Tokyo Ravens (Indonesia):Volume 2 Chapter 2
Chapter 2 – Telinga dan Ekor
Bagian 1
“Harutora, karena kau tidak bersalah, kau tak perlu mengkhawatirkannya.”
“Bagaimana bisa aku……”
Kelas pagi telah selesai, dengan Harutors yang masih membawa perasaan bersalah setelah kejadian perkenalan yang kacau balau. Pundaknya terasa berat dan capai, seolah-olah pundaknya adalah batu, membuatnya membuatnya terkulai di meja ruang kelas kelelahan.
Sekarang adalah jam istirahat. Banyak murid – termasuk Kyouko – pergi meninggalkan kelas, untuk mencari makan. Tentu saja, tak ada yang berani berbicara dengan Harutora, yang telah membuat keributan tepat setelah ia memasuki kelas.
Kecuali satu orang.
“Haaaah…”
Touji tersenyum, terang-terangan. Menganggap dirinya sebagai setengah orang luar.
“Menjadi bahan pembicaraan tepat ketika kau masuk, sungguh sempurna, Harutora.”
“’Sempurna’ apa yang kau maksud, semuanya sudah selesai.”
“Bukan itu, menunjukan tampilan sebuah kekuasaan di awal untuk mengukur reaksi semua orang menunjukan sebagai seseorang yang mencari orang-orang kuat, tidak buruk.”
“Sial, beerpikir kau memiliki sikap santai seperti itu... Terlebih, bukan aku yang ‘menampilkan sebuah kekuasaan’.” Touji biasanya tak diragukan kembali merupakan orang yang seharusnya lebih menarik perhatian, bukan Harutora, namun kali ini Touji benar-benar tertutupi oleh ‘Pasangan Tsuchimikado’, bahkan berkata: “ Dengan seperti ini akan lebih memudahkanku untuk bergerak, jadi aku setuju.”
“Benar, Natsume. Apakah murid yang bernama Kyouko itu selalu seperti itu? Dia seperti memiliki kebencian yang mendalam terhadap keluarga Tsuchimikado.”
Tanya Touji, namun Natsume menggelengkan kepalanya, muram.
“Tidak…… Dia tak pernah menyerangku seperti itu, tapi terkadang ia menunjukan sedikit perlawanannya kepadaku seperti hari ini. Berkatnya, aku juga jadi sedikit bersemangat.”
“……Aku tidak melihatnya sebagai ‘sedikit’.”
“Apa yang tidak membuatmu puas? Harutora, aku akan membicarakannya untukmu. Dengan kata lain, melindungi shikigamiku adalah sesuatu yang wajar.”
Ucap Natsume dengan bangga, dan Harutora pun semakin membenamkan dirinya di meja, sudut-sudut mulutnya pun membentuk senyum terbalik. Disisi lain, Touji terduduk di atas meja, termenung dalam pikirannya.
“……Mungkinkah kita melakukan sesuatu yang membuatnya marah?”
“Aku tak tahu, aku tak tahu sama sekali.”
“Ketika kau memanggilnya Kurahashi Kyouko tadi, mungkinkah Kurahashi ‘tersebut’? jika seperti itu, mungkin itu berhubungan dengan hal tersebut.”
“Dia memang berasal dari keluarga tersebut, namun demikian, aku tak mengerti kenapa. Ayahku pernah bertemu dengan keluarganya, tapi aku hampir tak pernah berkontak dengan keluarga Kurahashi.”
Jawab Natsume, menunjukan ekspresi malu. Harutora tiba-tiba mengangkat kepalanya ketika mendengar nama ‘Kurahashi’, lagi.
“Oh, iya, sensei baru saja menyebutkannya, bukankah itu Kur… Tunggu, Natsume, Touji, bukankah kalian terlalu familiar? Bukankah kemarin pertemuan pertama kalian?”
Harutora bertanya bingung, dan tubuh Natsume pun sekilas terlihat gemetar mendengar hal ini.
Harutora dan Touji pernah satu sekolah sebelumnya, dan keduanya berteman baik sebelum semenjak ayah Harutora merawat Touji. Namun Touji baru pertama kali melihat Natsume ketika ia pergi ke Tokyo bersama Harutora kemarin. Waktu itu, Harutora bahkan baru memberitahukannya kalau Natsume adalah perempuan – lagipula, ia telah sering menyebutkan perempuan yang diajak mainnya saat masih kecil kepada Touji sebelum ia mengetahui tentang tradisi keluarga utama. Namun keduanya tak mengatakan hal apapun selain perkenalan sederhana.
Namun, abaikan Touji, kenapa Natsume yang biasanya pemalu sekarang berbicara dengan semangatnya pada Touji?
“Uh, itu, begini……”
Wajah lembut Natsume berubah menjadi kaku dan kata-katanya pun menjadi berantakan, ia pun menatap tak tentu arah.
Berbeda dengan Touji yang tampak tenang.
“Tidakkah kau tahu, Harutora? Orang-orang tak bisa untuk tak datang berbicara denganku, aku adalah pria yang menawan.”
“……Berpikir kau dengan bangganya berbicara seperti itu setelah menjadi seorang preman sebelumnya.”
Harutora mengangkat kepalanya dari meja, mengerutkan dahinya dengan heran. Touji tersenyum dan menaruh tangannya diatas kepala Harutora, mengacak-acak rambutnya.
“Baiklah, tak perlu kau khawatirkan. Untuk suatu alasan, aku merasa ini bukan pertama kalinya aku bertemu dengan orang ini, itu pasti karena kita sangat akrab. Iyakan, Natsume?”
“Ya, benar! Itu benar, Harutora. Kami akrab! Dan yang kucing kupunya sebelumnya bernama Touji, jadi aku merasa cukup dekat dengannya dan aku tak pernah berpikir kalau Touji adalah orang asing sama sekali!”
Touji menunjukan senyum palsu, namun Natsume memaksa dirinya untuk tertawa keras. Harutora merasa seperti sebuah komedi sedang bermain didepannya, dan ia pun semakin mengerutkan keningnya.
Namun, Natsume dan Touji memang belum mengeanal satu sama lain sebelumnnya, jadi ia hanya bisa untuk memercayai klaim mereka. Terlebih penting, sebenarnya ia diam-diam khawatir bahwa ‘Aku takut kalau kedua orang yang berbeda kepribadian ini tidak akan akrab’, namun melihat situasinya saat ini…… ia merasa lega melihat keduanya yang tiba-tiba bisa dalam harmoni.
“Mungkinkah kau cemburu?”
“Hei kau…”
“Kau dan Natsume sudah lama tak bertemu, tapi kami malah menjadi sangat akrab dengan cepatnya, jadi dirimu yang cemburu bukankah—“
“……Baiklah, Aku tahu. Sejujurnya, aku akan merasa bermasalah jika kalian bertengkar.”
Mendengar pertanyaan menggoda Touji, Harutora mau tak mau harus menyerah dengan investigasinya.
Harutora pun menjadi sangat lelah ketika membayangkan keduanya bertengkar, sehingga kini ia hanya bisa berharap bahwa ke depan nanti tak akan ada masalah yang terlalu menyulitkan.
Lalu, ia menoleh ke arah Natsume, seolah-olah memberikan persetujuannya terhadap apa yang mereka nyatakan: “Jadi, baiklah jika seperti itu. Natsume, kau bisa memercayai Touji. Jika kau memerlukan sesuatu, kau juga bisa berbicara padanya, bukan cuma aku.”
“…………” Namun Natsume tidak merespon.
Harutora yang awalnya ingin bersandar, kebingungan, memiringkan tubuhnya untuk melihat Natsume. Ia menyadari bahwa saat ini Natsume berdiri dengan matanya yang melebar, dan pipinya yang memerah.
“……Ada apa, Natsume?”
“Uh, tidak apa-apa……”
“Yah? Mungkinkah kau tidak memercayai Touji?”
“Bukan begitu…… Hanya saja, mmm…… K-kau tak perlu khawatir…… oke? Touji dan aku tidak terlalu akrab……”
Ia bersikap malu-malu dan ia berbicara dengan terbata-bata. Harutora pun hanya bisa mengerutkan dahinya.
“Apa yang kau coba katakan?”
“M-maksudku, aku memercayai Touji, tapi…… Yang paling…… mmm…… orang yang paling dekat denganku adalah Harutora, aku janji……”
Ia berbisik lembut tanpa melihat Harutora, Harutora tidak mengerti maksud dari perkataannya dan menoleh ke arah Touji untuk meminta bantuan, namun Touji hanya menatap ke langit-langit untuk suatu alasan. Harutora, yang terlihat kebingungan seperti sebelumnya, merasa seperti dirinya sedang melihat komedi dagelan.
“N-ngomong-ngomong!”
Natsume dengan segera mengganti topik.
“Semua akan berjalan lancar antara aku, Touji, dan Harutora! Jadi – kau tak perlu khawatir dengan murid-murid lainnya, bahkan gadis itu. Selama kau berusaha dan serius, aku percaya dia tidak akan macam-macam. Jika ia berani coba-coba untuk mencari masalah denganmu, aku tak akan membiarkannya.”
Setelah berbicara seperti itu dengan wajah yang memerah, tiba-tiba Natsume menjadi serius, lalu berkata:
“Pertama dan yang lebih utama – kita datang ke Akademi Onmyou agar bisa mandiri sesegera mungkin, dan hanya demi tujuan itu.”
“Natsume……”
Perkataan tersebut menunjukan gaya hidup Natsume selama di Akademi Onmyou, dan Harutora tanpa sadar duduk dengan tegak ketika mendengar ucapan tersebut.
Dengan ucapan tersebut, Natsume juga pernah bilang kalau ia tidak perlu takut selama ia menunjukan kekuatannya di Akademi Onmyou.
Dirinya yang berbicara seperti itu sama saja dengan terang-terangan ia menyatakan bahwa ia tak peduli dengan murid-murid lainnya, dan mengakui bahwa dirinya terisolasi dari kelas, tanpa teman. Hal itu membuktikan perkiraan dan kekhawatiran Harutora.
…Namun, Natsume.
Itu bukan hal yang baik. Keadaan Natsume memang cukup kompleks dan sulit dimengerti, namun ia masih tak percaya jika menutup diri adalah jalan keluar terbaik.
Ketika Harutora mengkhawatirkan bagaimana ia harus membicarakan kekhawatirannya…… “Tsuchimikado-kun – Ah, maksudku Natsume-kun.”
Seorang murid berbicara dari depannya.
Ia merupakan seorang murid lelaki berkacamata. Harutora dan yang lainnya pun menoleh secara bersamaan, membuatnya terkejut.
“Uh – orang itu disini.”
Ia menunjuk ke arah pintu ruang kelas ketika ia berbicara demikian. Seorang lelaki bersetelan jas berdiri di koridor luar kelas. Tubuhnya tinggi dan kurus, dan penampilannya cukup tampan. Ia tersenyum ramah ketika sadar Harutora dan yang lainnya melihatnya, sedikit menganggukkan kepalanya sebagai salam.
Harutora merasa kebingungan, ketika – “Oh! Aku lupa. Maaf Harutora, aku harus pergi.” Ucap Natsume.
“Apa? Ada apa?”
“Uh…… Aku, aku sedang menjalani kelas spesial sekarang, jadi aku ada kelas ketika istirahat siang…… Apa kau tahu dimana kantin sekolah?”
“Yah, aku harus.”
“Kalau begitu kalian bisa makan duluan, aku mungkin akan kembali sebelum kelas selanjutnya mulai.”
Setelah berkata demikian dengan segera ia menuruni tangga, bergegas menuju pintu kelas.
Namun, tiba-tiba ia berhenti, dengan cepat berbalik menghampiri mereka dan sedikit mendekatkan dirinya ke meja yang mereka tempati.
Lalu—
“Harutora, Touji, mari lakukan yang terbaik.”
“…Ah, okay.”
“Yah.”
Harutora dan Touji merespon bergantian terhadap tatapan yang dipancarkan oleh mata jernihnya.
Natsume tertawa riang seperti anak kecil, membalikkan dirinya seperti seolah-olah ia sedang menari dan akhirnya pergi meninggalkan ruang kelas. Ia berbicara beberapa kata pada laki-laki yang menunggunya di koridor dan dengan segera menghilang.
Setelah kepergian Natsume yang tiba-tiba, sekujur tubuh Harutora pun merenggang, namun Touji berkata dengan kecut: “Ia sangat gembira.”
“Gembira…… huh?”
Harutora menatap ke arah koridor tempat Natsume pergi dengan tatapan kompleks.
“……Mungkin karena dia menggunakan seragam laki-laki, kepribadiannya berubah. Bagaimana aku harus mengatakannya…… ia terasa lebih kekanakan.”
“Oh.”
“Namun, yang aneh adalah aku tak merasa kaget sama sekali, melainkan rasanya seperti aku sudah terbiasa……”
“Oh, tidak heran.”
Touji berbicara pelan dengan seringai terpampang ketika mendengar Harutora bergumam, tatapannya jelas menunjukan ‘jadi mereka berdua selama ini sama’.
“Tapi…… Bukankah guru yang datang menjemput Natsume juga seorang guru disini?”
“Apa kau ingin tahu?”
“Begitulah……”
“Mungkin dia adalah pacarnya.”
“H-hal bodoh apa yang kau bicarakan, Natsume berpura-pura menjadi laki-laki disini.”
“Terus kenapa?”
“Hei, apa yang kau maksud!”
Pada akhirnya, Harutora berasal dari daerah pedesaan, dan ketika Touji yang besar di Tokyo berkata seperti itu, ia hampir percaya bahwa ‘hal semacam itu’ tidak aneh di tempat ini. Teman baiknya pun tersenyum melihat Harutora yang terlihat panik.
“Bagaimanapun, Natsume pergi di saat yang tepat. Aku memiliki kesempatan untuk memulai penyelidikan rahasia setelah kejadian tadi pagi – tunggu aku disini.”
Ketika Harutora menanyakan hal tersebut, Touji telah memasukkan tangannya ke dalam saku celananya, dengan santai berjalan pergi.
Lalu – “Yo, terima kasih yang tadi.” Ia berbicara dengan ramah pada salah satu murid yang berada dibelakang kelas, murid laki-laki yang baru saja memberitahukan Natsume bahwa ada orang yang mencarinya.
Sepertinya ia berada dalam kelompok yang membawa bekal ke sekolah, dan ia sedang duduk, dan membuka bekalnya ketika Touji menghampirinya. Matanya melebar ketika murid pindahan – yang telah menjadi pusat perhatian – memanggilnya.
“Apa kau mengingat namaku? Aku Ato Touji, senang bertemu denganmu. Bagaimana denganmu?”
“Ah, ya, aku Momoe, Momoe Tenma…”
“Tenma, nama yang cukup mudah diingat. kau bisa memanggilku Touji.”
“Ah, oke, kalau begitu……”
Ia bisa melihat bahkan dari jauh bahwa Tenma terlihat cukup gugup. Ia memastikan dirinya terlihat sopan ketika berbicara, walaupun Touji terlalu dekat.
Tubuhnya cukup mungil dan terlihat langsing, dengan gaya rambut yang umum dan konservatif. Wajahnya yang mengenakan kacamata menunjukan dirinya yang masih terlihat seperti murid sekolah menengah pertama, sekilas ia terlihat kanak-kanak, namun juga terlihat ramah karena hal tersebut.
…Jadi ini penyelidikan yang dimaksud olehnya……
Touji sepertinya berencana mengambil kesempatan pada tidak adanya Natsume untuk mendengar beberapa informasi dari murid-murid lainnya. Namun, dimata Harutora yang melihatnya dari jauh, mereka terlihat seperti seorang murid nakal yang sedang menindas murid suruhannya.
Touji kemudian memberitahukan tiga alasan kenapa ia memilih Tenma sebagai objek sumber informasinya.
Pertama, Tenma telah bersedia memberitahukan Natsume bahwa ada orang yang mencarinya, yang menunjukan ia tidak memiliki maksud buruk apapun terhadap Natsume, dan juga membuktikan bahwa ia adalah orang yang dengan jujur akan melakukan sesuatu jika diminta.
Kedua, ia baru saja sedang membuka bekalnya, atau dengan kata lain ia tidak memiliki alasan yang tepat untuk pergi, jadi akan susah untuknya kabur.
Ketiga, ia terlihat mudah untuk ‘dikelabui‘.
Walaupun Harutora merasa bodoh ketika mendengarnya, Touji telah mengobservasi reaksi yang diberikan oleh murid-murid yang ada dikelas ketika Natsume dan Kyouko bertengkar ketika perkenalan tadi, mencari kandidat untuknya mengumpulkan informasi.
“Apakah kau baru saja ingin memakan bekalmu? Bisakah kuminta waktunya sebentar?”
Touji telah mengantisipasi respon Tenma terlebih dahulu – sebenarnya, ia bertanya dengan sikap yang aneh. Ia berkata ia tidak ingin mengganggunya, namun ia tersenyum menunjuk bangku kosong yang ada disisi Tenma.
Seperti yang diduga Touji, Tenma benar-benar menunjukan senyum naturalnya, menjawab: “Silakan.”
“Bagus. Aku baru disini jadi aku tidak familiar sama sekali dengan tempat ini. Bisakah aku bertanya beberapa hal?”
“B-begitu. Silakan, jika kau tak keberatan.”
“Terma kasih banyak. Ah, jangan khawatirkan aku, silakan lanjutkan makanmu.”
Yang menakutkan dari Touji adalah ia memang dulunya adalah murid nakal namun sikapnya sangatlah licin. Sebenarnya, ketika di tahun pertamanya masa sekolah menengah atas, Harutora melihat banyak gadis-gadis yang telah tertipu oleh perbedaan antara penampilan luar yang menyeramkan dan sikap baiknya.
“Akademi Onmyou benar-benar tempat yang menakjubkan, bukan hanya fasilitasnya saja yang baru, bahkan terdapat sepasang komainu didepan pintu masuk.”
“Maksudmu Alpha dan Omega, huh. Setelah kau terbiasa, kau akan menganggap kedua shikigami tersebut cukup menarik.”
“Shikigami, huh. Tentu saja, aku tak tahu bagaimana menggunakan shikigami, tapi mungkinkah kau sudah bisa menggunakannya?”
“Uh, aku, aku kurang lebih bisa menggunakan shikigami buatan…… Pada akhirnya pengendalian tatap muka dengan shikigami saat ini cukup baik.”
Tenma sedikit gugup, namun ia masih berbicara dengan Touji. Walaupun Touji telah mengganggu makan siangnya, ia tidak memberengut, jadi kepribadiannya memang baik seperti penampilannya.
Touji dengan diam melambai-lambaikan tangannya ke Harutora selagi berbicara dengan Tenma, mungkin menjelaskan ‘kita bisa mendekati orang ini’. Harutora berdiri dengan enggan, berjalan menuju tempat duduk Touji dan Tenma.
“Boleh aku bergabung?”
“Huh, ah—“
“Hei, kau tak perlu begitu takut. Aku tak tahu bagaimana sebenarnya Natsume, tapi kami tidak berbahaya. Dikarenakan ada dua Tsuchimikado di kelas, kau bisa memanggilku Harutora.”
Harutora tak menyangka bahwa dirinya terlihat lebih menakutkan dibandingkan Touji. Ia tak ingin menghiraukannya, yang kemudian ia memilih untuk duduk didepan Tenma.
“Orang ini juga dalam masalah. Dia memang seorang Tsuchimikado, tapi dia dari keluarga cabang dan juga tak mengetahui apapun tentang Onmyoudou. Dan dia dan aku sekolah di sekolah menengah atas biasa sampai musim panas kemarin. Alasan kenapa kami bisa memasuki Akademi Onmyou sebenarnya tak begitu hebat. Apa kau mengetahui keributan besar Onmyouji akhir-akhir ini? Sebenarnya kami terlibat dengan masalah tersebut.” Ucap Touji sambil menyeringai kepada Tenma yang gugup.
“Hei, Touji.”
Harutora dengan segera menyela, namun Touji hanya menjawab: “Tak apa.”
“Sejujurnya, Onmyouji yang menyebabkan insiden tersebut berhubungan dengan para petinggi Agensi Onmyou, bagian tersebut bahkan tidak diberitahukan media, dan kami dua orang biasa berakhir dengan terlibat dengan ‘insiden’ tersebut – begitulah yang terjadi.”
“Yang kau maksud insiden tersebut? Jadi begitu ceritanya.”
Tenma menunjukan keterkejutannya. Sepertinya ia memang telah mendengar perihal insiden musim panas tersebut. Dikarenakan hal tersebut telah menjadi berita nasional.
Touji menganggukan kepalanya, membenarkan, lanjut berkata:
“Nama Tsuchimikado pun menjadi terkenal, dan ia pun mau tak mau harus menahan tekanan yang diberikan olehnya dari yang lain – namun ia tak menyangka kritik publik yang baru saja dia alami, jadi dia putus asa sepanjang pagi.”
Kalimatnya terdengar meremehkan, namun ia menyentuh dagunya ke arah Harutora dengan kasihan. Kata-katanya tidak salah sama sekali, namun retorikanya cukup pintar.
Mata Tenma pun melebar mendengar penjelasan tersebut. “Jadi begitu.” Menerima perkataan Touji bahkan terlihat rasa simpati yang muncul dalam tatapannya ketika melihat Harutora. Harutora bersyukur, namun ia meresa Touji terlalu membesar-besarkan, jadi ia pun mau tak mau sedikit ragu-ragu.
Touji mengangkat bahu.
“Namun mungkin memang inilah yang kami inginkan, dan aku pun memutuskan untuk menjadi Onmyouji karenanya, namun…… Seperti yang dikatakan Touji, aku memang sedikit dalam masalah.”
“Begitu, sangat disayangkan.”
Tenma pun menunjukan senyum ramah ketika ia berbicara. Ia memiliki wajah yang manis, dan Harutora pun akhirnya bisa merasa bahwa saat ini ia sedang berbicara dengan ‘teman kelas’.
“……Jadi, kami ingin bertanya sedikit tentang ‘keadaan kelas’, tidak apa-apa jika kau merespon dengan hanya yang kau tahu – murid perempuan tadi pagi, dia dipanggil ‘Kurahashi’ jika aku tidak salah?”
Touji memajukan dirinya, seolah-olah sedang berbicara tepat pada telinganya dan langsung ke inti masalah, mungkin menurutnya ini merupakan kesempatan yang tepat. Tenma pun menggumamkan “Ah”, dengan cepat mengerti maksud perkataan Touji.
“Benar, dia adalah putri dari keluarga Kurahashi. Tapi dia bukanlah gadis yang angkuh, bahkan dia berbicara denganku dengan sikap yang ramah.”
“……Tapi dia sangat kasar tadi.”
“Yah, dia terlihat seperti itu ketika Natsume-kun terlibat…… Sepertinya ia menganggapnya sebagai rival.”
Senyum ramah Tenma berubah menjadi sedikit getir. Sepertinya reaksi kyouko pagi tadi tidak mewakili pendapat umum kelas, namun hanya dendam pribadi.
Namun, bukan itu yang dikhawatirkan oleh Harutora.
“Ah, benar, berbicara tentang ‘Kurahashi’, aku ingin bertanya sekarang, apa yang membuat keluarga Kurahashi terlihat begitu penting? Apa mereka terkenal?”
Mendengar pertanyaan tersebut, Tenma menunjukan reaksi yang sama seperti Ohtomo sebelumnya, matanya melebar dengan sangat.
“Kau lihat, dia tidak familiar dengan hal ini.”
Dengan segera Touji menjawab, dan mulai menjelaskannya kepada Harutora:
“Keluarga Kurahashi sama dengan Keluarga Tsuchimikado, mereka adalah keluarga terkenal di Onmyoudou. Keluarga Kurahashi menjadi sorot utama semenjak turunnya keluarga Tsuchimikado. Kau mendengar nama kepala sekolah, bukan? Kurahashi Miyo, nenek tua itu adalah kepala keluarga dari keluarga Kurahashi.”
“Terkenal? Jadi itu kenapa sensei bilang kalau dia adalah ‘figur dibalik layar’, huh…… La-lalu Kyouko juga?”
“Yah, ia juga berasal dari keluarga Kurahashi, dan bukan hanya itu, dia juga adalah cucu dari kepala sekolah Kurahashi. Terlebih lagi, pimpinan Agensi Onmyou saat ini adalah anak kepala sekolah, yang juga adalah ayahnya.”
Penjelasan tambahan dari Tenma pun membuat Harutora terkejut.
“Itu sangat luar biasa! Ayahku hanyalah seorang doctor Onmyou daerah pinggiran, dan ayah Natsume…… Aku lupa apa yang dia lakukan, namun kupastikan ia bukanlah pegawai pemerintah yang penting. Itu gila! Sungguh keluarga yang luar biasa!”
“Bukankah aku juga bilang seperti itu?”
Jawab Touji dingin terhadap Harutora yang terkejut.
“Namun terlepas dari kehebatannya saat ini, keluarga Tsuchimikado memegang sejarah dan silsilah, dan itulah mengapa Kurahashi-san dalam satu pihak berseteru dengan Natsume-kun – itulah mungkin yang dipercayai semuanya, namun tak berani berucap.” Tenma tersenyum ringan.
“Sepihak?”
“Itu…… Kau bisa mengetahuinya dengan hanya melihat.”
Ucap Tenma, meringis. Orang-orang akan memercayainya ketika melihat sikap dingin Natsume dibandingkan aksi marah Kyouko.
“Namun itu tak heran ia begitu peduli, karena mereka berdua memanglah dua murid terbaik di kelas.”
“……Mungkinkah Kyouko juga sama seperti Natsume, dan mendapat latihan dasar Onmyoudou sejak dia kecil?”
“Tidak akan aneh jika ia memang mendapatkan latihan tersebut, karena ia adalah putri dari keluarga Kurahashi.”
Mungkin Kyouko adalah Onmyouji yang kuat. Harutora dalam diam mewanti-wanti dirinya bahwa walau ia ditantang, ia pasti tidak akan merasa marah dan dengan segera menyetujuinya.
“Namun kelas tahun pertama hanya fokus kepada pelajaran, jadi tak ada yang benar-benar yakin dengan kekuatan mereka, hanya saja mereka tampil dengan sempurna pada latihan praktik yang jarang diadakan, dan sepertinya hanya mereka berdua di angkatan ini yang memiliki shikigami tipe pelindung.”
Jelas Tenma.
“Apa maksudnya tipe pelindung?” Pertanyaan Harutora mengejutkan Tenma kembali – “Diamlah.” Touji menutup mulutnya mendengar mendengar hal itu, melihat Touji dan Harutora yang bersikap tidak sopan, Tenma tertawa, tanpa sadar sedikit merasa lega.
“Namun aku benar-benar terkejut tadi pagi, dan bukan hanya aku. Semuanya tadi pasti merasa terkejut.”
“Kenapa? Bukankah mereka memang seperti minyak dan air?”
“Yah, Kurahashi-san memang sering memprovokasi Natsume-kun, tapi Natsume jarang membalasnya seperti itu, itu benar-benar tak seperti dirinya……”
Berkata demikian, Tenma sadar bahwa keduanya dekat dengan Natsume dan memberikan tatapan bertanya. Touji menyadarinya dan berkata “Jangan khawatir, bicaralah.” Lagi, ia memberikan tatapan meminta maaf, lanjut berkata:
“Dia – Natsume-kun biasanya sangat tenang, dan mungkin tak baik mengatakan ini, namun dia sepertinya tidak peduli dengan apapun yang ada disekitarnya. Dan dia selalu memberikan kesan pada semuanya seperti orang yang mendengar dalam diam – bagaimana aku harus mengatakannya? Sungguh tak disangka darinya ketika bertengkar dengan seseorang begitu semangatnya. Kurahashi-san juga marah tadi pagi karena reaksi Natsume-kun menakutinya.”
Tenma pun mengucapkan perasaannya dengan jujur, dan Harutora dan Touji pun tanpa sadar melirik satu sama lain ketika mereka mendengar hal tersebut. Dari sikap naif Natsume sekarang, sulit untuk mengimajinasikan ‘Natsume yang biasanya’ seperti yang diucapkan Tenma.
Namun—
……Dipikir baik-baik, itu memang mendekati dengan sifatnya.
Harutora mengatakan pada dirinya bahwa Natsume yang berpakaian seperti laki-laki terlihat kekanakan, namun Natsume yang sebelumnya – gadis dari keluarga utama yang dekat dengannya sejak Harutora kecil – memberikan kesan yang sama seperti yang dikatakan Tenma. Ia menanggung beban berat sebagai pewaris keluarga Tsuchimikado, dan ingin dengan serius untuk menjadi Onmyouji hebat tanpa mengindahkan hal lain. Ia angkuh dan keras dengan lainnya, gadis seperti itu.
Tentu saja, kepribadiannya tak bisa langsung terganti walau ia berpakaian seperti lelaki, dan ia terlihat gelisah dan senang hari ini karena—
“Kau sangat penting bagi Natsume-kun.”
“…………”
Tatapan Tenma tak bermaksud lebih, dan Harutora memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan rasa malunya.
Natsume telah berusah untuk membelanya, namun ia pasti tak memikirkan efek apa yang akan dimiliki oleh orang sekitarnya.
Harutora hanya ingin tenang di Akademi Onmyou dan berjalan lancar sebisa mungkin, untuk dirinya dan Natsume, karena mungkin bahkan Natsume harus menunjukan kesudiannya untuk dekat dengan teman kelasnya dibandingkan dengan dia dan Touji.
“……Jangan khawatir, ‘mari lakukan yang terbaik’.”
Harutora pun tergagu, dan Touji berbicara seolah-olah ia melihat pikirannya. Dengan berat Harutora menganggukan kepalanya didepan Tenma yang kebingungan.