High School DxD (Indonesia):Jilid 20 Faker

From Baka-Tsuki
Revision as of 01:05, 30 July 2019 by Setia (talk | contribs) (→‎Faker)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Faker.[edit]

Italia, di suatu tempat.

Pemuda itu mengunjungi kebun anggur dari pertanian tertentu di daerah terpencil Italia. Sambil berjalan ke depan, si pemuda — pengguna Holy Spear, Cao Cao, memasuki pandangan si pria tua yang bekerja di pertanian. Pakaian pertanian dan topi jerami pria tua itu sangat cocok sekali, dan dia juga memiliki tubuh mengesankan. Sekilas dari jauh, seseorang akan menduga bahwa pria tua itu sebelumnya telah bertugas di militer atau suka berlatih atletik. Tapi, pria tua itu bukan orang kebanyakan. Walau pria tua itu telah mendeteksi keberadaan Cao Cao sesaat yang lalu, ia membuka mulutnya untuk berbicara tanpa melihat ke arahnya.

“Peninggalan suci, ini kali pertama aku menemui aura begitu.”

Pria tua itu tersenyum ramah di wajahnya yang berkerut.

Buongiorno[1], pengguna Holy Spear, selamat datang di pertanian ini.”

Si pria tua yang memakai topi menyambutnya — tidak, dia Pendeta Kardinal Vatikan, Vasco Strada. Tempo hari, dia adalah orang utama dari Gereja yang memimpin banyak prajurit Gereja yang memberontak. Kalah dalam pertarungan melawan tim anti-teroris [D×D], dia menerima penghakiman Surga tanpa perlawanan. Melaporkan semuanya tanpa kebohongan kepada Surga, Kardinal tua itu kini bekerja di peternakan ini. Bahkan ada penghalang kuat yang telah didirikan sekitar radius beberapa kilometer dari pertanian. Ini takkan menjadi tugas mudah atau sederhana untuk kabur; ini penghalang penjara. Demi Tuhan, dia mengabdikan sebagian besar hidupnya sebagai imam; dalam usahanya untuk mewujudkan perasaan para prajurit Gereja, mantan pengguna Durandal ini dicopot dari posisinya, dan terbatas dalam apa yang bisa disebut penjara lumayan tenang. Memang bersalah, kalau dilihat dari skala insiden yang dia bawa, tak hanya dia telah dicopot dari posisinya, mungkin juga dia akan harus menggunakan hidupnya sebagai hukuman atas kejahatannya. —Tapi, mengingat prestasinya di masa lalu, keyakinan, dan permintaan dari banyak prajurit Gereja, akhirnya dia dikirim ke peternakan ini.

“Ini adalah tanah di mana aku dibesarkan. Terkadang, aku datang ke sini untuk menanam pohon ... sepertinya aku harus sungguh-sungguh bekerja keras di sini.”

Ujar Strada sambil mengelus kulit pohon.

“Ini kali pertama kita berjumpa, Yang Mulia. Aku pelopor Indra.”

Pengguna Holy Spear memperkenalkan diri lalu Strada berbicara selagi dia menggunakan handuk untuk menyeka keringat di wajahnya.

“Aku paham, seorang Dewa Berhala ingin mengajak pria tua ini sesuatu, bukankah itu benar?”

Kardinal tua itu menduga bahwa kunjungan Cao Cao karena Indra memiliki pesan untuknya. Tapi, Cao Cao menggeleng.

“Tidak, tampaknya Anda tak menyangka bahwa aku juga bisa datang berkunjung semata-mata atas dasar pribadi.”

Mendengar ucapan Cao Cao, Strada tertawa dengan daya tarik.

“... Hoho, sungguh tak terduga. —Kalau begitu, setelah datang jauh-jauh ke tempat ini, apa yang mau kamu tanyakan padaku?”

Cao Cao mendengar pertanyaan Strada, membuka mulutnya untuk menanggapi tapi diam sejenak, sebelum akhirnya bertanya

“...... Menjadi pahlawan, bagaimana menurut Anda, Yang Mulia?”

Mungkin karena itu melebihi harapan awal dari sebuah pertanyaan, mulanya Strada terkejut, tapi mengusap dagunya sambil berpikir.

“... Hmm, ini sungguh pertanyaan aneh, Nak.”

Cao Cao menunduk dan berbicara lagi

“... Aku lahir sebagai pewaris darah pahlawan tertentu. Selain itu, aku dipilih oleh Holy Spear. Aku percaya bahwa ... yang disebut [Pahlawan] berada di puncak kemanusiaan, mampu mengalahkan eksistensi dunia lain yang kuat, aku jadi berharap, jadi berpikir, dan jadi bersemangat.”

Dia mengangkat kepalanya untuk melihat ke langit, lalu berkata

“... Tapi, aku kalah oleh Iblis Reinkarnasi muda tertentu. Jalan hidupku tercuri dariku tepat di depan mataku olehnya. ... Mungkin dia tak pernah menganggapnya, tapi kekalahan itu menjadi kesempatanku untuk meninjau dan mengubah jalan hidupku. ... Yang Mulia dikagumi oleh orang-orang sebagai pahlawan, aku sangat ingin Anda ceritakan apa pahlawan itu.”

Untuk orang yang tak hanya mewarisi darah pahlawan, tapi secara kebetulan juga Holy Spear, dilahirkan sebagai seorang genius, ini adalah kali pertama bahwa dia telah mengalami ‘dinding’ itu. Tentu saja, dia mewarisi garis keturunan leluhurnya ketika dia dilahirkan, dan oleh takdir, dia memegang tombak terkuat yang bahkan bisa mengalahkan Tuhan. Awalnya, dia adalah eksistensi yang tidak kompatibel dengan manusia — berburu ilmu gaib, mengalahkan ilmu gaib, menghukum ilmu gaib, sebagai jalan hidup, dan mengejar kekuatan sebagai alasan untuk ada. —Tapi di hadapan Naga Merah dan Naga Putih, tombak yang dipegang di tangannya pun membantah dirinya.

Kau lemah, kau hanyalah seorang bocah yang memperoleh kekuatan tombak terkuat, itulah yang dibilang.

Mendengar pertanyaan Cao Cao, Strada tersenyum.

“... Hehehe”

Terhadap Cao Cao yang terkejut, si pria tua kudus berkata

“Ini sangat tak sopan. —Tapi, kamu terlalu muda. Kamu hanya terlalu muda. Walau kamu terlihat tua sekitar dua puluh tahun-an, dibandingkan denganku, kamu tidak berbeda dari bayi kecil. Semenjak kamu menyebut dirimu pahlawan, kamu sudah keliru.”

Strada menegaskan.

“—Mereka yang menentukan pahlawan adalah orang-orang tanpa kekuatan. Karena mereka tidak punya kekuatan, mereka akan menginginkan kekuatan, sehingga mereka akan mencari pahlawan, dan memutuskan siapa pahlawan itu. Pengguna Holy Spear, apa kamu memainkan peran Pahlawan rakyat?”

“...... Umm”

Cao Cao terdiam ... dia tak dipilih oleh siapa pun. Hanya karena dia adalah keturunan dari seseorang, dia berpikir bahwa harus begitu. Haruslah begitu, karena itulah ia menganggap remeh darah yang mengalir melalui pembuluh darahnya, dan tombak yang ia miliki. Strada membungkuk dan duduk di sebuah kotak kayu yang ditempatkan di peternakan lalu bicara lagi

“Tidak dikejar oleh rakyat, yang mengaku sebagai pahlawan atau sesuatu, tapi yang ada permainan tipuan anak-anak. Justru karena ini, kamu bukanlah tandingan untuk si Sekiryuutei-boy yang berani berjalan di jalannya sendiri.”

Perkataan pria tua itu benar-benar membantah adanya Golongan Pahlawan itu sendiri. Seperti yang dia bilang, dan Cao Cao tak bisa membantahnya.

... Betul, seperti yang Strada bilang, dia, orang itu, berani menghadapiku langsung, dan berani mengalahkanku. Entah itu sebagai Sekiryuutei, atau sebagai Iblis, untuk tujuannya sendiri, untuk orang-orang yang dia lindungi, dia berani berjuang dengan sekuat tenaga. Keberadaanku sudah ditolak, dan aku pun dikalahkan olehnya—. ... Melihat diriku sendiri saat ini, apa yang akan orang-orang yang mengikuti dan mengagumiku pikirkan?

Strada terdiam beberapa saat, lalu menghadapi Cao Cao dan berkata

“Kamu hanyalah manusia biasa. Hanyalah seorang pemuda. Leluhurmu mungkin seorang pahlawan — akan tetapi, leluhurmu itu manusia biasa. Dengan begitu kamu masihlah seorang manusia. Bukankah yang disebut pahlawan itu dipuji rakyat yang maju ke depan dengan berani?”

… Si Sekiryuutei juga, warga Dunia Bawah mulai menghormatinya karena dia selalu berpikir langsung ke arah depan. Apa dia pernah berpikir untuk menjadi pahlawan sedari awal? Tentu saja, jawabannya adalah — tidak.

Kardinal tua itu tersenyum sambil berkata

“Walau aku dipanggil pahlawan, bahkan pada usia ini aku tak menganggap diriku sebagai pahlawan. —Tapi selama ada orang yang mengagumiku, aku akan terus disebut pahlawan. Aku hanyalah manusia. Aku hidup seperti manusia lainnya, dan aku akan mati seperti manusia lainnya. Itu sudah cukup. Kalau orang-orang menghormatiku sebagai pahlawan, maka itu juga bagus.”

Untuk sesaat, sosok pria tua itu dan Sekiryuutei tampak tumpang tindih.

... Aku takut bahwa ia akan mengatakan itu.

Pria tua itu tertawa

“Hehehe.”

Sambil mengenakan topi dan berdiri.

“Ah, kini aku sudah tua, jadi aku bicara panjang lebar .... Awalnya, kamu sudah memiliki gagasan samar-samar atas jawaban ini.”

“... Mungkin saja. Sejak aku kalah darinya, aku—”

Tanpa memikirkan konsep ‘pahlawan’ ini, ia menjadi penantang biasa.

“Yang Mulia, aku bisa mengalahkan orang itu?”

Pemuda yang berpura-pura menjadi pahlawan kemudian bertanya. Pria tua itu tersenyum sambil berkata fasih

“—Pergi dan cintailah sesuatu. Entah itu dirimu sendiri. Ataupun sesuatu yang tidak berwujud. Cinta, kalau kamu tak punya hati yang mencintai sesuatu, maka kamu takkan bisa mencapai seseorang yang punya cinta. Maksud yang kamu cintai akan muncul di hadapanmu, dan pada saat itu, kamu akan — punya ‘kekuatan’ di dalam tubuhmu.”

Usai Strada mengatakan itu, ia kembali ke pekerjaan pertaniannya.

“Kamu harus terus mengejar si Sekiryuutei-boy itu dulu. Karena dia punya kekuatan cinta, dia tinggal dengan cinta. Dibandingkan dengan tulang tua[2] ini, kamu diusia yang sama dengannya tapi kehadirannya lebih dari sepuluh ribu kali lipat darimu.”

Sekiryuutei, Hyoudou Issei hidup karena cinta — karena perkataan itu, Cao Cao mengingat waktu sebelumnya saat ia bertemu Hyoudou Issei dalam benaknya.

... Benar, bukan hanya pria itu dicintai oleh orang lain, dia mencintai orang lain, karena itulah dia bertarung berhadapan melawanku. Itu adalah dasar dari Sekiryuutei, Hyoudou Issei—.

Cao Cao tersenyum sambil menatap tombaknya.

“Akankah kalian yang diingat oleh tombak ini juga mengejar ‘cinta’ itu?”

  1. Selamat pagi
  2. Pria tua