Date A Live (Indonesia):Jilid 3 Bab 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 1: Murid Pindahan Kedua[edit]

Bagian 1[edit]

Menjilati bibirnya , yang ia rasakan adalah keringatnya.

Personal Territory yang mengelilingi tubuhnya mampu mengontrol gravitasi, kelembapan, temperatur sesuai dengan apapun yang dibayangkannya.

Karena itu, jika seseorang mau mengetahui alasan ia berkeringat, seseorang harus memikirkan faktor eksternal. Misalnya terlalu banyak latihan, sakit parah—

Atau, terlalu panik.

“……….”

Tobiichi Origami menelan air liurnya, meskipun mencoba mengatur pernafasannya, dengan erat menggenggam gagang pedang laser berdaya tinggi <No Pain> di tangannya.

Sekarang ini menyelimuti tubuh licin Origami, bukan seragam sekolah yang ia kenakan, tapi sebuah baju yang memiliki sambungan alat dan sebuah Realizer unit yang digunakan untuk bertempur.

Armor mekanis, Wizards modern menggunakan ini agar dapat mengeluarkan sihir.

Namun— Saat ini. Origami yang sekarang adalah manusia super, sudah benar-benar dipojokan.

“—Uwaaaaaaaaa!?”

“…Tch.”

Merespon pada tangisan yang datang dari komunikator, dengan lembut Origami mengeluarkan desahnya.

Sebuah suara yang familiar. Itulah tim anti-Spirit termasuk Origami sendiri, sebuah suara anggota AST.

Dia membuat—sembilan orang kalah. Semua amggota di samping Origami telah dikalahkan.

“…..Ku”

Saat Origami menggunakan objek-objek di sekelilingnya untuk menyembunyikan figurnya, dia memberi perintah di samping kepalanya. Seketika, cahaya yang meliputi Personal Territory-nya meredup, layar menampilkan adegan penglihatan Origami tidak normal semestinya.

Lapangan latihan spesial, dekat Markas Tenguu di mana JGSDF terletak.

Spesial area telah terisi dengan sihir.Di sanalah di mana Origami dan anggota AST menggunakan CR-Unit yang mereka pakai.

Dan di tengah puing hutan yang hancur, seorang gadis dengan rambut yang diikat dengan tenang berdiri.

—Takamiya Mana.

Origami dengan tenang menyebut lagi nama gadis itu, dia mengobservasi postur tubuh Mana sekali lagi.

Usianya sekitar 14 atau 15 tahun. Di bawah mata kirinya dari wajahnya yang menarik adalah sebuah tahi lalat, dengan sisa-sisa dari ketidak bersalahan yang masih tersisa.

Namun, yang dikenakan figur yang cantik itu adalah sebuah armor mekanis yang tidak menarik yang tidak sesuai dengan gadis itu semuanya —CR-Unit.

Benda itu sangat berbeda dengan model Origami dan anggota AST yang biasanya, pada bagian bahu dipasang dengan alat militer yang disatukan dengan perisai-perisai. Benda itu dikatakan sebagai prototype terbaru dari team AST gunakan.

“—Hey, orang terakhir. Di mana pun kau bersembunyi, tolong cepat dan keluarlah sekarang.”

Dengan simpel Mana menyatakannya, saat mengacuhkan semua anggota AST yang terbaring di kakinya.

Namun tidak bisa dilihan dari jarak ini, tapi delapan anggota AST yang dikalahkan seharusnya telah terpecah menjadi bayangan-bayangan yang meliputi penghalang.

Ini adalah kekuatan absolut di satu sisi. Ini seperti halnya melawan Spirit sebagai musuh.

—Ini adalah akhir bulan ketika dia dikirim ke markas Tenguu.

Dia bilang, ia adalah kartu trump JGSDF.

Dia bilang, kemampuannya dalam mengendalikan unit Realizer adalah satu dari yang terbaik di dunia.

Dia bilang—bahwa ia m.e.m.b.u.n.u.h seorang Spirit sendirian.

Hanya karena rumor tersebut, dia telah menjadi seekor monster abnormal.

Namun, pada pertemuan pertama ia bilang sebuah kalimat” Adakah seseorang yang bisa mengalahkanku? Jika ada satu tidak apa.”

Tentu saja, bagi AST yang sombong menganggap dirinya adalah elit, tidak ada cara bagi mereka akan dikalahkan.

Tadi itu, adalah sebuah cara untuk mencari tahu kemampuan tempur Mana, sebuah pertempuran yang diadakan antara satu melawan sepuluh.

Namun, dengan berbicara sejujurnya, Origami tidak tertarik dengan ini…..

“……”

Tanpa mengatakan apapun, Origami teringat percakapannya yang dilakukannya dengan Mana kemarin.

Hari itu Mana telah dikirim ke markas Tenguu, Origami dan anggota AST melihat gambaran pertempuran dari hari kemarin-kemarin.

Mana melihat pada gambar yang ditunjukkan pada layar—Itsuka Shidou, dan ia berkata.

“—Nii-sama.”

Origami belum pernah mendengar sesuatu semacam Shidou punya seorang adik perempuan sebelumnya. Setelah Origami mengangkat isu ini padanya, Mana berkata daengan ekspresi syok.

(!!Sersan Kepala Tobiichi tahu tentang Nii-sama!? Umu…Nn, baiklah, bisa kukatakan secara detil.—Tapi, pertempuran ini, kau harus berpartisipasi, hanya beginilah kondisinya.)

Setelah percakapan itu, tidak ada lagi pilihan yang tersisa.

Saat akhir, Origami harus berpartisipasi dalam latihan itu—

Hasilnya sama dengan apa yang sekarang dilihatnya sekarang.

Sembilan anggota telah dikalahkan, Origami sekarang kehilangan semua alat disamping pedang lasernya untuk pertarungan jarak dekat.

Sebaliknya, Mana masih tak tersentuh.

“…Hey, saat ini waktunya akan habis kau tahu?”

Mana menghembuskan nafasnya, mengeluarkan pernyataan yang nampak kurang keigo.

Ini bukan sebuah solusi jika tetap sembunyi seperti ini. Origami membiarkan tubuhnya mengambang, menampakkan dirinya di depan Mana.

“—Oh. Akhirnya menampakan diri juga?”

“…….”

Origami memberikan perintah mental pada kepalanya, mengaktifkan thruster pada punggungnya.

Inventaris Origami yang tersisa hanya sebuah <No Pain>, Tidak ada pilihan lagi yang tersedia kecuali pertarungan jarak dekat.

Memajukan tubuhnya ke depan, dia terbang ke langit dengan kecepatan yang intens.

“Sungguh berani. Aku tidak merasa membencimu yang sekarang.”

Di samping Mana dari mulut mawarnya, perisai-perisai di bahunya mulai berubah, menggunakan perisai itu sendiri pada kedua tangannya.

“<Murakumo>—Twin Blade Mode.”

Selanjutnya dengan cepat, pedang-pedang besar dari cahaya keluar dari ujung perisai-perisai.

Namun, Origami tidak berhenti bergerak.

Membawa <No Pain> di atas kepalanya, ia bahkan lebih berakslerasi.

Tetapi Origami mengetahuinya bahwa ia akan kalah jika ia menyerbu seperti ini,

“—Sekarang waktunya.”

Kemudian, dengan cepat Mana menyentuh Personal Territory-nya, dengan cepat ia mengecilkan ukuran Personal Territory miliknya.

Territory yang biasanya meluaskan radius tiga dan setengah meter telah dikurangi menjadi sepersepuluh.

Dengan cepat, bagian-bagian thruster yang berada di luar Personal Territory mengdapatkan lagi beratnya yang asli.

Saat bersamaan Origami memutuskan hubungan thruster dari wiring suit, memegang <No Pain> yang tidak aktif dengan erat dan berguling, di bawah siku Mana.

“Ap….?”

Karena aksinya yang tiba-tiba, Mana melebarkan matanya.

Thruster kehilangan kontrolnya diikuti dengan hukum inersia, terjatuh di hadapan Mana layaknya sebuah peluru raksasa.

“Tch! Terlalu naif…!”

Namun Mana dengan cepat mendapatkan lagi kontrol dirinya, menggunakan pedang laser untuk memotong thruster-nya menjadi setengah.

Debu bertebaran di mana-mana, dua potongan dari thruster jatuh ke tanah dengan asap mengepul.

Tapi- ini adalah saat yang ditunggu Origami.

“Tch!”

Pedang <No Pain> muncul sekali lagi, terjatuh di belakang punggung Mana.

Sebuah serangan tak tertahankan, menunggu celah saat Mana fokus pada penghancuran thruster. Seperti yang Origami targetkan, pedang <No Pain> meninggalkan sebuah goresan tipis pada CR-Unit Mana.

—Namun.

“Ap….”

Origami tak bisa bicara apapun.

Dengan cepat ujung tajam pedang laser membuat kontak dengan perlengkapan Mana, seluruh tubuhnya telah merasakannya seperti yang ia pikir dipukul dengan cepat hanya dengan sebuah pukulan— pergerakan Origami terhenti.

“—Fuu, itu tadi bahaya”

Mana memutar kepalanya menghadap Origami untuk membuat kontak mata.

Origami merasa kesulitan bernafas. Tidak ada kesalahan. Mana telah menghentikan pergerakan Origami, hanya dengan Personal Territory-nya sendiri.

…..Sungguh, itu bukanlah sebuah hasil yang tak terprediksi.

Itu telah diduga dengan hanya waktu reaksinya Mana, mungkin dia sudah siap berhubungan dengan pergerakan Origami setelah dia menghancurkan thruster. Apapun permasalahanya, dia pasti berada di samping kanan Mana, di sebelah kanan Personal Territory-nya.

Tapi mengabaikan permasalahan di atas, jika Personal Territory Origami mengecil menjadi tiga puluh centimeter, aksi semacam itu tidaklah mustahil, seperti akhiran yang telah diperhitungkan.

Tapi…..itu bukanlah perhitungan yang mudah.

“Terlalu buruk, berakhir sudah.”

Mana dengan pelan memutar tubuhnya, pedang cahaya menyentuh bahu Origami.

Saat bersamaan, alaram di atas kepala mereka berbunyi. Sesudahnya, suara-suara datang dari baju tempur.

“Pertempuran latihan sudah usai. Pemenangnya adalah Letnan Dua Takamiya Mana”

Setelah latihan pertempuran.

Origami kembali ke hangar di samping markasnya, menyusun lagi pikirannya ketika menatap tanah.

Memikirkan keinginan untuk memanggil lagi rasa yang ia rasakan beberapa menit yang lalu, dengan erat menggenggam tangan kanannya

“…….”

Akibat menonaktifkan Personal Territory, tubuhnya merasa sangat berat. Hanya karena aksi mengangkat lengan dan mengepalkan tinjunya membara suatu perasaan abnormal bahwa seseorang sedang berenang di sebuah lumpur yang sangat kental.

Tapi itu juga akibat dari fenomena ini yang menunjukkan ketidakbergunaan dirinya, Origami tanpa sadar menambahkan kekuatan pada tinju yang digenggamnya.

“Takamiya—Mana”

Seperti yang dia tunjukkan, kemampuan untuk memakai Personal Territory-nya dan baju spesial untuk tambahannya. Sungguh, dia tanpa keragu-raguan adalah jenius yang legendaris.

Ini harus menjadi sesuatu untuk dirayakan. Mana adalah seorang manusia, seorang anggota AST. Artinya, dia sudah punya tujuan yang sama untuk mengalahkan para Spirit seperti Origami. Jika ada lebih banyak penyihir-penyihir seperti dirinya, tingkat kesuksesan pertarungan seharusnya meningkat pesat.

Tapi, meski dipikir fakta ini bisa dimengerti, sesuatu yang sulit dijelaskan dari rasa frustasi yang tumbuh kuat dan semakin kuat di dalam hati Origami.

“……Dia kuat”

Origami mengatakannya dan melihat kepalan tinjunya. Saat bersamaan, sebuah suara datang dari depannya.

“—Kau hebat juga, Sersan Kepala Tobiichi.”

Dengan cepat ia mengangkat kepalanya, tidak tahu kapan dia datang mendekat. Mana yang mengenakan wiring suit tempur berdiri di sana dengan sports drink di kedua tangannya.

“Jangan dipikirkan.”

Setelah mengatakannya, dia memberikan sports drink di tangan kirinya.

“………”

Setelah dipikir-pikir dia sudah menonaktifkan Personal Territory-nya, gerakan Mana tidaklah menjadi lincah semuanya.

Origami melihat Mana dalam kebingungan, saat bersamaan mengangkat lengannya yang berat dan mengambil kaleng itu.

Mana memberikan sebuah anggukan memuaskan, melanjutkan percakapannya setelah meminum minumannya.

“Untuk mengatakan kebenarannya padamu, itu sungguh mengerikan. Sungguh itu hanya beberapa milimeter dari ujung pedang, tapi aku belum pernah merasakan seseoran yang bisa menyentuhku dalam pertempuran untuk waktu yang lama.”

Tidak ada perasaan sindiran yang ditambah, hanya sebuah penafsiran murni dari kemampuan Origami.

“Apa yang harus aku lakukan—untuk sekuat dirimu?”

Origami menanyai Mana, yang terkihat seolah-olah dia bermasalah dengan mengerutkan dahinya bersamaan.

“Aku telah mendengar kau telah membunuh seorang Spirit sebelumnya. Aku tertarik mendengarnya secara detil.”

Berhadap dengan balasan yang tidak jelas tersebut. Origami dengan ringan memiringkan kepalanya.

“Apa masalahnya?”

“Mm…masalahnya adalah,[Itu], adalah sebuah perbedaan kecil dari sisa dari Spirit—meskipun demikian apa kau tetap mau mendengarnya?”

“Apapun itu, tidak masalah seberapa kecil informasinya. Aku mohon katakanlah.”

“Hm, itu tidak masalah… Meskipun ini tidak bisa secara luas dibicakrakan dalam publik, tapi kupikir suatu saat kau akan punya kesempatan melihatnya sendiri.— aku telah ditempatkan di sini untuk masalah ini setelah semuanya.”

Mengarahkan deklarasi yang tidak cukup mengungkapkan, Origami menundukkan kepalanya.

“….? Aku sudah dengar kamu ditempatkan di sini untuk meningkatkan kemampuan tempur kami.”

“Apa yang kau katakan semuanya tidaklah salah. Tapi untuk akuratnya, aku ditempatkan di sini untuk mengkonfirmasikan tanda-tanda dari [seorang Spirit tertentu].”

“Ya. Selama ini, aku telah memburu Spirit terbrutal. Codename-nya adalah—“

Saat Mana akan melanjutkannya.

Bang! Bang!

Kepala mereka berdua saling berbenturan.

“……Sss”

“Sakit.”

Origami dan Mana memegang kepala mereka dan memutar kepala mereka ke kanan secara bersamaan.

Berdiri di sana, sang pemimpin tim AST mengenakan seragam militer JGSDF. Kusakabe Ryoko, di kepalanya ada beberapa gulungan buku.

“Kalian. Berdua…..”

Bejana berdarah pada keningnya membengkak, dan saat bersamaan menunjuk kepada besi tua yang didapatkan dari lapangan latihan dengan sebuah *Shwa!*—

Itu adalah thruster yang sudah bersih terbelah menjadi dua.

“Bukankan kubilang bahwa adalah sebuah pertarungan penghinaan!? Mengapa kalian harus menghancurkan beberapa peralatan yang mahal!?”

Kedua-duanya, ketika melihat jari Ryoko yang menunjuk, membalas.

“Aku menggunakan setengah metode bodoh untuk mencoba dan menyerang Letnan Dua Takamiya tetapi gagal.”

“Meskipun kita bilang itu adalah pertempuran tiruan, tapi jika kita tidak bertarung untuk kenyataan —, kemudian tidak menginginkan mendapatkan data yang tidak akurat? Itulah yang aku simpulkan.”

Sesudah itu, kepala merka berdua dibenturkan sekali lagi.

“Sungguh pengertian. Katakan itu padaku setelah meneliti dengan baik part untuk membuat realizer unit itu! Pendapatan kita terbatas kalian tahu!”

“Dipahami.”

“Dimengerti”

“Sungguh…”

Setelah pergi membelakangi mereka”Lebih berhati-hatilah selanjutnya”, Ryoko pergi dengan mengangkat bahunya Setelah punggung dari figur tersebut menghilang, Mana dengan tidak senang mencibir bibirnya.

“Kukatakan, Kapten-dono benar-benar sakit kepala. Itu adalah karena sakit kepalanya membuatnya tergganggu seperti Spirit itu.”

“Aku setuju.”

Origami menggangguk, Mana menyeringai dengan senangnya.

“Kurasa kita bisa saling kenal masing-masing dengan baik, Sersan Kepala Tobiichi. Kita adalah orang yang membenci Spirit dan layaknya seperti musuh. Jika kita terlalu materialistis, kita tidak akan bisa menang walaupun kita mampu.”

Setelah mengatakan itu, dia mengangkat bahunya dengan berlebihan.

Origami dengan tidak berkata apapun menafsirkan lagi wajah Mana sekali lagi.Seperti yang diharapkan…..bukan hanya kelihatannya, atau atmosfirnya, keduanya sangat sama dengan Shidou.

Tetapi, Shidou hanya punya seorang adik perempuan.

Tetap saja jika tidak ada kata-kata yang tergantikan, tetapi dia telah melihatnya beberapa lama sebelum Itsuka Kotori. Tanpa perlu dikatakan, dia sseoraang individu yang berbeda dari Mana.

Namun—menurut data Origami, Shidou telah diadopsi. Kemungkinannya bahwa Mana adalah adik kandungmya Shidou tidak bisa ditolak.

“Letnan Dua Takamiya.”

Origami dengan lazimnya bertanya.

“Sesuai janji. Katakan padaku tentang hubungan anda dengan Shidou.”

“Shidou…..? Siapa dia?”

Mana memiringkan kepalanya…….itu tidak biasanya. Origami melanjutkannya saat terbingung.

“Beberapa hari sebelum ketika kita sedang menyaksikan pertarungan itu dengan [Hermit]—itulah nama pemuda di dalam video itu. Kamu, yanng memanggil orang tersebut nii-sama. Kamu berjanji untuk mengatakannya pada saya jika saya ikut berpartisipasi dalam latihan itu.”

“….Sss, Nii—sama….?”

Mana denga ringan mengerutkan dahinya.

“Ada sesuatu yang salah?”

“Tidak, ini hanya sakit kepala ringan…..”

Mengatakan itu, dia menekan samping kepalanya dengan tangannya.

Origami merasakan bahwa saat ini ketika Mana terlihat familiar.—Hanya beberapa bulan, seperti Shidou di dalam video tersebut.

“….Mmm, Maaf tentang itu. Tidak apa-apa sekarang. Ah, isu itu tentang Nii-sama.”

Mana mengguncangkan kepalanya dengan ringan seolah-olah mencoba untuk melepaskan sakitnya, mengambil lagi sebuah kalung yang sangat kecil dari area dadanya dari seragam tempurnya.

Dan, terbukalah. Di dalamnya adalah sebuah foto seorang anak laki-laki dan perempuan.

“—Shidou.”

Origami dengan lembut berbicara. Tidak bisa diragukan. Itsuka Shidou ketika ia masih muda. Dan di sampingnua, adalah seorang gadis dengan tahi lalat sebagai ciri-cirinya—itu adalah Mana tak masalah bagaimanapun kau melihatnya.

“Ini?”

“Sebuah foto masa lalu—Petunjukku satu-satunya, antara aku dengan Nii-sama.”

“Aku mohon, katakanlah lebih detil.”

Meskipun Origami menyatakan demikian, Mana mencakar kepalanya seolah-olah ia sedang bermasalah.

“Meskipun begitu aku minta maaf…. Tetapi aku tidak mengingat apapun.”

“….” Bagaimana bisa?”

“Tidak…..untuk mengatakan padamu kebenarannya. Aku tidak punya ingatan masa lalu?”

“Amnesia?”

“Itu bisa dengan simpel dipahami seperti itu.—Tetapi, ketika aku melihat gambar itu, aku memanggil lagi sesuatu. Aku sudah memanggil orang itu Nii-sama sebelumnya di masa lalu.”

“Lalu mengapa, harus kamu yang masih memberi saya persyaratan itu?”

Origami mengatakannya dalam kekagetan, Mana dengan menyesal menundukkan kepalanya.

“Tidak—…aku berniat melihat kemampuan Sersan Kepala Origami Tobiichi. Dala pasukan ini kau harusnya dianggap yang terkuat. Jujur saja, kau telah melebihi apa yang kuharapkan.”

“…….”

Origami dengan tak berkata apapun memandang wajah Mana. Meskipun ini hanya satu sisinya yang menang berkata bahwa harapannya telah diebihkan, hatinya merasa sedikit bermasalah.

“Itu…Sersan Kepala Tobiichi. Aku minta maaf, tapi aku punya pertanyaan lain untukmu.”

“Apa itu?”

“Walaupun ini mungkin keegoisanku, itu…..informasi tentang Nii-sama, kau memeilikinya kan? Kebetulan ini adalah batasanmu, bisakah kamu mengatakannya padaku?”

“……”

Tidak diketahui sejak kapan situasinya sudah terbalik…..Origami berpikir sejenak, dengan ringan menganggukkan kepalanya dan setuju,.

“—Nama, Itsuka Shidou. Umur—enam belas tahun.”

"Baik.”

“Keluarganya terdiri dari ayah, ibu dan adik perempuan. Kedua orang tuanya sekarang meninggalkan negaranya untuk pekerjaan di luar negeri. Dia ahli dalam pekerjaan rumah tangga.”

“Umu.”

“Golongan darah AO RH+. Tinggi 170.0 cm. Berat 58,5 kg. Tinggi tempat duduk 90.2 cm, lengan atas 30.2 cm, lengan bawah 30.2 cm. Dada 82.2 cm, pinggang 70.3 cm, pinggul 87,6 cm.”

“…..Oke?”

“Penglihtam mata dari mata kanan 0,6, mata kiri 0,8, kekuatan genggaman tangan kanan 43.5 kg, tangan kiri 41,2 kg. Tekanan darah 128/75. Tingkat gula darah 88ml/dl. Tingkat ureum 4.2 mg/dl.”

“H, hentikan hentikan! Aku tidak mau tahu tentang hal-hal itu.”

“Jika begitu?”

Origami mengangguk dengan ringan, dengan respon pada teriakan kegilaan Mana.

“Kata-kata itu, haa, benarkah itu informasi yang detil. Apakah itu sebuah lelucon?”

“Bukan sebuah lelucon. Itu memang perhitungan yang tepat.”

“……….”

Origami membalas dengan wajah datar, Mana mengernyitkan dahinya dengan hembusan nafas pada wajahnya.

“…..Maaf, apa sebenarnya hubungan antara Sersan Kepala Tobiichi dan Nii-sama?”

Mengenai pertanyaan Mana, Origami membalasnya dengan tidak ragu, bingung, ataupun gagap.

“Kekasih.”

Bagian 2[edit]

“Tahan dulu. Apa yang kau lakukan Shidou?”

“Heeh?”

Di dalam kamar tamu dalam rumah, Itsuka Shidou yang ditanyai pertanyaan itu tahu-tahu dengan tidak logisnya meresponnya.

Memutar kepalanya, daengan pita-pita hitam yang mengikat rambutnya menjadi dua ikatan, sebuah seragam yang dikenakan seorang gadis disangkut denngan tangan pada pinggulnya.

Adik perempuan Shidou Itsuka Kotori — Mode Komandan.

Bersamaan, mata lucu yang terlihat memandang dengan tidak senang, dengan permen Chupa Chups menjulur dari mulutnya, menunjuk ke depan seolah-olah ekor seekor binatang diintimidasi oleh musuhnya.

“Apa yang kulakukan…. Tentu saja aku bersiap-siap pergi ke sekolah.”

Shidou memberikan tampilan sebuah pandangan sekilas. Memakai seragam SMAnya (seragam musim panas), sebuah tas di tangan kanannya, sebuah bento di tangan kirinya, tak masalah bagaimana kau melihatnya, dia adalah seseorang yang akan pergi ke sekolah.

Tapi Kotori menaikkan bahunya dan menggoyangkan kepalanya, seolah-olah ini sebuah American sitkom.

“Oke, biar kukatakan lagi ucapanku. Shidou, apa yang ada di tangan kirimu?”

“Hanya sebuah bento.”

“Untukmu saja?”

“Tidak… ini untuk Tohka.”

Itu benar, Shidou memiliki bentonya sendiri yang sudah tersimpan di dalam tasnya. Bento yang berada di tangan kirinya adalah untuk seorang gadis yang tinggal di kondominium di dekat rumahnya—Tohka.

“Lalu bagaimana kamu memberikannya ke Tohka?”

“Aku berencana meletakannya di dalam kotak suratnya…..”

Seperti yang tidak bisa kutangani dengan kepribadiannya di sekolah, jadi dengan menggunakan kunci cadangan kotak surat, bentonya diletakkan di dalam setiap pagi. Mengatakannya, Shidou memberikan sebuah “Ah!” pendek. “Aaa, kau khawatir tentang itu. Inikan musim yang di mana cuaca menjadi benar-benar panas, kamu sungguh memperhatikan kebersihan? Santai, aku telah menaruh kemasan dingin sebagai pelapis anti-bakteri. Yah, itu akan sempurna jika aku menaruh kismis di dalam, tapi Tohka nampaknya tidak suka kismis —Ah!?”

Separuh jalan melewati kalimatnya, tulang keringnya ditendang oleh Kotori. Shidou jatuh ke depan ketika menekukkan tubuhnya. Tasnya jatuh ke lantai, tapi setidaknya dia telah menyelamatkan bento Tohka.

“Ap, Apa yang kau…….!”

“Karena aku melihatmu mati sekali. Mengapa kau tetap menaruhnya di kotak suratnya?”

“I,Itu karena jika aku tidak, aku tidak bisa memberikan ini kepadanya. Lagipula kami pergi ke sekolah diwaktu yang berbeda—“

“Itu alasannya.”

Kotori mengeluarkan lolipop di mulutnya dan menatap Shidou.

“Ini sudah dua minggu sejak Tohka pindah menjadi tetangga sebelah. Shidou—pernahkah kau dan Tohka pergi ke sekolah sama-sama sebelumnya?”

“Eh? Itu…”

Menggerakan pandangannya ke depan, dia menghitung berapa banyaknya di kepala.

“…Sekarang yang kau sebutkan, tidak. Tidak pernah sekalipun.”

Shidou mengatakannya ketika mengenakan tasnya-tangan kanannya yang bebas untuk menggaruk pipinya.

Shidou dan Tohka pernah sekali tinggal bersama untuk waktu yang sebentar, tapi waktu itu, itu terasa seperti rumor yang aneh yang dimulai di antara teman sekelas, pada akhirnya mereka harus pergi ke sekolah pada waktu yang berbeda.

Telah dikatakan, mereka sekarang ini tetangga dan tidak tinggal bersama, mereka tidak butuh menjadi sangat paranoid lagi. Kebenarannya adalah keduanya biasanya pulang bersama-sama.

Tapi tanpa diketahui ini telah menjadi sebuah kebiasaan, tapi sampai sekarang Shidou masih pergi ke sekolah tepat lebih awal.

Namun, ini hanya karena Tohka lebih lambat bangun tidur daripada Shidou.

Kotori menggunakan tangannya untuk menyandarkan dahinya dengan sebuah ekspresi tidak percaya.

“Setelah banyak kesulitan dalam meyakinkannya untuk tinggal menjadi tetangga sebelah, menjadi teman sekelas, jadi tidak ada alasan untuk menyianyiakan kesempatan pergi ke sekolah benar?— Lagipula jika Spirit lain muncul lagi nanti, mereka tidak akan memberikan setiap perhatiannya pada Tohka, jadi kau harus menerima kesempatan ini untuk bersama dengannya.”

“Mu, Muuuu…..”

Shidou memeras keluar satu suara dari tenggorokannya seolah-olah dia mengerang.

—Dunia ini terkadang cenderung akan gangguan tiba-tiba yang diketahui sebagai spacequakes.

Hanya sebagai ungkapannya, [Spasial Gempa Bumi], menggunakan episentrum sebagai inti dari area spasial dalam sebuah perimeter terdesain, dikarenakan sebuah ledakan yang mengejutkan yang menyebabkan apapun disampingnya menghilang.

Memikirkan metode mempredeksi spacequake dan cara-cara cepat membangun lagi bangunan-bangunan yang telah dikembangkan dalam zaman modern ini, ini masih sebuah gangguan alami yang serius.

Namun ini tidak biasanya dipublikasikan—tapi alasan sesungguhnya untuk spacequake ini, ini dikarenakan kehadiran dari [Spirits]

Spirit sesungguhnya tidak ada di dunia ini, sewaktu-waktu mereka terwujud, batasan spasial yang menyebabkan sebuah gempa hebat. Ini sudah dipercayai sebagai penyebab spacequake.

Tentu saja, manusia-manusia yang mengetahuinya memikirkan bermacam-macam rencana untuk bertaha menghadapi ancaman semacam itu.

Di antara rencana-rencana itu bisa dibagi menjadi dua macam.

Satu, menggunakan kekuatan militer untuk membunuh si Spirits.

Sedangkan rencana yang lainnya adalah—

“Kau mengerti Shidou? Seandainya seorang Spirit muncul, kau harus membuatnya jatuh cinta dengan mu.”

“A, aku paham.”

Memandang seolah-olah ia menyerah, Shidou membalasnya dengan desahan.

Itu benar, itulah metode yang lainnya.

Untuk membuat hubungan dengan Spirit, mengajaknya dalam sebuah percakapan dengan mereka, setelah emosinya mencapai puncaknya—cium.

Namun tidak tahu mengapa, Shidou memiliki kekuatan untuk menyegel kekuatan Spirit.

Dan yang menargetkan kemampuan itu, adalah organisasi milik Kotori, <Ratatoskr>.

“Baiklah. Jadi, pergilah ke sekolah dengan Tohka hari ini. Oke?”

“Mn. Aku paham.”

Tidak ada maksud lain di belakangnya. Shidou mengambil tasnya dan pergi ke depan pintu itu.

“Pelan-pelan Shidou. Kau lupa sesuatu.”

Di tengah-tengah, suara Kotori berbunyi, Shidou melihat tangannya.

“Ah? Apa ada sesuatu?”

“Ini dia, ini.”

Kotori mengulurkan tangannya, memperlihatkan perlengkapannya di tangannya.

Kemudian dia mengulurkan jari telunjuknya dan menunjuk di depan telinganya.

Seolah-olah dia menginginkan Shidou untuk memakai perlengkapan itu sekarang juga.

“….Itu? Mengapa aku harus…”

“Karena sekarang waktunya, jadi ayo melatih dirimu ketika saatnya. Baiklah, sekarang kenakan itu.”

Sepertinya, dengan setengah memaksa Kotori memaksa Shidou untuk mengenakannya pada telinga kanannya ketika tersenyum.

“La, Latihan… Sebenarnya untuk apa ini.”

“Jika begitu—Hari ini topiknya adalah, untuk melenyapkan kecemburuan Tohka.”

“Ha….haa? Melenyapkan…..kecemburuan? Apa maksudnya?”

“Nn. Kau masih ingat insiden bulan kemarin ketika Yoshino muncul?”

“…….A,aa.”

Shidou dengan pelan memberengut.

Yoshino adalah seorang Spirit perempuan kecil yang muncul setelah Tohka…..Tapi, ketika dia muncul, Tohka mulai marah-marah untuk alasan yang tidak jelas.

“Itulah kuncinya,jika Shodou menjadi intim dengan gadis lain, Tohka akan menjadi tidak senang.”

“Eh….? Ap, Apa?”

Saat bersamaan Shidou memulai protesnya, Kotori terlihat seperti memberikan kesempatan pada seorang idiot, mengeluakan sebuah desahan.

“B.a.g.a.i.m.a.n.a.p.u.n, jika hubungan Shidou dengan gadis lain itu baik, status mental Tohka pelan-pelan akan menjadi tidak stabil— Pada akhirnya, itu akan menyebabkan sebuah arus balik kekuatan Spirits. Jika itu terjadi setiap waktu bila seorang Spirit muncul, ini akan menjadi menyusahkan.”—”Karena itu,

(Kotori menunjuk telunjuknya di depan Shidou)

Hari ini ketika kau pergi ke sekolah, para staf member <Ratatoskr> akan menangani berbagai masalah terhadap api kecemburuan dari fans Tohka. Shidou, pekerjaanmu adalah menghadapinya ketika itu terjadi.”

“Menghadapinya, tapi….. Itu, bukan persisnya yang harus kulakukan….?”

“Ini akan baik-baik saja, ayo sekarang.”

Namun, Shidou memiliki sebuah ekspersi yang penuh kebingungan, Kotori nampaknya tidak peduli sekalipun, mendorong punggung Shidou melewati pintu itu.

“Ini hampir waktunya Tohka meninggalkan rumahnya, untuk detil selanjutnya, cukup dengarkan instruksi dari transmitter.”

“Tidak, tu, tunggu dulu…”

Meskipun Shidou tidak mengerti situasi ini sepenuhnya, jadi tidak ada gunanya melawan Kotori dalam mode ini, ini fakta yang sudah dipahami dua bulan yang lalu. Tidak memiliki pilihan lainnya, dia mulai memakai sepatunya.

Pada titik ini, suara Kotori terdengar dari belakang Shidou sekali lagi.

“Aaa, benar, benar, ada satu lagi. Mestinya kita punya seorang tamu hari ini. Yah, tidak apa-apa jika ini hanya sebuah sambutan biasa, cobalah bicara dengannya sementara ini.”

“Seorang tamu?”

Mengenai pertanyaan Shidou, Kotori tidak merespon, tapi pergi ke atas. Ketika dia bilang dia akan memberikan instruksi dari mikrophone, sepertinya dia akan pergi ke <Fraxinus> lewat balkon di lantai dua.

Tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Tapi, tidak ada sebuah solusi untuk melanjutkannya seperti ini. Shidou membuka pintunya dan melangkah keluar.

Tiba-tiba, cahaya matahari menyilaukan kornea Shidou.

“Nn….”

Hari ini adalah 5 juni. Sekarang, seharusnya adalah musim hujan, tapi untuk beberapa alasan saat ini langit sedang cerah.—Seolah-olah surga telah menurunkan hujannya bulan kemarin.

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tidak ada awan yang meneduhkan, sinar yang kuat dari cahaya matahari secara langsung menyinari bumi, menyebabkan naiknya temperatur.

Tidak bisa menghadapi panasnya musim panas, Shidou mengganti seragamnya menjadi seragam musim panas.

Pada saat itu.

“Aare…”

Melihat ke arah bayangan hitam yang berdiri di bawah cahaya matahari di luar kediaman Itsuka, Shidou hanya melebarkan matanya.

Berdiri di sana adalah, seorang gadis yang terlihat seumuran dengan Kotori.

Mengenakan sebuah gaun one piece yang keren, sebuah topi musim panas seolah-olah hendak menyembunyikan matanya, dibawah topi itu terlihatlah rambut biru muda layaknya lautan, dan kedua mata safir itu secara konstan melirik ke depan pandangan Shidou.

Juga—apa yang disembunyikannya itu yang di tangan kirinya, untuk beberapa alasan, terlihat memiliki bentuk kelinci yang lucu.

“Yoshino!?”

Tidak ada cara seseorang akan melupakan nama seorang gadis yang memiliki kepribadian semacam itu. Shidou berjalan ke arah samping Yoshino.

“Yahooo—, Shidou-kun. Sudah lama kita tidak bertemu— “

Pada momen ini, boneka kelinci di tangan kiri Yoshino, mulai berbicara dengan membuka dan menutup mulutnya.

“Oh, oh, sudah lama—Itu, um, Yoshinon,”

Ketika sedikit menganggukkan kepalanya, dia membalas pada boneka itu. Boneka ini dipanggil [Yoshinon]. Temannya Yoshino.

Boneka ini sebenarnya adalah boneka yang aneh,suaranya tidak diragukan lagi berasal dari ventriloquism—tapi ketika Yoshino memakainya, dia bicara seperti kepribadian kedua yang diketahui sebagai [Yoshino] akan muncul dari dalam dirinya.

Kunci persoalannya adalah, gerakan-gerakan dan bicaranya boneka itu, yang seluruhnya Yoshino tidak bisa lakukan.

“Apa ada masalah? Apakah hari ini pengecekannya sudah selesai?”

“Nn—, pemeriksaan fisik sudah selesai dengan sempurna—, tapi masih ada yang harus dilatih lagi—”

[Yoshinon] mengatakannya ketika melambaikan lengannya yanng pendek.

“Latihan?”

Saat bersamaan ketika Shidou mengatakannya, [Yoshinon]tiba-tiba mengangkat ujung topi Yoshinon.

“……Sss”

Yoshino nampaknya sangat pemalu, bahunya berguncang untuk beberapa saat.

Tapi setelah menahannya keras-keras, dia membuka bibirnya yang bergetar dan berkata.

“Se, selamat pagi, Shidou-san……!”

Yoshino menggunakan sebuah suara yang lebih terdengar daripada bulan kemarin ketika menyambutnya.

“Woah!?”

Shidou melebarkan matanya, dan mengambil satu langkah mundur.

Yoshino yang sebenarnya pemalu dan ketakutan dengan manusia, sepenuhnya bergantung pada [Yoshinon] untuh mengadapi berbagai permasalahan di luar, dia tidak berbicara banyak dengan semuanya. Ini adalah pertama kalinya Shidou mendengar Yoshino bicara pada volume ini.

Pada titik tertentu, beberapa dengungan bisa didengar dari telinga kanannya,—Itu Kotori. Dia seharusnya sudah di <Fraxinus>.

“Apa? Dia sudah bisa bicara padaku dan Reine, tahu?”

“Sungguh? Bukankah itu hebat Yoshino?”

Setelah Shidou mengatakan itu, Yoshino terlihat malu dengan menurunkan ujung topinya, tapi di tepi mulutnya terlihat tanda-tanda sebuah senyuman.

Kemudian, ditemani oleh suara Chupa Chups yang digerakan di dalam mulut, Kotori melanjutkan bicaranya.

“Jujur saja ini masih terlalu dini, tapi aku memohon untuk membiarkan Yoshino tinggal di luar kapal perang.—Memiliki Yoshino sebagai seorang teman bicara, akumulasi mental stressnya Tohka seharusnya menurun, ini bukanlah sebuah masalah…. Ketika dalam <Ratatoskr>, tidak apa-apa bukan membiarkan Spirit mempunyai pengertian kehidupan bermasyarakat yang baik dan hidup bahagia.”

“Umu. Bukankah itu bagus?”

“Nn. Jadi itulah mengapa kami membiarkannya memperkenalkan dirinya.”

“Begitu ya?”

“Rumah Yoshino di luar kapal perang, apa tempat itu adalah pilihan pertama?”

Mengikuti suaranya Kotori, Shidou melihat ke atas untuk melihat tinggi tingkat kondominium sebelah kediaman Itsuka.

Bangunan itu di mana Tohka saat ini tinggal, dikatakan bahwa <Ratatoskr> mendesainnya secara khusus untuk ditempati oleh Spirit. Meskipun jika sesuatu yang tidak diharapkan terjadi, bangunan itu nampaknya tidak akan mudah dihancurkan.

“Jadi…begitu.”

“Tapi—apakah sebuah percakapan yang pantas bisa diadakan itu masih dipertanyakan.”

“Aah…..”

Itu benar. Meskipun ruangan-ruangannya berbeda, tapi bagaimanapun kau melihatnya mereka bisa dikatakan tetangga.

Tidak, bahkan sebelumnya bahwa Tohka dan Yoshino sebenarnya adalah Spirits. Tapi tidak bisa dimengerti mengapa sampai sekarang Yoshino nampaknya masih memiliki kesan buruk tentang Tohka, ini akan jadi yang terbaik jika mereka bisa bicara baik-baik dengan satu sama lain.

Kemudian, pintu otomatis kondominium terbuka dengan sunyinya.

Seorang gadis berjalan dari dalam sambil menguap.

Dia memiliki rambut gelap segelapnya malam dan nampaknya terlalu diharapkan menarik perhatian di bawah sorotan cahaya matahari, sebuah penampilan yang cantik dan mata kristalnya yang menebarkan perasaan yang kuat.

Itu adalah teman sekelasnya Shidou, Yatogami Tohka.

“………….”

Melihat penampilannya, Shidou menahan nafasnya.

Tohka sekarang tidak mengenakan jaket baratnya yang dipakainya minggu yang lalu, tapi seragam musim panas berlengan pendek dengan sebuah pita.

Yah, Shidou biasanya mengenakan seragam musim panasnya, jadi tidak ada yang heran tentang itu….Tapi ketika melihat seragam yang terlihat lebih menekankan pada figurnya yang baik, dia hanya merasakan jantungnya berdetak dengan kencang.

“Nn…..? Shido!?”

Saat ini Tohka nampaknya memperhatikan kedatangan Shidou, dia melebarkan matanya dan berteriak.

“Ap, bukankah ini kesempatan yang sangat langka untuk bertemu satu sama lain terlalu cepat di pagi hari!”

“Aa, aaaah….. Ka, kadang-kadang pergi ke sekolah dengan Tohka nampaknya bukan ide yang buruk….. Apa salahnya?”

Shidou mengatakannya dengan matanya melirik segala tempat. Pipi dari orang yang ditanyakan memerah, ekspresinya cerah seketika.

“Yah! Umu, itu— kupikir, itu bukan ide yang buruk.”

Tohka mengangguk dengan senangnya. Tidak diketahui mengapa, tapi ketika dia menunjukkan kegembiraannya terang-terangan, itu bisa jadi hal yang memalukan.

Seperti yang Shidou bayangkan apa yang harus ia ucapkan selanjutnya, dia memberikan kotak makan siang di tangannya kepada Tohka.

“Juga, ini. Hari ini adalah hari berbagi.”

“Ooh!”

Tohka menerima bentonya, menunjukkan sebuah senyum yang lebar.

“Apa menu hari ini!?”

“Nn, hari ini adalah asparagus dibungkus dalam bekon, daging dan telur goreng, dan salad makaroni dengan tomat. Ah,dan nasinya adalah nasi goreng dengan ayam.”

“Apa—”

Setelah Shidou mengatakannya, Tohka menampakkan sebuah ekspresi syok, diam-diam melihat sekelilingnya dan memegang kotak makan siangnya dengan erat.

“Apa, itu baik Shido!”

“Ha….Ap, apa?”

Shidou bertanya dengan tanpa petunjuk ketika Tohka melanjutkannya dengan suara yang kecil.

“Asparagus dibungkus dalam bekon, daging dengan telur goreng dan apapun itu terlalu banyak dan bukankah kita akan dalam masalah jika semuanya tahu tentang ini…….? Siapa tahu, mereka mungkin akan membuat kerusuhan karena bento ini—”

“Tidak, mereka tidak akan.”

“Su, sungguh….. Itu bagus. Ta, Tapi, untuk membuat nasi goreng ayam dari nasi itu bukannya aksi menghina Tuhan…. Bukankah ini merusak hukum internasional?”

Tohka mengatakannya dengan nada serius. Sungguh pun, di mana di bumi ini kau akan mempelajari semua ini berasal.

“Bukan itu, bukan itu…. Ah, apa kau tidak suka nasi goreng ayam? Jika kau mau aku bisa menukar kotak makan siang denganmu.”

Karena keduanya memiliki bento yang sama, itu membuat Origami tidak senang. Misalnya, dua minggu yang lalu, menunya mengalami sedikit perubahan-perubahan.

Yah, sejak makanannya berlebihan dari semalam, ada sedikit kesulitan dalam mempersiapkannya.

Tapi instannya Shidou membuatnya untuknya, Tohka memeluk kotak makan siangnya dan *fuun fuun fuun fuun fuun* menggoyangkan kepalanya secepatnya yang seseorang akan khawatir kepalanya mungkin akan terjatuh.

Shidou melihat dia dan membuat sebuah senyum yang bermasalah. Yah, sejauh senangnya Tohka, dan masakannya yang berharga setiap hari.

Tohka, dengan sebuah ekspresi yang masih tampak panik, memegang kotak makan siangnya dengan hati-hati sekali, mengambil beberapa nafas dalam-dalam seolah-olah mencoba untuk mengatur emosinya. Pada momen ini,

“Nu?”

Tohka tiba-tiba melebarkan matanya, dan melihat gadis muda di samping Shidou. Tampaknya dia hanya memperhatikannya sekarang.

“Ooh, itukan Yoshino? Lama tidak bertemu!”

Menunjukkan sebuah senyum inosen, Tohka memulai percakapannya.

Walapun sesuatu telah terjadi, tapi terlihat bahwa Tohka tidak mempedulikannya sama sekali.

“……Ss!”

Namun, Yoshino mulai mundur dengan bahunya yang menggigil.

“Berjuanglah! Berjuanglah!”

“Ss, Uu, Mn.”

Di bawah dorongan [Yoshinon] di tangan kirinya, Yoshino berdiri dengan kuat, *Suu~~* mengambil sebuah nafas dalam-dalam, dan satu langkah ke depan.

Seolah-olah tekadnya telah membulat, alis matanya bergerak.

“Aa….., amenbo, akaina, a, i, u, e, o…….!”(maaf versi bahasa inggrisnya juga tertera ‘Translation note here’)

Tidak diketahui mengapa,dia mulai mengucapkan kalimat-kalimat yang digunakan untuk latihan fonetik [1].

“……Mu.”

Tohka bergumam, mengerutkan alisnya dalam kekhawatiran dan berputar melihat Shidou.

“Ini….. Apa ini? Kode kata-kata?”

“Tidak…..Yoshino?”

Shidou dengan senyum yang dipaksakan dan bertanya, [Yoshinon] melambaikan lengannya dengan suara *pata pata*.

“Aah—, cukup bagus! Latihan membuat semuanya makin baik! Lakukan lagi! Lebih LAGI!”

Setelah berbicara beberapa kata-kata dengan Yoshino. Yoshino mengangguk sedikit, dan sekali lagi berdiri di depan Tohka.

“S, s, selamat……pa, gi….”

Menggunakan sebuah suara yang lebih kecil dari volumnya ketika menyapa Shidou, tapi masih jelas tanpa kekurangan, dia menyapanya.

“Wooah, selamat pagi!”

“……”

Tubuh Yoshino menggigil beberapa saat…tapi ia menahan keinginannya untuk kabur.

Sepanjang waktu berlalu, Tohka dan Yoshino berdiri berhadapan, tidak berganti kata-kata.

Sebab itu, suara tajam Kotori keluar lagi dalam telinga kanan Shidou,

“—Ada apa dengan kesunyian itu Shidou. Yoshino itu cukup sulit. Cobalah mengatakan sesuatu yang berguna.”

“Eh……? Aa, aaaah……”

Sebagai responnya Shidou, dia melirik ke hadapan Yoshino.

Sekarang, dia menjelaskannya, dia terlihat berbeda dari yang dulu.

“Yoshino, kau memakai sebuah topi pantai hari ini.”

Itu benar, pada waktu sebelumnya dia mengenakan sebuah topi.

“…….Ss,……..It, Itu benar.”

Yoshino sebenarnya ingin menyembunyikan drirnya dengan menggunakan [Yoshinon], tapi pada akhirnya ia menahannya, menundukkan kepalanya dan membalas.

“Itu karena……hari ini sangat panas, itu, Reine-san dia….itu.”

“Aaa, tidak heran. Itu cocok denganmu. Kau terlihat manis.”

“……Ss!”

Pada kata-kata itu, wajah Yoshino memerah dengan sebuah *Po!*

Terlihat seperti kepribadian pemalunya itu yang masih tidak berubah. Shidou memberikan sebuah tawa pahit.

“Tahan, bagaimana bisa kau menghentikan Percakapannya seperti ini. Kau tidak pernah bicara dengan Tohka sekalipun.

“Aa….jika begitu.—He, Hei, Tohka, apa kau berpikiran seperti itu?”

“Mu?”

Dia mungkin tidak tahu bahwa subjek percakapannya akan bergilir kepadanya, Shidou merespon dengan sebuah nada yang sedikit terkejut. Setelah itu, pandangannya turun berhadapan ke arah Yoshino sekali lagi.

“Nn. Umu. Itu sangat manis, Yoshino.”

“…..Ss! T…Terima kasih banyak….”

Yoshino membalas ketika melihat ke tanah, dengan memaksa mengangkat kepalanya ke hadapan Tohka.

“I, Itu….Tohka-san, juga….sangat manis…..”

“Nu? Ap, Apa…..itu memalukan.”

Mengatakan itu, Tohka menggembungkan pipinya. Tohka dengan malu-malu tersenyum. Sekali lagi menggerakkan pandangannya ke hadapan Shidou. Hanya Tuhan yang tahu, tapi pipinya sedikit demi sedikit memerah.

“Shi, Shido apa kau…..berpikiran sama?”

“Heee!?”

Tidak menyangka percakapannya akan bergilir padanya, Shidou memberikan sebuah balasan yang tidak logis.

“Hari ini, aku mengenakan seragam yang berbeda… Bagaimana kelihatannya?”

Menunjukkan yang sudah diperhatikan pada saat mereka melihat satu sama lain. Seragam musim panas SMA Raizen yang keren, sepenuhnya sesuai dengan Tohka. Manis pada titik siapaun yang berani menolaknya maka harus dieksekusi, seseorang harus mulai berterimakasih pada cuaca di Jepang karena ini.

“Oo,oooh…..Kau cocok dengan itu.”

“…..Mu, jika begitu.”

Setelah Tohka mengatakannya, sekelilingnya sekali lagi terdiam dalam kesunyian.

Secepatnya, sebuah suara beep terkirim dari telinga kanannya.

“Hey, itu buruk tahu!”

“Ap, Apa salahnya….?’

“Ada yang salah dengan ucapanmu, tentu saja itu salah. Apa yang kau lakukan Shidou. Latihannya sudah dimulai ,tahu?”

“Haa….? Ap, Apa maksudmu?”

Seolah-olah Shidou menurunkan suaranya, kotori dengan kerasnya mengeluh.

“Sudah kubilang padamu. Pelajaran Tohka, adalah tidak membiarkannya cemburu—Shidou, sejak kau telah mengatakan ‘Kau terlihat manis’ pada Yoshino, mengapa kau tidak mengatakan hal yang sama pada Tohka?”

“Heeei…….?”

Shidou mengeluarkan suara bodoh seolah-olah dia mengingat lagi aksi sebelumnya……Sekarang, yang dia maksudkan, disamping dari ‘Kau cocok dengan itu’, tidak ada yang harus dikatakan tentang orang yang seperti dirinya.

“I, Itu tidak berjalan huh…..?”

“Tentu saja begitu. Mengatakan kata-kata rayuan pada gadis lain seperti ‘Kau manis’, tapi tidak mengatakan itu kepadanya,—Meskipun jika dia tidak memperhatikannya, tapi emosinya menurun perlaha-lahan.

“Ti, tidak, tapi Tohka akan memikirkannya—”

“Ku katakan padamu.”

Kotori bicara dengan sebuah suara sepeti peringatan.

“Ketika Tohka yang sesungguhnya adalah seorang Spirit, dan jelas berbeda dengan manusia dalam berbagai cara. Tapi kau tidak bisa memperlakukannya secara tidak sama dalam area tertentu. Tohka dalam area ini, tidak lain hanya seorang gadis normal.”

“……”

Mendengar kata-kata itu, Shidou menggigit bibirnya dengan keras.

Meskipun dia berkata dia akan membiarkan para Spirit hidup dalam kenormalan, tapi nampaknya pada beberapa tingkatan, dia masih melihatnya sebagai eksistensi yang spesial..

Shidou dengan erat mengepalkan genggamannya dan menghadap pandangan Tohka, dan bicara.

“Toh, Tohka!”

“Y, ya….!?”

Dikarenakan volumenya tiba-tiba meningkat, Tohka nampaknya ketakutan dengan bahunya yang bergetar sedikit.

“A, Apa itu Shidou?”

“K, Kau juga manis!”

“Hu…..hueh?”

Tohka memerah kemalu-maluan, tubuhnya mengarah ke belakang.

Tidak diketahui mengapa, wajahnya mulai memerah karena sudah semestinya. Tapi Shidou tak mengindahkannya ketika dia melanjutkan perkataannya.

“Aaa, manis! Sangat manis! Seragam musim panas itu cocok sekali denganmu! Ketika kamu datang keluar dari kondominium, kau membuatku terkejut! Aku tak bisa melepaskan mataku dari dirimu! Tahu-tahu aku tak bisa berbicara! Kamu yang manis! Pada tingkatnya aku tidak bisa menjelaskannya lagi—”

Pada titik ini, Tohka menggunakan tangannya untuk menutupi mulut Shidou, menyegel kata-kata yang ingin ia ucapkan.

“Mu….mugu.”

“Aku, aku sudah mengerti jadi waktu habis.”

Mengatakan itu, dengan cepat Tohka memutar punggungnya ke depan dia.

Sampai sekarang apa yang telah ia katakan sesungguhnya berasal dari hatinya. …..Tapi, itu nampaknya sedikit terlalu efektif.

Seperti yang Shidou pikirkan tentang ini, tawa yang keras datang dari transmitter.

“Pu…….., kuku, haha, ahahahahahahahahahahahahaha!”

Tanpa perlu dipikirkan bahwa Kotori lah seseorang yang tertawa itu. Shidou bisa mendengar sedikit pergerakan dari sebuah kursi. Nampaknya dia mengatur posisi duduknya.

“Cukup baik juga Shidou. Seperti seorang idiot lakukan.”

“Di….Diamlah….Aku tahu itu sendiri.”

Shidou mengerang, dahinya mulai berkeringat.

“Tapi, nampaknya aku membuatnya gila lagi……Hei Kotori, apa yang harus kulakukan sekarang?”

“Haa?Apa maksudmu?”

“Eh?”

“Emosinya Tohka meningkat dengan cepat, dan berhenti pada tingkat maksimum. Kau membuatnya dalam kebahagiaan yang sempurna. Mengapa kau tidak berjalan ke depan Tohka dan melihat ekspresinya? Ini akan menarik kurang lebih.”

“Ah……? Ap, apa?”

Shidou mulai bertanya. Tapi Kotori meresponnya, dan lanjut berbicara.

“Yah….Aku tidak akan menghukummu untuk waktu ini.—Tch, ini sudah hampir waktunya memanggil Yoshino kembali sekarang. Kau akan terlambat jika kau tidak pergi ke sekolah sekarang juga, tahu?”

Seperti yang Kotori katakan, Yoshino memberikan anggukan dalam-dalam.

“Ha, Hari ini, aku harus…..kembali sekarang juga. Tolong jagalah……..Shidou-san, Tohka-san.”

“Ooh, datang lagi oke?”

“Nn—selamat tinggal.”

Dengan ringan Shidou dan Tohka melambai. Yoshino memberikan anggukan dalam yang lain, dan berlari dengan suara *pata pata*.

“……Kalau begitu sekarang ayo pergi , Tohka.”

“Nn, yeah.”

Shidou dan Tohka mulai berjalan memelalui jalan beraspal bersama-sama……Tapi,

“…..Tohka? Kau bisa tunggu sebentar?”

Memperhatikan sesuatu yang salah dengan pandangan punggung Tohka, Shidou berhenti dalam jalurnya.

Itu benar—bajunya Tohka adalah seragam musim panas yang keren. Artinya yang dikatakan, celana dalam yang normal itu—terutama tali pengikat bra-nya seharusnya sedikit terlihat. Tapi….

“Nu? Apa ada yang salah?”

“Tohka….Kau, apa kau melakukannya dengan baik….memakai benda….itu semestinya?”

“? memakai apa itu?”

“…….Br, bra.”

Shidou pelan-pelan menggumamkan benda itu. Tapi Tohka menundukkan kepalanya ke samping dengan sebuah ekspresi ragu-ragu.

“Bra? Apa itu?”

“……………..?”

Shidou menahan nafasnya, pada saat bersamaan dia mendorong Tohka kembali ke apartemennya.

“Ap, apa masalahnya Shido?”

“Itu bukan sesuatu yang bisa kau katakan ‘apa masalahnya’!! Kau, jangan bilang kau, tidak pernah menggunakannya semenjak itu!?”

“Se, seperti yang kukatakan, apa itu”

“……………..!”

Shidou memencet mikrofon di telinganya. Setelah itu, suara Kotori bisa didengar.

“Aaa, begitu, meskipun aku menyebutkan yang sudah kami persiapkan……Tapi nampaknya dia tidak pernah tahu apa gunanya di dalam tempat pertama.”

“Sekarang bukan waktunya untuk itu! Itu masih bisa dilalui jika seragamnya adalah seragam musim dingin, tapi jika siuasi sekarang berlanjut……..?”

“Yah, itu seharusnya ditempatkan dalam kompartemen[2]paling atas lemari Tohka, mengapa kau tidak mengajarinya cara memakainya?”

“A, aku….!?”

“Apa ada seseorang di sekitarmu. Baiklah, kau akan terlambat jika kau tidak cepat-cepat?”

“……Aaargh, siaaal…..”

Shidou dengan tekadnya yang sudah bulat, berputar ke hadapan Tohka.

“Tohka, bisakah kau membawaku ke kamarmu?”

“Nu……?Aaa, kupikir tidak apa-aoa…..”

Di dahului oleh Tohka yang terlihat bermasalah ke dalam ruangannya. Mungkin ini dilakukan sebagai tindakan pencegahan, tapi sebelum memasuki ruangan, mereka lewat melalui tiga lapis dinding yang sangat sama dengan gudang bawah tanah bank. Terlihat seperti ruang lingkup apartermen tidak seluas yang terlihat dari luar.”Di sini.”

Mengatakannya, Tohka membuka pintunya. Tata ruang dalam ruangannya hampir sama seperti arpatemen yang normal.

Shidou menutup pintunya dan melihat lebih dalam koridornya.

“Sa, sangat bagus, selanjutnya bisakah kau membawa benda di dalam kompartemen paling atas dalam lemarimu?”

“Nu….?A, aku paham.”

Tohka melepas sepatunya ketika memiringkan kepalanya, mengikuti instruksi Shidou, dan membawa sebuah bra merah muda padanya.

“Apa tidak apa-apa seperti ini?”

“Errn, aa, aaaa……”

Dengan pengalaman dalam melihat sebuah celana dalam gadis ynag berusia sama yang mendekati nol. Shidou melambai ke Tohka dengan wajak memerah.

“Ba, baiklah Tohka, bawakan itu pada…..”

Meskipun ini adalah khusus yang tidak ada seseorang yang akan mendengar, tapi Shidou tetap merasa sangat malu seperti ia mengecilkan suaranya.

Saat bersamaan metode meggunakan sebuah bra diajarkan lewat berbisik. Wajah Tohka berubah menjadi kemerahan.

“Ap…..! Apapapapa yang kau katakan Shido——!”

Ketika Shidou melanjutkannya, Tohka mengangkat branya tinggi-tinggi dengan kedua tangannya dan melihatnya.

“Letakkan……di dada …… secara langsung…..?”

“Aaa, itu benar.”

“Mu, muu…..haruskah aku memakainya?”

“….Itu benar. Akan ada……masalah jika kau tidak memakainya.:

“Dalam, dalam kasus apa ini akan menjadi masalah?”

“Tidak…..Ini masih baik-baik saja sekarang, tapi jika kehujanan…..itu, akan…..”

Beberapa saat kemudian, setelah nampaknya mengerti dengan apa yang Shidou maksud dengan kata-kata itu, Tohka sudah merah wajahnya memasuki sebuah tirai terdalam. Jika ini berada di dalam manga, asap mungkin akan keluar dari kedua telinga sekarang ini.

“Ap….Apa yang kau pikirkan!”

Tohka berteriak ketika ia menutupi dadanya dengan kedua tangannya.

“Itulah, karena Itulah mengapa aku bilang padamu untuk memakainya!”

Setelah itu, Tohka melihat bra-nya sekali lagi ketika mengerang “Umu………”

“Aku, Aku sudah tahu itu. Akan kukenakan untukmu untuk dilihat….”

Mengagguk dengan telinganya yang memerah, di berlari keluar koridor dengan suara *pata pata*.

“Haaa…..itu sungguh berbahaya.”

Fuuu, Shidou mendesah ringan.

—Namun, beberapa menit kemudian, Tohka muncul lagi di koridor dengan malu-malu sekali lagi.

“Shi, Shido….Apa tidak apa-apa seperti ini?”

Menyelesaikan kalimatnya, Tohka berjalan dengan gemetaran.

Tidak diketahui mengapa alasannnya, tapi kemejanya yang dilepas sekarang dikenakan secara terbalik.

“Tohka…..Ad, ada apa dengan penampilan itu?”

“B, bagaimana mengaitkannya….”

“Aaaah….”

Hanya sebuahkalimat, Shidou seketika mengerti alasannya untuk situasi ini.

Ini pertama kalinya dia mengenakan bra setelah semuanya. Mencoba mengaitkannya dengan dia sendiri seharusnya terlalu sulit baginya.

Seperti yang Shidou bingung memikirkan bagaimana caranya——

“Sudah cukup kau mencoba memikirkannya, ke sanalah dan pinjamkan ia sebuah tangan.”

Kotori mengatakannya seolah-olah itu adalah sebuah pekerjaan sehari-hari. Pipi Shidou mengejang beberapa kali.

Meskipun dia ingin menangkis sesuatu kembali…..Tapi tidak ada metode alternatif yang lainnya. Shidou menelan ludahnya, membuka mulutnya yang bergetar dan berbicara.

“A….Akan kukaitkan untukmu, jadi berbaliklah.”

“Ap…..”

Tohka melihatnya dengan mata yang melebar, gagal dalam memikirkan cara yang lain, dia sama seperti dirinya dalam area ini.

Setelah beberapa keraguan, Tohka pelan-pelan berbalik, punggunnya mengahadap Shidou.

Dari renggangannya di antara kemeja yang tidak dikancing, dia bisa melihat punggung yang cantik itu. Shidou hanya bisa menelan ludahnya.

“Ja, jangan menatapku….”

Tohka dengan malu-malu memutar wajahnya, menggunakan kedua tangannya untuk memegang bahunya, seolah-olah kemejanya akan terjatuh seketika.

Shidou dengan liarnya mengguncangkan kepalanya.

“A, aku mengerti…..”

Saat bersamaan keringat mulai mengalir dari pipi Shidou, dia bergumam “Ini tidak akan membantu, ini tidak akan membantu”, menggunakan jari jemarinya yang gemetaran untuk mengaitkan branya. Pada saat bersamaan,

….Lain waktu akan kubeli pengait depannya, dengan mantap Shidou memutuskannya di dalam hatinya.

Bagian 3[edit]

“Muuu…. Aku merasa tidak nyaman bergerak-gerak dengan ini.”

“….Hadapilah. Begitulah keadaannya.”

“Mu, muuuu.”

Tohka nampaknya tidak terbiasa sebagaimana ia masih memutar tubuhnya. Shidou memegang dahinya yang masih belum segar dan mendesah.

Sepertinya, sekitar sepuluh menit berlalu dalam keheningan.

Shidou dan Tohka yang hanya berjalan dalam sebuah perempatan, nampaknya mendengar langkah kaki seseorang yang berlari.

“Eh?”

Alis mata Shidou mengkerut sebagaimana dia berbalik menghadap arah suara itu, tapi sudah terlambat.

Di kirinya, seorang gadis yang terlihat seperti siswa SMA, menggigit sepotong roti dan,

“Aku terlambat Aku terkambat~!”

Mengucapkan kalimat yang sama yang akan dikeluarkan shojo modern dalam manga, dia datang berlari dengan sebuah kecepatan yang mengerikan. Catatan sampingnya, meskipun dia menggigit roti panggannya, pengucapan kalimatnya sungguh sempurna.

“Apa…..!”

Bermaksud untuk menghindar, tapi sudah terlambat, Shidou terjatuh oleh gadis SMA itu, mendarat dengan pantatnya.

“Aa…..Ow ow ow.”

“A, Apakah kau baik-baik saja, Shido——!”

Tohka dengan cepat menunduk dan menanyainya dalam kekhawatiran.

“Yah, aku baik-baik saja tapi….”

Shidou menepuk belakangnya ketika dia berdiri, melihat ke arah gadis yang membuatnya terjatuh. Jika Shidou, sebagai seorang lelaki, merasakan kekuatan tabrakan yang kuat, seharusnya itu tidak bisa dihadapi oleh gadis itu.

“S—Sakit!”

Seperti yang diharapkan, gadis itu pada jarak yang dekat dengannya, mengeluarkan sebuah teriakan. Namun——

“Nnap…..”

Wajah Shidou berubah kemerahan, bahunya berguncang.

Sepenuhnya itu tidak bisa dimengerti. Itu karena gadis itu terjatuh karena jalannya, dengan baiknya melipat roknya, menunjukkan pantatnya pada Shidou.

….Aku tidak tahu kenapa, tapi ini terasa seperti ketika dia terjatuh, dia mengambil kesempatan untuk menggulung roknya dalam kekacauan.

“——Kya!?”

Tapi kecurigaan Shidou, dengan cepat diterbangkan oleh teriakan gadis itu.

Gadis itu dengan tergesa-gesa menutupi celana dalamnya, melihat ke arah Shidou dengan pipi bersemu kemerahan.

“Ka, Kau melihatnya?”

“Tidak, tidak, itu….”

Ketika Shidou menjadi bermasalah dalam caranya membalasnya, gadis itu pelan-pelan mengangguk dan berjalan mendekati Shidou.

“Aku telah dilihat oleh seorang pria seperti itu…..Sekarang aku tidak bisa menikah lagi!”

“Haa…..!? Tidak, itu.”

Pada titik ini, si gadis secara tiba-tiba menekan tubuhnya pada Shidou.

“Hyii….!?”

“Ap——!”

Tidak hanya Shidou, bahkan Tohka terdiam tanpa sepatah katapun.

Tapi, gadis itu tidak memikirkannya, menggunakan jarinya dia menggambar lingkaran-lingkaran pada dada Shidou dan melanjutkannya.

“Akankah kamu……bertanggung jawab?”

“Eh, tidak, meskipun kamu bilang begitu…..”

Keringat turun dari wajahnya, Shidou menggeser pandangannya. Aaa, cuacanya sungguh panas. Sungguh pana, sungguh panas.

“Ma, masih tidak melepaskannya, kau!”

Secepatnya Tohka ingin menyerang bahu gadis itu, gadis itu dengan mudahnya menghindar, meninggalkan pinggang Shidou.

“Kumohon, maukah kamu memikirkannya!........Apa yang akan…….terjadi selanjutnya.”

Setelah dia mengatakan itu, tidak diketahui mengapa, dia berlari di arah dia datang.

Tohka, setelah melihatnya, terdiam beberapa saat, “Uu—”, dia mencibir bibirnya dan menatap ke arah Shidou.

“A, apa masalahnya……Tohka.”

“…….Tidak, tidak ada.”

Tohka berbalik, dan berjalan ke depan arah sekolahnya.

Saat ini, transmitter di telinga kanannya mulai berbunyi.

“Shidou, keluar~~”

“Ap…..?”

Shidou mengernyitkan alisnya, mengikuti keluhan ketidaksabaran Kotori.

“Shidou, apa yang kau lakukan. Mengatakan itu hanya sebatas tidak tidak. Kau tak bisa membiarkan Tohka melontarkan kemarahannya.”

Pada titik ini, Shidou akhirnya menyadari situasinya.

“Jangan, Jangan bilang padaku gadis itu adalah anggota….. <Ratatoskr>…..!?”

“Benar. Salah satu dari staff kami. Mengapa, kau tidak bilang kepadaku kamu menyesal?”

“……Guwuaa.”

Wajah Shidou mengkerut ketika dia menarik rambutnya.

“Aa—aa, mengapa kau tidak membuat sebuah cara yang lebih damai untuk menghadapi situasi itu.——Atau, ada baiknya melakukan sesuatu yang akan menyelamatkan situasinya.”

“Me, menyelamatkan?”

“Ya, dengan lembut peganglah bahunya, berbisiklah dengan lemah lembut di telinganya:’Jangan lontarkan sebuah kemarahan semacam itu, aku tidak tertarik dengan gadis lain selain dirimu…..?’ atau, semacam itulah.”

“Jika itu mungkin…..! Di tempat pertama, mengapa tidak melakukan sesuatu yang akan membuat perasaan Tohka lebih baik?”

“Hehe, jangan katakan itu, ini hanya pekerjaan mudah, apa kau tidak apa-apa dengan hanya berdiri di siniseperti seorang idiot? Bayangannya Tohka hampir hilang tahu.”

“! Ha……”

Bahu Shidou bergetar, menggerakan arah pandangnya ke depan. Tapi, figur Tohka sudah menghilang.

“Oh tidak…..”

Dia hancur dalam larinya yang kalut, tapi anehnya dia dengan cepat melihat figur Tohka sekali lagi.

Seolah-olah bersembunyi di sekitar pojokan, Tohka berdiri di sana dengan pipinya yang pelan-pelan menggembung.

“Toh, Tohka…..”

“…….Nn. Ayo, Shido!”

Sepertinya dia menunggu Shidou, tapi nada yang tidak senang itu masih tidak menghilang.

“Ooooh, oke…..”

Shidou memberi balasan ynag pendek, otaknya berpikir dengan keras.

Menelan ludahnya dalam-dalam, tekadnya telah membulat, pelan-pelan membawa lengannya di sekeliling bahu Tohka…..Itu pasti dipikirkan menjadi sebuah rencana.

Tapi, nampaknya dia tidak memiliki keberanian untuk melakukannya.

Dengan lembutnya menepuk Tohka di bahunya, Tohka memutar-mutar kepalanya. Dan kemudian,

“J, jangan, jangan melontarkan kemaraham semacam itu, aku, aku tidak tertarik dengan gadis lain selain dirimu….?”

Tidak ada yang harus kehilangan jika itu dikatakan, Shidou mengikuti instruksinya dan melakukannya.

“….!”

Ketika Shidou menyelesaikannya, Tohka seketika melebarkan matanya dan melihat.

“Kau, apapapapapa yang kau katakan Shido…….!”

“T, tidak…..ma, maaf, lupakan tentang itu.”

Pada saat bersamaan ketika dia menerima balasan dari Tohka, dia merasa sungguh malu seperti ingin mati saja. Shidou melambaikan tangannya dan mencoba menyembunyikannya.

“Mu……muuuu.”

Tidak diketahui mengapa, Tohka mengerang dengan pelan, dan sekali lagi mulai berjalan lagi

…..tapi, rasanya, langkah kakinya sepertinya lebih ringan sekarang.

Bagian 4[edit]

Dari kediaman Itsuka menuju SMA Raizen, jarak perjalanannya sekitar tiga puluh menitan.

Jika ini kebiasaannya ,Shidou mungkin sudah sampai di sekolah sekitar jam delapan—— Tapi karena ia menuggu Tohka, dan berbagai macam masalah yang terjadi, mereka sedikit terlambat.

Jarum-jarum jam yang terletak di luar sekolah menunjukkan pukul 8:20 pagi. Masih ada sepuluh menit sebelum homeroom pagi.

“……Kita akan terlambat kecuali kalau kita bergegas.”

“Nn, kau benar.”

Mengatakannya, mereka berjalan ke dalam pintu masuk. Pada saat ini.

“Itsuka-senpai!”

Menunggu di pintu masuk adalah seorang gadis yang nampaknya masih di tahun pertama, memohon pada Shidou.

“Eh…..aku?”

“Ya……”

Gadis itu nampaknya gelisah, dengan malu-malu memberikan sebuah benda seperti surat kepada Shidou.

“Aku selalu menyukai Senpai! Kumohon, maukah kamu membacanya?”

“Ha……haaa!?”

Shidou melirik pada bingkisan yang diserahkan gadis itu kepadanya. Amlpop itu dengan sebuah hati untuk penyegelnya.

Terlihat sangat seperti sebuah dandanan lama surat cinta.

“Su……,surat cinta……!?”

Tubuhnya berguncang. Shidou mengambil satu langkah mundur.

……Tapi, terlalu cepat dia memperhatikan sesuatu. Tidak ada alasan untuk pekerjaan seperti ini untuk tetap terjadi, meskipun sepertinya dia adalah salah satu dari staff <Ratatoskr>. Jika aku tidak kuat-kuat menolak ini, tidak ada alasan alaramnnya akan berbunyi seperti beberapa waktu yang lalu, dan aku akan dihukum untuk memainkan game yang menyiksa itu. Shidou menelan ludahnya, mengambil amplop itu, berniat merobek-robeknya menjadi kecil-kecil——Namun, melihat mata gadis itu yang berlinangan air mata, dia hanya bisa menghentikan dirinya.

…….Meskipun begitu, aku tahu dia adalah salah satu dari para staff, aku akan berusaha melawan suara hatiku untuk melakukannya.

Shidou menyerahkan lagi surat itu kepada gadis itu dan menggoyangkan kepalanya.

“Ma, maaf. Aku tidak memiliki kemampuan untuk menjawab harapanmu…..”

Setelah Shidou menyelesaikannya, ekspresi gadit itu terlihat seolah-olah dia akan meledak menjadi air mata.

“Itu…..itu benar. Maafkan aku karena menjadi terlalu jujur…..!”

Gadis itu dengan cepatnya berbalik, dan berlari menuruni koridor itu.

“Araara. Sungguh kasihan.”

“Humph, siapa yang akan terjatuh hanya karena trik yang nyata seperti itu?”

“……Meskipun kami merencanakan kejadian surat cinta, tapi staff kami tidaklah membuat satu gerakan saja, tahu?”

“Eh?”

Wajah Shidou tak disengaja berkedut.

Dengan demikian, Shidou melihat sekeliling dengan ekspresi yang memalukan, dan memperhatikan gadis lain. Sama seperti sebelumnya, sebuah surat cinta ada di tangannya.

“D, dia adalah….”

“Salah satu staff kami.”

“D, dan anak yang lainnya adalah?”

“Menerima sebuah surat cinta dari seorang kouhai, membiarkan ini terjadi sekali dalam seumur hidupmu adalah peluang jalan keluar untukmu. Ini akan sulit bagimu untuk menolak surat cinta itu.”

“………..”

Shidou menggerakkan arah pandangannya di sekitar dengan tanpa sepatah kata pun.

“…? Apa yang dia maksud dengan itu. Aku tidak mengerti.”

“Yah, pada akhirnya kau tidak menerima sebuah pengakuan di depan Tohka, karena itulah ini masih dianggap aman.”

“……B, begitu ya?”

Shidou membalas dengan suara yang bergema.

“? Apa gadis itu dari sekarang menginginkan sesuatu, Shidou?”

Suara keragu-raguan Tohka datang dari belakang. Shidou seketika menggelengkan kepalanya.

“Tidak…….itu, tidak ada.”

Pada waktu di titik ini, dia sekali lagi mendengar suara Kotori.

“Tapi, itu berarti bahwa hukuman hari ini sudah tidak bisa digunakan. Sungguh——buruk.”

“…..Apa yang kau rencanakan padaku jika aku gagal?”

“Nn—? Akan kusebarkan foto Shidou di masa lalu ketika kau menaruh lilin di rambutmu, memamerkan ekspresi seperti ‘Bukankah aku terlihat hancur bila seperti ini?’ di seluruh kota.”

“Jangan disebarkan!”

“Kemudian, ini juga tentang waktuku untuk menghadiri homeroom, saatnya pergi ke sekolah.Itu, jangan lupa pelajaran hari ini.”

Meninggalkan kalimat tersebut, transmisinya telah dipotong.

“Oh ya……”

Bagian 5[edit]

Menggeser pintu dan memasuki kelas, di papan tulis di dekat pintu tertulis sesuatu yang ditulis teman sekelasnya Tonomachi Hiroto, yang melihat kehadapan Shidou.

“Aa——? Aku berpikir mengapa kau berbeda dari yang lainnya, jadi itu karena kau bersama-sama dengan Tohka-chan. U——wa, u——wa.”

Mengatakannya dengan wajah sedih, kapur yang berada di tangannya menggambar sebuah aiaigasa[3]. Tentu saja tertulis nama [Itsuka] dan [Yatogami].

“Apa kau seorang sarjana kelas?”

Shidou tertawa kering.

Namun Tohka menunjukkan sebuah ekspresi yang sangat bermasalah, melihat-lihat ke arah Shidou dan Tonomachi.

“Mu…muuu, kita tidak bisa pergi ke sekolah bersama-sama…..? Aku tidak tahu ada semacam peraturan seperti itu….”

Tonomachi melambai-lambaikan tangannya dalam kepanikan, seolah-olah mencoba menghapus kata-katanya pada papan tulis.

“I, itu tidak seperti itu——Bagaimana itu bisa terjadi Tohka-chan? Ini bisa dikatakan sebagai sebuah model yang sempurna——atau haruskah kukatakan itu seperti sebuah ledakan riajuu——”

Merespon pada penjelasan Tonomachi, Tohka melebarkan matanya.

“Riajuu? Apa itu?”

“Aaa—itu seseorang seperti Shidou yang tidak menderita dari kekurangan seorang gadis, seorang pria yang sangat bagus.”

“Hei……”

Shidou mendelik ke Tonomachi dari sudut matanya. Tapi Tonomachi tidak kabur dalam ketakutan, malah dia menunjukkan seringaian yang lebar.

“Mu, jika begitu. Tapi…..Itu menyusahkan. Jika Shido akan meledak, aku akan menjadi……sangat sedih. Apa kau tak bisa melakukan sesuatu tentang hal itu?”

Dengan tanpa sindiran yang tajam dan candaan, dengan polosnya Tohka mengatakannya.

Di balik pandangan yang polos itu, Tonomachi——

“Te……..Terkutuklah kauuuuuuuuu!”

Berteriak dengan kerasnya dan berlari menuju koridor.

“Aaaaah, Apa, Tonomachi dia….”

“Yah, lupakan saja, jangan pikirkan dia. Dia akan kembali sebentar lagi.”

Mengatakannya, Shidou pergi ke depan tempat duduknya di barisan kedua.

Melihat tempat duduk di samping kirinya. Seperti biasa, seorang gadis yang cantiik duduk di sana.

Kulit pucat dengan ekspresi seperti sebuah boneka, gadis itu nampaknya membuat sebuah atmosfir yang nampaknya tidak ada di dunia ini.

“Se, selamat pagi………Tobiichi>”

“……..”

Sungguh tekanan yang mengerikan.

“——Pagi, Origami.”

Seperti yang akan diulanginya lagi, gadis itu—Tobiichi Origami meresponnya dengan menganggukkan kepalanya sedikit.

Sambutan dingin yang biasanya. Namun, hari ini tidak akan berakhir dengan mudah.

Origami melihat lewat bahu Shidou dan mengidentifikasi figur Tohka, padangannya menajam.

“Kamu berdua datang ke sekolah bersama-sama.”

“Eh? Aa, aaaah…….I, itu benar.”

“Begitu ya?”

Tidak menunjukkan ekspresi apapun, tidak ada perbedaan dengan nadanya yang manapun. Lalu, mengapa ada banyak tekanan perasaan.

“……Nu?”

Mustahil untuk tidak memperhatikan atmosfir semacam itu. Di tempat duduk sebelah kanan Shidou, Tohka memandang Origami setelah menaruh makan siangnya dan tasnya.

“Apa kau, kau mau sesuatu?”

“Tidak ada.”

“……..Humph.”

Tidak menyembunyikan ketidak senangannya, Tohka membuat sebuah suara.

Itu benar, normalnya Tohka tidak akan memperlakukan seseorang dengan sikap permusuhan……..Tapi gadis ini adalah spesial.

Yah, itu memang tidak tertahankan.

Origami adalah milik JGSDF, AST— Bisa dikatakan, manusia yang direncakanan untuk menggunakan kekuatan militer untuk menghancurkan Spirit seperti Tohka.

Dan bicara yang sebenarnya, sebelum Shidou menyegel kekuatan Tohka, mereka tidak memiliki pertempuran semaacam ini di antara mereka.

Terlebih lagi, kedua orang tua Origami telah dibunuh oleh Spirit, memiliki permusuhan yang abnormal dan kebencian terhadap Spirit. Itu tidak akan membantu jika mereka tidak bergaul dengan semestinya.

Pada saat itu ketika waktunya, suara bell berbunyi dari PA system.

“…..! Ba, baiklah, homeroom sudah dimulai! Tohka, duduk yang baik, oke!?”

“Nu? Uu, umu…….”

Tohka duduk dengan tergesa-gesa di tempat duduknya.

Sama juga dengan Shidou, dia berterima kasih kepada surga dalam hatinya atas apa yang dia lakukan.

Siswa-siswa yang menyebar berangsur-angsur kembali ke tempat duduk mereka. Satu catatan samping, Tonomachi juga telah kembali ke dalam kelas lewat pintu belakang dengan menyelinap. Anehnya dia adalah seseorang yang patuh pada peraturan.

Tidak lama kemudian, pintu kelas terbuka. Seorang perempuan yang mengenakan kacamata berambut keriting pendek berjalan ke dalam kelas.

Menirukan seorang murid bagaimanapun kau melihatnya, tapi dalam tubuhnya dia sebenarnya adalah seorang guru homeroom. Okamine Tamae dua puluh sembilan tahun ( nama panggilan: Tama-chan)

“Baguslah, selamat pagi semuanya.”

Setelah membuat sambutan yang biasanya, Tama-chan-sensei mengeluarkan buku kehadiran siswa——Dan secara tiba-tiba dia berhenti.

“Aaa, benar juga. Ada sesuatu yang haru saya bilang kepada kalian semua.”

Setelah itu, dia mensurvei kelas yang berisik itu dengan matanya yang nampaknya menunjuk pada sesuatu.

“Huhu, yah, kelas ini, akan memiliki murid pindahan!”

Setelah sebuah jeda yang pendek, Tama-chan-sensei mengatakannya. Secepatnya, kelas terisi dengan sebuah “OOOOOOOOOOOOOOOOHHHHH” yang bergema.

Yah, itu memang bisa dimengerti.

Lagi pula pembicaraan tentang murid pindahan itu, itu adalah salah satu peristiwa terbesar di sekolah. Berbicara yang sebenarnya, ketika Tohka pertama kali pindah ke kelas ini, semuanya sepertinya sangat senang.

“………Nn?”

Pada saat ini, Shidou memiringkan kepalanya.

Tohka dipindahkan (anggap saja itu seperti ini sekarang) ke sini beberapa bulan yang lalu, bagaimana mungkin ada murid pindahan baru di kelas ini. Dalam tambahan, total teman sekelas seharusnya tidak kurang dari kelas yang lainnya.

“Baiklah, silahkan masuk—”

Deretan-deretan pemikiran Shidou, terpotong oleh suara lembut Tama-chan-sensei.

Pelan-pelan pintunya terbuka dan murid pindahan itu masuk ke dalam kelas.

Secepatnya, kelas itu terjatuh ke dalam kesunyian yang sempurna.

Munculnya seorang gadis muda. Meskipun ini adalah hari yang panas, dia masih mengenakan jaket seragam musim dingin dan stoking hitam.

Seperti sebuah bayangan, deskripsi itu sangat sesuai.

Rambut hitam pekat, jumbainya yang panjang menutupi bagian kiri wajahnya, di samping itu dari mata kanannya tidak ada sesuatu yang bisa dipandang sepintas.

Tapi, tidak hanya itu, gadis itu sama dengan Tohka—seorang Spirit yang menunjukkan kecantikan dari dunia lain—memiliki daya pikat menarik yang tidak akan dikeluarkan olehnya.

Gu, suara semua orang menelan ludah mencapai telinga Shidou.

“Sekarang, silahkan perkenalkan dirimu kepada semuanya.”

“Nn.”

Di bawah dorongan Tama-chan, gadis itu menganggukkan kepalanya dengan gerakan yang lemah gemulai, mengambil kapur tulis dengan tangannya.

Dan di papan tulis, tertulis nama [Tokisaki Kurumi] dengan lihainya menulis dengan anggunnya.

“Nama saya adalah Tokisaki Kurumi.”

Kemudian, menggunakan volume yang besar, gadis itu, Tokisaki Kurumi melanjutkan ucapannya.

“Saya, adalah seorang Spirit.”

“………!?”

Kata, itu

Shidou memiliki perasaan yang aneh seolah-olah hatinya diremas kuat-kuat.

Di tengah-tengah siswa-siswa yang ribut. Hanya Tohka dan Origami, yang membuat reaksi yang sama seperti Shidou.

Barangkali Kurumi telah mencatat fakta ini, pada saatnya, dia berbalik menghadap Shidou dan tersenyum.

“…….Sss.”

“Eh….eheh Cukup…….bagus! Itu tadi cukup perkenalannya dengan dampaknya demikian!”

Barangkali memperhatikan Kurumi yang tidak berharap melanjutkannya, Tama-chan *Pa!* menepuk tangannya menandai berakhirnya perkenalan.

“Baiklah, Tokisaki-san, maukah kamu duduk di tempat duduk yang sepi di sana?”

“Nn. Tapi sebelum itu, saya punya permintaan untuk ditanyakan pertama-tama.

“Hm? Apa itu?”

Seperti yang Tama-chan-sensei bilang, Kurumi mengangkat satu jarinya.

“Dikarenakan saya adalah murid pindahan baru, saya masih belum terbiasa dengan sekolah ini. Tidak apa-apakah meski jika ini sesudah sekolah, tapi saya berharap seseorang bisa menemani saya berkeliling sekolah ini.”

“Aa, benar. Itu benar……Lalu adakah di kelas ini yang bisa membantu——”

Namun, Kurumi mulai melangkah di tengah-tengah kata-kata guru, berhenti tepat di depat meja Shidou.

“Hai—bisakah kamu menolong saya? Shidou-san.”

“Eh…..”

Shidou berhadapan dengan giliran acara yang tak terduga ini, dengan kebingungan ia hanya bisa mengecek permintaannya dengan matanya yang menjadi titik-titik.

“A,aku…….? Dan bagaimana mungkin kau tahu namaku?”

“Kau tak bisa……?”

Kurumi nampaknya sangat tersakiti, menunjukkan sebuah ekspresi seolah-olah mungkin dia akan menangis jika dia selalu ditolak.

“Ti, tidak, sesuatu semacam itu…….”

“Ini adalah janji. Aku dalam pengawasanmu, Shidou-san.”

Kurumi memberikan senyuman yang manis, di pandangi teman-teman sekelasnya yang bingung, ia mulai berjalan ke depan tempat duduknya yang ditunjuk dengan langkah kaki yang ringan.


Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. ilmu linguistik/mengolah kata
  2. ruang terpisah dari ruangan
  3. Aiaigasa, secara literal berarti ‘Love-Love-Umbrella.’ Seperti sepasang kekasih mengukir nama mereka di batang pohon.