Shinmai Maou no Keiyakusha (Indonesia):Jilid I Bab 1

From Baka-Tsuki
Revision as of 05:47, 22 June 2018 by Setia (talk | contribs) (Created page with "== Bab 1 - Cara Menaklukkan Adik Tirimu == === Bagian 1 === —Sekali lagi mimpi tentang waktu itu. Dengan hanya kesadarannya mengambang di pemandangan masa lalu, Basara men...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 1 - Cara Menaklukkan Adik Tirimu

Bagian 1

—Sekali lagi mimpi tentang waktu itu.

Dengan hanya kesadarannya mengambang di pemandangan masa lalu, Basara menyadari bahwa dia sedang bermimpi. Merah gelap. Mata gila dengan warna yang memandang rendah Basara di masa lalu.

Suara-suara marah dari kerumunan besar. Suara tangisan dari seorang teman yang berharga di latar belakang. Di tengah itu, siluet hitam perlahan mendekat.

"——"

Tidak menyadari sekitar. Dia harus melakukan sesuatu—itu yang dia pikirkan.

Tapi pikiran Basara mendekati batas pada tragedi yang terjadi di depan matanya ini.

Dan di saat berikutnya—pandangan Basara berwarna putih.

Kesadarannya perlahan-lahan memudar. Dia tak tahu apakah dia diselamatkan atau tidak.

Hanya saja—Basara telah mendengar teriakan seseorang di akhir.

Toujou Basara tidak melupakan perkataan ini sampai sekarang pun. Teriakan tangis perempuan diulang tanpa henti. Sama seperti kutukan—Katanya, tolong kembalikan anak itu.

Bagian 2

"—! Hah…. hah….—"

Basara membuka matanya dan pada saat yang sama terkesiap kasar. Dalam situasi, di mana dia mendongak ke langit-langit, dia menyadari bahwa dia telah terbangun. Mengambil napas dalam-dalam, dia menenangkan detak jantungnya yang kacau.

...Sudah sering aku melihat mimpi itu, tapi masih belum terbiasa...

Berbaring di ranjangnya sambil menghadap ke atas, Basara menatap tangan kanan yang telah dibawa ke wajahnya.

"...Huh? Bagaimanapun, ini masih sulit bernapas..."

Meskipun dia terbangun dari mimpinya, dia masih belum bisa bernapas dengan baik. Lalu,

"Ah—Akhirnya kau bangun juga."

Sebuah suara mendadak. Ketika dia menurunkan tatapannya, di atas selimut musim panas yang dia digunakan sebagai pengganti seprai biasa—seorang gadis menaiki di sekitar pinggul Basara dengan dia terjepit di antara paha gadis itu. Dia telah menempatkan kedua tangannya di dadanya dan menunjukkan ekspresi nakal. Gadis itu—Naruse Mio memandang rendah Basara.

"Pagi."

"….Pagi."

Basara membalas salam pagi secara refleks. Entah Mio terlalu terang atau karena selimut, tapi dia tak bisa merasakan berat. Tapi, perasaan realistis ini membuat Basara ingat situasi saat ini.

—Bahwa dia dan gadis itu mulai hidup bersama sejak kemarin.

Pemindah telah diminta untuk melakukan segalanya dari pengepakan dan pengiriman, untuk bayaran ekstra.

Dan pekerjaan mereka baik dan cepat. Sudah satu minggu sejak mereka pertama kali bertemu di restoran keluarga.

Keluarga Toujou dan Naruse memulai hidup mereka bersama-sama dengan aman setelah menyewa sebuah rumah. Tapi,

"Ehm... Apa yang kaulakukan?"

"Kenapa kau bertanya, membangunkanmu, lah. Kupikir laki-laki akan senang dengan itu."

Atas pertanyaan Basara, Mio tersenyum dengan "Layanan".

Kemungkinan besar, Mio berniat untuk itu, tapi—ini pastinya layanan.

Biasanya dalam kasus seperti ini, orang akan naik di atas perut. Tapi mungkin gadis itu tidak tahu postur tubuhnya karena selimut, sambil Mio duduk di pinggul Basara. Ini seperti posisi cow-girl.

Selain itu, musim ini adalah musim panas. Musim di mana pakaian seorang gadis pada tingkat paparan tertinggi tahun ini. Singkatnya, berpakaian tipis. Pakaian Mio pagi ini adalah bra jenis kamisol dan hot pants. Pahanya yang terlihat itu menyilaukan mata dan perasaannya menaiki dirinya adalah yang terbaik juga.

Tapi yang lebih penting—mata Basara secara tidak sengaja tertarik ke beberapa tempat lainnya.

....Sungguh besar.

Sudah di pikirannya sejak dia menatapnya di restoran keluarga. Payudara Mio yang agak besar. Pembelahan, di mana beberapa jari akan cocok, tidak untuk diabaikan, tapi sampingan payudara terlalu besarnya—kurva kulit berwarna benar-benar menunjukkan dari sisi bra.

"Hei, berhenti menatap dengan wajah bodoh dan bangun sana."

"Y-Ya..."

Apa yang harus dilakukan. Dia sendiri tampaknya tidak menyadari, tapi setiap kali tangan Mio ditekan di dada Basara, payudaranya bergoyang dan memberikan pemandangan yang terlalu luar biasa. Secara tidak sengaja, Basara tidak bergerak, lalu-

"Hei, bangun sana atau... Eh?"

Saat Mio mendadak melihat sesuatu, ekspresinya berubah menjadi ragu-ragu. Sambil memastikan sensasi dengan tangannya,

"...H-Hei, entah kenapa...aku merasakan sesuatu yang keras?"

Astaga? Basara memiringkan kepalanya. Mungkinkah, efek dari Mio duduk di pinggulnya menjadi bumerang?

"Ehm... ini fenomena fisiologis yang unik cuma untuk laki-laki?"

"G-Ga! Aku ingin tahu apa itu... Mungkin selku?"

Ya, Basara ingat. Semalam dia tidak bisa tidur, jadi dia memainkan konsol gim portable. Lalu dia tertidur, tapi masih begitu. Sebenarnya,

"Aku bersyukur bahwa kau datang untuk membangunkanku, tapi kau tidak duduk di perutku, tapi pinggulku. Ketika gadis-gadis yang duduk di sana dan fenomena fisiologis yang nyata terjadi, aku tidak bertanggung jawab."

Pada ucapan Basara, Mio langsung berubah merah cerah. Dia pasti akhirnya menyadari ketidakmampuannya sendiri. Dia pikir pasti Mio akan melompat dan menginjak Basara dengan panik.

"Y-Ya... Aku tak bisa menyangkal itu. K-Kau kan laki-laki."

Cukup mengejutkan, dia bertahan. Kemungkinan besar dia ingin menjaga keunggulan emosional pada Basara. Tapi sudah cukup jelas bahwa dia gelisah. Rupanya dia baik-baik saja ketika itu berjalan sesuai yang dia inginkan, tapi lemah dalam situasi yang tidak terduga. Jadi untuk mengujinya, Basara memutuskan untuk menggodanya sedikit.

"...Nah, lalu aku akan bangun."

"Fueh!? K-Kau bangun?"

Basara berkata "Ya" pada Mio, yang segera mulai gelisah.

"Aku tidak bisa bermalas-malasan di sini selamanya. Dan kau terganggu saat membangunkanku."

"B-Benar.... T-Tapi"

Basara tersenyum masam pada Mio yang bingung. Sambil melihat ke Mio dari bawah,

"Kalau itu mengganggumu, bangunkan aku dengan normal nanti. Jangan duduk di pinggulku."

Hal itu dimaksudkan sebagai peringatan ramah. Tapi, Mio membuat wajah merah frustrasi.

"A-aku tidak begitu bermasalah.... Itu, itu cuma fenomena fisiologis sederhana."

Dia keras kepala pada perhatian yang aneh. Basara tidak punya waktu untuk menghentikannya.

"A-Ayo, bangun sana!"

Mio meraih selimut Basara dan menariknya.

Setelah itu, sesuatu ditembak langsung dari balik selimut ke udara—ke arah Mio.

"Eh....?"

Menarik selimut secara tidak sengaja, Mio menangkapnya. Itu bukan sebuah ponsel atau konsol gim. Tentu saja, itu bukan fenomena fisiologis. Itu adalah sesuatu yang luar biasa yang berasal dari antara pangkal pahanya dan menembak ke udara. Lalu apa itu? Mata Basara turun ke kotak plastik. Itu adalah sesuatu yang sering digunakan untuk game atau image editor software—atau lebih tepatnya, semacam software itu sendiri. Bagian belakang kotak menghadapi arahnya, sehingga Basara bisa membaca judulnya.

Nama produk dengan gadis cantik di sampul itu:

"Youth Special Edition: Adik Tiriku yang Asli dan Aku"

Itu adalah game tentang adik.

"Hi....Kya—!?"

Mio melemparkan software tersebut ke perut Basara dan jatuh dari tempat tidur, karena Mio kehilangan keseimbangan di saat itu.

"H-Hei, kau bai—Mh?"

Setelah itu, kotak tersebut telah terbalik. Kini Mio sedang melihat bagian belakang dengan ringkasan tertulis di atasnya. Screenshot game gadis imut dengan kulit telanjang bulat dan mosaik.

—Singkatnya, itu adalah eroge. Selain itu, itu adalah game gaya pelatihan, mengkhianati judul ringan.

Suasana pagi yang seharusnya segar berubah menjadi adegan yang paling canggung di dunia untuk sesaat.

"K-Kenapa benda seperti itu di ranjangku...?"

Basara berusia lima belas tahun. Dia tidak ingat membeli hal seperti itu. Tapi, sementara Mio menggigil di lantai,

"K-K-Kau... Kau sedang bermain game begini pada malam di mana kita mulai hidup bersama? Aku tahu itu... kau ingin melakukan hal-hal dari game pada kami juga, kan?"

"Apa maksudmu kau tahu itu! Sebenarnya, mana mungkin aku—Oh?"

"Yah, hei....Kyaa!?"

Ketika Basara buru-buru membantah sambil mencoba untuk turun dari ranjang, dia juga kehilangan keseimbangan dan jatuh ke lantai. Bagian bawah tubuhnya pasti mati rasa karena Mio duduk di atasnya. Sekaligus, ia kesakitan.

"Ah…."

Sama seperti didorong ke bawah. Pada jarak di mana napas bisa dirasakan, wajah mereka saling berdekatan.

Begitu dekat sehingga membuatmu ragu untuk berbicara. Aroma manis dari seorang gadis.

Saat dia roboh, kedua tali bra Mio menyelinap ke bawah lengannya dan payudara besarnya hendak tumpah keluar. Itu sudah melorot sehingga putingnya hampir terlihat.

Selanjutnya, salah satu lutut Basara di antara paha menawan yang muncul dari hot pants dan jika Basara bergerak satu millimeter saja, dia akan menyentuh tempat yang tidak seharusnya disentuh dengan segala cara.

Dan dalam keheningan beberapa detik, yang terasa bagai keabadian, dapat membuat bergetar,

"M...."

"...M?"

Mio akhirnya mengucapkan suara dan Basara mengulanginya.

"Mesuuuum!"

"Guaaaaaaah!?"

Lutut terangkat Mio memukul tepat ke ulu hati Basara. Dan sementara tubuh Basara melayang sedikit, Mio melarikan diri dari tempat itu. Di pintu, dia berbalik ke Basara yang kesakitan di lantai,

"L-Lain kali kau melakukan sesuatu yang aneh padaku, aku akan membunuhmu seratus kali!"

Setelah berteriak demikian, dia meninggalkan kamar. Basara yang ditinggalkan, kesakitan di lantai.

"Tunggu, ini salah paham..."

Mengulurkan tangannya, ia mengerang, tapi tidak ada yang mendengarnya.

Dari atas ranjangnya, ilustrasi gadis yang menarik menatapnya seperti mencibir padanya. Heroine "Youth Special Edition: Adik Tiriku yang Asli dan Aku"—membuat senyum lembut.

"Sialan kau... Ayah. Sampai menempatkan benda kurang ajar ke ranjangku."

Kini liburan musim panas, Basara menuju tangga ke lantai pertama, masih dalam piyama.

Sebenarnya, Jin akan bermasalah jika Basara tak suka. Apa dia tidak peduli bila pernikahan kembali hancur? Nah, terlepas dari bagaimana pernikahan kembali menghilang, dia takkan memiliki karakter yang meragukan kesalahpahaman.

"Sebagai permulaan, aku harus membersihkan kesalahpahaman nanti..."

Ketika dia membuka pintu ke ruang tamu, bau lezat langsung menggelitik rongga hidungnya.

Terutama aroma roti panggang buat perutnya bereaksi.

"Ah, Basara-san. Selamat pagi."

Di ujung pandangan, Maria, memasak di dapur, menatapnya.

"Ah, ya... Pagi."

Basara menunduk sedikit. Rupanya Mio belum membicarakan kesalahpahaman sebelumnya.

Jin dan Mio tidak di ruang tamu. Mereka pasti di toilet atau di kamar mandi, mempersiapkan diri. Bernapas lega, Basara menuju dapur.

"Mh~ Hop..."

Di sana dia bisa melihat Maria menangani panci goreng besar dengan sempurna dengan tubuh mungilnya.

Sebagai yang termuda, Maria telah mengurus semua pekerjaan rumah, sebagian disebabkan karena dia tidak pergi ke sekolah. Toh, dia telah membual bagaimana dia telah mengurus tugas-tugas ini sebelum hidup mereka bersama-sama juga.

Maria mengenakan celemek putih dengan embel-embel, bagai istri yang baru menikah. Dilengkapi pada Maria muda yang tampak memberi perasaan yang agak erotis, yang mengganggunya.

Basara membuka kulkas dengan cangkir, yang telah dibawa dari lemari, di satu tangan dan menuangkan susu dari kotak di dalamnya.

"Tunggu sebentar lagi. Aku hampir selesai!"

"Ya, dari—Pfft!?"

Secara tidak sengaja Basara memuncratkan susu dari mulutnya, yang melahirkan pelangi kecil di udara.

Karena dia punya tampilan penuh Maria, yang telah berbalik menghadapnya, dari depan.

"Oh, kau menumpahkannya. Kau nakal sekali pagi-pagi begini, Basara-san."

Maria menunjukkan senyum tenang dan datang berlari mendekat.

"H-Hei! Tunggu, Maria-chan!"

Basara buru-buru mengangkat kedua tangannya di depan untuk menghentikannya.

"Eh? Ada apa?"

Maria memiringkan kepalanya. Itu adalah perilaku lucu bagaikan seekor penguin. Hal itu membuatmu mencondongkan tubuhmu secara tidak sengaja juga. Tapi, yang lebih penting,

"Dirimu, ada apa dengan pakaian pagi harinya...?"

Basara menunjukkan. Toh, dia telanjang dalam celemek—Celemek telanjang sungguhan. Walaupun sudah abad ke-21. Tidak baik, dia harus tenang. Itu seekor penguin. Bila dia memikirkan hal itu sebagai penguin telanjang dalam celemek, bagaimanapun harus—mana mungkin!

"Ehm... Ada yang salah dengan itu?"

Tanpa waktu Basara untuk menghentikannya, Maria berputar sekali lagi. Namun,

"....H-Huh?"

Maria mengenakan pakaian. Karena dia mengenakan kombinasi kamisol dan rok mini, hanya tampak telanjang di bawah celemek dari bagian depan. Lalu Maria,

"...Hohoho~n, begitu ya."

Ketika dia menunduk pada pakaian sendiri, dia menyeringai, karena dia telah menyadari apa yang Basara bingungkan.

"Kau kan anak remaja, Basara-san... Apakah itu terlalu menstimulasimu? Apakah itu membangkitkanmu?"

Tentu saja itu sangat merangsang. Terutama dengan cara menyedihkan.

"...Apa kau memiliki pengalaman aneh?"

"Ga, ga."

"Bersemangat."

"Haha."

Basara bertanya-tanya apakah percakapan ini tidak sedikit aneh bagi saudara.

"Benar juga. Sebelumnya, Mio-chan pergi untuk membangunkanmu, tapi bagaimana hasilnya?"

"...Berkat itu aku benar-benar bangun sekarang."

Dia tidak benar-benar tahu bahwa dia menerima tendangan lutut sebelum sarapan. Tapi,

"Nggak, nggak, bukan itu maksudku."

Maria melambaikan tangannya dan dengan ekspresi serius,

"Software yang kuseludupkan ke ranjangmu—Apa Mio-chan melihatnya?"

"JADI ITU KAUUUUUUUUU!"

Basara berteriak sekaligus. Pelakunya ditemukan. Siapa sangka itu adalah Maria.

"Untuk apa kau menyimpan benda kurang ajar di sana..."

"Untuk apa..? Karena kau tampaknya belum terbiasa dengan latihan adik tirimu."

"Aku bahkan tidak mau terbiasa dengan hal itu! Selain itu, mengapa aku harus melatih dia pula!"

"Eh? T-Tapi..."

Maria mendadak bingung.

"Kecuali untuk pelatihan, tidak ada penggunaan lain untuk adik tiri, kan?"

"ADA! Sebenarnya, apa maksudmu dengan penggunaan!"

Ya Tuhan. Dia tahu bahwa murid SMP hari ini tidak bisa dianggap remeh, tapi apa tepatnya yang dilakukan adik loli ini untuk kakaknya? Maria melambaikan tangan terkepal dengan liar atas dan ke bawah.

"T-Tapi... game itu kelihatan hebat, kan? Pada akhirnya, adikmu menjadi budak dan hanya dengan kekerasan verbal, dia membuat ekspresi penuh nafsu bodoh dan menyemprotkan seluruhnya. Jadi, kau harus belajar dari itu, Basara-san."

"Aku tidak peduli! Mengapa aku harus belajar dari sesuatu seperti itu!"

"Aku, maksudku... Kecuali untuk membuat ekspresi penuh nafsu bodoh dan menyemprotkan seluruhnya, seorang adik tiri tidak memiliki arti—"

"Dia punya! Banyak lagi!"

Meminta maaf kepada semua adik tiri 3D dan 2D! Tidak, yang lebih penting,

"Ehm, Maria-san...?"

Sementara menggunakan panggilan hormat, Basara mulai bertanya padanya. Dia tidak ingin percaya—tetapi pada kemungkinan,

"Game itu... mungkinkah punyamu?"

Apa yang harus ia lakukan jika itu miliknya? Basara menelan ludah.

"Ayolah, Basara-san, bagaimana mungkin? Aku masih di SMP."

Maria melambaikan tangannya sambil tertawa Ahaha.

"Kau akan menjaga kami sekarang, Basara-san, jadi itu hadiah."

"Itu yang terburuk sebagai hadiah. Buatlah sesuatu yang lebih layak."

"...Dengan kata lain, kau mengatakan 'Game itu tidak memuaskan, beri aku tubuh yang layak'?"

"Eh...?"

"A-aku mengerti. Ini memalukan, tapi kalau itu maumu, Basara-san..."

Di depan Basara, yang matanya terbakar, Maria melepaskan celemek. Malu-malu, ia mencapai tangannya ke rok mini dan ketika dia menggulungnya, dia gelisah dengan sengaja.

"Uh Uhm... aku belum terbiasa dengan pelatihan, tapi mulai dengan itu di pagi hari yang cerah adalah tingkat yang agak tinggi, bukan?"

"Mana mau aku menginginkannya! Selain itu, pelatihan itu sendiri adalah sesuatu yang sudah diatur untuk anak SMP atau SMA!"

"Mhm, ada keributan apa ini?"

Ada suara dari pintu ruang tamu. Itu Jin dengan piyama dan koran bawah lengannya. Basara buru-buru mencoba untuk membuat alasan, tapi Maria memerah pipinya sebelum itu.

"Ehm... Sebenarnya, aku akan mendapatkan pelatihan pertamaku dari Basara."

"Aku sudah bilang, aku tidak mau—"

"—Hee, begitu."

Lanjut, Mio datang ke ruang tamu dan menatap Basara bagaikan sedang melihat hewan buas.

"Pertama... kau mendorongku ke bawah dan sekarang kau melakukan Youth Special Edition dengan Maria. Hee."

"Jangan membuatku menjadi orang jahat. Kakiku hanya mati rasa!"

Lalu Basara ingat dengan "Oh benar".

"Dengar, tentang software sebelumnya, Maria punya—"

"Eh? Apa yang kaubicarakan?"

Seketika Maria pura-pura bodoh.

"Aku tidak tahu apa maksudmu. Basara-san, jangan menyerahkan tanggung jawab hobimu padaku."

"Kuh... Membuat wajah tak berdosa hanya sekarang."

Meskipun dia telah menempatkan tangannya ke dalam roknya dan siap untuk pelatihan sebelumnya, cuma untuk menggodanya.

"Ayah... katakanlah sesuatu."

Ayah dan anak telah hidup bersama selama bertahun-tahun. pikirannya pasti tersampaikan. Setelah itu, Jin, yang telah duduk, mengangkat kepalanya dari koran dengan "Huh?", Kemudian mengistirahatkan dagunya di tangannya dengan "Mhm".

"Aku mengerti bahwa kau makin bersemangat karena mendapatkan dua imouto imut—tapi tolong, jangan ada kejahatan."

"Itu tidak menyampaikan sama sekali!"

Jadi tidak masuk akal, pikir Basara. Ini seharusnya menjadi rumahnya, tapi kenapa dia merasa bukan?

Bagian 3

Bagian 4