berani mengalahkanku. Apakah itu sebagai Sekiryuutei, atau sebagai Iblis, untuk tujuannya sendiri, untuk orang-orang yang dia lindungi, dia berani berjuang dengan semua yang ia punya. Keberadaanku sudah ditolak, dan aku bahkan dikalahkan olehnya—. ... Melihat diriku sendiri saat ini, apa yang akan orang-orang yang pernah mengikuti dan mengagumiku pikirkan?
Strada terdiam beberapa saat, lalu menghadapi Cao Cao dan berkata
"Kau hanyalah manusia biasa. Dan hanyalah seorang pemuda pada saat itu. Nenek moyangmu mungkin seorang pahlawan —akan tetapi, nenek moyangmu itu manusia biasa. Dengan demikian kau masih seorang manusia. Bukankah disebut pahlawan itu dipuji orang-orang yang maju ke depan dengan berani?"
…Si Sekiryuutei juga, warga Dunia Bawah mulai menghormatinya karena dia selalu berpikir langsung ke arah depan. Apakah dia pernah berpikir untuk menjadi pahlawan sedari awal? Tentu saja, jawabannya adalah — tidak.
Kardinal tua itu tersenyum sambil berkata
"Meskipun aku dipanggil pahlawan, bahkan pada usia ini aku tidak menganggap diriku sebagai pahlawan. —Tapi selama ada orang yang mengagumiku, aku akan terus disebut pahlawan. Aku hanyalah manusia. Aku hidup seperti manusia lainnya, dan aku akan mati seperti manusia lainnya. Itu sudah cukup. Kalau orang-orang menghormatiku sebagai pahlawan, maka itu juga bagus."
Untuk sesaat, sosok pria tua itu dan Sekiryuutei tampak tumpang tindih.
...Aku takut bahwa ia akan mengatakan itu.
Pria tua itu tertawa
"Hehehe."
Sambil mengenakan topi dan berdiri.
"Ah, kini aku sudah tua, jadi aku berbicara panjang lebar.... Awalnya, kau sudah mempunyai gagasan samar-samar akan jawaban ini."
"... Itu mungkin saja. Sejak aku kalah darinya, aku—"
Tanpa berpikir tentang konsep 'disebut pahlawan' ini, ia menjadi penantang biasa.
"Yang Mulia, aku bisa mengalahkan orang itu?"
Pemuda yang berpura-pura menjadi pahlawan kemudian bertanya. Pria tua itu tersenyum sambil berkata fasih
"—Pergi dan cintailah sesuatu. Apakah itu dirimu sendiri. Atau bahkan sesuatu yang tidak berwujud. Cinta, kalau kau tidak punya hati yang mencintai sesuatu, maka kau tidak akan bisa mencapai seseorang yang punya cinta. Maksud yang kau cintai akan muncul di hadapanmu, dan pada saat itu, kau akan — punya 'kekuatan' di dalam tubuhmu."
Setelah Strada mengatakan itu, ia kembali ke pekerjaan pertaniannya.
"Pertama, kau harus terus mengejar si bocah Sekiryuutei itu. Karena dia punya kekuatan cinta, dia tinggal dengan cinta. Dibandingkan dengan tulang tua ini, kau diusia yang sama dengannya tapi kehadirannya lebih dari sepuluh ribu kali lipat darimu."
Sekiryuutei, Hyoudou Issei hidup karena cinta— Karena kata-kata itu, Cao Cao mengingat waktu sebelumnya saat ia bertemu Hyoudou Issei dalam pikirannya.
...Itu benar, bukan hanya pria itu dicintai oleh orang lain, dia mencintai orang lain, karena itulah dia bertarung berhadapan melawanku. Itu adalah dasar dari Sekiryuutei, Hyoudou Issei—.
Cao Cao tersenyum sambil menatap tombaknya.
"Akankah kalian yang diingat oleh tombak ini juga mengejar 'cinta' itu?"