Ero Manga Sensei (Bahasa Indonesia):Volume 3 Bab 2

From Baka-Tsuki
Revision as of 15:28, 4 July 2017 by Sakamiyo (talk | contribs)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search
Error creating thumbnail: Unable to save thumbnail to destination

Bab 2[edit]

Waktu musim panas, aku mengunjungi sebuah pulau di selatan Jepang.

Di hadapanku terhampar pantai dan lautan yang sangat luas. Ombak biru yang cantik tertepa cahaya matahari. Di bawah cahaya ini, kulit hitamku seakan memutih.

Inilah musim panas sesungguhnya!

Aku melihat ke sekeliling. Di belakangku ada gunung dan hutan tanpa tanda permukiman manusia. Tidak ada hotel, tidak ada restoran fastfood, tidak ada apa-apa. Yang ada hanya alam liar yang membuat orang tenang.

Ya – ini seperti pulau fantasi.

“Bagaimana pulauku? Cantik, kan?”

Suara yang familiar berbicara padaku. Aku menengok arah datang suara dan melihat gadis pirang dengan mata cantik memakai bikini yang sangat terbuka.

“Kau, kau....ini....ini......!”

“Ehehehe~”

Itu Yamada Elf – novelis terkenal dan tetanggaku. Dia membentangkan tangannya dan menyombongkan diri:

“Jantungmu berdegup kencang ketika melihat bikiniku – Izumi Masamune!”

“Kau benar-benar kelewatan!”

Bukan berarti aku tidak menyukai bikini wanita, aku hanya tidak tertarik pada mereka.

Tapi dengan bikini ini....sungguh, aku tidak tahu ke mana aku harus melihat.

Kulit putih seputih saljunya berkilauan, dan kau bisa melihat ada warna merah yang membalutinya...bagaimana bisa dia begitu percaya diri? Dadanya hampir rata!

Tapi....ugh.....meskipun aku tidak ingin mengakuinya, tapi..... dia benar-benar cantik.

Eromanga-sensei akan memujinya tanpa henti jika dia disini.

“Aku, aku, jantungku tidak berdegup kencang.”

Aku melihat sekeliling untuk menyembunyikan wajahku yang memerah.

“Ahaha.....kufufufu....begitu ya.....mencoba jadi tsundere......”

Elf berkata seakan dia bisa membaca pikiranku, lalu dia berlari mendekatiku, dan berhenti tepat di depan ku.

“Ingatlah untuk berterima kasih padaku dengan benar – adalah suatu kehormatan untuk bisa mengunjungi lokasi dari novelku.”

Aku berusaha menjaga mataku dari payudara Elf dan melihatnya langsung pada matanya:

“Lokasi....novelmu?”

“Ya. Setting karya terbesarku, Purgatorium dari Sang Dark Elf itu berdasarkan pulau ini!”

“Ah....pantas saja terasa begitu familiar.”

Di debut pertamanya, dia pernah mendeskripsikan hutan Elf.

Cuaca, udara, pemandangan -- jika semuanya diambil dari sini, maka waktu aku berkunjung ke sini mungkin bisa di sebut sebagai ziarah menuju Tanah Suci.

Lalu─

Kenapa aku ke sini, di hutan Elf, atau harus aku sebut, pulau Elf?

“Ehhhhhh ~~~ kau pasti belum pernah pergi ke Taiwan sebelumnya? Ahahaha! Dasar orang miskin~! Sebelum kau diundang untuk menghadiri acara novelis di Taiwan, kau hanya penulis bermutu rendah ~~~~~~~~~~~~~~~~~~”

Semua dimulai dengan kata-kata dari Elf, itu terjadi beberapa hari yang lalu.

* * * * *

Setelah pesta ‘‘Turnamen Dunia Light Novel’’ berakhir, kami berkumpul dan makan hidangan penutup. Elf berkomentar ketika aku membawakannya es serut:

“Es serut yang aku makan di Taiwan jauh lebih enak daripada ini!”

Sebelum aku bertanya kalau-kalau dia ingin menyulut emosi orang atau tidak, Shidou-kun meredam suasana:

“Taiwan, ya. Aku dengar novelis genre romansa sering diundang. Aku belum pernah kesana sebelumnya. Bagaimana denganmu, Muramasa-san?”

“Aku tidak pernah....mungkin.” Bisik Muramasa-senpai.

Sebagai novelis terkenal, tidak mungkin dia tidak diundang sebelumya. Aku bertaruh dia diundang tapi dianya saja yang lupa. Atau mungkin dia lupa kalau dia menolaknya.

“Yah, kau bahkan tidak datang ke acara penandatanganan di Kanto, tentu saja kau tidak pergi ke luar negeri.”

“Kamu benar, aku tidak akan. Itu membuang-buang waktu. Aku lebih baik menulis.”

Dia hanya peduli dengan menulis, tidak ada apapun lagi yang dipikirkannya.

“Bagaimana denganmu, Masamune?”

“Aku pernah mendengarnya, tapi Eromanga-sensei dan aku belum pernah kesana.”

Terlebih lagi akhir-akhir tahun ini. Novelis Jepang dan ilustrator kadang diundang untuk mengahadiri acara di taiwan. Beberapa tahun yang lalu, ada penulis light novel yang datang kesana, dan bertemu dua gadis cantik yang berkosplay sebagai karakter dari karyanya dan ia berfoto sambil menggandeng tangan kedua gadis itu. Tentu saja itu membuat kecemburuan pada yang lain.

Semua melihat foto itu, dan internet menjadi gempar.

‘’── Serius? Bukan editan, kan?

── Taiwan gilaaaaaaaaaa!!!!!!!!

── Aku juga aku juga! Aku ingin pergi ke Taiwan juga!’’

Dari kejadian itu, sebuah undangan ke Taiwan menjadi simbol status diantara para penulis light novel Jepang. Rumor dengan cepat tersebar di antara para penulis novel amatir.

Seakan-akan Taiwan dipenuhi oleh gadis cantik!

Seakan-akan di Taiwan, semuannya akan berlutut dan menjilati kaki para penulis light novel Jepang! Seakan-akan Taiwan adalah tempat untuk penulis light novel Jepang bersenang-senang – dan seterusnya, dan seterusnya.....

Tentu saja, itu semua terdengar aneh untuk jadi nyata.

“Tapi aku harap suatu hari nanti aku bisa pergi kesana bersama dengan Eromanga-sensei.”

Meskipun aku tahu adalah kesempatan bagus untuk orang lain ke sana juga – tapi ini adalah kesempatan untuk pergi keluar negeri bersama adikku! Ide yang menakjubkan!

“............................”

Mendengar mimpiku, entah kenapa Shidou-kun terlihat pucat seperti hantu.

‘’.....Sialan. Dia benar-benar mengira kalau aku gay. Dia mungkin berpikir bahwa aku ingin pergi keluar negeri sendiri dengan Tn. Eromanga-sensei.’’

Yah, melihat percakapanku dan Eromanga-sensei selama pesta, kesalahpahaman memang tidak bisa dihindari.

Aku tidak bisa membiarkan ini. Aku harus menyelesaikan ini. Namun di waktu yang sama juga aku tidak mungkin bisa menjelaskan semua padanya.

Ketika aku bimbang, setelah mengetahui bahwa Elf menjadi satu-satunya orang yang sudah ke Taiwan, Elf berkata ─

“Aku tidak habis pikir aku akan jadi satu-satunya orang yang pernah ke Taiwan. Taiwan benar-benar indah ~ udaranya hangat, jus semangkanya sangat enak. Ada siomay yang sangat enak dan makanan lainnya. Aku sedikit-banyak mempelajarinya.”

“Dari ceritamu, sepertinya kau pergi kesana hanya untuk makan.”

[Biarpun kau makan banyak, dadamu masih saja kecil. Gadis malang.]

Aku dan Eromanga-sensei (via tablet) menyindirnya. Elf berteriak:

“Apa? Aku padahal mau membuatkan kalian makanan Taiwan!”

[Ah, kalau begitu, aku ingin juga.]

Eromanga-sensei membenarkan perkataannya.

“Hm! Tunggu kalau ‘’mood’’-ku sudah membaik! Ah, karena kita membicarakan Taiwan, aku jadi ingin pergi. Selagi kita sedang libur musim panas, lalu Muramasa dan Masamune sudah menyelesaikan manuskrip mereka, semuanya bisa pergi?”

“Tidak tidak, aku tidak yakin kau bisa pergi. Elf-sensei. Bukankah kau masih punya pekerjaan yang harus dilakukan?”

[Novelmu sedang dibuat jadi anime, kan? Dan dibuat jadi game juga.]

Eromanga-sensei dan aku menyuarakan kecemasan kami.

“ Tidak apa-apa ~ ♪masih ada banyak waktu ♪ aku bisa bekerja kapanpun aku mau ~!”

Dia pasti tipe orang yang menganggap semuanya enteng.

“Bagaimana denganmu, Muramasa?”

“Waktuku lebih baik digunakan untuk menulis daripada ikut denganmu. Aku tidak akan ikut.”

Langsung ke poinnya. Yah, dia selalu seperti itu.

“....Jadi kau akan menghabiskan semua waktumu untuk menulis dirumah? Bagaimana denganmu, Kunimitsu? Kau sudah dua puluh tahun, akan bagus jika kau bisa jadi penjaga kami di perjalanan ini.”

“Aku akan ikut jika semuanya mau ikut.”

Shidou-kun dengan tenang menjawab sebelum melihatku.

Mendengar pendapat semuanya, aku mengangkat tanganku untuk menolak.

“Tidak peduli apa yang lain katakan, Taiwan itu tidak mungkin. Aku tidak punya paspor.”

“Ha? Masa?”

“Pastinya. Aku tidak pernah pergi keluar negeri dalam hidupku.”

“Ehhhhh!? ~~~~ Aku tidak percaya itu! Tidak mungkin kau hanya bisa bahasa Jepang saja. Kau itu seorang penulis, apa yang akan kau lakukan jika bukumu dijual di luar negeri? Bukankah kau berencana menerjemahkannya sendiri?”

“Tidak tidak tidak, kupikir hanya kau saja penulis yang melakukan itu. Orang lain pasti akan meminta pada translator profesional.”

“Tapi kau masih perlu belajar! Apa kau tidak peduli soal pendapat orang asing tentang bukumu?”

Belajar? Belajar jidatmu. Lihatlah dirimu sendiri, kau bahkan tidak bisa melakukan pekerjaan matematika dasar.

Tapi dia menerjemahkan ceritanya ke bahasa asing sendirian. Dia memang hebat.

“Yah, lupakan itu. Kau tidak bisa pergi keluar negeri jika seperti itu. Ayo pergi ke tempat lain. Tiga hari dua malam, sebuah pulau di selatan Jepang. Bagaimana kalau itu?”

“Ya ya, terserah apapun itu. Aku tidak akan ikut.”

“Eh? Kenapa? Kau akan pergi denganku! Apa kau tidak merasa terhormat!?”

“Tidak, aku tidak ikut.”

“ ─ Ah, maksudmu kau ingin kita berdua saja yang pergi? Aku mengerti maksudmu, tapi.....”

“Bukan! Kenapa kau susah mengerti bahasa manusia? Aku tidak akan...meninggalkan adikku sendirian di rumah. Aku tidak akan pergi, oke? Tamat.”

“.......Siapa yang peduli dengan alasanmu. Ada komentar, Eromanga-sensei?”

[............Aku.....aku.....tidak punya komentar....tapi itu terasa menjijikan....]

Eromanga-sensei kembali seperti biasanya ketika bicara. Meskipun itu sedikit menyakitiku, aku melanjutkan:

“Aku tidak peduli itu menjijikan atau tidak. Aku akan mati kesepian jika aku tidak bisa melihat adik perempuanku selama tiga hari.”

“Kau tidak mengkhawatirkan tentang apa yang akan terjadi pada adikmu, tapi malah peduli akan apa yang terjadi padamu?”

“Yap.”

Aku mengangkat kepala dan dadaku, dan menjawab dengan begitu.

“Si siscon ini bisa mengatakan hal seperti itu dengan berani...Tapi, serius tidak ingin ikut? Perjalanan dengan gadis-gadis cantik ke sebuah pulau– kupikir ini adalah kesempatan untuk meningkatkan kemampuan menulismu.”

“Apa maksudmu?”

‘’Bagaimana bisa melakukan perjalanan meningkatkan kemampuan menulisku?’’

“Kau sedang menulis novel dengan banyak gadis cantik, bukan? Maka perjalanan ini akan memberimu banyak pengalaman kehidupan nyata.”

“!”

“Kau tidak bisa menolak kesempatan untuk mendapatkan banyak bahan referensi! Ini nasehatku untukmu sebagai novelis genre romansa!”

“Mwu....”

Meskipun aku tahu Elf hanya beralasan supaya aku ikut, tapi alasannya terdengar masuk akal......

Mendengar eranganku, Elf membuka lebar lengannya dan melanjutkan momentumnya:

“Kau bisa langsung pergi tanpa booking dulu. Pantai, cuacanya, semua di sana itu setting penting untuk light novel! Kau bahkan juga bisa menggunakan itu untuk jadi anime!”

“Tapi......bagaimana dengan kerja......”

“Sebut saja ini [Perjalanan untuk bekerjasama dan mendapatkan bahan referensi]! Ini sesuatu yang sangat penting untuk mimpimu!”

“Kau benar.....kuh....tapi.....aku tidak ingin berjauhan dengan adikku...”

Melihat aku secara perlahan jadi yakin, Elf menunjuk pada dada Muramasa-senpai dan menambahkan:

“Kalau kau ikut, kau bisa melihat Muramasa dan aku dalam bikini.”

“Oi, orang bodoh! Aku tidak pernah mengatakan aku akan ikut.”

Mengabaikan protes Muramasa-senpai, Elf melanjutkan:

“Aku pasti akan meyakinkannya, apa yang masih kau takutkan? Mwu ─ masih belum benar-benar yakin? Baiklah, ini adalah kartu andalanku.


Kami berdua akan menggunakan bikini erotis untukmu!”

“K, K, Kenapa kamu membawa-bawa aku juga!”

Muramasa-senpai memerah, dia jelas tidak punya ‘’poker face’’.

“Apa itu benar?” *2

“Tunggu, kenapa reaksimu begitu? Aku tidak akan memakainya! Aku akan pastikan tidak memakainya!”

Senpai merangkul dadanya dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Supaya perjalan ini bisa terwujud, aku akan membuat sesuatu yang bisa kau pakai!”

“Uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu~~~~~~~~~~~~~!”

Jujur saja, aku benar-benar ingin melihatnya. Mungkin aku tidak ingin melihat miliknya Elf, tapi bikininya senpai itu beda lagi. Kalau aku mengambil gambarnya, itu mungkin akan menjadi bahan referensi paling terbaik untuk Eromanga-sensei.

Tapi.....tapi......!

Aku menghela napasku, menenangkan napasku dan menjawab:

“Terima kasih atas ajakanmu, tapi mungkin lain kali.”

Intinya, aku sangat cemas jika berjauhan dengan adikku. Belum lagi kalau aku pergi, Eromanga-sensei akan merasa kalau dia ditinggalkan.

Aku hanya bisa pergi jalan-jalan jika Sagiri bisa meninggalkan kamarnya. Hanya itu.

“───────”

Mendengar jawabanku, mata Elf terbuka lebar:

“Baiklah.....tapi jika kau berubah pikiran, aku akan menunggu jawabanmu sampai besok.”

* * * * *

Malamnya, setelah semuanya pulang, di dalam ‘’kamar terlarang’’─

“.......Nii-san, kamu seharusnya pergi.”

“Apa?”

“Aku bisa tinggal di rumah sendiri.....aku akan menjaga rumah.”

“Tapi.....”

“Kamu ingin pergi, bukan? Semuanya pergi bersama, makan bersama, membuat teman, belum lagi mendapat bahan referensi, melihat bikini – pulau selatan terdengar bagus. Kamu juga berpikir begitu, bukan?”

“....Ya.”

Sagiri benar-benar mengerti aku dengan baik.

“Tapi aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian hanya untuk jalan-jalan.”

Aku sangat cemas. Aku takut.......kesepian.............

“Tak apa. Jangan khawatir.”

Menilik ke belakang saat aku tinggal di departemen editorialku untuk beberapa hari. Meski aku kembali setelahnya, kenyataan yang terjadi tetaplah aku sudah keluar untuk tiga hari berturut-turut. Jadi Sagiri sendiri seharusnya juga baik-baik saja.

“Yang jadi masalahnya sekarang ada di dalam diriku.”

Sagiri sedikit tersenyum “Aku tahu.”

Tentu saja. Aku baru saja bliang kalau “Aku akan mati kesepian jika aku berjauhan dengan adikku selama tiga hari”.

“Kita jarang bertemu satu sama lain dalam setahun.... tapi.....”

“Tapi kita masih tinggal bersama.”

Meskipun kami tidak bertemu, kita masih hidup di bawah atap yang sama.

Meskipun tidak ada orang yang menyambutku dengan “Selamat datang”, aku masih bisa mengatakan “Aku pulang” setiap aku kembali.

Aku tidak benar-benar sendirian.

“Ehe....baiklah baiklah, aku akan meneleponmu setiap malam.....kamu harus pergi.”

Mendengar suara lembutnya membuatku jadi malu hingga aku ingin mati.

“.....Memangnya kamu ibuku....?”

Ini terdengar seperti orang dewasa menenangkan anaknya yang pergi jauh untuk pertama kalinya.

Meskipun dia berkata dia akan menghubungiku setiap malam yang akan menghiburku dari kesepian. Tapi aku merasa malu hanya dengan memikirkannya. Untuk menenangkan diri, aku merubah topik pembicaraan.

“.....Bagaimana denganmu?”

“?”

“...Bukankah....kamu akan merasa kesepian juga? Kamu akan berjauhan dariku selama tiga hari.”

“...pfff.”

Dia tertawa, aku sangat jarang melihatnya seperti ini.

“.....Aku tak apa. Aku yang justru khawatir denganmu, Nii-san.”

“Ah, begitu yah?”

Aku menengok memalingkan muka.

“Apa kamu marah?”

“Tidak.”

Aku tidak ingin dia melihatku memerah.

“Tak apa, kamu harus pergi. Kamu tidak perlu khawatir kalau pergi berarti meninggalkanku. Aku tidak merasa seperti itu.”

“....Kenapa kamu sangat memikirkanku?”

Aku diam-diam melirik kpadanya. Dia memberikanku sebuah senyuman yang sangat cantik:

“Karena aku sekarang sedang menggambar ilustrasi untuk ‘‘Adik Perempuan Terimut di Dunia’’.

Izumi-sensei sudah menyelesaikan ceritanya – sekarang giliranku.”

Begitu yah....memang sudah saatnya.

Eromanga-sensei melihatku dengan serius, berkata:

“Waktu Izumi-sensei tinggal di departemen ediorial, aku ingin fokus bekerja juga. Aku akan melakukan yang terbaik – jadi Izumi-sensei harus mendapatkan bahan referensi sebanyak-banyaknya. Kupikir kita berdua harus bekerja keras untuk mimpi kita.”

“.....Sagiri.”

Dia tidak hanya sadar kalau aku ingin pergi, dia bahkan mendorongku untuk pergi, demi mimpi kami.

Kalau begitu – maka aku tidak ada hal yang perlu dikatakan lagi.

“.....Baiklah. Aku akan pergi.”

“Um.”

Adik perempuanku melambai bahagia padaku:

“Semoga beruntung dengan perjalananmu, Nii-san.”

Aku bertaruh ketika aku kembali dengan oleh-oleh –

Eromanga-sensei akan menunggu dengan ilustrasi terbaiknya.

Dia melanjutkan:

“.....Sebenarnya, Elf-chan barusan menghubungiku.... sebagai bayaran untuk meminjam Nii-san, mereka akan bekerja sama denganku ─ untuk ilustrasi..... ahahahahahaha.....”

Sebuah tawa jahat terdenganr di malam hari.

* * * * *

Begitulah alasannya ─

Dengan judul “Perjalanan untuk bekerjasama dan mendapatkan bahan referensi”, Aku dan Elf pergi selama tiga hari dua malam ke sebuah pulau di selatan negara kami.

Aku sudah cukup menyadari akan hal ini sebelumnya, tapi sepertinya keluarga Elf sangat besar kekayaanya. Dari apa yang dia bilang, uang bukanlah masalah.

Dengan kata lain, keluarga Elf mirip dengan keluargaku. Tentu saja aku tidak berniat untuk bertanya padanya tentang masalah pribadi begitu.

Omong-omong, ketika aku dan tetanggaku ini tiba di bandara Haneda, kami melihat Shidou-kun disana, menunggu kami.

“Selamat pagi.”

Dia melambaikan tangannya dan menyapa kami.

“Selamat pagi, Shidou-kun.”

“Pagi.”

Ngomong-ngomong, hari ini Elf hanya memakai pakaian simpel dengan rok mini. Tapi karena dia menambahkan banyak hiasan yang berjumbai-jumbai, itu jadi tidak terlihat terlalu banyak berbeda dari biasanya. Di sisi lain, aku dan Shidou-kun memakai kemeja pendek.

“Hei, menurut kalian apa yang akan Muramasa kenakan hari ini?”

“Aku bertaruh dia akan memakai kimono lagi – kemungkinan besar dia akan menggunakannya.”

Shidou dan aku setuju.

Disamping kimono itu lazim dipakai waktu musim panas, kami belum pernah melihatnya memakai pakaian lain. Namun dia selalu terlihat nyaman dengan itu, sesekali kami penasaran dia ini mayat hidup atau bukan. Itulah kenapa kami merasa sangat yakin bahwa dia akan mengenakan kimono juga ke pulau selatan.

“Tapi Muramasa-senpai sepertinya terlihat tidak akan datang, yakin dia akan datang?”

“Aku sudah urusi itu. Setelah pesta itu, Muramasa, Eromanga-sensei, dan aku bertemu via skype dan mengatakan keinginan kami. Aku sudah bicara dengan Muramasa – yah, setelah ada ini dan itu semuanya beres.”

Kemungkinan besar.....Sagiri mengatakan pada Muramasa- soal identitas aslinya.

Akhir-akhir ini, jumlah orang yang mengetahui rahasia ini terus bertambah.

“Syarat yang ditentukan Muramasa butuh partisipasimu, apa boleh?”

“Kau seharusnya bilang padaku dulu. Aku akan melakukan apapun yang kubisa.”

“Tenang tenang, itu tidak begitu sulit.....”

Aku punya firasat buruk.

Sepertinya....Elf bukan hanya meyakinkan Muramasa-senpai, dia juga menyakinkan Sagiri.

Meskipun Sagiri menyetujui aku untuk pergi – dia masih membuat beberapa persyaratan.

....Aku tidak bisa membantu selain memikirkan kembali ekspresi sangat mesumnya.

‘’sebagai bayaran untuk meminjam Nii-san, mereka akan bekerja sama denganku ─ untuk ilustrasi.....’’

“Jadi Eromanga-sensei membuat beberapa persyaratan juga?”

Ketika aku menyebutkan itu, Elf terlihat seperti dia mengingat detail untuk syarat ini dan memerah.

“.....Kau bisa sebut itu begitu. Meskipun syaratnya agak spesial, semua masih dalam jangkauan wajar.”

Aku tidak tahu dengan pasti, tapi aku yakin kalau itu sesuatu yang mesum.

“Tidak tidak, aku tidak peduli kau harus telanjang atau tidak. Maksudku itu aku tidak percaya Muramasa-senpai menerimanya juga.”

“Dia menerimanya.”

“Apa?”

“Waktu Eromanga-sensei membuat persyaratan ini, setiap adegan mesumnya ditargetkan padaku untuk menggantikan Muramasa. Jadi aku bilang [Aku akan menyetujuinya jika Muramasa setuju juga!] .”

“Buruk kalau begitu! Itu salah! Kau baru saja membuat kesepakatan dengan iblis!”

Jangan meremehkan nafsu Eromanga-sensei untuk melihat adegan mesum dari modelnya! Dia akan melakukan apapun untuk membuatmu melakukan bagianmu dari kesepakatan.

“Apa yang harus kulakukan....bagaimana aku harus menjelaskannya pada Muramasa-senpai....”

“Hm, semuanya sudah masuk dalam perhitunganku.”

Elf menunjuk wajahku, dan berkata:

“Bukankah kau bertaruh dengannya sewaktu ‘‘Turnamen Dunia Light Novel’’? Dan pemenangnya bisa memerintahkan yang kalah untuk melakukan apapun, ingat?”

“Kau ingin aku menggunakan itu? Kau ingin aku menyuruh Muramasa-senpai mengikuti perintah Eromanga-sensei? Khususnya sesuatu yang mesum seperti [Biarkan aku melihat celana dalammu] atau [Buatlah pose erotis]?”

“Ya.”

“Mukaku harus bagaimana waktu aku memerintahnya begitu? Lagipula, aku sudah menggunakannya untuk supaya [jangan halangi mimpi kami].”

“Begitu kah? Tapi itu tidak terlihat seperti dia melakukan apapun soal itu.”

“Eh? Benarkah?”

“Ya. Biarpun kau tidak memberinya perintah itu, dia tidak akan mengahalangi mimpimu lagi. Aku yakin dia masih memikirkan [Perintah macam apa yang akan diberikan padaku]. Manisnya, dia sangat mempercayai kepribadianmu – sekarang ini waktu yang sangat tepat untuk mengkhianatinya! Tidak perlu menahan diri, beri dia perintah semesum mungkin!”

“Kau begitu antusias kalau urusan begini. Kalau begitu aku akan langsung blak-blakan: tidakkah kau pikir mubazir menggunakannya untuk perintah seperti itu?”

Tidakkah kau ingat seorang gadis yang bilang padaku untuk “melakukan apapun yang kuinginkan”? Sepertinya aku perlu menjahilimu lagi.

“Waktu dia bilang [apapun boleh] , bagaimana dengan perintah seperti [Menambah perintah yang harus kau turuti] atau [Jadilah budakku selama sisa hidupmu]?”

Di dalam novel ‘’Dark Elf’’ ada sesuatu yang seperti itu.

“Kuh.....mungkin aku harus mencobanya?”


“Dia telihat dingin di luar, tapi di dalam dia menyukainya. Ini pasti akan berhasil. Berjuanglah!”

“Begitu ya ~ jadi dia seperti itu.” “Ya, ya, dia seperti siap untuk dilecehkan! Ayo, beri dia perintah!”

“Ngomong-ngomong, apa senpai masih belum sampai? Seharusnya kita sudah bertemu denganya─-“

“.................Aku akan mencarinya sebentar.”

“!” *2

Suara datang dari belakang dan mengejutkan Elf dan aku.

Kami berdua membeku dan dengan perlahan melirik kebelakang untuk menemukan bahwa Muramasa-senpai berdiri disana, aura kegelapan dapat terlihat di sekelilingnya.

“................”

Oh sial oh sial............dia terlihat seperti dia akan membunuh seseorang.

“Hai......senpai.....apa kau dengar tadi?”

“Ya...aku seperti seperti siap untuk dilecehkan, ya.”

“Aku minta maaf!”

Aku mengangkat kedua tanganku dan menyerahkan diri.

“Kami hanya membual saja Tolong jangan coba menusukku dengan payungmu!”

Oh iya, hari ini dia mengenakan gaun putih dan membawa payung. Tapi matanya sangat menakutkan. Malahan sebenarnya, kontrasnya itu membuatnya lebih-lebih menakutkan! Aura pembunuh yang maha dahsyat.

“Hmmm....lupakan itu.”

Dia berdehem dan memasukan kembali pedangnya ke sarungnya – bukan, payungnya.

“Ehem ehem.....kesampingkan hal itu....Masamune-kun, apa ada sesuatu yang ingin kamu katakan?”

“Eh? Ah...?”

Apa? Haruskah aku minta maaf karena memikirkan tentang perintah yang barusan? Tapi kalau berdasarkan ekspresinya.....

“Senpai, pakaianmu....”

“Ya. Ya.”

“── Apa Eromanga-sensei yang memilihnya untukmu?”

Tiba-tiba, senpai hampir tersandung oleh kakinya sendiri, tapi dia dengan cepat berdiri dengan benar lagi:

“Ya! Ya, itu benar! Menurut persyaratan Eromanga-sensei, aku harus memakai pakaian yang dia pilih....tapi....kamu! Kamu malahan begitu!”

“Menurutku pakaian itu sangat bagus.”

Meskipun agak terlambat, aku mengatakan pendapatku.

Karena aku tidak pernah memuji gadis, aku sedikit lambat ketika melakukanya.

“Kau terlihat cantik, sangat cantik.”

“~~~~~~~~~~~~~~~”

Dia memerah, setengah dari marah dan setengah malu.

“Kamu, kamu, benci!”

Dia meneriakkan sesuatu yang tidak dapat dipahami padaku sebelum berbalik dan mengabaikanku.

‘’.....Elf-sensei, kita barusan mengatakan sesuatu yang buruk....’’

Aku mencoba mentransfer pemikiran ini melalui kontak mata pada Elf, tapi dia menatapku, berdehem dan bertanya:

“Masamune....apa ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku?”

“Tidak ada. Cepatlah ayo pergi!”

“Tunggu....tunggu! pasti ada! Lihat, lihat, pakaian.... tunggu – lihat baik-baik! Kenapa kau begitu dingin kepadaku!”

* * * * *

Dengan begitu–bersama dengan temanku, kami menaiki pesawat, lalu taksi, lalu perahu dan akhirnya kami sampai di pulau selatan.

Jika ini novel milikku, akan ada sesuatu yang terjadi dalam perjalanan atau seseorang menyerang kami. Tentu saja kenyataan tidak seperti itu, kami sampai dengan selamat tanpa masalah.

Langit bersih dari awan. Kami masih di Jepang, tapi area Kanto tidaklah sebagus ini.

Kami mengikuti Elf dan keluar dari kapal. Waktu kami meninggalkan pelabuhan ─

“!”

Ada seorang pria yang menatap kami lalu melambai pada kami.

Ia punya rambut pirang, dan mata biru dengan kening lebar dan tubuh ramping. Karena ditambah kaos putihnya yang sederhana – ia terlihat seperti seorang pemandu tur – malah memang terkesan seperti pemandu tur yang lebih-lebih terasa seperti ‘’pemandu tur’’.

Ia terlihat seperti Legolas dari [Lord ** *** Rings] – seorang pria dengan wajah tampan.

“Itu....ini.....”

Kesampingkan dulu pakaian, hutan di belakangnya membuat ia terlihat seperti Elf. Aku tidak akan terkejut jika ia menarik keluar anak panah.

“.....Aku tidak percaya....hutan Elf benar-benar nyata....”

“Tidak tidak, Muramasa-senpai....ini.....”

Bahkan meski aku membenarkannya, aku tidak bisa melepas pandangan dari Legolas.

Elf melangkah maju dan dengan senang melambaikan tangannnya pada Legolas:

“Aniki!”

“Aniki!?”

Aku berteriak terkejut.

Tapi....yah! Aku bisa tahu mereka punya hubungan darah dari hanya dari melihat, tapi....

‘’Pria yang seperti seorang Elf ini adalah benar-benar kakaknya Elf?’’

Tidak tidak, apa yang kupikirkan....

“Aniki ─ apa ia kakakmu, Elf?”

“Ya, biar kuperkenalkan ─“

Elf menunjuk Legolas dan berkata:

“Editor sekaligus kakakku, Chris.”

“Senang bertemu dengan kalian, semuanya. Aku editor untuk ‘’Fulldrive Publishing’’, Yamada Chris. Terima kasih sudah datang”

Suaranya sangat tenang dan enak didengar. Itu suara yang sama dengan yang pernah aku dengar di telepon sebelumnya. Sekarang kami bertemu, aku bisa melihatnya yang benar-benar dewasa. Tidak seperti adiknya, ekspresi kerasnya sedikit membuatku gentar.

Shidou-kun melirikku, berbisik:

“Kakak Elf-sensei seorang editor?”

“Ya.”

“......Apa itu nama aslinya?”

“Siapa tau?”

Ketika kami menggumam, Chris-Legolas berkata dengan ekspresi datarnya:

“Aku minta maaf karena ikut dalam ‘’perjalanan untuk bekerjasama dan mendapatkan bahan referensi’’ tanpa memberitahu kalian dulu. Tapi aku tidak bisa meninggalkan adikku sendiri. Jadi, aku akan tinggal di pulau ini untuk beberapa waktu. Tolong ingat itu.”

“Kau tidak harus kesini, kau tahu.....Aniki, bisakah kau berhenti bertingkah serius? Mereka semua adalah temanku – bukan, budak setiaku.”

*Duk!* dengan gerakan yang mulus dan cepat, ia memukul kepala Elf.

“~~~~~~~~”

Dengan mata yang dipenuhi tangisan, Elf memengangi kepalanya. Chris-aniki melanjutkan:

“Aku tidak bisa melakukan itu. Termasuk Yamada-sensei, semua yang ada di sini adalah novelis sedangkan aku editor. Kita tidak bisa mencampur adukkan urusan pribadi dan pekerjaan.”

Dengan kata lain, barusan ia bukan memukul ‘’adiknya’’ tapi memukul ‘’Yamada-sensei’’ karena urusan ‘’’pekerjaan’’.

‘’Fulldrive publishing’’ begitu menakutkan.

Ia...bukannya orang yang mengenakan jas hitam, memakai kacamata yang membawa Elf dulu? Aku harus berhati-hati kalau di dekatnya.

“Eh....sebenarnya. meski ini disebut ‘’perjalanan untuk bekerjasama’’, kami di sini juga adalah sebagai teman adikmu....dan karena ini jadi urusan peribadi juga, Anda tidak perlu begitu formal.”


Semua menyetujuinya? Tatapan sekilas pada Shido-kun dan Muramasa-senpai menunjukkan kalau mereka berdua mengangguk.

“....Jika begitu, baiklah.”

Roman Chris-san jadi sedikit lebih rileks:

“Aku senang adikku bisa menemukan teman seumurannya dengan hobi yang sama. Terima kasih banyak.....mungkin dia cukup bermasalah, tapi tolong jaga dia baik-baik.”

Dia menggunakan kata “Hobi yang sama”, dan bukan “kolaborasi”. Aku bisa mengerti maksudnya itu.

“Aniki─kau ini bilang apa, sih – itu memalukan.”

Elf memerah dan menyelanya. Kami hanya bisa tersenyum saat ini.

“Jangan khawatir! Serahkan saja pada kami!” – aku mencoba untuk tertawa.

“Dasar...Masamune.....lupakan itu, ayo pergi.”

Untuk mengurusi barang bawaan kami, kami mengikuti Chris menuju ‘’mansion’’-nya Elf yang mana dekat dengan pantai, di atas hamparan pasir yang bersih.

Dari tempatnya saja, tempat ini terlihat seperti hutan di dunia fantasi. Orang bahkan bisa lupa kalau mereka masih di Jepang.

* * * * *

Dalam perjalanan kesana, kami berbicara:

“Hey Elf. Apa nama penamu yang Yamada Elf adalah juga nama aslimu?” tanya Muramasa-senpai.

“Bukan. Aku mengambil nama belakang kakakku dan menambahkannya sedikit.”

Dengan kata lain, Yamada Elf bukan nama aslinya. Sepertinya situasi keluarganya lebih rumit daripada yang kupikirkan.

Benar juga, waktu pesta Muramasa-senpai lebih sering bicara denganku. Tapi dia cukup dekat untuk memanggilnya Elf dan bukan Yamada-sensei sekarang.

‘’Eromanga-sensei. Kita sedang tidak ada kerjaan, mau main game bersama?’’

Aku mengingat kembali ketika Elf menjadi temannya Sagiri. Sepertinya memaksa orang untuk menjadi temannya mungkin bisa juga. Lihat saja Muramasa-senpai.

Tidak seperti si ketua kelas super sempurna, Megumi, Elf benar-benar seperti dia bagus dalam “menangani masalah anak-anak”

Waktu aku tidak sedang berpikir, Muramasa-senpai bertanya pada Elf:

“Jadi siapa nama aslimu?”

“Hmhnm, kau ingin tahu? Aku tidak bisa memberitahumu itu, itu rahasia wanita.....jika kau benar-benar ingin tahu....”

“Aku akan memberitahumu” Chris menyela “Nama adikku yang sebenarnya adalah ─“

“Wwahhhhhhhhhhh!! Jangan kasih tau! Kau akan menghancurkan citraku sebagai gadis cantik misterius!”

Elf memotong Chris dengan panik sebelum ia bisa mengatakan apapun.

Meskipun aku ingin tahu juga, tapi dia tidak akan membiarkan kami tahu, jadi kami tidak bisa memaksanya. Muramasa juga sudah pasrah.

“Juga....aku tidak taku nama asli kalian.”

Karena kami semua adalah novelis, kami menggunakan nama pena kami untuk memperkenalkan diri satu sama lain dan bukan menggunakan nama asli kami.

“Nama penaku adalah Shidou Kunimitsu. Aku hanya merubah penulisan kanjinya, itu adalah tetap nama asliku juga.”

“Begitu ya. Aku juga begitu. Bagaimana denganmu, Muramasa-senpai?”

Aku tahu kalau Senju Muramasa bukanlah nama aslinya.

Mendengar pertanyaanku, Muramasa-senpai berpikir sebentar dan menjawab:

“....Aku tidak ingin mengatakannya sekarang. itu memalukan.”

“Kalau begitu, itu mungkin nama yang manis!”

Saat itu, kami sampai ketika berbicara.

“Inilah ‘’mansion’’ keluargaku! Semuanya, anggap saja rumah sendiri!” mungkin Elf bilang begitu, tapi ─

“.............”

“..........”

Aku dan Shidou-kun menatapi ‘’mansion’’ di depan kami dengan mata yang terbuka lebar.

Kami melihatnya sekilas waktu kami di kapal – tapi sekarang kami bisa dengan yakin bilang bahwa yang memiliki ‘’mansion’’ ini adalah “orang yang super kaya.”

Itu adalah ‘’mansion’’ yang terbuka, besar dan putih. Depannya menghadap ke pantai dan ada beberapa jejeran tempat duduk. Beberapa tempat tidur pantai yang cukup menarik berada di dekat beberapa pohon.

Di belakang mansion ada jalan yang menuju kedalam hutan.

Sekarang masih pagi, sinar matahari masih begitu cerah. Sangat sempurna untuk pergi berenang di laut.

“.....Ayo kita ambil gambar.”

“Baiklah.”

Aku menaruh tasku dan berjalan di sekitar sini untuk mengambil beberapa gambar.

Shidou-kun melakukannya juga. Muramasa-senpai mengikuti kami tanpa kamera atau ponsel ditangannya, dia hanya mengikuti kegiatan kami dengan tatapan serius.

Sesekali dia berjongkok dan mengambil pasir, menyentuh pohon, bermain dengan kerang laut – dia terlihat seperti anak-anak yang sedang bermain, yang mencoba mengingat semua dengan semua indranya.

Waktu itu, dibelakang kami, Elf tertawa bahagia dan menaruh tangannya di mulut seperti mikrofon dan berteriak:

“Muramasa ~ Masamune sedang melihat celana dalammu~!”

“Iiih!”

Senpai langsung menutup bagian bawahnya dengan tangannya dan menatapi aku:

“Apa kamu melihatnya?”

“Tidak, aku tidak lihat.”

Sebenarnya, aku melihatnya sedikit.

Sungguh.....senpai ini begitu ceroboh.

Kami masuk ke ‘’mansion’’ dan menaruh tas kami kebawah dan menyiapkan untuk pemilihan kamar.

Elf menaruh tangannya di pinggang dan berlagak seperti pemimpin:

“Di sini ada banyak kamar, jadi kita bisa pakai kamar sendiri-sendiri – tapi karena kita tidak bisa bekerja sama tanpa tinggal bersama, aku putuskan kalau kita akan memakai satu kamar untuk berdua, Aku dengan Masamune, Shidou dengan Muramasa, oke! Bagus, laksanakan!”

“Apa!”

‘’Kenapa tidak dipisah berdasarkan gender?!’’

“Ini ‘’mansion’’ku! Apa kau punya masalah dengan itu?”

“Ya!”

Muramasa-senpai meninggikan suaranya. Dia mengambil payungnya dan bersiap-siap untuk menusuk:

“Bagilah dengan adil atau mati. Silahkan pilih.”

“......Kau terlihat seperti kau benar-benar akan melakukan itu.... tentu saja aku hanya bercanda, bagaimana mungkin aku membiarkan perempuan dan laki-laki tidur bersama. Kau, dan aku, Masamune dan Shidou, apa oke?”

Itu oke. Tapi.....

“Eh! Aku tinggal di kamar yang sama dengan Izumi-kun?”

Shidou-kun seperti bersuara tanpa sengaja. Aku langsung bertanya.

“...Eh.....Shidou-kun....kau tidak ingin satu kamar denganku?”

Aku tahu alasannya, ia melihatku dengan ekspresi meminta maaf.

“................Tinggal dengan seseorang yang gay itu agak......”

“Aku bukan gay!”

Sudah kuduga! Ia salah paham!

“Tapi....dengan Eromanga-sensei.....”

“Aku tidak punya hubungan seperti itu dengan Eromanga-sensei! Kami bukan gay! Tolong percayalah padaku!”

Ughh....mejelaskannya akan sangat sulit.....

Setelah itu, aku mencoba sekuat tenaga menjelaskan dengan sambil menyembunyikan identitas adikku.

* * * * *

Ketika kami menaruh tas kami di kamar, kami pergi ke ruang makan dan menghabiskan makanan dengan cepat, yang mana telah disiapkan oleh petugas dalam ‘’mansion’’ ini dan juga berisi bahan-bahan kelas atas.

Ruangan yang indah, makanan yang enak..... ini lebih bagus daripada dugaanku. Aku merasa begitu malu.

“Aku sendiri yang akan menyiapkan makan malam, tunggulah!”

Kata Elf sambil menatapiku dengan tatapan yang menarik hati.

Aku tahu kalau masakannya super. Mungkin aku sudah kenyang, tapi mendengarnya saja sudah bisa membuatku ingin makan lagi.

Kalau Elf punya orang yang dia suka, aku yakin dia bisa langsung mengontrol keluarga pacarnya melalui perut mereka dengan mudah.

Setelah kami selesai beristirahat di ruang tamu ─

“Ayo pergi ke pantai – ini untuk bahan referensi!”

Semua memutuskan untuk pergi berenang. Kami kembali ke kamar kami untuk berganti pakaian.

“Izumi-kun, pergilah duluan. Aku akan menyusul setelah mengirim email kerjaan.”

“Baiklah.”

Aku pergi ke pantai sendiri –

“Bagaimana pulauku?”

Yang mana membawa kembali ke pemandangan yang ada di awal.

Sekarang, di atas pasir pantai, Elf berdiri di depanku dengan hanya menggunakan bikini.

Mengatakan ini mungkin terdengar menyedihkan....tapi sekarang kepalaku penuh dengan kekacauan. Biasanya, aku menganggap tetanggaku yang angkuh ini sebagai anak kecil yang manja, tapi sekarang.....

‘’Shidou-kun, Muramasa-senpai, siapapun tak apa, tolong cepatlah kemari!’’

“Um....Muramasa-senpai di mana?”

“Hm? Hmmmmm....dia...tidak bisa datang ke sini....untuk sekarang...” Elf menjawab dengan suara gelisah. “Dan bukankah Shidou-kun seharusnya bersama denganmu?”

“Ia bilang ia perlu mengirim beberapa email kerjaan.”

“Begitu ya – rencana sukses!”

“Ya?”

“Bukan apa-apa!”

Elf menaruh tangannya di pinggang dan tersenyum.

“Ehehe....dengan kata lain, kita hanya berduaan sekarang.”

“....Ya, berduaan.”

....Kenapa...kenapa...Elf....sekarang ini....apa karena dia mengenakan bikini yang terbuka? Suasana ini agak...

“Yah mau bagaimana lagi! ayo main dulu sebelum yang lain datang!”

“Iya iya...”

Elf dengan bahagianya menarikku ke laut.

Perasaan lembut yang kurasa membuat tubuhku membeku.....aku merasa seperti menjadi seekor anjing yang dimandikan oleh pemiliknya.

“Oi, untuk apa kau merasa malu? Ini untuk bahan referensi novel genre romansa, kau harus serius! Kau ingin mimpimu dengan adikmu terwujud atau tidak?!”

“Ah, benar, benar, bahan referensi....”

Pikiranku sepertinya jadi lebih bersih sedikit...mari kita lihat....sebuah kencan di pantai....

“Jadi itu kenapa kau bertingkah seperti pacarku. Kau harusnya bilang terlebih dulu, aku jadi terkejut!”

“....Um.”

Elf bengong sebentar, tapi dia langsung tersenyum:

“Ya! Aku ingin dapat bahan referensi juga, jadi berperanlah seperti pacarku!”

“Pacar?”

“Kau tidak ingin?”

Elf menggenggam tanganku, dia menatapi aku tanpa berkedip, matanya memohon.

“Kuh....”

Ada yang tidak beres. Sekarang Elf – terlihat berbahaya.

“Bukan seperti....itu....”

“Begitu ya! Bahan referensi pertama kita! Yang pasti jadi bagian waktu kencan di pantai─“

Elf menarikku ke bawah satu payung yang besar, kemudian menaruh tikar nilon di pasir – dan telentang dengan wajah menghadap keatas.

“Ha....aaah....”

Dia menarik napas dalam-dalam sebelum dengan perlahan mulai melepas tali bikininya.

“Oke Masamune! Kesini dan tolong oleskan ‘’sunscreen’’ padaku!”

“Wahwahwahwahwah!”

Tidak tidak tidak tidak tidak! Itu sangat-sangat berbahaya! Aku hampir bisa melihat semuanya!

Aku dengan cepat menutup mata dan menceramahinya sebaik yang aku bisa:

“Apa yang kau lakukan?! Hentikan! Berhenti! Tutupi dirimu! Cepat, dasar tak tahu malu!”

“Ja, jangan menghina kesucianku! Aku, aku, aku juga malu! Aku juga tidak akan membiarkan siapapun melakukan ini, tapi ini demi bahan referensi! Kita harus melakukannya!”

“Mana ada novel genre romantis yang heroinenya memperlihatkan payudara telanjangnya seperti itu?”

“Ada! Aku akan menulis sesuatu yang seperti itu!”

Dengan kata lain karaktermu akan seperti dirimu dan memperlihatkan payudara telanjang mereka.

“Jangan diam saja, cepatlah dan oleskan itu padaku! Aku yakin cepat atau lambat kau akan menulis adegan seperti ini juga!”

“Tidak akan aku lakukan! Tolong, setidaknya telungkup!”

Setidaknya jika dia menghadapkan wajahnya ke bawah aku mungkin bisa melakukan itu – betapapun aku merasakan malu. Semoga.

“Ya ampun – Dasar payah, Izumi Masamune.”

Elf menyindirku, tapi dia berbalik untuk bertelungkup.

“Haah.”

Aku selamat....

Tidak tidak, dia sendiri mungkin sudah sampai batasnya. Lihat saja, wajahnya sampai merah menyala.

“Baiklah....muka menghadap ke bawah. Bagus....oke.”

Benar juga, jika dia memintaku melakukan itu sejak awal, sudah pastinya, aku akan menolajnya. Karenanya dia memintanya dengan cara membodohiku sampai aku terjebak dalam situasi ini. Tetap saja, sudah terlambat memikirkan tentang itu sekarang.

“.....Bwu.....”

Aku membuka botol ‘’sunscreen’’ itu dan mengeluarkan krim lengket itu ke tanganku.

Kemudian ─

Error creating thumbnail: Unable to save thumbnail to destination

“.............................” <= Aku, kedua tanganku dibasahi krim lengket, ekspresi campur aduk mengisi wajahku.

“.............................” Chris-aniki melihatku dengan tajam dan raut wajah yang serius.

‘’Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh kenapa hidupku begitu rumit! Ini seburuk waktu Eromanga-sensei hampir telanjang dalam live streaming...

Kenapa... ia di sini...?’’

“.......................”

Chris-aniki menurunkan pandangan matanya.

Di bawah, adiknya dengan wajah menghadap ke bawah dengan payudara yang terekspos.

“Ada apa? Cepatlah! Cepatlah dan oleskan ‘’sunscreen’’ dengan efek yang merangsang birahi itu padaku.”

Selesai sudah! Kenapa harus sekarang dia mengatakan sesuatu yang aneh dan mesum juga...

Chris-aniki terus menatap kami, ekspresinya tetap tidak berubah.

Dari tanganku yang membeku, beberapa tetesan krim jatuh ke punggung Elf.

“Kyaah ~~~~ ♥ Meskipun sampah sepertimu menodai tubuhku, kau tidak akan mendapatkan hatiku ♥“

“Kau sengaja buat menjahiliku ya!? Berhentilah main-main!”

Dia jelas-jelas jadi yang aktif dalam membentuk suasana mesum ini! Ini tidak ada enak-enaknya! Aku merasa sedang disiksa!

Sekarang, hatiku terasa seperti hancur, tapi untuk alasan berbeda dengan yang sebelumnya.

“Kau, kau berjanji? Ah ~ ♥ jika aku bisa bertahan dari kenikmatan ini selama sejam, kau tidak akan menyentuh kesucian kakakku?”

“Ngomong apa kau ini?!”

Dan tepat di depannya ada kakaknya juga. Sekarang kesalahpahaman kalau aku ini seorang gay malah semakin meroket. Apa bisa keadaan lebih buruk daripada ini?

Bahkan dalam keadaanku yang kacau-balau begini, aku harus setuju kalau dia punya imajinasi yang sangat bagus. Hanya satu kalimat saja sudah cukup untuk benar-benar menghancurkan status sosialku.

“Tidak! Tidak, ini tidak seperti itu, Chris-aniki! Kami hanya sedang mencari bahan─“

Aku mengalihkan mataku dari Elf dan mencoba untuk menjelaskan........

“Eh? Dimana ia?”

Chris-aniki hilang. Mungkin ia melarikan diri karena melihat sesuatu yang terlalu kejam.

Pokoknya, setelah kami bertemu lagi, sepertinya aku harus menjelaskan banyak hal padanya.

Setelah mengolesi sunscreen pada Elf (hanya punggungnya), dia menarikku lagi ke laut. Aku masih belum melihat Shidou-kun atau Muramasa-senpai di manapun.

“Apa yang terjadi....”

“Jangan ~ khawatir~. Selanjutnya bagian kedua dari bahan referensi.”

“Kedua? Apa yang kau rencanakan?”

“Sepasang kekasih bermain di air. Kau tahu, itu seperti [Ah ~ dingin ♥ ~ dasar ih ~ kau ingin bermain, ya ♥ ] .”

“.................................Kau ingin kita melakukan itu?”

“Ya! Ehehe, apa kau merasa terhormat? Meskipun hanya beberapa menit, kau akan jadi pacarku.”

“.........yang itu terlalu memalukan, lewati saja itu.”

“Tidak! Ayolah, sini main!”

“Oi, apa yang didapat dari ini?”

“Kau bisa melihat pacarmu waktu dia senang!”

Aku merasa kalau sepasang kekasih melakukan sesuatu berduaan maka akan terasa mesra, tapi semua yang dia katakan malah berubah jadi erotis.

“Ummm......”

“Masih belum yakin? Mau bagaimana lagi – ayo lanjut ke nomer tiga Mengajari gadis cantik cara untuk berenang. Bahan referensi ini punya aspek spesial: meskipun sang laki-laki tidak punya pemikiran yang aneh-aneh, meskipun ia benar-benar fokus dalam mengajar, ia masih bisa menyentuh tubuh dan kulit si perempuan. Ia langsung menyentuh tangannya, kakinya ketika mengajarinya, yang akan membuat cinta mereka berkembang. Love & touch – paham? Ayo lakukan!”

Elf menepuk pundakku dan menarikku ke laut lagi.

Aku menjawab:

“Aku tidak bisa berenang.”

“Apa!? Rencana sempurnaku!”

Rencana sempurna apa?

“Jadi bagaimana kalau kau yang mengajariku berenang?”

“Aku tidak bisa berenang juga.”

“Jadi kau tidak berhak menceramahiku.”

“......Ngomong-ngomong, sepertinya Muramasa dan Shidou tidak bisa berenang juga.”

“.....Terus kenapa kita datang ke pantai?”

“...............................”

“...............................”

Kami berdua terdiam.

.................Apa liburan kami akan berakhir disini?

“Pokoknya, masih ada banyak hal yang menyenangkan selain berenang! Oke, Masamune! Semangatlah – Ayo kita melakukan skin ship[1] untuk bahan referensi kita!”

“Aku tidak akan membiarkanmu melakukan apapun yang kamu inginkan!”

Sebuah suara menyela Elf.

“!?”

Aku mencari sumbernya. Elf terlihat seperti dia sudah menduga itu.

“Hum, kau lebih cepat daripada yang kuduga.”

Itu adalah ─

“Yamada Elf.....rencana jahatmu berakhir disini!”

Error creating thumbnail: Unable to save thumbnail to destination

Muramasa-senpai berdiri disana dengan bikini yang lebih terekspos dari Elf.

Tidak, tidak, mungkin bikininya sama seperti Elf, tapi karena tubuhnya jauh lebih berkembang, jadi terasa berbeda. Dia terlihat seperti baru selesai mandi, banyak air membasahi tubuhnya.

....Senpai, jadi kau begini kelihatannya setelah menggunakan bikini.

“Senpai....itu......”

“Wah....ua......”

Muramasa-senpai merintih seperti dia akan mati.

Aku masih belum mengerti apapun.

“Kau sangat menolak memakai ini....siapa kira pada akhirnya kau akan mengunakan bikini erotis ini.....”

Senpai, apa kau juga sama-sama mesum?

Kupikir kau berbeda....jadi kau sama saja seperti Elf.

“Tidak, tidak, bukan begitu! Masamune-kun, dengarkan aku! Ada alasan untuk ini!”

Dia berjongkok. Tapi mataku tidak bisa untuk tidak melihat kulit putih murninya.

“.......terus itu kenapa?”

“Dia! Dia pelakunya!”

Masih berjongkok, senpai menunjuk Elf.

“Apa yang kau lakukan?”

“Waktu Muramasa mandi, aku menyembunyikan tasnya dan hanya menyisakannya bikini itu.”

Dasar iblis.

“Kau bahkan mengambil handuk....bikini seperti ini.... bagaimana mungkin aku bisa pergi keluar....*pi*.......”

Seperinya dia mudah merasa malu sama seperti Sagiri. Hanya ini saja sudah cukup untuk membuatnya panik.

Mungkin sayang jika kulakukan, namun aku tetap berbalik.

“Aku mengerti, tapi kenapa Elf melakukan itu?”

“Dia ingin mengambil keuntungan waktu dia berduaan saja dengan Masamune-kun untuk.....”

“Denganku?”

Tanyaku, tapi tidak ada jawaban. Elf menghentikan Muramasa-senpai dengan satu kalimat:

“Anu? Muramasa-chan, apa boleh untukku ceritakan?”

“Ap....apa?”

Tubuh senpai gemetar. Elf tersenyum seperti seorang penjahat:

“Alasan kau ikut dalam perjalanan ini – ingin aku menceritakannya?”

“Kamu....manusia hina!”

Muramasa-senpai menggemertakkan giginya dengan frustrasi.

Tapi memang terlihat seperti ada alasan untuknya kemari, seseorang yang biasanya tidak memperdulikan apapun, ikut dalam perjalanan ini. Dan dia tidak ingin aku tahu alasannya.

Syarat yang ditentukan Muramasa butuh partisipasimu, apa boleh?

Apa ada hubungannya dengan apa yang Elf katakan waktu itu?

Pokoknya, aku tidak bisa membiarkannya seperti itu.

Aku pergi ke bawah payung untuk mengambil jaketku dan berusaha memberikan padanya tanpa melihat dirinya.

“Senpai.....gunakanlah ini.”

“.....Maaf.”

Setelah mengenakan jaket, Muramasa-senpai jadi menenang.

Waktu pertama kali mereka bertemu, dia benar-benar mendominasi Elf. Tapi sekarang justru Elf jadi yang mengendalikannya.

Setelah Muramasa-senpai dan aku memutuskan untuk menunggu Shidou-kun sampai dan bermain – kami ditarik Elf (secara paksa) kembali ke ‘’mansion’’. Kami duduk di kursi yang mengahadap laut dan menikmati minuman kami.

......Ini hari libur yang lumayan.....

Ketika aku sedang merasa nyaman, senpai berkata dengan suara yang takut:

“.....Masamune-kun.”

“?”

“Alasan aku ikut perjalanan ini....”

‘’Eh? Bukannya dia tidak ingin memberitahuku?’’

“Aku ─-“ Dia berhenti, lalu melanjutkan: “Aku ingin melihat novelmu.”

“Novelku?”

Mendengar pertanyaanku, Elf menjawab menggantikan Muramasa-senpai:

“Ya. Ada yang masih belum diselesaikan di komputermu, ’kan?

“Tentu saja.”

Semua novelis punya sesuatu yang sama. Seperti manuskrip yang ditolak, atau manuskrip yang untuk karena suatu alasan tidak bisa di terbitkan.....semua punya itu. Dan semuanya disimpan dengan hati-hati.

Kita tidak bisa dengan mudah membunuh anak kita ini. Mungkin suatu hari nanti kita bisa membiarkan yang lain melihat mereka.

Aku juga sama. Bahkan yang web novel selama sejarah hitamku tersimpan dengan aman. Tentu saja tidak mungkin aku membiarkan orang lain melihatnya.

“Aku punya banyak. Seperti manuskrip ‘‘Serigala Perak’’ sebelum di edit, manuskrip sebelum debutku....”

“Aku ingin membacanya!”

Tiba-tiba dia bergerak maju ke depan, seperti anak-anak yang mendapat hadiah mainan dan ingin langsung memainkannya. Aku mengambil beberapa langkah ke belakang. Elf menambahkan:

“Cerita Izumi Masamune yang tidak di terbitkan – kau bisa melihatnya untuk dirimu sendiri. Inilah syarat yang dia wajibkan untuk bergabung dalam perjalanan ini. Masamune, apa boleh?”

“Tak masalah. Tapi aku tidak bisa mengeluarkan semuanya.” Jawabku. “Aku bisa memperlihatkanmu cerita yang untuk beberapa alasan tidak bisa di terbitkan. Tapi ceritaku yang di tolak itu beda lagi. Editorku bilang padaku [Ini jelek, tidak ada orang yang akan membelinya] sebelum menolaknya.”

“Aku ingin membaca ceritamu. Apapun tak masalah.”

“Kuh....”

Sialan. Mukaku jadi panas....

“Ja, jangan ya jangan! Aku malu!”

“......Begitu ya......”

Senpai terlihat ‘’down’’. Ekspresi itu, dikombinasikan dengan bikini mininya, dan jaket tipis membuatku merasa bersalah. Ini pertama kalinya aku merasa seperti ini dengan seseorang selain adikku.

“....Aku bisa mem-‘’print’’ novelku yang tidak di terbitkan.....terus....” Aku menambahkan “ Mungkin aku tidak bisa membiarkanmu membaca manuskripku yang di tolak.....tapi jika kau suka.....silahkan.....”

“!”

Reaksinya diluar dugaanku. Matanya terbuka lebar, dengan tangan yang menopang badannya, dia mencondongkan badannya kedepan:

“Benarkah?”

“Ah?”

Matanya membuat jantungku berdegup kencang. Aku memalingkan muka dan menjawab:

“Seperti ‘‘after story’’ dari ‘‘Serigala Perak’’, aku bisa menulisnya dengan cepat untukmu.”

“‘‘Serigala Perak’’! ‘‘After story’’? Tentu saja aku ingin itu!”

Matanya berkilauan. Dia tersenyum dengan ceria. Itu membuatku senang dan merasa nostalgia.

Meskipun kami belum pernah bertemu secara langsung – aku juga merasa seperti itu ketika aku bicara dengan ‘’orang itu’’.

“Baiklah. Beri aku beberapa hari untuk menulisnya.”

“Um.”

Senpai tersenyum bahagia. Biasanya dia begitu dingin, namun sekarang dia terlihat seperti anak-anak. Aku sampai yakin bahwa kedua sifat yang kontras itu memang dirinya yang sebenarnya.

Kenyataan tidak sama seperti cerita. Tidak banyak orang bisa secara jelas memisahkan sisi berbeda pada diri mereka. Wajar untuk punya sisi berbeda seperti itu.

“Tapi apa tidak apa-apa? Meskipun terdengar aneh karena datang dariku, tapi kau sedang menulis novel juga, ‘kan?”

“Tak apa. Kamu tahu, aku sedang menulis novel genre romansa. Itu penting, tapi jika aku tidak menulis novel genre bertarung untuk waktu yang lama, skill menulisku akan berkurang.”

“Bahaya kalau begitu. Novel pertarunganmu adalah tenaga hidupku.”

Aku hampir tidak pernah mendapat pujian seperti itu, makanya aku sekarang merasa benar-benar malu.

“Tak apa, jangan khawatir. Selama kau senang.”

Sejujurnya, aku masih merasa lengket dengan karakter dari ‘‘Serigala Perak’’

Mungkin aneh untuk menulis kelanjutan cerita yang sudah selesai. Tapi setelah mendengar upaya Muramasa untuk menghancurkanku, aku berubah pikiran.

Sebagai seorang penulis, aku bisa melihat karakterku kapanpun aku mau, tidak seperti pembaca. Mereka mungkin hanya melihat mereka ketika sedang membaca.

Dan mereka akan mengucapkan selama tinggal ketika buku selesai.

Tapi melakukan itu akan membuat perasaan kesepian muncul lagi. Mereka akan berjauhan lagi setelah baru berjumpa lagi.

Seperti dalam Seiken no Blacksmith’’ atau ‘’Tatakau Shisho: The Book of Bantorra’’, para pembaca harus membaca satu setiap beberapa bulan. Tidak hanya light novel, anime harian atau blu-ray juga sama. Semakin bagus cerita, semakin sakit pula perasaan yang kita rasakan waktu ceritanya berakhir.

Mungkin aku tidak bisa mengatakannya dengan jelas.....tapi bagiku, itulah apa yang dimaksud akhir cerita.

Jadi, meskipun kenyataan tidak terasa nyata.....tapi.....setiap kali.....bertemu dengan fansku dan melihat karakterku lagi....itu terasa menyenangkan. Itulah yang kupikirkan.

“Baiklah, lalu apa yang harus kutulis.”

Ketika aku berpikir untuk sebuah ide, Elf nampak seperti dia sedang memikirkan sesuatu yang menyenangkan dan tertawa:

“Hei Masamune, kenapa kau begitu bahagia? Tidak mungkin ini dicetak, kau tidak bisa membiarkan orang lain membacanya. Itu kan sesuatu yang kau tulis untuk gratis.”

“Haha, apa yang kau katakan, Elf? Tidakkah kau ingat apa yang aku lakukan sebelum debut?”

“Ah, begitu yah.”

Elf terlihat seperti dia mengerti.

“Kau adalah tipe penulis yang menulis karena kau ingin. Bekerja tanpa dibayar pun tak masalah bagimu.”

“Ya! Aku mencintainya! Aku suka melakukannya meski tanpa dibayar!”

Jika orang tuaku masih hidup, aku berencana berhenti bekerja sebagai penulis setelah masuk SMA – tapi aku akan terus menulis.

Bukan untuk uang , hanya karena aku ingin – menulis cerita dan membacanya setiap hari.

Tentu saja, menjadi novelis profesional dengan editor dan ilustratorku sendiri adalah sesuatu yang bagus. Tapi aku lebih suka bebas tanpa siapapun membatasiku. Aku sangat menyukainya sampai aku merasa kasihan pada orang-orang yang tidak pernah menulis apapun.

“Kali ini, aku hanya akan menulis untuk satu pembaca, Muramasa-senpai.” Aku tersenyum dan menunjuknya “Ini kesempatan langka, tolong izinkan aku menulis ‘‘after story’’ yang benar-benar bagus.”

“.................Um.”

Mungkin karena cahaya matahari, wajah Muramasa-senpai memerah.

* * * * *

Setelah itu, Shidou-kun (ia nampak seperti saling bertukar pikiran dengan gerakkan tangan aneh bersama Elf) dan semua mulai bermain.

Dari apa yang Elf katakan, kali ini kami dapat banyak bahan referensi. Dari bermain voli pantai, Suikawari, meminum jus buah dan memakan ice buatan Elf.

Meskipun terkadang Muramasa-senpai fokus menulis jadi dia ketinggalan banyak hal, tapi waktu berakhir cepat, sekarang sudah saatnya ‘’sunset’’. Dalam perjalanan kembali, Elf dengan senang berkata:

“Ah ~ aku sangat menyukainya! Tubuhku penuh dengan keringat ! Ayo kita mandi! Ehehe ~ ada pemandian terbuka, lho! Ayo, Muramasa!”

“Aku akan mandi di dalam kamarku saja. Aku ingin cepat menulis sesuatu.”

“Eh? Mandi bersama adalah waktu untuk para gadis mengobrol! Ini bahan referensi juga.”

“Aku menolak....dewa juga tahu apa yang akan terjadi jika aku mandi bersamamu.”

“Tidak apa-apa! Aku hanya akan menyentuhmu sedikit! Hanya sedikit! Okay? Kumohon?”

“Tidak, kamu terdengar mencurigakan....”

Elf menaruh tangannya di bahu Muramasa-senpai dan mencoba meyakinkannya.

Pemandian terbuka....aku bisa melihat sunset dan pantai sambil membiarkan diriku menikmati air panas...belum lagi ada gadis erotis ada bicara dari dekat..

Tidak tidak....aku benar-benar, sangat menginginkan ini.

“Ma, Masamune-kun! Kamu memikirkan sesuatu yang mesum,ya?”

“Ah, Masamune! Aku akan mengatakannya sekarang, kau tidak akan bisa diam-diam mengintip kami di pemandian terbuka! Aku sudah membuat persiapan anti pengintip, dinding tinggi yang memisahkan kedua sisi dan akan membuat suara ketika seseorang menyentuhnya! Meskipun suaranya kecil, kau tidak bisa menghilangkannya.”

Jadi – aku kembali ke kamarku, bersiap-siap dan pergi ke pemandian terbuka. Akan buruk jika yang disebelah juga sudah siap.

Karena Shidou-kun bilang ia harus melakukan sesuatu, aku pergi duluan.

Mulai dari pantai, terus ini.....ia seperti selalu membuat alasan. Apa ia tidak ingin pergi denganku?

“......Apa ia masih mengira aku ini gay?”

Aku benar-benar tidak berani untuk bertanya.

* * * * *

Aku memasuki pemandian terbuka, lalu area ganti dan memasuki tempat pemandian yang besar.

Tempat mencuci dan pemandiannya terpisah. Aku harus mencuci tubuhku sebelum masuk ke pemandian. Dengan cepat kulakukan dan masuk ke pemandian.

“Wah.....”

Uap putih tersebar di mana-mana.

Meskipun ada dinding yang memisahkan sisi ini dan sisi wanita, air tetap berasal dari sumber yang sama. Pemandangan yang indah, dengan udara tebuka dan laut.

Matahari mulai terbenam, cahaya yang indah. Sepertinya aku masih bisa menikmati malam setelah ini.

Meskipun aku punya banyak pikiran di kepalaku, tapi sekarang dengan melihat itu, aku jadi hanya ingin menikmati pemandian ini.

*Blub blub*

“Ah....ini nyaman.”

Tubukku jadi lebih ringan. Sekarang aku benar-benar merasa beruntung lahir di Jepang.

Ini pertama kalinya aku pergi jalan-jalan tanpa teman sekelasku. Aku begitu semangat. Ini menyenangkan. Aku beruntung datang kesini.

Akan jadi lebih sempurna jika Sagiri bisa ikut juga.

Oh, tunggu, aku tidak berpikiran untuk mandi bersama dengannya! Serius...!

.....Elf dan Muramsa-senpai pasti sekarang sedang mandi juga. Tapi kenapa aku tidak bisa mendengar apapun? Aku coba mendekat ke tembok.

Saat itu –

“....Eh? Ada....seseorang?”

Di balik kabut ada seseorang!

‘’Eh, eh, eh? Mungkinkah, mungkinkah itu? Elf dan Muramasa-senpai keliru dan malah masuk kesini?’’

─Tentu saja tidak. Itu adalah Chris-aniki. Ia telanjang sepenuhnya.

“........!!!”

Yamada Chris ─ kakak kandung Elf dan sekaligus editornya.

Tubuh bagian atasnya ada di atas air, ia mengangguk padaku tanpa mengatakan apapun.

Kulitnya putih seperti adiknya, tubuhnya ramping, dan namun sepertinya kuat. Tulang selangkanya terlihat mempesona – dan kenapa aku mendeskripsikan tubuh seorang pria dengan begitu seksama?

“Eh.....ah.....”

Aku panik, tidak tahu apa yang harus kukatakan. Pada akhirnya, aku bilang:

“Senang bertemu denganmu.....kebetulan sekali.”

“Um.”

“.......................”

“...................................”

Apa, selanjutnya apa!? Suasana ini sangat tidak nyaman!

Karena Chris-aniki selalu punya ekspresi yang kelihatan keras.....ditambah dengan apa yang terjadi hari ini....aku merasa sangat bermasalah.

“................”

Sekarang ini, kami sedang mandi, berdampingan.

Tunggu, berdampingan?

“*Glek*”

Sejak kapan ia ada di sampingku? Menakutkan.....

“.....................”

Kukira ia mau mengatakan sesuatu, tapi aku salah. Ia hanya dengan tenang menatapi langit sambil menikmati pemandian.

Wajahnya sepertinya jarang bisa diketemukan. Ia bisa menjadi seorang aktor yang benar-benar bagus.

Tapi jenis film apa yang ada seorang pria tampan berambut pirang dan bermata biru mandi di pemandian terbuka di sebuah pulau selatan?

Tapi – seandainya aku ini Chris-aniki....

Apa yang akan seorang kakak lakukan jika melihat adik perempuannya hampir telanjang dan bermain dengan krim lengket (bersama laki-laki)?

Jika aku adalah ia, si laki-laki itu setidaknya sudah akan berakhir dengan noda darah.

.....Namun kenyataannya adalah.....

“Sepertinya kau sangat dekat ─ dengan adikku .”

“Eh.....itu....”

Sekarang apa? Bagaimana aku menjawabnya? ‘’’

  • Contoh 1

[Aku tidak begitu dekat dengan adikmu, kok.]

[Kau tidak dekat dengannya, tapi kau mengoleskan ‘’sunscreen’’ padanya? Sepertinya kau ingin jadi sasaran panahku, ya?]

‘’’

Sial. Ia akan membunuhku. ‘’’

  • Contoh 2

[Um yah, begitulah, aku sangat dekat dengan adikmu.]

[Namun tidak berarti aku bisa membiarkanmu mengoleskan ‘’sunscreen’’ dan melakukan hal mesum dengannya. Sepertinya kau ingin jadi sasaran panahku, yah?] ‘’’ Sial....apapun yang kukatakan, aku tetap akan jadi sasarannya.

Karena ekspresinya, itulah kesanku terhadap Chris-aniki.

“.....Um, yah, menurutku hubungan kami baik-baik saja.”

Tanpa ada pilihan lain, aku memilih jalan tengah.

Chris-aniki dengan serius menatapku, lalu bicara dengan suara yang sangat pelan:

“Selama kau mau bertanggung jawab, itu tidak apa-apa.”

“Eh?”

‘’Apa? Apa yang barusan ia katakan?’’

“Eh......barusan......kau bilang apa?”

“Izumi-sensei ─ tidak, Izumi Masamune-kun ─“

Untuk pertama kalinya dari sejak kami bertemu, ia menaruh kedua tangannya di bahuku.

“Eh....?”

Lalu dia bicara dengan suara pelannya yang mempesona:

“Menikahlah.”

Sebuah lamaran menggema di pemandian terbuka.

“.......................”

Sejujurnya, aku sangat terkejut sampai seluruh tubuhku tertegun, tidak bisa mengatakan apapun.

Di waktu yang sama, ada suara *Bruk bruk* ada sesuatu yang menghantam lantai.

Aku mencoba menggerakkan kepalaku dan melihat Shidou-kun dengan handuk mengelilingi pinggangnya, wajahnya terpintal dalam kengerian.

“Ma....maafkan aku!”

*Tuk tuk tuk tuk* Shidou-kun langsung melarikan diri.

“................................Sial.”

Sial. Sekarang ia melihat seorang pria melamarku. Sekarang kesalahpahaman kalau aku ini seorang gay jadi tambah parah.

Tidak tidak. Sekarang bukan waktunya untuk itu!

Mungkin kesalahpahaman Shidou-kun sangat serius, Elf gay di depanku jauh, jauh lebih buruk!

“Eh.....eh...”

Aku harus kabur, tapi aku harus memeriksa ulang lagi. Tergantung jawabannya, aku akan men-‘’headbutt’’ dagunya atau tidak. Meskipun kabur pilihan yang mustahil, aku akan mempertahankan kesucianku hingga napas terakhir.

“.......Barusan.....kau bilang....”

Chris-aniki mengulangi, suaranya masih tetap serius.

“Menikahlah – dengan adikku.”

“Dengan adikmu!?”

Kau harusnya bilang dari awal......ya tuhan.....aku pikir aku akan mati.....atau sesuatu yang ultra rahasia akan terbongkar.....

“Dengan adikku. Memangnya apa yang kau kira tadi?”

“Bukan apa-apa. Dan me, me, menikah dengan Elf, maksudmu....?”

“Menikahlah dengan adikku” – kalimat itu memiliki banyak beban.

Chris-aniki menarik tangannya dari pundakku, dan berkata:

“Tentu saja aku tidak bermaksud kau harus menikah sekarang juga, baik kau dan adikku masih terlalu muda untuk itu. Tapi situasi keluargaku sedikit rumit, jadi jika kalian punya perasaan pada satu sama lain, mungkin kalian harus bertunangan...”

“Tunggu tunggutunggutunggu sebentar! Ini salah paham! Aku tidak punya hubungan seperti itu dengannya!”

Meski jika ia akan membunuhku sekarang, aku masih harus membuatnya jelas.

“Mwu....apa maksudmu, bukankah kau kencan dengan adikku?”

“Tidak! Kenapa kau bisa berpikir begitu?”

“Karena dia sendiri yang menulis di twitternya kalau dia [pergi kencan dengan Izumi Masamune] .”

“Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!”

Mulut sialan itu! Sudah kuduga dia melakukan sesuatu yang berbahaya!

“Bagaimana yah, um, dia hanya bercanda. Itu tidak benar.”

“.....Begitu ya....hm....aku juga mengira ada yang tidak beres.”

Chris-aniki menghela nafas dalam kekecewaan. Sepertinya ia mengerti.

“Tapi ─ jika seperti itu....tidak, itu tidak benar.... ah.... aku paham...”

Ia mengerutkan dahinya, sepertinya ia memikirkan sesuatu.

“Ya?”

“Aku paham” apaan”? Tolong jangan mengejutkanku lagi!

“Jika kau tidak berpacaran dengannya, maka masih ada sesuatu yang aku tidak bisa beritahu padamu. Maaf atas kesalahpahamanku.”

“Tidak tidak, tidak apa-apa. Ini bukan kesalahanmu.”

“Terima kasih, kau persis seperti apa yang adikku katakan.”

“Ya?” “Tapi menurutmu sendiri, dia itu bagaimana?”

Chris-aniki menyeringai dengan jahat:

“Meskipun terdengar wajar jika datang dariku, tapi kurasa dia hebat.”

“Ya ya.”

‘’Kenapa tiba-tiba bilang begitu?’’

Tapi ia sangat benar, jadi aku tidak bisa berkata kalau ia membuat komentar memihak itu karena ia seorang siscon atau semacamnya.

“Kau benar.”

“Haha, kau juga sependapat?”

“Ya.”

*Gedebruk* sebuah suara aneh datang dari kamar mandi wanita.

“Berpenghasilan tinggi, super imut.....”

*Bruk bruk bruk*

“Berpenampilan bagus, sangat pintar dalam memasak, dia membuatku merasa senang kapanpun kami bersama – menurutku dia akan menjadi istri yang sempurna kelak.”

*Gedebruk gedebruk*

“Begitu kah?”

Chris-aniki memperlihatkanku tatapan sombong seperti Elf.

“Meskipun dia tidak terlihat seperti itu, tapi aku yakin bahwa ketika dia bertemu dengan seseorang yang dia benar-benar cintai, dia akan sangat setia. Dia juga punya pengalaman hidup yang bagus, cantik, bersahabat. Belum lagi dia juga bisa bermain alat musik, dia benar-benar gadis yang terampil. Asalkann dia berlatih untuk jadi istri, aku yakin dia akan sangat sempurna – itulah yang keluargaku ajarkan padanya.”

‘’Wah, Elf benar-benar,sangat hebat. Dia punya banyak poin bagus.’’

Lalu ia menaikan jarinya dan bertanya padaku:

“Jadi aku boleh aku tanya padamu? Bagian dari adikku yang tidak bagus?”

‘’....Mengapa ia terdengar seperti ia sedang menceramahiku karena aku menolak Elf? Tidakkah aku bilang ini kesalah pahaman?’’

“Yah....kalau aku benar-benar harus mengatakanya.....”

“Terus?”

“Selain semua yang tadi, sisanya suram-suram.”

“Haha, dasar bocah, bagus-bagus.”

Chris-aniki pecah dalam tawa. sepertinya ia tau ini menyenangkan.

“Begitulah! Adikku punya banyak poin bagus, tapi itu tidak merubah fakta bahwa dia juga punya banyak poin buruk. Selalu terlambat ketika menyerahkan manuskrip, sikap yang tidak profesional, tidak disiplin, tidak peduli dengan chuunibyou-nya. Terus terang saja, dia bodoh.”

“Dia memang bodoh.”

*Bruk gedebruk* Lagi? Sebenarnya itu apa? Sangat gaduh!

Chris-aniki menghina adiknya sendiri sambil tertawa, kepribadian dinginnya benar-benar lenyap, tergantikan oleh seorang kakak yang baik dan ramah – yang mana aku suka.

“Akan tetapi!”

Aku masih ingin mengatakan sesuatu. Aku tidak bisa membiarkan seseorang menghina temanku.

“Untuk dia, poin buruknya itu termasuk ke dalam poin baiknya juga..... kebodohannya juga termasuk sisi imutnya. Mungkin chuunibyou-nya menyebabkan orang lain sakit kepala, tapi kupikir itu adalah kekerenannya, meskipun dia bekerja dengan tidak profesional, tapi kupikir dia sudah punya acuan. Ketika aku mulai menulis novel baru, dia banyak membantuku...bagaimana seharusnya aku mengatakannya...yah, aku tidak yakin aku bisa, tapi kupikir Elf adalah gadis yang spesial, seseorang yang bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, seseorang yang sangat mempesona, dan seorang senpai yang dapat diandalkan. Aku berterima kasih padanya.”

“.........................”

Chris-aniki melihatku dengan terkejut.

“Jikalau bukan karena aku sudah punya seseorang yang kusuka, aku mungkin jatuh cinta padanya paling sedikit lima kali sudah.”

Seperti waktu itu, waktu itu – dan waktu itu ─-

Dalam sekejap, banyak kemungkinan muncul dalam pikiranku. Bukan hanya “Manis”, dia bahkan “jadi lebih manis”. Yamada Elf adalah seseorang yang hebat sampai membuat hati Izumi Masamune berdegup kencang.

“.....Begitukah? Aku mengerti.”

Chris-aniki mengambil napas panjang dan berkata.

“Aku benar-benar mengerti”

Dia mengulanginya sekali lagi.

Setelah itu, ketika kami keluar dari pemandian terbuka, kami bertemu Elf di luar. Dia memakai yukata, uap masih keluar dari tubuhnya.

Gadis terlihat begitu erotis setelah mandi – ya ?

“Kau.....”

“Ap, ap, apa?”

“Mukamu sangat merah! Apa kau pingsan waktu mandi?”

“Di, di, di, diam! Dasar!”

Dengan wajah merah menyala, dia berteriak padaku sebelum berbalik dan pergi.

.....Apa maksudnya itu?

* * * * *

Malamnya.

“Setelah itu, semuanya makan makan malam yang dibuat Elf.”

[Apa enak?]

“Yap, meskipun aku tidak bisa membuat seenak buatannya, aku akan membuatkan untukmu ketika kembali.”

Aku mengobrol dengan Sagiri via skype.

Di depanku ada layar laptop, yang memperlihatkan dia tanpa topeng. Tidak ada orang lain disini. Hanya aku dan Sagiri.

“Oh benar, aku masih belum bisa menjelaskan semua pada Shidou-kun, bahkan meski Chris-aniki membantuku.... kami berakhir di kamar yang berbeda.”

[Um]

Dia tersenyum lembut ketika mendengarkanku.

‘’....Bagaimana bisa bicara dengannya via skype menciptakan suasana yang lebih baik dari pada bicara langsung?’’

[Apa kamu mendapatkan bahan referensi?]

“Bagaimana yah.....sekarang aku tahu seperti apa pulau selatan. Semuanya banyak bersenang-senang – karena itu aku dapat banyak bahan referensi.”

[Begitu ya. Perjalanan ini adalah pilihan yang benar. ]

“....Yap, benar sekali. Terima kasih.”

Meskipun aku sedikit ragu-ragu, tapi pada akhirnya aku bilang padanya apa yang benar-benar kurasakan.

Mungkin itu pilihan yang benar. Senyumnya menjadi lebih lebar. Aku tertawa juga.

“Nanti, ayo pergi ke onsen bersama.”

[Tidak mau]

“Ke, Kenapa?”

[Karena, Nii-san....kamu pasti memikirkan sesuatu yang mesum...]

“Tidak ~!”

Percakapan kami....seperti dua saudara pada umumnya....

Mungkin ini adalah kenangan terindah yang terjadi hari ini.

“Bagaimana denganmu? Apa kamu makan dengan baik? Apa kamu sakit? Taruh saja pakaianmu di tempat cucian, aku akan mencucinya nanti. Mangkuk dan piring kotor juga, kamu tidak perlu membersihkannya. Juga ─-”

[.....Kau terlalu khawatir. Aku baik-baik saja.]

“Mekipun begitu....aku masih khawatir. Meksipun sangat ingin pulang, aku masih harus menunggu sampai lusa untuk kapal datang.”

[Hoh....Kenapa jadi terasa seperti setting untuk manga Kindaichi, ya?]

“Kamu benar, Elf bilang tempat ini juga cocok untuk novel misteri.”

[Jika sesuatu terjadi, aku bertaruh korban pertamanya adalah Elf-chan. Pembunuhnya sudah pasti seorang psikopat.”

“Maksudmu Muramasa-senpai?! Tidak sopan!”

Tapi itu dapat dimengerti.

Sebenarnya dia membuat orang berpikir dia seperti itu – mengenakan kimono pada mayat sebagai ‘’modus operandi’’ dari si pembunuh. Dia pandai membuat nama aneh pada jasad – seperti kasus ‘’Patung Lilin Pembunuh’’.

“Pokoknya, hari ini berakhir seperti itu.”

[Um, begitu yah. ] bisik Sagiri [Sebenarnya, Nii-san, ada....bayak yang terjadi disini juga.]

“Ya?”

[Ini lho– lihat. ]

“Ini – wah.”

Sagiri memerah dan menunjukan padaku ilustrasi heroine utama dari ‘‘Adik Perempuan Terimut di Dunia’’

“Apa itu covernya?”

[Ya....aku belum punya yang lebih bagus. Ini adalah yang bisa kulakukan hari ini. ]

“Itu hebat! Menakjubkan!”

Itu sangat bagus sampai-sampai aku perlu lima detik untuk menjawab yang mana yang lebih bagus: Gambar ini atau adikku.

[Ehehe....aku akan memperlihatkan versi lengkapnya ketika kamu sudah pulang. ]

[Itulah kenapa.....kamu harus kembali.]

“Tentu saja.”

Aku akan menjaga janji ini bahkah jika itu adalah hal terakhir yang bisa kulakukan.

“Sagiri....apa kamu ingin oleh-oleh?”

[Um....Sebenarnya. Itu sesuatu yang sulit untuk dikatakan....]

Dia memerah dan mulai bermain dengan tangannya.

“Kamu bisa meminta apapun! Kita kan kakak-adik! Aku akan mendapatkan apapun yang kamu inginkan.”

[Stoking Elf-chan. ]

“Ayo kita adakan pesta keluarga ketika aku pulang!”

Dan begitulah.....

Itulah bagaimana malam pertama kami berakhir.

* * * * *

Di tengah malam, seseorang mengetuk pintu.

Aku berhenti menulis dan berdiri untuk membuka pintu. Elf berdiri di luar dengan pakaian musim panas berwarna biru-kuning.

“Yo, Elf.”

“Um....Masamune....ah....um.....Apa kau lagi bebas sekarang?”

Aku langsung menyadari kalau dia bertingkah aneh. Biasanya, dia akan berkata begitu sambil menatap langsung padaku, tidak gagap seperti itu.

“Aku bebas sekarang....kau perlu sesuatu?”

“Bisakah kau....pergi denganku untuk jalan-jalan?”

“Tentu.”

Eh? Kenapa tiba-tiba tercium kemesuman di sini? Ini tidak seperti ketika kami di pemandian.

Aku mengabaikan perasaan burukku dan mengikuti Elf ke pintu masuk.

“Yah, sebenarnya, aku punya sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu.”

“Eh? Ta, ta, tanyakan padaku? Ap, ap, apa itu?”

Elf panik, apa kata-kataku punya efek yang kuat?


“Dimana kau biasanya membeli stoking?”

“.....................................Matilah.”

Dia memberiku lirikan sedingin es.

“Bukan, bukan, aku bukan membelinya untukku!”

“Kau masih mencoba dan menjelaskan? Itu bukan maksudku! Maksudku, kenapa di waktu ini segala...lupakan, terima kasih karenamu aku jadi tenang lagi. Aku akan memaafkanmu kali ini.”

Aku mengikutinya ke pintu, aku masih tidak mengerti apapun. Nampaknya dia berencana pergi keluar.

“Ke mana kita akan pergi?”

“Diam, ikuti saja aku.”

Melangkah semakin menjauh. Sepertinya dia sedang ‘’bad mood’’. Aku terburu-buru mengejarnya.

Kami meninggalkan ‘’mansion’’, berjalan mengitari ‘’mansion’’ dan terus melalui jalan yang menuju ke hutan.

“Elf, di depan itu ─-“

“Hutan Elf.”

Dia menjawab tanpa menengok dulu, lalu berjalan lagi.

“Kau sudah membaca novel debutku bukan? Hutan Elf itu berdasarkan hutan di depan.”

“Ah....”

Elf-Elf yang cantik tinggal jauh di dalam hutan. Manusia dan monster di jauhkan oleh penghalang yang dibuat di Tempat Suci. Ada banyak pohon besar, penuh dengan kehidupan. Ada lautan bunga di bawah bayangannya, dan ada sungai yang terbuat dari roh cahaya.

Hutan Elf yang dia deskripsikan berdasarkan hutan nyata. Tidak heran itu terasa sangat nyata.

* * * * *

Kami mengikuti jalan dalam keheningan, berusaha untuk tidak mengusik keheningan malam.

Kami mulai masuk ke dalam hutan. Jalannya masih terperlihara baik.

“Ke sini.”

Elf berhenti di jalan masuk hutan, dan berbalik padaku sebentar:

“Menurutku aku harus memberitahumu kenapa aku menuntunmu kesini.

Sebenarnya, ada sesuatu yang ingin aku perlihatkan padamu.”

Meninggalkan dua buah garis, dia berbalik dan berjalan masuk ke hutan.

....Dia benar-benar seperti seorang Elf, sampai aku berhalusinasi sebentar....kuguncang kepalaku untuk membersihkan imajinasi ini, aku mengikutinya.

Akhirnya ─-

“───“

Sesaat setelah aku melangkah masuk ke dalam hutan, aku berhenti.

Dalam kegelapan, kerlipan cahaya bermunculan.

Perlahan-lahan....kerlipan cahaya itu bertambah banyak. Karena dia pernah menyebutkan di novel debutnya, hal pertama yang kupikirkan adalah roh cahaya.

Kenyataanya, roh cahaya adalah ─

“Kunang-kunang.”

Aku mencari sumber suara dan melihat Elf, dengan cahaya seperi sihir yang mengelilinginya.

“Jika kau pergi lebih ke dalam, pemandangannya akan lebih bagus.”

“Baiklah...”

Aku dengan perlahan melihat ke sekeliling.

Cahaya itu menari-nari dan mengajak kami masuk ke dalam hutan – itu adalah sebuah baris dari light novel seseorang

Menggumamkan baris aslinya, aku mengkuti Elf masuk lebih lebih dalam.

Akhirnya, jalannya habis. Kami berhenti di ruang terbuka. Di bawah kami adalah rumput datar, di depan kami adalah sungai cahaya.

“─────-“

Banyak kerlipan cahaya yang terbang di udara. Berkelipan di atas permukaan danau.

Elf lahir disini. Manusia yang tersesat akan menemukan Elf disini. Ini dunia lain, dunia fantasi.

Adegan yang dia tulis dan yang aku baca persis sama.

“Ini.....”

Aku tak bisa berkata-kata. Dia berbalik dan dengan setengah menari-nari di waktu jalan, dia menghampiriku.

“Bagaimana menurutmu hutan Elf ini?”

Itu pun adalah hal yang dikatakan si heroine.

“Indah.” Aku tidak bisa berkomentar lagi. “Sangat indah.”

“Begitu ya. Senang mendengarnya.”

Elf tersenyum lembut. Senyuman yang terhormat, lemah lembut dan terkesan ramah.

“Jangan foto, oke. Pastikan kau lihat dan ingat baik-baik.”

“....Um.”

Sayang sekali. Kalau aku bisa menggambar dengan baik, aku akan menggambar pemandangan ini. Karena itu, aku hanya bisa berdiri di sana, melihat semuanya.

“Terima kasih.” Mulutku tanpa sadar bicara.

“Sama-sama.”

Kami berdiri berdampingan dan menikmati pemandangan.

“Ini adalah tempat di mana ─ Ayah ....Maksudku papa, melamar orang yang ia suka – Ibuku.”

“Romantis sekali.”

“Ya. Tapi dia gagal.”

“Eh? Benarkah?”

Padahal menurutku ini tempat terbaik untuk melamar.

“Ibuku benci serangga.”

~ Ah ~ ah.

“Dia bilang [Aku tidak percaya kamu berani melamar di situasi ini] dan dengan kejam menolaknya.”

Aku benar-benar ingin mengatakan sesuatu pada ayahnya Elf. Ia seharusnya memeriksa ini terlebih dahulu sebelum melamar.

“Tapi karena kau disini, mereka berakhir menikah, ‘kan?”

“Batu pemata, pakaian, kapal pesiar....ayahku menghabiskan setahun memberinya hadiah, dan ia mempertaruhkan semua, bersujud dan melamar sampai ibuku akhirnya menerimanya. Karena ada banyak orang yang ingin menikah dengan ibuku – maksudku, mama. Mereka juga menghabiskan banyak uang untuk mengalahkan saingan mereka, diam-diam menyewa banyak aksesoris, ambil bagian dalam turnament tenis membosankan. Papa selalu membual tentang bagaimana kerasnya ia dimasa lalu.”

Ayah Elf benar-benar gigih....

Aku sendiri tidak berpikir kalau itu adalah sesuatu yang harus kau sombongkan, dan terlebih lagi seharunya tidak kau beritahu pada anakmu.

Tetap saja......

“Aku bisa mengerti perasaan ayahmu.”

“Kau bisa?”

“Ayahmu melakukan semua itu karena ia mencintai ibumu. Tidak ada orang yang membiarkan orang yang mereka cintai dimiliki oleh orang lain.”

Ia serius. Sangat serius. Mengeluarkan semua kartu andalannya, ia mempertaruhkan semuanya. Aku akan melakukan hal yang sama jika aku jadi ia.

“Begitukah?”

Elf tersenyum dengan senyum sombongnya.

“Aku pikir juga begitu. Meskipun jalan papa sudah kelewatan─ tapi itu pilihan yang benar.”

Kami berdua jatuh dalam kesunyian untuk sesaat.

“Jadi....kenapa kau menceritakan semua ini padaku?”

“Onii-sama....maksudku, aniki...ia mengatakan sesuatu yang aneh padamu, bukan?” Elf memerah dan berpaling.

“Kau tidak perlu memaksa menyembunyikan gaya ningratmu waktu berbicara.”

“Aku, tidak kok! Yang penting, jawab pertanyaanku.”

“Ah.....yang aneh ya.....yah.....ada sih.....”

Tapi itu sulit untuk dikatakan.

“Ia bilang padaku sesuatu seperti [Menikah dengan adikku] .”

“Um.....um.....boleh aku menjelaskannya? Itu.....um..... itu..... darimana aku harus memulainya.....”

Elf panik. Dia berhenti untuk beberapa detik dan berkata:

“Ayahku sudah meninggal.”

Mungkin dia berusaha untuk membuatnya sekasual mungkin.

“.......Begitu yah.”

“Um. Kau tahu, sebelum ia meninggal, ia bilang pada Mama ─ hanya untuk berjaga-jaga – ia bilang [tolong jaga anak-anak, ajari mereka untuk menjadi orang dewasa yang baik] dan [Tolong biarkan mereka bersenang-senang] .”

“....................”

....Semua orang tua seperti itu. Dalam situasi seperti ini ─

“Aku masih ingat jawaban mama – [Baiklah, aku akan melakukan seperti apa yang kamu katakan barusan] .”

─ Kau harus mengatakannya dengan jelas.

“Awalnya, Mama sangat keras pada orang lain. Setelah itu, dia menjadi lebih keras lagi, terutama kepada kami. Dia selalu bilang [Semuanya demi kebahagianmu di masa depan] . Menurut Aniki itu terlalu merepotkan sampai-sampai meninggalkan rumah secepat mungkin, meninggalkanku. Yang berarti hal yang harus aku pelajari jadi semakin banyak – karena alasan ini, ia selalu merasa berhutang minta maaf padaku.

Padahal ia sendiri masih tidak membolehkanku untuk memperpanjang deadline-ku–“ Elf tertawa dengan nada mencemooh dirinya sendiri.

“Begitulah. Ibu memberiku waktu yang benar-benar sulit. Tapi aku tidak membencinya. Malahan, aku bersyukur. Aku mencintai orang tuaku. Supaya dia senang, untuk memenuhi harapan ayahku, aku ingin bahagia, ingin jadi sukses.

Tapi siapa orang yang kunikahi itu adalah sesuatu yang akan kuputuskan sendiri.”

Ini topik utamanya.

“Mama pernah berbicara denganku tentang pernikahan sebelumnya. Aku biasanya selalu mendengarkan kata-katanya, tapi tidak kali ini. Aku harus bahagia. Teman hidupku adalah seseorang yang kutentukan sendiri.”

Sekarang jika kupikir lagi, Elf selalu tinggal sendiri.

“Dan lalu – kau kabur?”

“Tidak, aku tidak kabur. Aku pergi setelah menjelaskan semuanya. Jika tidak, mana mungkin aku berani datang ke ‘’mansion’’ ini?”

Itu berarti dia telah meyakinkan ibunya. Tapi itu masih belum menjelaskan situasi Elf sekarang.

Meskipun dia bilang dia membeli rumah itu untuk memudahkannya bekerja di Tokyo....tapi mari kita kesampingkan itu untuk sekarang.

Hal yang Elf ceritakan tadi bukanlah alasan baginya “menjadi seorang novelis”. Itu hanya kata pembuka untuk apa yang akan dia ceritakan.

“Bisakah kau mengatakannya....lebih jelas? lagi”

“Yah, pada dasarnya .....

Ibu itu orang bodoh! Jika ingin aku bahagia di masa depan, ya aku harus bahagia besok, lalu besoknya, dan besoknya lagi! lihat aku, lihat pada gadis yang menghabiskan semua waktunya untuk belajar! Aku tidak punya kesempatan untuk melakukan apapun selain itu! Ibu, apa kau bahagia ketika hidup bersama ayah? Bahagia, ‘kan? Jika aku ingin bahagia – aku harus belajar darinya juga – aku perlu menemukan suami yang akan hidup denganku selama sisa hidupku! Apa ada masalah dengan itu?

.......Seperti itu.”

“.....Aku mengerti.”

Aku akhirnya mengerti. Dengan kata lain, dia menceritakan semua ini padaku karena aku adalah seorang kakak, akulah orang yang merawat adikku....kan?

Tapi aku masih tidak mengerti kenapa Chris-aniki tiba-tiba menyetujuiku.

“....Itulah kondisiku sekarang – Apa kau memahaminya?”

“Ya.”

Elf hanya menjelaskan kenapa Chris-aniki mengatakan sesuatu yang aneh. Mungkin dia melakukan itu agar aku tidak punya kesalahpahaman aneh.


Tapi jika seperti itu, dia bisa mengatakannya di ‘’mansion’’. Kenapa Elf repot-repot membawaku kesini, tempat spesial ini? Hutan Elf tempat di mana ayahnya melamar ibunya?

“Terima kasih banyak.”

Terima kasih. Perjalanan ini sangat bermanfaat.

Terlebih....aku merasa jadi lebih dekat dengan tetanggaku.

“Aku sangat senang.”

“Eh? Jangan langsung mengakhiri ceritanya. Aku masih belum selesai.”

“Masih ada lagi?”

“Ya.......” Elf memerah “Baiklah.....aku hanya akan mengatakannya sekali, jadi dengarkan baik-baik.”

“Um.”

Apa? Ada apa dengan suasana ini? Aku merasa seperti ada seseorang mengenggam jantungku.

Perasaan ini.....aku pernah merasakannya sebelumnya.... itu adalah.....

Sebelum aku bisa memikirkan apapun, mataku sudah melekat padanya.

Elf berkata:

“Kau adalah kandidat untuk pengantin priaku.”

“Eh.....Ap, ap, ap, apa.....?”

“Jangan salah pahamdulu! Ini tidak seperti aku menyukaimu atau semacamnya! Ini hanya, hanya – maksudku, aku hanya berpikir jika kau menikah denganmu, setiap hari akan sangat menyenangkan, sangat menyenangkan.”

‘’Ka, Kau ini bilang apa!? Sangat memalukan!’’

“Ja, ja, jadi maksudmu.....sekarang.....kau melamarku?”

Wajah Elf berubah jadi merah menyala, dan dia berteriak:

“Tidak! Itu bukan lamaran! Aku, aku, aku hanya bilang padamu bahwa kau punya kesempatan untuk menjadi pengantin priaku! Kau kandidat! Kandidat! Paham?”

“Kandidat?”

“Ya! Kandidat! Aku bukan melamarmu, kau orang yang akan melamarku!”

Dia mengelus-elus dadanya dan menunjuk padaku:

“Aku hanya mengajarimu cara untuk berhasil waktu melamarku!”

“Aku tidak akan melamarmu...karena aku ─“

‘’Aku punya seseorang yang kusuka.’’

“Tidak, kau akan melakukannya.”

Elf tersenyum dengan penuh keyakinan dan menaruh tangannya di dada.

“Karena kau akan menyukaiku.”

Dia memanyunkan bibir, menutup matanya, suaranya serius.

“Di masa depan....kau tidak akan menyukai siapapun selain aku...”

Penuh dengan keyakinan, dan kegigihan – seorang gadis kuat ada didepanku sekarang.

“...................”

Ini jelas bahwa tidak ada gadis yang sedang melamarku.

Ini jelas bahwa Elf tidak melakukannya.

Namun jantungku berdegup kencang, dan kepalaku menjadi panas.

Pikiranku berkata bukan itu alasannya, tapi hatiku mengatakan ya.

“Kau....kau....bilang sesuatu.”

“─ Ah, aku –”

“Tidak, lupakan.”

Dia melambaikan tangannya, menghentikanku.

“Ayo kembali! Aku akan membiarkanmu bebas untuk hari ini.”

Kami berdiri di samping danau yang berkilauan, bau tanah, pohon-pohon, rumput dan suara serangga berdering dengan jantungku.

* * * * *

Elf mengambil beberapa ke depan dengan cepat, tapi dia tiba-tiba berhenti dan berbalik:

“Masamune, aku akan memberimu penghargaan spesial dan memberitahu namaku yang sebenarnya.”

Meskipun dia bertingkah seperti tidak ada apa-apa, aku bisa melihat mukanya memerah dan menarik napas panjang.

“Emily. Pastikan gunakan nama itu ketika kau mengulurkan tangan di pernikahan.”

Dia meberitahuku namanya seperti seorang permaisuri Elf.










Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Kegiatan sentuh-menyentuh kulit antar pasangan



Bab 1 Halaman Utama Bab 3